Deskripsi Permasalahan Penelitian

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi yang terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani Klitik, tepatnya berada di Desa Klitik Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi. Kedisiplinan merupakan suatu yang dikendaki dalam proses pembelajaran di Sekolah. Hal ini tentu berdasarkan tujuan dari sekolah itu sendiri yaitu selain membentuk sikap intelektual seorang siswa juga untuk membentuk sikap serta moral dari siswa yang sesuai dengan karakter bangsa. Tujuan adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah sebagai suatu wadah atau suatu kontrol untuk menegakkan disiplin terhadap siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Hal ini merupakan salah satu inovasi dimana siswa ikut dilibatkan dalam menegakkan kedisiplinan, sehingga dengan hal tersebut maka siswa lebih dapat meningkatkan kedisiplinannya di sekolah. Diharapkan dengan adanya hal tersebut muncul konsistensi sikap disiplin pada anak bukan karena takut pada hukuman tetapi karena suatu kewajiban.

Dalam peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit poin oleh SDU berkaitan erat dengan (1) pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU, (2) dampak dari implementasi pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU. Untuk mempermudah pengkajian permasalahan maka penulis memilih data yang benar-benar dapat dipakai dalam memecahkan permasalahan, sehingga data- data tersebut dapat menjawab rumusan masalah

commit to user

62

1. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline UP Holder) Di SMA Negeri 2 Ngawi

Pelaksanaan sistem kredit poin di SMA Negeri 2 Ngawi sebagai suatu sistem tata tertib yang diterapkan di SMA 2 Ngawi dilakukan oleh suatu organisasi yang beranggotakan dari para siswa yang disebut SDU, dalam kegiatan pelaksanaan kredit poin ini dilakukan sesuai dengan tugas serta wewenang masing-masing divisi sesuai yang ada di dalam program kerja SDU. Setiap divisi mempunyai wewenang yang berbeda-beda dan tidak boleh saling bertabrakan di dalam pelaksanaanya dengan tujuan agar peningkatan kedisiplinan siswa benar-benar tercapai.

Setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk mewujudkan tujuan dari organisasi tersebut maka disusun suatu program kerja yang selanjutnya dilakukan pembagiaan kekuasaan melalui struktur organisasi. Dalam pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan. Program kerja tersebut digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan awal dari adanya SDU yaitu untuk meningkatkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi. Jadi program kerja tersebut dapat dijadikan gambaran bagaimana pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU. Adapun pelaksanaan sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU adalah sebagai berikut:

a. Pengertian, Struktur Organisasi dan Wewenang SDU ( Smada Discipline Up Holder )

Di dalam upaya menegakkan kedisiplinan di sekolah tentu diperlukan sebuah inovasi atau sebuah model penerapan yang baru dan melibatkan para siswa dalam peran menegakkan kedisiplinan di lingkungan sekolah. Sebelumnya di SMA Negeri 2 Ngawi petugas penegak kedisiplinan adalah anggota OSIS dari seksi kedisiplinan. Seiring dengan berkembangnya waktu tugas OSIS semakin banyak dan tidak bisa fokus dalam upaya menegakkan kedisiplinan, maka atas dasar rapat dewan guru dibentuklah KPD (komisi

commit to user

63

Penegak Disiplin). Pemilihan anggota organisasi tersebut dilakukan dengan cara diklat yang dikoordinasi oleh OSIS, pelantikan anggotanya juga dilakukan oleh OSIS.

Setelah berlangsung kurang lebih 3 tahun, pada angkatan ke 3 KPD berubah nama menjadi SDU (Smada Discipline Up Holder) dan menjadi organisasi yang independen menjalankan tugas dan wewenangnya sendiri tanpa berada di bawah bayang-bayang organisasi lain, dimana pada saat masih bernama KPD masih berada dan tergabung di dalam salah satu seksi bagian kedisiplinan di OSIS. Salah satu tugas dari SDU adalah menjaga gerbang, razia, rekapitulasi, makrab, pelantikan, diklat, perekrutan dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa SDU adalah suatu organisasi atau suatu satuan kerja yang berdiri secara independen yang beranggotakan siswa-siswi SMA Negeri 2 Ngawi yang mempunyai tugas dan wewenang untuk menegakkan kedisiplinan di lingkungan sekolah baik itu menegakkan peraturan dengan razia, menjaga gerbang ataupun tugas yang lainya.

Setiap organisasi tentu memiliki struktur organisasi, hal ini tentu untuk memperjelas semua unsur ataupun posisi yang ada dalam sebuah organisasi tersebut. Struktur organisasi ini juga berfungsi untuk mempertegas tingkatan posisi dan pembagian tugas. Di dalam SDU (Smada Disipline Up Holder ) juga terdapat suatu struktur organisasi sebagai pedoman di dalam menjalankan suatu organisasi, Berdasarkan hasil analisis dokumen yang dilakukan, berikut merupakan struktur organisasi SDU.

commit to user

64

Gambar 5. Struktur Organisasi SDU Masa Bakti 2011/2012 (Sumber: Buku Program Kerja SDU)

Pelindung

: Drs. Suratman, S.Pd

Pembina

: R. Haryanto, S. Pd

Bani Kurniawan, S.Pd Eni Kurniati, S.Pd Sudarmi, S.Pd

Ketua

: Nanda Kharis Perdana

Ketua I

: Nova Mega M

Ketua II

: Yonathan Herfian P

Sekretaris I

: Muhammida Fahriana S

Sekretaris II

: Laila Nur Fatimah

Bendahara I

: Prisky Apriliani P

Bendahara II

: Sella Hayu K

Divisi :

1) Divisi Razia Anggota : Bambang Dwi W ( Koordinator)

Dewi Kencono J

commit to user

65

Ardy Prabowo

Rendy Khoirul Ilham

Desiana Jihad F

Andri Sukmanawati

Okta Sintia

Riska Dyah Febriyanti

Putri Suryaningsih

Ricardh Gilang W

2) Divisi Personalia Anggota : Luthfi Awwalia ( Koordinator )

Irvan Taufiq P.P

Faruq Ardi

Irfan Purwito N

Anindita Ratna Candra D

Hoki Miftahul Hadi

Intan Rahmawati

Yophinadiyyul F.A

Achsanatya Ubudina

3) Divisi Kedisiplinan Anggota : Afrizal Novan F ( Koordinator )

Sukma Fajar

Rangga Adi P

Windy Fajar A.

Anzhela R . F

Arlita Dian P

Muhammad Idham A

Mellinda Purnawa T

Putri Ayu R

Denika L.N.W

4) Divisi Sarana & Prasarana Anggota : M. Rivaldi Muqqorobin ( Koordinator )

Erlangga Galih

Yudhi P.N

Nenti Diah K.P

Yolandha Lintang Agusta Yosan R Ulfia S

Alfat Fernanda

Sista R Sumber: Buku Program Kerja SDU Berdasarkan hasil analisis dokumen terhadap buku program kerja SDU

maka dapat disimpulkan bahwa SDU terdiri dari empat divisi, yaitu divisi razia, divisi personalia, divisi kedisiplinan dan divisi sarana dan prasarana. Jumlah seluruh pengurus SDU adalah berjumlah 44 orang yang berasal dari para siswa SMA Negeri 2 Ngawi dari kelas X dan juga kelas XI. Masing- masing divisi mempunyai koordinator atau ketua yang bertanggung jawab atas kegiatan masing-masing divisi. Sementara itu juga terdapat guru pembina

commit to user

66

SDU yang berperan untuk memberikan pembekalan kaitannya dengan kesiapan mental menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah. Peran guru pembina hanya sebatas memberi pembekalan dan evaluasi sementara pada saat penyusunan dan pelaksanaan program kerja guru pembina tidak terlibat.

Berdasarkan analisis dokunen terhadap buku program kerja SDU, maka dapat diketahui tugas serta wewenang dari masing-masing divisi, adapun wewenang masing-masing divisi tersebut antara lain adalah:

1) Divisi Razia

a) Razia Hari Senin

b) Razia Kelas

c) Rekapitulasi poin pelanggaran siswa

d) Simulasi Razia

e) Evaluasi Razia

2) Divisi Personalia

a) Evaluasi akhir semester

b) Penerimaan dan pelantikan anggota baru

c) Malam keakraban dan Materi

d) Perpisahan anggota SDU

e) Pendidikan dan pelatihan anggota baru

3) Divisi Kedisiplinan

a) Piket jaga gerbang

b) Absensi jaga gerbang

c) Evaluasi kedisiplinan anggota SDU

d) Materi Tata Tertib

4) Divisi Sarana dan Prasarana

a) SDU Cleaning Day

b) Pengadaan rompi

c) Renovasi Base camp

d) Penambahan dan pengecekan inventaris

commit to user

67

b. Latar Belakang Adanya SDU (Smada Discipline Up Holder)

Di era globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya berakibat pada masuknya pengaruh dari luar terhadap pola pikir serta sikap para siswa dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi yang sangat pesat inilah yang menjadi momok bagi generasi muda, hal ini tentu diakibatkan semakin mudahnya budaya dari luar yang masuk ke Indonesia. Tanpa menyaring kebudayaan yang masuk dari luar tersebut tentu akan menyebabkan semakin tidak terwujudnya karakter bangsa yang ditanamkan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan kedisiplinan yang merupakan salah satu bagian dari karakter bangsa. Sebagai generasi muda para siswa seharusnya bersikap disiplin sesuai dengan karakter bangsa.

Perkembangan teknologi telah merasuki berbagai hal diberbagai bidang kehidupan, termasuk dalam hal sikap serta perilaku dari para siswa selaku generasi muda yang bersikap tidak disiplin. Hal ini tentu dapat dilihat dari banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah, misalnya saja adalah menyemir rambut, memakai seragam sekolah yang tidak sesuai dengan aturan sekolah seperti contohnya adalah siswi yang memakai rok diatas lutut, terlambat datang ke sekolah. Hal ini tentu berkaitan dengan masuknya budaya dari luar yang tidak sesuai dengan karakter bangsa yaitu sikap disiplin. Generasi muda sekarang lebih suka meniru gaya dari artis baik itu dari dalam maupun dari luar negeri tanpa menyaring terlebih dahulu apakah hal itu sesuai dengan karakter bangsa atau tidak. Siswa lebih suka meniru gaya tersebut karena menurut mereka gaya tersebut gaul dan tidak ketinggalan jaman. Sebaliknya kebanyakan siswa memberikan cap kepada mereka yang bersikap disiplin sebagai orang yang kolot dan ketinggalan jaman

Berikut ini hasil wawancara tentang latar belakang adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dengan Bapak Ricardous selaku Pembina dari SDU, yang menyatakan bahwa :

commit to user

68

Pada dasarnya hal yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah untuk membantu guru BK (bimbingan Konseling) dalam menertibkan siswa utamanya berkaitan dengan masalah kedisiplinan siswa di Sekolah, hal ini disebabkan karena terbatasnya guru BK di SMA Ngeri 2 Ngawi, sehingga dengan adanya SDU diharapkan pengawasan terhadap masalah kedisiplinan siswa di sekolah dapat berjalan dengan maksimal. Hal Ini dimaksudkan agar siswa selalu bersikap disiplin di sekolah dan selalu mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di Sekolah. (Wawancara: 5 Mei 2012)

Sementara itu Nanda Kharis Perdana selaku ketua SDU (Smada Discipline Up Holder) mengatakan bahwa : Adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi

dikarenakan tingkat kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi masih kurang, sebagai contoh adalah siswa tidak memakai atribut seragam sekolah yang lengkap, masih adanya siswa yang terlambat datang ke Sekolah. Maka dari itu dibentuklah organisasi SDU untuk membantu tugas dari guru BK (bimbingan konseling) dalam hal pengawasan terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. (Wawancara: 5 Mei 2012)

Hal serupa juga disampaikan oleh Bambang Dwi selaku koordinator divisi razia SDU bahwa “Masih banyak siswa yang melanggar peraturan

sekolah, terutama adalah masih banyaknya siswa yang terlambat datang ke sekolah”. (Wawancara: 7 Mei 2012).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hal yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri

2 Ngawi adalah masih adanya pelanggaran terhadap tata tertib di sekolah sehingga dibentuklah SDU untuk membantu tugas dari guru BK dalam hal pengawasan terhadap kedisiplinan siswa di sekolah.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, kebanyakan menganggap bahwa adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dikarenakan masih kurangnya kedisiplinan siswa di sekolah.

commit to user

69

Salah satunya adalah Galuh Teya Sakti siswa kelas Xi yang menyatakan bahwa “Masih adanya siswa yang melanggar peraturan di

Sekolah, sehingga dengan adanya SDU diharapkan dapat menertibkan hal tersebut”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Hal tersebut diperkuat dengan hasil

wawancara dengan Pregas siswa kelas Xg yang menyatakan bahwa “Kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi masih kurang”. (Wawancara: 8

Mei 2012) Pendapat lain yang serupa dengan hal tersebut adalah hasil wawancara dengan Yunita Ratih siswa kelas Xa, Haris Hassan siswa kelas Xc, Irsyad Taufan Saputra siswa kelas Xi, Irfan Marzuki siswa kelas Xa, Sara Ayu Tifani siswa kelas Xe dan Beny Setiawan kelas Xc.

Yumita Ratih menyatakan bahwa, “Karena masih adanya siswa yang melanggar peraturan sekolah sehingga dengan adanya SDU diharapkan dapat

mendisiplinkan siswa SMA Negeri 2 Ngawi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Kemudian menurut Haris Hassan siswa k elas Xc, “Untuk menjaga ketertiban

dan menertibkan siswa SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar tata tertib sekolah”. Selanjutnya menurut Irsyad Taufan Saputra siswa kelas Xi menyatakan bahwa, “Tata tertib masih dilanggar oleh siswa sehingga dengan

adanya SDU diharapkan dapat menjaga kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Irfan Marzuki siswa kelas Xa meng atakan “Adanya SDU untuk mendisiplinkan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, karena masih ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah”.

(Wawancara: 10 Mei 2012). Sedangkan menurut Sara Ayu Tifani siswa kelas Xe menyatakan bahwa, “Masih banyaknya siswa yang melanggar peraturan

sekolah sehingga dengan adanya SDU dapat menjaga kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi selama berada di sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012).

Sementara itu Beny Setiawan siswa kelas Xc menyatakan bahwa, “Terbatasnya jumlah guru BK di SMA Negeri 2 Ngawi, sehingga diperlukan

adanya SDU untuk membantu menegakkan kedisiplinan siswa”. (Wawancara:

10 Mei 2012)

commit to user

70

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa di atas dapat disimpulkan bahwa yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dikarenakan para siswa masih banyak yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib dan peraturan sekolah yang berlaku sehingga dengan adanya SDU diharapkan dapat menertibkan siswa yang melanggar tata tertib sehingga kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi dapat terlaksana dengan baik.

c. Tujuan Sistem Kredit Poin Oleh SDU

Selain hal yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi, tentu saja ada tujuan yang hendak dicapai atau diinginkan oleh pihak sekolah. Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan guru Pembina SDU dan juga ketua SDU menyatakan bahwa tujuan sistem kredit poin oleh SDU adalah untuk meningkatkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi.

Dalam kaitannya tujuan adanya Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi Bapak Ricardous selaku guru Pembina SDU menyatakan bahwa, “Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa

di SMA Negeri 2 Ngawi, Sistem kredit poin digunakan untuk menjumlah poin pelanggaran yang dilakukan, rekapitulasi pelanggaran tersebut dilakukan SDU sedangkan pembinaan dilakukan oleh BK dan dilaporkan kepada orang tua”.

(Wawancara: 5 Mei 2012) Selanjutnya menurut Nanda Kharis Perdana selaku ketua SDU menyatakan bahwa, “Untuk mengetahui dan mengukur pelanggaran siswa

sebagai laporan kepada orang tua sehingga diharapkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dapat meningkat”. (Wawancara: 5 Mei 2012)

Sementara itu menurut Bambang Setyo selaku koordinator divisi razia SDU mengemukakan bahwa, “Tujuan utamanya adalah meningkatkan

kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, melalui laporan jumlah poin

commit to user

71

kepada orang tua diharapkan agar siswa jera dan tidak akan mengulanginya lagi”. (Wawancara: 7 Mei 2012)

Berdasarkan pendapat para pengurus SDU (Smada Discipline Up Holder) di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan adanya Sistem Kredit Poin oleh SDU adalah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri Ngawi, Sistem Kredit Poin digunakan untuk melakukan pencatatan jumlah pelanggaran siswa yang selanjutnya dilakukan rekapitulasi (contoh rekapitulasi dapat dilihat pada lampiran 11) dan akan ada laporan kepada orang tua sehingga para siswa diharapkan tidak melanggar peraturan sekolah lagi.

Demikian juga dengan hasil kegiatan wawancara dengan siswa dalam kaitannya dengan tujuan adanya sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi kebanyakan menyatakan bahwa tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi.

Benny Setiawan yang merupakan siswa kelas Xc menyatakan bahwa, “Untuk mengetahui yang melanggar peraturan sekolah, sehingga selanjutnya

dapat diberikan sangsi yang akan membuat para siswa tidak mengulanginya lagi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Demikian pula yang dikatakan oleh Haris Hassan siswa kel as Xc “Agar siswa takut untuk melanggar tata tertib sekolah, sehingga kedisiplinan para siswa dapat meningkat”.(Wawancara: 10 Mei

2012) . Berkaitan dengan hal tersebut, Irsyad Taufan Saputra siswa kelas Xi menyatak an bahwa, “Untuk memberikan sanksi tegas agar siswa takut untuk melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Kemudian menurut Yunita Ratih siswa Kelas Xa mengatakan “Agar pelaku pelanggaran jera dan tidak akan melakukan pelanggaran lagi”. (Wawancara: 10 Mei 2012)

Pendapat lain yang serupa dengan hal tersebut adalah hasil wawancara dengan Sara Ayu Tifani siswa kelas Xe, Irfan Marzuki siswa kelas Xa, Galuh Teya Sakti siswa kelas Xi dan juga Pregas siswa kelas Xg.

commit to user

72

Sara Ayu Tifani mengatakan “Agar para siswa yang melanggar peraturan jera dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama sehingga

kedisiplinan para siswa dapat ditegakkan”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Irfan Marzuki Menyatakan bahwa, “Agar membuat jera para pelaku pelanggaran dan meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah” (Wawancara: 10 Mei 2012).

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Galuh Teya Sakti mengemukakan “Agar para siswa selalu bersikap disiplin dan mematuhi peraturan sekolah, serta membuat takut para pelaku pelanggaran”

(Wawancara: 8 Mei 2012). Sedangkan menurut Pregas mengatakan “Untuk lebih menjaga kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi” (Wawancara: 8

Mei 2012). Berdasarkan pendapat para siswa yang diWawancarai di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah Untuk membuat takut para siswa agar tidak melanggar peraturan sekolah dan membuat jera para pelaku pelanggaran sehingga kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dapat ditegakkan.

d. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU

Pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan berdasarkan program kerja yang telah ditetapkan oleh para anggota SDU pada awal tahun pembelajaran melalui proses rapat internal yang diikuti oleh para anggota SDU. Adapun dalam program kerja tersebut berisi tentang beberapa hal antara lain adalah, struktur organisasi SDU, Nama divisi serta tugasnya, serta agenda program kerja yang dilakukan oleh masing-masing divisi.

Pelasanaan sstem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan melalui beberapa program kerja yang dimiliki oleh masing-masing divisi yang ada di dalam SDU. Terutama adalah yang dilakukan oleh divisi kedisiplinan melalui program kerjanya yaitu jaga

commit to user

73

gerbang setiap pagi hari sebelum masuk sekolah antara jam 06.00 sampai dengan jam 07.00.

Bapak Ricardous Haryanto selaku guru Pembina SDU mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: Pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui razia

sebelum masuk sekolah yaitu antara jam 06.00 sampai dengan jam

07.00 yang dilakukan setiap hari kecuali pada saat ada ulangan tengah semester atau ulangan semester. Selain itu juga pemeriksaan kelengkapan seragam pada hari senin sebelum upacara bendera dimulai dan juga razia kelas yang dilakukan setiap satu bulan sekali untuk melakukan pengecekan terhadap barang-barang yang dibawa siswa ke sekolah”. (Wawancara: 5 Mei 2012).

Sedangkan menurut Nanda Kharis Perdana siswa kelas XI IPA 4 selaku ketua SDU menyatakan sebagai berikut: Pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU antara lain dilakukan melalui

operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap pagi hari kecuali pada saat ada ulangan semester atau juga mid semester yang dilakukan pada jam 06.00-07.00, razia kelas yang dilakukan minimal dua kali sebulan dan maksimal empat kali sebulan, dan pada saat upacara jaga di belakang untuk memeriksa perlengkapan siswa. (Wawancara: 5 Mei 2012).

Menurut Bambang Setyo selaku koordinator divisi razia SDU mengemukakan bahwa, “Jaga gerbang setiap pagi hari sebelum masuk,

operasi razia kelas setiap bulan antara dua sampai empat kali, memeriksa kelengkapan siswa pada saat upacara”. (Wawancara: & Mei 2012).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dilakukan setiap pagi hari sebelum masuk sekolah pada jam 06.00 sampai jam 07.00 kecuali pada saat ulangan mid semester dan juga ulangan semester yaitu melalui program jaga gerbang, operasi kelas yang dilakukan setiap bulan yang dilakukan antara dua kali sampai dengan empat kali sebulan, serta operasi kelengkapan seragam siswa pada saat upacara bendera.

commit to user

74

Demikian pula dengan hasil wawancara dengan siswa berkaitan dengan pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi, menurut Galuh Teya Sakti siswa kelas Xi

mengatakan “Razia jaga gerbang setiap pagi jam 06.00 sampai jam masuk sekolah, Razia kelas”, selain itu juga menyatakan “Pelaksanaanya pada awal

pada pertengahan

sampai sekarang sering”.(Wawancara: 8 Mei 2012). Sedangkan menurut Beny Setiawan siswa kelas Xc menyatakan “Razia jaga gerbang pada saat jam 06.00 sampai dengan

bel masuk pagi kecuali kalau ada ulangan, Razia kelas, memeriksa atribut dan seragam siswa pada saat upacara”. Selain itu juga mengatakan “Pelaksanaanya sudah rutin dilakukan terutama jaga gerbang pada saat pagi hari” (Wawancara:

10 Mei 2012). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pelaksanaan sistem kredit poin (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan melalui beberapa program kerja diantaranya adalah jaga gerbang setiap pagi hari dari jam 06.00 sampai jam masuk sekolah, razia kelas untuk memeriksa barang bawaan para siswa dan juga memeriksa kelengkapan seragam siswa pada saat upacara senin hari, pelaksanaanya sendiri sudah rutin terutama pada pertengahan semester sampai saat ini.

Berdasarkan analisis dokumen yang didapat oleh peneliti berupa buku progam kerja SDU, terdapat tugas-tugas dari masing-masing divisi serta program kerja selama setahun, yaitu sebagai berikut:

a) Divisi Razia

1. Nama Kegiatan

: Razia Hari Senin

Penanggung Jawab

: Nanda Kharis P

Waktu

: Setiap Hari Senin

Tempat : SMA N 2 NGAWI Anggaran

: Kas SDU

2. Nama Kegiatan

: Razia Kelas

Penanggung Jawab

: Bambang Dwi W

commit to user

75

Waktu

: Setiap Bulan

Tempat : SMA N 2 NGAWI Anggaran

: Kas SDU

3. Nama Kegiatan

: Rekapitulasi

Penanggung Jawab

: Putri S

Waktu

: Setiap Minggu

Tempat

: Basecamp SDU

Anggaran

: Kas SDU

4. Nama Kegiatan

: Simulasi Razia

Penanggung Jawab

: Rendy Khoirul I

: SMA 2 NGAWI

Anggaran

: Kas SDU

5. Nama Kegiatan

: Evaluasi Razia

Penanggung Jawab

: Ardy Prabowo

: SMA 2 NGAWI

Anggaran

: Kas SDU

b) Divisi Personalia

1. Nama Kegiatan : Evaluasi Akhir Semester Penanggung Jawab

: Nova Mega M

Waktu : Setiap Akhir Semester Tempat

: SMA N 2 NGAWI Anggaran

: Iuran Peserta dan Kas Kesiswaan

2. Nama Kegiatan : Penerimaan Anggota Baru Penanggung Jawab

: Irvan Taufiq P.P

Waktu

: Juli 2012

Tempat : SMA N 2 NGAWI Anggaran

: Iuran Peserta dan Kas Kesiswaan

3. Nama Kegiatan : Malam Keakraban dan Materi

commit to user

76

Penanggung Jawab

4. Nama Kegiatan : Pelantikan Anggota Baru Penanggung Jawab

: Sukma Fajar

Waktu

: Menyesuaikan

Tempat : SMA N 2 NGAWI Anggaran

: Iuran Peserta dan Kas SDU

5. Nama Kegiatan : Pendidikan dan Pelatihan Anggota Penanggung Jawab

: Luthfi Awwalia

Anggaran : Kas SDU dan Iuran Peserta

6. Nama Kegiatan

: Re-Organisasi

Penanggung Jawab

: Muhammida F.S

: SMA 2 NGAWI

Anggaran : Kas SDU dan Iuran Peserta

c) Divisi Kedisiplinan

1. Nama Kegiatan : Piket Jaga Gerbang Penanggung Jawab

: Winsdy A.P

Waktu : Setiap Hari ( Kecuali Hari Libur ) Tempat

: SMA N 2 NGAWI Anggaran

: Kas SDU

2. Nama Kegiatan : Evaluasi Kedisiplinan anggota Penanggung Jawab

: Afrizal Novan F

: SMA 2 NGAWI

Anggaran

: Kas SDU

commit to user

77

3. Nama Kegiatan

: Materi Tata tertib

Penanggung Jawab

: Arlita Dian P.

: SMA 2 NGAWI

Anggaran

: Kas SDU

d) Divisi Sarana & Prasarana

1. Nama Kegiatan : SDU Cleaning Day Penanggung Jawab

: Nenti Diah K.P

Waktu

: Setiap Hari Sabtu

Tempat

: Basecamp SDU

Anggaran

: Menyesuaikan

2. Nama Kegiatan

: Pengadaan Rompi

Penanggung Jawab

: M. Rivaldi

: Iuran Peserta

3. Nama Kegiatan : Renovasi Basecamp Penanggung Jawab

: Erlangga G

: Basecamp SDU

Anggaran : Iuran Anggota kas SDU Sumber: Buku Program Kerja SDU Buku progam kerja SDU dapat dilihat pada lampiran 5 Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen terhadap buku

program kerja SDU maka dapat disimpulkan bahwa SDU terdiri dari empat divisi, yaitu divisi razia, divisi personalia, divisi kedisiplinan dan divisi sarana dan prasarana. Masing-masing divisi mempunyai tugas berbeda-beda sesuai dengan yang diatur dalam rapat SDU yang keputusan dari rapat tersebut kemudian dituangkan ke dalam buku program kerja SDU yang berlaku selama satu tahun masa jabatan para pengurus SDU. Kegiatan SDU bukan hanya

commit to user

78

sebatas menegakkan disiplin saja tetapi juga memberikan pengenalan dan juga penjelasan kepada para siswa baru pada saat masa orientasi siswa terhadap lingkungan di SMA Negeri 2 Ngawi kaitannya dengan pengenalan materi tata tertib dan juga tempat atau gedung yang ada di SMA Negeri 2 Ngawi, Selain itu juga menjadi panitia dalam kegiatan pondok ramadhan.

2. Dampak dari implementasi Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) bagi kedisiplinan siswa SMA Negeri 2

Ngawi

Sesuai dengan amanah Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, yaitu pendidikan tidak hanya membentuk insan siswa yang cerdas, namun juga berkepribadian dan berkarakter sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Untuk mewujudkan hal tersebut maka siswa sebagai penerus bangsa harus berperilaku baik dan berdasarkan pada nilai-nilai kebangsaan.

Disiplin merupakan suatu tindakan mentaati semua peraturan atau tata tertib yang telah dibuat dan berlaku di dalam suatu organisasi, baik itu peraturan secara tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Perilaku disiplin yang diharapkan adalah perilaku yang taat dan patuh dari seseorang terhadap peraturan yang berlaku yang tumbuh atas dasar kesadaran dari dalam diri sendiri dan bukan karena adanya unsur-unsur paksaan dari berbagai pihak. Disiplin juga merupakan cara belajar sukarela yang tercipta melalui perilaku ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban seseorang, sehingga apabila siswa telah memiliki sikap disiplin sejak awal maka siswa akan beranggapan bahwa belajar bukan hanya untuk mencari kecerdasan intelektual saja melainkan juga untuk membentuk kepribadian siswa kaitannya dengan sikap disiplin.

Setiap sekolah pasti ingin memiliki dan menghasilkan siswa yang cerdas, berkepribadian baik dan memiliki sikap disiplin. Begitu juga dengan

commit to user

79

SMA Negeri 2 Ngawi yang merupakan rintisan sekolah bertaraf internasional, bukan berarti segala sesuatu yang diberikan kepada siswanya harus serba internasional tetapi juga harus sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa, ini

dapat dilihat dari motto SMA Negeri 2 Ngawi yaitu “Think globally act locally ”. Sehingga dengan begitu siswa diharapkan mempunyai kompetensi internasional dan berkepribadiaan sesuai dengan karakter bangsa, salah satunya adalah bersikap disiplin.

Melihat kondisi siswa yang semakin menipis sikap disiplinnya, pihak sekolah merasa prihatin dan berkeinginan untuk meningkatkan sikap disiplin siswa di sekolah. Adapun strategi yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan sikap disiplin siswa di sekolah adalah dengan pelaksanaan sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU (Smada Discipline Up Holder).

a. Pengaruh Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU

Dalam upaya untuk meningkatkan sikap disiplin siswa, SDU sesuai dengan program kerjanya melakukan razia terhadap para siswa berkaitan dengan kelengkapan seragam setiap pagi hari sebelum jam belajar mengajar dimulai. Hal ini diharapkan mampu memberikan suatu tekanan agar siswa bersikap disiplin dan mematuhi semua tata tertib sekolah, sehingga selanjutnya setelah terbiasa diharapkan siswa dapat bersikap disiplin dengan sendirinya tanpa paksaan.

Berikut ini merupakan hasil wawancara pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dengan bapak Ricardous Haryanto yang menyatakan bahwa :

Adapun pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap peningkatan kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi pengaruhnya kepada siswa adalah dengan adanya rekapitulasi jumlah poin pelanggaran oleh siswa yang dilakukan oleh SDU, apabila jumlah poin itu pada jumlah tertentu maka orang tua siswa akan dipanggil ke sekolah, sehingga siswa menjadi takut dan bersikap disiplin. Selain itu apabila siswa masih tetap melanggar peraturan sekolah maka akan dilakukan hukuman skorsing terhadap siswa sehingga membuat efek

commit to user

80

jera kepada siswa untuk tidak melanggar peraturan sekolah. Dengan hal tersebut dapat dikatakan kedisiplinan siswa di SMA Negeri meningkat setelah adanya SDU. (Wawancara : 5 Mei 2012)

Sementara itu Nanda Kharis Perdana selaku ketua SDU menyatakan bahwa: Pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap

kedisiplinan siswa cukup besar. Dengan adanya sistem kredit poin siswa menjadi takut untuk melanggar peraturan sekolah, sehingga cenderung bersikap disiplin selama berada di sekolah. Ini dikarenakan adanya rekapitulasi yang dilakukan SDU terhadap jumlah pelanggaran siswa sehingga siswa takut apabila orang tuanya dipanggil ke sekolah. (Wawancara : 5 Mei 2012).

Sedangkan Bambang Setyo menyatakan bahwa “Selama dilaksanakan sistem kredit poin oleh SDU, semakin jarang siswa yang melanggar peraturan

sekolah, meskipun masih ada siswa yang melanggar”. (Wawancara: 7 Mei 2012). Berkaitan dengan keyakinan bahwa dengan adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU di SMA Negeri 2 Ngawi dapat meningkatkan sikap

disiplin pada siswa. Bapak Ricardous Haryanto menyatakan bahwa “Saya yakin, dengan hal tersebut dapat mengurangi pelanggaran siswa sehingga

siswa terbiasa bersikap disiplin di sekolah”. (Wawancara: 5 Mei 2012). Demikian pula menurut Nanda Kharis Perdana menyatakan bahwa “Cukup yakin, karena dengan sistem kredit poin siswa takut dan harus mendisiplinkan

dirinya sendiri”. (Wawancara: 5 Mei 2012). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah

mempunyai keyakinan bahwa dengan pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dapat meningkatkan sikap disiplin siswa SMA Negeri 2 Ngawi, karena siswa menjadi takut untuk melanggar peraturan sekolah, hal ini berkaitan dengan rekapitulasi jumlah poin pelanggaran yang dilakukan oleh SDU yang apabila mencapai batas tertentu akan dilakukan panggilan orang tua siswa ke sekolah dan terancam hukuman skorsing dari sekolah.

commit to user

81

Sementara itu hasil wawancara dengan siswa tentang pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap peningkatan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dengan kebanyakan siswa menjawab kedisiplinan siswa menjadi cukup baik, namun tetap saja masih ada siswa- siswi SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar peraturan sekolah dan bahkan masih banyak yang mengulanginya.

Haris Hassan menyatakan bahwa “Siswa menjadi takut dan lebih disiplin, namun tetap ada siswa yang melanggar peraturan sekolah”.

(Wawancara: 10 Mei 2012). Demikian pula yang dikemukakan oleh Sarah Ayu Tifani menyatakan bahwa “Ada pengaruh, apabila siswa melanggar maka

dia akan mendapat banyak poin, sehingga di rapornya akan ada catatan untuk orang tua, namun meskipun demikian masih tetap saja ada siswa yang

melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Galuh Teya Sakti yang

menyatakan bahwa “Ada pengaruh, namun tetap saja tidak bisa mencegah langkah anak-anak SMA Negeri 2 Ngawi untuk melanggar peraturan sekolah

dan mengulanginya”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Sedangkan menurut Irfan Marzuki menyatakan bahwa “Sebagian dari siswa-siswi masih saja melakukan pelanggaran meskipun sudah ada SDU”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Beny Setiawan menyatakan bahwa “Meskipun sudah ada sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU tetap saja masih melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang ada di sekolah, misalnya saja adalah tidak membawa pin, memakai seragam yang tidak sesuai”. (Wawancara: 10 Mei 2012).

Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Yunita Ratih yang menyatakan “Sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa, karena siswa-

siswi di SMA Negeri 2 Ngawi dapat menjaga kedisiplinanya dengan adanya sistem kredit poin oleh SDU”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Pre gas yang menyatakan bahwa “Sangat

berpengaruh, karena mau tidak mau siswa harus bersikap disiplin agar tidak dikeluarkan dan selama ini menurut saya kedisiplinan di SMA Negeri 2

commit to user

82

Ngawi sudah cukup baik meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 8 Mei 2012).

Dengan demikian dari hasil wawancara dengan siswa tentang pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU adalah cukup berpengaruh, namun masih tetap saja ada siswa SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar peraturan sekolah dan mengulanginya lagi. Namun ada juga sebagian siswa yang menyatakan bahwa pengaruh adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU berpengaruh besar terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri Ngawi karena semakin jarang siswa yang melakukan pelanggaran.

Sementara itu dari observasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Ngawi dengan mengamati pelaksanaan razia di gerbang sekolah pada pagi hari sebelum jam belajar mengajar, masih ditemukan siswa SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar peraturan sekolah, meskipun siswa yang melanggar sedikit. Sebanyak empat siswa tidak membawa pin dan dua orang siswa tidak memakai dasi serta sepatu sesuai dengan ketentuan sekolah. (observasi: 15 Mei 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan di SMA Negeri Ngawi sudah cukup baik meskipun ada sebagian kecil siswa yang melanggar peraturan sekolah.

Foto kegiatan SDU dapat dilihat pada lampiran 6 Berdasarkan wawancara dengan siswa ada beberapa hal yang membuat

siswa yakin bahwa dengan adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi. Galuh Teya Sakti menyatakan bah wa “Saya yakin bisa, selama sanksinya bersifat tegas, karena dari penglihatan saya hanya siswa-siswa yang itu-itu saja yang melanggar dan

mengulanginya lagi”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Demikian pula demgan Yunita ratih menyatakan bahwa “Saya yakin, karena dengan adanya sanksi yang tegas siswa akan takut untuk melanggar peraturan sekolah dan dengan sendirinya nanti pasti siswa akan bersikap disiplin karena sudah terbiasa dan ditanamkan sejak masuk menjadi siswa di SMA Negeri 2 Ngawi”. (Wawancara: 10 Mei 2012).

commit to user

83

Sementara itu menurut Irfan Marzuki menyatakan bahwa: Saya yakin, memang pertama pada saat dilakukan pelaksanaan sistem

kredit poin oleh SDU saya merasa dipaksa untuk selalu bersikap disiplin dan mematuhi peraturan sekolah, namun setelah lama kelamaan saya menjadi terbiasa untuk disiplin dan selalu mematuhi peraturan sekolah dan merasa disiplin itu wajib dan sekarang tanpa paksaan pun saya akan tetap bersikap disiplin dan selalu mematuhi peraturan sekolah karena itu merupakan salah satu kewajiban saya sebagai siswa selain kewajiban untuk belajar. (Wawancara: 10 Mei 2012).

Demikian pula dengan wawancara yang dilakukan dengan Beny Setiawan yang menyatakan “Saya yakin, selama sanksi dilakukan secara tegas

maka siswa akan merasa takut untuk melanggar peraturan sekolah dan selalu bersikap disiplin selama di sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara itu Haris Hassan menyatakan bahwa “saya yakin, namun untuk beberapa

siswa yang selalu melakukan pelanggaran dan mengulanginya lagi saya tidak terlalu yak in”. (Wawancara: 10 Mei 2012).

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa siswa yakin bahwa dengan pelaksanaan sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU di SMA Negeri 2 Ngawi dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah selama ditegakkan dengan tegas sehingga para siswa takut apabila melanggar peraturan sekolah dan bersikap tidak disiplin, namun ada sebagian siswa yang menyatakan tidak yakin karena mereka masih melihat siswa yang melanggar peraturan sekolah dan mengulanginya lagi meskipun jumlahnya tidak banyak dan hanya sebagian kecil saja.

b. Wujud Sikap Disiplin Siswa SMA Negeri 2 Ngawi

Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses

commit to user

84

pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi serta memiliki kepribadian atau watak yang baik.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, SMA Negeri 2 Ngawi merupakan lembaga pendidikan yang memiliki input bagus sejak awal. Hal ini dikarenakan SMA Negeri 2 Ngawi adalah sekolah negeri favorit yang menerapkan ujian masuk yang sangat ketat. Sehingga semua siswa yang terpilih menjadi peserta didik di SMA Negeri 2 Ngawi merupakan siswa yang memiliki kemampuan lebih dikarenakan merupakan siswa dari hasil seleksi yang sangat ketat dan selektif.

Dengan bermodalkan input yang dari awal sudah berkompeten, setidaknya SMA Negeri 2 Ngawi telah memiliki modal awal yang dapat dijadikan dasar untuk menjadikan siswa yang sudah berkompeten tersebut menjadi lebih berkompeten dan berkemampuan yang mumpuni di bidang akademik maupun bidang non akademik. Untuk itu diperlukan proses pengajaran yang berkualitas dan sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik.

Dalam proses pengajaran, SMA Negeri 2 Ngawi tidak sepenuhnya hanya untuk bertujuan prestasi akademik saja tetapi juga non akademik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya variasi ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 2 Ngawi, sehingga siswa memiliki kebebasan memilih sesuai dengan minat serta bakat yang mereka miliki. Ekstrakurikuler tersebut antara lain: Pramuka, PMR, PASKIBRAKA, Mayapada, karawitan, pencak silat, futsal dan lain lain.

SMA Negeri 2 Ngawi dalam proses pengajarannya juga berupaya menanamkan karakter kebangsaan dalam diri siswanya. Salah satunya adalah sikap disiplin dimana di SMA Negeri 2 Ngawi masalah kedisiplinan siswa dilakukan pengawasan oleh SDU melalui program kerja yang akan dilaksanakan selama satu tahun diantaranya yang rutin adalah razia jaga gerbang pada pagi hari, razia kelas setiap bulan serta razia pada saat upacara

commit to user

85

bendera. Ini merupakan salah satu wujud penanaman sikap disiplin sejak dini di SMA Negeri 2 Ngawi.

Proses peningkatan sifat disiplin di SMA Negeri 2 Ngawi tersebut telah berjalan secara sistematis dan terus menerus. Sehingga yang perlu dilakukan adalah melihat output dari proses penanaman sifat disiplin tersebut. Wujud dari output tentu saja adalah sikap disiplin yang telah dilakukan oleh siswa sehari-hari di lingkungan sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus SDU di dapatkan beberapa wujud sikap disiplin siswa yang merupakan output dari proses penanaman sikap disiplin terutama dengan adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU.

Berkaitan dengan wujud sikap disiplin siswa bapak Ricardous Haryanto menyatakan bahwa: Wujudnya secara sederhana adalah melengkapi atribut dan seragam

sekolah, tidak terlambat datang ke sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos, selalu mengikuti upacara bendera, tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah, tidak mencoret-coret bangku dan tembok, menjaga kebersihan di sekolah, dan juga mematuhi semua tata tertib dan peraturan sekolah. (Wawancara: 5 Mei 2012).

Sementara itu menurut Nanda Kharis Perdana menyatakan bahwa: Wujudnya antara lain adalah seragam serta atribut siswa sudah

lengkap, sudah jarang yang terlambat, menjaga kebersihan di lingkungan sekolah, tidak membolos, tidak memalsukan surat dan tanda tangan orang tua, tidak membawa barang yang tidak diperlukan ke sekolah, mengikuti ekstrakurikuler wajib serta mematuhi tata tertib serta peraturan yang ada di sekolah. (Wawancara: 5 Mei 2012).

Wujud sikap lain yang memperlihatkan bahwa siswa SMA Negeri 2 Ngawi telah memiliki sikap disiplin menurut Bambang Dwi “Datang tidak terlambat ke sekolah karena jam masuk di SMA Negeri 2 Ngawi adalah pukul

06.45, sehingga siswa dituntut lebih pagi datang ke sekolah, sudah jarang

commit to user

86

siswa yang melakukan pelanggaran meskipun ada jumlahnya sedikit” (Wawancara: 7 Mei 2012).

Berdasarkan pendapat pengurus SDU tersebut dapat disimpulkan bahwa wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi antara lain melengkapi atribut dan seragam sekolah, tidak terlambat datang ke sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos, selalu mengikuti upacara bendera, tidak membawa barang- barang yang tidak perlu ke sekolah, tidak mencoret-coret bangku dan tembok, menjaga kebersihan di sekolah, dan juga mematuhi semua tata tertib dan peraturan sekolah, tidak memalsukan surat dan tanda tangan orang tua.

Sementara itu hasil wawancara dengan siswa tentang wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi tidak jauh berbeda dengan hasil wawancara dengan para pengurus SDU diatas.

Berkaitan dengan wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, menurut Haris Hassan “Saya tidak pernah datang terlambat ke sekolah, saya

selalu mengikuti upacara bendera, selalu menjaga kebersihan dengan tidak mencoret-coret bangku dan tembok, tidak pernah membolos dan masih banyak yang lain lagi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Selanjutnya mengenai

pelanggaran yang pernah dilakukan dan alasan melanggarnya Harris Hasan menyatakan “Saya juga pernah melakukan pelanggaran yaitu tidak memakai

pin dan memakai kaos kaki pendek, alasanya adalah karena ingin mencari sensasi dan di Kopsis tidak ada pin”. (Wawancara: 10 Mei 2012).

Sementara itu hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Irsyad Taufan Saputra menyatakan bahwa: Saya tidak pernah terlambat datang ke sekolah, selalu melengkapi

atribut dan seragam sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos, saya selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit, saya juga tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah, tidak mencoret- coret bangku dan tembok, menjaga kebersihan di sekolah, dan saya juga selalu mematuhi semua tata tertib dan peraturan sekolah. (Wawancara: 10 Mei 2012).

commit to user

87

Sementara itu berkaitan dengan pelanggaran yang pernah dilakukan dan alasannya Irsyad Taufan Saputra menyatakan Saya hampir tidak pernah melanggar peraturan sekolah, mungkin

pelanggaran yang saya lakukan adalah sesekali meninggalkan kelas pada saat jam kosong lalu ke kantin, alasannya adalah karena lapar dari rumah belum sarapan karena rumah saya jauh sehingga terburu-buru, mengingat jam masuk sekolah di SMADA adalah jam 06.45. (Wawancara: 10 Mei 2012).

Sara Ayu Tiffani menyatakan bahwa “Selama pergi ke sekolah saya selalu memakai seragam sesuai dengan ketentuan, saya juga tidak pernah membawa barang-barang yang dilarang sesuai dengan yang terdapat dalam tata tertib sekolah” (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara itu mengenai pelanggaran yang pernah dilakukan di sekolah Sara Ayu Tiffani menyatakan

“Selama ini saya tidak pernah melakukan pelanggaran, bisa dilihat di buku poin, namun saya kadang-kadang melihat beberapa pelanggaran yang

dilakukan oleh siswa lain, diantaranya adalah tidak membawa pin, memakai sepatu tidak sesuai dengan ketentuan”. (Wawancara: 10 Mei 2012).

Sementara itu dari hasil observasi yang dilakukan oleh peniliti dengan mengamati jalannya razia di gerbang sekolah pada saat pagi hari sebelum masuk sekolah yang dilakukan oleh SDU dengan jumlah personil 8 orang dan dilakukan antara jam 06.00 sampai dengan jam 07.00 peneliti masih melihat beberapa pelanggaran, masih ada siswa yang melakukan pelanggaran, pada observasi pertama yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2012 terdapat satu orang siswa kelas Xh yang tidak memakai pin dan juga dua orang siswa kelas

XI IPS 1 yang datang terlambat ke sekolah. Selanjutnya pada observasi yang kedua yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2012 tidak ditemukan pelanggaran sama sekali. Sementara itu pada observasi ketiga yang dilakukan pada tanggal

17 Mei terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh dua orang siswa masing- masing kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 yang tidak memakai pin dan juga siswa kelas XI IPS 2 yang memakai kaos kaki pendek. Namun demikian bisa dikatakan bahwa sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi sudah cukup

commit to user

88

baik, hal ini karena hanya sebagian kecil siswa saja yang melakukan pelanggaran, dan peneliti juga dapat melihat wujud sikap disiplin siswa antara lain adalah memakai seragam sesuai dengan ketentuan dan juga tidak ada yang terlambat datang ke sekolah. Lampiran lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 7

Sementara itu berdasarkan hasil observasi pada tanggal 21 Mei 2012 saat sebelum upacara bendera dengan memeriksa seragam yang dipakai oleh siswa yang dilakukan oleh sepuluh personil SDU tidak ada siswa yang memakai seragam tidak sesuai dengan ketentuan dan semua siswa memakai atribut yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan di sekolah.

Sedangkan berdasarkan pengamatan hasil observasi pada tanggal 23 terhadap razia kelas yang dilakukan oleh SDU masih ditemukan siswa yang melanggar peraturan sekolah, antara lain pelanggaran tersebut adalah sebanyak dua orang siswa kelas XI IPS 1 membawa barang yang tidak diperlukan yaitu bedak dan alat-alat kosmetik, selain itu juga ditemukan siswa yang membawa charger handphone yaitu siswa kelas Xg, sementara itu pelanggaran yang ditemukan pada kelas XI IPA 2 ada dua orang siswa yang memakai sepatu tidak sesuai dengan peraturan sekolah dan yang terakhir adalah pelanggaran yang dilakukan siswa kelas XI IPS 3 dimana terdapat satu orang siswa yang tidak memakai pin dan satu orang siswa yang tidak memakai dasi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, yaitu observasi terhadap razia di depan gerbang, razia kelas, dan razia sebelum upacara bendera maka dapat diambil kesimpulan bahwa masih ada siswa yang melanggar peraturan sekolah, meskipun hanya sebagian kecil saja yang melakukan pelanggaran tersebut. Jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa berdasarkan hasil observasi adalah sebagai berikut: 1) Tidak memakai seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, 2) Tidak memakai atribut sekolah lengkap, 3) Membawa barang yang tidak diperlukan (contohnya: kosmetik, charger handphone ).

commit to user

89

Sementara itu dari hasil analisis dokumen yang berupa buku pelanggaran siswa, terdapat siswa SMA Negeri 2 Ngawi pada tanggal 12 April 2012 sampai dengan tanggal 8 Mei 2012 masih ada siswa yang melakukan pelanggaran, antara lain adalah tidak memakai seragam sesuai dengan ketentuan dan terlambat. Diantaranya pada tanggal 13 April 2012 terdapat sembilan orang siswa yang terlambat datang ke sekolah. Sementara itu pada tanggal 14 April 2012 terdapat 10 siswa. Pada tanggal 24 April 2012 terdapat

10 siswa yang terlambat datang ke sekolah. Sedangkan pada tanggal 26 April 2012 terdapat enam orang siswa yang terlambat datang ke sekolah. Dari analisis dokumen dapat dilihat bahwa pada tanggal 13, 15-23,25 April 2012 tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.

Selain ditemukan siswa yang melakukan pelanggaran sekolah juga ditemukan siswa yang dispensasi karena ada keperluan. Diantaranya adalah karena sakit, latihan ekstrakurikuler tari, persiapan perlombaan PSHT SMADA CUP, dan rapat koordinasi. Buku pelanggaran siswa dapat dilihat pada lampiran 8.

Berdasarkan hasil analisis dokumen terhadap buku pelanggaran siswa SMA Negeri 2 Ngawi maka dapat disimpulkan bahwa pelanggaran yang paling banyak dilakukan oleh siswa adalah terlambat datang ke sekolah, selain itu terdapat juga siswa yang meminta dispensasi karena alasan sakit, persiapan lomba dan rapat koordinasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus SDU mengenai alasan serta latar belakang yang membuat siswa masih melakukan pelanggaran meskipun sudah ada SDU, bapak Ricardous Haryanto menyatakan bahwa:

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi antara lain adalah karena rumah siswa yang jauh, karena siswa di SMA Negeri 2 Ngawi berasal dari seluruh kecamatan di Ngawi tidak hanya dari Ngawi kota saja, selain itu juga transportasi yang sulit serta kebiasaan dari siswa yang bangun siang itu untuk alasan mengenai pelanggaran terlambat, sedangkan alasan untuk pelanggaran siswa yang tidak memakai atribut sekolah adalah karena pin yang hilang, ini juga apabila pin hilang di Kopsis tidak menyediakan dan harus pesan

commit to user

90

dahulu baru seminggu ada. Namun sekarang Kopsis sudah menyediakan pin sehingga tidak ada alasan lagi apabila siswa membawa pin. (Wawancara: 5 Mei 2012)

Sementara itu menurut Nanda Kharis Perdana menyatakan bahwa: Pelanggaran yang paling banyak ditemui terhadap siswa itu adalah

terlambat dan tidak memakai pin, alasan siswa terlambat adalah bangun kesiangan, ban bocor, sulit mencari bis karena selalu penuh, letak geografis rumah siswa yang jauh dan juga karena ada operasi polisi. Sedangkan alasan mengenai tidak memakai pin adalah hilang dan pihak sekolah tidak menyediakanya di Kopsis. (Wawancara: 5 Mei 2012)

Berdasarkan hasil wawancara mengenai alasan yang melatar belakangi siswa masih melakukan pelanggaran walaupun sudah ada SDU maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Terlambat, alasannya adalah rumah siswa yang jauh, ban bocor, operasi polisi, sulit mencari transportasi ke sekolah, bangun kesiangan.

2) Tidak memakai atribut sekolah (pin), alasannya adalah karena pin hilang dan pihak sekolah tidak menyediakannya di Kopsis, namun sekarang di Kopsis sudah menjual pin apabila pin siswa benar-benar hilang. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara mengenai alasan yang

melatar belakangi mereka masih melanggar peraturan sekolah meskipun sudah ada SDU, Harris Hassan menyatakan “Karena ingin mencari sensasi sehingga

terlihat keren apabila dilihat teman-teman dan karena di Kopsis tidak menyediakan pin”. (Wawancara: 10 Mei 2012).

Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Yunita Ratih yang menyatakan “Karena tidak ada yang menjual pin, di KOPSIS kalau ingin membeli pin harus pesan dah ulu baru seminggu ada pinnya”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sedangkan menurut Beny Setiawan menyatakan “Karena rumah

saya jauh, kadang-kadang untuk mendapatkan bus itu susah dan sering penuh

commit to user

91

dulu sebelum sampai tempat saya terutama hari senin karena yang kos kembali ” (Wawancara:10 Mei 2012)

Kemudian menurut Irsyad Taufan Saputra menyatakan bahwa: Kebanyakan siswa yang datang terlambat, termasuk saya dikarenakan

jarak rumah saya dengan sekolah cukup jauh, rumah saya ke sekolah itu kira-kira sekitar 26km belum lagi ditambah jam masuk sekolah di SMADA adalah jam 06.45, terlalu pagi buat yang rumahnya seperti saya, jadi karena itulah alasan saya terlambat. (Wawancara: 10 Mei 2012).

Sementara itu pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Galuh Teya Sakti yang menyatakan “Karena di sekolah tidak ada yang jualan pin,

kalaupun ada itu juga harus pesan ke Kopsis jadi bebelit-belit, seharusnya pihak sekolah juga harus menyediakan perlengkapan sekolah agar siswa juga tidak melanggar peraturan”. (Wawancara: 8 Mei 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan para siswa tentang alasan masih melakukan pelanggaran walaupun sudah ada SDU adalah karena

1) Pelanggaran terlambat karena letak atau jarak rumah siswa jauh dari sekolah dan juga karena jam masuk sekolah di SMA Negeri 2 Ngawi yaitu pukul 06.45, serta kendala transportasi yang sulit bagi beberapa siswa

2) Pelanggaran tidak membawa pin karena pihak sekolah tidak menyediakan pin di KOPSIS dan harus memesan terlebih dahulu untuk mendapatkan pin, hal ini yang membuat siswa malas karena dinilai terlalu ribet

3) Karena agar terlihat keren apabila melakukan pelanggaran, hal ini dikemukakan oleh siswa ini memang bisa dipengaruhi oleh para siswa yang masih berumur muda sehingga masih labil, dan juga mungkin untuk mencari sensasi kepada para teman-temanya agar mereka disegani di dalam pergaulan di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa, analisis dokumen, serta hasil observasi di atas berkaitan dengan wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, maka dapat diambil kesimpulan wujud sikap disiplin siswa adalah sebagai berikut :

commit to user

92

1) Sebagian besar siswa tidak terlambat datang ke sekolah Berdasarkan hasil observasi serta analisis dokumen maka dapat dilihat bahwa hampir 95%-98%, Sedangkan siswa yang masih terlambat adalah sekitar 2%-5%, Adapun alasan siswa yang masih terlambat berdasarkan hasil wawancara adalah karena jarak rumah dengan sekolah yang jauh serta sarana transportasi yang sulit.

2) Sebagian besar siswa melengkapi atribut dan seragam sekolah

Siswa SMA Negeri 2 Ngawi sebagian besar sudah melengkapi atribut dan seragam sekolah sesuai dengan ketentuan sekolah, Adapun alasan siswa yang tidak melengkapi atribut berdasarkan hasil wawancara adalah karena pin hilang

3) Mengikuti pelajaran di kelas dan tidak membolos Siswa SMA Negeri 2 Ngawi selalu mengikuti pelajaran di kelas dengan sungguh-sungguh, serta bersikap disiplin pada saat jam kosong yaitu dengan tetap berada di kelas dan tidak ke kantin.

4) Selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit Siswa SMA Negeri 2 Ngawi selalu mengikuti upacara bendera baik pada hari senin, maupun upacara untuk memperingati hari besar nasional, Adapun siswa yang tidak mengikuti upacara bendera adalah karena sakit atau ada halangan yang benar-benar tidak dapat mengikuti upacara bendera.

5) Tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah

Wujud sikap disiplin siswa SMA Negeri 2 Ngawi salah satunya adalah dengan tidak membawa barang-barang yang tidak diperlukan seperti yang ada dalam peraturan sekolah, Contohnya adalah make up, charger handphone

6) Tidak mencoret-coret bangku dan tembok Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 2 Ngawi tidak terlihat adanya coretan baik itu di bangku siswa ataupun juga di tembok kelas.

commit to user

93

7) Menjaga kebersihan di sekolah Siswa selalu membuang sampah pada tempatnya sehingga lingkungan terlihat bersih, di setiap kelas terdapat tempat sampah sehingga memudahkan siswa.