KONDISI EKONOMI DAN PERBANKAN PROPINSI JAMBI
BAB III KONDISI EKONOMI DAN PERBANKAN PROPINSI JAMBI
A. Gambaran Umum Wilayah
Propinsi Jambi memiliki luas 53.435,17 km persegi yang membujur dari
0 pantai timur ke arah barat pulau sumatera pada koordinat 0 0 45’-2 45’ Lintang Selatan
0 dan antara 101 0 10’-104 55’ Bujur Timur. Secara administratif, sebelum pemekaran wilayah, Propinsi Jambi terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kotamadya. Masing-masing
adalah kabupaten Kerinci, Sarolangun Bangko, Bungo Tebo, Batang Hari, Tanjung Jabung dan kotamdya Jambi.
Pada tahun 1999 empat kabupaten dimekarkan masing-masing menjadi dua kabupaten. Kabupaten Sarolangun Bangko dimekarkan menjadi kabupaten Merangin dan kabupaten Sarolangun, kabupaten Bungo Tebo dimekarkan menjadi kabupaten Bungo dan kabupaten Tebo, Kabupaten Batang Hari dimekarkan menjadi kabupaten Batang Hari dan kabupaten Muaro Jambi, dan kabupaten Tanjung Jabung dimekarkan menjadi kabupaten Tanjung Jabung Barat dan kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kotamadya Jambi kemudian menjadi kota Jambi. Dengan demikian wilayah Propinsi Jambi sekarang berkembang menjadi 9 kabupaten dan 1 kota.
Jumlah penduduk Propinsi Jambi pada tahun 1998 mencapai 2.490.925 jiwa yang tersebar pada 67 kecamatan dan 1353 desa dan kelurahan. Dengan luas wilayah
53.435 km 2 , berarti tingkat kepadatan penduduknya adalah 47 jiwa per km . Apabila dilihat dari sebaran penduduk dan luas wilayah per kabupaten ternyata tingkat 53.435 km 2 , berarti tingkat kepadatan penduduknya adalah 47 jiwa per km . Apabila dilihat dari sebaran penduduk dan luas wilayah per kabupaten ternyata tingkat
Tabel 1
Luas Daerah dan Jumlah Penduduk Propinsi Jambi Dirinci Menurut Kabupaten, Tahun 1998
2 Kabupaten 2 Penduduk Luas (km ) Penduduk/km Kota Jambi
71 Bungo Tebo
34 Sarolangun Bangko
34 Batang Hari
40 Tanjung Jabung
39 Propinsi Jambi
47 Sumber : Jambi dalam angka 1998
B. Pertumbuhan, Struktur dan Potensi Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Propinsi Jambi menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan hingga tahun 1996. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi selama periode 1994 - 1996 mencapai 8,65% per tahun. Bersamaan dengan krisis ekonomi yang menerpa perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi daerah ini juga mengalami kemandekan. Laju pertumbuhan pada tahun 1997 anjlok menjadi 3,91% namun sebagian besar sektor produksi masih menunjukkan perubahan positif, kecuali sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dan empat sub sektor pada Pertumbuhan ekonomi Propinsi Jambi menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan hingga tahun 1996. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi selama periode 1994 - 1996 mencapai 8,65% per tahun. Bersamaan dengan krisis ekonomi yang menerpa perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi daerah ini juga mengalami kemandekan. Laju pertumbuhan pada tahun 1997 anjlok menjadi 3,91% namun sebagian besar sektor produksi masih menunjukkan perubahan positif, kecuali sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dan empat sub sektor pada
Tahun 1998 merupakan pengalaman terpahit sepanjang sejarah pertumbuhan ekonomi Propinsi Jambi sejak tahun 1969. Pertumbuhan ekonomi daerah ini pada tahun tersebut anjlok menjadi angka pertumbuhan negatif yaitu sebesar -5,40% atau 8,85% tanpa migas. Pada 1999 kinerja perekonomian Propinsi Jambi sudah menunjukkan perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut adalah sekitar 2,90%. Sektor bangunan merupakan satu-satunya yang masih mengalami kontraksi sebesar -16,90%, sedangkan sektor-sektor lainnya mengalami pertumbahan positif.
Tabel 2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jambi Berdasarkan Harga Konstan 1993 Tahun 1994 - 1999 (dalam %)
Lapangan Usaha
5.69 Pertambangan dan Penggalian
7.36 -1.61
13.85 14.90 53.19 3.74 Industri Pengolahan
1.20 Listrik, gas dan air bersih
14.92 5.04 -9.36
9.48 7.67 10.80 11.02 Bangunan
6.36 2.32 -42.00 -16.90 Perdagangan, hotel dan restoran
4.09 Pengangkutan dan komunikasi
8.76 8.24 -11.79
3.82 Keuangan, persewaan dan jasa
8.46 5.23 -1.66
0.33 Perusahaan Jasa – jasa
4.27 5.56 -15.05
3.18 2.73 2.18 2.55 PDRB
2.90 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jambi, 2000
8.65 3.87 -5.41
Dari tiga sektor pemilik pangsa terbesar terhadap PDRB, sektor pertanian, peternakan, kehutan, dan perikanan mencapai pertumbuhan sebesar 5,69%. Sektor Dari tiga sektor pemilik pangsa terbesar terhadap PDRB, sektor pertanian, peternakan, kehutan, dan perikanan mencapai pertumbuhan sebesar 5,69%. Sektor
Secara umum perekonomian Propinsi Jambi berbasis sektor pertanian. Namun jika dilihat dari dimensi wilayah, pertumbuhan dan struktur antar kabupaten/kota memiliki karakteristik yang sedikit beragam. Keragaman ini sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah masing-masing. Pada tahun 1999, perekonomian kabu[paten/kota belum pulih sepenuhnya. Hal ini terlihat dari masih adanya beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan negatif.
Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di kabupaten Tanjung Jabung diikuti oleh kabupaten Kerinci, Sarolangun dan banko (Merangin), Kota Jambi, Muaro Bungo/Tebo dan terakhir Kabupaten Batanghari/Muara Jambi yang menciptakan pertumbuhan terendah dilihat dari pangsa sektoral pangsa sektor terbesar terhadap PDRB adalah sektor pertanian diikuti oleh sektor perdagangan hotel dan restoran kecuali di kabupaten Tanjung Jabung Barat/Timur dan Kota Jambi sektor industri dan sektor pertambangan dan penggalian memilikin pangsa yang lebih besar pada kabupaten Batanghari /Muara Jambi, Tanjung Jabung Barat/Timur dan Kota Jambi.
C. Historis Berdirinya Perbankan Syariah di Jambi
Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, Jambi merupakan satu wilayah yang tak terpisahkan dalam sejarah kejayaan kerajaan di Sumatera, letaknya yang strategis di lintas Timur Sumatera, adalah sebuah anugerah yang menjadikan wilayah ini Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, Jambi merupakan satu wilayah yang tak terpisahkan dalam sejarah kejayaan kerajaan di Sumatera, letaknya yang strategis di lintas Timur Sumatera, adalah sebuah anugerah yang menjadikan wilayah ini
Kota Jambi adalah cerminan aktivitas masyarakatnya yang tinggi. Padatnya jalan-jalan sebagai urat nadi pergerakan perdagangan dan bisnis menunjukkan mobilisasi masyarakat Jambi yang begitu dinamis. Terlebih lagi, jalur transportasi darat telah mendorong derasnya arus masuk dan keluar orang dan barang ke wilayah Jambi, dilengkapi pula transportasi udara yang didukung berbagai maskapai penerbangan nasional. Kemudian inilah kesan yang mengeratkan kesan Jambi sebagai satu wilayah yang sangat mudah diakses dari berbagai arah.
Lebih luas lagi, Jambi memiliki kekayaan alam yang berlimpah, serta sektor usaha beragam yang potensial untuk dikembangkan, seperti sektor jasa, perdagangan, angkutan, pertambangan dan industri, perikanan dan peternakan, bahkan perkebunan serta pertanian.
Beragam potensi ekonomi yang dimiliki jambi tersebut, berdirinya perbankan Syariah ini pada tanggal 11 Nopember 1999 yang telah menguatkan niat dan tekad Beragam potensi ekonomi yang dimiliki jambi tersebut, berdirinya perbankan Syariah ini pada tanggal 11 Nopember 1999 yang telah menguatkan niat dan tekad
Dengan adanya perbankan Syariah tentunya akan dapat mengembangkan ekonomi dan perbankan yang sesuai dengan kaidah syariah, terlebih lagi masyarakat Jambi yang memiliki niali-nilai religius dan semangat keagamaan yang tinggi lambat laun akan semakin mengenal dan memahami tentang ekonomi yang berbasis Syariah. Untuk memperluas jaringan layanan ke seluruh lapisan masyarakat, tujuan berdirinya Kantor Cabang Perbankan Syariah tersebut adalah untuk memberikan kemudahan pelayanan perbankan syariah yang lebih dekat lagi kepada masyarakat kepada masyarakat Jambi dalam bertransaksi dan ber-bank dengan semangat berekonomi syariah yang mengedepankan keadilan, kemitraan, keterbukaan dan universalitasan dalam pelayanan, tanpa membeda-bedakan suku, agama, warna kulit dan golongan.
Dengan semangat rahmatan lil 'âlamin (membawa kemakmuran bagi semua pihak). Dan prinsip Universalitas dalam pelayanan, perbankan Syariah memberikan pelayanan kepada semua pihak tanpa membedakan suku, agama dan etnis dengan cara beroperasi "berbagi hasil", yang dipandang lebih selaras dengan fitrah usaha yang bukan hanya dapat memiliki keuntungan, tapi juga dapat mengalami kerugian. Terlebih lagi dalam kondisi ekonomi seperti saat ini, dimana kemungkinannya hasil usaha turun-naik sangat besar, bahkan kadang-kadang sampai merugi, oleh sebab itu sistem perbankan syariah, kiranya merupakan pilihan yang halalan–toyyiban. "Halal" Dengan semangat rahmatan lil 'âlamin (membawa kemakmuran bagi semua pihak). Dan prinsip Universalitas dalam pelayanan, perbankan Syariah memberikan pelayanan kepada semua pihak tanpa membedakan suku, agama dan etnis dengan cara beroperasi "berbagi hasil", yang dipandang lebih selaras dengan fitrah usaha yang bukan hanya dapat memiliki keuntungan, tapi juga dapat mengalami kerugian. Terlebih lagi dalam kondisi ekonomi seperti saat ini, dimana kemungkinannya hasil usaha turun-naik sangat besar, bahkan kadang-kadang sampai merugi, oleh sebab itu sistem perbankan syariah, kiranya merupakan pilihan yang halalan–toyyiban. "Halal"
D. Potensi Wilayah dalam Pengembangan Jaringan Perbankan Syariah di Jambi
Bagian ini membahas potensi wilayah yang mendukung pengembangan jaringan bank syariah di daerah-daerah di Propinsi Jambi. Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, penelitian masih mengacu pada kabupaten/Kota sebelum pemekaran di Propinsi Jambi. Oleh karenanya, pada kabupaten-kabupaten pemekaran, analisis masih didasarkan pada data yang ada.
a. Pertumbuhan dan Perkembangan Perekonomian Jambi
Gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah secara konseptual biasanya dapat diamati melalui indikator pertumbuhan PDRB selama periode tertentu. Dalam kaitan ini dapat dikemukakan selama periode 1995-1999 rata- Gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah secara konseptual biasanya dapat diamati melalui indikator pertumbuhan PDRB selama periode tertentu. Dalam kaitan ini dapat dikemukakan selama periode 1995-1999 rata-
Tabel 3
Laju Perumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Propinsi Jambi dan Nasional Tahun 1995-1999
Tahun Pertumbuhan ekonomi ( dalam % )
Nasional 1995
Propinsi Jambi
0,31 Rata - Rata
Pertumbuhan tertinggi dicapai Propinsi Jambi pada tahun 1996 dengan angka 8,81 persen dan pertumbuhan terendah pada tahun 1998 yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar –5,40 persen. Pertumbuhan negatif ini merupakan dampak dari krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 yang tidak saja telah memaksa rupiah terdepresiasi sangat tajam tetapi juga menimbulkan kontraksi ekonomi yang sangat dalam. Kendatipun demikian, dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang konsisten dan terendah dalam mengatasi krisis yang terjadi, propinsi Jambi kembali mengalami pertumbuhan ekonomi positif dengan angka 2,90 persen. Pada tahun 1999 ini, semua sektor ekonomi di Propinsi Jambi Pertumbuhan tertinggi dicapai Propinsi Jambi pada tahun 1996 dengan angka 8,81 persen dan pertumbuhan terendah pada tahun 1998 yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar –5,40 persen. Pertumbuhan negatif ini merupakan dampak dari krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 yang tidak saja telah memaksa rupiah terdepresiasi sangat tajam tetapi juga menimbulkan kontraksi ekonomi yang sangat dalam. Kendatipun demikian, dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang konsisten dan terendah dalam mengatasi krisis yang terjadi, propinsi Jambi kembali mengalami pertumbuhan ekonomi positif dengan angka 2,90 persen. Pada tahun 1999 ini, semua sektor ekonomi di Propinsi Jambi
Tabel 4
PDRB Propinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor Ekonomi Tahun 1999
No. Sektor
Absolut (Rp Juta)
2. Pertambangan&Penggalian
4. Listrik Gas & Air
6. Perdagangan,hotel,restoran
7. Pengangkutan&Komunikasi
8. Keuangan,persewaan dan JP
9. Jasa- Jasa
Secara struktural perekonomian Propinsi Jambi pada dasarnya didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat jelas dari besarnya share atau pangsa sektor pertanian pada terhadap pembentukan PDRB pada tahun 1999 yang mencapai 32,94 persen. Sektor penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB adalah perdagangan, hotel dan restoran dengan share 17,65 persen, diikuti oleh sektor industri sebesar 14,99 persen.
b. Perkembangan Perbankan
Kantor Bank di Propinsi Jambi telah tersebar di seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Jambi. Namun sebaran tersebut masih belum merata. Pada tahun 2000, dari 82 kantor bank termasuk BRI unit, sebagian besar diantaranya, yaitu Kantor Bank di Propinsi Jambi telah tersebar di seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Jambi. Namun sebaran tersebut masih belum merata. Pada tahun 2000, dari 82 kantor bank termasuk BRI unit, sebagian besar diantaranya, yaitu
Selanjutnya, perkembangan kegiatan usaha dari perbankan di propinsi Jambi akan dilihat dari dua aspek penghimpunan dana dan aspek penyaluran dana. Dari aspek penghimpunan dana dapat dikemukakan bahwa selama periode 1996-2000 menunjukkan perkembangan yang relatif pesat rata-rata mencapai 45,2 persen pertahun, yaitu dari sebesar Rp 934,0 milyar pada tahun 1996 menjadi Rp 2.645,6 milyar pada tahun 2000. pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1998 yang mencapai 94,0 persen dibandingkan tahun 1997. Hal ini terjadi karena adanya program penjaminan oleh pemerintah terhadap dana masyarakat serta membaiknya kinerja perbankan nasional dan perekonomian nasional, yang menyebabkan menguatnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.
Kemudian jika dilihat antar daerah terlihat bahwa di semua daerah menunjukkan peningkatan kecuali Kabupaten Batanghari yang mengalami penurunan rata-rata 4,8 persen pertahun. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kabupaten Bungo Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung yaitu masing-masingnya 110,4 persen dan 70,5 Kemudian jika dilihat antar daerah terlihat bahwa di semua daerah menunjukkan peningkatan kecuali Kabupaten Batanghari yang mengalami penurunan rata-rata 4,8 persen pertahun. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kabupaten Bungo Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung yaitu masing-masingnya 110,4 persen dan 70,5
Pariasi dalam pertumbuhan penghimpunan dana antar daerah ini juga telah menyebabkan perubahan dalam pangsa dana antar daerah. Meskipun pada tahun 2000 Kota Jambi masih mendominasi dengan pangsa 76,1 persen dari total penghimpunan dana di Propinsi Jambi, tetapi dibandingkan dengan keadaan tahun 1996 (sebesar 79,0 persen) telah menunjukkan penurunan. Penurunan pangsa ini juga terjadi di kbupaten Kerinci (dari 6,5 persen menjadi 5,8 persen), Kabupaten batanghari (dari 2,3 persen menjadi 5,3 persen ). Sebaliknya untuk Kabupaten Tanjung Jabung dari 3,9 persen menjadi 5,3 persen.
Jika diamati dari kredit yang diberikan berdasarkan lokasi proyek di wilayah Propinsi Jambi, menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 1996 sebesar Rp.1.518.1 milyar menjadi Rp. 1.927,3 milyar pada tahun 2000 atau peningkatan rata-rata 6,74 persen pertahun.
Di sisi lain jika dilihat dari kredit yang diberikan oleh bank yang berada di Propinsi Jambi menunjukkan adanya penurunan dari tahun 1996 sebesar Rp.1.115.8 milyar menjadi Rp.1.002,9 milyar pada tahun 2000 atau menjadi penurunan 2,5 persen pertahun. Penurunan posisi kredit pada tahun 1999, karena ada pemindahan dana bagi kredit bermasalah tertentu kepada BPPN yang jumlahnya reatif besar.
Belum cepatnya laju pertumbuhan kredit diantaranya disebabkan faktor ketidakpastian keadaan ekonomi dan kondisi perbankan Indonesia menyebabkan banyak bank menahan laju ekspansi kreditnya. Hal ini antara lain disebabkan karena Belum cepatnya laju pertumbuhan kredit diantaranya disebabkan faktor ketidakpastian keadaan ekonomi dan kondisi perbankan Indonesia menyebabkan banyak bank menahan laju ekspansi kreditnya. Hal ini antara lain disebabkan karena
c. Potensi Penduduk dan Keagamaan
Berdasarkan hasil sensus Penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Propinsi Jambi adalah sebanyak 2.407.166 jiwa. Penduduk ini tersebar di enam Kabupaten/Kota di Propinsi Jambi dengan jumlah terbanyak adalah di Kabupaten Bungo dan paling sedikit adalah di Kabupaten Kerinci.
Dibandingkan dengan hasil sensus penduduk tahun 1990, pertumbuhan penduduk Proppinsi secara rata-rata adalah 1,76 persen pertahun. Angka ini relatif tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduk secara nasional, yang sebesar 1,35 persen pertahun.
Pertumbuhan penduduk tertinggi dialami Kabupaten Batanghari dengan tingkat pertumbuhan 2,65 persen pertahun. Di rutan kedua adalah Kabupaten Sarolangun Bangko, yaitu sebesar 2,11 persen pertahun. Pertumbuhan penduduk terendah adalah untuk Kabupaten Kerinci yaitu 0,52 persen pertahun.
Tingginya petumbuhan penduduk ini, di satu sisi membutuhkan peningkatan yang juga relatif pesat untuk sarana dan prasarana pelayanan penduduk, diantaranya adalah sarana perbankan. Di sisi lain, juga dapat diartikan pertumbuhan penduduk Tingginya petumbuhan penduduk ini, di satu sisi membutuhkan peningkatan yang juga relatif pesat untuk sarana dan prasarana pelayanan penduduk, diantaranya adalah sarana perbankan. Di sisi lain, juga dapat diartikan pertumbuhan penduduk
Dalam konteks perbankan syariah, penduduk Propinsi Jambi juga relatif potensial yang dapat dilihat dari besaran proporsi penduduk yang beragama Islam yang mencapai 98,92 persen dari total penduduk Propinsi Jambi (meskipun bank syariah secara nyata tidak memberikan batasan pelayanan hanya untuk nasabah yang beragama Islam). Besaran proporsi ini juga terlihat di semua daerah. Di Kabupaten Kerinci sebesar 99,50 persen, Kabupaten Bungo Tebo 98,41 persen, Sarolangun Bangko 98,99 persen, Batanghari 98,93 persen, Tanjung Jabung sebesar 98,55 persen dan kota Jambi sebesar 86,83 persen.