Sistem Perbankan Syari’ah
C. Sistem Perbankan Syari’ah
a. Prinsip-Prinsip Bank Syari’ah
Jika dipandang semata-mata dari tujuan dan prinsip atau motif ekonomi, memang tidak terdapat perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain. Hal itu disebabkan karena semua sistem ekonomi termasuk sistem ekonomi Islam bekerja atas: (1) tujuan yang sama yaitu mencari pemuasan berbagai kebutuhan hidup manusia, baik kebutuhan hidup masyarakat secara luas. Selain dari itu setiap sistem ekonomi bekerja menurut (2) prinsip dan motif ekonomi yang sama, yaitu setiap orang atau masyarakat akan berusaha untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan tenaga atau ongkos yang sekecil-kecilnya dan waktu yang
sesingkat-singkatnya. 35 Sekalipun demikian jika dilihat dari keperluan hidup manusia yang harus dipenuhi dengan kegiatan ekonomi tersebut dan batasan-batasan yang ada,
maka akan terlihat sejumlah perbedaan di antara masing-masing sistem ekonomi itu. Sebab perbadaan-perbedaan tersebutlah adanya berbagai sistem ekonomi di dunia ini yang mempengaruhi pemikiran dan kegiatan ekonomi masyarakat saat ini.
Sistem ekonomi Islam yang dikembangkan seiring dengan kegagalan dari sistem ekonomi kapitalis dan sosialis telah terbukti memberikan solusi terhadap permasalahan hidup masyarakat saat ini. Sistem ekonomi Islam yang dimaksud
35 M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1998), cet. ke-1, h. 17 35 M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1998), cet. ke-1, h. 17
Perbedaan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain dikarenakan oleh Islam yang berbeda dengan agama yang lain, dalam hal ia dibatasi oleh postulat-postulat iman dan ibadah.
Menurut Metwally, ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip sebagai berikut: 36
1. Dalam ekonomi Islam berbagai sumber daya dipandang sebagai titipan atau pemberian dari Tuhan kepada manusia. Dan manusia harus memanfaatkannya seefisien mungkin dan seoptimal mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan hidup di dunia, yaitu untuk diri sendiri dan orang lain.
2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan alat-alat produksi dan faktor produksi, pertama, kepemilikan individu dibatasi oleh kepentingan masyarakat, dan kedua, Islam menolak setiap pendapatan yang diperolah secara tidak sah, apalagi usaha yang menimbulkan kerusakan pada masyarakat.
3. Kekuatan penggerak ekonomi Islam adalah kerja sama. Seorang muslim apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, dan lain sebagainya harus berpegang pada tuntunan Allah SWT. dalam al-Qur’an: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
36 Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari ’ ah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h. 13-16 36 Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari ’ ah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h. 13-16
4. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Firman Allah SWT: “Apa yang diberikan oleh Allah SWT. Kepada Rasul-Nya sebagai harta rampasan dari penduduk negeri itu, adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja di antara kalian…” (QS. Al-Hasr/59: 7).
5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat, dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari oleh hadits nabi bahwa, “ Masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput dan api.”
6. Seorang muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat. Sesuai dengan firman- Nya: “Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan kepada Allah kemudian masing-masing diberikan balasan yang sempurna terhadap apa yang mereka telah lakukan. Dan mereka tidak teraniaya…” (QS. Al-Baqarah/2: 281).
7. Seorang muslim yang kekayaannya melebihi ukuran tertentu (nisab) dan syarat- syarat tertentu diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan sarana distribusi kekayaan dari orang kaya pada orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
8. Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah pinjaman tersebut berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah 8. Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah pinjaman tersebut berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah
9. pada hata manusia, maka riba itu tidak menambah di sisi Allah, dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah. Maka itulah orang-orang yang melipatgandakan pahalanya” . (QS. Ar- Rum/30: 39).
b. Prinsip Dasar Operasional Bank Syari’ah
Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis, mengajarkan semua yang baik dan bermanfaat bagi manusia, dengan waktu, tempat, dan tahap-tahap perkembangannya. Selain itu Islam adalah fitrah, yang sesuai dengan sifat dasar manusia (Human Nature).
Emeritus Tan Sri Datuk Ahmed bin Moh. Ibrahim menyatakan: “ Banking and financial aktivities have amerged to meet genuine human
needs. There fore, unless these activities belong to the category expressly for bidden by Islam, there is nothing in the nature of these activities which is contrary to the Syari’ah. Example of for bidden activities include gambling
and manufacturing and trading in for bidden goods such as liquor” 37
Aktivitas keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka paling tidak untuk melaksanakan dua
ajaran pokok al-Qur’an, yaitu: 38
37 Ibrahim Tan Sri Datuk Ahmed bin Mohamed, Islamic Banking : An. Overview, (London: Institute of Islamic Banking and Insurance, 1996), h. 15 38 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Management Bank Syari ’ ah (Jakarta: Alvabet, 2002), cet. ke-I, h. 11
1. Prinsip al-Ta’âwun, yaitu saling tolong menolong dan saling bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan sesuai dengan pernyataan dalam al- Qur’an.
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al- Maidah/5: 2)
2. Prinsip menghindari al-Iktinaz, yaitu menahan uang dan membiarkannya menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum, sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Qur’an :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu…” (QS. An-Nisa’/ 4: 29) Sebagaimana dikatakan juga dalam hadits riwayat Turmudzi: 39
“ Dari Amru bin Syu’aib yang diterima dari ayahnya dari kakeknya mengatakan bahwa Rasulullah berkhatbah dan berkata: “ Ingatlah ! siapa yang mengasuh seorang anak yatim yang memiliki kekayaan, maka
ia harus memperdagangkannya jangan biarkan saja agar tidak dimakan zakat.”
39 Abu Muhammad bin Isa, Sunan Turmudzi, (Beirut, Libanon : Dar el-Fikr), Juz II, h. 134
Suatu yang menjadi perbedaan pokok perbankan Syari’ah dengan perbankan konvensional adalah adanya bunga (riba) bagi perbankan konvensional. Bagi Islam riba dilarang sedangkan jual beli dihalalkan. Sejak dekade 1970-an umat Islam di berbagai belahan dunia telah berupaya untuk mendirikan bank Syari’ah.
c. Sistem Operasional Bank Islam
Saat ini sistem perbankan dan keuangan modern terus berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan manusia dalam rangka mendanai kegiatan mereka, bukan dengan dananya sendiri melainkan dengan dana orang lain, baik dengan menggunkan prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity financing ) maupun dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan (need financing).
Dalam hal ini Islam mempunyai hukum tersendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu melalui akad-akad bagi hasil sebagai metode pemenuhan kebutuhan permodalan, dan akad-akad jual beli untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan. Bank Islam tidak menggunakan metode pinjaman uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji pemberian imbalan sama dengan riba. Oleh sebab itu, perbankan Islam dijalankan dengan piranti-piranti keuangan yang didasarkan kepada
prinsip-prinsip sebagai berikut: 40
1. Prinsip bagi hasil.
40 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 1-6
2. Prinsip jual beli.
3. Prinsip sewa dan sewa beli.
4. Prinsip titipan.