SEKILAS KEHIDUPAN SAID NURSI

30 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

yang bersih dari sifat parsial dan rendah, maka ada di antara mereka yang akan diberi tugas tersebut agar memiliki hubungan dengan dua sisi sekaligus. Yakni, di satu sisi sebagai manusia yang meng ajari mereka dan di sisi lain memiliki roh paling tinggi untuk bisa berbicara de ngan Tuhan secara lang- sung.

Selanjutnya, karena sosok terbaik di anta- ra manusia yang bisa menyampaikan maksud- maksud Pencipta alam, bisa menyingkap misteri alam semesta dan meme cahkan teka-teki pencip- taan, serta sosok paling sempurna yang menyeru kepada keagungan rububiyah ialah Muhammad SAW., maka sudah pasti beliau akan memiliki per- jalanan maknawi dan mulia di mana ia menjadi mi’raj bagi beliau dalam bentuk perjalanan di alam fisik. Beliau akan menempuh sejumlah tingkatan menuju apa yang ada di balik entitas, menuju dinding pemisah nama, serta manifestasi sifat dan perbuatan-Nya yang diungkap lewat tujuh puluh ribu hijab. Inilah yang disebut de ngan mi’raj.

Terbayang pula dalam benak ini bagai mana engkau wahai pendengar bertanya-tanya di dalam hati, “Bagaimana dapat saya memercayai ini? Apa maksudnya menghadap kepada Tuhan yang lebih dekat dari segala sesuatu dengan melewati jarak ribuan tahun dan menembus tujuh puluh ribu hi- jab?”

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 31

Kami jelaskan bahwa Allah SWT. lebih dekat kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Hanya saja, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya.

Seandainya mentari bisa merasa dan bisa ber- bicara, maka ia berbicara denganmu lewat cermin yang terdapat di tanganmu serta berbuat apa saja kepadamu. Ketika ia lebih dekat kepadamu daripa-

da pupil mata yang menyerupai cermin, di sisi lain engkau jauh darinya sejarak kira-kira empat ribu tahun. Engkau tidak bisa mendekati nya dari aspek apa pun. Jika engkau naik ke bulan dan ke titik di mana engkau bisa berhadapan dengan mentari se- cara langsung, hanya menjadi sejenis cermin yang memantulkannya.

Demikianlah Dzat Yang Mahaagung yang me- rupakan Mentari azali dan abadi lebih dekat ke- pada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Se- mentara itu, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya. Hanya saja, orang yang menempuh seluruh alam, yang berlepas dari sisi parsialnya, lalu naik kepada jenjang totalitas secara berangsur-angsur, kemu- dian menyeberangi ribuan hijab, dan mendekat kepada nama yang mencakup semua entitas ser- ta melewati ba nyak tingkatan untuk kemudian mendekat kepada-Nya.

Contoh lain: seorang tentara sangat jauh de- ngan kepribadian maknawi dari panglima terting-

32 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

gi. Ia melihat panglima nya dari jarak yang sangat jauh dan dari banyak sekat. Ia melihatnya dalam bentuk miniatur dalam jenjang kopral. Adapun agar bisa dekat dengan sang panglima tersebut dari sisi maknawi ialah dengan melewati banyak jenjang seperti letnan, kapten, dan mayor. Se- mentara, panglima tertinggi berada di sisinya ser ta melihatnya lewat perintah, hukum, peng- awasan, hikmah, dan pengetahuannya. Ia berada di hadapannya sebagai pemimpin secara maknawi maupun secara lahiriah. Karena hakikat ini telah ditegaskan dalam kalimat keenam belas, kami cu- kupkan sampai di sini.

Selain itu, yang juga terlintas dalam benak bahwa engkau berkata dalam hati, “Aku menging- kari keberadaan langit dan tidak beriman kepada malaikat. Bagaimana mungkin aku akan memer- cayai perjalan an seorang manusia di langit dan kondisi nya yang bertemu dengan malaikat?”

Ya, tentu memperlihatkan dan memberikan pemahaman kepada orang sepertimu yang peng- lihatannya telah tertutup kabut dan akalnya telah turun ke mata sehingga hanya bisa melihat ma- teri merupakan sesuatu yang sangat sulit. Akan tetapi, kebenaran yang demikian bening dan jelas membuatnya dapat dilihat meski oleh orang buta. Karena itu, kami ingin berkata:

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 33

Seperti yang dimaklumi, angkasa dipenuhi oleh eter. Cahaya, listrik, hawa panas, dan sejenis- nya menjadi bukti yang menunjukkan keberadaan materi yang memenuhi angkasa. Jika buah menun- jukkan keberadaan pohonnya, bunga menunjuk- kan keberadaan kebunnya, tangkai menunjuk- kan keberadaan ladang, serta ikan me nunjukkan keberadaan laut, maka bintang-gemintang juga mendesak pandang an akal dan dengan sangat jelas menunjukkan keberadaan taman, tempat tumbuh, ladang, dan lautnya.

Karena alam yang tinggi dibangun da lam bera- gam bentuk, di mana masing-masing terlihat ane- ka hukum dalam posisi yang berbeda-beda, maka asal dari hukum tersebut, yakni langit, juga berbe- da-beda antara satu dengan lainnya. Sebab, seba- gaimana dalam diri manusia terdapat beragam wujud maknawi selain fisik materi seperti akal, kalbu, roh, khayalan, dan daya ingat, di alam yang juga merupakan bentuk manusia yang lebih besar serta pada entitas yang merupakan pohon buah manusia, terdapat sejumlah alam lain di luar alam fisik. Di samping itu, setiap alam memiliki langit sendiri mulai dari alam bumi hingga alam surga.

Sehubungan dengan malaikat, kami ingin men- jelaskan bahwa bumi sebagai pla net yang ben- tuknya pertengahan, kecil, dan padat jika diband-

34 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

ingkan dengan bintang, dipenuhi berbagai bentuk kehidupan dan perasaan yang merupakan sesuatu yang paling berharga dan paling bersinar di alam. Jika demikian, apalagi dengan langit yang meru- pakan lautan luas yang di dalamnya bintang bertas- bih laksana ba ngunan yang terhias rapi dan istana me gah jika diukur dengan bumi yang merupakan rumah gelap dan kecil. Jadi, langit merupakan tem- pat makhluk spiritual dan makhluk hidup dengan jenis yang beragam dan dengan jumlah tak terhing-

ga. Mereka berupa malaikat dan makhluk rohani lainnya.

Kami telah menegaskan secara jelas keber adaan langit dan bilangannya dalam tafsir kami yang ber- judul Isyârât al­I’jâz fî Mazhôn al­Îjâz, tepatnya ketika menerangkan firman Allah yang berbunyi, “Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan­Nya tujuh langit. ” (QS. al-Baqarah: 29). Kami juga telah membuktikan keberadaan malaikat dengan satu penegasan yang tak diragukan sedikitpun pada kalimat kedua puluh sembilan. Oleh karena itu, kami telah membahasnya secara singkat seraya mengembalikannya kepada dua risalah di atas.

Sebagai kesimpulan: keberadaan langit yang dibentuk dari eter dan menjadi tempat perjalanan cahaya, hawa panas, gravitasi, dan berbagai planet serta senantiasa sesuai dengan gerakan bintang

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 35 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 35

Dalam benak juga terlintas:

Wahai ateis, engkau berkata bahwa kita dapat naik hanya sampai ketinggian tertentu lewat pe- sawat dengan susah pa yah. Lalu bagaimana mung- kin manusia bisa menempuh jarak ribuan tahun dengan fisiknya kemudian kembali ke tempat asal hanya dalam beberapa menit?

Kami ingin menjelaskan bahwa benda yang be- rat seperti bumi bisa menempuh jarak sekitar 188 jam dengan gerakan tahunannya hanya dalam satu menit seper ti pengetahuan yang kalian dapatkan. De ngan kata lain, bumi menempuh jarak seukuran dua puluh lima ribu tahun dalam setahun.

1 Potongan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (2/370), at-Tirmidzi dengan nomor 3298,

serta dalam Tuhfatul Ahwadzi nomor 3352. Disebutkan bahwa hadits tersebut garib.

36 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Jika demikian, bukankah Dzat Yang Mahakua- sa yang telah menjalankan bumi dengan gerakan teratur dan cermat serta memutar-mutarnya ba- gaikan batu di ujung seutas tali mampu mengha- dirkan manusia ke arasy? Bukankah hikmah yang telah memperjalankan bumi yang berat itu de- ngan hukum rabbani yang disebut dengan gravi- tasi mentari mampu membuat fisik manusia naik menuju arasy Tuhan laksana kilat lewat gravitasi Tuhan dan tarikan kecintaan Mentari Azali?

Terlintas pula bahwa engkau berkata, “Ang- gap lah ia mampu naik menuju langit. Namun, mengapa harus dinaikkan? Apa kepentingannya? Bukankah cukup baginya naik dengan kalbu dan roh seperti yang dilakukan oleh para wali yang saleh?”

Kami ingin mengatakan:

Ketika Sang Pencipta Yang Mahagung ingin memperlihatkan tanda-tanda ke kua saan-Nya yang menakjubkan dalam ke r ajaan dan alam malakut- Nya, hendak memperlihatkan pada sumber-sum- ber dan pabrik alam, serta ingin memperlihatkan berbagai buah ukhrawi dari amal perbuatan manu- sia, maka sudah barang tentu mata Nabi SAW. yang berposisi sebagai kunci untuk melihat alam visual, dan telinganya yang menangkap tanda-tanda di

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 37 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 37

Setelah itu terbayang bahwa engkau akan ber- kata, “Menempuh jarak ribuan ta hun hanya dalam beberapa menit merupakan sesuatu yang mustahil secara akal.”

Jawabannya:

Dalam ciptaan Sang Pencipta Yang Mahaagung gerakan pada sesuatu sangat berbeda-beda. Misal- nya, perbedaan kecepatan suara, cahaya, listrik, roh, dan khayalan diketahui oleh kita semua. Se- cara ilmiah kecepatan planet juga berbeda-beda, sehingga akal pun kagum. Lalu, bagaimana mung- kin tidak masuk akal ketika fisik beliau yang halus

38 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

mengikuti rohnya yang mulia yang bisa melaku- kan mi’raj dengan sangat cepat di mana gerakan- nya secepat roh?

Ketika tidur selama sepuluh menit engkau bisa mendapati berbagai kondisi yang tak mung- kin didapat saat terjaga selama setahun. Bahkan apa yang dilihat oleh ma nusia dalam mimpi dalam satu menit serta ucapan yang ia dengar dan ber- bagai per kataan yang terlontar jika semuanya di- kumpulkan akan membutuhkan waktu se hari atau lebih di saat terjaga. Jadi, satu waktu bagi dua orang berbeda bisa seperti se hari bagi yang satu dan bisa seperti satu tahun bagi yang lain.

Renungkanlah pengertian ini dengan menela-

ah contoh berikut: Anggaplah ada satu jam untuk mengukur ke-

cepatan gerakan manusia, senapan, suara, cahaya, listrik, ruh, dan khayalan. Pada jam tersebut ter- dapat sepuluh jarum. Ada jarum yang menunjuk- kan hitungan jam, ada yang menunjukkan hi- tungan menit dalam wilayah yang enam puluh kali lebih luas daripada pertama, ada jarum yang menunjukkan hitungan detik pada wilayah yang enam puluh kali lebih luas, serta demikian se- terusnya. Dengan kata lain, jam tersebut memi- liki jarum-jarum menakjubkan yang berputar di wilayah yang enam puluh kali lipat lebih luas

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 39 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 39

Sekarang anggaplah ada dua orang. Yang satu seolah-olah sedang menaiki ja rum jam seraya mengawasi dan mencermati sekitarnya, sementa- ra yang lain se-akan sedang menaiki jarum penun- juk eksponen kesepuluh (0,00000000001 detik) serta menyaksikan sekitarnya.

Perbedaan antara berbagai hal yang dilihat oleh dua orang di atas pada waktu yang sama se- perti perbedaan antara jam tangan kita dan pu taran tahunan bumi. Dengan kata lain, perbedaannya sangat jauh. Demikianlah, karena waktu merupa- kan ekspresi dari beragam bentuk ge rak an, maka hukum yang berlaku dalam gerakan ju ga berlaku pada waktu. Dalam satu jam kita bisa menyaksi- kan seukuran apa yang disaksikan oleh orang yang menaiki jarum jam. Hakikat umurnya sesuai den- gan kadar ukurannya. Rasul SAW. pada masa yang sama ibarat orang yang menaiki jarum penunjuk 0,00000000001 detik. Beliau menaiki burak taufik Ilahi dan menempuh semua wilayah makhluk se- cepat kilat seraya melihat tan da-tanda kekuasaan dan alam malakut. Be liau naik menuju titik wilayah

40 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Tuhan. Beliau mendapat kehormatan bertemu dan berbicara dengan-Nya. Serta beliau berkesempa- tan melihat keindahan Ilahi, menerima firman dan perintah Ilahi dan kembali untuk melaksanakan tugasnya. Beliau memang telah melakukannya.

Terbayang dalam benak bahwa kalian berka- ta, “Ya, hal itu mungkin saja terjadi. Namun tidak semua yang bersifat mungkin benar-benar ter- jadi. Pasalnya, bagaimana sesuatu yang tidak ada padanannya bisa diterima secara pasti sementara ia hanya sekadar mungkin terjadi?”

Sebagai jawababnnya, “Peristiwa se perti mi’raj sebetulnya sangat banyak tak terhingga. Misalnya, setiap orang yang memiliki penglihatan naik dengan matanya dari bumi menuju planet Neptunus hanya dalam satu detik. Setiap orang berilmu membawa akalnya mengendarai sejumlah hukum cakrawala menuju apa yang berada di balik bintang dan planet hanya dalam satu menit. Setiap orang beriman menaikkan pikirannya kepada se- jumlah perbuatan dan rukun-rukun shalat dengan meninggalkan alam di belakangnya untuk pergi menuju hadapan Ilahi sama seperti mi’raj. Setiap pemilik kalbu dan wali yang sempurna dapat ber- jalan dari arasy serta dari wilayah nama dan sifat- Nya dalam empat puluh hari. Bahkan, tokoh-tokoh seperti Syekh al-Jailani, Imam ar-Rabbânî telah

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 41 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 41

Berbagai contoh di atas menjelaskan secara tegas bahwa pribadi Muhammad SAW. yang meru- pakan pemimpin seluruh wali, imam bagi orang- orang beriman, kepala para ahli surga dan diterima oleh seluruh malaikat pasti telah melakukan mi’raj yang tujuan perjalanannya ialah menuju Allah se- suai dengan kedudukan beliau yang mulia. Hal ini penuh hikmah, sangat masuk akal dan benar-benar terjadi tanpa ada keraguan sedikit pun.

42 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

LANDASAN KETIGA Apa Hikmah Mi’raj?

Jawabannya:

Hikmah mi’raj demikian tinggi dan mulia, se- hingga akal manusia tak mampu menjangkaunya. Ia sangatlah dalam sehingga sulit diraih. Ia juga sangat halus sehingga sulit ditangkap oleh akal se- mata. Namun, meskipun hakikat hikmahnya tidak bisa dijangkau, keberadaannya dapat diketahui le- wat sejumlah isyarat sebagai mana berikut:

Untuk memperlihatkan manifestasi ke esaan- Nya dan cahaya ketunggalan-Nya dalam berbagai tingkatan makhluk, Pencipta alam ini memilih satu sosok istimewa untuk melakukan mi’raj dalam bentuk tali hubungan yang bersinar antara puncak tingkatan entitas menuju dasar keesaan. Allah me- milihnya dengan menjadikannya sebagai objek pe- nerima pesan-Nya atas nama seluruh makhluk se- raya memberitahukan berbagai maksud Ilahi atas nama semua makhluk berkesadaran. Agar de ngan itu Dia bisa menyaksikan dengan peng lihatan Nabi SAW. keindahan kreasi dan kesempurnaan rububi­ yah-Nya dalam cermin makhluk sekaligus mem- Untuk memperlihatkan manifestasi ke esaan- Nya dan cahaya ketunggalan-Nya dalam berbagai tingkatan makhluk, Pencipta alam ini memilih satu sosok istimewa untuk melakukan mi’raj dalam bentuk tali hubungan yang bersinar antara puncak tingkatan entitas menuju dasar keesaan. Allah me- milihnya dengan menjadikannya sebagai objek pe- nerima pesan-Nya atas nama seluruh makhluk se- raya memberitahukan berbagai maksud Ilahi atas nama semua makhluk berkesadaran. Agar de ngan itu Dia bisa menyaksikan dengan peng lihatan Nabi SAW. keindahan kreasi dan kesempurnaan rububi­ yah-Nya dalam cermin makhluk sekaligus mem-

Karena Tuhan semesta alam memiliki keindah- an dan kesempurnaan mutlak dengan kesaksian jejak dan ciptaan-Nya, maka keindahan dan ke- sempurnaan tersebut menjadi sesuatu yang dicin- tai. Oleh karena itu, Sang Pemilik keindahan dan kesempurnaan tersebut memiliki rasa cinta tak te- rhingga terhadap keindahan dan kesempurnaan- Nya. Rasa cinta yang tiada batas tersebut tampak lewat beragam bentuk dan wujud dalam ciptaan. Allah mencintai ciptaan-Nya, karena Dia melihat jejak keindahan dan kesempurnaan-Nya di dalam ciptaan tersebut.

Nah, karena ciptaan yang paling dicinta dan mulia bagi-Nya ialah makhluk hidup, sementara makhluk hidup yang paling dicinta dan mulia ia- lah yang memiliki perasaan, lalu makhluk pemilik perasaan yang paling dicinta ialah manusia den- gan melihat kepada potensinya yang komprehen- sif, maka manusia yang paling dicinta ialah sosok yang potensinya tersingkap secara sempurna se- hingga bisa memperlihatkan berbagai bentuk ke- sempurnaan-Nya yang tersebar dan tampak dalam ciptaan.

Demikianlah, untuk menyaksikan seluruh ben- tuk manifestasi cinta yang tersebar di semua enti-

44 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

tas dalam satu titik dan dalam satu cermin, serta untuk memperlihatkan semua jenis keindahan- Nya de ngan rahasia keesaan, Sang Pencipta semua entitas memilih sosok yang menjadi buah ber- sinar dari pohon penciptaan, yang kalbunya ibarat benih yang mengandung berbagai hakikat yang mendasar dari pohon tersebut. Dia memilihnya untuk melakukan mi’raj—laksana tali penghubung antara benih yang merupakan asal dan buah yang merupakan akhir—guna memperlihatkan rasa cinta kepada sosok istimewa itu atas nama seluruh entitas, memanggilnya untuk menghadap-Nya, memberikan kehormatan melihat keindahan-Nya, memuliakan dengan ucapan-Nya, serta menyerah- kan tugas dengan perintah-Nya agar hikmah suci di sisinya mengalir kepada yang lain.

Kita akan meneropong hikmah Ilahi ini lewat dua perumpamaan berikut:

Seperti dijelaskan dengan perinci di da lam perumpamaan yang terdapat pada ka limat kese- belas bahwa ketika seorang penguasa memiliki kekayaan yang sangat banyak yang dipenuhi de- ngan permata berharga dan intan yang jumlah- nya tak terhingga, sementara ia memiliki keah lian dalam melakukan kreasi menakjubkan, memiliki penge tahuan luas dan sempurna dalam berbagai hal yang mengagumkan, disertai wawasan yang

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 45 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 45

Pertama, lewat pandangannya yang tajam dan menembus.

Kedua, lewat pandangan pihak lain. Atas da- sar hikmah tersebut, tentu sang pe n guasa mu- lai membangun istana yang megah dan luas itu. Dia membaginya secara mengagumkan menjadi sejumlah wi layah, tingkatan, dan kedudukan se- raya meng hias setiap bagian dengan permata ke- kayaannya yang beragam, memperindah dengan hasil kreasinya yang paling halus, serta menata- nya dengan seni dan hikmah yang paling lembut. Lalu dia melengkapi dan menyempurnakan istana itu dengan karya-karya menakjubkan yang berasal dari ilmunya. Setelah itu, ia akan menghamparkan sejumlah hidangan besar yang sesuai dengan se-

46 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

tiap kelompok seraya menyiapkan jamuan umum yang dipenuhi berbagai karunia dan jenis makan- an lezat.

Lalu ia mengajak rakyatnya kepada jamuan mulia tersebut untuk memperlihatkan kesempur- naannya yang indah. Ia angkat salah seorang dari mereka sebagai utusan, mengajaknya untuk me- lewati tingkatan paling rendah ke tingkatan yang paling tinggi. Ia jalankan utusan tersebut dari satu wilayah ke wilayah lain dengan memperlihatkan padanya ruang kerja dari kreasi menakjubkan tersebut serta sejumlah hasil dari simpanan yang bersumber dari tingkatan bawah sampai mencapai wilayah khususnya. Lalu sang penguasa memper- lihatkan dirinya yang penuh berkah yang meru- pakan pangkal dari segala kesempurnaannya dan mengaruniai utusan tersebut dengan kehadiran- nya. Dia informasikan pada utusan sejumlah ke- sempurnaan dirinya dan berbagai hakikat istana. Lalu dia menunjuk utusan sebagai pembim bing

ba gi rakyatnya dan mengutusnya agar mem per- kenalkan pembuat istana berikut pi lar-pilar ukir an dan keajaiban kreasi yang terdapat di dalam ista- na. Sang utus an tersebut mengajarkan sejumlah simbol yang terdapat pada ukiran yang ada serta sejumlah isyarat yang terdapat dalam ciptaan. Ia memperkenalkan kepada mereka yang masuk ke

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 47 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 47

Begitu pula dengan Allah yang memiliki pe- rumpaaan tertinggi. Sang Pencipta Yang Maha- agung, Penguasa azali dan abadi ingin melihat dan memperlihatkan keindahan dan kesempurnaan- Nya yang bersifat mutlak. Karena itu, Dia mem- bangun istana alam dalam bentuk paling menak- jubkan di mana setiap entitas yang berada di dalamnya menyebut-nyebut kesempurnaan-Nya dengan banyak lisan sekaligus menunjukkan kein- dahan-Nya dengan berbagai isyarat. Bahkan alam ini beserta seluruh entitasnya memperlihatkan begitu banyak kekayaan maknawiyah yang tersim- pan dalam setiap nama Allah dan begitu banyak kelembutan yang tersimpan dalam setiap gelar suci-Nya. Lebih dari itu, petunjuknya sangat jelas dan terang sehingga seluruh ilmu pengetahuan lewat prinsip-prinsipnya mempelajari kitab alam sejak Nabi Adam as. Padahal, kitab tersebut belum menyingkap seperseratus dari makna nama-nama dan kesempurnaan Ilahi.

48 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Demikianlah. Tuhan Pencipta Yang me miliki keagungan, keindahan, dan ke sem purnaan mem- bangun istana indah ter sebut sebagai galeri untuk melihat dan me mperlihatkan keindahan dan ke- sempurnaan maknawi-Nya. Hikmah-Nya menun- tut untuk mengajarkan salah seorang ma khluk yang memiliki perasaan di muka bumi berbagai makna tanda kekuasaan istana tersebut agar mak- na-makna tadi tidak sia-sia. Hikmah-Nya juga me nuntut agar Dia menaikkannya ke alam tinggi yang merupakan sumber keajaiban yang terdapat

da lam istana serta hasil simpanan kekayaan yang terdapat di dalamnya. Hikmah-Nya menuntut agar Dia menaikkannya ke derajat yang tinggi yang be- rada di atas seluruh makhluk sekaligus memberi- nya kehormatan untuk bisa dekat dengan-Nya, menjalankannya di sejumlah alam akhirat, sera- ya membebaninya berbagai tugas dan misi guna menjadi guru bagi semua hamba, dai yang men- gajak mereka kepada kekuasaan rububiyah-Nya, penyampai informasi tentang apa yang diridhai Allah SWT., penafsir bagi berbagai ayat penciptaan yang terdapat di istana-Nya, serta sejumlah tugas semisal lainnya. Allah menunjukkan kepada selu- ruh alam keutamaan manusia pilihan ini dengan memberikan medali mukjizat. Dia juga memberi- tahukan kepada mereka lewat Alquran bahwa ia

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 49 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 49

Demikianlah kami telah menjelaskan sejum- lah hikmah di antara sekian banyak hikmah mi’raj. Hal itu sebagaimana dije las kan dalam perspektif perumpamaan di atas. Engkau bisa membanding- kan hikmah-hikmah yang lain dengannya.

Perumpamaan Kedua

Seorang yang berilmu menulis sebu ah buku menakjubkan. Setiap lembaran da rinya penuh dengan hakikat seperti yang terdapat pada seratus buku. Setiap kata nya berisi sejumlah makna yang terdapat pada seratus baris. Sementara setiap hu- ruf darinya menjelaskan sejumlah pengerti an yang terdapat pada seratus kata. Lalu semua mak- na buku tersebut dan semua hakikatnya mene- rangkan kesempurnaan maknawi penulisnya yang mengagumkan.

Jika demikian kondisinya tentu penulis terse- but tidak akan menutup kekayaan yang tak pernah habis tadi dan mustahil ia membiarkannya begitu saja. Pasti ia akan mengajari sejumlah orang ten- tang berba gai pengertian yang terdapat dalam buku itu agar buku penting itu tidak terabaikan, agar kesempurnaannya yang tersembunyi terli- hat, lalu keindahan maknawinya dapat disaksikan

50 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

sehingga ia akan senang dan dicintai. Dengan kata lain, penulis tersebut akan mengajari seseorang mengenai sejumlah kosakata dalam buku terse- but berikut semua makna dan hakikatnya seraya mendiktekan kepadanya pelajaran demi pelajaran dari awal hingga akhir halaman sampai kemudian ia memberikan kesaksian atasnya.

Demikian pula Pengukir Yang Mahaindah, Allah SWT. menulis buku-buku alam ini sedemiki- an rupa dalam rangka menunjukkan kesempur- naan-Nya dan mem perlihatkan keindahan berikut hakikat nama-Nya yang suci, sehingga semua enti- tas lewat berbagai arah yang tak terhingga mem- beritahukan dan mengungkap kan nama-nama- Nya, sifat-sifat-Nya, dan kesempurnaan-Nya yang tak terbatas.

Seperti diketahui jika makna sebuah buku ti- dak diketahui, maka ia akan lenyap begitu saja atau nilainya akan jatuh sama sekali. Nah, apa- lagi de ngan buku seperti ini yang setiap huruf- nya berisi ribuan makna. Tidak mungkin nilainya jatuh dan tidak mungkin lenyap begitu saja. Penu- lis buku menakjubkan ini pasti akan mengajarkan- nya serta menerangkan bagian-bagiannya sesuai dengan potensi setiap kelompok. Dia akan menga- jarkan buku tersebut kepada sosok yang memiliki pandangan paling integral, cita rasa paling kom-

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 51 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 51

keseluruhan beserta semua hakikatnya, secara hikmah harus ada perjalanan dalam bentuk yang sangat mulia dan tinggi. Dengan kata lain, harus ada penyaksian dan perjalanan mulai dari tingka- tan entitas yang sangat banyak—yang merupakan halaman pertama dari buku ini—dan berakhir ke- pada wilayah keesaan yang merupakan akhir lem- barannya. Demikianlah engkau bisa menyaksikan sebagian dari hikmah mi’raj yang mulia lewat per- spektif perumpamaan tadi.

Sekarang marilah kita menoleh kepada si ateis yang terus menyimak. Kita perhatikan apa yang terlintas dalam benaknya guna menyaksikan hal apa yang masih tidak jelas.

Yang terbayang dalam benak bahwa hatinya berbisik: “Aku telah mulai percaya namun, terda- pat tiga permasalahan dan problem yang tidak bisa kupecahkan dan kupahami:

Pertama, mengapa mi’raj yang demikian agung tersebut dikhususkan kepada Muhammad SAW..

Kedua, mengapa Nabi mulia tersebut menjadi benih dari semua entitas? Pasalnya engkau berka- ta bahwa alam tercipta dari cahayanya. Sementara

52 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

pada waktu yang sama ia merupakan buah alam yang paling akhir dan paling bersinar. Apa maksud dari perkataan ini?

Ketiga, dalam penjelasan yang kau berikan sebelumnya engkau berkata bahwa naik ke alam yang tinggi dimaksudkan untuk menyaksikan ru- ang kerja dan pabrik dari berbagai jejak yang ter- dapat di alam serta untuk melihat sejumlah buah dari simpanan kekayaannya. Apa maksud dari uca- pan ini?”

Permasalahan Pertama

Sebagai jawabannya: permasalahan pertama- mu ini telah dibahas secara panjang lebar pada ketiga puluh tiga kalimat dalam buku al­Kalimât. Di sini kami ha nya akan menerangkannya secara singkat dalam bentuk daftar ringkas dari kesem- purnaan pribadi Nabi SAW. berikut dalil kenabian- nya dan mengapa beliau yang pa ling layak untuk mendapatkan mi’raj yang agung tersebut.

Pertama, sejumlah kitab suci, Taurat, Injil, dan Zabur berisi sejumlah kabar gembira yang mem- beritakan kenabian Rasul SAW. serta sejumlah kete rangan tentangnya meski semua kitab suci tersebut mengalami perubahan sepanjang per- jalanannya. Di masa sekarang ini seorang ulama peneliti, Husein al-Jisr, telah menemukan 114 ka-

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 53 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 53

Kedua, dalam sejarah dan dalam berbagai ri- wayat yang valid terdapat begitu banyak kabar gem- bira yang diberikan oleh sejumlah peramal terkenal seperti Syiq dan Satih sebelum kedatangan Nabi SAW. di mana mereka memberikan informasi bah- wa beliau merupakan nabi akhir zaman.

Ketiga, jatuhnya sejumlah berhala di Ka’bah pada malam kelahiran beliau serta terbelahnya istana terkenal milik Kisra ber ikut ratusan kejadi- an luar biasa yang disebut irhasat tertera dalam berbagai bu ku sejarah.

Keempat, memancarnya air dari jari-jemari beliau serta bagaimana beliau bisa memberi- kan air kepada pasukan dengannya, lalu rintihan batang pohon masjid itu di hadapan jamaah besar akibat perpindahan mimbar, serta terbelahnya bu- lan sebagaimana disebutkan dalam Alquran, “dan bulan pun terbelah,” dan berbagai mukjizat sejenis yang dianggap valid oleh para ula ma peneliti yang jumlahnya mencapai se ribu di mana ia dibuktikan oleh sejumlah buku sirah dan sejarah.

Kelima, para musuh dan sahabat sepakat tan- pa keraguan sedikit pun bahwa berbagai akhlak mulia yang dimiliki beliau berada dalam tingkat- an yang paling tinggi serta berbagai tabiat terpuji

54 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

yang melekat padanya dalam berdakwah berada dalam tingkatan yang paling mulia. Hal itu ditun- jukkan oleh sejumlah interaksi dan pe rilaku beliau

de ngan manusia. Syariat beliau yang istimewa berisi berbagai perilaku baik yang sempurna yang dibuktikan oleh akhlak terpuji dalam agama Islam.

Keenam, dalam isyarat kedua dari ka limat ke se puluh kami telah menjelaskan bahwa Rasul SAW. adalah orang yang memperlihatkan tingkat- an ubudiyah yang pa ling tinggi dan mulia lewat peng abdian agung dalam agamanya sebagai res- pons ter hadap kehendak Allah dalam penampak- an uluhiyah-Nya sesuai tuntutan hikmah. Sesuai dengan tuntunan hikmah dan hakikat, Pencipta alam ingin memperlihatkan keindahan dalam kesempurnaan-Nya yang mutlak, Rasul SAW. ialah orang terbaik yang memperlihatkan dan mem- perkenalkan keindahan-Nya.

Sebagai tanggapan atas kehendak Sang Pen- cipta alam dalam mengarahkan perhatian makh- luk kepada kesempurnaan kreasi-Nya dalam kein- dahan mutlak serta memamerkannya, jelas bahwa beliau ialah penyeru dengan suara yang paling tinggi.

Sebagai balasan atas kehendak Tuhan se mesta alam dalam menginformasikan ke esaan-Nya ke- pada berbagai tingkatan ma khluk, sangat jelas be-

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 55 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 55

Sesuai dengan tuntunan hikmah dan hakikat Pemilik alam ingin melihat dan memperlihatkan keindahan Dzat-Nya, dan kehalusan estetika-Nya seperti ditunjukkan oleh tanda-tanda kekuasaan- Nya yang lembut pada cermin, sangat jelas bahwa beliau ialah cermin bening yang memantulkan se- jumlah keindahan dan merupakan sosok terbaik yang mencintai dan menanamkan kecintaan pada- Nya.

Sang Pembangun istana alam ini ingin men- jelaskan dan memamerkan simpanan gaib yang berisi mukjizat paling indah dan permata pa ling berharga, serta ingin memperkenalkan dan mem- beritahukan kesempurnaan-Nya dengan simpan- an tersebut. Sebagai balasannya sangat jelas be- liau merupakan sosok yang memperkenalkan, memamerkan, dan menyifati seluruh simpanan persoalan gaib milik Pencipta alam dalam bentuk yang agung.

Pencipta alam telah menghiasi alam ini de- ngan perhiasan terindah dan menempatkan ma- kh luk-Nya di alam ini untuk melihat, berpikir, dan meng ambil pelajaran. Sesuai dengan tuntun- an hikmah Dia ingin memberitahukan berbagai makna dan nilai dari jejak dan ciptaan-Nya bagi

56 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

orang yang bertafakur dan bertamasya. Sebagai tanggapannya sangat jelas beliau merupakan so- sok yang paling sempurna dalam membimbing jin, manusia, bahkan makhluk ruhani dan malai- kat lewat Alquran al-Karim.

Sang Penguasa Alam Yang Mahabijaksana ber kehendak menyingkap teka-te ki tersembunyi yang berisi maksud dan tu juan dalam perubah- an alam dan misteri tiga soal membingungkan yang terdapat di alam, yaitu dari mana engkau? Dan akan ke mana? Siapa? kepada makhluk lewat seorang utusan. Dalam hal ini, beliau ialah sosok terbaik dalam menyingkap teka-teki dan misteri tersebut lewat sejumlah hakikat Alquran dengan sangat jelas dan dalam derajat yang agung.

Sang Pencipta Alam Yang Agung berkehendak memperkenalkan diri-Nya sendiri kepada makh- luk lewat semua ciptaan-Nya yang menakjubkan sekaligus menanamkan kecintaan kepada-Nya lewat sejumlah nikmat-Nya yang berharga, mem- perkenalkan apa yang Dia inginkan dari makhluk dan apa yang Dia ridai atas mereka lewat seorang utusan. Sebagai balasannya beliau ialah sosok yang menjelaskan berbagai maksud Ilahi dan apa yang Allah rida lewat Alquran dengan cara yang paling agung dan sempurna.

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 57

Tuhan semesta alam berkehendak meng alih- kan wajah manusia dari makhluk yang demikian banyak kepada keesaan dan dari sesuatu yang fana menuju sesuatu yang abadi melaui seorang pembimbing. Karena Allah berikan pada manu- sia yang merupakan buah dari alam sejumlah kecenderung an yang meliputi seluruh alam seraya menyiapkannya untuk melakukan pengabdian se- cara total. Dia mengujinya dengan berbagai per- asaan yang mengarah kepada makhluk dan dunia. Beliau sosok paling agung dalam memenuhi tugas kerasulan sekaligus melakukan bimbingan dalam bentuk terbaik dengan Alquran dalam tingkatan paling tinggi dan dalam bentuk yang paling baik.

Karena entitas terbaik ialah makhluk hidup, sementara makhluk hidup yang pa ling mulia ialah yang memiliki perasaan, lalu makhluk ber- perasaan yang paling utama ialah manusia yang hakiki. Karena itu, di antara manusia yang pa- ling mulia yang menunaikan tugas tersebut lalu melaksanakannya dalam bentuk dan tingkatan terbaik tidak diragukan lagi akan mencapai jarak seukuran dua busur atau lebih dekat lagi melalui mi’raj. Ia akan mengetuk pintu kebahagiaan abadi dan akan membuka perbendaharaan rahmat yang demikian luas, serta akan melihat berbagai haki- kat iman secara langsung. Siapa lagi sosok terse- but kalau bukan Nabi SAW.?

58 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Ketujuh, kita menyaksikan bahwa ada proses memperindah yang sangat baik dan proses peng- hiasan dalam bentuk yang pa ling indah pada alam. Tentu saja, proses tersebut menunjukkan keberadaan kehendak untuk memperindah dan mempercantik pada Pencipta Alam. Kehendak kuat tersebut secara jelas membuktikan adanya keinginan kuat dan mulia serta cinta yang suci pada diri Pencipta terhadap ciptaan-Nya.

Karena itu, tentu saja makhluk yang pa ling dicinta oleh Pencipta Yang Maha Pemurah yang mencintai ciptaan-Nya ada lah sosok yang memiliki sejumlah sifat di atas, sosok yang memperlihatkan berbagai kelembutan kreasi-Nya secara sempurna, sosok yang mengenal dan memperkenalkan-Nya, sosok yang menanamkan kecintaan pada-Nya, ser- ta sosok yang dengan penuh penghargaan menga- presiasi keindahan berbagai ciptaan lainnya.

Siapakah yang membuat langit dan bumi men- dendangkan kalimat subhânallâh, mâ syâ’allâh, Allâhu akbar, serta berbagai zikir pengagungan, tasbih, dan takbir terkait dengan keistimewaan hiasan, tampilan keindahan, kelembutan, dan ke- sempurnaan cahaya yang melekat pada makhluk? Siapa yang menghentak alam dengan lantunan Alquran sehingga daratan dan lautan tertarik ke- pada-Nya dengan penuh kerinduan yang disertai

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 59 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 59

Nabi mulia semacam ini yang akan ditambah- kan kepada timbangan kebaikannya setara de ngan kebaikan yang dilakukan oleh umatnya sesuai kaidah, “yang menjadi sebab mendapat pahala se- perti orang yang melaksanakannya,”; serta sosok yang akan ditambahkan kepada kesempurnaan maknawinya limpahan salawat yang dicu rahkan oleh seluruh umatnya; sosok yang diberi curah- an rahmat dan cinta Ilahi tak terhingga di sam- ping buah dari tugas risalah yang berupa ganjaran maknawi yang agung. Ya, sudah pasti kepergian Nabi agung semacam ini menuju surga, Sidratul Muntaha, dan arasy yang paling agung hingga se- jarak dua busur atau lebih dekat lagi melalui tang-

ga miraj, merupakan kebenaran mutlak, sebuah hakikat, dan suatu hikmah.

Permasalahan Kedua

Wahai yang sedang duduk menyimak! Hakikat yang sulit kau pahami ini memiliki dasar yang sa- ngat dalam. Ia demikian tinggi sampai kepada ba- tas yang tak bisa dijangkau oleh akal; bahkan tidak bisa di dekati. Namun demikian, ia tetap bisa terli- hat lewat cahaya iman.

60 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Di sini kita berusaha mendekatkan sebagian dari hakikat tinggi tersebut kepada pemahaman lewat sejumlah perumpamaan yang bisa mem- bantu. Contohnya sebagai berikut: Jika alam ini dilihat dengan pandangan hikmah seolah-olah ia seperti sebuah pohon besar. Sebagaimana pohon memiliki ranting, daun, bunga, dan buah, maka di alam bawah yang merupakan bagian dari pohon penciptaan ini juga bisa disaksikan bahwa unsur- unsurnya berposisi seperti ranting, tumbuhan dan pepohonannya berposisi sebagai daun, hewan laksana bunga, sementara manusia ibarat buah. Hukum Sang Pencipta Agung yang berlaku pada pohon harus berlaku pula pada pohon besar ini sesuai dengan konsekwensi nama Allah “Yang Ma- habijaksana.” Nah, di antara bentuk hikmah dan kebijaksaan-Nya adalah bagaimana pohon pencip- taan tersebut juga tumbuh dari benih, sementara benihnya mencakup semua model dan pilar-pilar seluruh alam di samping berisi alam fisik. Pasal- nya, benih asli entitas yang berisi ribuan alam dan menjadi tempat tumbuhnya tidak mungkin beru- pa materi yang mati. Tidak ada satu pohon tanpa didahului oleh keberadaan jenis pohon entitas. Esensi dan cahaya yang berposisi sebagai tempat tumbuh dan benih tidak dalam kondisi telanjang selalu. Sebab, selama ia tidak memakai pakaian

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 61 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 61

Selama manusia merupakan buah tersebut, maka buah jenis manusia yang paling terkenal dan istimewa yaitu Muhammad SAW. sebagaima- na telah dijelaskan sebelum nya. Beliaulah yang menarik perhatian makhluk secara umum lewat berbagai keutamaannya, membatasi penglihatan separuh bumi dan seperlima umat manusia pada dirinya yang penuh berkah, serta mengalihkan perhatian seluruh alam kepada sejumlah kebaikan maknawinya de ngan rasa cinta, penghormatan, dan rasa kagum. Maka, sudah pasti cahaya yang merupakan benih terbentuknya alam semesta akan terwujud pada diri Muhammad SAW. dalam bentuk buah penutup.

Wahai pendengar, jangan merasa aneh jika penciptaan entitas alam agung yang menakjub- kan ini berasal dari substansi parsial manusia. Dzat Yang Mahakuasa dan agung yang telah men- ciptakan pohon cemara yang besar laksana alam itu sendiri dari benih kecilnya, bagaimana mung- kin Dia tidak bisa mencipta entitas dari cahaya Muhammad SAW.?

Ya, pohon alam serupa dengan pohon tuba yang berada di surga. Batang dan akarnya men- jalar ke alam yang tinggi, sementara ranting dan

62 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

buahnya menggelayut ke alam bawah. Karena itu, terdapat tali yang memiliki hubungan bercahaya yang berawal dari kedudukan buah di bawah me- nuju pada kedudukan benih yang asli.

Mi’raj nabawi merupakan wujud dan bung- kus dari tali hubungan yang bercahaya tersebut. Rasul SAW. membuka jalan tersebut dan masuk ke dalamnya lewat kewaliannya, namun kembali de- ngan kerasulannya. Beliau membiarkan pintu tadi terbuka agar bisa dilewati oleh para wali di kalang- an umatnya yang mengikuti jalannya dengan roh dan kalbu sehingga masuk ke dalam jalan bercaha- ya itu pula di bawah bayangan mi’raj Nabi. Mereka naik ke dalamnya menuju kedudukan yang tinggi sesuai dengan kecenderungan dan potensinya.

Sebelumnya kami telah menjelaskan bahwa Pen cipta Yang Mahaagung telah menumbuhkan dan menghias alam ini laksana istana indah untuk sejumlah maksud dan tujuan mulia. Rasul SAW. yang merupakan poros tujuan tersebut pasti men- jadi objek perhatian-Nya sebelum menciptakan seluruh alam. Beliau menjadi makhluk pertama yang mendapat manifestasi-Nya. Karena hasil atau buah sesuatu pasti dipikirkan pada awal.

Dengan demikian, secara maknawi beliau me - rupakan yang pertama dan secara wujud beliau merupakan yang terakhir. Karena Rasul SAW. me-

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 63 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 63

Permasalahan Ketiga

Hakikat ini demikian luas di mana akal pikiran manusia yang sempit tidak dapat menjangkau dan menyerapnya. Hanya sa ja, kita dapat melihatnya dari kejauhan.

Ya, pabrik maknawi dari alam bawah berikut hukum-hukumnya yang bersifat komprehensif hanya berada di alam atas. Hasil perbuatan makh- luk yang jumlahnya tak terhingga yang merupak- an penghuni bumi serta buah dari perbuatan yang dilakukan oleh jin dan manusia terwujud di alam atas itu pula.

Bahkan sejumlah isyarat Alquran, tuntutan dari nama al­Hakîm berikut hikmah yang terdapat di alam disertai bukti berbagai riwayat dan tanda- tanda yang tak terhingga semuanya menunjukkan bahwa kebaikan terwujud dalam bentuk buah sur-

ga, sementara kejahatan terwujud dalam bentuk pohon zaqqum neraka.

Ya, entitas yang demikian banyak telah terse- bar di muka bumi secara luas. Model-model pen-

64 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

ciptaan telah bercabang dalam tingkatan yang be- sar di mana berbagai jenis makhluk dan kelompok- kelompok ciptaan yang terus berganti, memenuhi, dan menghilang dari bumi jauh melebihi ciptaan yang tersebar di seluruh alam.

Demikianlah, sumber-sumber dari ma kh luk yang demikian banyak pastilah menjadi hukum yang bersifat komprehensif serta merupakan ma- nifestasi dari nama-nama-Nya yang mulia. Wujud hukum, manifestasi, dan nama-nama-Nya yang bersifat komprehensif tersebut berupa langit yang sangat sederhana—tidak kompleks—serta relatif bersih di mana masing-masingnya berposisi se- bagai arasy dan atap alam ser ta pusat tindakan. Bahkan salah satu alam tersebut berupa surga yang berada di Sidratul Muntaha. Pembawa berita yang jujur, Nabi SAW., telah menginformasikan yang maknanya bahwa tasbih dan tahmid yang disebutkan di bumi akan berwujud dalam bentuk buah surga.

Ketiga hal di atas menjelaskan kepada kita bahwa perbendaharaan hasil dan buah dari apa yang terdapat di bumi sebenar nya berada di sana. Hasilnya mengarah ke sana. Jangan engkau ber- pikir, “Bagaimana mungkin kalimat alhamdulillah yang kusebutkan menjadi buah yang berbentuk di surga?” Pasalnya, ketika menyebut ucapan yang

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 65 Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 65

Jadi, ucapan baik atau buruk yang kau ucap- kan di dunia yang merupakan alam tidur, bisa di- makan sebagai buah di alam akhirat yang meru- pakan alam sadar. Karena itu, hendaknya engkau tidak merasa aneh dengannya.

66 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

LANDASAN KEEMPAT Apa Buah dan Manfaat Mi’raj?

Jawabannya:

Peristiwa mi’raj yang agung yang merupakan pohon tuba maknawi memiliki sejumlah manfaat yang sangat besar dan banyak buah. Darinya di- hasilkan lebih dari lima ratus buah dan manfaat. Namun di sini kami akan menyebutkan lima saja darinya sebagai contoh.

Buah Pertama

Ia merupakan penyaksian sejumlah ha kikat rukun iman secara langsung de ngan mata kepa la. Yaitu menyaksikan malaikat, surga, dan akhirat. Bahkan melihat Dzat-Nya yang agung. Penyak- sian tersebut mempersembahkan sebuah per- bendahara an agung, cahaya azali, dan hadiah aba- di kepada seluruh alam dan umat manusia. Pasal- nya, cahaya tersebut telah mengeluarkan seluruh entitas dari anggapan bahwa semua akan jatuh ke tempat yang fana, lenyap, dan menyakitkan. Caha- ya ter sebut memunculkannya dalam hakikat yang Ia merupakan penyaksian sejumlah ha kikat rukun iman secara langsung de ngan mata kepa la. Yaitu menyaksikan malaikat, surga, dan akhirat. Bahkan melihat Dzat-Nya yang agung. Penyak- sian tersebut mempersembahkan sebuah per- bendahara an agung, cahaya azali, dan hadiah aba- di kepada seluruh alam dan umat manusia. Pasal- nya, cahaya tersebut telah mengeluarkan seluruh entitas dari anggapan bahwa semua akan jatuh ke tempat yang fana, lenyap, dan menyakitkan. Caha- ya ter sebut memunculkannya dalam hakikat yang

Sebagaimana cahaya tersebut telah me nge- luarkan entitas dari kondisi pedih, ia juga menge- luarkan manusia yang lemah di hadapan musuh tak terhingga serta yang fakir terhadap sesuatu yang tak terkira dari kondisi fana dan sesat. Ia me- nyingkap wujudnya yang hakiki sebagai salah satu mukjizat kekuasaan Allah, makhluk-Nya yang be- rada dalam bentuk terbaik, salin an komprehensif dari risalah-Nya, mitra bicara yang dapat menang- kap kekuasaan azali dan abadi, hamba-Nya yang istimewa, sosok yang dapat mengapresiasi kesem- purnaan-Nya, kekasih-Nya tercinta, yang kagum dengan keindahan-Nya yang suci, tamu istimewa- Nya, serta calon penghuni surga-Nya yang abadi. Ia memberikan ke gembiraan yang tak terhingga dan kerinduan yang tak terkira kepada setiap orang yang memandang dirinya sebagai manusia.

Buah Kedua

Ia datang dengan membawa dasar-da sar Islam yang merupakan hal-hal yang diridai oleh Sang

68 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Penguasa azali dan abadi Yang merupakan pen- cipta entitas, pemilik alam semesta, dan Tuhan se- mesta alam, utamanya shalat. Ia memberikannya sebagai hadiah berharga dan persembahan mulia kepada seluruh jin dan manusia.

Mengetahui semua hal yang diridai Tu han itu betapa memicu keingintahuan manusia untuk me- mahaminya dan melahirkan kebahagiaan di mana ia merupakan sesuatu yang sulit diilustrasikan. Tidak aneh lantaran setiap manusia memiliki ke- inginan yang sangat besar untuk mengetahui apa yang diminta oleh penguasa yang telah memberi karunia padanya. Manusia juga sangat ingin men- getahui apa yang dikehendaki oleh penguasa yang telah memberi nikmat dan berbuat baik padanya. Ketika mengetahui apa yang disenangi olehnya manusia akan sangat gembira dan merasa tenter- am. Bahkan, ia berangan- angan dengan berkata dalam hati, “Andai saja ada perantara antara diri- ku dan peng uasa guna berbicara langsung dengan- nya. Aku ingin mengetahui apa yang dia kehenda- ki dan dia inginkan dariku.”

Ya. Manusia yang setiap waktu dan se tiap ke- adaan senantiasa sangat membu tuhkan Tuhannya, sementara ia telah men dapatkan berbagai karunia dan nikmat-Nya yang berlimpah tanpa terhitung

ba nyaknya di mana ia yakin seluruh makhluk be-

Landasan Keempat: Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? | 69 Landasan Keempat: Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? | 69

Nah, Rasul SAW. telah mendengar berbagai hal yang diridai Penguasa azali dan abadi secara lang- sung dengan haqqul yaqin dari balik tujuh puluh ribu hijab sebagai salah satu buah mi’raj. Beliau persembahkan itu sebagai hadiah bagi seluruh umat manusia.

Ya, manusia yang ingin mengetahui apa yang terjadi di bulan, ketika salah seorang di antara mereka pergi ke sana lalu kembali seraya mem- beritahukan tentang sesuatu yang ada padanya, barangkali ia akan me ngorbankan banyak hal guna mendapat informasi tersebut. Kemudian ia terkagum-kagum dan takjub manakala mengeta- hui informasi yang terdapat di sana.

Padahal bulan berkeliling di kerajaaan milik Raja Diraja yang Mahaagung bahwa bulan men- gilingi bumi bagaikan lalat. Bumi berkeliling di seputar mentari bagaikan baling-baling. Mentari merupakan lam pu di antara ribuan lampu yang ada bah wa ia menjadi penerang di ruang tamu mi- lik Raja Diraja Yang Mahaagung.

70 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Ya. Rasul SAW. telah melihat berbagai sifat Dzat Yang Mahaagung ini serta menyaksikan kein- dahan kreasi-Nya dan perbendaharaan rahmat- Nya di alam yang abadi. Setelah melihatnya be- liau kembali dan menceritakan kepada manusia me ngenai apa yang beliau lihat dan saksikan. Jika manusia tidak mau mendengar Rasul SAW. dengan penuh keingintahuan dan rasa takjub, maka dapat dipahami betapa mere ka sangat bodoh dan jauh dari hikmah.

Buah Ketiga

Beliau menyaksikan hazanah kebahagiaan aba- di. Beliau menerima kuncinya serta memberikan- nya sebagai hadiah kepa da jin dan manusia.

Ya. Dalam mi’raj dengan penglihatannya be- liau menyaksikan surga. Beliau menyaksikan ma- nifestasi rahmat Dzat Yang Maha Pengasih dan Mahaagung. Dengan haqqul yaqin dan secara pasti beliau me ngenali kebahagiaan abadi. Karena itu, beliau menginformasikan kabar gembira wujud keberadaan abadi itu kepada jin dan manusia. Itu- lah kabar gembira yang agung yang tak mampu digambarkan oleh manusia. Pasalnya, kondisi ilu si mengitari jin dan manusia di mana seluruh enti- tas mengalami keadaan lenyap dan berpisah den- gan dunia. Selain itu, waktu mengalir dan seluruh

Landasan Keempat: Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? | 71

partikel bergerak menuju laut ketiadaan dan per- pisahan abadi. Ya. Kondisi yang pedih yang meng- hentak perasaan jin dan manusia mengitari mer- eka dari segala penjuru. Namun, kabar gembira itu hadir ke hadapan mereka. Bayangkan betapa kabar gembira itu melahirkan kebahagiaan, kela- pangan, dan sukacita pada jin dan manusia yang mengira akan lenyap untuk selamanya. Kemu- dian, setelah itu beliau menginformasikan kadar dari kabar gembira tersebut. Andaikan orang yang telah mendapat vonis mati ketika berjalan menu- ju tiang gantungan mendapat berita bahwa raja telah memberinya ampunan serta sebuah rumah di dekatnya, bayangkan betapa informasi terse- but melahirkan sukacita dan kegembiraan yang luar biasa pada diri orang yang mendapat vonis mati tadi. Agar engkau bisa membayangkan nilai dari buah dan kabar gembira tersebut kumpulkan semua kegembiraan di atas se banyak jumlah jin dan manusia guna meng ukur sejauh mana nilai kabar itu.

Buah Keempat

Yaitu melihat keindahan Allah SWT.. Di sam- ping hal itu telah didapat oleh Nabi SAW., beliau juga memberitakan bahwa setiap mukmin bisa mendapatkan buah abadi itu pula. Beliau mem- persembahkan hadiah agung tersebut kepada jin

72 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

dan manusia. Barangkali engkau bisa mengukur sejauh mana kenikmatan yang tersembunyi pada buah yang dipersembahkan itu serta sejauh mana manis, indah, dan nilainya lewat contoh berikut:

Setiap orang yang memiliki kalbu tentu men- cintai orang yang memiliki kein dah an, kesempur- naan, dan sifat baik. Cinta ini bertambah besar se suai dengan tingkat keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan yang ada hingga mencapai derajat cinta yang amat sangat dan penghambaan. Pemi- liknya rela mengorbankan apa yang ia miliki guna melihat keindahan tersebut. Bahkan bisa jadi ia rela mengorbankan seluruh dunianya untuk meli- hatnya sekali. Padahal jika keindahan, kesempur- naan, dan kebaikan yang terdapat pada makhluk dibandingkan dengan keindahan, kesempurnaan, dan kebaikan Allah SWT. tentu ia tidak lebih dari kilau cahaya yang redup dibandingkan dengan mentari yang terang benderang. Jadi jika benar- benar manusia, engkau bisa mengetahui tingkat kebahagiaan abadi yang dihasilkannya serta ting- kat kegembiraan, kenikmatan, yang ter wujud ketika mendapat taufik melihat Dzat yang layak mendapat cinta tak terkira, rindu tak terhingga, penyaksian yang tak berujung dalam kebahagiaan tak bertepi.

Landasan Keempat: Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? | 73

Buah Kelima

Sebagaimana dapat dipahami dari mi’ raj, ma- nusia merupakan salah satu buah alam yang ber- harga dan makhluk yang mulia sekaligus dicinta oleh Sang Pencipta. Buah yang baik ini dibawa oleh Rasul SAW. lewat mi’raj sebagai hadiah bagi jin dan manusia. Buah tersebut mengangkat manusia dari keberadaannya sebagai makhluk yang kecil, bina- tang yang lemah, dan yang memiliki perasaan tak berdaya menuju kedudukan yang tinggi dan mu- lia. Bahkan, menuju kedudukan yang paling tinggi melebihi seluruh makhluk. Buah ini melahirkan rasa gembira, suka cita, dan bahagia kepada ma- nusia yang sulit untuk dilukiskan.

Pasalnya jika ada yang berkata kepada seorang tentara, “Engkau menjadi pang lima di pasukan,” bayangkan betapa besar gembira, dan sukacitanya. Nah, manusia merupakan makhluk yang lemah, binatang yang bertutur, fana dan hina di hadapan kondisi lenyap dan perpisahan. Andaikan ada yang berkata kepadanya, “Engkau akan masuk ke dalam surga yang kekal, menikmati rahmat Tuhan yang luas dan abadi, bersenang-senang di kerajaan dan alam malakut-Nya yang seluas langit dan bumi, menikmatinya dengan seluruh keinginan hati da- lam sekejap khayalan, seluas jiwa, dan lintasan pikiran. Lebih dari itu, engkau akan dapat melihat

74 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

keindahan-Nya dalam kebahagiaan abadi.” Setiap manusia yang nilai-nilai kemanusiaan-

nya tidak jatuh dapat menangkap sejauh mana kegembiraan dan suka cita yang dirasakan oleh orang yang mendapat informasi semacam itu.

Sekarang marilah kita mengarah kepada yang sedang duduk mendengar. Kita katakan padanya, “Robeklah pakaian atheismu dan buang jauh-jauh! Perhatikan de ngan pendengaran orang beriman dan lihatlah dengan pandangan orang muslim. Aku akan menjelaskan kepadamu nilai dari sejum- lah buah dalam dua perumpamaan kecil berikut:”

Perumpamaan Pertama

Anggaplah kita sedang bersamamu di dalam kerajaan yang luas. Kita menyaksikan bahwa sega- la sesuatu menjadi musuh kita. Segala sesuatu me- nyembunyikan permusuhan terhadap yang lain. Segala yang berada di dalamnya asing dan tidak kita kenali. Setiap sudut darinya penuh dengan jenazah yang membuat takut dan cemas. Suara rintihan, ratapan, permintaan tolong dari anak- anak yatim dan orang yang teraniaya terdengar dari mana-mana. Nah, ketika kita dalam kondisi sulit dan menderita semacam itu tiba-tiba ada se- seorang yang pergi mendatangi raja dan kembali

Landasan Keempat: Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? | 75 Landasan Keempat: Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? | 75

Kabar gembira tersebut seketika me ngubah se suatu yang asing bagi kami menjadi sesuatu yang dicinta dan dikasihi. Ia mengubah sosok yang sebe lumnya kami lihat sebagai musuh menjadi saudara dekat. Ia memperlihatkan jenazah yang menakutkan menjadi sosok hamba yang khusyuk, tunduk, dan berzikir kepada Allah de ngan ber- tasbih dan bertahmid. Ia mengubah rin tihan dan ratapan tadi menjadi sesuatu yang menyerupai pujian, sanjungan, dan rasa syukur. Ia mengubah kematian tersebut menjadi semacam pembebasan tugas. Kita pun ikut berbahagia dan bergembira bersama yang lain di samping kegembiraan kita sendiri. Di saat itu engkau bisa meng ukur sejauh mana kegembiraan yang kita rasakan ketika men- dengar kabar gembira yang agung itu.

Demikianlah, sebelum ada cahaya iman yang merupakan buah miraj nabi Muhammad SAW. se- luruh entitas akan tampak asing, buas, menakut- kan, dan berbahaya jika alam dilihat dengan pan- dangan yang sesat. Lalu benda yang besar seperti gunung terlihat laksana jenazah yang melahirkan ketakutan. Ajal memancung leher makhluk seka- ligus mencampakkannya ke dalam sumur ketia- daan. Seluruh suara dan gema menjadi teriakan

76 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

dan ungkapan duka yang bersumber dari perpisa- han dan kepergian.

Ketika kesesatan mengilustrasikan ma khluk semacam itu, maka buah mi’raj yang merupakan hakikat iman membuat makhluk sebagai para kekasih yang saling bersaudara di mana mereka bertasbih dan berzikir kepada Sang Pencipta Yang Mahaagung. Kematian dan kepergian merupakan bentuk pembebasan dari beban-beban tugas dan istirahat. Suara yang ada berupa tasbih dan tah- mid. Begitulah seterusnya. Jika engkau ingin meli- hat hakikat ini de ngan bentuknya yang lebih jelas, bacalah kata kalimat kedua dan kedelapan dari al­ Kalimât.

Perumpamaan Kedua

Anggaplah kita berada dalam padang pa- sir yang luas. Badai pasir menghantam kita dari semua sisi, sementara gelapnya malam membuat kita tak bisa melihat apa-apa. Bahkan kita tidak bisa melihat tangan sendiri. Rasa lapar demikian terasa dan rasa haus membakar dada. Tidak ada yang menolong dan membantu. Bayangkanlah ke- tika kondisi tersebut menyerang kita. Tiba-tiba ada seorang yang baik yang merobek gelap malam dan datang mene mui kita. Ia datang membawa kenda- raan yang berlari kencang sebagai hadiah untuk kita. Ia membawa kita ke sebuah tempat menyeru-

Landasan Keempat: Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? | 77 Landasan Keempat: Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? | 77

Padang yang luas itu ialah dunia. Sementara badai padang pasir berupa gerak an partikel dan perjalanan waktu yang mem buat makhluk dan manusia terguncang. Setiap manusia gundah dan cemas menghadapi masa depannya yang gelap dan menakutkan. Demikianlah yang diper lihatkan oleh kesesatan kepadanya sehingga tidak diketa- hui siapa yang akan dimin tai tolong, sementara ia dalam kondisi haus dan lapar.

Jadi mengenal apa yang diridhai Allah SWT. yang merupakan salah satu buah mi’raj mempo- sisikan dunia sebagai tempat jamuan milik Dzat Yang Maha Pemurah dan manusia sebagai tamu- Nya yang mulia sekaligus sebagai pesuruh-Nya. Masa depan bersinar laksana surga, serta menye- nangkan dan nikmat seperti rahmat-Nya serta ce- merlang seperti kebahagiaan abadi.

Jika engkau dapat membayangkan se mua itu, maka engkau dapat mengukur sejauh mana kenik- matan, keindahan, dan manisnya buah tersebut.

78 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Orang yang sedang menyimak berujar, “Beribu­ribu pujian dan syukur bagi Allah. Dengan

karunia­Nya aku telah selamat dari kekufuran. Aku telah menempuh jalan iman dan tauhid. Alhamdu­ lillah sekarang aku mendapatkan iman yang sem­ purna.”

Kami ucapkan selamat wahai saudaraku atas ke imanan tersebut. Kita berdoa semoga Allah men jadikan kita termasuk yang mendapatkan sya- faat Rasulullah SAW..

               Ya Allah limpahkan salawat dan salam kepada so­             

sok yang dengan isyaratnya bulan menjadi terbe­

lah, yang air memancar dari jari jemarinya laksana         

telaga al­Kautsar, serta yang telah menjadi pelaku

mi’raj di mana penglihatannya tidak menyimpang,               

junjungan kita Muhammad SAW.. Juga limpahkan

dari sejak permulaan dunia hingga akhir mahsyar.                           

salawat kepada keluarga dan seluruh sahabat beliau

         Landasan Keempat: Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? | 79               

  Mahasuci Engkau. Kami tidak memiliki pengeta­                           huan kecuali yang Kau ajarkan. Engkau Maha Me­                             ngetahui dan Maha Bijaksana.                                                                 

                                         Mendengar dan Maha Mengetahui.             

Wahai Tuhan, terimalah dari kami. Engkau Maha

                                                              Wahai Tuhan, jangan hukum kami jika kami lupa    

           dan/atau alpa.

                                                             Wahai Tuhan, jangan belokkan hati kami setelah                              

           Engkau memberikan petunjuk pada kami.                                                      

Wahai Tuhan, sempurnakan cahaya kami dan am­                puni kami. Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.                                   

                       Doa penutup mereka adalah alhamdulillâh Rabbil                           alamîn.                  

80 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...                  

       LAMPIRAN PERTAMA            

 Kalimat Kesembilan Belas      dan Ketiga Puluh Satu              Mukjizat Terbelahnya Bulan            

Kiamat telah dekat dan bulan telah terbelah Jika

mereka (orang­orang musyrik) melihat suatu tan­               

adalah) sihir yang berkelanjutan.”        1       Para filsuf materialis serta orang-orang yang           

da (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini

 bertaklid buta kepada mere ka hendak memadam-               

kan mukjizat terbelahnya bulan yang demikian

terang seperti purnama. Karena itu, mereka me-         

di seputarnya. Mereka berkata, “Andaikan terbe-                 lahnya bulan benar-benar terjadi pasti akan dike-           

munculkan sejumlah pemikiran yang merusak

tahui oleh seluruh dunia dan pasti tercatat dalam buku-buku sejarah.”

QS. al-Qamar: 1-2

Sebagai jawaban:

Terbelahnya bulan merupakan sebuah muk- jizat untuk menegaskan kenabian. Ia terjadi di ha- dapan orang-orang yang mendengar pernyataan kenabian, namun ingkar. Ia terjadi dalam waktu yang singkat pada malam hari di saat kelalaian demikian pekat. Di samping itu, terdapat perbe- daan tempat kemunculan, keberadaan awan, men - dung, dan berbagai penghalang lainnya yang mem- buatnya tak terlihat. Apalagi aktivitas meteoro logi dan sarana peradab an belum lagi tersebar. Kare- nanya proses terbelahnya bulan tidak harus dili- hat oleh semua manusia di semua tempat. Ia juga tidak harus masuk ke dalam buku-buku sejarah.

Sekarang perhatikan lima saja dari sekian banyak hal penting yang dengan ijin Allah dapat menghapus awan ilusi yang menutupi wajah mukjizat yang terang ini:

Pertama

Sikap keras kepala kaum kafir ketika itu sa- ngat dikenal dalam sejarah. Ketika Alquran me- nyatakan, “bulan telah terbelah,” dan gemanya ter- dengar sampai cakrawala tak ada satupun dari kaum kafir yang mengingkari ayat tersebut, yakni mengingkari kejadian itu. Sebab, andaikan kejadi- an tersebut tidak terjadi pada saat itu dan tidak

82 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

ada menurut mereka tentu me re ka tergerak den- gan hebat untuk mendustakan pengakuan kenabi- an dan mengingkari Rasul SAW.. Namun, tidak ada satu pun buku sejarah yang menukil perkataan kaum kafir di seputar pengingkaran mereka terha- dap peristiwa terbelahnya bulan. Yang ada hanya- lah penjelasan ayat Alquran, “Mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang berkelanjutan.” Maksudnya, orang- orang kafir yang menyaksikan mukjizat itu ber- kata, “Ini adalah sihir. Maka, utuslah orang ke se- jumlah penjuru untuk menyaksikan apakah mere- ka melihat atau tidak?” Ketika pagi tiba sejumlah rombongan dari Yaman dan lainnya datang. Ketika ditanya mereka menjawab bahwa mereka telah melihat hal yang sama. Maka, orang-orang kafir itu pun berkomentar, “Sihir anak yatim yang dipe- lihara Abu Thalib telah mencapai langit.”

Kedua

Sebagian besar imam ilmu kalam se per ti Sa’ad at-Taftazânî berkata, “Terbelahnya bulan merupakan riwayat yang mutawatir sama seperti memancarnya air dari jari jemari beliau di mana pasukan bisa meminum darinya. Juga seperti rinti- han batang pohon lantaran berpisah dengan be- liau di mana sebelumnya ia menjadi sandaran be- liau saat berkhotbah dan hal itu didengar oleh ja- maah masjid. Dengan kata lain, peristiwa tersebut

Lampiran Pertama: Mukjizat Terbelahnya Bulan | 83 Lampiran Pertama: Mukjizat Terbelahnya Bulan | 83

Demikianlah memunculkan keraguan di sepu- tar persoalan yang sangat pasti dan bi sa disaksi- kan secara langsung merupa kan bentuk kebodo- han dan kedunguan. Cukuplah hal itu sesuatu yang mungkin, bukan mustahil.

Apalagi terbelahnya bulan sangat mung kin ter- jadi sama seperti letupan gunung oleh vulkano.

Ketiga

Mukjizat datang untuk membuktikan kenabi- an dan meyakinkan para pengingkar, bukan untuk memaksa mereka beriman. Karena itu, ia ditam- pakkan kepada orang-orang yang mendengar ke- nabian lewat sesuatu yang bisa membuat mereka mau menerima benarnya kenabian. Adapun mem- perlihatkannya pada semua tempat atau menam- pakkan secara jelas di mana manusia terpaksa me- nerima dan tunduk. Hal ini tentu saja bertentang- an dengan hikmah Allah Yang Mahabijak dan Ma- haagung. Juga bertentangan dengan rahasia taklif. Pasalnya, rahasia taklif menuntut terbukanya area

84 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

bagi akal dengan memberikan kebebasan memilih. Andaikan Tuhan Pencipta Yang Maha Pemu-

rah membiarkan terbelahnya bulan itu berlang- sung selama dua jam lalu menampakkannya ke seluruh alam sehingga masuk ke dalam buku-buku sejarah seperti yang diinginkan oleh para filsuf, tentu ia tidak akan menjadi hujjah atas benarnya kenabian serta tidak menjadi mukjizat se perti fenomena alam yang biasa. Atau, ia bisa menjadi mukjizat yang sangat jelas yang memaksa akal un- tuk beriman kepada kenabian tanpa bisa memilih. Kalau hal itu terjadi, maka jiwa yang rendah laksa- na arang seperti Abu Jahal akan sama dengan jiwa yang mulia dan bening laksana intan seperti Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Dengan kata lain, taklif Ilahi akan sia-sia.

Karena itu, mukjizat itu terjadi seketi ka, di waktu malam, di saat kelalaian be gitu pekat, se- mentara perbedaan tempat kemunculan, mendung dan sejenisnya men jadi hijab yang membuat tidak seluruh ma nusia bisa melihatnya. Karenanya, ia ti- dak tercatat dalam buku-buku sejarah.

Keempat

Karena mukjizat ini yang terjadi di waktu ma- lam dalam sekejap di saat setiap orang lalai, maka tidak terlihat oleh seluruh manusia di semua tem-

Lampiran Pertama: Mukjizat Terbelahnya Bulan | 85 Lampiran Pertama: Mukjizat Terbelahnya Bulan | 85

Adapun tambahan yang diselipkan kepada ri- wayat tentang “setelah terbelah bulan dikatakan jatuh ke bumi” yang ada pada beberapa buku, para ulama yang telah melakukan penelitian meno- laknya. Menurut mereka, tambahan ini mungkin diselipkan oleh sebagian kaum munafik untuk menjatuhkan nilai riwayat tersebut dan merenda- hkannya.

Kemudian pada waktu itu kabut kebodohan menutupi langit Inggris, kondisi hampir terbenam menyelimuti Spanyol, sementara Amerika berada di terik siang, pagi menghampiri Cina dan Jepang, lalu di negara-negara lain terdapat penghalang lain untuk bisa melihatnya. Karena itu, mukjizat besar ini tidak terlihat padanya.

Jika hal ini dipahami renungkanlah ucapan orang yang berkata, “Sejarah Inggris, Cina, Jepang, Amerika, dan negara-negara lainnya tidak menye- butkan tentang peristiwa ini. Dengan demikian, ia tidak terjadi.” Sungguh sangat celaka mereka yang makan sisa-sisa orang Eropa.

86 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Kelima

Terbelahnya bulan bukan merupakan sebuah peristiwa yang terjadi dengan sendirinya lantaran sebab-sebab alami dan secara kebetulan, sehingga peristiwa ini tidak bisa dinilai dari sudut pandang hukum sebab akibat. Akan tetapi, ia dihadirkan oleh Pencipta mentari dan bulan Yang Mahabijak sebagai peristiwa yang berada di luar ketentuan alam guna membenarkan kerasulan Nabi SAW. serta guna mendeklarasikan kebenaran dakwah- nya. Maka itu, peristiwa tersebut diperlihatkan ke- pada orang-orang yang ditentukan hikmah ru bu­ biyyah-Nya sesuai dengan rahasia petunjuk, taklif, dan hikmah penyampaian risalah. Sementara itu, sesuai dengan hikmah dan kehendak-Nya Dia se- ngaja menyembunyikannya dari penduduk negeri lainnya yang belum menerima dakwah Nabi serta menghijabnya dari mereka entah dengan awan, mendung, perbedaan tempat terbit, ketidakterli- hatan bulan, terbitnya mentari di sejumlah negeri, teriknya siang di negeri lain, terbenamnya men- tari dan berbagai sebab lain yang membuat mata tak bisa melihat peristiwa tersebut.

Andaikan mukjizat ini diperlihatkan kepada semua manusia di dunia maka ada dua kemungkin- an. Bisa jadi isyarat Rasul SAW. dan penampakan mukjizat kenabiannya demikian jelas bagi mere-

Lampiran Pertama: Mukjizat Terbelahnya Bulan | 87 Lampiran Pertama: Mukjizat Terbelahnya Bulan | 87

Ringkasnya, peristiwa terbelahnya bulan ti- dak diragukan adanya dan telah dibuktikan secara pasti. Di sini kami akan menunjukkan kejadian-

nya lewat enam dalil yang valid 2 di antara ban- yak dalil yang ada. Di antaranya: kesepakatan para sahabat yang merupakan orang-orang yang dapat dipercaya; kesepakatan para ulama tafsir saat menafsirkan, “bulan telah berbelah”; riwayat semua ahli hadits yang jujur yang menyebutkan kejadiannya lewat beragam sanad dan jalur 3; kes-

2 Yakni terdapat enam argumen yang kuat tentang terbe- lahnya bulan dalam enam jenis ijma. Hanya saja, sa yang sekali

di sini ia hanya bisa disebutkan secara ringkas. (penulis) 3 Kita sebutkan misalnya tiga hadis yang disepakati ke- sahihannya. (1) dari Abdullah bin Mas’ud r.a. yang berkata, “Bulan terbelah pada masa Rasulullah saw menjadi dua. Lalu Nabi SAW. bersabda, ‘saksikanlah!’ (Muttafaq alayh). (2) Anas r.a. meriwayatkan bahwa penduduk Mekkah meminta kepada Rasulullah SAW. untuk memperlihatkan satu bukti kekuasaan Allah. Maka, beliau memperlihatkan terbelahnya bulan kepa-

da mereka (muttafaq alayh). (3) Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan

88 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

aksian semua wali dan orang-orang yang jujur yang mendapat kasyaf dan ilham; pembenaran ulama ilmu kalam meski jalan mereka berbeda- beda; serta penerimaan umat yang tidak mungkin sepakat atas kesesatan sebagaimana disebutkan dalam hadist Nabi SAW..

Semua itu secara pasti membuktikan peristiwa terbelahnya bulan seterang mentari.

Kesimpulan

Pembahasan sampai di sini atas nama telaah ilmiah dan untuk membungkam para penolak. Setelah ini pembicaraan atas nama hakikat dan iman. Demikianlah apa yang telah disebutkan oleh telaah ilmiah, sementara hakikat yang ada berbu- nyi:

Stempel diwan kenabian merupakan bulan yang menerangi langit kerasulan. Wilayah ubu­ bidyah­nya sangat tinggi hingga mencapai ke du- duk an kekasih-Nya. Ia memperlihatkan karomah yang agung dan mukjizat yang besar lewat mi’raj. Yakni dengan perjalanan fisik di cakrawala lan-

bahwa bulan terbelah pada masa Rasulullah SAW. (muttafaq alayh). Lihat Musnad al-Imam Ahmad 1/377, 413, 447, 456, 3/207, 220, 275, 4/81. Juga ath-Thayâlisi meriwayatkan den- gan nomor 295, 1891, 1960. Serta lihat tafsir Ibnu Katsir 6/469) untuk mengetahui kemutawatiran peristiwa tersebut.

Lampiran Pertama: Mukjizat Terbelahnya Bulan | 89

                                    git yang tinggi serta pengenalan penduduk langit              

tapkan kedekatannya kepada Allah, posisinya seb-               agai kekasih Allah, serta kemuliaannya di atas pen-              

atasnya sehingga dengan mukjizat tersebut mene-

duduk langit. Di samping itu, Allah telah membelah

bulan yang bergantung di langit dan terpaut den-         

gan bumi lewat isyarat seorang hamba-Nya yang

berada di bumi. Dia memperlihatkan mukjizat ini               

beliau menjadi seperti dua orbit yang terang dari              bulan. Beliau naik menuju puncak kesempurnaan            dengan sayap kewalian dan kerasulan yang ber-

sebagai pe nguat kerasulan sang kekasih. Sehingga

 sinar. Akhirnya beliau sampai ke jarak seukuran               

dua ujung busur atau lebih dekat lagi. Beliau pun

menjadi kebanggaan penduduk langit di samping          kebanggaan penduduk bumi.               

 Semoga salawat dan salam tercurah kepada beliau, keluarga, dan sahabatnya sepenuh bumi           

dan langit.

Mahasuci Engkau. Kami tidak memiliki pe ngetahuan kecuali yang Kau ajarkan. Engkau Maha Mengeta­ hui dan Maha Bijaksana.

90 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

                                              

    

Ya Allah, dengan terbelahnya bulan lewat isyarat beliau, jadikan kalbuku dan kalbu murid­murid Ri­ salah Nur yang setia laksana bulan di hadapan men­ tari Alquran. Amin. Amin.

Lampiran Pertama: Mukjizat Terbelahnya Bulan | 91

LAMPIRAN KEDUA Peristiwi Mi’raj

dari Kumpulan Syair Maulid Nabi

“Segala sesuatu bertasbih memuji­Nya”

Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril (da­

lam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (Yai­     

tu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya terdapat surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meli­ putinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak ber­ paling dari yang dilihatnya dan tidak (pula) melam­ pauinya. Sesungguhnya ia telah melihat sebagian tanda­tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. 1

Kami akan menjelaskan lima hal di seputar peristiwa mi’raj dari kumpulan syair maulid Nabi.

Pertama, Sulayman Afandi yang menu lis kum- pulan syair di seputar maulid Nabi menceritakan

1 QS. an-Najm: 13-18.

sebuah peristiwa cinta yang sedih tentang burak yang didatangkan dari surga. Karena ia termasuk wali yang saleh dan dalam kumpulan syairnya bersandar kepada berbagai riwayat sejarah Rasul SAW., maka ia menggambarkan hakikat ter tentu dengannya. Hakikat tersebut ada lah sebagai beri- kut:

Makhluk alam abadi memiliki hubungan kuat dengan cahaya Rasulullah SAW.. Pasalnya, dengan cahaya yang beliau bawa surga dan akhirat akan dimakmurkan oleh jin dan manusia. Kalau bukan karenanya tentu kebahagiaan abadi tidak ada, tentu jin dan manusia tidak bisa menempati surga, serta tidak bisa menikmati semua jenis ciptaan surga. Dengan kata lain, kalau bukan karena beliau surga akan kosong dan tidak memiliki penghuni.

Kami telah menyebutkan dalam ran ting keem- pat dari kalimat kedua puluh empat bahwa:

Dari setiap jenis atau spesies telah dipi lih juru bicara yang mewakili kelompoknya. Di antara juru bicara yang berada di garis terdepan ialah bulbul yang menyenangi bunga mawar yang mengung- kapkan kebutuhan kelompok hewan yang men- capai tingkat cinta luar biasa kepada rombongan tumbuhan yang datang dari perbendaharaan Ilahi sekaligus membawa rizki hewan. Bulbul mengung- kapkannya lewat iramanya yang halus kepada ber-

94 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

bagai tumbuhan sebagai ekspresi sambutan yang baik yang dipenuhi dengan tasbih dan tahlil.

Sebagaimana Jibril as. mewakili jenis malaikat dalam melakukan pengabdian de ngan penuh cinta kepada pribadi Muhammad SAW., yang menjadi sebab penciptaan alam, perantara kebahagiaan du nia dan akhirat, serta kekasih Tuhan semesta alam, seraya menjelaskan rahasia sujud malaikat dan ketundukan mereka kepada Adam as., maka penduduk surga juga demikian bahkan hewannya sekalipun memiliki hubung an dengan Rasul SAW. Sulayman Afandi telah mengungkapkan hakikat ini dengan rasa cinta yang diluncurkan oleh burak yang menjadi kendaraan beliau.

Kedua, salah satu hal yang terdapat dalam kum- pulan syair mi’raj Nabi tersebut bahwa Sulayman Afandi mengungkapkan cinta suci Allah SWT. ke- pada Rasul SAW. di mana Dia berkata, “Aku men­ cintaimu.”

Ungkapan ini dengan makna umumnya yang kita kenal tidak layak dengan kemuliaan Allah SWT.. Namun, karena Sulayman Afandi termasuk wali dan ahli hakikat di mana kumpulan syairnya diterima dan disenangi oleh umat Islam secara umum, maka tentu saja makna yang ia perlihatkan adalah benar, yaitu:

Allah SWT. memiliki keindahan dan kesem-

Lampiran Kedua: Peristiwa Mi’raj dari ... | 95 Lampiran Kedua: Peristiwa Mi’raj dari ... | 95

Karena mencintai nama-nama-Nya, Dia juga mencintai kreasi-Nya yang memperlihatkan kein- dahan nama-nama-Nya. Ja di, Dia mencintai ber- bagai ciptaan-Nya yang merupakan cermin dari ke indahan dan kesempurnaan-Nya. Karena Dia men cintai sesuatu yang menunjukkan keindahan dan kesempurnaan-Nya, Dia mencintai keelokan makhluk yang menunjukkan keindahan dan k e- sempurnaan nama-nama-Nya. Alquran yang pe- nuh hikmah dalam ayat-ayatnya menerangkan lima bentuk cinta tersebut.

Demikianlah kondisi Rasul SAW.. Beliau meru- pakan sosok paling sempurna dalam ciptaan Allah serta pribadi yang paling utama. Beliau yang mengungkapkan kreasi Ilahi dengan sebuah zikir yang menarik disertai tasbih dan tahlil. Beliau

96 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

yang dengan lisan Alquran membuka perbendaha- raan keindahan dan kesempurnaan nama-nama- Nya. Beliau yang dengan lisan Alquran menjelas- kan secara sangat terang tentang tanda-tanda kebesaran yang terdapat di alam yang menun- jukkan ke sempurnaan Penciptanya. Beliau yang menu naikan tugas cermin rububiyah Ilahi lewat ubudiyah yang menyeluruh. Karena esensinya kompherensif, maka meraih manifestasi seluruh nama-Nya secara sempurna.

Dari sini dapat dikatakan bahwa karena cinta- Nya kepada keindahan-Nya, Dzat Yang Mahaindah dan Mahaagung mencintai Muhammad SAW. yang merupakan cermin yang bisa merasakan keinda- han tersebut.

Karena cinta-Nya kepada nama-nama-Nya Dia mencintai Muhammad SAW. yang merupakan cer- min paling bening yang memantulkan nama-na- ma-Nya yang mulia. Dia juga mencintai sosok yang menye rupai Muhammad SAW. di mana masing- masing sesuai dengan derajatnya.

Karena cinta-Nya kepada kreasi-Nya, Dia men- cintai Muhammad SAW. yang mengungkapkan kreasi tersebut di seluruh alam sehingga pende- ngaran langit ter ngiang-ngiang olehnya serta da- ratan dan lautan tergugah merindukan-Nya. Allah juga mencintai orang-orang yang meng ikuti beliau.

Lampiran Kedua: Peristiwa Mi’raj dari ... | 97

Karena mencintai ciptaan-Nya, Dia men cintai makhluk hidup yang paling sempurna dari cipta- an, makhluk berkesadaran yang paling sempurna di antara makhluk hidup, manusia yang paling utama di antara makhluk berkesadaran dan Mu- hammad SAW. yang merupakan sosok terbaik di antara seluruh manusia.

Karena rasa cinta kepada akhlak makhluk-Nya, Dia mencintai Muhammad SAW.. Pasalnya, beliau berada di puncak akhlak terpuji sebagaimana dis- epakati baik oleh wali maupun oleh musuh. Dia juga mencintai orang-orang yang meniru akhlak beliau masing-masing sesuai dengan derajatnya. Maknanya, cinta Allah meliputi alam sebagaimana rahmat-Nya.

Karena itu, kedudukan tertinggi dalam kelima aspek yang telah disebutkan terkait dengan sekian hal yang Dia cinta yang jumlahnya tak terhingga adalah kedudukan yang dimiliki oleh Muhammad SAW.. Karenanya, beliau diberi gelar kekasih Allah (Habibullah).

Sulayman Afandi telah mengungkapkan kedu- dukan kekasih Allah dengan ungkapannya, “Aku mencintaimu.” Ungkapan ini merupakan tero- pong untuk direnungkan sekaligus sebagai pe- tunjuk tentang hakikat tersebut dari jauh. Namun demikian karena ungkapan itu bisa melahirkan

98 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

satu pengertian yang tak sesuai dengan sifat rubu­ biyah-Nya, maka yang lebih tepat adalah ungka- pan, “Aku ridha kepadamu.”

Ketiga, sejumlah dialog yang berlangsung da- lam kumpulan syair mengenai mi’raj tersebut ti- dak mampu mengungkapkan berbagai hakikat suci itu lewat pengertian yang kita pahami ber- sama. Namun, dialog-dialog itu merupakan tema- tema yang menjadi bahan perenungan, teropong untuk melakukan refleksi, petunjuk tentang ber- bagai hakikat mulia dan mendalam, penyadaran akan sejumlah hakikat iman, serta kiasan tentang beberapa makna yang tak bisa dijelaskan.

Ia bukanlah dialog dan peristiwa se perti la- yaknya yang terdapat pada beberapa kisah yang pengertiannya dapat dipahami bersama. Pasalnya, kita tidak dapat mendapat ilham tentang sejum- lah hakikat tersebut dari dialog yang ada dengan imajinasi kita. Namun, kita bisa mendapat ilham darinya dengan kalbu kita lewat sentuhan iman dan getaran spiritual yang bercahaya. Sebab, seb- agaimana tidak ada yang serupa dan sama de ngan Dia dalam hal dzat dan sifat-Nya, juga tidak ada yang sama de ngan Allah dalam urusan rububiyah- Nya. Sebagaimana sifat-sifat Allah tidak sama de- ngan sifat makhluk, cinta-Nya juga tidak sama dengan cinta makhluk.

Lampiran Kedua: Peristiwa Mi’raj dari ... | 99

Maka, ungkapan yang terdapat dalam kumpul- an syair mi’raj itu termasuk ungkapan kemiripan. Karena itu kita dapat mengatakan:

Sebagaimana cinta-Nya, Allah SWT. memiliki sejumlah urusan yang sesuai de ngan kewajiban keberadaan dan kemulia an-Nya, serta sesuai de- ngan kekayaan dan kesempurnaan-Nya yang ber- sifat mutlak. Dengan kata lain, kumpulan syair di atas menyadarkan hal tersebut lewat sejumlah peristiwa mi’raj.

Kalimat ketiga puluh satu yang secara khusus berbicara tentang mi’raj Nabi telah menjelaskan sejumlah hakikat mi’raj dalam kerangka dasar- dasar keimanan. Karena nya, di sini sengaja kita singkat dengan mencukupkan sampai kepada penjelasan ter sebut.

Keempat, ada sebuah pertanyaan, “Ung kapan yang berbunyi, ‘Beliau telah me lihat Tuhannya dari balik tujuh puluh ri bu hijab,’ menunjukkan tempat yang de mikian jauh. Padahal Allah tidak dibatasi oleh tempat. Dia lebih dekat kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Jadi, apa makna dari ungkapan tersebut?”

Jawabannya: hakikat tersebut telah dijelaskan dalam kalimat ketiga puluh satu. Ia telah diterang- kan secara panjang lebar dan perinci disertai se-

100 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

jumlah argumen. Sekarang di sini kami hanya ingin menyatakan bahwa:

Allah SWT. sangat dekat dengan kita, semen- tara kita sangat jauh dari-Nya. Perumpamaannya sama seperti mentari yang demikian dekat dari kita lewat perantaraan cermin yang berada di ta- ngan kita. Bahkan, segala sesuatu yang bening bisa menjadi arasy mentari dan rumahnya. Andaikan mentari memiliki perasaan, tentu ia akan berbi- cara kepada kita lewat cermin yang ada di tangan kita. Hanya saja, kita sangat jauh darinya sejarak empat ribu tahun. Demikian pula dengan mentari azali yang tidak bisa diserupakan dan disamakan dengan apa pun. Dia lebih dekat kepada sesuatu daripada apa pun pula. Pasalnya Dia adalah Wajibul wujud, tidak dibatasi oleh tempat, serta tidak ter- hijab oleh sesuatu. Sebaliknya, segala sesuatu sa- ngat jauh dari-Nya.

Dari sana dapat dipahami rahasia jarak yang sangat jauh dalam mi’raj meski sebenarnya tidak ada jarak sebagaimana diungkapkan oleh ayat Alquran, “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat nadi.” 2

Dari rahasia tersebut dapat dipahami pula ke- pergian Rasul SAW. dan bagaimana beliau menem-

2 QS. Qâf: 16

Lampiran Kedua: Peristiwa Mi’raj dari ... | 101 Lampiran Kedua: Peristiwa Mi’raj dari ... | 101

Jadi, mi’raj Rasul SAW. ialah perjalanannya. Ia merupakan alamat kewaliannya. Sebab, seba- gaimana para wali naik ke derajat haqqul yaqin dari derajat iman secara maknawi lewat perjalan- an spiritual mulai dari empat puluh hari hingga empat puluh tahun, demikian pula dengan Rasul SAW. yang merupakan penghulu seluruh wali. Beliau naik dengan jasad, perasaan, dan seluruh perangkat halusnya; tidak hanya dengan kalbu dan rohnya semata. Beliau membuka jalan yang lurus dan lapang sampai menuju tingkatan haki- kat iman yang paling tinggi lewat mi’raj yang merupakan karomah kewaliannya yang terbesar hanya dalam empat puluh menit sebagai ganti dari empat puluh tahun. Beliau naik menuju arasy de- ngan tangga mi’raj. De ngan penglihatannya secara langsung—pada kedudukan sejarak dua busur atau lebih dekat lagi—beliau menyaksikan hakikat iman yang paling agung. Yaitu iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir. Beliau masuk surga dan menyaksikan kebahagiaan abadi. Beliau membuka pintu jalan terbesar serta membiarkannya terbuka untuk dilalui oleh semua wali di kalangan umatnya lewat perjalanan spiritual. Yakni dengan perjalan- an rohani dan kalbu dalam naungan mi’raj di mana

102 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

masing-masing sesuai dengan tingkatannya. Kelima, membaca maulid Nabi dan kumpulan

syair tentang mi’raj merupakan tradisi Islam yang baik dan sangat berguna. Ia merupakan sarana diyalog yang menyenangkan, bersinar dan ma- nis dalam kehidupan sosial Islam. Ia merupakan pelajaran yang sangat nikmat dan indah untuk mengingatkan kepada berbagai hakikat iman. Ia juga merupakan media yang paling kuat, efektif, dan menggugah guna memperlihatkan sejumlah cahaya iman dan menggerakkan rasa cinta kepada Allah dan kepada Rasul SAW..

Kami berdoa agar Allah melanggengkan tra- disi baik tersebut hingga selamanya serta agar Dia memberikan rahmat kepada penulisnya, Sulay- man Afandi serta penulis lain semisalnya. Semoga mereka ditempatkan di surga Firdaus. Amin.

Lampiran Kedua: Peristiwa Mi’raj dari ... | 103