Tata Massa

1. Tata Massa

Masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat dengan integrasi konsep habluminallah, hab- luminannas, dan habluminal’alam dapat berupa bangunan satu massa maupun bangunan massa banyak, namun apabila ditinjau dari segi thermal dan penzoningan akan lebih nyaman apabila menggunakan sistem massa banyak. Pemilihan sistem massa banyak akan lebih mempermudah pengolahan angin dan pemaksimalan cahaya matahari, selain itu dengan sistem tersebut, akan didapat lebih banyak ruang terbuka yang lebih selaras terhadap alam (habluminal’alam), serta beberapa kelebihan lain yang akan dijabarkan selanjutnya.

Pola tata massa banyak pada masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat adalah berupa modiikasi antara bentuk tata massa radial dan terpusat. Pola ini dipilih karena akan mempermudah sirkulasi, serta hubungan antar ruang dapat terjalin dengan baik. Sementara di sisi lain, pola terpusat (yaitu terpusat pada masjid) tetap memberikan kesan dari pengolahan massa yang menjadikan mas- jid sebagai center kegiatan. Keputusan pemilihan pola tata massa radial yaitu pada zona habluminan- nas dan habluminal’alam (zona berisi ruang lain yang mewadahi berbagai fasilitas selain ruang sholat) adalah untuk lebih menghasilkan kesan mengumpulkan masyarakat dalam satu titik yang terpusat Pola tata massa banyak pada masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat adalah berupa modiikasi antara bentuk tata massa radial dan terpusat. Pola ini dipilih karena akan mempermudah sirkulasi, serta hubungan antar ruang dapat terjalin dengan baik. Sementara di sisi lain, pola terpusat (yaitu terpusat pada masjid) tetap memberikan kesan dari pengolahan massa yang menjadikan mas- jid sebagai center kegiatan. Keputusan pemilihan pola tata massa radial yaitu pada zona habluminan- nas dan habluminal’alam (zona berisi ruang lain yang mewadahi berbagai fasilitas selain ruang sholat) adalah untuk lebih menghasilkan kesan mengumpulkan masyarakat dalam satu titik yang terpusat

Gambar 3.5 Ide dasar tata masa

Konsep massa dalam masjid ini juga tersusun atas kombinasi ruang masif dan ruang terbuka. Secara managerial, masjid ini disarankan dikelola oleh sebuah Badan Pengembangan Kemasyarakatan dengan perolehan modal dari pemerintah dan swadaya bersama masyarakat. Lebih lanjut, pengelolaan aktivitas diarahkan lebih banyak berinteraksi di ruang terbuka, sehingga masyarakat dapat merasa dekat dengan alam (upaya pengingat akan kebesaran Allah / habluminallah melalui aktivitas hablumi- nannas dan habluminal’alam).

Konsep ruang terbuka pada tata masa juga diterapkan agar masyarakat merasa lebih bebas be- raktiitas dan berinteraksi dengan udara terbuka yang menyehatkan. Keterbukaan ini juga akan diap- likasikan dalam bentuk bangunan. Selanjutnya, pembagian detail massa (ruang) pada masing-masing zona digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.6 Pembagian zona dan ruang tapak

Berdasarkan gambar di atas, diketahui terjadi superimposisi dari ketiga bentuk umpamaan dari prinsip habluminallah, habluminannas dan habluminal’alam. Bentuk dari prinsip habluminallah menjadi pusat dan penetral dari bentuk habluminannas dan habluminal’alam, namun secara keseluruhan, ketiga bentuk ini saling berpengaruh antara satu dengan yang lainnya, digambarkan sebagai berikut:

Bentuk yang dimiringkan ke arah kiblat hingga mem- bentuk pola persegi panjang pada bangunan dan tata ruang dapat mengurangi kemubadziran ruang dan mempertegas bentuk masjid sebagai bangunan utama. Sedangkan pada tataran simbol bentuk ini melam- bangkan konsistensi masjid pada arah kiblat.

masjid (termasuk di dalamnya madrasah, auditorium, rumah zakat, ta’mir masjid) masjid (termasuk di dalamnya madrasah, auditorium, rumah zakat, ta’mir masjid)

kantin terbuka Bentuk melingkar pada zona hab-

luminannas dan habluminal’alam merupakan bentuk yang seolah- olah mengarahkan masyarakat un-

sentra kerajinan tuk berkumpul. Pusat dari masing- masing lingkaran adalah berupa plasa sebagai pusat dari aktivitas

ruang pertunjukan terbuka interaksi antara sesama manusia dan alam.

kebun binatang mini