Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya

Dari Koleksi Risalah Nur

R isalah M i ’ Raj

Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya

Kutipan Pasal 44, Ayat 1 dan 2, Undang-Undang Republik Indonesia tentang HAK CIPTA:

Tentang Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang HAK CIPTA, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 jo. Undang-Undang No. 12 Tahun 1997, bahwa:

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak meng- umumkan atau menyebarkan suatu ciptaan seba- gaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pa sal 49 ayat (1) dan ayat (2) de ngan pidana penjara masing- masing paling singkat 1 (satu) bu lan dan atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamer- kan, meng edarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau ba rang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait seba gai mana dimaksud pada ayat (1), dipi- dana dengan pidana pen jara pa ling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp 500.000.000.- (lima ratus ribu rupiah).

Dari Koleksi Risalah Nur

R isalah M i ’ Raj

Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya

B adiuzzaman S aid n urSi

Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy

Badiuzzaman Said Nursi

RISALAH MI’RAJ: URGENSI, HAKIKAT, HIKMAH, DAN BUAHNYA ©2010 Badiuzzaman Said Nursi Edisi Pertama, Cetakan Ke-1 Dialihbahasakan oleh: Fauzi Faisal Bahreisy

Anatolia. 2010.0006 Hak Penerbitan pada Prenada Media Group Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin foto- kopi, tanpa izin sah dari penerbit.

Penerjemah

Fauzi Faisal Bahreisy

Desain Cover Irvan Fahmi Percetakan

Fajar Interpratama Offset Lay-out

M. Badrul Munir Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) BADIUZZAMAN SAID NURSI

Risalah Mi’raj: Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya Jakarta: Anatolia, 2010 Ed. 1. Cet. 1; xviii, 108 hlm; 18 cm

ISBN 978-979-16309-4-8 297.347 Cetakan Pertama, Agustus 2010 ANATOLIA

PRENADA MEDIA GROUP Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta 13220 Telp. (021) 478-64657, 475-4134 Faks. (021) 475-4134 E-mail: pmg@prenadamedia.com Http: www.prenadamedia.com INDONESIA

SEKILAS KEHIDUPAN SAID NURSI

Said Nursi lahir pada 1293 H (1876 M) di desa Nurs, daerah Bitlis, di se belah timur Anatolia. Ia berguru kepada ka kaknya, al-Mala Abdullah. Pada masa itu, ia hanya belajar ilmu nahwu dan sharaf (gramatika). Kemudian ia berpindah-pindah ke ber bagai kampung dan kota di antara sejumlah gu- ru dan madrasah dengan mempelajari ilmu-ilmu keislaman dari beberapa buku induk dengan penuh ketekun an. Hal itu ditambah dengan kecerdas an- nya yang cemerlang se perti yang di akui oleh selu- ruh gurunya se telah me nerima be ragam ujian su- lit yang di berikan oleh se tiap mereka. Kecerda san yang ia miliki me nyatu dengan kekuatan ingat- annya sehingga tidak heran jika ia mempelajari sekaligus mampu menghafal buku Jam’ul Jawâmi’ pada bidang ushul fikih hanya da lam satu minggu.

Ia melahap kandungan kitab-kitab yang terse- dia di zamannya semisal tafsir, hadits, nahwu, ilmu kalam, fiqh, maupun mantiq. Di sisi lain, daya ha- falnya sungguh luar biasa. Ia sengaja menghafal di luar kepala semua ilmu pengetahuan yang dibaca- nya. Hingga ia berhasil menghafal hampir 90 judul Ia melahap kandungan kitab-kitab yang terse- dia di zamannya semisal tafsir, hadits, nahwu, ilmu kalam, fiqh, maupun mantiq. Di sisi lain, daya ha- falnya sungguh luar biasa. Ia sengaja menghafal di luar kepala semua ilmu pengetahuan yang dibaca- nya. Hingga ia berhasil menghafal hampir 90 judul

Popularitas pemuda ini langsung tersebar se- telah ia menampakkan keunggulannya dalam ber- diskusi dengan seluruh ula ma di daerahnya. Me- reka menyebutnya de ngan “Said yang terkenal”. Setelah itu, ia ber pindah ke kota Tillo. Di sana ia menetap selama beberapa waktu di salah satu su- rau serta menghafal al-Qâmus al-Muhîth kar ya Fairuzabadi hingga bab sîn.

Pada 1894, ia pergi ke kota Van. Di sa na ia sibuk menelaah buku-buku mate ma tika, falak, kimia, fisika, geologi, filsafat, dan sejarah. Ia benar-benar mendalami se mua ilmu tersebut hingga bisa me- nu lis ten tang sebagiannya. Karena itulah ia kemu- dian disebut dengan “Badiuzzaman” se ba gai ben- tuk pengakuan para ulama dan il muwan terhadap kecerdasannya yang ta jam, pengetahuannya yang melimpah, ser ta wawasannya yang luas.

Pada saat tersebut di sejumlah harian lokal tersebar berita bahwa menteri pen dudukan Ing-

vi | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

gris, Gladstone, dalam Ma jelis Parlemen Inggris berbicara di hadap an para wakil rakyat dengan berkata, “Se lama Alquran berada di tangan kaum muslimin, kita tidak akan bisa menguasai me reka. Karena itu, kita harus melenyapkannya atau me- mutuskan hubungan kaum muslimin dengannya.” Berita ini demikian mengguncang dirinya serta membuatnya tidak bisa tidur. Ia berkata kepada orang-orang di sekitarnya,

“Kita akan membuktikan kepada dunia bahwa Alquran merupakan mentari hakikat yang cahaya­ nya tidak akan per nah padam serta sinarnya tidak mungkin bisa dilenyapkan.”

Pada 1908, ia pergi ke Istanbul serta memberi- kan sebuah proyek kepada Sultan Abdul Hamid

II untuk memba ngun Universitas Islam di Timur Anatolia dengan nama Madrasah az-Zahra untuk melaksanakan tugas penyebaran hakikat Is lam. Pada universitas tersebut, studi ke agamaan dipadu- kan dengan ilmu-ilmu alam sebagaimana ucapan- nya yang terkenal,

“Cahaya kalbu adalah ilmu­ilmu aga ma, sementara sinar akal adalah ilmu­ilmu alam modern. Dengan perpaduan antara kedua nya hakikat akan tersing­ kap. Adapun jika keduanya dipisah ma ka tipu daya dan ber bagai keraguan serta fanatisme yang tercela

Sekilas Kehidupan Said Nursi | vii Sekilas Kehidupan Said Nursi | vii

didengar oleh mereka. Karena itu, pa ra pelajar dan ulama berkumpul untuk ber tanya kepadanya. Na- mun Said Nursi menjawab semua disiplin ilmu de- ngan sa ngat lancar. Akhirnya mereka meng akuinya se bagai seorang imam sekaligus mengakui bahwa mereka belum pernah menyaksikan orang yang memiliki ilmu dan keutamaan sepertinya. Bahkan setelah mengujinya de ngan sangat cermat, salah seorang di antara mereka menunjukkan kekagum- annya dengan berkata, “Ilmu yang ia miliki bu- kan hasil dari belajar biasa. Tetapi merupakan anugerah Ilahi dan ilmu ladunni.”

Pada 1911, ia pergi ke negeri Syam dan me- nyampaikan pidato menyentuh dari atas mimbar Masjid Jami Umawi. Dalam pidato tersebut, ia me ngajak kaum muslimin untuk bangkit. Ia men- jelaskan sejumlah penyakit umat Islam berikut ca - ra-cara penyembuhannya. Setelah itu ia kem bali ke Istanbul seraya menawarkan proyeknya terkait dengan universi tas Is lam kepada Sultan Rasyad. Sultan men jan jikan sesuatu yang baik kepadanya. Ter nyata benar, anggaran dikucurkan dan pe le- takan batu pertama universitas dilakukan di te-

1 Shayqalul Islam 428.

viii | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

pi Danau Van. Namun Perang Dunia I membuat proyek ini terhenti.

Meskipun Said Nursi tidak setuju jika Daulah Utsmani terlibat dalam perang, namun ketika pe- rang itu diumumkan ia beserta para muridnya ikut serta dalam pe rang melawan Rusia yang menyerang lewat Qaf qas. Ketika pasukan Rusia memasuki kota Bitlis, Badiuzzaman bersama dengan para murid- nya mati-matian memperta han kan kota tersebut sehingga terluka pa rah dan tertawan oleh Rusia. Ia dibawa ke penjara tawanan di Siberia. Dalam penawanan ia terus memberikan pelajaran-pelaja- ran ke imanan kepada para panglima yang tinggal bersamanya yang jumlahnya mencapai 90 orang. Lalu dengan cara yang sangat aneh dan dengan pertolongan Tuhan ia berhasil lari. Ia pun berjalan menuju Warsawa, Jerman, dan Wina. Ketika sam- pai di Istanbul ia dianugerahi medali perang dan mendapatkan sambutan luar biasa dari khalifah, syeikhul Islam, pemimpin umum, dan para pelajar ilmu agama.

Nursi diangkat menjadi anggota Darul Hikmah al-Islamiyyah oleh pimpinan militer di mana lem- baga tersebut hanya di serahkan kepada para tokoh ulama. Di lembaga inilah sebagian besar bukunya yang berhasa Arab diterbitkan. Di antara karya tafsirnya, Isyârât al­I’jaz fî Mazhân al­Ijâz yang ia

Sekilas Kehidupan Said Nursi | ix Sekilas Kehidupan Said Nursi | ix

Setelah para agresor masuk ke kota Istanbul, Ustadz Nursi merasa bahwa pukulan telak telah diarahkan kepada dunia Islam. Karena itu, ia me- nyiapkan diri de ngan mulai menulis bukunya, al­Khuthuwât as­Sitt (Enam Langkah). Di dalam- nya ia menyerang para agresor dengan sangat hebat sekaligus melenyapkan faktor-faktor yang bisa melahirkan keputusasaan pada sebagian be- sar orang. Karena dikenal luas dan perjuangan- nya yang konsisten, bebe rapa kali ia diundang ke Ankara. Pada 1922, ia pergi ke sana di mana ketika berada di stasiun kereta api ia di sambut dengan meriah oleh para pejabat negara. Hanya saja ia langsung kecewa dengan mereka yang telah meng undangnya manakala mengetahui ka- lau sebagian besar mereka tidak melaksanakan berbagai kewajiban agama. Kemudian ia menda - tangi parlemen seraya menyampaikan pesan yang menggugah diawali dengan satu pernyataan yang berbunyi, “Wahai para anggota parlemen, kalian akan dibangkitkan pada hari yang agung nanti.” Di sana ia juga menyampaikan proyek pendirian Uni- versitas Islam dan diterima dengan baik. Namun kondisi politik menjadikan proyek tersebut tidak berjalan dengan baik.

x | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Pada 1923, Badiuzzaman pergi ke kota Van dan melakukan uzlah di Gunung Erek yang dekat dari kota selama dua tahun dalam rangka melaku- kan ibadah dan kontemplasi. Kemudian, berbagai pemberontakan dan ketidakstabilan terjadi di da- lam Republik Turki yang baru. Semuanya da pat dibungkam oleh pihak re zim berkuasa. Meskipun Badiuzzaman ti dak terlibat dalam pemberontakan, beliau dibuang dan diasingkan bersama banyak orang ke Anatolia Barat pada musim dingin 1926. Kemudian, beliau dibuang lagi seorang diri ke se- buah daerah terpencil yaitu Barla. Para musuh agama mengira bahwa di sana riwayatnya akan be- rakhir, popularitasnya akan redup, akan dilupakan orang, dan sumber tersebut akan menge ring.

Akan tetapi, Allah Mahahalus terhadap ham- ba-Nya. Dia memeliharanya lewat karunia dan kemurahan-Nya sehingga Barla menjadi sumber cahaya Alquran yang luar biasa. Di sana, Ustadz Nursi menulis sebagian besar Risalah Nur. Lalu berbagai risalah tersebut diserap lewat salinan tangan dan tersebar dari ujung Turki ke ujung yang lain. Artinya, ketika Ustadz Nursi di bawa dari satu tempat pembuangan ke tempat pembuangan yang lain lalu dimasukkan ke penjara dan tahan- an di berba gai wilayah Turki selama seperempat abad, Allah memberi ganti dengan menghadirkan

Sekilas Kehidupan Said Nursi | xi Sekilas Kehidupan Said Nursi | xi

Demikianlah Ustadz Nursi terus me nu lis berb- agai risalah sampai 1950 sehingga jumlahnya lebih dari 130 risalah. Semua dikumpulkan dengan judul Kuliyyat Rasâ`il an­Nûr (Koleksi Risalah Nur) yang berisi empat seri utama: al­Kalimât, al­Maktûbât, al­Lama’ât, dan asy­Syu’â’ât. Selain itu, terdapat seri atau koleksi yang tidak mudah untuk dicetak kecuali setelah 1954. Ustadz Nursi sendiri yang langsung mengawasi sehingga semuanya selesai tercetak.

Kami ketengahkan teks berikut untuk mem- perlihatkan satu sisi dari gaya tutur Risalah Nur yang unik, berbeda dengan yang lain, dalam me- nyampaikan sejumlah pemahaman Islam dan menguatkan pilar-pilar iman.

“Benar bahwa makrifatullah yang bersumber dari dalil-dalil ilmu kalam bukanlah makrifat yang sempurna serta tidak mendatangkan ketenangan hati. Sementara, makrifat yang didasarkan pada

xii | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

konsep Alquran yang merupakan mukjizat ialah makrifat yang sempurna dan mendatangkan ke- tenangan seutuhnya ke dalam hati. Kita berdoa ke- pada Allah Yang Mahatinggi dan Mahakuasa agar menjadikan setiap bagian dari Risalah Nur laksana lentera yang menerangi jalan lurus bercahaya mi- lik Alquran al-Karim.

Selain itu, makrifatullah yang lahir dari ilmu kalam tampak kurang sempurna, serta makrifat yang lahir dari jalan tasawuf juga cacat dan terpu- tus jika dibandingkan dengan makrifat yang ber- sumber dari Alquran al-Karim secara langsung le- wat warisan para nabi. Pada risalah yang lain dari Risalah Nur, kami telah memberikan perumpa- maan untuk menjelaskan berbagai perbedaan an- tara mereka yang pendekat annya terilhami oleh Alquran dan mereka yang meniti jalan ahli ilmu kalam sebagai berikut:

Untuk mendapatkan air ada yang mem bawanya le­ wat sejumlah pipa dari tem pat yang jauh yang diga­ li di bawah gunung. Adapun yang lain mendapatkan air di mana saja mereka gali dan air tersebut me­ mancar di tempat ma na pun mereka berada. Yang pertama berjalan di jalan yang terjal dan panjang serta aliran airnya pun bisa terputus. Inilah jalan ahli ilmu kalam. Mereka menetapkan Wajibul wujud (Allah) dengan kemustahilan rangkai an sebab yang tak terbatas.

Sekilas Kehidupan Said Nursi | xiii

Sebaliknya, pada jalan Alquran mene mukan air bi­ sa didapatkan dan dipancarkan di mana saja ber­ ada dengan sangat sempurna. Setiap ayatnya yang mulia memancarkan air di mana saja ia dipukulkan laksana tongkat Musa. Ayat­ayat tersebut berucap, pada segala sesuatu terdapat tanda bagi­Nya Yang menunjukkan bahwa Dia adalah esa.

Kemudian iman tidak hanya diraih de ngan ilmu. Akan tetapi, terdapat ba nyak perangkat halus pada diri manu sia yang memiliki bagian iman. Seba­ gaimana ketika makanan masuk ke dalam perut ia terbagi dan terdistribusi ke sejumlah urat sesuai dengan posisi setiap organ, demikian pula dengan persoalan iman yang bersumber dari ilmu. Ketika ia masuk ke dalam perut akal dan pemahaman, setiap perangkat halus yang terdapat pada tubuh seperti roh, kalbu, jiwa, dan sejenisnya mengambil bagian darinya serta menye rap sesuai de ngan tingkatan­ nya. Jika ia tidak mendapatkan nutrisi salah satu perangkat halusnya, maka makrifat tersebut men­ jadi cacat, sementara perangkat halus tadi akan terus terhalang darinya.” 2

Ia menyambut panggilan Tuhan (mening- gal dunia) pada tanggal 25 Ramadhan 1379 yang bertepatan dengan tanggal 23 Maret 1960 di kota Urfa. Namun kekuasaan militer ketika itu tidak mem biarkannya beristirahat tenang di kuburnya.

2 Al-Maktûbât, 424

xiv | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Mere ka mengeluarkan jasadnya setelah pengu- muman pelarangan untuk diarak di kota. Jasad- nya dipindahkan ke tempat yang tak diketahui. Se moga Allah melimpahkan rahmat yang luas ke - padanya serta menempatkannya di surga-Nya yang lapang.

Buku yang ada di tangan Anda ini meruakan bagian-bagian yang terkait dengan per soalan mi’raj dari Koleksi Risalah Nur.

Ihsân Qâsim ash-Shâlihi.

Sekilas Kehidupan Said Nursi | xv

PENDAHULUAN Mi’raj Nabi

Catatan:

Persoalan mi’raj merupakan buah dari prinsip dan pilar-pilar iman. Ia merupakan cahaya yang sinarnya berasal dari cahaya rukun iman. Tentu saja tidak bisa dibuktikan mi’raj itu sendiri kepada kaum ateis yang mengingkari rukun iman. Karena ia tidak perlu dibahas kepada orang yang tidak beriman kepada Allah, yang tidak memercayai Ra- sul yang mulia, atau yang mengingkari malaikat dan keberadaan sejumlah langit. Pertama kali per- lu dibuktikan rukun iman kepada mereka. Karena itu, sasaran pembicaraan kami ini diarahkan ke- pada mukmin yang terjerumus dalam rasa was- was akibat anggapan bahwa peristiwa mi’raj tidak masuk akal. Kami akan menjelaskan untuknya se- suatu yang berguna dan bisa menyembuhkannya dengan izin Allah. Hanya saja, di sejumlah tempat kami tetap memberikan perhatian kepada ateis yang masih mau memerhatikan serta kami beri- kan untuknya uraian yang juga berguna.

Kilau dari hakikat mi’raj telah disebutkan da- lam sejumlah risalah yang lain. Dengan desakan Kilau dari hakikat mi’raj telah disebutkan da- lam sejumlah risalah yang lain. Dengan desakan

2 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

   

ِﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹰﻼﻴﹶﻟ ِﻩِﺪﺒﻌِﺑ ﻯﺮﺳﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ ِﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹰﻼﻴﹶﻟ ِﻩِﺪﺒﻌِﺑ ﻯﺮﺳﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ ﻦِﻣ ﻪﻳِﺮﻨِﻟ ﻪﹶﻟﻮﺣ ﺎﻨﹾﻛﺭﺎﺑ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﺎﺼﹾﻗَﻷﹾﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ ﻦِﻣ ﻪﻳِﺮﻨِﻟ ﻪﹶﻟﻮﺣ ﺎﻨﹾﻛﺭﺎﺑ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﺎﺼﹾﻗَﻷﹾﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ ِﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹰﻼﻴﹶﻟ ِﻩِﺪﺒﻌِﺑ ﻯﺮﺳﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ . ﲑِﺼﺒﹾﻟﺍ ﻊﻴِﻤﺴﻟﺍ ﻮﻫ ﻪﻧِﺇ ﺂﻨِﺗﺎﻳﺍَﺀ ِﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹰﻼﻴﹶﻟ ِﻩِﺪﺒﻌِﺑ ﻯﺮﺳﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ ﲑِﺼﺒﹾﻟﺍ ﻊﻴِﻤﺴﻟﺍ ﻮﻫ ﻪﻧِﺇ ﺂﻨِﺗﺎﻳﺍَﺀ ﻦِﻣ ﻪﻳِﺮﻨِﻟ ﻪﹶﻟﻮﺣ ﺎﻨﹾﻛﺭﺎﺑ ﻱِﺬﱠﻟﺍ Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan ham­ ﺎﺼﹾﻗَﻷﹾﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ ﻦِﻣ ﻪﻳِﺮﻨِﻟ ﻪﹶﻟﻮﺣ ﺎﻨﹾﻛﺭﺎﺑ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ba­Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke ﺎﺼﹾﻗَﻷﹾﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekeliling­ ﲑِﺼﺒﹾﻟﺍ ﻊﻴِﻤﺴﻟﺍ ﻮﻫ ﻪﻧِﺇ ﺂﻨِﺗﺎﻳﺍَﺀ ﻭﹸﺫ nya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari ﻯﻮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺪﻳِﺪﺷ ﻪﻤﱠﻠﻋ ﲑِﺼﺒﹾﻟﺍ ﻊﻴِﻤﺴﻟﺍ ﻮﻫ ﻪﻧِﺇ ﺂﻨِﺗﺎﻳﺍَﺀ ﻰﺣﻮﻳ ﻲﺣﻭﱠﻻِﺇ ﻮﻫ ﹾﻥِﺇ ﻭﹸﺫ tanda­tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia ﻯﻮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺪﻳِﺪﺷ ﻪﻤﱠﻠﻋ ﻰﺣﻮﻳ ﻲﺣﻭﱠﻻِﺇ ﻮﻫ ﹾﻥِﺇ

ﻰﱠﻟﺪﺘﹶﻓ ﺎﻧﺩ ﻢﹸﺛ ﻰﹶﻠﻋَﻷﹾﺍ ِﻖﹸﻓُﻷﹾﺎِﺑ ﻮﻫﻭ ﻯﻮﺘﺳﺎﹶﻓ ٍﺓﺮِﻣ Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. 1 ﻰﱠﻟﺪﺘﹶﻓ ﺎﻧﺩ ﻢﹸﺛ Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. ﻰﹶﻠﻋَﻷﹾﺍ ِﻖﹸﻓُﻷﹾﺎِﺑ ﻮﻫﻭ ﻯﻮﺘﺳﺎﹶﻓ ٍﺓﺮِﻣ

ِﻩِﺪﺒﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ﻰﺣﻭﹶﺄﹶﻓ ﻭﹸﺫ ﻯﻮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺪﻳِﺪﺷ ﻪﻤﱠﻠﻋ ﻰﻧﺩﹶﺃ ﻭﹶﺃ ِﻦﻴﺳﻮﹶﻗ ﺏﺎﹶﻗ ﹶﻥﺎﹶﻜﹶﻓ ﻰﺣﻮﻳ ﻲﺣﻭﱠﻻِﺇ ﻮﻫ ﹾﻥِﺇ

ﻭﹸﺫ ِﻩِﺪﺒﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ﻰﺣﻭﹶﺄﹶﻓ ﻯﻮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺪﻳِﺪﺷ ﻪﻤﱠﻠﻋ ﻰﻧﺩﹶﺃ ﻭﹶﺃ ِﻦﻴﺳﻮﹶﻗ ﺏﺎﹶﻗ ﹶﻥﺎﹶﻜﹶﻓ

ﻰﺣﻮﻳ ﻲﺣﻭﱠﻻِﺇ ﻮﻫ ﹾﻥِﺇ ﻰﹶﻠﻋ ﻪﻧﻭﺭﺎﻤﺘﹶﻓﹶﺃ ﻰﱠﻟﺪﺘﹶﻓ ﺎﻧﺩ ﻢﹸﺛ ﻯﹶﺃﺭﺎﻣ ﺩﺍﺆﹸﻔﹾﻟﺍ ﺏ ﻰﹶﻠﻋَﻷﹾﺍ ِﻖﹸﻓُﻷﹾﺎِﺑ ﻮﻫﻭ ﹶﺬﹶﻛﺎﻣ ﻯﻮﺘﺳﺎﹶﻓ ٍﺓﺮِﻣ ﻰﺣﻭﹶﺃﺂﻣ

. ﻰﹶﻠﻋ ﻪﻧﻭﺭﺎﻤﺘﹶﻓﹶﺃ ﻰﱠﻟﺪﺘﹶﻓ ﺎﻧﺩ ﻢﹸﺛ ﻯﹶﺃﺭﺎﻣ ﺩﺍﺆﹸﻔﹾﻟﺍ ﺏ ﻰﹶﻠﻋَﻷﹾﺍ ِﻖﹸﻓُﻷﹾﺎِﺑ ﻮﻫﻭ ﹶﺬﹶﻛﺎﻣ ﻯﻮﺘﺳﺎﹶﻓ ٍﺓﺮِﻣ ﻰﺣﻭﹶﺃﺂﻣ ﻰﻬﺘﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺓﺭﺪِﺳ ﺪﻨِﻋ ِﻩِﺪﺒﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ﻰﺣﻭﹶﺄﹶﻓ ﻯﺮﺧﹸﺃ ﹰﺔﹶﻟﺰﻧ ﻩﺍَﺀﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ ﻰﻧﺩﹶﺃ ﻭﹶﺃ ِﻦﻴﺳﻮﹶﻗ ﺏﺎﹶﻗ ﹶﻥﺎﹶﻜﹶﻓ ﻯﺮﻳﺎﻣ

ﻰﻬﺘﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺓﺭﺪِﺳ ﺪﻨِﻋ ِﻩِﺪﺒﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ﻰﺣﻭﹶﺄﹶﻓ ﻯﺮﺧﹸﺃ ﹰﺔﹶﻟﺰﻧ ﻩﺍَﺀﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ ﻰﻧﺩﹶﺃ ﻭﹶﺃ ِﻦﻴﺳﻮﹶﻗ ﺏﺎﹶﻗ ﹶﻥﺎﹶﻜﹶﻓ ﻯﺮﻳﺎﻣ ﻰﹶﻠﻋ ﻪﻧﻭﺭﺎﻤﺘﹶﻓﹶﺃ ﻰﺸﻐﻳﺎﻣ ﹶﺓﺭﺪﺴﻟﺍ ﻰﺸﻐﻳﹾﺫِﺇ ﻯﹶﺃﺭﺎﻣ ﺩﺍﺆﹸﻔﹾﻟﺍ ﺏ ﻯﻭﹾﺄﻤﹾﻟﺍ ﹸﺔﻨﺟ ﺎﻫﺪﻨِﻋ ﹶﺬﹶﻛﺎﻣ ﻰﺣﻭﹶﺃﺂﻣ

ﻰﹶﻠﻋ ﻪﻧﻭﺭﺎﻤﺘﹶﻓﹶﺃ ﻰﺸﻐﻳﺎﻣ ﹶﺓﺭﺪﺴﻟﺍ ﻰﺸﻐﻳﹾﺫِﺇ ﻯﹶﺃﺭﺎﻣ ﺩﺍﺆﹸﻔﹾﻟﺍ ﺏ ﻯﻭﹾﺄﻤﹾﻟﺍ ﹸﺔﻨﺟ ﺎﻫﺪﻨِﻋ ﹶﺬﹶﻛﺎﻣ ﻰﺣﻭﹶﺃﺂﻣ ِﻪﺑﺭ ِﺕﺎﻳﺍَﺀ ﻦِﻣ ﻰﻬﺘﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺓﺭﺪِﺳ ﺪﻨِﻋ ﻯﹶﺃﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟ ﻯﺮﺧﹸﺃ ﹰﺔﹶﻟﺰﻧ ﻩﺍَﺀﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ ﻰﻐﹶﻃﺎﻣﻭ ﺮﺼﺒﹾﻟﺍ ﹶﻍﺍﺯﺎﻣ ﻯﺮﻳﺎﻣ

ِﻪﺑﺭ ِﺕﺎﻳﺍَﺀ ﻦِﻣ

ﻰﻬﺘﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺓﺭﺪِﺳ ﺪﻨِﻋ ﻯﹶﺃﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟ

ﻯﺮﺧﹸﺃ ﹰﺔﹶﻟﺰﻧ ﻩﺍَﺀﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ ﻰﻐﹶﻃﺎﻣﻭ ﺮﺼﺒﹾﻟﺍ ﹶﻍﺍﺯﺎﻣ ﻯﺮﻳﺎﻣ ﻰﺸﻐﻳﺎﻣ ﹶﺓﺭﺪﺴﻟﺍ ﻰﺸﻐﻳﹾﺫِﺇ ﻯﻭﹾﺄﻤﹾﻟﺍ ﹸﺔﻨﺟ ﺎﻫﺪﻨِﻋ ﻯﺮﺒﹸﻜﹾﻟﺍ

ﻰﺸﻐﻳﺎﻣ ﹶﺓﺭﺪﺴﻟﺍ ﻰﺸﻐﻳﹾﺫِﺇ ﻯﻭﹾﺄﻤﹾﻟﺍ ﹸﺔﻨﺟ ﺎﻫﺪﻨِﻋ ﻯﺮﺒﹸﻜﹾﻟﺍ

ِﻪﺑﺭ ِﺕﺎﻳﺍَﺀ ﻦِﻣ . ﻯﹶﺃﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟ ﻰﻐﹶﻃﺎﻣﻭ ﺮﺼﺒﹾﻟﺍ ﹶﻍﺍﺯﺎﻣ

ِﻪﺑﺭ ِﺕﺎﻳﺍَﺀ ﻦِﻣ ﻯﹶﺃﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟ ﻰﻐﹶﻃﺎﻣﻭ ﺮﺼﺒﹾﻟﺍ ﹶﻍﺍﺯﺎﻣ ﻯﺮﺒﹸﻜﹾﻟﺍ

. ﻯﺮﺒﹸﻜﹾﻟﺍ

1 QS. al-Isrâ: 1.

Pendahuluan: Mi’raj Nabi | 3

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wah yu yang di­ wahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sa ngat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas. (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli ketika Dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian Dia mendekat, lalu ber tambah dekat lagi. Maka, jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. Lalu Dia menyampaikan kepada hamba­Nya (Muham­ mad) apa yang telah Dia wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka, apa­ kah kaum (musyrik Mekkah) hendak membantah­ nya tentang apa yang telah ia lihat? Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatan­ nya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihat­ nya dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda­tanda (kekuasaan) Tuhan yang paling besar. 2

Dari perbendaharaan ayat yang mulia tersebut kami ingin menyebutkan dua petunjuk saja. Ke- duanya merujuk kepada rambu retorik (balaghah) yang terdapat dalam kata ganti “Sesungguhnya Dia”. Hal itu lantaran keduanya terkait dengan

2 QS. an-Najm: 4-18

4 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

persoalan kita saat ini seperti yang telah kami je- laskan dalam risalah Mukjizat Alquran (al­Mu’jizât al­Qur`âniyyah).

Alquran menutup ayat pertama de ngan ung- kapan, “Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Ma­

ha Mengetahui.” Hal itu setelah Dia menyebutkan peristiwa diperjalankannya Rasulullah SAW. dari pendahuluan mi’raj, yakni dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha—dan puncak perjalanan beliau yang diterangkan oleh surat an-Najm.

Kata ganti dalam “Sesungguhnya Dia” bisa kem bali kepada Allah SWT. atau kembali kepada Ra sulullah SAW.

Apabila kembali kepada Rasul SAW., maka hu- kum retorika dan kesesuaian konteksnya menun- jukkan bahwa perjalanan kecil ini termasuk di antara perjalanan umum dan mi’raj integral di mana beliau mendengar dan menyaksikan semua tanda kekuasaan Tuhan serta kreasi Ilahi yang menakjubkan yang dijumpai oleh penglihatan dan pendengarannya pada saat naik dalam tingkatan nama-nama Tuhan yang komprehensif sampai ke Sidratul Muntaha hingga berjarak seukuran dua busur (Qaba Qausain) atau lebih dekat dari itu. Ini me nunjukkan bahwa wisata parsial di atas (Isra) merupakan kunci bagi wisata komprehensif yang

Pendahuluan: Mi’raj Nabi | 5 Pendahuluan: Mi’raj Nabi | 5

Apabila kata ganti tersebut kembali kepada Allah SWT., maka maknanya ialah, “Dia mengun- dang hamba-Nya untuk meng hadap kepada-Nya serta berada di hadapannya untuk menyerahkan kepadanya sebuah tugas penting. Karena itu, Dia perjalankan beliau dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yang merupakan tempat berkum- pul para nabi. Setelah Dia mempertemukan Nabi SAW. dengan mereka sekaligus menampakkan- nya sebagai pewaris mutlak bagi prinsip agama seluruh nabi, Dia memperjalankannya dalam satu perjalanan di dalam kerajaan-Nya dan wisata di dalam alam malakut-Nya sampai dengan Sidratul Muntaha dan berjarak seukuran dua busur.

3 Dalam tafsir Rûh al­Ma’ânî karya al-Alûsî (jilid 15/ hlm. 14), disebutkan sebagai berikut: “Kata ganti di atas diasumsi-

kan mengacu kepada Nabi SAW. sebagaimana yang dinukil oleh Abu al-Baqâ dari sebagian mereka. Ia berkata, “Maksudnya ia mendengar perkataan Kami dan melihat diri Kami. Menurut al-Jalbi, “Hal itu tidak aneh. Jadi, maknanya, ‘Hamba-Ku yang mendapatkan penghormatan tersebut sa ngat layak atasnya. Ia mendengar perintah-perintah-Ku dan larangan-Ku, menga- malkannya, serta melihat di mana ia melihat makhluk-makh- luk-Ku dengan mengambil pelajaran darinya atau melihat ber- bagai tanda kekuasaan yang kami perlihatkan padanya.” Lihat pula tafsir Ismail al­Qanawi ala al­Baydhâwî jilid 4/224 (Ihsan Qasim As-Shalihi).

6 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Demikianlah, wisata dan perjalanan ter sebut, meskipun merupakan mi’raj kecil dan yang di mi’ - rajkan ialah seorang hamba, namun hamba terse- but membawa amanah agung yang terkait dengan seluruh alam. Bersamanya terdapat cahaya terang yang mengubah warna alam semesta. Di samping itu, padanya terdapat kunci yang bisa untuk mem- buka pintu kebahagiaan abadi.

Karena itulah, Allah menggambarkan diri-Nya dengan berkata, “Sesungguhnya Dia Maha Men- dengar dan Maha Melihat.” Hal ini untuk mene- rangkan bahwa pada amanah, cahaya, dan kunci tersebut terdapat sejumlah hikmah mulia yang mencakup seluruh entitas, meliputi semua makh- luk, serta menjangkau alam seluruhnya.

Demikianlah, rahasia agung ini memiliki em- pat landasan:

Pertama, apa rahasia keharusan mi’raj? Apa hakikat mi’raj? Apa hikmah mi’raj?

Apa buah dan manfaat mi’raj?

Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 7

LANDASAN PERTAMA Rahasia Keharusan Mi’raj

Berikut Hikmah Kebutuhannya

Ada sebuah pertanyaan:

Allah SWT. dekat kepada sesuatu daripada segala sesuatu sebagaimana disebutkan dalam Alquran, “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat

lehernya.” 1 Dia tidak membutuhkan fisik dan tem- pat. Setiap wali Allah yang saleh bisa menghadap dan bermunajat dengan Tuhan dalam kalbunya. Karena itu, mengapa jika setiap wali bisa bermu- najat kepada Tuhan dalam kalbunya, sementara Nabi Muhammad SAW. tidak bisa bermunajat se- perti itu kecuali setelah melakukan perjalanan jauh dan wisata yang panjang lewat mi’raj?

Sebagai jawabannya:

Kami ingin mendekatkan rahasia yang sulit dipahami ini kepada pemahaman kita dengan me- nyebutkan dua contoh berikut. Perhatikan baik-

1 QS. Qâf: 16.

baik. Keduanya telah disebutkan dalam kalimat kedua belas saat menjelaskan rahasia kemukjiza- tan Alquran dan hikmah mi’raj.

Perumpamaan Pertama

Raja memiliki dua bentuk komunikasi dan tat- ap muka, serta dua macam pembicaraan, penghor- matan dan perhatian.

Pertama, komunikasi khusus lewat sarana tele- pon dengan salah seorang rakyat nya dari kalan- gan umum terkait dengan persoalan khusus yang berhubungan de ngan kebutuhan orang tersebut.

Kedua, komunikasi atas nama kerajaan agung dan atas nama khilafah yang mulia dalam keduduk- annya sebagai penguasa terkait dengan persoalan pen ting dan mulia di mana ia memperlihatkan keagungannya dan menampakkan kemuliaannya. Dari sana raja ingin agar perintahnya tersebar ke seluruh penjuru. Komunikasi ini terjadi dengan salah seorang utusannya yang memiliki hubungan

de ngan persoalan tersebut atau dengan salah satu pejabat terasnya yang memiliki kaitan dengan perintah itu.

Demikianlah, dengan perumpamaan di atas Allah memiliki perumpamaan yang pa ling mu- lia Pencipta Alam, Raja dari seluruh kerajaan dan alam malakut, serta Pe nguasa Azali dan Abadi me-

10 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

miliki dua bentuk komunikasi dan penghormatan:

Pertama, yang bersifat parsial dan khusus. Kedua, yang bersifat komprehensif dan umum. Mi’raj Nabi merupakan manifestasi istimewa

dari tingkat kewalian Muhammad SAW.. Ia tam- pak dalam bentuk yang komprehensif meng ung- guli semua bentuk kewalian yang ada serta de- mikian tinggi berada di atas yang lainnya. Beliau mendapatkan kehormatan untuk bisa berkomuni- kasi langsung dan bercakap-cakap dengan Allah se- bagai Tuhan semesta alam dengan kedudukan-Nya sebagai Pencipta seluruh entitas.

Perumpamaan Kedua

Seseorang memegang cermin yang mengha- dap ke matahari. Sesuai dengan ka pasitasnya, cer min tersebut menampung sinar dan cahaya yang membawa tujuh war na mentari. Maka, se- seorang bisa memi liki hubungan dengan mentari tersebut sesuai dengan kondisi cermin tadi. Ia bisa mengambil manfaat darinya ketika cermin itu di- arahkan ke kamarnya yang gelap dan ruangannya yang kecil dan tertutup. Hanya saja, cahaya yang ia dapatkan terbatas pada kadar kemampuan cermin yang memantulkan sinar mentari, tidak seperti kadar nilai mentari itu sendiri.

Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 11

Sementara, orang lain meninggalkan cermin dengan langsung menghadap mentari. Ia menyak- sikan kebesaran mentari tersebut serta memahami keagungannya. Kemudian ia naik ke atas gunung yang sangat tinggi serta melihat kilau kerajaannya yang luas dan megah. Hal itu ia hadapi secara lang- sung tanpa hijab. Setelah itu, ia kembali dan mem- buat sejumlah jendela yang luas pada rumahnya yang kecil atau pada ruangannya yang tertutup di mana jendela itu menghadap mentari yang berada di langit yang tinggi. Dari sana terjalinlah sebuah kontak dengan cahaya mentari yang bersifat per- manen dan hakiki.

Demikianlah, orang ini bisa melakukan tatap muka dan kontak yang menyenangkan yang dihia- si dengan rasa syukur. Ia berkata kepada mentari:

“Oh, wahai mentari yang bersemayam di atas arasy keindahan alam. Wahai penghias dan kembang la­ ngit. Wahai yang melimpahkan cahaya dan sinar ke muka bumi serta membuat bunga tersenyum dan riang. Engkau telah melimpahkan kehangatan dan cahaya ke dalam rumah dan kediamanku yang kecil sebagaimana engkau telah memberikan cahaya dan kehangatan ke seluruh bumi.”

Adapun pemilik cermin sebelumnya tidak bisa melakukan kontak dan berkomunikasi dengan mentari seperti di atas lantaran pengaruh cahaya

12 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

mentarinya sangat terbatas seukuran cermin dan sesuai de ngan kemampuan cermin tersebut me- nerima cahaya.

Demikianlah manifestasi Dzat Allah Yang Ma- haesa dan abadi (Shamad). Dia adalah Cahaya la- ngit dan bumi serta Pe nguasa azali dan abadi atas substansi manusia dalam dua bentuknya yang berisi berbagai tingkatan tak terhingga.

Bentuk pertama, penampakan di cermin kalbu lewat ikatan rabbani dan relasi dengan-Nya. Setiap manusia memiliki bagian dari cahaya mentari aza- li tersebut. Ia bisa berkomunikasi dan melakukan kontak dengan-Nya, entah bersifat parsial atau- pun komprehensif, sesuai dengan kesiapannya serta manifestasi sifat dan nama-Nya. Hal itu ter- dapat dalam perjalanannya ketika meniti sejumlah tingkatan di atas. Derajat dari kewalian yang ber- jalan dalam bayang an dan tingkatan nama-nama dan sifat-Nya bersumber dari bagian ini.

Bentuk kedua, penampakan Allah pada indi- vidu paling mulia dari jenis manusia dalam wujud Dzat-Nya serta dalam tingkat an nama-Nya yang paling agung lantaran sosok manusia tersebut mampu memperlihatkan manifestasi nama-na- ma-Nya yang mulia yang tampak di seluruh alam secara sekaligus pada cermin ruhnya. Pasalnya ia merupakan buah pohon alam yang paling bersinar

Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 13 Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 13

Kewalian yang berjalan dalam bayang an se- per ti orang pertama pada perumpa maan kedua, sementara tidak ada bayang an dalam risalah atau kerasulan. Namun, ia langsung mengarah kepada keesaan Dzat-Nya seperti orang kedua pada pe- rumpamaan kedua. Adapun mi’raj, karena ia meru- pakan karomah terbesar dan tingkat an tertinggi dari kewalian Muhammad SAW. maka berubah menjadi tingkatan kerasulan.

Aspek batiniah mi’raj berupa kewalian. Pa - salnya, ia naik dari makhluk menuju Allah SWT. Sementara aspek lahiriah mi’ raj berupa kerasul- an yang datang dari Allah menuju makhluk. Jadi, kewalian meniti jalan taqarrub kepada Allah. Ia membutuhkan waktu dan perlu meniti banyak tingkatan. Adapun kerasulan yang merupakan ca- haya terbesar mengarah kepada ke tersingkapan rahasia kedekatan Ilahi yang hanya membutuhkan waktu sekejap. Karena itu, dalam hadits Nabi SAW. disebutkan bagaimana beliau kembali pada saat itu pula.

Sekarang kami mengatakan kepada orang yang ingkar yang duduk mende ngar:

14 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Selama alam ini serupa dengan sebuah kera- jaan yang sangat teratur, dengan sebuah kota yang sangat rapi, dan dengan sebuah istana yang sangat indah, pastilah ada penguasa, pemilik, dan pencip- tanya.

Selama Pemilik Yang Mahamulia, Pe nguasa Yang Maha Sempurna, dan Pencipta Yang Mahain- dah itu ada, terdapat sosok manusia yang memi- liki pandangan komprehensif dan hubungan yang bersifat integral lewat indra dan perasaannya ter- hadap alam, kerajaan, dan istana tersebut, maka Sang Pencipta Yang Mahamulia itu pasti memiliki hubungan istimewa dan kuat dengan sosok yang memiliki pandang an komprehensif dan kesadaran integral tadi. Sudah pasti Dia memiliki percakapan suci dan hubungan istimewa dengannya.

Karena Muhammad SAW. ini telah mem per- lihatkan hubungan mulia di antara orang yang di- beri kehormatan atasnya sejak zaman Nabi Adam as. lewat bentuk yang paling agung dan mulia de- ngan kesaksian jejak-jejaknya, yakni dengan ke- kuasaannya atas setengah dunia dan seperlima umat manusia serta dengan mencerahkan dan mengubah bentuk maknawi alam semesta, maka beliau merupakan sosok yang paling layak dan pa- ling pantas mendapatkan kehormatan mi’raj yang merupakan tingkat hubungan yang paling agung.

Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 15

LANDASAN KEDUA Apa Hakikat Mi’raj?

Jawabannya:

Ia merupakan perjalanan atau suluk pribadi Muhammad SAW. dalam tingkatan kesempurnaan. Ini artinya, tanda-tanda dan jejak rububiyah yang Allah perlihatkan dalam menata seluruh makh- luk lewat beragam nama dan keagungan rububi­ yah yang Dia perlihatkan lewat proses penciptaan dan pengaturan di langit setiap wilayah yang Dia hadirkan di mana setiap langit merupakan orbit agung bagi arasy rububiyah-Nya dan pusat kekua- saan uluhiyah-Nya, semua tanda-tanda agung dan jejak menakjubkan tersebut Allah tampilkan satu per satu kepada hamba pilihan tersebut.

Allah SWT. menaikkannya ke burak dan me- nempuhkannya berbagai tingkatan yang ada se- cepat kilat dari satu wilayah ke wilayah yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain seperti titik tempat beradarnya bulan guna diperlihatkan ke- pada rububiyah Ilahi yang terdapat di langit. Dia mempertemukan beliau dengan saudara-sauda- ranya sesama Nabi satu per satu pada kedudukan Allah SWT. menaikkannya ke burak dan me- nempuhkannya berbagai tingkatan yang ada se- cepat kilat dari satu wilayah ke wilayah yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain seperti titik tempat beradarnya bulan guna diperlihatkan ke- pada rububiyah Ilahi yang terdapat di langit. Dia mempertemukan beliau dengan saudara-sauda- ranya sesama Nabi satu per satu pada kedudukan

Hakikat mulia ini dapat dilihat dari dua pe- rumpamaan berikut:

Perumpamaan Pertama

Seperti yang telah kami jelaskan dalam ka- limat kedua puluh empat bahwa sebagaimana penguasa memiliki beragam gelar pada berbagai wilayah kekuasaannya, beragam sifat dalam ber- bagai tingkatan rakyatnya, serta beragam nama pada tingkatan kekuasaannya. Misalnya dia me- miliki nama “penguasa yang adil” dalam wilayah pengadilan dan nama sebagai sultan pada wilayah pemerintahan, sementara ia bernama “pemimpin umum” pada wilayah kemiliteran, dan nama seba- gai khalifah dalam wilayah agama. Demikianlah, ia memiliki sejumlah nama dan gelar. Pada setiap wilayah kekuasaannya, ia memiliki kedudukan

18 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

dan jabatan sesuai de ngan takhta maknawi yang ia miliki. Pe nguasa tunggal tersebut bisa memiliki seribu nama dan gelar dalam berbagai wilayah kekuasaan dan pada sejumlah tingkatan pemerin- tahan. Artinya, ia bisa memiliki seribu takhta yang saling berbaur antara yang satu dengan yang lain. Seakan-akan ia ada dan hadir pada setiap wilayah kekuasaannya lewat sosok maknawinya dan tele- ponnya. Ia mengetahui apa yang terjadi di dalam- nya. Ia tampak dan ada pada setiap tingkatan le- wat hukum, aturan, dan perwakilannya. Dari balik hijab, ia mengawasi dan menata semua tingkatan lewat hikmah, pengetahuan, dan kekuatannya. Setiap wilayah memiliki pusat dan tempat yang khusus, di mana hukum dan tingkatannya berbe- da-beda.

Penguasa semacam itu memperjalankan siapa yang ia kehendaki untuk melakukan perjalanan panjang menyusuri semua wilayah kekuasaan se- raya memperlihatkan padanya keagungan kekua- saannya pada se tiap wilayah sekaligus menampak- kan pa danya sejumlah perintahnya yang bijaksana yang terkait dengan setiap wilayah. Kemudian penguasa memperjalankan orang tersebut dari satu wilayah ke wilayah yang lain serta dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain hingga sampai ke hadapannya. Setelah itu, ia menitipkan padanya

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 19 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 19

Demikianlah, lewat perumpamaan di atas kita bisa mengatakan bahwa Tuhan Pemelihara semes- ta alam yang merupakan Penguasa azali dan abadi, dalam tingkatan rububiyah-Nya memiliki beragam sifat dan atribut. Namun, masing-masing sejalan dan serupa. Dalam wilayah uluhiyah-Nya Dia juga memiliki sejumlah alamat dan nama yang berbe- da-beda namun saling menguatkan. Dalam tinda- kan-Nya yang agung Dia memiliki beragam mani- festasi dan penampakan, namun masing-masing saling menyerupai. Dalam wilayah kekuasaan-Nya Dia memiliki aneka gelar, namun satu dengan yang lain saling terpaut. Dalam manifestasi sifat-sifat- Nya Dia memiliki beragam tampilan suci, namun satu dengan yang lain saling mendukung. Dalam manifestasi perbuatan-Nya Dia memiliki beragam aksi, namun satu dengan yang lain saling me- nyempurnakan. Dalam kreasi dan ciptaan-Nya, Dia memiliki rububiyah menakjubkan yang saling ber- beda, namun satu dengan lainnya saling terkait.

Dengan rahasia agung tersebut, Allah SWT. menata alam sesuai penga turan men ce ngangkan yang melahirkan rasa heran dan takjub. Pa salnya, dari atom yang dianggap sebagai tingkatan makh- luk terkecil hingga langit, serta dari tingkatannya

20 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

yang paling pertama hingga kepada arasy yang agung terdapat sejumlah langit yang berlapis-la- pis. Setiap langit menjadi atap alam yang lain serta berposisi sebagai arasy rububiyah dan pusat kekua- saan Ilahi.

Meski semua nama bisa terwujud dan semua gelar terjelma pada berbagai wilayah dan tingkat- an yang ada dari aspek keesaan-Nya, namun se-

ba gaimana ge lar “penguasa yang adil” merupa- kan yang dominan dan orisinal dalam wilayah peng adilan di mana tanda-tanda yang lain hanya meng ikuti dan melihat perintahnya, demikian pula salah satu nama dan gelar Ilahi mendominasi pada setiap tingkatan makhluk dan pada setiap langitnya, serta semua gelar yang lain berada di dalamnya.

Misalnya, pada satu langit Nabi Isa as. yang mendapatkan kehormatan dengan nama al-Qadir berjumpa dengan Rasul SAW.. Maka, Allah SWT. menjelma pada wilayah langit tersebut dengan gelar “Yang Mahakuasa.” Contoh yang lain, gelar “Yang berbicara” yang didapat oleh Nabi Musa as ialah tanda yang mendominasi wilayah langit yang merupakan kedudukan Nabi Musa as.

Demikianlah, karena Rasulullah SAW. men- dapat bagian dari nama Allah Yang Mahaagung (Ismul A’zham) serta karena kenabiannya bersi-

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 21 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 21

Perumpamaan Kedua

Gelar “pemimpin tertinggi” yang melekat pada penguasa memiliki wujud dan tampilan pada se- tiap wilayah militer, mulai dari wilayah ko mandan dan jenderal yang bersifat luas dan komprehensif hingga wi layah kopral yang merupakan wilayah parsial dan khusus.

Misalnya, seorang tentara melihat profil kepe- mimpinan terbesar terdapat pada sosok kopral sehingga ia menghadap dan menerima perintah darinya. Sementara, ko pral itu sendiri melihat kepemimpinan tersebut berada pada wilayah ser- san, sehingga mengarah kepadanya. Kemudian ke tika ia menjadi sersan, ia melihat profil kepe- mimpinan umum terdapat di wilayah letnan. Ia me miliki kursi khusus pada ke dudukan tersebut. De mikianlah, gelar ke pemimpinan agung itu ter- lihat pada se tiap wilayah pemimpin, kelompok,

22 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

dan peng awas sesuai dengan luas dan sempitnya wilayah yang ada.

Sekarang, apabila pemimpin tertinggi itu ingin menyerahkan sebuah tugas yang terkait de- ngan semua jenjang militer lewat seorang tentara serta ingin menaikkannya kepada kedudukan yang tinggi, di mana bisa dilihat dari semua wilayah seka ligus bisa menyaksikan semuanya sehingga seperti pengawas atasnya, sang pemimpin terting- gi tentu akan memperjalankan tentara itu dalam keseluruhan wilayah mulai dari jenjang kopral hingga berakhir kepada jenjang yang paling tinggi satu persatu. Hal itu agar ia bisa menyaksikan dan disaksikan darinya. Kemudian pemimpin tertinggi menerima tentara tersebut di ha dapannya, mem- berikan kehormatan untuk berkomunikasi de- ngannya, dan memulia kan dengan sejumlah tanda jasa dan pe rintahnya, lalu mengutus kembali ke tempat asal dalam sekejap.

Kita harus mengarahkan perhatian kepada satu hal dari perumpamaan di atas. Yaitu, jika pe- mimpin memiliki kemampuan spiritual dan mak- nawi di samping memiliki kekuatan fisik, tentu ia tidak akan mendelegasikan kepada orang-orang seperti letnan, jenderal, dan pengawas. Namun ia akan hadir sendiri pada setiap tempat Ia me- ngeluarkan perintah secara langsung dengan me-

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 23 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 23

Adapun hakikat yang bisa kita lihat le wat pers- pektif perumpamaan di atas ia lah: karena ketidak- berdayaan tidak ada di dalamnya, maka pe rintah dan hukum da tang secara langsung dari pemimpin umum kepada setiap wilayah. Hukum tersebut di- laksanakan lewat perintah, kehendak, dan kekua- tannya.

Sehubungan dengan itu, maka pada se tiap tingkatan makhluk dan kelompok en titas—mu- lai dari atom hingga planet, mulai dari serangga hingga langit—yang di dalamnya berbagai perin- tah Pemimpin azali dan abadi serta segala urusan Peng uasa langit dan bumi, yang memiliki pe rintah kun fayakun dilaksanakan secara sempurna, pada setiap bagiannya wilayah rububiyah yang agung dan tingkatan ke kuasaan yang mengendalikan menjadi terlihat lewat tingkatan yang berbeda- beda, besar atau kecil, khusus atau komprehensif, di mana setiap bagiannya mengarah kepada yang lain.

24 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Untuk memahami semua maksud Ilahi yang luhur serta berbagai hasil yang mulia yang terdapat di alam; untuk memahami sesuatu yang membuat Tuhan ridha lewat cara melihat kekuasaan rububi­ yah-Nya yang mulia dan keagungan kendali-Nya yang mulia dengan menyaksikan berba gai tugas ibadah semua tingkatan; untuk menjadi seorang dai yang menyeru bagi kekuasaan Allah SWT.; ha- rus ada perjalanan melewati sejumlah tingkatan di atas dan berbagai wilayah tersebut hingga ma- suk ke dalam arasy yang paling agung yang meru- pakan wilayah Allah SWT. serta masuk ke dalam daerah sejarak “dua busur”. Maksudnya masuk ke dalam kedudukan antara wilayah mungkin (makh- luk) dan wilayah wajib (Allah) yang diisyaratkan

de ngan kata dua busur (Qaba Qausain). Di sana be- liau menghadap Dzat Yang Mahaagung dan indah. Perjalanan tersebut me rupakan hakikat mi’raj. Sebagaimana setiap manusia bisa berjalan den- gan akalnya secepat khayalan, sebagaimana se- tiap wali bisa berkeliling dengan kalbunya secepat kilat, sebagaimana setiap malaikat bisa bepergian dengan fisiknya yang berupa cahaya secepat roh dari arasy menuju bumi serta dari bumi menuju arasy, seba gaimana penduduk surga bisa naik se- cepat burak dari mahsyar menuju surga dan ke tempat yang jaraknya lebih dari lima ratus tahun perjalanan, maka demikian pula dengan jasad Mu-

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 25 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 25

Sekarang, marilah kita melihat si ateis yang sedang memerhatikan.

Yang terlintas dalam benak bahwa orang ateis itu berkata dalam hatinya, “Aku tidak percaya kepada Allah dan tidak mengenal Rasul. Maka, bagaimana mungkin akan memercayai peristiwa mi’raj.”

Kita jelaskan padanya: Selama alam ini dan entitas ada serta di dala-

mya berbagai perbuatan dan penciptaan bisa di- saksikan, sementara perbuat an yang teratur tidak mungkin terwujud tanpa ada pelaku, kitab yang penuh makna tidak mungkin ada tanpa ada penu- lis, ukiran indah tidak mungkin terwujud tanpa ada pengukir, maka sudah pasti ada pihak yang melakukan semua perbuatan yang pe nuh hikmah yang memenuhi alam ini. Sudah pasti ada peng-

26 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

ukir dan penulis bagi berbagai ukiran mengagum- kan dan risalah penuh makna yang memenuhi permukaan bumi ini di mana ia terus terbaharui pada setiap musim.

Lalu, karena keberadaan dua penguasa pada satu persoalan akan merusak tatanannya, semen- tara terdapat satu tatanan yang sempurna mulai dari sayap lalat hingga bintang di langit, dengan demikian tentu penguasanya hanya satu. Pasal- nya, kreasi dan hikmah yang terdapat pada segala se suatu sangat indah dan rapi di mana pasti Pen- ciptanya Mahakuasa mutlak serta berkuasa dan mengetahui segala sesuatu. Andaikan Dia tidak satu, berarti ada ba nyak tuhan sebanyak jumlah entitas serta tentu setiap tuhan akan menjadi la- wan dari tuhan yang lain. Dalam kondisi demikian, sudah dapat dipastikan bahwa kerusakan akan ter- jadi.

Selanjutnya, karena berbagai lapisan entitas jauh lebih teratur dan lebih taat kepada perintah daripada sebuah pasukan yang rapi sebagaimana tampak secara jelas di mana setiap gerakan tera- tur dari bintang, mentari, bulan hingga bunga dan kem bang memperlihatkan keteraturan yang sangat indah dan sempurna. Hal itu tampak pada tanda yang diberikan oleh Dzat Yang Mahakuasa dan azali, pakaian baru yang Dia pakaikan pada-

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 27 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 27

Penguasa tersebut ialah Penguasa Yang Ma- haagung dengan kesaksian se lu ruh perbuatan-Nya yang penuh hikmah serta lewat berbagai jejak-Nya yang agung. Dia adalah Tuhan Pemelihara Yang Maha Pengasih lewat berbagai karunia dan kebaik- an-Nya yang ditampakkan. Dia ada lah Pencipta Yang sangat mencintai kreasi dan kreasi-Nya le- wat galeri kreasi yang Dia tampilkan. Dia adalah Pencipta yang penuh hikmah yang hendak meng- gugah rasa takjub makhluk dan apresiasi mere- ka lewat hiasan indah dan ciptaan menakjubkan yang Dia sebarkan. Lewat keindahan yang Dia buat dalam penciptaan alam dapat dipahami bahwa Dia ingin memberitahukan kepada semua makh- luk yang memiliki cita rasa tentang maksud dari berba gai hiasan itu berikut dari mana makhluk datang serta ke mana akan kembali. Sudah pasti Sang Penguasa Yang Mahabijak dan Pencipta Yang Maha Mengetahui ingin memperlihatkan rububi­ yah-Nya yang agung.

28 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Karena Dia ingin memperkenalkan diri serta ingin dicintai oleh makhluk berkesadaran lewat je- jak kelembutan dan kasih sayang yang Dia tampil- kan serta lewat berbagai ciptaan indah yang Dia hamparkan, tentu Dia akan memberitahukan se- suatu yang Dia kehendaki dari mereka serta yang Dia ridhai lewat perantaraan seorang penyampai yang amanah. Jika de mikian, Dia akan memprokla- mirkan rububiyah-Nya lewat makhluk yang Dia pil- ih. Dia beri penghormatan kepada penyeru untuk mendekat kepada-Nya serta sebagai sosok peran- tara yang memberitahukan tentang berbagai cip- taan-Nya yang Dia senangi. Dia juga mengangkat seorang peng ajar yang menerangkan sejumlah ke sempurnaan-Nya dengan mengajarkan ber bagai tujuan-Nya yang mulia kepada seluruh makhluk. Lalu Dia tunjuk seorang pembimbing yang menun- jukkan esensi alam agar tidak ada misteri yang Dia masukkan ke alam ini yang tidak tersingkap serta tidak ada urusan rububiyah yang tidak berguna. Dia pun akan mengangkat seorang guru yang mengajarkan berbagai tujuan-Nya agar keindahan kreasi yang Dia perlihatkan dan Dia hamparkan di hadapan makhluk tidak ada yang sia-sia. Serta, Dia akan mengangkat seseorang kepada kedudukan tertinggi dari semua makhluk seraya mengajari- nya tentang hal-hal yang Dia ridhai agar disampai-

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 29 Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 29

Ketika hakikat dan hikmah yang ada menun- tut hal tersebut, maka orang yang paling layak menunaikan tugas ini ialah Muhammad SAW.. Beliau benar-benar telah menunaikan semua tu- gas di atas secara sangat sempurna. Bukti yang adil dan jujur atas hal itu ialah dunia Islam yang beliau bangun dan cahaya Islam yang beliau per- lihatkan. Karena itu, nabi mulia ini harus menuju kedudukan mulia yang melebihi seluruh alam ser- ta melampaui seluruh entitas agar dapat melaku- kan dialog yang komprehensif, universal, dan mu- lia dengan Sang Pencipta semesta alam. Peristiwa mi’raj mengetengahkan hakikat ini.

Sebagai kesimpulan: Tuhan Yang Mahabijak telah menghiasi alam yang agung dan menatanya untuk berbagai maksud dan tujuan mulia seperti itu. Nah, pada entitas terdapat jenis manusia yang dapat menyaksikan rububiyah yang bersifat meny- eluruh dengan seluruh detailnya berikut kekua- saan uluhiyah dengan semua hakikatnya. Karena itu sudah pasti Penguasa Mutlak tersebut akan berbicara dengan manusia seraya mengajarkan sejumlah tujuan-Nya.