PENETAPAN ADANYA SEBUAH HUBUNGAN TENAGA KERJA

II. PENETAPAN ADANYA SEBUAH HUBUNGAN TENAGA KERJA

9. Peranan-peranan dari kebijakan nasional yang melindungi para pekerja yang berada dalam suatu hubungan tenaga kerja, penetapan dari keberadaan sebuah hubungan tenaga kerja tersebut selayaknya diarahkan terutama oleh fakta-fakta menyangkut pelaksanaan kegiatan kerja dan pemberian upah bagi pekerja, tanpa memperhatikan bagaimana hubungan itu ditandai dalam segala pengaturan yang berlawanan, kontraktual atau sebaliknya, yang mungkin telah disetujui diantara pihak-pihak yang terkait.

10. Para Anggota harus menganjurkan metode-metode yang jelas untuk memandu para pekerja dan pemberi kerja dalam menetapkan keberadaan sebuah hubungan tenaga kerja.

11. Dalam peranan memfasilitasi penentuan akan adanya sebuah hubungan tenaga kerja, para anggota harus, di dalam kerangka kerja dari kebijakan nasional yang dibahas dalam rekomendasi ini, mempertimbangkan kemungkinan di bawah ini:

(a) Mengizinkan adanya aturan-aturan yang mempunyai lingkup yang luas untuk menetapkan keberadaan sebuah hubungan tenaga kerja;

(b) Menyediakan sebuah praduga legal di mana sebuah hubungan tenaga kerja ada ketika satu atau lebih indikator-indikator hadir; dan

(c) Menetapkan, berdasarkan konsultasi-konsultasi sebelumnya dengan organisasi-organisasi para pemberi kerja dan pekerja yang paling mewakili, bahwa para pekerja dengan karakteristik-karakteristik tertentu, dalam sektor umum ataupun tertentu, harus dianggap sebagai salah satu dari pegawai atau wirausahawan.

12. Untuk kebutuhan dari kebijakan nasional yang dibahas dalam rekomendasi ini, para anggota dapat mempertimbangkan pendefi nisian yang jelas dari kondisi-kondisi yang diterapkan untuk menetapkan keberadaan sebuah hubungan tenaga kerja, misalnya, subordinasi atau ketergantungan.

13. Para anggota harus mempertimbangkan kemungkinan pendefi nisian dalam hukum-hukum dan regulasi- regulasi mereka, atau aturan-aturan lainnya, indikator-indikator spesifi k yang menentukan keberadaan sebuah hubungan tenaga kerja. Indikator-indikator tersebut dapat mencakup:

(a) Fakta bahwa pekerjaan: dilaksanakan menurut instruksi-instruksi dan dalam kendali pihak lain; melibatkan integrasi para pekerja di dalam organisasi perusahaan; dilakukan hanya atau terutama bagi keuntungan orang lain; harus dilakukan sendiri oleh si pekerja; dilakukan dalam waktu-waktu kerja yang sudah ditentukan atau di suatu tempat pekerjaan yang telah ditentukan atau disetujui oleh pihak yang meminta dilaksanakannya pekerjaan; berada dalam durasi kerja khusus dan memiliki kontinuitas tertentu; membutuhkan kehadiran si pekerja; atau melibatkan penggunaan peralatan- peralatan, bahan-bahan, dan mesin-mesin oleh pihak yang memberikan pekerjan;

(b) Pembayaran periodik atau pemberian upah kepada si pekerja; fakta bahwa upah tersebut merupakan sumber pendapatan utama atau satu-satunya bagi si pekerja; pelaksanaan pembayaran berupa barang, seperti makanan, tempat tinggal atau transportasi; pengakuan akan hak-hak seperti libur mingguan (b) Pembayaran periodik atau pemberian upah kepada si pekerja; fakta bahwa upah tersebut merupakan sumber pendapatan utama atau satu-satunya bagi si pekerja; pelaksanaan pembayaran berupa barang, seperti makanan, tempat tinggal atau transportasi; pengakuan akan hak-hak seperti libur mingguan

14. Penyelesaian perselisihan-perselisihan yang menyangkut keberadaan dan syarat-syarat dari sebuah hubungan tenaga kerja harus menjadi sesuatu yang penting bagi otoritas-otoritas industrial atau peradilan-peradilan lainnya atau arbitrase di mana para pekerja dan pemberi kerja memiliki akses yang efektif menurut hukum dan peraturan nasional.

15. Otoritas yang berwenang harus mengadopsi aturan-aturan yang bertujuan untuk memastikan penghormatan akan pelaksanaan hukum-hukum dan regulasi-regulasi mengenai hubungan tenaga kerja dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang dibahas dalam rekomendasi ini, misalnya, melalui layanan- layanan inspeksi perburuhan dan kerja sama mereka dengan pihak administrasi keamanan sosial dan otoritas-otoritas perpajakan.

16. Dalam hal hubungan tenaga kerja, administrasi-administrasi perburuhan nasional dan layanan-layanan yang berkaitan harus memantau secara teratur program-program dan proses-proses penegakkan mereka. Perhatian khusus harus diberikan kepada lapangan kerja-lapangan kerja dan sektor-sektor yang memiliki proporsi pekerja perempuan yang tinggi.

17. Para anggota seharusnya mengembangkan, sebagai bagian dari kebijakan nasional yang dibahas di Rekomendasi ini, aturan-aturan yang efektif yang bertujuan untuk menghilangkan insentif-insentif untuk menyamarkan sebuah hubungan tenaga kerja.

18. Sebagai bagian dari kebijakan nasional, para anggota harus mempromosikan peranan dari perundingan kolektif dan dialog sosial sebagai sebuah sarana, di antaranya, untuk menemukan solusi-solusi dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan ruang lingkup hubungan tenaga kerja pada tingkatan nasional.