MAHKAMAH INTERNASIONAL (International Court of Justice)

b. MAHKAMAH INTERNASIONAL (International Court of Justice)

48. MAHKAMAH INTERNASIONAL – Pasal 36 (1) Statuta Mahkamah Internasional (SMI)

1) YURIDIKSI

A. Yuridiksi Sukarela (Voluntary Jurisdiction)

 Para pihak dapat membuat perjanjian khusus (Special Agreement) sebelumnya untuk menerima Yuridiksi MI (menyelesaikan sengketa melalui MI) jika terjadi suatu sengketa di masa yang akan

datang

B. Yuridiksi Wajib (Compulsory Jurisdiction)

Negara-negara pihak dalam SMI dapat setiap saat untuk mengakui yuridiksi MI tanpa memerlukan persetujuan khusus, untuk mengakui yuridiksi MI dalam perselisihan hukum sebagaimana tercantum pada Pasal 36 ayat (2) SMI, yaitu:

 Penafsiran ketentuan dalam suatu Perjanjian Internasional  Masalah apapun yang menyangkut Hukum Internasional  Adanya suatu kenyataan yang jika terjadi akan mengakibatkan pelanggaran terhadap kewajiban

internasional  Sifat atau besarnya ganti rugi yang diberikan dalam rangka terjadinya pelanggaran terhadap kewajiban Internasional

C. Yuridiksi yang bersifat Saran (Advisory Jurisdiction)

 Pasal 96 ayat (1) Piagam PBB mengatur mengenai baik MU-PBB, DK-PBB, dan Badan-badan Khusus PBB dengan persetujuan MU-PBB dapat meminta Advisory Opinion kepada MI

2) Keanggotaan MI

 MI terdiri dari 15 Hakim yang independent  Tidak diperbolehkan 2 hakim yang berasal dari Warga Negara yang sama

3) TEKHNIS

 Bagi Negara yang sudah mengakui Yuridiksi MA, dapat langsung mengajukan ke MI dengan membuat Persetujuan Khusus (Pasal 40 ayat (1)) dan memberitahukan kepada Panitera MI (Registry)  Bagi Negara yang belum mengakui Yuridiksi MA, tapi mau menyelesaikan sengketa melalui MI,

maka negara tersebut harus menyampaikan pernyataan menerima yurisdiksi M.I. mengenai sengketa tertentu , dan membuat Persetujuan Khusus (Special Agreement) terdiri dari: - Pihak2 yang bersengketa - Masalah yang disengketakan - Persetujuan para pihak untuk menyelesaikan sengketa di MI

4) AKSES MAHKAMAH INTERNASIONAL

Bagi Negara Anggota PBB secara ipso facto menjadi Pihak Statuta MI

Harus menerima ketentuan2 dalam SMI

Negara Non-Anggota

Ditetapkan oleh MU-

Hrs menerima kewajiban2 sesuai Psl.

94 Piagam PBB (mentaati keputusan

menjadi Pihak SMI

rekomendasi dari DK-

MI dan jika tidak maka DK-PBB

PBB dgn syarat

akan mengambil langkah2 agar ditaati keputusan tsb)

AKSES Membantu pembiayaan MI yg akan ditetapkan oleh MU-PBB

Menerima yurisdiksi MI sesuai Piagam PBB dan Statuta MI serta Aturan

Tata-Cara (Rules of Procedure ) MI

Negara yang bukan Membuat

Pernyataan

Dengan itikad baik akan mentaati

Pihak SMI

kepada Registrar yang

keputusan2 MI

berisi:

Menerima

kewajiban2 seperti termuat dalam Psl. 94 Piagam PBB

TANGGUNG JAWAB NEGARA

49. TIGA SIFAT POKOK untuk MENUNTUT TANGGUNG JAWAB NEGARA

1) Adanya kenyataan dalam hukum internasional yang diberlakukan antara kedua negara tertentu

2) Telah terjadi suatu tindakan atau kelalaian (culpa) yang melanggar kewajiban dan dapat dipersalahkan pada negara yang bertanggung jawab

3) Ada Kerusakan atau kerugian (injuries) yang timbul karena adanya tindakan pelanggaran atau kelalaian tersebut

50. TINDAKAN PEMERINTAH yang menimbulkan Tanggung Jawab Negara:

a. PENANGKAPAN ORANG ASING dengan sewenang-wenang, secara tidak adil dan bertentangan dengan UU

b. Jika KEPEMILIKAN ORANG ASING dirugikan atau dirusak secara sengaja, kecuali karena alasan yang diterima untuk ketentraman dan kesehatan umum

c. Jika harta milik orang asing jika diambil atau dihalangi penggunaannya, kecuali diperuntukan untuk keperluan umum

d. Jika tidak dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian untuk melindungi orang-orang asing

e. Jika terjadi suatu pelanggaran yang sewenang-wenang terhadap kontrak atau konsesi atau pemerintah Negara dan orang asing

51. Hal yang dapat MEMBEBASKAN TANGGUNG JAWAB NEGARA:

a. Jika pemerintah sudah menginformasikan (MEMBERI PERINGATAN) mengenai adanya ZONA BERBAHAYA di Wilayahnya

b. Negara tidak mempunyai tanggung jawab terhadap kerugian/kerusakan barang2 milik warga asing akibat operasi militer yang diperintahkan oleh Pemerintah

52. MACAM TANGGUNG JAWAB NEGARA:

1) TJN atas Kerugian Orang Asing

a. Tanggung Jawab Negara atas Tindakan Perorangan - Jika Penduduk suatu negara (BUKAN PEJABAT NEGARA) menyebabkan kerugian bagi orang asing, maka orang asing tersebut dapat mengajukan tuntutan ganti rugi sesuai hukum yang berlaku di Negara tersebut

- Jika Putusan Pengadilan dinilai sewenang-wenang, maka Orang Asing tersebut dapat meminta Negara asalnya untuk melakukan pendekatan Politik kepada Negara tempat dia mempunyai perkara tersebut.

b. Tanggung Jawab Negara atas Tindakan yang dilakukan Pemberontakan/Kelompok Bersenjata Negara bertanggung jawab atas kerugian yang diderita Orang Asing akibat kerusuhan, perang saudara atau kekacauan dalam Negeri, jika Pemerintah LALAI dalam mengambil langkah pencegahan maupun menghukum tindakan2 dilakukan tersebut

2) TJN terhadap Demonstrasi yang ditujukan kepada Perwakilan Asing

3) TJN atas Musibah pada Pejabat PBB atau Organisasi Internasional 

Contohnya adalah Kasus Terbunuhnya Pangeran Bernadotte di Israel

4) TJN terhadap Nasionalisasi dan Pengambil alihan

PEROLEHAN WILAYAH

53. PRINSIP HUKUM INTERNASIONAL

1) Territorial Integrity (Penghormatan terhadap Integrasi Kewilayahan)

2) Right to Self Determination (Hak untuk Menentukan Nasib sendiri)

54. MACAM WILAYAH

1) TERRA NULIUS

Wilayah yang tidak berada di bawah kedaulatan negara manapun (tidak ada pemiliknya)

2) RES COMUNIS

Wilayah yang tidak dapat ditundukkan pada kedaulatan negara manapun: - Laut Lepas - Kawasan dasar laut samudera dalam - Ruang angkasa

55. CARA PEROLEHAN WILAYAH

1) PENDUDUKAN (Occupation)

Syarat:

a. Penemuan dilakukan oleh Negara, bukan perorangan

b. Untuk wilayah yang tidak berada di Kedaulatan Negara lain (TERRA NULIUS)

c. Harus ada Pernyataan Resmi/Deklarasi Resmi, misalnya pemancangan bendera atau proklamasi

d. Harus ada pendudukan secara efektif terhadap wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (ada bukti Pelaksanaannya suatu pemerintah atau ada kontrol dari Pemerintah) Contoh: - Norwegia vs. Denmark, dan yang menang adalah Denmark, karena Denmark dapat membuktikan unsur-

unsur atau syarat pendudukan

- Kasus Pulau Palmas 1929: USA vs. Belanda, karena USA berhak atas Pulau Palmas karena telah menandatangani perjanjian dengan Spanyol. Belanda berargumen bahwa Spanyol tidak pernah menduduki Pulau tersebut. Dan akhirnya Belanda yang menang, karena Belanda dapat membuktikan adanya Pendudukan Wilayah secara efektif terhadap Pulau tersebut, yaitu Belanda sudah mempunyai hubungan dengan Penduduk di pulau tersebut dan melaksanakan kedaulatan sejak tahun 1700

2) PENAKLUKAN (Subjugation) - Suatu penaklukan suatu Negara terhadap negara lain (Menjajah) - Sudah dilarang oleh PBB, karena PBB melarang untuk Negara melakukan ancaman atau tindakan

kekerasan terhadap negara lain

3) ANEKSASI: Perolehan wilayah secara paksa (Kekerasan), berdasarkan pada dua kondisi yaitu: - Wilayah yang dianeksasi telah dikuasai oleh negara yang menganeksasinya - Ketika negara mengumumkan kehendaknya untuk menganeksasi suatu wilayah, wilayah tersebut harus

sudah berada dibawah penguasaan negara Contoh: Irak yang berusaha untuk menduduki Kuawit

4) AKRESI: perolehan wilayah karena proses alamiah Contoh: terbentuknya pulau yang disebabkan oleh endapan lumpur

5) CESSI: Penyerahan wilayah secara damai, biasanya dengan perjanjian perdamaian

6) PRESKRIPSI

Pelaksanaan kedaulatan suatu negara secara De facto dan DAMAI terhadap suatu wilayah yang SEBENARNYA berada di bawah kedaulatan negara lain (BUKAN TERRA NULIUS) Contohnya: Perjanjian Washington

7) PLEBISIT (Referendum) Mekanisme yang diatur oleh PBB, pada saat suatu wilayah ingin menentukan nasibnya sendiri. Maka wilyah tersebut akan berada di bawah pengawasan PBB untuk dilakukannya Jajak Pendapat untuk menentukan nasibnya itu (PBB bertindak sebagai KPU-nya)

Contoh: Ketika Timor-Timor melakukan Referendum, dan pada saat itu PBB mengeluarkan Resolusi MU PBB no 1541 atau Kasus Irian Barat yang pada saat itu ingin memilih Belanda atau Indonesia

56. HAK NEGARA DI LAUT/STATUS HUKUM

a. Berada di bawah KEDAULATAN PENUH suatu negara, meliputi:

- Laut Pedalaman

Perairan yang terletak pada sisi darat dari garis pangkal, yaitu Sungai, Teluk dan Pelabuhan, serta bagian- bagian lain sepanjang masih berada pada sisi darat garis pangkal

- Laut Teritorial

- Selat yang digunakan untuk pelayaran internasional

b.

YURIDIKSI KHUSUS dan TERBATAS, yaitu: ZONA TAMBAHAN