Kajian Kesesuaian Lahan dan Kebijakan Pemanfaatan Areal Budidaya Kerang Hijau (Mytilus viridis) (Kasus di Keluarahan Kamal Muara Jakarta Utara)

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN
AREAL BUDIDAYA KERANG HIJAU (Mytilus viridis)
(Kasus di Kelurahan Kamal Muara, Jakarta Utara)

OLEH :
LILIEK LITASARI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
LILIEK LITASARI. Kajian Kesesuaian Lahan dan Kebijakan Pemanfaatan
Areal Budidaya Kerang Hijau (Mytillus viridis). Kasus di Kelurahan Kamal
Muara Jakarta Utara. Dibawah bimbingan DIETRIECH G. BENGEN dan
VICTOR PH. NIKIJULUW.
Wilayah pesisir dan lautan sekitar Kelurahan Kamal Muara Jakarta Utara
mengandung beragam surnberdaya perikanan dan jasa-jasa kelautan seperti perikanan
tangkap dan budidaya, transportasi dan pariwisata. Diperlukan pengelolaan yang
terintegrasi antar stakeholder yang baik untuk memanfaatkan wilayah tersebut secara
berkesinambungan sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan data BPLHD (2000) yang telah diolah menunjukkan bahwa secara
umum, kualitas air perairan laut dan muara Teluk Jakarta masih dapat dimanfaatkan
untuk usaha budidya perikanan terrnasuk budidaya kerang hijau. Parameter-parameter
kualitas perairan di laut dan muara Teluk Jakarta yang berpengaruh serta
pengelompokan antar stasiun pengamatan diolah dengan menggunakan pendekatan
Analisis Komponen Utama.
Skenario optimal pemanfaatan sumberdaya yang ada di perairan sekitar
Kelurahan Kamal Muara Jakarta Utara didapat dengan menggunakan pendekatan PHA
(Proses Hierarki Analisis). Hasil analisa menunjukkan bahwa "Mengembangkan
kegiatan perikanan berorientasi konservasi" dengan bobot 0,315 merupakan alternatif
pengembangan yang dipilih oleh sebagian besar responden untuk diterapkan di perairan
sekitar Kelurahan Kamal Muara Jakarta Utara. Adapun syaraupra syarat yang diperlukan
adalah adanya daya dukung lingkungan yang memadai, peraturan yang mendukung,
sarana dan prasarana yang memadai serta birokrasi yang mendukung. Sedangkan target
yang dituju berturut-twut adalah pembudidaya kerang hijau, pengolahlpedagang,
nelayan bagan dan nelayan sero. Kebutuhan dari targeusasarannya adalah: 1).
Peningkatan kesesuaian lahan perikanan, 2). Peningkatan kualitas lingkungan perairan,
3). Peningkatan pendapatan masyarakat, 4). Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha.
Alternatif strategi yang dipilih adalah:
1. Penataan ruang wilayah pesisir dan laut (0,416).

2. Perbaikan lingkungan pesisir dan laut (0,198).
3. Pelatihan dan percontohan (0,172).
4. Pemberian insentif (0,093), serta
5. Penegakan hukum (0,086).
Untuk memformulasikan kebijakan yang ada maka digunakan pendekatan
analisis SWOT yang hasilnya menunjukkan 4 set alternatif kebijakan, yaitu:
1. Pemanfaatan wilayah pesisir secara terpadu melibatkan seluruh stakeholder untuk
berbagai peruntukkan secara berkelanjutan dan benvawasan lingkungan.
2. Pemanfaatan wilayah pesisir berdasarkan daya dukung dan kondisi lapangan, diikuti
peningkatan kekuatan internalnya.
3. Pemanfaatan wilayah pesisir berdasarkan daya dukung dan kondisi lapangan, diikuti
meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Pemanfaatan wilayah pesisir secara terbatas.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini lnenyatakan bahwa tesis yang berjudul :
KAJIAN KESESUAIAN LAHAN DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN
AREAL BUDIDAYA KERANG HIJAU (Myillus viridis)
(Kasus di Kelurahan Kamal Muara, Jakarta Utara).

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber
data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas d m dapat diperiksa
kebenarannya.

Bogor, 16 Agustus 2002

Liliek Litasari
NRP.99770

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN
AREAL BUDIDAYA KERANG HIJAU (Mytilus viridis)
(Kasus di Kelurahan Kamal Muara, Jakarta Utara)

LILIEK LITASARI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan


PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUD1 PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Ihjian Kesesuaian Lahan dan Kebijakan Pemanfaatan Areal Budidaya

Nama

Kerang Hijau (Mytilus viridis)
(Kasus di Keluarahan Kamal Muara Jakarta Utara)
: Liliek Litasari

NRP

: 99770

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan


3. Kornisi Pembimbing

Dr. Ir. Dietreich G. ~ e n r z e d ~ ~ ~
Ketua

Mengetahui,

4. Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
dan Lautan

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS.
Tanggal Lulus : 16 Agustus 2002

Dr. Ir. Victor PH. Nikijuluw. M.Sc.
Anggota

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni 1960; merupakan anak
pertama dari lima bersaudara pasangan Tachronie Ramlan dan Moertidjah Utomo.
Menikah dengan Padmono Nuriawan yang alumni Fakultas Pertanian IPB, saat ini
Penulis dikaruniai satu orang anak bernama Arya Perdana (15 tahun).
Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD Kristen Ora et Labora Jakarta pada
tahun 1973, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kristen
Ora et Labora Jakarta dan lulus tahun 1976. Sekolah Menengah Atas ditempuh di
SMA N XI-Bulungan Jakarta dan lulus tahun 1980, untuk selanjutnya meneruskan
kuliah di Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor hingga tahun 1985.
Sejak Pebruari 2000, Penulis mulai kuliah di Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan - Pasca Sarjana IPB. Perkuliahan dilakukan diluar
jam kantor dengan menggunakan biaya sendiri.
Penulis mulai bekerja di Dinas Perikanan DKI Jakarta sejak tahun 1986 dan
saat ini sebagai Kepala Seksi Pengembangan Kebaharian Perikanan dan Jasa
Kelautan Sub Dinas Pembinaan Masyarakat di Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan DKI Jakarta.

PRAKATA
Budidaya kerang hijau mempakan salah satu usaha perikanan yang
berkembang di masyarakat Kelurahan Kamal Muara-Jakarta Utara. Beberapa tahun

terakhir, kondisi usaha budidaya ini terancam keberadaannya sejalan dengan
menurunnya kualitas perairan Teluk Jakarta, khususnya di dekat muara-muara sungai.
Penelitian ini diharapkan dapat menentukan skenario optimal tentang
pemanfaatan ruang khususnya untuk keberlanjutan usaha budidaya kerang hijau serta
dapat memformulasikan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir di Kelurahan Kamal
Muara-Jakartz Utara.
Dalarn penyelesaian penelitian dan penulisan, penulis banyak mendapat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEA dan Dr. Ir. Victor PH. Nikijuluw, MSc selaku

dosen pembimbing, atas bimbingan dan masukan yang telah diberikan.

2. 1r.Drs. Moch. Rahardjo, MM Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
DKI Jakarta yang banyak memberi dorongan sejak mulai kuliah hingga
penyelesaian akhir penulisan tesis.

3. Rekan-rekan di Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta yang
banyak membantu serta memberi semangat.
4. Rekan-rekan mahasiswa Paasca Sarjana SPL-IPB angkatan IV yang selalu


kompak dan bahu membahu dalam penyelesaian masalah.

5. Seluruh staf akademik Pasca Sarjana SPL-IPB.

6. Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan dan pengertian serta iringan doa
sejak penulis kuliah hingga penyelesaian akhir studi.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Jakarta, Juni 2002
Penulis

DAFTAR IS1
Halaman

..................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................
PENDAHULUAN ..................................................................
DAFTAR TABEL


Latar Belakang .......................................................................
Identifikasi Masalah ................................................................
Penunusan Masalah .................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................

..........................................................

TINJAUAN PUSTAKA
Kesesuaian Lahan Budidaya Kerang Hijau ......................................
Pengaruh Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal Terhadap
Usaha Budidaya Kerang Hijau ....................................................
Kebijakan dan Analisis Kebijakan ................................................

..................
KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................
METODOLOGI PENELITIAN ................................................
KEADAAN UMUM KELURAHAN KAMAL MUARA

Lokasi Penelitian ....................................................................

Pengumpulan Data ..................................................................
Analisis Data ........................................................................
Karakteristik Fisika-Kimia-Biologi Air ..........................................
Analisis Karakteristik Fisika. Kimia dan Biologi Air ..........................
Analisis Prioritas Pemanfaatan ....................................................
Analisis Strategi Pengembangan ..................................................

....................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Perairan ......................................................
Kualitas Fisik .........................................................................
Kualitas Kimia .......................................................................
Kualitas Biologi .....................................................................

vii

Kesesuaian Lahan Budidaya Kerang Hijau di Perairan Teluk Jakarta
khususnya Kelurahan Kamal Muara ..............................................
Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Alternatif Pengembangan Budidaya

Kerang Hijau (Mytilus viridis) .....................................................
Proses Hierarki Analitik ............... ...................................... . ... ...
Analisis SWOT .................. .................... ................................
Arahan dan Strategi Pengelolaan Surnberdaya Pesisir dan Lautan di
Kamal Muara Jakarta Utara.. ........... .............. .............................

...................................................

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..... ......... ... ....... . .... ... ....... . .. .. ... .............. .......... ....
Saran ... ................. .......................... ............................ ... ... ..

............................................................
LAMPIRAN ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .

36
46
46
91
94
102
102
104

DAFTAR TABEL
Halaman

Skala Komparasi Saaty (1993) ............................................

24

Analisis SWOT ..............................................................

29

Kualitas Air Perairan Teluk Jakarta dibandingkan baku mutu dan
literatur ........................................................................

37

Status Mutu Perairan Teluk Jakarta Berdasarkan Nilai Storet tahun
2000 (BPLHD. 2000)
Bobot dan Prioritas Pengaruh Faktor pada Hierarki Utama ...........
Bobot dan Prioritas Peranan Aktor pada Hierarki Utarna .............
Bobot dan Prioritas Tujuan pada Hierarki Utama ......................
Bobot dan Prioritas pada SyarattPra syarat yang diperlukan ..........
Bobot dan Prioritas TargetlSasaran .......................................
Bobot dan Prioritas Kebutuhan dari TargetlSasaran ...................
Bobot dan Prioritas Alternatif Strategi ...................................
Bobot dan Prioritas SyaratlPra syarat ....................................
Bobot dan Prioritas dari TargetlSasaran .................................
Bobot dan Prioritas Kebutuhan dari TargetlSasaran ...................
Bobot dan Prioritas Alternatif Strategi ...................................
Bobot dan Prioritas pada SyaratlPrasyarat yang diperlukan ...........
Bobot dan Prioritas TargetlSasaran .......................................
Bobot dan Prioritas Kebutuhan dari TargetlSasaran ...................
Bobot dan Prioritas Alternatif Strategi ...................................
Bobot dan Prioritas SyaratIPrasyarat .....................................

79

vii

Bobot dan Prioritas dari TargetISasaran .................................

80

Bobot dan Prioritas Kebutuhan dari Target/Sasaran ...................

81

Bobot d m Prioritas Alternatif Strategi ...................................

81

Bobot dan Prioritas SyaratIPrasyarat .....................................

84

Bobooot d m Prioritas dari Target/Sasaran ................................. 85
Bobot dan Prioritas Kebutuhan dari Target/Sasaran ...................

86

Bobot dan Prioritas Alternatif Strategi ...................................

88

Faktor Strategi Eksternal (EFAS) ........................................

92

Faktor Strategi Internal (IFAS) ...........................................

93

Matriks Forrnulasi Kebijakan Pemanfaatan Areal Budidaya Kerang
Hijau di Karnal Muara .
Jakarta Utara ...................................

94

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1.

Diagram Pendekatan Masalah .............................................

15

2.

Diagram Alir .................................................................

17

3.

Hierarki Metoda Proses Hierarki Analitik (PHA) ......................

22

Diagram Analisis SWOT ...................................................
Hierarki Utama ..............................................................
Korelasi Antar Variabel pada Sumbu Utama Pertama dan Kedua
(Fl x F2) .....................................................................
Sebaran Stasiun Penelitian pada Sumbu Utama Pertama dan Kedua
(Fl x FZ).....................................................................
Korelasi Antar Variabel pada Sumbu Utama Pertama dan Ketiga
(Fl x F3) .....................................................................
Sebaran Stasiun Penelitian pada Surnbu Utama Pertama dan Ketiga
(Fl x F3) .....................................................................
Peta Teluk Jakarta ..........................................................
Hierarki Utama ..............................................................
Hierarki II(a) : Mengembangkan kegiatan perikanan berorientasi
konservasi ....................................................................
Hierarki II(b) : Mengembangkan budidaya perikanan .................
Hierarki II(c) : Mengembangkan agrowisata perikanan ...............
Hierarki II(d) : Mengembangkan kegiatan perdagangan dan
distribusi hasil perikanan ..................................................
Hierarki II(e) : Mengembangkan konservasi dan rehabilitasi
lingkungan pesisir dan laut ................................................
Perubahan Paradigma Pembangunan Masyarakat (Nikijuluw, 2002)

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Data Pemantauan Kualitas Perairan Laut dan Muara Teluk Jakarta di Propinsi
DKI Jakarta Periode 2000 (Bapedalda, 2000)

2.

Matriks Korelasi antar Variabel Fisika, Kima dan Biologi

3.

Akar Ciri dan Presentase Ragam pada Lima Sumbu Utama

4.

Korelasi antara Variabel Fisik-Kimia-Biologi pada Tuga Sumbu Utama

5.

Kualitas Representase (Kosinus Kuadrat) dari Setiap Stasiun Penelitian
terhadap Sumbu Utama

6.

Hasil Analisa Kekerangan (Dinas Perikanan DKI Jakarta, 2001)

7.

Jumlah Berat Maksimum Logam Berat per 70 kg Berat Badan yang Boleh
Masuk ke dalarn Tubuh Manusia per Minggu (Hutagalung, 1988 dalarn
Wahyono, 1993)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Undang-undang No. 2211999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang
No. 3411999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik
Indonesia Jakarta, memberikan harapan sekaligus kekhawatiran tentang pengelolaan
wilayah pesisir dan lautan di DKI Jakarta khususnya. Hal ini antara lain karena
wilayah pesisir dan lautan umumnya menghasilkan barang dan jasa yang sangat besar
dan permintaannyapun semakin meningkat, sementara wilayah ini sangat rentan
terhadap berbagai bentuk perubahan dan atau pencemaran.
Kelurahan Kamal Muara - Jakarta Utara merupakan daerah pesisir yang
berbatasan dengan Tangerang dan berpotensi menimbulkan permasalahan dalam
pemanfaatan ruang oleh berbagai pengguna lahan yang mempunyai perbedaan
kepentingan. Berbagai kegiatan yang ada di Kelurahan Kamal Muara diantaranya
adalah kegiatan perikanan seperti perikanan tangkap menggunakan sero maupun
bagan dan budidaya kerang hijau; jasa kelautan seperti transportasi dan industri
kelautan seperti pembuatan kapal; dapat memicu terjadinya konflik pemanfaatan
ruang di wilayah tersebut.
Budidaya kerang hijau merupakan salah satu kegiatan perikanan yang menjadi
unggulan di Kelurahan Kamal Muara-Jakarta Utara. Jwmlah pembudidaya kerang
hijau saat ini mencapai sekitar 300 orang dengan jumlah rakit sekitar 1000 unit;
pendapatan mereka antara Rp. 300.000,- - Rp. 900.000,- per rakit. Akan tetapi saat ini
kondisi kegiatan budidaya kerang hijau semakin memprihatinkan akibat pencemaran
lingkungan yang terjadi.

Agar pengembangan pembangunan di wilayah pesisir Kelwahan Kamal
Muara dapat mengakomodir kebutuhan masyarakatnya maka diperlukan suatu
analisis kebijakan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
untuk menentukan pemanfaatan ruang khususnya bagi kegiatan budidaya kerang
hijau.

Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang ada di Kelurahan Kamal Muara-Jakarta Utara adalah:

-

Kerusakan lingkungan laut seperti hilangnya hutan mangrove serta pencemaran di
daratan yang akibatnya menurunkan potensi sumberdaya kelautan yang ada,
khususnya budidaya kerang hijau.

-

Belurn adanya pengaturan tata ruang sehingga berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan.

-

Belum dilaksanakannya penegakan hukum secara konsisten bagi pelanggar
kerusakan lingkungan.

-

Belum adanya pemaharnan yang sama tentang pembangunan lingkungan pesisir.

Perurnusan Masalah
Berdasarkan Rencana Tata Ruang (RTR) serta hukum dan peratwan yang ada
maka diketahui bahwa adanya konflik pemanfaatan atau penggunaan lahan akibat
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai.
Oleh karena itu perumusan masalahnya adalah "Kebijakan apa yang harus

diterapkan agar pemanfaatan lahan untuk budidaya kerang hijau di Kelurahan
Kamal Muara dilakukan secara optimal"

Tujuan Penelitian

- Mengkaji kondisi lingkungan dan keterkaitannya dengan budidaya kerang hijau.

-

Menentukan skenario optimal pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kamal Muara.

- Memforrnulasikan arah kebijakan pengelolaan wilayah pesisir Kelurahan Kamal
Muara.

Manfaat Penelitian

- Memberikan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan sumberdaya pesisir
Kelurahan Kamal Muara khususnya sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkesinambungan.

- Menentukan prioritas penggunaan lahan dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir
- Memberi rekomendasi sebagai dasar pengambilan keputusan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian Lahan Budidaya Kerang Hijau

Kerang hijau (Mytilus viridis) termasuk dalam golongan binatang lunak yang
hidup di laut dan mempunyai cangkang berwarna hijau. Jenis kerang ini banyak
terdapat di perairan-perairan dekat muara; hidup menempel pada batu-batu karang,
tiang-tiang bagan atau tiang-tiang dermaga di pelabuhan (Asikin, 1985).
Beberapa literatur menyebut klasifikasi spesies kerang hijau adalah Mytilus
viridis (Marshall dan Williams, 1972 dalam Mulyanto, 1985); akan tetapi ada pula
literatur yang mengklasifikasikan kerang hijau dalam spesies Perna viridis
(Romimohtarto dan Juwana, 2001). Selanjutnya dalam penulisan tesis ini penulis
mengklasifikasikan kerang hijau termasuk spesies Mytilus viridis.
Kerang hijau (Mytilus viridis) tumbuh dengan baik pada salinitas 27 -35 per
mil; temperatur 27 - 32 OC; pH 6 - 8; kecerahan 3,5 - 4,O m; arus tidak begitu kuat
dan biasanya hidup pada kedalaman 1 - 7 m; mengambil plankton nabati sebagai
makanannya (Asikin, 1985).
Di Indonesia, kerang hijau memijah sepanjang tahun, tetapi spat terbanyak
adalah antara bulan-bulan Maret - Juli. Kerang hijau dewasa dapat menghasilkan
telur sebanyak 12 juta butir telur dan dilepaskan di perairan. Setelah dibuahi, telurtelur tersebut akan menetas menjadi burayak dan hidup melayang di perairan. Sekitar
2 (dua) minggu kemudian burayak tersebut akan mencari substrat untuk menempel
dan tumbuh menjadi kerang dewasa. Kecepatan tumbuh kerang hijau antara 0,7 - 1,O
cm per bulan. Setelah 6 - 7 bulan, kerang hijau sudah dapat dipanen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kerang hijau menurut
Bayne (1976) dalam Kastoro (1982) adalah musim, temperatur, struktur populasi,

makanan, salinitas, cahaya, umur dan ukuran. Penurunan kecepatan tumbuh kerang
hijau ditemukan dalam populasi yang terdiri dari individu-individu yang berlainan
umurnya. Hal ini disebabkan kompetisi untuk mendapatkan makanannya. Disamping
faktor makanan, salinitas juga berpengaruh pada pertumbuhan kerang dari marga
Mytilus. Kerang yang terdapat pada perairan dengan salinitas rendah mempunyai
ukuran cangkang lebih pendek dibandingkan dengan kerang yang hidup di perairan
salinitas tinggi.
Kerang hijau tahan terhadap pencemaran yang berasal dari buangan industri
maupun buangan rumah tangga; bahkan kerang hijau mempunyai tendensi
mengakumulasi logam berat dun mengkontaminasi bakteri. Padahal, kerang hijau
juga merupakan sumber protein yang tinggi' bagi manusia yaitu sebesar sekitar
21.9%, harga terjangkau serta banyak disukai masyarakat. Dengan demikian
budidaya kerang hijau seharusnya dilakukan di lokasi yang bebas dari pencemaran
yang membahayakan kehidupan manusia.

Pengaruh Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal Terhadap Usaha
Budidaya Kerang Hijau
Definisi wilayah pesisir menurut Kay dan Alder (1999) adalah suatu daerah
yang terdiri dari 2 (dua) komponen daratan dan laut, mempunyai batas darat dan laut
dimana batas darat masih dipengaruhi laut dan batas laut masih dipengaruhi daratan
dan tidak mempunyai luasan, kedalaman dan ketinggian yang sama.
Menurut Dahuri (2000), kawasan pesisir (coastal zone) adalah daerah
pertemuan antara ekosistim laut dan darat yang merupakan tempathabitat bagi
berbagai makhluk hidup serta mengandung berbagai sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan yang bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab itu, berbagai persoalan sosial

ekonomi dan lingkungan muncul di kawasan ini; tidak terkecuali di Kelurahan Kamal
Muara sebagai refleksi banyaknya kegiatan manusia. Diantara persoalan pokok ini
adalah pemanfaatan sumberdaya yang melebihi kapasitas dan daya dukung serta
kemiskinan penduduknya.
Menurut Viles dan Spencer (1995), masalah-masalah di daerah pesisir
diantaranya adalah polusi daerah pantai, erosi garis pantai, banjir di daerah pesisir
dan penurunan keragaman biota di daerah mangrove dan sekitarnya. Masalahmasaalah tersebut diatas bukan merupakan masalah baru bagi para peneliti dan
menunjukkan bahwa daerah pesisir merupakan daerah dengan titik kritis tinggi serta
daerah yang dinamis.
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut harus mulai dibenahi sehingga dapat
dirasa manfaatnya oleh generasi sekarang tanpa mengurangi hak generasi yang akan
datang untuk memanfaatkannya. Menurut Dahuri (1999) dalam Syukur (2001) bahwa
dalam kebijakan dan strategi pembangunan wilayah pesisir pada kegiatan
perlindungan dan konsewasi dititik beratkan pada dua komponen utama yaitu (1)
penanggulangan dampak dari daratan dan (2) perlindungan fisik habitat ekosistim
pesisir dan lautan.
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut tidak dapat ditangani masing-masing
sektor, tetapi harus ada keterpaduan antar sektorlstakeholdder. Menurut Cincin-Sain
dan Knecht (1998), pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu bertujuan
mewujudkan pembangunan wilayah pesisir dan laut yang berkelanjutan, mengurangi
kerusakan daerah pantai dan kerusakan alarni lainnya serta juga mengelola prosesproses ekologi, sistim kehidupan pendukungnya dan kelimpahan biota di daerah
pesisir dan laut. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu ini harus dilakukan mulai
saat ini akibat adanya penurunan sumberdaya pesisir dan laut yang terjadi.

Stakeholder yang ada perlu mempunyai persepsi yang sama tentang pentingnya

pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan serta berwawasan
lingkungan.
Disamping pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu, Carter (1996) dalam
Syukur (2001) menjelaskan bahwa konsep pengelolaan berbasis masyarakat memiliki
aspek positif yaitu (1) mampu mendorong timbulnya pemerataan dalam pemanfaatan
sumberdaya alam, (2) mampu merefleksi kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal
yang spesifik, (3) marnpu meningkatkan efisiensi secara ekologis dan teknis, (4)
responsive dan adaptif terhadap perubahan kondisi sosial dan lingkungan local, (5)
mampu meningkatkan manfaat local bagi seluruh anggota masyarakat yang ada, (6)
mampu menumbuhkan stabilitas dan komitmen dan (7) masyarakat lokal termotivasi
untuk mengelola secara berkelanjutan. Sementara Nikijuluw (2002) mendefinisikan
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat (PSPBM) sebagai suatu
proses pemberian wewenang, tanggung jawab dan kesempatan kepada masyarakat
untuk mengelola sumberdaya perikanannya sendiri dengan terlebih dahulu
mendefinisikan kebutuhan dan keinginan, tujuan serta aspirasinya. Sedangkan
Santosa (2001) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat untuk menjalankan
fungsi kontrol kegiatan pembangunan dalam konteks politik lebih memiliki potensi
untuk didayagunakan dibandingkan fungsi kontrol yang dilakukan oleh institusi
negara.
Menurut Koentjaraningrat (1997), partisipasi rakyat, terutama rakyat pedesaan
dalam pembangunan sebenarnya menyangkut dua type yang pada prinsipnya berbeda
yaitu 1). Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek-proyek
pembangunan yang khusus dan 2). Pertisipasi sebagai individu di luar aktivitas-

aktivitas bersama dalam pembangunan. Kedua type partisipasi rakyat diatas dapat
diaplikasikan secara bersamaan dengan melihat permasalahan pokok yang ada.
Bagi masyarakat Kamal Muara-Penjaringan Jakarta Utara, budidaya kerang
hijau merupakan salah satu usaha andalan masyarakatnya, disamping usaha perikanan
lainnya seperti bagan, sero, pengolah kerang hijau serta pedagang. Kegiatan budidaya
kerang hijau di lokasi tersebut merupakan sumber pendapatan masyarakat,
penyerapan tenaga kerja, membuka lapangan kerja serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya. Dengan pendapatan pembudidaya antara Rp. 300.000,hingga Rp. 900.000,- per rakit maka usaha budidaya kerang hijau layak untuk tetap
dipertahankan keberadaannya dengan syarat-syarat tertentu. Disarnping itu,
pengembangan usaha lokal yang berbasis masyarakat sejalan dengan pendapat
Strahm (1999) bahwa untuk mengurangi utang negara berkembang maka salah satu
upayanya adalah perlunya dilakukan pembangunan industri berdasarkan kekuatan
sendiri untuk memproduksi bahan pokok yang dibutuhkan oleh pasar dalarn negeri.
Industri lokal (awalnya hanya dapat berjalan dengan proteksi), biasanya hanya sedikit
memerlukan bahan baku import dan tidak tergantung pada modal asing.
Seers (1979) dalam Arief (1998) berpendapat bahwa tolok ukw
perkembangan ekonomi hendaklah tidak hanya didasarkan pada perturnbuhan GNP
per kapita tetapi hendaklah juga didasarkan atas 3 (tiga) kriteria lainnya yaitu
berkurangnya kemiskinan absolut, menurunnya ketimpangan distribusi pendapatan
dan mengecilnya tingkat pengangguran.

Kebijakan dan Analisis Kebijakan
Kebijaksanaan menurut Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Wahab (1997)
diartikan sebagai pedoman untuk bertindak. Sementara Anderson dalarn Wahab

(1997) merumuskan kebijaksanaan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat,
kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan
tertentu atau merupakan langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh
seorang aktor atau sejumlah/sekelompok aktor berkenaan dengan adanya masalah
atau persoalan tertentu yang dihadapi.
Sedangkan kebijaksanaan negara adalah antar hubungan diantara unit
pemerintahan tertentu dengan lingkungannya. Definisi lainnya menurut Dye dalam
Wahab (1997) adalah pilihan tindakan apapun yang dilakukan atau tidak ingin
dilakukan oleh pemerintah. Menurut Osborne dan Gaebler (1999), ada 10 prinsip
sederhana terstruktur mengenai cara b m menjalankan wusan pemerintah, yaitu :

- Pemerintahan katalis : mengarahkan ketimbang mengayuh.
- Pemerintahan milik masyarakat : memberi wewenang ketimbang melayani.

-

Pemerintahan yang kompetitif : menyuntikkan persaingan ke dalarn pemberian
pelayanan.

- Pemerintahan yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang digerakkan
oleh peraturan.

-

Pemerintahan yang berorientasi hasil : membiayai hasil, bukan masukkan.
Pemerintahan berorientasi pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan
birokrasi.

- Pemerintahan wirausaha : menghasilkan ketimbang membelanjakan.
- Pemerintahan antisipatif : mencegah daripada mengobati.
- Pemerintah desentralisasi.
- Pemerintahan berorientasi pasar : mendongkrak perubahan melalui pasar.

Dengan 10 prinsip tersebut diatas, pemerintah dapat lebih cepat dalam
merespon kebutuhan masyarakat yang semakin beragam yang nantinya dituangkan
dalam suatu kebijakan pemerintah.
Sementara menurut Bauer dalam Dunn (2000) kebijakan adalah proses sosial
dimana proses intelektual melekat didalamnya.
Analisis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan
berbagai metoda pengkajian multiple dalam konteks argumentasi dan debat politik
untuk menciptakan, secara kritis menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan (Dunn, 2000).
Adapun tujuan adanya analisis kebijakan adalah untuk memperbaiki kebijakan
dengan cara menciptakan, secara kritis menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan
yang relevan dengan kebijakan.
Dalam menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan, analis
kebijakan meneliti sebab, akibat dan kinerja kebijakan dan program publik (Dunn,
2000).
Peramalan dalam analisis kebijakan merupakan suatu prosedur untuk
membuat informasi faktual tentang situasi sosial masa depan atas dasar informasi
yang telah ada tentang masalah kebijakan; mempunyai tiga bentuk utama yaitu:
proyeksi, prediksi dan perkiraan.
Sejauh struktur sosial masih sederhana dan statis, penilaian yang mapan akan
bertahan untuk waktu yang panjang, tetapi jika masyarakat berubah ha1 ini akan
tercermin pada penilaian yang berubah. ~ e n i l a i hkembali dan pendefinisian kembali
atas situasi akan selalu berbarengan dengan struktur sosial yang berubah itu
(Mannheim dalam Dunn, 2000).

Kebijakan pemanfaatan areal budidaya kerang hijau di Kelurahan Kamal
Muara-Jakarta Utara perlu mempertimbangkan beberapa ha1 antara lain sumberdaya
alam yang ada, daya dukung lingkungannya serta stakeholder khususnya masyarakat
lokal yang terlibat. Menurut Susanto (1998), masalah surnberdaya alam adalah suatu
sistemik yang pemecahan masalah dan solusinya harus berawal dari kemauan politik
(political will) dan komitmen dari para pemimpin negara, baik negara maju maupun
berkembang yang menuntut adanya perubahan sistim dan struktur perekonomian dan
industri, serta perubahan pola pikir produsen, konsumen dan juga aparat
pemerintahan yang melihat sumberdaya alam sebagai sesuatu yang dikelola secara
arif dan optimal.
Menurut Damanhuri (1999), kita harus belajar dari masa lalu dimana politik
ekonomi yang dianut cenderung kapitalis dengan sektor pertanian (dalam arti luas)
hanya sebagai sektor penyangga. Kita hams mulai menjadikan sektor pertanian
(dalam arti luas) sebagai leading sektor yang berorientasi memajukan petanilnelayan
serta meningkatkan kesejahteraannya. Arthur J. Hanson (1998) dalam Santosa (2001)
menggarisbawahi bahwa kegagalan Indonesia dalam mengaktualisasikan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan adalah 'karena Indonesia gaga1 memahami
keterkaitan erat antara good governance dengan 3 (tiga) elemen dalam pembangunan
berkelanjutan yaitu lingkungan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Diperlukan
kemauan politik serta fungsi kontrol yang kuat terhadap praktek-praktek
pembangunan.

KEADAAN UMUM KELURAHAN KAMAL MUARA
Luas wilayah propinsi DKI Jakarta berdasarkan SK Gubernur KDKI Jakarta
No. 1227 tahun 1989 adalah berupa daratan seluas 661,52 krn2 dan berupa lautan
seluas 7.895 km2; terdapat 106 pulau serta 13 sungai yang mengalir ke arah Teluk
Jakarta, diantaranya S. Ciliwung, S. Cisadane, S. Kamal dan K. Angke.
Wilayah administrasi propinsi DKI Jakarta terbagi dalam 5 wilayah
kotamadya dan 1 kabupaten yaitu Kotamadya Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta
Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat serta kabupaten Kepulauan Seribu.
Jumlah penduduk DKI Jakarta sebanyak 9,2 juta jiwa; yang berarti kepadatan
penduduknya mencapai 13,8 ribulkm2.
Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara merupakan
daerah pesisir yang berbatasan dari arah barat dengan Kelurahan Dadap (Tangerang)
dan arah timur dengan Kelurahan Kapuk Muara. Sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian di sektor perikanan; baik sebagai nelayan (10.350 orang),
pembudidaya kerang hijau (397 orang), maupun pedagang dan pengolah ikanlkerang
(1.615 orang) serta pengolah rebon dan terasi.
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan perikanan di Kelurahan Kamal
Muara diantaranya adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan sarana penjualan hasil
perikanan.
Kegiatan budidaya perikanan di Kelurahan Kamal Muara terdiri dari kegiatan
budidaya tambak (udang, bandeng dan mujaer) dan kegiatan budidaya laut (kerang
hij au).
Saat ini pembudidaya kerang hijau di Kelurahan Kamal Muara tercatat
sebanyak 397 orang, dengan jwnlah rakit sekitar 1.000 unit. Produksi yang dihasilkan

tahun 2000 sekitar 10.000 ton, menurun sekitar 50% dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut salah seorang pembudidaya kerang hijau di Kamal Muara (H. Amir-Ketua
Kelompok Mapadaelo), produksi kerang hijau saat ini menurun baik kualitas maupun
kuatitasnya. Dua tahun belakangan ini, masa .pemeliharaan budidaya kerang hijau
berkisar antara 8 - 11 bulan, lebih lama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang
hanya 6 - 7 bulan. Ditambahkan pula bahwa hasil produksinyapun menurun sekitar
50%, dari 15 - 20 ton per rakit menjadi sekitar 10 ton per rakit.
Pendapatan rata-rata pembudidaya kerang hijau di Kelurahan Kamal Muara
sekitar Rp. 4.500.000,- per musim per rakit. Sedangkan kerang hijau rebusan dapat
laku dijual seharga Rp. 6.000,-/kg.
Sekitar 60% pembudidaya kerang hijau berstatus pemilik, sementara sisanya
adalah pekerjalburuh dengan pembagian keuntungan 50% setelah dipotong modal.
Teknik budidaya kerang hijau yang dilakukan oleh para pembudidaya di
Kelurahan Kamal Muara sangat sederhana yaitu menggunakan teknik rakithagan
tancap. Spat (benih) kerang hijau dikumpulkan dengan menggunakan tali rawai yang
digantungkan pada bambu rakit tancap. Spathenih kerang hijau tersebut akan tetap
menempel hingga panen tiba.
Umumnya, pembudidaya kerang hijau melakukan pengontrolan terhadap rakit
budidayanya. Permasalahan utama yang dihadapi oleh pembudidaya kerang hijau
adalah limbah industri yang menurunkan kualitas perairan sekitar Kamal Muara. Hal
lainnya yang merusakkan rakit para pembudidaya kerang hijau adalah adanya angin
dan gelombang yang menghancurkan rakit-rakit mereka seperti yang terjadi di awal
tahun 2002 ini.

KERANGKA PEMIKIRAN
Pada prinsipnya, pengelolaan wilayah pesisir berkaitan erat dengan faktor
lingkungan ekologis, lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial yang saling
berhubungan satu dengan lainnya, dan diatur melalui hukurn, aturan-aturan lokal dan
tradisi. Timbulnya masalah dalam pengelolaan tersebut antara lain karena ketiga
faktor diatas tidak berjalan secara hamonis (Sugiarti, et al, 2000).
Penyimpangan pemanfaatan ruang akan berpotensi menimbulkan konflik.
Dengan mempelajari pemanfaatan ruang di kawasan pesisir dan laut Kamal Muara
berdasarkan Baku mutu budidaya laut, Analisis Komponen UtamalPrincipal
Components Analysis (PCA); Proses Hierarki AnalitiklAnalitycal Hierarchy Process
(AHP) dan Analisis SWOT maka diharapkan dapat ditentukan kesesuaian lahan
untuk budidaya dan arahan kebijakan pengembangan budidaya kerang hijau.
Kebijakan Rencana Tata Ruang DKI Jakarta berdasarkan Perda 6 tahun 1999
pada pasal7 antara lain menyebutkan "melestarikan fungsi dan keserasian lingkungan
hidup di dalam penataan ruang dengan mengoptimalkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup". Oleh sebab itu, kegiatan yang bemawasan lingkungan
seperti budidaya kerang hijau perlu dilestarikan dan diatur.

Kerangka pendekatan masalah pada studi ini adalah sebagai berikut:

KONDISI DAN POTENSI
KEL. KAMAL MUARA

PERMASALAHAN

I

'I
PERENCANAAN

PEMANFAATAN

PENGENDALIAN

I

KEBIJAKAN PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR

PEMANFAATAN RUANG

I

I

KONFLIK PEMANFAATAN

T

PROSES HIRARKHI
ANALISIS

ANALISIS KOMPONEN
UTAMA

-+

ANALISA SWOT

REKOMENDASI
I
--

PEMANFAATAN RUANG SECARA OPTIMAL

Gambar 1 : Diagram Pendekatan Masalah

I

Sasaran utama yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah melakukan kajian
tentang Kesesuaian lahan dan Kebijakan pemanfaatan areal budidaya kerang hijau
yang diharapkan dapat menjadi primadona sektor perikanan serta aman untuk
dikonsumsi masyarakat. Karena sebagaimana diketahui, di satu pihak budidaya
kerang hijau dapat dijadikan andalan pendapatan masyarakat Kamal Muara,
sementara di pihak lainnya mereka adalah korban pencemaran di daratan dimana saat
ini kualitas maupun kuantitas kerang hijau yang ada semakin menurun. Hal lainnya
adalah kerang hijau yang dihasilkan menurut penelitian sudah berada diambang batas
pencemaran.
Kita ketahui bersama bahwa peraturan dan undang-undang yang ada masih
bersifat sektoral sehingga masing-masing sektor berusaha memanfaatkan sumberdaya
yang ada sesuai kepentingannya masing-masing. Disamping itu penegakan hukum
terhadap pelanggar kerusakan lingkungan belum sepenuhnya dilaksanakan.
Study ini diharapkan dapat menentukan scenario optimal pemanfaatan ruang
serta memforrnulasikan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir di Kelurahan Kamal
Muara melalui pendekatan Analisis Komponen Utama (Principal Components
AnalysislPCA); Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy ProcesslAHP) dan
Analisis SWOT .
Secara m u m , analisis data studi ini dapat dilihat pada diagram alir dalam
Gambar 2 berikut ini:

Kualitas Air Perairan
Kamal Muara
Baku MutufKepmen
KLH No. 211988

b

I

Variabel deterrninan

Analisis komponen utama
(Principal Components
AnalysislPCA

Kesesuaian Perairan untuk
budidaya Kerang Hijau
Proses Hierarki Analisis
(pH4

b

v
Variabel Kebijakan
(Policy Variable)
Analisis SWOT (Strengths,
Opportunities, Weakness,
Threats)

b

v
Strategi Pengembangan
Gambar 2 : Diagram Alir

I

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah pesisir Kelurahan Kamal Muara Kecamatan
Penjaringan Jakarta Utara.

Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari observasi, pengisian kuisioner dan wawancara
langsung di lapangan. Responden berjumlah 15 orang yang terdiri dari 9 aktorl

stakeholders yang berperan dalam pengembangan kegiatan di wilayah pesisir
Kelurahan Kamal Muara yaitu: Dinas P2 dan Kelautan, Bapeda, BPLHD, Dinas
Pariwisata, POM, Walikotamadya Jakarta Utara, LSM, Pembudidaya kerang hijau
dan masyarakat konsumen.
Sedangkan data sekunder untuk kelengkapan data penelitian diperoleh dari
dinas dan atau instansi terkait. Khusus data kualitas air didapat dari Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah-DKI Jakarta.

Analisis Data
Karakteristik Fisika-Kimia-Biologi Air
Hasil pengukuran karakteristik fisika-kimia air yang ada, kemudian
dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut (Kepmen. KLH No.
211988).

Analisis Karakteristik Fisika, Kimia dan Biologi Air
Untuk mendeterminasi sebaran karakteristik fisika-kimia-biologi air antar
stasiun pengamatan, maka digunakan pendekatan analisis statistik multivariabel yang
didasarkan pada Analisis Komponen UtamalPrincipal Components Analysis.
Pada dasarnya analisis komponen utama bertujuan menerangkan struktur
ragam-peragam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel. Secara urnum
analisis komponen utarna bertujuan mereduksi data dan menginterpretasikannya
(Gaspersz, 1995).
Tujuan utama penggunaan Analisis Komponen Utama menurut Bengen
(2000) adalah:

-

Mengekstraksi informasi esensial yang terdapat dalarn suatu tabellmatriks data
yang besar.

-

Menghasilkan suatu representasi grafik yang memudahkan interpretasi.
Mempelajari suatu tabel/mat~liksdata daril sudut pmdang hemiripan1 antma
individu atau hubungan antar variable.

Matriks data yang dimakud terdiri dari stasiun pengamatan sebagai individu
statistik (baris) dan variabellparameter fisika-kimia air sebagai variabelfparameter
kuantitatif (kolom). Data dari parameter-parameter tersebut tidak mempunyai unit
pengukuran dan ragam yang sama, karena itu sebelum dilakukan Analisis Komponen
Utama data-data tersebut dinorrnalisasikan terlebih dahulu melalui pemusatan dan
pereduksian.
Pemusatan diperoleh dari selisih antara nilai parameter pengamatan dengan
nilai rata-rata parameter :

c =x..
-xi
J'

dimana : C

= nilai pusat

Xij

-

= nilai parameter ke-i untuk pengamatan ke-j

Xi = nilai rata-rata parameter ke-i

Parameter X1, ...,X23 dapat dilihat pada lampiran 1.
Pereduksian adalah hasil bagi antara nilai parameter yang telah dipusatkan
dengan nilai simpangan baku parameter tersebut :

R=

----------

sd
dimana : R = nilai reduksi
= nilai pusat

C

Sd = nilai simpangan baku parameter

Untuk menentukan hubungan antara dua parameter digunakan pendekatan
matriks korelasi yang dihitung dari indeks sintetik :

dimana : Bsm = matriks korelasi, rij
Asxn = matriks indeks sintetik, Aij
t

A nxs = matriks transpose As,

Korelasi linear antara dua parameter yang dihitung dari indeks sintetiknya
adalah peragam dari kedua parameter tersebut yang telah dinormalisasikan.
Diantara semua indeks sintetik yang mungkin, Analisis Komponen Utama
mencari terlebih dahulu indeks yang menunjukkan ragam stasiumya maksimum.
Indeks ini disebut komponen utama pertama yang merupakan sumbu utama 1 (F,).
Suatu proporsi tertentu dari ragam total stasiun dijelaskan oleh komponen
utama pertama (F1). Selanjutnya dicari komponen utama kedua (F2) yang memiliki

korelasi nihil dengan komponen utama pertama (F1). Komponen utama kedua
memberikan informasi terbesar kedua sebagai pelengkap komponen utama pertama.
Proses ini berlanjut terus hingga diperoleh komponen utarna ke-p, dimana bagian
informasi yang dapat dijelaskannya semakin kecil. Pada prinsipnya, dalam Analisis
Komponen Utama digunakan pengukuran jarak Euclidean (jumlah kuadrat perbedaan
antara stasiun untuk parameter variabel yang berkoresponden pada data).
Jarak Euclidean didasarkan pada rumus:

J=l
2

dimana : D

= jarak

Euclidean

i,i,

=2

j

= parameter fisika-kimia air (pada kolom, bervariasi dari

stasiun (pada baris)
1 ke-p)

Semakin kecil jarak Euclidean antar 2 stasiun, maka semakin mirip
karakteristik fisika-kimia air antar kedua stasiun tersebut; demikian sebaliknya.
Analisis Prioritas Pemanfaatan

Untuk mendapatkan scenario optimal dalam pemanfaatan sumberdaya yang
ada khususnya budidaya kerang hijau di Kelurahan Kamal Muara-Jakarta Utara maka
digunakan pendekatan PHA.
Proses Hierarki Analitik (PHA) merupakan metoda yang memodelkan
permasalahan yang tidak terstruktur seperti dalam bidang ekonomi, sosial dan
manajemen. Pada dasarnya, PHA ini didesain untuk menangkap secara rasional
persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui
suatu prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara
berbagai set alternatif.
Data yang dianalisis meliputi data struktur hierarki keputusan berdasarkan
hasil wawancara dan kuesioner dengan pendekatan PHA yang menggunakan analisis

komparasi berpasangan. Dalam analisis ini digunakan komputer dengan bantuan
program Expert Ch0isev.s. 0.8.
Tolok ukur kekonsistenan pendapat responden diukur dengan menggunakan
rasio konsistensi atau Consistency Ratio (CR).
Adapun tahapan analisis data menurut Saaty (1993) adalah sebagai berikut:
Identifikasi Sistem dan Hierarki

Identifikasi sistem yaitu mendefinisikan perrnasalahan dan rinci pemecahan
yang diinginkan.
Sementara hierarki merupakan alat dasar dari pikiran manusia. Hierarki dari
metode ini dibagi menjadi fokus, faktor yang terlibat (internal dan eksternal), aktor,
tujuan dan alternatif seperti Garnbar berikut:

Fokus

Sasaran utama (ultimate goal)

Faktor

Faktor yang terlibat
(internal dan eksternal)

Aktor

Pelaku yang terlibat

Tujuan

Tujuan dari pelaku

C
Alternatif

Alternatif pengembangan

Gambar 3. Hierarki Metoda Proses Hierarki Analitik (PHA).
Hierarki tahap pertama merupakan hierarki utama, sedangkan hierarki kedua
dan ketiga masing-masing merupakan pengembangan dari hierarki pertama dan
kedua.

HIERARKI UTAMA

Budidaya kerang hijau sebagai
andalan pendapatan masyarakat
yang arnan dikonsumsi

Fokus

1

Faktor

I

I

lingkungan

I

I

I

I

I
Walikotamadya
Jakarta Utara

BPLHD

ITuiuan

mendukung

I

!
Bappeda

I

tentang budidaya
keranlr hiiau

Prasarana

I

D.Peternakan,
Perikanan dan
Kelautan

I

I

I

Aktor

r

I

I

,

kerang hijau

I

I

konsumen

I

masyarakat
I

I

I

Alternatif Pengembangan
I

perikanan

I

perikanan

,

I

konservasi

L

I

I

Konservasi dan rehabilitasi
lingkungan pesisir dan laut

Gambar 4. Hierarki Utama

distribusi hasil perikanan

Komparasi Berpasangan

Menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen yang relevan terhadap
masing-masing tujuan pada setiap level hierarki. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan teknik komparasi berpasangan dengan memberikan bobot nurnerik
serta membandingkan elemen satu dengan lainnya.
Dalam menentukan tingkat kepentingan (bobot), penilaian pendapat
(judgment) dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir yang dikonbinasikan

dengan intuisi, perasaan dan penginderaan.
Menurut Saaty (1993), nilai dan definisi skala komparasi tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Skala Komparasi Saaty (1 993)

Tingkat Kepentingan

Definisi

1

Sama penting

3

Sedikit lebih penting

5

Jelas lebih penting

7

Sangat lebih penting

9

Mutlak lebih penting

2,4,6,8

Apabila ragu diantara dua nilai yang berdekatan

1/(I-9)

Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari 1-9

Matriks Pendapat Individu

Jika C1, C2, . . . , Cn merupakan set elemen, maka kuantifikasi pendapat hasil
komparasi berpasangan tiap elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk

matriks A yang berukuran n x n. Nilai au merupakan nilai matriks pendapat hasil
komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan CIterhadap Cj.
Matriks Pendapat Gabungan
Merupakan susunan matriks baru yang elemen-elemennya (gu) berasal dari
rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu (aij) yang rasio konsistensinya
(CR)) memenuhi syarat.
Formulasi rata-rata geometrik adalah :

gu = m

7'~ aij

(k)

dimana
m

= jumlah

gi,

= elemen matriks pendapat gabungan pada baris ke-i, kolom ke-j

responden

a i , ~ = elemen matriks pendapat individu pada baris ke-i kolom ke-j untuk

matriks pendapat individu dengan CR yang memenuhi persyaratan ke-k.
k
m

=

1,2,. . .,m
= jumlah

matriks pendapat individu (responden) dengan CR memenuhi

syarat.
Pengolahan Horizontal
Digunakan untuk menyusun prioritas elemen-elemen keputusan pada setiap
tingkat hierarki keputusan.
Pengolahan horizontal dapat dilakukan dalam lima tahap:
1. Perkalian baris (z) dengan menggunakan rumus :

2. Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vector) dengan rumus :

dimana VPi adalah elemen vektor prioritas ke-i; dan i =1,2,. ..n
3. Perhitungan nilai eigen maksimum (A,,)

dengan rumus :

VA = (aij)x VP ,dengan VA = (VAi)
VA

,dengan VB = (VBj)

VB =
VP

untuk i = l , 2 , . . .,n
VA = VB = vektor antara
4. Perhitungan indeks konsistensi (CI) dengan rumus :
A max - n

CI =
n - 1
5. Perhitungan rasio konsistensi (CR) dengan rumus :

dimana RI = Random Index (Indeks Acak)
Nilai rasio konsistensi (CR) < 0,l merupakan nilai dengan tingkat konsistensi
yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.

Revisi Pendapat
Dapat dilakukan apabila rasio konsistensi (CR) pendapat cukup tinggi
(>lo%).
Pengolahan Vertikal
Digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat
hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama (ultimate goal).
Penyusunan Struktur
Hierarki disusun untuk menentukan prioritas pengambilan keputusan. Hierarki
disusun atas lima tingkat, masing-masing tingkat terdiri dari beberapa elemen yang
akan membantu pemilihan alternatif. Jika diurutkan maka sasaran utama yang ingin
dicapai adalah Penataan ruang areal budidaya kerang hijau yang dapat menjadi
primadona sektor perikanan yang aman untuk dikonsumsi masyarakat; faktor-faktor
yang berpengaruh, aktor sebagai pelaku serta alternatif strategi dalam melaksanakan
sasaran utama tersebut.
Analisis Strategi Pengembangan
Untuk mengarahkan pada pengambilan keputusan berdasarkan situasi
organisasi dan pertimbangan lainnya dibutuhkan suatu kerangka kerja yang logis.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merurnuskan strategi (pemsahaan). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats)
(Rangkuti, 200 1).

Diagram Analisis SWOT :
BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung
strategi turn
arround
KELEMAHAN
INTERNAL

1. Mendukung
strategi
agresif

-KEKUATAN
INTERNAL
4. Mendukung
strategi
defensif

2. Mendukung
strategi
diversifikasi

BERBAGAI ANCAMAN

Gambar 5. Diagram Analisis SWOT.
Keterangan :
Kuadran 1

: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. (Perusahaan)

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (Growth oriented strategy).
Kuadran 2

: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, (perusahaan) ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strate