Kemampuan Membayar Pengertian Modal Bank 1. Modal Bank

- Laba sangat kecil atau negatif. - Kerugian operasional dibiayai dengan penjualan aset. - Rasio utang terhadap modal tinggi. - Likuiditas sangat rendah. - Analisis arus kas menunjukkan ketidakmampuan membayar pokok dan bunga. - Kegiatan usaha terancam karena perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga. - Pinjaman baru digunakan untuk memenuhi kewajiban. 5. Macet - Mengalami kerugian yang besar. - Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan. - Rasio utang terhadap modal sangat tinggi. - Kesulitan likuiditas. - Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur tidak mampu menutup biaya produksi. - Kegiatan usaha terancam karena fluktuasi nilai tukar valuta asing dan suku bunga. - Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian.

c. Kemampuan Membayar

1. Lancar - Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit. - Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat. - Dokumen kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. 2. Dalam Perhatian Khusus - Terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga samapi dengan 90 hari - Jarang mengalami cerukan. - Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat. - Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. - Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil. 3. Kurang Lancar - Terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. - Terdapat cerukan yang berulangkali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. - Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya. - Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. - Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit. - Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. 4. Diragukan - Terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari. - Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. - Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya. - Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. - Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit. 5. Macet - Terdapat tunggakan pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari. - Dokumentasi kredit danatau pengikatan agunan tidak ada.

D. Pengertian Likuiditas Bank

Likuiditas pada umumnya diartikan sebagai kemampuan perusahan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar. Kewajiban tersebut sering diartikan dengan hutang. Pengertian ini berlaku pada peruahaan non bank yang memandang kewajiban riil saja yang tercermin di sisi pasiva pada neraca. Berbeda dengan bank, bahwa persoalan likuiditas adalah dipandang dari dua sisi neraca bank 38 . Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit yang wajar. Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah setiap simpanan mereka yang ada di bank di tarik, pada sisi aktiva bank harus menyanggupi pencairan kredit yang telah diperjanjkan komitmennya . Bila kedua aspek atau salah satu aspek ini tidak dapat dipenuhi, maka bank tersebut akan kehilangan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu pengertian likuiditas bank adalah lebih luas daripada likuiditas pada perusahaan non bank, yaitu bahwa likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memnuhi kemungkinan diteriknya deposito simpanan oleh deposan penitip dana atuapun memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit. Masalah likuiditas bagi bank sebenarnya tidak hanya sekedar memenuhi kecukupan, namun juga menyangkut masalah ketaatan kepada otoritas moneter, efisiensi, efektifitas dan fleksibilitas. Ketaatan likuiditas misalnya keharusan bank untuk selalu memnuhi tingkat likuiditas yang diinginkan oleh otoritas moneter melalui regulasi tertentu. Tingkat likuiditas yang diinginkan BI belum tentu memenuhi keinginan manajemen bank yang selalu menginginkan bekerja pada tingkat likuiditas yang efisien, sementara otoritas moneter lebih mementingkan perlindungan dana masyarakat. Oleh karena dalam menentukan likuiditas bisa berorientasi efisiensi atau ketaatan pada regulasi. 38 Robertus Darryanto, ibid, hal 41