Peraturan Mengenai Perseroan Terbatas

26 sampai dengan dibubarkan meskipun pemegang sahamnya dapat berubah setiap saat. 37

B. Peraturan Mengenai Perseroan Terbatas

Pada awalnya pengaturan mengenai Perseroan Terbatas diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang selanjutnya disebut KUHD, yang kemudian selanjutnya dibentuk suatu peraturan tersendiri yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas diluar dari KUHD, yaitu melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, dan kemudian diubah dengan UUPT. Dalam KUHD sebagai pengaturan pertama mengenai Perseroan Terbatas, diatur didalam Pasal 36 sampai 56. Didalam KUHD dikatakan bahwa Perseroan Terbatas disebut sebagai persekutuan tanpa nama. Maksud dari persekutuan tanpa nama ini adalah persekutuan yang dibentuk, tidak memakai nama salah seorang persero atau pendiri maupun pengurus, melainkan, namanya didasarkan kepada tujuan dari perseroan tersebut. Hal ini secara tegas diatur didalam Pasal 36 KUHD. Selain dikenal sebagai perseroan tanpa nama, didalam KUHD, tidak secara eksplisit dikatakan bahwa Perseroan Terbatas adalah badan usaha yang berbadan hukum, dan hal ini berbeda dengan pengaturan tentang Perseroan Terbatas yang terdapat didalam UUPT 11995 dan UUPT 402007, yang secara tegas mengatakan bahwa perseroan sebagai badan hukum 38 . Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas dikeluarkan untuk memberikan suatu kepastian hukum dan perlindungan bagi 37 Ibid., hlm. 49. 38 G. Rai Widjaya,Op.Cit, hlm.9. Universitas Sumatera Utara 27 pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usaha di Indonesia. Sehingga pada tahun 1995 diterbitkan Undang-Undang 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, sebagai pengganti ketentuan tentang Perseroan Terbatas yang terdapat didalam KUHD. Penerbitan UUPT 11995 disebabkan oleh beberapa hal, yang dapat diketahui dari konsiderannya, yaitu ; 1. Ketentuan yang diatur dalam KUHD dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat, baik seara nasional maupun internasional. 2. Menciptakan kesatuan hukum dalam Perseroan Terbatas yang berbentuk badan hukum rechtpersoon. 39 Selain dari konsideran yang dikemukakan diatas, dalam penjelasan umum juga dikemukakan beberapa hal yang menjadi alasan diterbitkannyan UUPT 11995, yaitu 40 ; 1. Sarana umum pembangunan, antara lain diarahkan kepada peningkatan kemakmuran rakyat, 2. Untuk menciptakan sasaran tersebut, sarana penunjang antara lain tatana hukum yang mampu mendorong dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi. Setelah memberlakukan Undang-Undang 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, yang pada saat itu sebagai hukum positif Indonesia yang mengatur tentang Perseroan Terbatas, maka pada tahun 2007, peraturan tersebut diubah. Alasan diadakannya perubahan Undang-Undang 1 Tahun 1995 dikarenakan, 39 M.Yahya Harahar,Op.Cit, hlm.24. 40 Ibid. Universitas Sumatera Utara 28 Pertama, karena keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi sudah berkembang pesat pada era globalisasi. Kedua, meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum, serta pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip good corporate governance, sehingga dibentuk Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 16 Agustus 2007, yang sekaligus menyatakan UUPT 11995 tidak berlaku. 41 Diubahnya UUPT 11995 menjadi UUPT 402007, ada beberapa hal yang merupakan perubahan substantif yang terdapat didalam UUPT, yaitu ; 1. Permohonan melalui jasa teknologi secara elektronik untuk memperoleh Keputusan Menteri atas pengesahan akta pendirian perseroan sebagai badan hukum Pasal 9 ayat 1 UUPT. 2. Secara elektroni Menteri dapat langsung menyatakan tidak keberatan atas permohonan pengesahan akta pendirian Pasal 10 ayat 3 UUPT . 3. Memperkenalkan dan membolehkan pembagian deviden interm Pasal 10 ayat 3 UUPT . 4. Penyusunan rencana kerja tahunan Pasal 63-65 UUPT . 5. Tanggung jawab sosial dan lingkungan Pasal 74 UUPT . 6. RUPS melalui media elektronik dalam bentuk telekonferensi, vidio konferensi atau sarana media elektronik lain Pasal 77 ayat 1 UUPT . 7. Pengambilan keputusan diluar RUPS dalam bentuk circular resolution Pasal 91 UUPT . 41 Ibid, hlm.4. Universitas Sumatera Utara 29 8. Pengangkatan Direksi yang tidak memenuhi syarat Pasal 95 UUPT . 9. Anggota Direksi bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kesalahan yang dilakukan Direksi lain apabila anggota Direksi lebih dari satu orang Pasal 97 ayat 4 UUPT . 10. Adanya Dewan Pengawas Syariah DPS disampin Dewan Komisaris badi Perseoran yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah Pasal 109 ayat 1 UPT . 11. Memperkenakan Komisaris Independen dan Komisaris Utusan Pasal 120 UUPT . 12. Pembentukan Komisi oleh Dewan Komisaris Pasal 121 UUPT. 13. Pengambilalihan saham dalam portepe Pasal 125 ayat 1 UUPT . 14. Pengaturan tentang pemisahan perseroan Spin Off Pasal 135 UUPT. 15. Pengaturan tentang biaya Pasal 153 UUPT. 16. Tanggungjawab anggota Direksi dan Dewan Komisaris atas kesalahan Perdata tidak mengurangi tanggungjawab pidana Pasal 155 UUPT. 17. Pembentukan tim ahli pemantau hukum perseroan Pasal 156 UUPT . 42 Selain memperkenalkan hal-hal baru yang terdapat didalam UUPT, terdapat juga beberapa pengaturan yang sifatnya perluasan atau perbaikan daripada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, hal-hal tersebut antara lain : 1. Klasifikasi Perseroan yang terdiri dari ; a. Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 1 UUPT . b. Perseroan Publik Pasal 1 angka 8 UUPT . 42 Ibid, hlm. 28. Universitas Sumatera Utara 30 c. Perseroan Terbuka Pasal 1 angka 7 UUPT . 2. Memperluas kebolehan mendirikan Perseroan kurang dari 2 orang hal ini diatur dalam Pasal 7 ayat 7 UUPT, meliputi ; a. Perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara, b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring, dan penjamin, lembaga penyimpanan, dan lembaga sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal. 3. Pengesahan Menteri, menjadi Keputusan Pengesahan Menteri Pasal 9 ayat 1 UUPT . 4. Penentuan batas waktu permohonan Keputusan Pengesahan kepada Menteri ; a. Paling lambat 60 hari dari Akta Pendirian ditandatangani Pasal 10 ayat 1 UUPT. b. Apabila tidak diajukan dalam jangka waktu paling lama 60 hari, akta pendirian menjadi batal Pasal 10 ayat 9 UUPT . 5. Memperjelas sistematik tanggung jawab pendiri atas perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan perseroan yang belum memperoleh status badan hukum Pasal 13 UUPT. 6. Menambanh jumlah nama perseroan yang tidak boleh dipakai dari 2 pada UUPT 11995. 7. Memperbolehkan tempat kedudukan kantor pusat di Desa, sepanjang AD mencantumkan nama kota dan kabupaten dari Desa tersebut Penjelasan Pasal 17 ayat 1 UUPT. Universitas Sumatera Utara 31 8. Memperbaiki dan memperjelas sistem dan jangka waktu pengajuan permohonan persetujuan perubahan AD Pasal 21 UUPT . 9. Kewajiban mengubah AD apabila Perseroan telah memenuhi modal dan pemegang saham sebagai Perusahan Publik Pasal 24 ayat 1 UUPT. 10. Daftar Perseroan dilakukan oleh MENKUM DAN HAM Pasal 29 UUPT . 11. Ketentuan mengenai pengumuman dan tambahan berita negara oleh Menteri Pasa 30 UUPT . 12. Perubahan modal dasar dari Rp 20.000.000,- menjadi Rp 50.000.000,- Pasal 32 ayat 1 UUPT . 13. Memperbaiki sistem kewajiban penyetoran modal yang ditempatkan Pasal 34 ayat 1 UUPT . 14. Memperjelas aturan tata cara dan syarat pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan Pasal 37 UUPT . 15. Memperjelas ketentuan dan syarat pengurangan modal Pasal 44 UUPT . 16. Memperjelas dan memperluas ketentuan mengenai saham Pasal 48-62 UUPT . 17. Menambah ketentuan Rencana Kerja disamping Laporan Tahunan dan Penggungaa Laba Pasal 63-65 UUPT. 18. Mengatur lebih sistematik sistem kuorum dan yaya cara pelaksanaan RUPS pertama, dan kedua apabila rapat pertama tidak mencapai kuoru Pasal 79-82 UUPT. 19. Memperluas dan memperjelas fungsi, pembagian fungsi, dam tanggung jawab Direksi Pasal 72-25 UUPT. Universitas Sumatera Utara 32 20. Penegasan mengenai sistem kolegeal Direksi Pasal 98 UUPT. 21. Mengatur lebih jelas apa saja kewajiban Direksi Pasal 100-102 UUPT. 22. Mengatur pelepasan tanggungjawab Dirksi apabila dapat membuktikan hal- hal yang dapat disebutkan dalam Pasal 104 UUPT. 23. Mengatur lebih luas klasifikasi tata cara pemberhentian anggota Direksi Pasal 105 UUPT. 24. Penegasan bahwa Dewan Komisaris, tidak bersifat kolegeal, tetap majelis Pasal 108 UUPT. 25. Mengatur tata cara pembatalan pengangkatan anggota Dewan Komisaris yang tidak memenuhi syarat Pasal 112 UUPT. 26. Mengatur lebih jelas mekanisme pemberian persetujuan dan bantuan Dewan Komisari pada Direksi Pasal 117 UUPT. 27. Mengatur lebih jelas dan pasti tata cara Penggabungan, Pengambilalihan, Peleburan dan Pemisahan Pasal 122-137 UUPT. 28. Penambahan dasar pmbubaran Perseroan Pasal 142 UUPT. 29. Mengatur lebih sempurna tata cara Perseroan untuk setiap alasa Pasal 143- 150 UUPT. 43 Ketentuan yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas, yang diatur didalam UUPT, merupakan suatu bentuk ketentuan umum lex generalis. Pengaturan khsusus yang juga mengatur mengenai Perseroan Terbatas, terdapat didalam peraturan lain diluar UUPT, yang mengatur mengenai bentuk maupun kegiatan usaha dari Perseroan Terbatas tersebut. Ketentuan khusus lex specialis 43 Ibid, hlm.29. Universitas Sumatera Utara 33 yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas terdapat didalam Undang-Undang nomo 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal, Undang-Undang nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, serta Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pada Undang-Undang nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, merupakan peraturan khusus, yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas yang dimiliki oleh Negara. Undang-Undang nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN merupakan pengaturan khusus, dikarenakan terdapat pengaturan khusus menyangkut BUMN tersebut. Ketentuan khusus tersebut adalah status modal serta kedudukan pemegang saham dalam BUMN tersebut. Status modal yang disetorkan kedalam BUMN merupakan modal yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan 44 , yang artinya adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero danatau Perum serta perseroan terbatas lainnya. 45 Apabila pada perusahaan-perusahaan diluar dari BUMN, para pemegang sahamnya, hanyalah orang-orang yang bukan wakil dari pemerintah. Tetapi didalam BUMN, terdapat Menteri yang berkedudukan sebagai pemegang saham, yang ditunjuk oleh pemerintah, sebagai wakil pemerintah didalam kedudukannya sebagai pemegang saham didalam BUMN tersebut. 46 Sehingga pada akhirnya terdapat suatu ciri khas tertentu yang terdapat didalam BUMN yaitu 47 ; 44 Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 45 Pasal 1 angka 10 Undang-Undang 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 46 Pasal 1 angka 5 Undang-Undang 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 47 Kurniawan,Op.Cit, hlm. 101. Universitas Sumatera Utara 34 1. Penguasaan badan usaha dimiliki oleh pemerintah; 2. Pengawasan dilakukan, baik secara hierarki maupun secara fungsional dilakukan oleh pemerintah; 3. Kekuasaan penuh dalam menjalankan kegiatan usaha berada ditangan pemerintah; 4. Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan usaha; 5. Semua resiko yang terjadi merupakan tanggung jawab pemerintah; 6. Melayani kepentingan umummasyarakat; 7. Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham dimiliki oleh negara; 8. Pengangkatan dan pemberhentian direksi danatau dewan komisaris dilakukan oleh menteri; Pada Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, terdapat satu bentuk perusahan, yang modalnya berasal dari penenam modal asing. Bagi perusahan, yang modalnya berasal dari penanam modal asing, maka persahaan tersebut berbentuk perusahan Penanaman Modal Asing PMA, yang modal didalam perusahaan tersebut berasal modal asing sepenuhya atau merupakat patungan dengan penanam modal dalam negeri, 48 sehingga bagi perusahaan berbentuk PMA, perlu diatur didalam peraturan khusus. Undnag-Undang nomor 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal, terdapat suatu bentuk Perseroan Terbatas, yang tidak diatur didalam UUPT. Perseroan Terbatas 48 Pasal 1 angka 3 Undnag-Undang 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Universitas Sumatera Utara 35 yang secara khusus diatur didalam Undang-Undang nomor 8 Tahun 1985 tersebut adalah Perseroan Terbuka. Pada persusahaan yang dikatergorikan sebagai Perseroan Terbuka, saham yang berasal dari Perseroan Terbuka tersebut, dijual secara umum, kepada publik melalui pasar modal, jadi saham yang terdapat didalam Perseroan Terbuka, merupakan saham yang dimiliki oleh masyarakat umum, serta saham tersebut dapat diperjual belikan melalui pasar modal. Melihat bentuk dari perusahan Terbuka tersebut, perlu diatur didalam suatu peraturan khusus, dan diatur didalam Undang-Undang 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal.

C. Organ-Organ dalam Perseroan Terbatas