Rafiqi Analisis Potensi Pengembangan Ban
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Dalam Bidang Ekonomi Islam
Oleh
RAFIQI
PROGRAM PASCASARJANA (PPS) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2004
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan Judul “ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN BANK SYARIAH JAMBI”, yang ditulis oleh Rafiqi, dengan Nomor Induk Mahasiswa 01.2.00.1.08.01.0180 Program Studi Ekonomi Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta disetujui untuk dibawa ke sidang ujian tesis.
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA) (Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra)
19 Maret 2004 14 Maret 2004
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya berupa kenikmatan iman, kesehatan dan kekuatan serta kesempatan sehinga penulis mampu menyelesaikan tesis dalam rangka penyelesaian tugas akhir pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Shalawat beriring salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah melimpahkan dan mencerahkan kehidupan seluruh manusia dengan kebenaran ajaran yang dibawanya (Din al Islam).
Dan penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tesis ini tidak akan bisa penulis selesaikan tanpa bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, terutama ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk menimba ilmu di Universitas ini.
2. Direktur Program Pascasarjana dan seluruh jajarannya yang telah memberikan
bantuan berupa kelancaran administrasi dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini.
3. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA, selaku pembimbing I, yang tengah- tengah kesibukan aktivitas beliau masih ingin meluangkan waktu untuk ikut membantu penulis dalam proses penyusunan tesis ini.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra, selaku Ketua Konsentrasi Ekonomi Islam, dan Pembimbing II tesis ini, maupun selaku pribadi. Beliaulah yang telah banyak memberikan pencerahan kepada penulis mengenai segala hal terutama yang berkaitan dengan ekonomi Islam. Bantuan moriil yang telah beliau berikan kepada penulis tak mungkin dapat penulis balas, hanya kepada Allah SWT, penulis panjatkan doa semoga Beliau memperoleh balasan yang setimpal di sisi-Nya, Amin.
5. Seluruh Dosen Pascasarjana yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Drs.H.A. Somad Yusuf dan Hj. Saudah selaku orang tua penulis yang tiada hentinya memberikan motivasi dan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis dan selalu memberikan semangat agar penulis terus menuntut ilmu.
7. H.A.Karim Djuaini dan Hj.Rosnawati selaku Paman yang juga tiada henti- hentinya memberikan dorongan dan bantuan baik moril, materil, sarana dan prasarana kepada penulis sehingga dalam proses menuntut ilmu dapat terselesaikan dengan baik.
8. Kakanda penulis ; M.Amin Qodri, SH, MH, Fikri Ibazah, Atika, SE, Sholihin, Amd, Adik-adik beserta seluruh keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan motivasi agar penulis segera menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Rekan-rekan di lingkungan Konsentrasi Ekonomi Islam angkatan 2001 terutama untuk Tasrif, Soleh Abwa, dll, yang tidak bisa penuis sebutkan satu persatu. Kebersamaan kita adalah sebuah rahmat yang tiada terhingga.
10. Kawan-kawan penulis Ghozi Bafadhal dan yang lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang meluangkan waktu guna sharing dalam rangka penyusunan, penyelesaian dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian tesis ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia serta maghfirah- Nya bagi kita semua baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.
Jakarta, 14 Februari 2004
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan bank syariah serta jaringannya yang mencakup daerah-daerah di Indonesia semakin mendapatkan dasar hukum jelas dengan dikeluarkannya UU.No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Sebagaimana telah diubah dengan UU No.
10 tahun 1998 serta UU. No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memberikan landasan hukum kepada Bank Indonesia untuk menerapkan kebijakan moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan melakukan pengaturan serta pengawasan terhadap perbankan berdasarkan prinsip syariah.
Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, fungsi-fungsi tersebut adalah menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang.
Rasulullah SAW yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh masyarakat Mekkah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum Rasul hijrah ke Madinah, beliau meminta Sayyidina Ali ra. untuk mengembalikan
semua titipan itu kepada yang memilikinya. 1 Pada konsep ini yang dititipi tidak dapat memanfaatkan harta titipan tersebut.
1 Sami Hamoud, Islamic Banking, Arabian Information Ltd, (London, 1995).12
Seorang sahabat Rasulullah, Zubair bin al-Awwam, memilih tidak menerima titipan harta. Beliau lebih suka menerimanya dalam bentuk pinjaman. Tindakan Zubair ini menimbulkan implikasi yang berbeda: Pertama, dengan pengambilan uang itu sebagai pinjaman, beliau mempunyai hak untuk memanfaatkannya. Kedua, karena
bentuk pinjaman, maka ia berkewajiban mengembalikannya dalam keadaan utuh. 2 Penggunaan cek juga telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya
perdagangan antara negeri Syam dengan Yaman, yang paling tidak berlangsung dua kali dalam setahun. Bahkan di zaman Umar bin Khattab ra, beliau menggunakan cek untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan cek ini kemudian
mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang ketika itu diimpor dari Mesir. 3 Bank Konvensional Modern ini secara fikih dikategorikan sebagai riba sebab
mengandung keharaman, maka mulai timbul usaha-usaha di sejumlah negara muslim untuk mendirikan lembaga alternatif terhadap bank yang ribawi ini. Hal ini terjadi terutama setelah bangsa-bangsa muslim mendapatkan kemerdekaannya dari penjajahan bangsa-bangsa Eropa, usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 40-an,
namun usaha ini tidak sukses. 4 Selanjutnya eksperimen lainnya dilakukan di Pakistan pada akhir tahun 50-an, di mana suatu lembaga perkreditan tanpa bunga didirikan di
2 Sudin Haron, Prinsip dan Operasi Perbankan Islam, (Kuala Lumpur : Berita Publishing Sdn Bhd, 1995) 3 Kadim Sadr, Money and Monetary Policies in Early Islam, (Essay on Iqtisad, Nur Copr, Silver Spring, 1989) 4 Haron, Op.Cit. h. 3 2 Sudin Haron, Prinsip dan Operasi Perbankan Islam, (Kuala Lumpur : Berita Publishing Sdn Bhd, 1995) 3 Kadim Sadr, Money and Monetary Policies in Early Islam, (Essay on Iqtisad, Nur Copr, Silver Spring, 1989) 4 Haron, Op.Cit. h. 3
banyak kalangan umat Islam yang percaya bahwa tata cara penggunaannya dikhawatirkan mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam.
Masyarakat Islam Indonesia telah mengenal istilah bank sejak masa kolonialisasi barat. Ketentuan-ketentuan yang berlaku sekarang juga sebagian diwarisi dari zaman penjajahan. Meskipun di dalamnya masyarakat Indonesia mengenal sistem bagi hasil khususnya untuk usaha penggarapan tanah pertanian, namun bank yang pertama kali didirikan di Indonesia langsung menggunakan perangkat sistem bunga. Demikian juga bank-bank lainnya setelah itu, sebelum deregulasi perbankan 1 Juni 1993, bank Islam tidak mungkin dapat beroperasi di Indonesia sebab pemerintah menentukan besarnya tingkat bunga yang harus diterapkan oleh bank. Namun setelah PAKTO 1988 dan sesudah deregulasi 1 Juni 1993 barulah umat Islam dapat mendirikan bank Islam.
Secara historis persiapan pendirian bank syariah Islam di Indonesia mulai dirintis sejak diadakannya lokakarya “Bank Tanpa Bunga” pada tanggal 18-20
Agustus 1990 di Cisarua. 7 Ide ini selanjutnya didukung dan diprakarsai oleh beberapa pejabat penting pemerintah, pengusaha-pengusaha yang sangat berpengalaman di
bidang perbankan, bahkan presiden Soeharto dan wakil presiden H. Sudarmono bersedia menjadi pemrakarsa utama Bank Syari’ah Islam.
5 Ibid, h. 3. lihat dalam Rodney Wilson, Banking and Finance in the Arab Middle East, (Surrey England : Macmillan Publisher Ltd, 1983) 7 MUI, keputusan komisi fatwa MUI tentang bunga/rente, (Jakarta, 1983)
Dalam operasionalnya, sebagaimana dijelaskan di atas, bank syari’ah Islam tidak menerapkan sistem bunga. Dalam penyaluran dan pengerahan dana pada masyarakat, sistem mendasar yang dipergunakan adalah sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil pada bank Islam hanya terdapat pada pembiayaan atas dasar prinsip musyârakah dan mudârobah yang merupakan kesepakatan kedua belah pihak di mana pemakai dana (mudârib) sebagai pihak yang menjalankan usaha memperoleh bagian hasil lebih besar dari pada penyedia dana ( sâhibul mâl ). Pada pembiayaan bank berdasarkan prinsip musyârakah, bagi hasil disesuaikan dengan porsi masing-masing
pihak. 8 Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 10/1998, perbankan syari’ah
dengan sistem bagi hasil sebagai pengganti sistem bunga telah mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk menyelenggarakan kegiatan usaha, termasuk pemberian kesempatan pada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang yang khusus melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syari’ah. Pemberian kesempatan pembukaan kantor cabang syari’ah ini adalah sebagai upaya meningkatkan jaringan perbankan syari’ah yang tentunya akan dilakukan bersamaan dengan upaya pemberdayaan perbankan syari’ah. Upaya tersebut diharapkan akan mendorong perluasan jaringan kantor, pengembangan pasar uang antar bank Syari’ah, peningkatan sumber daya manusia, dan kinerja bank Syari’ah, yang pada intinya akan menunjang pembentukan landasan perekonomian rakyat yang lebih kuat dan tangguh.
8 Karnaen A. Perwataatmadja, Apa dan Bagaimana Bank yang Beroperasi Sesuai dengan Prinsip Syariah Islam , (Jakarta : Gema Insani Press, 1990, h. 24)
Banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan perbankan syari’ah, terutama berkaitan dengan penerapan suatu sistem perbankan yang baru bagi umat muslim Indonesia. Contoh, permasalahan yang dihadapi perbankan syari’ah di Jakarta yang tentu berbeda apa yang dihadapi di daerah Jambi, begitu pula pada daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia meskipun secara global dimungkinkan adanya permasalahan yang sama. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, sebagian di antaranya adalah perbedaan jumlah penduduk, agama, dan perbedaan pemahaman tentang bank Syari’ah itu sendiri.
Adanya bank Syari’ah di Jambi diharapkan akan mampu memberikan kontribusi terhadap masyarakat muslim dalam hal pertumbuhan dan peningkatan ekonomi Jambi yang bebas dari rentenir, sebab pemahaman masyarakat terhadap bank Konvensional atau umum saat ini masih banyak menggunakan rentenir dan banyak yang dirugikan. Sedangkan dalam al-Qur’an dengan tegas bahwa sifat mendzalimi itu dilarang, bahkan dengan penggunaan suku bunga yang sangat tinggi itu adalah haram, dengan demikian kehadiran perbankan syari’ah akan dapat menyelamatkan dan membantu masyarakat dari kegelapan dan kedzaliman kepada jalan yang benar. Perbankan syari’ah saat ini terbebas dari negative spread, sebab konsep bank Syari’ah tidak berbasis bunga uang. Hal itu sesuai dengan yang diterangkan dalam al-Qur’an :
“ Seseorang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al-Baqarah: 275)
Konsep Islam menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga pertumbuhan pembiayaan tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil yang dibiayai, dengan kata lain kinerja perbankan syari’ah ditentukan pada sektor riil, dan bukan sebaliknya. Pandangan Islam, uang hanyalah sebagai alat tukar dan bukan merupakan barang dan komoditas. Islam tidak mengenal time value of money , tetapi Islam mengenal economic value of time, jadi dengan kata lain yang
berharga menurut Islam adalah waktu itu sendiri. 10 Oleh sebab itu, analisis potensi pengembangan perbankan syariah nantinya
yang diterapkan di suatu daerah sangat perlu diteliti untuk dapat mengembangkan perbankan syari’ah secara optimal di daerah tersebut. Tentunya pembahasan tentang peluang dan strategi pengembangan, operasional bank syari’ah di Jambi tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan umat muslim tentang bank Syari’ah itu sendiri, bagaimana manajemennya, aplikasi dan operasionalnya di Jambi. Jambi adalah salah satu wilayah Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim, yang merupakan salah satu wilayah yang saat ini juga ikut tersentuh dengan keberadaan perbankan syari’ah. Meskipun baru satu tahun berdirinya lembaga keuangan syari’ah yaitu Bank Mandiri Syari’ah akan tetapi dengan melihat pada potensi sosial, budaya, ekonomi, dan politik
10 Abdul Mannan , The Making of Islamic Ekonomi Society, (Internasional Assosition of Islamic Bank, 1984)
masyarakat Jambi perlu ditinjau kembali ada aspek tersebut guna melihat pada kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan dan ancamannya. Sehingga persoalan yang akan diteliti nantinya telah nampak pada prediksi jangka panjang (long-term). Di samping itu pula perlu adanya dukungan infrastruktur atau pemerintah daerah mengenai perbankan syari’ah dengan melalui sosialisasi di berbagai alat media cetak dan elektronik selain itu perlunya fungsi dan keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan tentang ekonomi Islam, misalnya pesantren- pesantren, pendidikan sekolah bahkan Perguruan Tinggi Agama Islam (IAIN), diprediksikan hal ini menjadi modal yang sangat baik bagi pengembangan perbankan syari’ah ke depan. Realitanya, perbedaan pendapat tentang bunga bank di masyarakat dalam menentukan pilihan apakah harus melepaskan bank Konvensional yang menerapkan bunga dan beralih pada bank Syari’ah Islam dan sebaliknya, dan keraguan masyarakat apakah konsep bagi hasil sebagai ganti sistem bunga dapat memberikan keuntungan dan mengakomodasi perkembangan ekonomi masyarakat pada aspek lainnya.
Untuk itu perlu penelitian ini secara aktual, tajam dan mendalam tentang pengembangan yang akan dihadapi perbankan syari’ah di Jambi serta strategi apa yang selayaknya dipergunakan untuk mengembangkan jaringan kantor dan volume kegiatan usahanya. Oleh karena itu penulisan tesis ini diharapkan akan menemukan jawaban dan solusi-solusi yang ditawarkan guna membantu program sosialisasi perbankan syari’ah ke depannya. Selain penelitian ini akan menjadi acuan bagi peningkatan, pertumbuhan dan perkembangan perbankan lainnya yang akan Untuk itu perlu penelitian ini secara aktual, tajam dan mendalam tentang pengembangan yang akan dihadapi perbankan syari’ah di Jambi serta strategi apa yang selayaknya dipergunakan untuk mengembangkan jaringan kantor dan volume kegiatan usahanya. Oleh karena itu penulisan tesis ini diharapkan akan menemukan jawaban dan solusi-solusi yang ditawarkan guna membantu program sosialisasi perbankan syari’ah ke depannya. Selain penelitian ini akan menjadi acuan bagi peningkatan, pertumbuhan dan perkembangan perbankan lainnya yang akan
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka persoalan dalam penelitian ini tentunya melihat pada strategi yang ingin dicapai terutama dalam pengembangan perbankan syari’ah di Jambi.
Pertanyaan pokok penelitian ini adalah, mengapa jaringan cabang perbankan syari’ah di Jambi masih relatif sedikit dibandingkan dengan luas wilayahnya, padahal komunitas muslimlah yang terbesar di daerah tersebut. Untuk itu pertanyaan yang bersifat mengarah kepada pengumpulan data meliputi :
a. Dengan jaringan cabang dan volume usaha yang masih sedikit dibandingkan luas wilayah Jambi, strategi apa yang dipergunakan oleh perbankan syari’ah untuk mengembangkan usahanya.
b. Dampak positif dari keberadaan perbankan syari’ah bagi masyarakat muslim dalam meningkatkan dan mengembangkan perekonomian umat.
c. Peran strategis yang dilakukan oleh ulama atau tokoh masyarakat dalam mensosialisasikan dan mengembangkan volume kegiatan perbankan syari’ah di daerah Jambi tersebut.
d. Bagi Institusi-institusi pendidikan Islam, bagaimana upaya mereka dalam melahirkan sumber daya manusia (human receources development) yang profesionalisme untuk mengembangkan perbankan syari’ah.
Adapun batasan yang akan diteliti hanya sebatas wilayah kota Jambi, sebab perbankan syari’ah tersebut baru berdiri dan belum tersebar luas ke wilayah kabupaten lainnya. Kemudian strategi dalam uraian di atas dimaksud sebagai suatu himpunan kebijakan dan program yang akan menjamin terwujudnya sasaran dan tujuan, dari strategi global maka pemahaman dan respon masyarakat terhadap keberadaan bank Syari’ah sampai dimana…? strategi untuk mencapai sasaran dan tujuan dapat mencakup : • Kebijakan infrastruktur pemerintah, peran ulama dan tokoh masyarkat yang
mengakomodir masyarakat Jambi dari berbagai kalangan dengan menggunakan prisma pentagonal yang mencakup ; perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), kecukupan finansial (financialware), kelengkapan keorganisasian (organzationware) dan lingkungan (ecologicalware) yang nyaman dan mendukung sehingga lamban laun akan tercapai kemenangan dan kebahagiaan di masyarakat.
• Melakukan penelitian secara berlanjut dan menyampaikan hasil-hasilnya kepada masyarakat luas tentang bank Syari’ah melalui jaringan kerja antar pihak lembaga keuangan syari’ah, pemerintah daerah, ulama serta peran Perguruan Tinggi Islam dengan mengadakan pengembangan program kurikulum di setiap bidang studi ekonomi Islam.
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui gambaran dan menganalisis potensi wilayah yang mendukung pengembangan jaringan bank syari’ah di Jambi.
2. Mengetahui tujuan didirikannya bank Syari’ah dan memperoleh data kajian akademis tentang perkembangan perbankan syari’ah di Jambi.
3. Menganalisis karakteristik individu dan keterkaitannya dengan persepsi terhadap bank Syari’ah.
4. Mendapatkan gambaran dan menganalisis persepsi pelaku ekonomi, dan individu-individu dalam masyarakat terhadap keberadaan bank Syari’ah, yang terwujud dalam bentuk informasi tentang besaran proporsi masyarakat Jambi. Selain itu pula penelitian penulis secara umum bertujuan mendapatkan
informasi awal mengenai potensi usaha bank Syari’ah di Jambi. Informasi awal dari potensi usaha bank Syari’ah (terutama nantinya pada daerah-daerah yang belum memiliki bank Syari’ah) .
D. Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian ini berguna untuk pengembangan dunia perbankan Syari’ah khususnya bagi daerah Jambi serta sebagai sumber acuan bagi daerah lainnya
2. Dengan berbagai persoalan yang ditemukan dalam pengembangan perbankan syari’ah di kota Jambi dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mengembangkan perbankan di masa yang akan datang.
3. Demikian juga untuk memberikan informasi dan kontribusi bagi kalangan intelektual, tokoh masyarakat atau ulama, pelajar, praktisi, akademisi, institusi pendidikan Islam dan masyarakat muslim pada umumnya tentang konsep perbankan syari’ah atau ekonomi Islam.
4. Penulisan ini juga diharapkan dapat menjadi pemasukan (input) bagi kantor pusat Bank Indonesia maupun stakeholdersnya, dalam kaitannya dengan pengembangan perbankan syari’ah di Indonesia secara umum dan di Jambi khususnya. Pemikiran dan ide yang diharapkan dalam penelitian nantinya adalah akan
melahirkan sebuah potensi untuk membangun dan menumbuh kembangkan masyarakat yang sejahtera yang makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran berdasarkan nilai-nilai uluhiyyah (Al-Qur’an dan Hadi ś ) sehingga bermakna di dunia dan berarti di akhirat.(baldatun tayyibatun warabbun gofûr). Di samping kerangka analisis didasarkan pada keterpaduan pendekatan antara aspek keislaman, keilmuan dan keindonesiaan yang dikemas dalam kerangka pendekatan iptek, agama dan tatanan kehidupan bermasyarakat.
E. Data dan Informasi Daerah
Studi literatur yang penulis paparkan secara umum berdasarkan pada penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak Bank Indonesia dengan sebuah lembaga Perguruan Tinggi Universitas Jambi (UNJA) dengan melihat berbagai aspek pelaku ekonomi secara makro, baik ditinjau dari potensi wilayah, karakteristik individu Studi literatur yang penulis paparkan secara umum berdasarkan pada penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak Bank Indonesia dengan sebuah lembaga Perguruan Tinggi Universitas Jambi (UNJA) dengan melihat berbagai aspek pelaku ekonomi secara makro, baik ditinjau dari potensi wilayah, karakteristik individu
Konvensional dan akan pindah ke bank syari’ah. 11 Kemudian berdasarkan hasil penelitian dari Bank Indonesia dengan
Universitas Jambi (UNJA) untuk pelaku ekonomi, potensi murni ini bahkan mencapai 65,4 % dari total responden. Hal itu menunjukkan bahwa pelaku ekonomi merupakan pasar yang relative lebih potensial dibandingkan individu non-pelaku ekonomi dalam masyarakat. Dari sisi lain dukungan pengembangan jaringan bank Syari’ah di Jambi paling tidak dapat dilihat dari tiga aspek. • Pertama, Pertumbuhan ekonomi Propinsi Jambi yang secara rata-rata lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada periode 1995-1999 pertumbuhan ekonomi mencapai 3,74 % pertahunnya sedangkan nasional hanya 1,55 %.
• Kedua, Perkembangan kegiatan usaha perbankan yang relatif baik, terutama dilihat dari aspek penghimpunan dana yang selama periode 1996-2000 mengalami peningkatan yang relatif pesat yaitu mencapai 45,2 persen per tahun. Untuk posisi penghimpunan dana selama periode yang sama memang menunjukkan penurunan, namun demikian penurunan tersebut juga lebih disebabkan kebijakan banyaknya
11 Laporan hasil perbincangan dengan pihak Bank Syari’ah.
bank dalam menahan laju ekspansi kreditnya disebabkan faktor ketidakpastian keadaan ekonomi secara nasional.
• Ketiga, besaran proporsi penduduk yang komunitas Islam yang mencapai 98,92 %. Berkaitan dengan penduduk ini terlihat pertumbuhan penduduk di Propinsi Jambi relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduk secara nasional. Pada periode 1990-2000 tingkat pertumbuhan dan peningkatan penduduk Propinsi Jambi sebesar 1,76 % per tahun, sedangkan nasional hanya sebesar 1,35 %. Tingginya pertumbuhan penduduk ini membutuhkan peningkatan yang juga relatif pesat untuk sarana dan prasarana pelayanan penduduk, diantaranya adalah
sarana perbankan. 12 Dengan demikian bahwa bank-bank Islam pada umumnya tidak cukup hanya
sekedar mengandalkan fanatisme emosional umat. Andalan demikian hanya sangat rentan (vurnerable), bersifat temporal karena reaktif, dan justru akan menimbulkan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi umat Islam. Bahkan menurut Karnaen, ancaman yang paling berbahaya adalah apabila berdirinya bank Syari’ah berdasarkan fanatisme agama. Menurutnya akan ada pihak-pihak yang akan menghalangi perkembangan bank syari’ah semata-mata karena tidak suka akan kebangkitan umat Islam dari keterbelakangan ekonominya. Isu eksklusivisme atau SARA mungkin akan
dilontarkan untuk mencegah berdiri atau berkembangnya bank Syari’ah secara luas. 13
12 Bank Indonesia Jambi dan Fakultas Ekonomi UNJA, November 2001 13 Karnaen A. Perwataatmadja, Prospek Serta potensi Lembaga Keuangan Bebas Bunga di Masa Mendatang, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), h. 23
Berkenaan dengan konteks ini maka pengenalan, sosialisasi, dan pembudayaan akan bank-bank syari’ah Islam baik secara langsung di tengah kancah kehidupan umat, maupun secara tidak langsung melalui proses pendidikan dan pengajaran haruslah dilakukan dengan pendekatan sentimen universal.
Di samping persoalan fanatisme agama, kelemahan utama bank Islam pada umumnya, menurut Karnaen adalah bahwa bank dengan sistem bagi hasil terlalu berprasangka baik kepada semua nasabahnya dan berasumsi semua orang yang
terlibat dalam sistem perbankan tanpa bunga adalah jujur. 14 Dengan demikian bank Syari’ah sangat rawan terhadap mereka yang
beriktikad tidak baik. Contoh, kredit mudârobah yang diberikan bank dengan sistem bagi hasil akan sangat penting nasabah melaporkan keadaan usaha yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Misalnya suatu usaha yang untung dilaporkan tidak untung sehingga bank tidak memperoleh bagian laba.
Berdasarkan asumsi di atas, dapat ditemukan suatu kombinasi penyaluran dana (production mix) yaitu kredit mudârobah yang beresiko tinggi lebih utama disalurkan kepada pengusaha golongan lemah yang kebutuhan kreditnya relatif kecil. Sebaliknya kredit musyârakah lebih utama disalurkan kepada pengusaha dari golongan ekonomi yang lebih kuat karena adanya keharusan penerima kredit mempunyai lebih dahulu sebagian dari dana kreditnya. Dengan melalui production- mix yang tepat, maka bank Islam akan dapat berperan lebih besar dalam pembangunan khususnya dalam menjembatani kesenjangan antara yang kaya dan
14 Karnaen, Ibid, h. 24 14 Karnaen, Ibid, h. 24
Pada kerangka konseptual tentang strategi pengembangan perbankan syari’ah, maka penulis memformulasikan strategi pengembangan perbankan di masa yang akan datang dengan melihat analisis SWOT, sehingga nantinya akan terarah dan tercapai sejauh mana proses managemen strategi pengembangan perbankan dilakukan.
Salah satu analisis yang paling penting untuk diperhatikan oleh lembaga keuangan syari’ah dengan menggunakan perangkat SWOT, kendatipun memiliki bebagai keterbatasan. Analisis SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities, and Treets) yang merupakan instrument yang sangat signifikan untuk meganalisis situasi pengembangan perbankan syari’ah. Dengan analisis SWOT diharapkan mampu untuk menyeimbangkan antara kondisi internal yang direpresentasikan oleh kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman dari lingkungan eksternal yang ada. Analisis juga menyatakan bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh lembaga perbankan dapat dipisahkan melalui analisis yang teliti dari masing-masing tersebut.
Dengan demikian maka penulis akan mencoba menjelaskan masing-masing elemen dari analisis SWOT secara sangat sederhana.
Kerangka Konseptual
Analisis SWOT Atas Potensi Pengembangan dan Penguatan Bank Syariah di Jambi
Analisis Internal
Strengths (kekuatan) Weaknesses (kelemahan)
• Mayoritas muslim yang taat akan nilai nilai
• Kurangnya pemahaman bank Syari’ah
Ke-Islam
• Kurangnya praktisi, akademisi, dan ulama
• Kebutuhan masyarakat atas bank berbasis
yang ahli dalam praktek perbankan syari’ah.
Syari’ah
• Adanya masyarakat adat yang memiliki • Adanya peningkatan sosialisasi pada
prinsip-prinsip yang sama dengan syari'ah masyarakat muslim tentang urgensinya bank
Syari'ah. •
Jaringan lembaga Keuangan Syari’ah • Pengawasan
Analisis Eksternal
Opportunities (Peluang) Threat (Tantangan)
• Integrasi Vertikal antara pemerintah daerah • Adanya persaingan dengan bank Konvensional. dengan masyarakat.
• Lambatnya pemahaman masyarakat tentang • Cepatnya pertumbuhan dan pemahaman
ekonomi Islam/bank syari’ah. masyarakat tentang ekonomi syari’ah/bank
sistem yang dapat syari’ah.
• Adanya
perubahan
mempengaruhi kepercayaan masyarakat. • Tercapainya sosialisasi kesemua komponen
• Tidak adanya sosialisasi tentang sistem ekonomi masyarakat
Islam atau perbankan syari’ah. Syari’ah.
• Saingan bank Konvensional dan perusahaan non- • Potensi nasabah baru
bank
Pembahasan analisis intern dan ekstern beserta diagnosisnya yang berfokus pada tujuan menyusun strategi dalam rangka melaksanakan manajemen strategi. Kendatipun demikian, metode analisis ini dapat diterapkan untuk dasar penentuan misi, tujuan dan strategi dalam penyusunan perencanaan strategis . Data penerapan dan aplikasi tentunya dapat dinilai melalui data dan informasi ekstern (lingkungan) yang berupa data dan informasi prakiraan, jadi bukan data sekarang (current data) . Misalnya prakiraan data dan informasi lingkungan yang diduga akan terjadi pada 5 sampai 10 tahun yang akan datang. Dengan demikian penelitian tesis ini ditinjau pada aspek misi, tujuan maupun strategi yang dirumuskan akan berupa perumusan untuk prediksi yang akan datang (long-term).
Adapun perumusan permasalahan tersebut adalah:
1. Bagaimana/ sejauhmanakah pemahaman persepsi individu dan pelaku ekonomi yang menjadi nasabah perbankan syariah tersebut.
2. Melalui kegiatan apa pengembangan jaringan perbankan syariah dilakukan.
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam pengumpulan data yaitu :
1. Penelitian kepustakaan (library research), untuk mendapatkan data yang bersifat normatif berupa teori dan berbagai pendapat para ahli dari buku-buku dan peraturan perundang-undangan yang ada relevansinya dengan penelitian.
2. Studi lapangan (Field research), untuk mendapatkan data kuantitatif yang lengkap dari para responden dengan menyebarkan angket kuesioner dan melalui interview atau wawancara yang mengacu pada objek atau tempat yang menjadi sasaran penelitian.
3. Penelitian ini pula dengan melihat pada konsep prisma pentagonal yang mencakup perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), kecukupan
kelengkapan keorganisasian (organizationware) dan lingkungan (ecologicalware)
finansial
(financialware),
Gambar Kerangka Analisis SWOT Dampak Silang (Cross Impact Matrix)
Kekuatan
Keadaan yang sekarang
Kesempatan
Tantangan
akan datang
Kekuatan
Kesempatan
1. Jaringan keuangan ++ ++
++ ++ 1. Perkembangan
Syari’ah Teknologi 2. Kemampuan
2. Adanya potensi services
nasabah baru 3. Dukungan tokoh
3. Sosialisasi tercapai masyarakat dan kaum muslimin
1. Adanya persaingan manajemen
1. Sistem informasi -
bank Konvensionl 2. Sistem
2. Tidak adanya manajemen
pemahaman sosialisasi tentang
masyarakat tentang pemahaman
konsep ekonomi masyarakat
Islam / bank Syari’ah
Analisis di atas berdasarkan suatu matriks yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, kesepatan, dan tantangan yang dapat diidentifkasi dari data dan informasi strategis yang ada. Dalam hubungan ini, akan dicari dan diambil kekuatan-kekuatan Analisis di atas berdasarkan suatu matriks yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, kesepatan, dan tantangan yang dapat diidentifkasi dari data dan informasi strategis yang ada. Dalam hubungan ini, akan dicari dan diambil kekuatan-kekuatan
Kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan disusun berdasarkan gambar matriks tersebut menggambarkan:
a. Dampak kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan secara keseluruhan pada kesempatan-kesempatan dan tantangan-tantangan lingkungan yang ada sebaliknya.
b. Dampak kekuatan pada tantangan serta kesempatan dan sebaliknya.
c. Dampak kelemahan pada kesempatan serta tantangan dan sebaliknya. Pada setiap kekuatan yang dapat memiliki dampak positf pada kesempatan atau tantangan dan sebaliknya, diberi tanda ++ untuk yang sangat kuat, dan 0 untuk yang tidak ada dampak. Sebaliknya jika kelemahan yang memiliki dampak negatif pada kesempatan atau tantangan dan sebaliknya diberi tanda = untuk yang sangat kuat dampak negatifnya, - apabila cukup kuat, dan 0 jika tidak mempunyai dampak.
Matriks kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan disebut matriks dampak silang (cross impact matriks). Dalam matriks dapat dilihat faktor-faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan denga bobot dampak yang ditentukan berdasarkan hasil evaluasi faktor-faktor yang bersangkutan dan ditetapkan melalui diskusi, kemudian ditetapkan berdasarkan hasil diskusi.
Pada gambar matrik yang bersangkutan dapat dilihat pada kolom horisontal, faktor kesempatan dan tantangan lingkungan. Sedangkan faktor kelemahan berdampak negatif agak besar pada faktor-faktor kesempatan dan tantangan.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam tesis ini, dituangkan dalam bab perbab yang masing- masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu : Bab pertama, merupakan pendahuluan, yang didalamnya diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, Signifkansi penelitian, Sistematika Penulisan, kerangka teoritis, hipotesis, dan metodologi penelitian.
Bab kedua mencakup pembahasan mengenai kajian teoritis tentang perbankan. Pembahasan dalam bab ini terdiri dri beberapa sub bab yaitu mengenai prinsip dasar bank syariah, histories lahirnya bank syariah, aplikasi prinsip Islam dalam perbankan syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijaka keputusan pemilihan pada bank syariah.
Bab ketiga membahas tentang kondisi ekonomi dan perbankan, potensi wilayah dalam pengembangan jaringan bank syariah dan pertumbuhan struktur potensi ekonomi.
Bab keempat merupakan inti pokok dari semua pembahasan dalam tesis ini. Bab ini membahas analisis potensi masyarakat dan karakteristk responden, dengan melihat jenis kelamin, usia, pendidikan, agama, jenis pekerjaan dan juga pemhaman terhadap bank syariah di Jambi.
Bab kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II KONSEP BANK DALAM ISLAM
A. Historis Lahirnya Bank Syari’ah
Berkembangnya bank-bank Syari’ah di negara-negara Islam mulai berpengaruh ke Indonesia. Sekalipun Indonesia bukan negara Islam, yaitu negara yang berdasarkan hukum syari’ah Islam, tetapi Indonesia adalah negara Muslim yaitu yaitu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sebagai negara Muslim kebutuhan bagi para penduduk Indonesia yang muslim akan adanya suatu bank yang berlandaskan prinsip syari’ah, sudah barang tentu sangat diperlukan.
Gagasan untuk mendirikan bank Syari’ah, sebagai istilah pengganti bank Islam istilah yang dihindari karena berkonotasi ideologis. Sebenarnya telah muncul sejak pertengahan 70-an. Ini dibicarakan, misalnya pada seminar hubungan Indonesia Timur Tengah pada 1974 (Seminar Nasional) dan 1976 (Seminar Internasional) yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika. Namun ada beberapa alasan yang menghambat realisasi ide tersebut. Pertama, karena operasi syari’ah menerapkan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) itu belum diatur, karena itu tidak sejalan dengan Undang- Undang Pokok Perbankan No. 14/1967 yang berlaku. Kedua, konsep bank Islam waktu itu, terjemahan Islamic Bank dari segi polotik berkonotasi ideologis, yang merupakan bagian dari konsep negara Islam dan itu tidak dikehendaki pemerintah. Ketiga, masih dipertanyakan siapakah yang bersedia menaruh modal dalam ventura Gagasan untuk mendirikan bank Syari’ah, sebagai istilah pengganti bank Islam istilah yang dihindari karena berkonotasi ideologis. Sebenarnya telah muncul sejak pertengahan 70-an. Ini dibicarakan, misalnya pada seminar hubungan Indonesia Timur Tengah pada 1974 (Seminar Nasional) dan 1976 (Seminar Internasional) yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika. Namun ada beberapa alasan yang menghambat realisasi ide tersebut. Pertama, karena operasi syari’ah menerapkan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) itu belum diatur, karena itu tidak sejalan dengan Undang- Undang Pokok Perbankan No. 14/1967 yang berlaku. Kedua, konsep bank Islam waktu itu, terjemahan Islamic Bank dari segi polotik berkonotasi ideologis, yang merupakan bagian dari konsep negara Islam dan itu tidak dikehendaki pemerintah. Ketiga, masih dipertanyakan siapakah yang bersedia menaruh modal dalam ventura
di Indonesia. 1 Cita-cita umat Islam Indonesia untuk mendirikan bank Syariah mulai terwujud
dengan adanya ide pendirian bank tanpa bunga yang digulirkan kembali dalam lokakarya “Bunga Bank dan Sistem Perbankan” yang diselenggarakan oleh Dewan
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Cisarua Bogor, 19-22 Agustus 1990, 2 yang diikuti oleh para pakar Bankir, Ahli Hukum Islam dan pejabat Moneter
Indonesia. 3 Forum berhasil menyepakati untuk mendirikan bank bebas bunga yang sejalan dengan syari’at Islam. Sekalipun status hukum bunga bank masih
mengambang dalam lokakarya tersebut. Rekomendasi, sebagai hasil lokakarya, ditindaklanjuti oleh Musyawarah Nasional MUI ke-IV di Hotel Sahid Jaya Jakarta 22-25 Agustus 1990, dengan menugaskan Dewan Pimpinan MUI untuk membentuk kelompok kerja (Tim Perbankan) yang ditugasi memprakarsai pendirian bank berdasarkan syari’at Islam. Tim tersebut berhasil mengidentifikasi dua kemungkinan yang mungkin timbul dalam
mewujudkan berdirinya bank Syari’ah tersebut. 4
1 M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, (Jakarta : LSAF, 1999), cet. ke-1, h. 404 2 Ibid. h. 405 3 Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, (Jakarta : Bangkit, 1992), h. 119-120
4 Sutan Remy Syahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : Pustaka Utama Grafitri, 1999), cet. ke-1, h. 121
Pertama, operasionalisasi bank Syari’ah dikaitkan dengan fanatisme agama, akan ada pihak-pihak yang menghalangi berdirinya bank Syari’ah semata-mata karena tidak suka akan kebangkitan umat Islam dari keterbelakangan ekonominya. Isu eksklufisme atau SARA yang mungkin dilontarkan untuk mencegah berkembangnya bank Islam di Indonesia secara luas. Kedua, ancaman dari mereka yang terusik kenikmatannya merebut kekayaan rakyat yang sebagian besar beragama Islam melalui sistem perbankan yang ada. Munculnya bank Islam menuntut pemerataan yang lebih adil akan dirasakan sebagai ancaman terhadap Status Quo yang telah menikmatinya selama puluhan tahun. Mereka akan menghambatnya dengan cara membenturkan pada perangkat perundang-undangan. Perbankan yang ada pada saat itu memang boleh disebut tidak memberi ruang beroperasinya bank tanpa bunga sesuai dengan syari’at Islam. UU pokok perbankan No. 14/1967 memang
tidak mengizinkan beroperasinya bank tanpa bunga kredit. 5 Kekhawatiran ancaman tersebut ternyata tidak sepenuhnya terbukti mengenai
kendala UU No. 14/1976. Sedikit bisa teratasi setelah keluarnya deregulasi perbankan tahun 1983 yang salah satu isinya memberikan kebebasan kepada bank untuk
menentukan suku bunganya sendiri hingga 0 %, bahkan peniadaan bunga sekaligus. 6 Deregulasi tersebut baru dapat dimanfaatkan setelah keluarnya Paket Oktober
5 Aminuddin, Kekuatan Islam dan Pergulatan Kekuasaan di Indonesia Sebelum dan Sesudah Runtuhnya Rezim Soeharto, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), cet. ke-1, h. 285 6 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta : FE-UI, 1999), edisi ke-2, h. 59
(PAKTO) 1988 yang memberikan kesempatan untuk mendirikan bank-bank baru, yang implikasinya memperbesar peluang kehadiran bank-bank berdasarkan syari’ah. 7
Pada tanggal 27 Agustus 1991, tim pendiri bank Islam mengadakan pertemuan dengan presiden Soeharto yang disambut dengan antusias. Kepala negara langsung bersedia dicantumkan sebagai pemprakarsa bank Islam sekaligus memberikan dana tiga milyar dari kas Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, tapi tanpa bunga dan tanpa batas waktu pinjaman. Dalam pertemuan tersebut presiden Soeharto menyarankan agar bank Islam yang akan didirikan itu memberi nama Bank
Muamalah Indonesia (BMI). 8 Sebagai hasil kerja selama itu, maka lahirlah Bank Muamalat Indonesia.
Penandatanganan akta pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia (MUI) di hadapan akte Notaris tanggal 1 November 1991. Dalam acara penandatangan itu,dilakukan penjualan saham yang akhirnya terkumpul modal awal sebesar 110 milyar rupiah. 9
Angka tersebut tercatat sebagai modal terbesar dalam sejarah perbankan setelah dikeluarkannya PAKTO 88. Sukamdani Sahid Gitosardjono, seorang pengusaha perhotelan berujar, “Pengumpulan dana Bank Muamalat Indonesia adalah salah satu rekor pengumpulan modal bank tercepat”. Meskipun perkembangan agak terlambat jika dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan Syari’ah di Indonesia terus berkembang. Jika pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank
7 Majalah Tempo, Bank Tanpa Agunan Amanah, edisi, 9 Oktober 1991 8 Aminuddin, Op.cit. h.288 9 M. Syafe’i Antonio, Bank Syari ’ ah dari Teori ke Praktek, (Jakarta : Gema Insani Press dan
Tazkiah Institute, 2001), cet. 1, h. 25
Syari’ah di Indonesia, maka pada tahun 1999 bertambah menjadi tiga unit. Pada tahun 2000, bank Syari’ah maupun bank konvensional yang membuka unit usaha Syari’ah meningkat menjadi 6 unit. Sedangkan jumlah BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah) telah mencapai 86 unit dan masih akan bertambah. Di tahun mendatang, jumlah bank Syari’ah ini akan terus meningkat seiring dengan masuknya pemain-pemain baru bertambahnya jumlah kantor cabang bank Syari’ah yang telah ada maupun dengan dibukanya Islamic Window di bank-bank konvensional.
Perkembangan perbankan Syari’ah ini tentunya juga harus didukung oleh sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kwalitas maupun kwantitasnya. Namun realitas yang ada menunjukan bahwa masih banyak sumber daya insani yang selama ini terlibat di institut Syari’ah tidak memiliki pengalamam akademis maupun praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan Syari’ah itu sendiri. Dan inilah memang yang harus mendapatkan perhatian dari kita semua, yaitu mencetak sumber daya insani yang mampu mengamalkan ekonomi Syari’ah di semua ini, sebab sistem yang baik tidak mungkin dapat berjalan jika tidak didukung oleh sumber daya insani yang
baik pula. 10 Di samping itu pula dukungan dan kepercayaan kaum muslimin seperti
terlihat dari begitu banyaknya dana yang terkumpul, di satu sisi merupakan perkembangan yang menggembirakan. Namun di sisi lain menjadi beban moral yang
10 Karim Business Consulting, Workshop on Islamic Banking (Auditorium FE-UI Depok), 20-21 Februari 2003. h. 7 10 Karim Business Consulting, Workshop on Islamic Banking (Auditorium FE-UI Depok), 20-21 Februari 2003. h. 7
berikutnya. 11 Status hukum bank Islam mendapat legitimasi yang kokoh setelah
dikeluarkannya UU. No.7 tahun 1992 tentang perbankan. Bagi Bank Muamalah Indonesia, status hukum itu memperkuat legitimasi Bank Muamalah Indonesia yang mulai beroperasi pada tanggal 1 mei 1992. pada awal pendiriannya, keberadaan bank Syari’ah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional.
Pada awalnya, landasan hukum operasi bank Syari’ah ini hanya dikategorikan sebagai bank dengan sistem bagi hasil tidak terdapat landasan hukum syari’ah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini sangat jelas tercermin dari UU. No. 7 tahun 1992 di mana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu dan merupakan sisipan belaka.
Seiring dengan berputarnya waktu, perkembangan perbankan Syari’ah mulai mengalami bomming pada era reformasi yang ditandai dengan perubahan UU. No. 7 tahun 1992 menjadi UU. No. 10 tahun 1998 tentang perbankan. Dalam undang- undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank Syari’ah. Undang-undang itu
11 H. Karnaen A. Perwataatmadja, Berbagai Aspek Ekonomi Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), h. 143-144 11 H. Karnaen A. Perwataatmadja, Berbagai Aspek Ekonomi Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), h. 143-144
Peluang tersebut disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan perhatian dalam bidang perbankan Syari’ah bagi para stafnya. Sebagian bank menjajaki pembukaan divisi atau cabang Syari’ah dalam institusinya. Sebagian lagi berencana mengkonversi diri menjadi bank Syari’ah. Hal demikian diantisipasi oleh Bank Indonesia (BI) dengan mengadakan pelatihan perbankan Syari’ah bagi para pejabat BI.
b. Pengertian Bank Syari’ah
Kata bank dapat ditelusuri dari kata bangue dalam bahasa Prancis, dan dari banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti atau lemari atau bangku. Konotasi kedua ini menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang, yang menghasilkan (part folio of earning assets ) yaitu portofolio yang memberi bank “darah kehidupan” bernama laba bersih setelah pengeluaran - pengeluaran dari pajak.
Pada abad ke-12 kata banco di Italia merujuk pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang (money changer) arti ini menyiratkan fungsi transaksi bisnis yang lebih luas yaitu “membayar barang dan jasa”. Contoh transaksi semacam itu di
12 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari ’ ah Wacana Ulama dan Cendikiawan (Jakarta : BI dan Tazkiya Institute, 1999), h. 279 12 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari ’ ah Wacana Ulama dan Cendikiawan (Jakarta : BI dan Tazkiya Institute, 1999), h. 279
Jadi kesimpulannya fungsi dasar bank adalah: 1) menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function) dan; 2) menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function).
Sepanjang praktek perbankan konvensional tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, bank-bank Islam telah mengadopsi sistem dan prosedur perbankan yang ada. Jika terjadi pertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah, maka bank-bank Islam merencanakan dan menerapkan prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas perbankan mereka dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam. Untuk itu dewan syari’ah berfungsi memberikan Advis kepada perbankan Islam guna memastikan bahwa bank Islam tidak terlibat dalam unsur-unsur yang tidak disetujui
oleh Islam. 13 Jika yang dimaksud dengan “Bank” adalah istilah bagi satu lembaga
keuangan, maka istilah “Bank” tidak disebutkan secara eksplisit dalam al-Qur’an. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban, maka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, shadaqah, ganîmah (rampasan perang), bai’ (jual beli), dayn (hutang), mâl (harta) dan sebagainya yang memiliki konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi. Lembaga-lembaga itu pada akhirnya
13 Syafi’i Antonio, Dasar-Dasar Management Bank Syari ’ ah, (Jakarta : Alfabhet, 2002), h. 3 13 Syafi’i Antonio, Dasar-Dasar Management Bank Syari ’ ah, (Jakarta : Alfabhet, 2002), h. 3
c. Prinsip dan Operasional Usaha