KEBIJAKAN NASIONAL ATAS PERLINDUNGAN BAGI PARA PEKERJA DALAM SEBUAH HUBUNGAN TENAGA KERJA

I. KEBIJAKAN NASIONAL ATAS PERLINDUNGAN BAGI PARA PEKERJA DALAM SEBUAH HUBUNGAN TENAGA KERJA

1. Para anggota harus merumuskan dan menerapkan sebuah kebijakan nasional untuk peninjauan ulang pada jangka waktu yang sesuai dan, jika mungkin, memperjelas dan mengadaptasikan ruang lingkup dari hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang terkait, untuk menjamin efektivitas perlindungan terhadap para pekerja yang melakukan pekerjaan dalam konteks sebuah hubungan tenaga kerja.

2. Sifat dan cakupan dari perlindungan yang diberikan kepada para pekerja dalam sebuah hubungan tenaga kerja harus dijabarkan dalam peraturan atau hukum nasional, atau keduanya, dengan memperhitungkan standar-standar perburuhan internasional yang sesuai. Hukum dan peraturan tersebut, termasuk elemen- elemen yang membentuk jangkauannya, ruang lingkup dan tanggung jawab dari pelaksanaannya, harus jelas dan memadai untuk memastikan perlindungan yang efektif bagi para pekerja dalam sebuah hubungan tenaga kerja.

3. Kebijakan nasional harus dirumuskan dan diterapkan sesuai dengan hukum dan peraturan nasional dan dikonsultasikan dengan organisasi-organisasi pemberi kerja dan pekerja yang paling mewakili.

4. Kebijakan nasional sebaiknya mencakup aturan-aturan untuk: (a) Memberikan panduan bagi pihak-pihak yang terkait, khususnya para pemberi kerja dan pekerja,

mengenai penetapan secara efektif akan keberadaan suatu hubungan tenaga kerja dan akan perbedaan antara pekerja yang berada dalam konteks pegawai dan wirausaha;

(b) Menghindari penyamaran hubungan-hubungan tenaga kerja dalam konteks, sebagai contoh, hubungan-hubungan lain yang mungkin menggunakan persetujuan-persetujuan yang berupa bentuk- bentuk kontrak yang menyembunyikan status keabsahan yang sebenarnya, mengenali bahwa sebuah hubungan tenaga kerja yang disamarkan terjadi ketika pemberi kerja memperlakukan suatu individu (b) Menghindari penyamaran hubungan-hubungan tenaga kerja dalam konteks, sebagai contoh, hubungan-hubungan lain yang mungkin menggunakan persetujuan-persetujuan yang berupa bentuk- bentuk kontrak yang menyembunyikan status keabsahan yang sebenarnya, mengenali bahwa sebuah hubungan tenaga kerja yang disamarkan terjadi ketika pemberi kerja memperlakukan suatu individu

(c) Memastikan adanya aturan-aturan yang bisa digunakan dalam semua bentuk persetujuan-persetujuan kontrak, termasuk yang menyangkut beberapa pihak, sehingga para pekerja yang sudah dipekerjakan memiliki perlindungan yang seharusnya;

(d) Memastikan adanya aturan-aturan yang bisa dipergunakan dalam semua bentuk persetujuan-persetujuan kontrak untuk menetapkan siapa yang bertanggung jawab atas perlindungan yang terkandung di dalamnya;

(e) Memberikan akses yang efektif bagi mereka yang terkait, dalam hal ini para pemberi kerja dan pekerja, pada prosedur-prosedur dan mekanisme-mekanisme yang layak, cepat, murah, adil dan efi sien dalam memecahkan perselisihan-perselisihan mengenai keberadaan dan syarat-syarat dari sebuah hubunga tenaga kerja;

(f) Memastikan ketaatan pada, dan penggunaan efektif dari, hukum-hukum dan regulasi-regulasi menyangkut hubungan tenaga kerja; dan

(g) Memberikan pelatihan-pelatihan yang layak dan memadai bagi aturan-aturan perburuhan internasional, komparatif dan case law bagi pengadilan, badan-badan pengawas, para penengah, inspektur-inspektur perburuhan, dan orang-orang lain yang bertanggung jawab untuk menangani pemecahan dari perselisihan-perselisihan dan penegakan hukum-hukum dan aturan-aturan tenaga kerja nasional.

5. Para anggota harus memperhatikan secara saksama kebijakan nasional untuk memastikan perlindungan efektif bagi para pekerja terutama yang menderita ketidakpastian akan adanya sebuah hubungan tenaga kerja, termasuk para pekerja perempuan, dan juga para pekerja yang paling rentan, para pekerja berusia dini, para pekerja manula, para pekerja di sektor ekonomi informal, para pekerja imigran, dan para pekerja yang menderita kecacatan.

6. Para anggota seharusnya: (a) Mengambil perhatian khusus bagi kebijakan nasional yang mengidentifi kasi dimensi gender dalam

sektor-sektor dan pekerjaan-pekerjaan yang didominasi oleh para pekerja perempuan, apakah banyak terdapat penyamaran hubungan-hubungan tenaga kerja, atau apakah terdapat ketidakjelasan dari sebuah hubungan tenaga kerja; dan

(b) Memiliki kebijakan-kebijakan yang jelas akan persamaan gender dan penegakan hukum-hukum dan persetujuan-persetujuan yang berkaitan dengan itu pada tingkatan nasional sehingga dimensi gender dapat ditetapkan secara lebih efektif

7. Dalam konteks dari pergerakan para pekerja antarnegara: (a) Dalam membentuk kebijakan nasional, satu negara anggota harus, setelah berkonsultasi pada

organisasi-organisasi pemberi kerja dan pekerja yang paling mewakili, mempertimbangkan untuk menerapkan aturan-aturan yang sesuai dalam jurisdiksinya, dan selayaknya bekerja sama dengan negara-negara anggota yang lain, sehingga dapat memberikan perlindungan yang efektif bagi dan mencegah penyalahgunaan dari para pekerja imigran dalam wilayahnya yang dapat menderita ketidakpastian akan keberadaan sebuah hubungan tenaga kerja;

(b) Ketika para pekerja direkrut di suatu negara untuk kemudian dipekerjakan di negara lain, para anggota yang terkait dapat membuat sebuah kesepakatan-kesepakatan bilateral guna menghindari

HUBUNGAN KERJA - Panduan Terperinci mengenai Rekomendasi ILO No. 198

penyalahgunaan dan praktik-praktik kecurangan yang dapat, sesuai dengan tujuannya, menghindari akan adanya persetujuan-persetujuan yang melindungi para pekerja dalam konteks sebuah hubungan tenaga kerja.

8. Kebijakan nasional bagi perlindungan para pekerja dalam sebuah hubungan tenaga kerja sebaiknya tidak menghalangi hubungan-hubungan sipil dan komersial yang sesungguhnya, di mana pada saat yang bersamaan memastikan invidu-individu yang berada dalam sebuah hubungan tenaga kerja tersebut dapat memperoleh perlindungan yang seharusnya