Distribusi Logam Berat pada Kerang Hijau (Perna viridis) dari Perairan Kamal Muara, Tangerang-Jakarta

DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA KERANG HIJAU
(Perna viridis) DARI PERAIRAN KAMAL MUARA,
TANGERANG - JAKARTA

ASIH RAHAYU

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA KERANG HIJAU
(Perna viridis) DARI PERAIRAN KAMAL MUARA,
TANGERANG - JAKARTA

ASIH RAHAYU

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Distribusi Logam Berat
pada Kerang Hijau (Perna viridis) dari Perairan Kamal Muara, Tangerang-Jakarta
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, 6 Mei 2014
Asih Rahayu
NIM C34100069

ABSTRAK
ASIH RAHAYU. Distribusi Logam Berat Kerang Hijau (Perna viridis) dari Perairan Kamal
Muara, Tangerang-Jakarta. Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan PIPIH SUPTIJAH.
Kerang merupakan hewan filter feeder yang menyaring makanan menggunakan insang
sehingga memungkinkan terjadinya akumulasi bahan logam dalam tubuh. Sifat utama logam
berat adalah sulit didegradasi, sehingga keberadaannya secara alami sulit terurai. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen
Teknologi Hasil Perairan untuk preparasi dan untuk analisis logam di Laboratorium MIPA
Bersama, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dari bulan November 2013 hingga
Januari 2014. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan penyebaran kandungan logam
berat kerang hijau pada berbagai ukuran dengan bagian tubuh yaitu daging, insang, dan jeroan
dengan menggunakan metode Atomic absorption spectrophotometer.
Hasil penelitian menunjukkan logam tertinggi pada kerang hijau (Perna viridis) yaitu
Cu. Distribusi logam berdasarkan ukuran kerang (besar, sedang, dan kecil) pada daging,
insang, dan jeroan yaitu ukuran besar (1,667 ± 0,104 ppm; 1,329 ± 0,05 ppm; dan 1,542 ±
0,064 ppm), sedang (1,517 ± 0,05 ppm; 1,427 ± 0,073 ppm; dan 2,512 ± 0,05 ppm), dan kecil

(1,521 ± 0,210 ppm; 1,101 ± 0,028 ppm; dan 1,655 ± 0,127 ppm).
Kata kunci: daging, insang, jeroan, kerang hijau (Perna viridis)
ABSTRACT
Shells are filter feeder animals which use gills to shift feed. This process accumulated
metallic substance in the body. The nature of major heavy metal is difficult be degraded, so
easy to be accumulated in aquatic environment and natural substance. The research was
carried out at Laboratory of Raw Material Characteristic of Aquatic Product, Departement of
Aquatic Product Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science for preparation; metal
analyses at Laboratory MIPA Bersama, Faculty of Animal Science, Bogor Agriculture
University from November 2013 to January 2014. Objectives of this study is to determine the
distribution of heavy metal on variety of size and body part of green mussle that are meet,
gills, and viscera using Atomic absorption spectrophotometer.
Result showed the highest metal in sample is Cu. Based on the size shells metal
distribution on meat, gills, and the viscera were large (1.667 ± 0.104 ppm; 1.329 ± 0.05 ppm;
and 1.542 ± 0.064 ppm), medium (1.517 ± 0.05 ppm; 1.427 ± 0.073 ppm; and 2.512 ± 0.05
ppm), and small (1.521 ± 0.210 ppm; 1.101 ± 0.028 ppm; and 1.655 ± 0.127 ppm).
Keywords: meat, gills, viscera, green shell (Perna viridis)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi

: Distribusi Logam Berat pada Kerang Hijau (Perna viridis) dari Perairan
Kamal Muara, Tangerang-Jakarta
: Asih Rahayu
: C34100069
: Teknologi Hasil Perairan


Disetujui oleh

Dr Ir Ruddy Suwandi, MS, MPhil
Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 12 Mei 2014

Dra Pipih Suptijah, MBA
Pembimbing II

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala,
atas segala rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul Distribusi Logam Berat pada Kerang Hijau (Perna viridis) dari
Perairan Kamal Muara, Tangerang-Jakarta merupakan salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana perikanan di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama
kepada:
1 Dr Ir Ruddy Suwandi, MS, MPhil selaku dosen pembimbing I, atas segala
bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.
2 Dr Dra Pipih Suptijah, MBA selaku dosen pembimbing II, atas segala
bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.
3 Dr Ir Sri Purwaningsih MSi selaku dosen penguji.
4 Staff Dosen dan Administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Institut Pertanian Bogor
5 Kedua orangtua tersayang yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dan
doanya kepada penulis. Kakak Adi Susanto dan Adik Arya Wiranata yang
telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
6 Maya Sofia, Suwindyastuti, Yani Doremi, Khalida Hanum, Mulita Indiani,
Sakti Mahardika selaku tim dalam satu pembimbing atas kebersamaan dan
semangat yang telah diberikan.
7 Widya Lestari, Frianka Anindea, Novitha Sari, dan teman-teman THP 47
atas kebersamaan dan semangat yang diberikan.
8 Bapak Ade Kamal Muara, kakak kelas THP 45, dan 46 yang telah

membantu penulis atas informasi yang mendukung penyelesaian skripsi ini.
9 Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, 6 Mei 2014
Asih Rahayu

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..................................................................................................... V
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ V
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. V
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Perumusan Masalah ......................................................................................... 2
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 3

METODE PENELITIAN .......................................................................................... 3
Waktu dan Tempat ........................................................................................... 3
Bahan .............................................................................................................. 3
Alat .................................................................................................................. 3
Lokasi Pengambilan Kerang Hijau (Perna viridis) ........................................... 3
Prosedur Penelitian .......................................................................................... 3
Prauji Logam Berat (AOAC 2002) ................................................................... 4
Analisis Logam Berat dengan Atomic absorption spechtrophotometer (AAS) .. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 6
Morfometrik Kerang Hijau (Perna viridis) ....................................................... 6
Kandungan Logam Berat Hg ............................................................................ 7
Kandungan Logam Berat Cd ............................................................................ 8
Kandungan Logam Berat Pb ............................................................................ 9
Kandungan Logam Berat Cu .......................................................................... 11
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 12
Kesimpulan.................................................................................................... 12
Saran ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 13
LAMPIRAN ........................................................................................................... 15
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 21


DAFTAR TABEL
1 Morfometrik dan bobot utuh kerang hijau berdasarkan ukuran ...................... 6
2 Morfometrik kerang hijau ukuran kecil ....................................................... 17
3 Morfometrik kerang hijau ukuran sedang .................................................... 18
4 Morfometrik kerang hijau ukuran besar ....................................................... 19
5 Kandungan logam berat Hg ......................................................................... 20
6 Kandungan logam berat Cd ......................................................................... 20
7 Kandungan logam berat Pb ......................................................................... 20
8 Kandungan logam berat Cu ......................................................................... 20

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian .................................................................................. 4
2 Kerang hijau (Perna viridis).......................................................................... 6
3 Diagram kandungan logam berat Hg ............................................................. 7
4 Diagram kandungan logam berat Cd ............................................................. 8
5 Diagram kandungan logam berat Pb ............................................................ 10
6 Diagram kandungan logam berat Cu ........................................................... 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Alat spektrofotometer AAS ......................................................................... 16
2 Bagian organ dalam kerang ......................................................................... 16
3 Morfometrik sampel.................................................................................... 16
4 Data statistik ............................................................................................... 16
5 Data morfometrik kerang hijau (Perna viridis) ............................................ 17
6 Data analisis logam berat ............................................................................ 20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laut merupakan tempat bermuaranya aliran sungai yang memiliki potensi
sebagai tempat berkumpunya zat-zat pencemar. Zat tersebut umumnya berasal dari
kegiatan industri dan aktivitas manusia. Peningkatan jumlah industri dan aktivitas
manusia akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah. Limbah yang
dihasilkan sangat bervariasi tergantung dari jenis dan ukuran industri, pengawasan
pada proses industri, derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah yang
ada. Banyaknya pabrik ataupun industri, seringkali membuang limbah ke sungai
tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Limbah yang terbuang mengandung bahan
kimia beracun dan berbahaya terbawa oleh aliran sungai, yang pada akhirnya
bermuara ke laut sehingga akan mencemari lingkungan.
Salah satu perairan laut yang kualitas perairannya sudah melewati batas ambang

baku mutu kualitas perairan menurut kriteria Men KLH (1988) adalah Teluk Jakarta.
Hal ini diduga adanya masukan limbah ke dalam perairan yang dibawa oleh 13 sungai
yang bermuara ke dalamnya. Masuknya limbah ke perairan dapat menimbulkan
pencemaran terhadap perairan sehingga mengkontaminasi perairan sungai maupun
laut dan akan berakumulasi dalam rantai makanan. Logam berat dapat masuk dan
terakumulasi dalam tubuh biota akuatik misalnya udang, cumi-cumi, dan kekerangan.
Golongan moluska terutama jenis kekerangan merupakan komoditas hasil perairan
yang memiliki nilai ekonomis penting yang dapat dilihat dari volume produksi.
Volume produksi perikanan tangkap khususnya kerang di Indonesia pada periode
tahun 2004-2012 mengalami fluktuasi, yaitu sebesar 4 ton, 5 ton, 1.515 ton, 420 ton,
14 ton, 30 ton, 447 ton, dan 2.867 ton, 2.970 ton dengan kenaikan rata-rata tahun
2010-2012 sebesar 272,49 % (KKP 2013).
Kehidupan kerang khususnya kerang hijau dapat dijumpai di daerah pasang
surut yang memiliki subsrat berlumpur dan berpasir. Subsrat mengandung berbagai
macam bahan organik maupun anorganik yang diperlukan untuk metabolisme. Bahan
diabsorpsi dari perairan yang terkontaminasi memungkinkan adanya logam berat
yang masuk dan terakumulasi dalam tubuh. Logam berat tersebut di antaranya
merkuri (Hg), cadmium (Cd), tembaga (Cu), dan timbal (Pb). Bahan pencemar logam
berat umumnya berasal dari daratan. Pencemaran logam yang masuk ke lingkungan
laut umumnya terjadi akibat adanya buangan limbah industri yang masuk melalui tiga
cara yaitu pembuangan industri yang tidak dikontrol, lumpur minyak yang
mengandung logam berat dengan kandungan tinggi, serta adanya pembakaran minyak
hidrokarbon dan batubara di daratan (Payung et al. 2013). Logam terakumulasi
melalui proses rantai makanan sehingga terjadi biotransformasi dan biomagnifikasi
pada tubuh organisme termasuk manusia. Semakin tinggi kadar logam berat di suatu
perairan, semakin tinggi pula logam berat yang terakumulasi dalam tubuh biota.
Jenis kekerangan memungkinkan untuk dipakai sebagai indikator pencemaran
suatu lokasi perairan. Chakraborty et al. (2010) menyatakan bahwa moluska
(siput, tiram, dan kerang) banyak digunakan sebagai bioindikator perairan yang

2

terkontaminasi oleh cemaran. Kemampuan dalam mengakumulasi logam berat, yang
memungkinkan kerang hijau digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat
pencemaran pada lingkungan (Apriadi 2005). Hal ini disebabkan kerang dapat
mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya karena habitat
hidupnya menetap, lambat untuk menghindari diri dari pengaruh polutan, mempunyai
toleransi yang tinggi terhadap logam tertentu, dan mempunyai toleransi yang besar
terhadap tekanan ekologis yang tinggi.
Perumusan Masalah
Kegiatan industri meliputi rumah tangga, pertanian, dan pertambangan
seringkali menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali ke
lingkungan. Akibatnya, lingkungan menjadi tercemar. Pencemaran lingkungan diikuti
dengan peningkatan industri dan aktivitas manusia. Bahan pencemar dari hasil
aktivitas manusia berupa bahan berbentuk padat, cair, dan gas. Bahan tersebut
berujung mengalir ke muara perairan pada suatu lingkungan, yang memberikan
dampak tersendiri terhadap biota dan mengganggu kesetimbangan biologis. Logam
berat termasuk salah satu bahan pencemar yang dihasilkan dari kegiatan industri.
Limbah ini dikategorikan ke dalam bahan beracun berbahaya (B3) kerena efek
samping yang ditimbulkannya apabila masuk ke dalam tubuh organisme termasuk
manusia. Hal ini dapat dilakukan pengujian logam berat terhadap biota untuk
membuktikan biota tersebut aman atau tidak untuk dikonsumsi. Metode uji dengan
alat Atomic absorption spectrophotometer (AAS) sering digunakan dalam uji logam
untuk medeteksi kandungan logam pada biota khususnya kerang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan penyebaran kandungan logam berat
pada berbagai ukuran dengan bagian tubuh kerang hijau (Perna viridis) yaitu bagian
daging, insang, dan jeroan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi baru mengenai
pencemaran logam berat pada biota khususnya kerang hijau (Perna viridis) mencakup
logam Hg, Cd, Cu, dan Pb serta landasan bagi penelitian lainnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan contoh sampel yang berasal
dari perairan Kamal Muara, pengukuran morfometrik, pengujian logam berat, serta
penulisan laporan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Januari 2014.
Pengambilan contoh dilakukan di Kamal Muara, Tangerang-Jakarta. Preparasi bahan
baku dan perhitungan morfometrik dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan
Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Analisis logam berat dilakukan di Laboratorium Bersama MIPA
Kimia, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan baku yang digunakan adalah kerang hijau (Perna viridis). Bahan untuk
analisis logam berat yaitu asam nitrat p.a 65 %, asam perkhlorat p.a 70-72 %, dan air
bebas ion.
Alat
Alat yang digunakan untuk preparasi bahan baku adalah timbangan analitik,
jangka sorong, dan pisau dapur. Alat yang digunakan untuk analisis logam yaitu
Atomic absorption spectrophotometer (AAS) tipe Shimadzu 7000 (Lampiran 1), botol
plastik, cawan porselen, gelas ukur, labu erlenmeyer, desikator, dan hot plate.
Lokasi Pengambilan Kerang Hijau (Perna viridis)
Pengambilan kerang hijau dari Kamal Muara dilakukan nelayan di wilayah
pantai pada koordinat 06o05’00”LS - 06o04’30”LS dan 93o25’00”BT - 93o30’00”BT.
Penentuan koordinat berdasarkan acuan peta yang diperoleh dari Badan Koordinasi
Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) dengan skala 1 : 25.000. Perahu
yang digunakan dalam pengambilan sampel memiliki volume 12 m x 2 m x 2 m
dengan anak buah kapal (ABK) berjumlah 2 orang.
Prosedur Penelitian
Penelitian meliputi tahap pengambilan sampel, persiapan sampel, penghitungan
morfometrik, pengujian logam, serta analisis data. Pengujian logam dilakukan pada

4

kondisi sampel masih segar. Langkah awal penelitian yaitu kerang hijau dilakukan
pengukuran bobot utuh dan morfometrik meliputi panjang, lebar, dan tinggi
berdasarkan ukuran. Sampel kemudian dilakukan preparasi dengan memisahkan
bagian daging, insang, dan jeroan (Lampiran 2). Sampel yang telah dipreparasi, diuji
logam berat dengan alat Atomic absorption spectrophotometer (AAS). Diagram
penelitian disajikan pada Gambar 1.
Kerang hijau
(Perna viridis)

Pengukuran bobot dan morfometrik

Besar

Daging

Insang

Kecil

Sedang

Jeroan

Daging

Insang

Jeroan

Daging

Insang

Jeroan

Preparasi sampel

Uji logam

Analisis data

Gambar 1 Diagram alir penelitian
Prauji Logam Berat (AOAC 2002)
Sampel telah dipreparasi berupa daging, insang, dan jeroan (Lampiran 3).
Bagian-bagian tersebut sebelum dianalisis dengan alat Atomic absorption
spectrophotometer (AAS), dilakukan preparasi terlebih dahulu. Langkah awal yang
dilakukan yaitu destruksi sebanyak 1 gram contoh ditimbang ke dalam erlenmeyer,
ditambahkan 5 ml asam nitrat p.a, dan 1 ml asam perkhlorat p.a, didiamkan satu
malam. Esoknya sampel dipanaskan pada suhu 100 ˚C selama 1 jam 30 menit, suhu
ditingkatkan menjadi 130 ˚C selama 1 jam, kemudian suhu ditingkatkan lagi menjadi
150 ˚C selama 2 jam 30 menit (sampai uap kuning habis, bila masih ada uap kuning,
waktu pemanasan ditambah). Setelah uap kuning habis, suhu ditingkatkan menjadi

5

170 ˚C selama 1 jam, kemudian suhu ditingkatkan lagi menjadi 200 ˚C selama 1 jam
(terbentuk uap putih). Destruksi selesai dengan terbentuknya endapan putih. Ekstrak
didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas ion menjadi 10 ml, lalu dikocok.
Analisis Logam Berat dengan Atomic absorption spechtrophotometer (AAS)
Spektrofotometer serapan atom merupakan alat untuk menganalisis unsur-unsur
logam dan mineral dalam jumlah renik (trace). Teknik ini didasarkan pada absorpsi,
emisi, dan fluoresensi dari radiasi elektromagnetik oleh partikel-parikel atom. Sampel
dalam hal ini perlu diatomisasi untuk mendapatkan spektrum ultraviolet dan sinar
tampak lalu diubah menjadi partikel atom berbentuk gas. Spektrum absorpsi, emisi,
dan fluoresensi dari atom suatu unsur yang terdiri dari sejumlah garis dengan panjang
atom tertentu (Anderson 1999).
Analisis Data
Metode Deskriptif
Kandungan logam berat dilakukan dengan mengukur logam yang terdapat pada
daging, insang, dan jeroan serta dibandingkan dengan kandungan maksimum logam
berat dalam tubuh moluska menurut baku mutu BSN (2009) mengenai batas
maksimum cemaran logam dalam produk pangan dan FAO (1972) mengenai food
composition table for use in East Asia.
Statistik Rancangan Acak Faktorial
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan model satatistik
rancangan acak faktorial (RAF) yang meliputi kelompok (ukuran), perlakuan
(pemisahan bagian tubuh), dan ulangan (Lampiran 4). Model statsitik disajikan
sebagai berikut.
Yijk = x + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan pada percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ke ij (taraf ke-i difaktor A dan taraf ke-j difaktor B)
x
= Rataan umum populasi
αi
= Pengaruh aditif taraf ke-i difaktor A
βj
= Pengaruh aditif taraf ke-j difaktor B
εijk = Galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ij

HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfometrik Kerang Hijau (Perna viridis)
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu biota yang mampu bertahan
hidup dan berkembangbiak pada tekanan ekologis yang tinggi, bersifat filter feeder,
dan dominan hidup pada ekosistem litoral (wilayah pasang surut) dan sublitoral yang
dangkal.
Hendirk dan Cappenberg (2008) menyatakan bahwa kerang hijau hidup pada
perairan estuari, teluk, dan daerah mangrove dengan kondisi lingkungan yang dasar
perairannya pasir berlumpur, serta salinitas yang tidak terlalu tinggi. Umumnya hidup
menempel dan bergerombol pada subsrat yang keras yaitu batu karang, kayu, bambu
dengan bantuan bysus. Kerang hijau tergolong dalam hewan sessile yang hidup
bergantung pada ketersediaan zooplankton, fitoplankton, dan material yang kaya akan
bahan organik. Sampel yang digunakan disajikan pada Gambar 2.

Sumber: Dokumentasi pribadi 2013
Gambar 2 Kerang hijau (Perna viridis)
Kerang hijau dibagi atas tiga kelompok ukuran yaitu ukuran kecil (4-5 cm)
dengan umur panen 3-4 bulan, sedang (6-7 cm) dengan umur panen 5-6 bulan, dan
besar (> 7 cm) dengan umur panen > 6 bulan. Penetapan ini berdasarkan hasil
wawancara langsung dengan nelayan pembudidaya kerang hijau di perairan Kamal
Muara, Tangerang-Jakarta. Pengukuran morfometrik sampel kerang hijau meliputi
panjang, lebar, dan tinggi cangkang berdasarkan ukuran dari 30 sampel yang
digunakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Morfometrik dan bobot utuh kerang hijau berdasarkan ukuran
Ukuran
Besar
Sedang
Kecil

Panjang (cm)
8,112 ± 0,965
6,424 ± 0,202
4,657 ± 0,327

Parameter
Lebar (cm)
3,545 ± 0,443
3,117 ± 0,246
2,514 ± 0,362

Tinggi (cm)
2,254 ± 0,326
2,049 ± 0,179
1,668 ± 0,119

Bobot utuh
(gram)
14,247 ± 4,676
8,367 ± 1,245
4,574 ± 1,049

Keterangan: data diperoleh dari 30 kerang hijau pada masing-masing ukuran
Tabel 1 menunjukkan bahwa ukuran kerang hijau mempunyai morfometrik dan
bobot utuh yang beragam, hal ini terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan.
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik berat, panjang, maupun volume dalam

7

laju perubahan waktu. Hal ini terkait dengan besarnya penyerapan bahan dari
lingkungan yang mengandung logam. Igwemmar et al. (2013) menyatakan bahwa
besarnya penyerapan logam berat bergantung pada kondisi ekologi, fisika, kimia, dan
biologi perairan setempat.
Kondisi ekologi berhubungan dengan habitat kerang hijau. Kerang hijau yang
diperoleh dari Muara Kamal dengan perairan dalam kondisi tercemar memiliki
kandungan bahan organik yang tinggi serta kaya unsur hara. Bahan organik
dihasilkan dari masukan limbah industri, kegiatan domestik, dan pertanian berupa
padat, cairan, ataupun gas.
Kandungan Logam Berat Hg
Hasil uji logam berat Hg kerang hijau (Perna viridis) pada berbagai ukuran
tubuh (besar, sedang, dan kecil) disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram kandungan logam berat Hg
(

)Besar (

) Sedang (

) Kecil

Gambar 3 menunjukkan hasil uji distribusi logam berat Hg pada kerang hijau
rataan tertinggi terakumulasi pada bagian insang kerang besar yaitu 10,34 ± 0,48 ppb,
sedang 62,42 ± 0,86 ppb, dan kecil 18,38 ± 0,05 ppb. Insang merupakan organ yang
berperan menyaring partikel bahan yang masuk ke dalam tubuh. Pengaturan atau
ekskresi bahan umumnya terjadi melalui insang, usus, jeroan, dan urin. Penelitian
Ambedkar (2013) mengenai bioakumulasi dan distribusi logam berat pada jaringan
tubuh bivalvia Parreysia corrugate terhadap kandungan logam berat Hg dengan
perlakuan perbedaan waktu paparan 10 hari dan 20 hari didapatkan hasil tertinggi
terletak pada bagian insang sebesar 25,61 ± 3,81 ppm dan 54,51 ± 4,73 ppm.
Kandungan akumulasi logam berat bergantung pada jenis jaringan kerang dan sifat
kimia logam.
Uji statistik rancangan acak faktorial terhadap kandungan logam berat Hg
kerang hijau menunjukkan bahwa ukuran mempengaruhi distribusi logam pada

8

berbagai bagian tubuh (p > 0,05). Hasil uji BNT pada selang kepercayaan 95 %
bahwa kerang ukuran kecil memberikan pengaruh nyata terhadap distribusi logam
berat Hg dengan hasil yang diperoleh sebesar 0,6902 ppb. Suyanto et al. (2010)
menyatakan bahwa logam berat yang masuk ke dalam jaringan tubuh melalui
beberapa jalan yaitu saluran pernapasan (insang), pencernaan (makanan), dan
penetrasi kulit yang diabsorpsi oleh darah dan didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh. Insang pada kerang merupakan perluasan permukaan tubuh yang membentuk
lembaran tipis berfungsi untuk meningkatkan area permukaan pertukaran gas.
Merkuri dalam perairan diserap oleh biota akuatik dalam bentuk metilmerkuri,
yang oleh bakteri metanogenik yaitu Metanobacterium osmenlaski diubah melalui
proses metilasi untuk melindungi dirinya di dasar perairan baik secara aerobik
maupun anaerobik. Merkuri dalam kondisi anaerobik bereaksi dengan sulfida
membentuk senyawa kompleks yang tidak larut dalam air sehingga tidak berpengaruh
buruk pada lingkungan. Apabila merkuri terserap oleh organisme bentik akan bersifat
larut dan berbahaya pada kesehatan manusia jika termakan (Mukhtasor 2007).
Medeiros et al. (2012) menyatakan bahwa biota akuatik yang tercemar logam berat
apabila dikonsumsi oleh manusia maka akan menimbulkan permasalahan pada
kesehatan. Efek logam berat terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian
mana dari logam tersebut terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Kerang
hijau hasil penelitian memiliki kandungan logam berat Hg yang rendah sehingga
biota aman untuk dikonsumsi. Batas maksimum kandungan logam berat Hg yang
masih cukup aman dikonsumsi menurut FAO (1972) sebesar 0,0005 ppb, sedangkan
batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan menurut BSN (2009) sebesar
1 ppm.
Kandungan Logam Berat Cd
Hasil uji logam berat Cd kerang hijau (Perna viridis) pada berbagai ukuran
tubuh (besar, sedang, dan kecil) disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Diagram kandungan logam berat Cd
(

)Besar (

) Sedang ( ) Kecil

9

Gambar 4 menunjukkan hasil uji distribusi logam berat Cd pada kerang hijau
rataan tertinggi terakumulasi pada bagian insang kerang besar yaitu sebesar
0,04 ± 0,004 ppm, sedang 0,03 ± 0,0006 ppm, dan kecil 0,02 ± 0,0005 ppm. Semakin
besar ukuran maka akumulasi bahan dalam tubuh semakin tinggi. Hal ini bergantung
pada fungsi masing-masing organ. Perairan yang keruh dapat dapat menutupi insang
atau elemen penyaring pada biota yang makan dengan cara menyaring. Penelitian
Lata et al. (2013) mengenai variasi kandungan logam berat pada tiram Crassostrea
madrasensis, kerang Pelymesoda, dan ikan Laurata liza dari pantai India
menunjukkan logam Cd pada insang ikan 0,029 ppm, tiram 0,049 ppm, dan kerang
0,113 ppm. Logam Cd pada insang kerang lebih tinggi, diikuti dengan tiram dan ikan.
Hal ini dikarenakan bagian insang berperan dalam menyaring makanan.
Kandungan logam berat Cd kerang hijau melalui uji statistik rancangan acak
faktorial menunjukkan bahwa adanya pengaruh ukuran terhadap distribusi logam
pada berbagai bagian tubuh (p > 0,05). Hasil uji lanjut BNT pada selang kepercayaan
95 % ukuran kerang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap distribusi logam
berat Cd pada berbagai bagian tubuh yaitu daging, insang, dan jeroan.
Bustamante et al. (2002) menyatakan bahwa Cd dikaitkan dengan lisosom dan
protein sitosol yang memainkan peran dalam penyimpanan dan detoksifikasi logam.
Mekanisme detoksifikasi melibatkan penyimpanan logam pada tempat yang tidak
aktif dalam tubuh makhluk hidup untuk sementara atau permanen. Penyimpanan
sementara dengan terikatnya logam pada protein, polisakarida, asam amino dalam
jaringan lunak misalnya hati dan ginjal.
Distibusi logam berat pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dikarenakan
faktor lingkungan ikut mempengaruhi kandungan logam pada kerang hijau, dalam hal
ini tergantung pada kandungan kandungan logam pada kolom air, sedimen, salinitas,
suhu, pH air, dan kekeruhan (Darmono 2001). Kerang hijau hasil penelitian memiliki
kandungan logam berat Cd yang rendah sehingga biota aman untuk dikonsumsi.
Batas maksimum kandungan logam yang ditetapkan berdasarkan FAO (1972) adalah
1 ppm, sama halnya yang ditetapkan oleh BSN (2009) mengenai batas maksimum
cemaran logam berat dalam pangan.
Kandungan Logam Berat Pb
Hasil uji logam berat Pb kerang hijau (Perna viridis) pada berbagai ukuran
tubuh (besar, sedang, dan kecil) disajikan pada Gambar 5.

10

Gambar 5 Diagram kandungan logam berat Pb
(

)Besar (

) Sedang (

) Kecil

Gambar 5 menunjukkan hasil uji distribusi logam berat Pb rataan tertinggi
terakumulasi pada bagian daging kerang besar yaitu sebesar 0,41 ± 0,02 ppm, sedang
0,38 ± 0,005 ppm, dan kecil 0,39 ± 0,01 ppm. Daging merupakan salah satu bagian
tubuh yang mengakumulasi pemasukan bahan dalam jaringan tubuh selama proses
penyerapan. Bahan yang terserap mengandung cemaran logam. Logam diserap oleh
darah, berikatan dengan protein darah yang berfungsi sebagai pengikat atau
perangkap logam yang dikenal dengan metallotionin, dan didistribusikan ke seluruh
jaringan tubuh.
Distribusi logam berat pada berbagai bagian tubuh, terutama terhadap
kandungan logam berat Pb yang dibuktikan melalui uji statistik rancangan acak
faktorial menunjukkan adanya pengaruh ukuran (P > 0,05). Hasil uji BNT pada
selang kepercayaan 95 % bahwa kerang ukuran besar dan sedang memberikan
pengaruh nyata terhadap distribusi logam berat Pb pada berbagai bagian tubuh yaitu
sebesar 0,0472 ppm dan 0,0735 ppm.
Penelitian Masak dan Rachmansyah (2006) pada ikan bandeng, akumulasi
logam Pb tertinggi pada organ ginjal dan diikuti dengan organ hati, usus, daging, dan
insang. Logam Pb yang masuk dalam lingkungan perairan akan diserap dan
terkandungan dalam jaringan biota akuatik melalui beberapa jalur misalnya daging,
kulit, dan insang. Berbeda halnya dengan penelitian Su et al. (2009) mengenai status
logam berat pada air, ikan, dan makroinvertebrata menunjukkan tingginya tingkat
akumulasi Pb terutama terdistribusi dalam insang dan jaringan otot kepiting. Hal ini
dikarenakan pengaruh perbedaan ukuran, spesies, dan kondisi salinitas yang berbeda.
Kerang ukuran besar pada bagian jeroan menunjukkan hasil analisis kandungan
logam berat Pb < 0,05 ppm (tidak terdeteksi). Saat dilakukan analisis, alat
spektrofotometer tidak terbaca. Artinya logam Pb pada jeroan rendah di bawah batas
limit deteksi alat yaitu sebesar 0,05 ppm. Hal ini diduga bahwa umur mempengaruhi
sifat dan perilaku biota. Semakin besar (tua) umur biota maka semakin menurun
tingkat atau daya nafsu makan. Umur biota sangat berpengaruh terhadap daya

11

toksisitas logam, umur muda lebih peka terhadap toksisitas logam dibandingkan umur
dewasa (Apriadi 2005).
Kerang hijau hasil penelitian memiliki kandungan logam berat Pb yang rendah
sehingga biota aman untuk dikonsumsi. Batas maksimum cemaran logam berat Pb
kerang dalam pangan menurut BSN (2009) sebesar 1,5 ppm. Organisme air dimana
kadar maksimum Pb yang aman dalam air sebesar 50 ppb (EPA 1973).
Kandungan Logam Berat Cu
Hasil uji logam berat Cu kerang hijau (Perna viridis) pada berbagai ukuran
tubuh (besar, sedang, dan kecil) disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Diagram kandungan logam berat Cu
(

)Besar (

) Sedang ( ) Kecil

Gambar 6 menunjukkan hasil uji distribusi logam berat Cu rataan tertinggi
terakumulasi pada bagian jeroan kerang besar yaitu sebesar 1,54 ± 0,06 ppm, sedang
2,51 ± 0,05 ppm, dan kecil 1,65 ± 1,27 ppm. Hal ini dikarenakan jeroan sebagai
tempat terakumulasinya sisa hasil penyerapan dalam tubuh. Uwem et al. (2012)
dalam penelitiannya mengenai distribusi logam secara spasial terhadap tiga jenis ikan
yaitu Tilapia zili, Oreochromis niloticus, dan Schibel mystus organ hati mengandung
logam Cu tertinggi diikuti dengan insang dan tulang. Toksisitas logam Cu pada ikan
berasal dari penyerapan logam dalam perairan melalui insang dan disimpan dalam
hati. Absorpsi terjadi melalui permukaan pernapasan, jalur gastrointestinal
(pencernaan) kemudian didistibusikan ke seluruh jaringan tubuh dan mengendap pada
tempat akhir yaitu jeroan. Jeroan sebagai tempat terakumulasinya sisa penyerapan
bahan dalam tubuh.
Kandungan logam Cu kerang hijau yang dibuktikan melalui uji statistik
rancangan acak faktorial menunjukkan bahwa ukuran mempengaruhi distribusi logam
pada berbagai bagian tubuh (p > 0,05). Hasil uji BNT pada selang kepercayaan 95 %
bahwa ukuran kerang besar memberikan pengaruh nyata terhadap distribusi logam Cu
pada berbagai bagian tubuh yaitu sebesar 0,1507 ppm.

Logam Cu merupakan logam esensial yang diperlukan dalam tubuh khususnya
untuk fungsi enzimatik. Kandungan logam Cu pada kerang hijau tinggi dikarenakan
perairan dalam kondisi tercemar. Berbeda halnya apabila perairan dalam kondisi tidak
tercemar maka kandungan logam Cu dalam perairan rendah. Pengambilan logam
esensial melebihi tingkat akan mengganggu mekanisme homeostatis yang berperan
mengendalikan tingkat kandungan di dalam tubuh. Mekanisme homeostatis
terhambat dan mulai terjadi proses bioakumulasi pada jaringan tubuh biota karena
laju pengambilan melebihi laju pengurangan (Connel dan Miller 1995).
Kerang hijau diketahui tidak dapat mengeksresikan logam dengan baik
sehingga terakumulasi secara terus menerus dalam jaringan sesuai dengan kenaikan
logam pada kolom air. Jenis hewan lunak tersebut memiliki mobilitas yang lamban
atau tidak bergerak serta tidak dapat mengeluarkan logam (Payung et al. 2013).
Kerang hijau hasil penelitian memiliki kandungan logam Cu yang tinggi sehingga
biota tidak aman dikonsumsi. Batas aman maksimum kandungan logam Cu
berdasarkan FAO (1972) yaitu 1 ppm.
Teluk Jakarta adalah salah satu kawasan yang mengalami tekanan kontaminasi
cukup berat dibandingkan pesisir lain di Indonesia. Pertumbuhan jumlah penduduk
dan industri memberikan dampak besar pada lingkungan, tidak hanya di darat tetapi
juga di perairan teluk. Akibatnya, produksi limbah (bahan pencemar) semakin
meningkat dengan cepat, terutama limbah B3. Limbah tersebut dihasilkan oleh
industri antara lain adalah logam berat, sianida, pestisida, cat dan zat warna, minyak,
zat pelarut, serta zat kimia berbahaya lainnya (Lasut 2002).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Distribusi logam berat Hg, Cd, Pb, dan Cu kerang hijau (Perna viridis) pada
berbagai ukuran berdasarkan uji statistik dengan rancangan acak faktorial
menunjukkan bahwa ukuran mempengaruhi distribusi logam berat pada berbagai
bagian tubuh yaitu daging, insang, dan jeroan. Kandungan logam berat Hg dari hasil
uji BNT memberikan pengaruh nyata terhadap distribusi logam berat pada kerang
kecil pada berbagai bagian tubuh yaitu sebesar 0,6902 ppb. Kandungan logam berat
Cd dari hasil uji BNT tidak memberikan pengaruh nyata terhadap distribusi logam
berat pada berbagai ukuran.
Kandungan logam berat Pb dari hasil uji BNT memberikan pengaruh nyata
terhadap distribusi logam berat pada kerang besar dan kecil yaitu sebesar 0,0472 ppm
dan 0,0735 ppm. Kandungan logam Cu dari hasil uji BNT memberikan pengaruh
nyata terhadap distribusi logam pada kerang besar yaitu 0,1507 ppm. Kerang hijau
aman untuk dikonsumsi apabila tidak melebihi ambang batas maksimum yang telah
ditetapkan oleh BSN maupun FAO.

Saran
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan dan mengetahui
sejauh mana ditribusi penyebaran logam berat pada biota akuatik yang berbeda
misalnya jenis ikan, krustasea, maupun moluska terhadap bagian organ lainnya,
mengetahui pengaruh perbedaan kedalaman perairan terhadap kandungan logam pada
berbagai bagian tubuh berbeda, serta dilakukannya penurunan logam pada jaringan
tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. Official Methods of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington
Virginia USA: The Association of Official Analytical Chemist, Inc.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat
pada Pangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia
2012. 2013. Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan Tangkap.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1972. Food Composition Table for Use in
East Asia. Food and Nutrition Division, Food and Agriculture Organisazion of
The United Nation. Rome.
Anderson A Kim. 1999. Analytical Techniques for Inorganic Contamination.
Amerika: AOAC International.
Apriadi D. 2005. Kandungan logam berat Hg, Pb, dan Cr pada air, sedimen, dan
kerang hijau (Perna viridis L.) di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.
[Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ambedkar B. 2013. Bioaccumulation and Distribution of Heavy Metals in Different
Soft Body Tissues of The Freshwater Bivalve, Parreysia corrugata. Research
Paper. India: Departemen of Zoology, Marathwada University.
Bustamante P, Cosson RP, Gallien I, Caurant F, Miramand P. 2002. Cadmium
detoxification processes in the digestive gland of cephalopods in relation to
accumulated cadmium concentration. Journal Environmental 53: 227-241.
Chakraborty S, Ray M, Ray S. 2010. Toxicity of sodium arsenite in the gill of an
economically important mollusk of India. Journal Fish and Shellfish
Immunology 29: 136-148.
Connel W dan Miller GJ. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta: UI
Press.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungan dengan Toksikologi
Senyawa Logam. Jakarta: UI Press.
EPA. 1973. Water Quality Criteria. Washington: Ecology Research Series.
Hendrik AW dan Cappenberg. 2008. Beberapa aspek biologi kerang hijau. Jurnal
Oseana 33(1): 33-40.

14

Igwemmar NC, Kolawole SA, Odunoku SO. 2013. Heavy metal concentration in fish
species sold in gwagwalada market, Abuja. International Journal of Science
and Research 2 (11): 2319-7064.
Lata G, Chari H, Sarma VV, Ingole BS. 2013. Variation in heavy metals
concentration in the edible oyster Crassostrea madrasensis, clam Polymesoda
erosa, and grey mullet Liza aurata from coastline of India. Journal of Science
2 (4): 59-63.
Lasut MT. 2002. ‘Metallothionein’: suatu parameter kunci yang penting dalam
penetapan baku mutu air laut (BMAL) Indonesia. Jurnal EKOTON 2(1): 61-68.
MENKLH. 1988. Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor:
02/MENKLH/1988, tentang pedoman penetapan baku mutu lingkungan.
Jakarta : Sekretariat MENKLH.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: PT Pradya.
Medeiros RJ, Dos Santos LMG, Freire AS, Santelli RE, Braga AMCB, Krauss TM,
Jacob SD. 2012. Determination of inorganic trace elements in edible fish from
Rio de Janeiro State, Brazil. Journal Food Control 23(2): 535-541.
Payung LP, Ruslan, Birawida AB. 2013. Studi kandungan dan distribusi spasial
logam berat timbale (Pb) pada sedimen dan kerang (Anadara Sp.) di wilayah
pesisir kota Makassar. [Laporan Penelitian]. Makassar: Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Masak PRP dan Rachmansyah. 2006. Distribusi residu logam berat timbal (Pb) dalam
organ ikan bandeng (Chanos chanos) pada salinitas air berbeda. Jurnal
Perikanan 8(1): 44-49.
Setyobudiandi I. 2000. Sumberdaya hayati moluska mytilidae. [Skripsi]. Bogor:
Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Su GS, Martillano KJ, Alcantara TP, Ragragio E, Jesus JD, Hallare A, Ramos G.
2009. Assesing heavy metals in the waters, fish, and macroinvertebrates in
manila bay, Philippines. Journal of Applied Science in Environmental
Sanitation 4 (3): 187-195.
Suyanto A, Kusmiyati S, Retnaningsih Ch. 2010. Jurnal Pangan dan Gizi 1(2).
Uwem GU, Emile AF, Udo IJ, Bassey AA. 2013. Bioaccumulation of heavy metal in
three fresh water fishes caught from cross river system. Journal of
Experimental Biology 3(3): 576-582.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat spektrofotometer AAS

Lampiran 2 Bagian organ dalam kerang

Lampiran 3 Morfometrik sampel

Panjang

Tinggi

Lampiran 4 Data statistik
Anova: Two-Factor With Replication
SUMMARY
Besar
Sedang
Kecil
Total
Daging
Count
3
3
3
9
Sum
15,366
8,281
27,279
50,926
Average
5,122 2,760333
9,093 5,658444
Variance
0,145993 0,182529 0,348327 7,850335
Insang
Count
Sum
Average
Variance

3
3
3
9
31,028 187,252
55,151 273,431
10,34267 62,41733 18,38367 30,38122
0,228172 0,747686 0,002501 589,6686

Lebar

17

Jeroan
Count
Sum
Average
Variance

3
3
3
9
31,491
25,861
28,29
85,642
10,497 8,620333
9,43 9,515778
0,103321 1,026881 0,007663 0,948957
Total

Count
Sum
Average
Variance

ANOVA
Source of
Variation

9
9
9
77,885 221,394
110,72
8,653889 24,59933 12,30222
7,140597 811,4161 20,9144

SS

df

MS

F

Sample

3184,385

2 1592,192

5130,45

Columns

1256,359

2 628,1797 2024,155

Interaction
Within

3525,798
5,586149

4 881,4495 2840,255
18 0,310342

Total

7972,128

26

PF crit
value
1,55E25 3,554557
6,53E22 3,554557
6,19E25 2,927744

Lampiran 5 Data morfometrik kerang hijau (Perna viridis)
Tabel 2 Morfometrik kerang hijau ukuran kecil
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Panjang
4,64
4,05
4,6
4,43
4,8
4,29
4,72
4,14
4,37
4,9
4,67

Lebar
1,7
1,54
1,66
1,9
1,58
1,74
1,5
1,5
1,66
1,67
1,68

Tinggi
2,42
2,2
2,56
2,93
2,37
2,86
2,36
2,25
2,17
2,86
2,9

18

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rataan
SD

4,95
4,11
4,08
4,56
4,94
4,97
4,83
4,45
4,74
4,43
4,37
4,71
4,6
5
5,06
5,06
5,05
5,08
5,11
4,657
0,326825

1,87
1,64
1,6
1,56
1,7
1,58
1,47
1,7
1,8
1,74
1,56
1,74
1,9
1,85
1,7
1,6
1,54
1,6
1,77
1,668333
0,119079

2,8
2,56
2,74
2,2
2,11
2,63
2,27
2,76
3,05
2,87
2,4
2,56
1,62
2,76
1,6
2,5
2,42
2,74
2,95
2,514
0,362383

Tabel 3 Morfometrik kerang hijau ukuran sedang
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Panjang
6,572
6,71
6,4
6,14
6,53
6,3
6,746
6,2
6,5
6,416
6,33
6,12
6,168
6,33
6,444
6,2
6,23
6,54
6,558
6,736
6,726
6,5
6,2

Lebar
2,78
1,91
1,84
1,964
1,8
2,2
2,118
2
1,9
2,04
1,94
2,2
2
2,138
2,07
2
1,81
2,038
2,1
2,18
2
2,2
2,04

Tinggi
3,328
3,45
2,804
3,44
2,94
3,18
3,2
3,14
2,952
3,2
3,26
3,44
3,05
3,3
3,158
3,3
3,158
3
3,06
3,5
3,34
3,26
3

19

24
25
26
27
28
29
30
Rataan
SD

6,43
6,6
6,34
6,056
6,4
6,67
6,62
6,423733
0,202058

2,042
2,05
2,03
2,2
2
2
1,88
2,049
0,178648

3
3,06
2,3
2,9
3
3,04
2,76
3,117333
0,246368

Tabel 4 Morfometrik kerang hijau ukuran besar
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rataan
SD

Panjang
8,7
9,76
8,04
9,13
11,19
7,13
8,27
7,86
7,27
7,9
7,6
7,11
7,7
8,3
8,45
8,47
10,29
7,7
7,96
9,03
7,15
7,6
7,35
8,33
7,41
7,31
7,54
7,63
7,8
7,38
8,112
0,965281

Lebar
2,37
2,33
2,46
2,82
1,93
2,2
2,3
2,2
2,2
2,01
2,31
1,94
2,87
2,56
2,35
1,26
2,59
2,46
2,34
2,44
2,8
2,16
1,93
1,85
1,95
2,35
2,07
2,26
2,27
2,03
2,253667
0,326312

Tinggi
3,93
4,28
3,5
3,84
2,46
3,34
3,8
3,58
3,17
3,4
3,46
3,54
4,3
3,8
3,5
3,97
4,21
3,54
3,48
3,83
3,11
3,77
2,46
3,28
3,5
3,25
3,11
3,63
4,06
3,25
3,545
0,443433

20

Lampiran 6 Data analisis logam berat
Tabel 5 Kandungan logam berat Hg
Ulangan
1
2
3
Rataan
SD

Daging
4,681
5,354
5,331
5,122
0,382

Besar
Insang
9,963
10,186
10,879
10,343
0,478

Jeroan
10,692
10,126
10,673
10,497
0,321

Daging
2,397
2,653
3,231
2,760
0,427

Sedang
Insang
61,445
62,707
63,1
62,417
0,865

Jeroan
8,995
7,473
9,393
8,620
1,013

Daging
8,871
9,762
8,646
9,093
0,590

Kecil
Insang
18,433
18,333
18,385
18,384
0,050

Jeroan
9,519
9,427
9,344
9,43
0,087

Tabel 6 Kandungan logam berat Cd
Ulangan
1
2
3
Rataan
SD

Daging

Besar
Insang

Jeroan

Daging

Sedang
Insang

Jeroan

Daging

Kecil
Insang

Jeroan

0,019
0,021
0,023

0,04
0,047
0,049

0,006
0,006
0,007

0,014
0,012
0,013

0,028
0,028
0,029

0,017
0,035
0,039

0,01
0,009
0,01

0,017
0,018
0,017

0,014
0,015
0,015

0,021
0,002

0,045
0,005

0,006
0,0006

0,013
0,001

0,028
0,0006

0,030
0,011

0,009
0,0006

0,017
0,0006

0,015
0,0006

Jeroan
0,083
0,377
0,319
0,259
0,156

Daging
0,399
0,371
0,397
0,389
0,016

Kecil
Insang
0,122
0,124
0,123
0,123
0,001

Jeroan
0,034
0,032
0,034
0,033
0,001

Jeroan
2,535
2,545
2,457
2,512
0,048

Kecil
Daging
1,279
1,629
1,656
1,521
0,210

Insang
1,133
1,087
1,082
1,101
0,028

Jeroan
1,533
1,644
1,787
1,655
0,127

Tabel 7 Kandungan logam berat Pb
Ulangan
1
2
3
Rataan
SD

Daging
0,392
0,426
0,403
0,407
0,017

Besar
Insang
0,314
0,382
0,381
0,359
0,039

Jeroan
-0,105
-0,068
-0,005
-0,059
0,050

Daging
0,379
0,377
0,386
0,381
0,005

Sedang
Insang
0,319
0,353
0,371
0,348
0,026

Tabel 8 Kandungan logam berat Cu
Ulangan

Besar
Daging
Insang
Jeroan
1
1,639
1,347
1,615
2
1,782
1,373
1,493
3
1,58
1,268
1,52
Rataan
1,667
1,329
1,543
SD
0,104
0,055
0,064
***Keterangan: SD = Standar deviasi

Sedang
Daging
1,552
1,54
1,461
1,518
0,049

Insang
1,372
1,51
1,399
1,427
0,073

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Serang tanggal 19 Juni 1992 dari pasangan
Bapak Wastino dan Ibu Ila Yusrotun yang merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara. Pendidikan formal ditempuh penulis mulai dari
TK Pondok Indah Cilegon pada tahun 1997-1998. Penulis
melanjutkan pendidikan di SD Negeri II Cilegon pada tahun 19982004. Tahun 2007 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Cilegon
kemudian melanjutkan studinya di SMA Negeri 3 Cilegon hingga
tahun 2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi sebagai
anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) periode 2010/2011, Staf Departemen
Informasi dan Komunikasi Himpunan Profesi (HIMPRO) Teknologi Hasil Perikanan
periode 2011/2012, dan sebagai anggota divisi MEDIS dalam kegiatan SENSORI
periode 2011/2012, dan sebagai koordinator asisten mata kuliah Transportasi dan
Penanganan Biota Hasil Perairan periode 2013/2014.