Teknik Dan Kejuruan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
b. Kontekstual Selaras
Ada kalanya suatu lingkungan menjunjung tinggi keselarasan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada. Kontekstual selaras cenderung meniru bentuk yang ada untuk menciptakan bangunan baru yang selaras. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks lingkungan dimana bangunan itu berada kemudian bersama-sama dengan bangunan yang sudah ada menjaga dan melestarikan tradisi yang telah berlaku sejak dulu.
commit to user
23
bangunan lain yang sudah lebih dahulu ada. Bangunan baru tidak menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan (secara kuantitas). Dengan demikian akan tercipta sebuah lingkungan yang selaras. Bangunan baru akan dapat membaur dengan bangunan yang sudah ada lebih dahulu sehingga akan memperkuat ciri khas dari lingkungan tersebut.
Gambar 2.15. a. Rektorat UI, b. Masjid UI, c. Balairung UI, Bangunan Kampus Universitas Indonesia dengan Warna dan Bentuk yang Dirancang dengan Konsep Selaras Sumber: (www.google.com)
c. Prinsip Kontekstualisme dalam Arsitektur
Kontekstualisme dalam arsitektur pada hakekatnya adalah persoalan keserasian dan kesinambungan visual, memori dan makna. Prinsip kontekstualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang lebih luas.
commit to user
24
baru mulai muncul dengan jelas. Manifestasi modern sebagai naskah/tulisan yang sering dipakai untuk mengumumkan daftar prinsip modern dengan suara keras lebih sensitif pada situasinya. Pendekatan dan pemikiran arsitektural yang sesuai untuk suatu situasi tertentu mungkin tidak sesuai digunakan untuk situasi yang lain. Arsitektur modern tidak langsung dibuang ke dalam sampah, bahkan masih sangat penting sebagai prinsip yang paling sesuai untuk jalan Jendral Sudirman di Jakarta Pusat lain dari bahasa arsitektural yang sesuai dengan kawasan Keraton Surakarta.
Hal ini merupakan prinsip pokok kontekstualisme yang menjadi salah satu unsur terpenting dalam agenda pasca modern yang sedang timbul, tapi bukan hanya soal gaya yang terpilih. Generasi baru arsitektur barat telah jenuh membicarakan mengenai gaya arsitektur, yang sedang dicari adalah cara untuk membuatkan jati diri kepada masyarakat serta menawarkan sumbangan nilai- nilai hidup.
9. Konsep Arsitektur Kolonial
Gambar 2.16. a. Bank Indonesia Solo, b. Benteng Vestemberg Solo. Bangunan dengan Arsitektur Kolonial di Kota Solo Sumber: (www.google.com)
Yang dimaksud dengan konsep arsitektur kolonial adalah gaya arsitektur yang berkembang di indonesia pada masa penjajahan belanda. Pembangunan gedung oleh belanda menggunakan langgam kolonial yang sesuai dengan selera orang
commit to user
25
dengan langgam kolonial yang mencitrakan bangunan khas eropa khususnya Belanda. Namun ada beberapa bangunan yang dibangun oleh Belanda dengan memadukan kearifan lokal daerah setempat yang bergaya tropis.
Gambar 2.17. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar Salah Satu Bangunan yang Ada di Karanganyar dengan Gaya Arsitektur Kolonial Sumber: (www.google.com)
Banyak kota-kota di Indonesia yang berdiri bangunan peninggalan jaman penjajahan Belanda utamanya di kota-kota besar. Hampir di semua sudut kota-kota besar di Indonesia berdiri bangunan peninggalan penjajah Belanda yang berlanggam kolonial. Tak dipungkiri di Kabupaten Karanganyar pun juga terdapat bangunan peninggalan kolonial. Salah satu bangunan peninggalan penjajah Belanda di Kabupaten Karanganyar adalah Pabrik Gula Tasikmadu dengan langgam kolonial.
Bangunan peninggalan penjajah Belanda cukup banyak dan memiliki fungsi masing-masing. Bangunan yang merupakan peninggalan penjajah Belanda diantaranya adalah benteng pertahanan, pabrik, kantor pemerintahan, bank, jembatan, gereja, stasiun kereta api, dll.
commit to user
26
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah menganalisis kondisi Pasar Jungke. Dengan demikian akan diperoleh data mengenai kekurangan atau kelebihan yang dimiliki oleh Pasar Jungke. Setelah itu maka dilakukan analisa desain untuk mendapatkan sebuah konsep desain yang baik. Tahap berikutnya adalah merancag desain Pasar Jungke. Untuk memperjelas kerangka pemikiran maka dapat dilihat skema pada gambar 2.18:
Pasar Jungke
Fisik bangunan
Lokasi strategis (berada di
pusat kota Karanganyar)
Ada unsur tradisional
(ada tawar- menawar)
Sebagai tempat untuk memasarkan
hasil pertanian masyarakat di Kabupaten Karanganyar
Kumuh Kurang beratur Drainase buruk
Kurang menarik Banyak kerusakan
fisik bangunan
Berkurangnya Minat Masyarakat Terhadap Pasar Jungke
Desain ulang pasar
Lingkungan
Fisik bangunan
Nyaman Teratur Jauh dari kesan
kumuh Dainase yang baik
Desain menarik (kearifan lokal)
Fungsional Fisik bangunan
yang baik
Meningkatnya minat masyarakat terhadap Pasar Jungke
Gambar 2.18. Skema Kerangka Pemikiran
commit to user
27
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasar Jungke yang berlokasi di Desa Jungke, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Pasar Jungke terletak tepat di sebelah selatan Terminal Jungke. Pasar Jungke berada di pusat kota dan menjadi pusat konsentrasi masyarakat di Kabupaten Karanganyar. Alasan memilih Pasar Jungke sebagai objek penelitian diantaranya:
a. Pasar Jungke merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Karanganyar.
b. Pasar Jungke merupakan pusat konsentrasi masyarakat di Kabupaten Karanganyar.
c. Pasar Jungke menjadi pusat perdagangan utamanya perdagangan mikro yang sebagian besar pelaku usaha adalah masyarakat Kabupaten Karanganyar.
d. Pasar Jungke dengan potensi yang besar tersebut, banyak memiliki kekurangan utamanya kurang dalam sarana dan prasarana yang ada serta kondisi fisik bangunan yang kurang baik. Hal itu menjadikan Pasar Jungke kurang nyaman dan kurang mendukung kegiatan perdagangan.
2. Waktu Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan persiapan yang matang. Persiapan itu diperlukan untuk memperoleh hasil penelitian yang baik. Persiapan yang diperlukan meliputi beberapa hal. Untuk mempermudah pengaturan waktu diperlukan penjadwalan kegiatan penelitian. Dalam penjadwalan seluruh kegiatan akan dapat terlaksana sesuai waktu yang direncanakan.
commit to user
28
adalah sebagaimana tercantum dalam tabel 3.1. Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Jenis Kegiatan
Pebruari
Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pra Lapangan
Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Seminar Proposal Perijinan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Tahap Lapangan
Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan Data Primer
Tahap Penulisan Skripsi
Analisis Data Analisa konsep desain
perencanaan dan perancangan
Agustus
September Oktober
Analisa konsep desain perencanaan dan perancangan
Perancangan desain Pasar Jungke
November
Desember
Penulisan Skripsi Pelaksanaan Ujian Skripsi
commit to user
29
Penelitian ini termasuk dalam penelitian arsitektur bila ditinjau dari bidangnya. Bila ditinjau dari dari penulisannya, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif.
Ditinjau dari analisa datanya, maka penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu analisa yang menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas. Sedangkan strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengacu pada penelitian deskriptif.
Mengenai penelitian kualitatif, Bogdan dan Taylor (2000) mendevinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2002: 3)
C. Sumber data
Mengenai sumber data, Lofland (2000) bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2002: 157). Sumber data yang diambil dari penelitian ini didapatkan dari berbagai sumber, diantaranya:
1. Instrumen
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah perancang. Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak tergantung pada kemampuan peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data.
2.Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi data penelitian dimana mereka mengetahui permasalahan-permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi seluas-luasnya kepada peneliti. Informasi inilah yang akan dikaji oleh peneliti untuk dijadikan sumber data. Pada penelitian ini yang berperan menjadi informan adalah Kepala Pengelola Pasar Jungke.
commit to user
30
Tempat atau objek yang akan dijadikan penelitian adalah Pasar Jungke Karangayar.
4. Studi Pustaka
Disamping data yang diperoleh dari hasil wawancara, diambil juga data dari hasil studi ilmiah yang berhubungan dengan objek penelitian. Penelitian ini juga mencari data dengan menggunakan observasi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pengertian awal serta gambaran permasalahan yang lebih khusus. Identifikasi segala permasalahan dan pemecahannya dengan mencari berbagai informasi yang berhubungan dengan objek penelitian melalui media cetak, elektronik, maupun internet.
5. Arsip atau Dokumen
Mengenai arsip dan dokumen, Guba dan Lincoln (2000) yang dimaksud arsip atau dokumen adalah setiap bahan tertulis, film lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya seorang penyidik (Moleong, 2002: 157).
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Yang dimaksut Teknik Purposive Sampling adalah sample yang dipilih secara cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Mengenai teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif, Maleong (2002) mengatakan bahwa :
Teknik sampling digunakan dalam penelitian kualitatif mempunyai maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (construction). Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan dalam konteks yang unik. Maksud kedua dari teknik sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel yang bertujuan (purposive sample) (hlm.165).
Sehingga yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel bertujuan (purposive sample) maksudnya dalam penelitian ini sampel telah ditentukan sebelumnya terutama yang akan dijadikan informasi harus melalui selektif yang ketat dan cermat. Karena Pasar Jungke memiliki keragaman yang
commit to user
31
populasi yang ada.
Ditetapkan Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Kios Pasar Jungke
a) Kios pemda
b) Kios berdikari
c) Kios pkl
d) Kios darurat
2. Los Pasar Jungke
a) Los pemda
b) Los skat darurat
c) Los daging
d) Los berdikari
e) Los halaman luar
3. Area parkir dan bongkar muat
4. Kantor pengelola
5. Mushola
6. MCK
7. Area terbuka
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat dengan mengadakan pengamatan lapangan dan menghubungi instansi-instansi yang mempunyai data yang berhubungan dengan masalah yang menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi:
a. Wawancara
Wawancara adalah mengumpulkan data dengan cara tanya jawab secara lisan yang dilakukan dengan pihak yang terkait dalam penyusunan penelitian. Dengan wawancara ini diharapkan akan diperoleh data secara langsung dari informan.
commit to user
32
adalah Kepala Pengelola Pasar Jungke. Selain itu juga beberapa pedagang dan pembeli di Pasar Jungke.
b. Dokumentasi
Dokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian ini yaitu untuk menggambarkan kondisi yang ada pada tempat atau lokasi penelitian. Dokumentasi berbentuk foto yang memperlihatkan kondisi tempat penelitian. Selain itu dokumentasi berupa foto juga berfungsi untuk memperlihatkan permasalahan-permasalahan yang menjadi pokok penelitian.
c. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan dan analisis yang dilakukan secara langsung di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti mencatat dan menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam situasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
d. Menelaah Dokumen
Menelaah dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen yang ada. Teknik ini bisa berupa catatan lapangan dan penggunaan dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat dan stabil sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya dengan masalah dan tujuan penelitian.
F. Validitas Data
Validitas data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas data trianggulasi. Mengenai triangulasi, Moleong (2006) menyatakan, “trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain ” (hlm.330).
Trianggulasi dengan sumber yang berarti membandingkan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode deskriptif kualitatif. Adapun langkah yang diambil dengan jalan : (1) membandingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang bersangkutan, (3) membandingkan hasil dari
commit to user
33
dari suatu pengamatan dengan pendapat pribadi mengenai masalah penelitian.
Mengenai trianggulasi dengan metode, Patton (1987) menyatakan bahwa “terdapat dua strategi, yaitu : (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat pengumpulan kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama”.
(Moleong, 2006: 331). Trianggulasi penyidik ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.Selain itu ada jenis triangulasi yang lain yaitu trianggulasi dengan teori, adapun trianggulasi teori yaitu dengan penjelasan pembanding.
Dalam hal ini tidak boleh berharap hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran. Yang terpenting adalah bisa mengetahui adanya alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut. Dari ke empat macam trianggulasi tersebut, penelitian ini menggunakan jenis trianggulasi data, trianggulasi teori, dan trianggulasi peneliti.
G. Analisis Data
Mengenai analisis data, Patton (1980) menyatakan, analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola ketegori dan satuan uraian dasar. Hal ini dilakukan dengan memberikan arti signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi- dimensi. (Moleong, 2002: 331).
Dalam proses analisis data ini ada tiga komponen yang penting. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses yang berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1.Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, membuang hal-hal yang tidak penting dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data yaitu antara data primer di lapangan dengan data sekunder dari informasi atau dokumen yang didapat dari instansi yang terkait.
commit to user
34
Yaitu menyampaikan data yang telah direduksi. Data tersebut disajikan dalam bentuk teks narasi, gambar, skema.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah yang dilakukan setelah semua data disajikan adalah membuat kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih kabur, mudah berubah dan masih diragukan. Dalam hal ini kesimpulan masih dalam kerangka analisis data.
H. Prosedur Penelitian
Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian ini, maka diperlukan suatu susunan prosedur yang sistematis dan berurutan sehingga mudah untuk dipahami dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dari penelitian.
Pada perencanaan dan perancangan ulang sebuah desain bangunan diperlukan beberapa tahap. Langkah yang pertama adalah pengumpulan data primer dengan cara survey ke lokasi penelitian. Selain data primer diperlukan data sekunder untuk menunjang kelengkapan data. Data sekunder diperoleh dari instasi terkait yaitu Dinas Pasar Kabupaten Karanganyar untuk mendapatkan data-data pendukung yang digunakan untuk pemetaan diantaranya: peta jaringan listrik, jaringan telepon, drainase, pembuangan limbah dan persampahan di sekitar site. Selain itu juga berupa peta lokasi sebagai dasar perencanaan. Peta lokasi Pasar Jungke akan menjadi ukuran pokok dalam penggambaran site plan.
Kegiatan pengumpulan data dimaksutkan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang ada mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Observasi lapangan (merekam kondisi fisik dan aktifitas)
2. Obsevasi jaringan infrastruktur (kinerja dan kondisi)
3. Dokumentsi (bangunan dan infrastruktur dengan foto digital)
4. Wawancara narasumber terkait (Kepala Pengelola Pasar Jungke dan Dinas Pasar Kabupaten Karanganyar)
5. Jumlah pedagang berdasarkan jenis dengan status pedagang
6. Kebutuhan masing-masing pedagang
commit to user
35
data ada beberapa tahap kegiatan diantaranya:
1. Pengolahan data fisik infrastruktur
2. Penggambaran ulang site
3. Penggambaran eksisting sekitar site yang direncanakan
4. Pola jaringan infrastruktur eksisting dan posisinya
5. Latar belakang bangunan, termasuk perubahan yang pernah dilakukan
6. Struktur bangunan eksisting
7. Pengolahan data kelembagaan Setelah dilakukan pengolahan data maka langkah berikutnya adalah analisa kondisi eksisting Pasar Jungke. Langkah ini dilakukan dengan analisa fisik bangunan dan infrastruktur. Tahap analisa kondisi eksisteing yaitu:
1. Kebutuhan pengembangan fisik
2. Keandalan bangunan dan persyaratan kusus bangunan
3. Potensi site dan kawasan
4. Sirkulasi, pencapaian dan parkir
5. Struktur bangunan mulai dai struktur bawah sampai setruktur atas
6. Kinerja keandalan jaringan infrastruktur terhadap lingkungannya
7. Orientasi bangunan yaitu arah hadap bangunan
8. Pertahapan dan prioritas pembangunan
9. Parkir
10. Vegetasi
11. Fasilitas penunjang Langkah yang terakhir yaitu merancang sebuah desain yang baru dari objek penelitian. Perancangan ini didasarkan pada perencanaan diatas. Perencanaan didasarkan pada pemecahan permasalahan yang ada pada objek penelitian.
Setelah proses perancangan desain selesai perlu dilakukan analisa konsep desain. Langkah ini akan memperbaiki kekurangan yang ada ketika perancangan desain. Setelah selesai maka akan didapatkan desain bangunan Pasar Jungke yang layak dan menarik sesuai dengan yang direncanakan.
commit to user
36
gambar 3.1.
Gambar 3.1. Bagan Proses penelitian
Pengumpulan Data
Dokumentasi
Data Primer
Observasi
Data Sekunder
Data dari Instansi Terkait
Analisa Konsep Desain
Hasil Desain Perencanaan dan Perancangan
Pasar Jungke
Konsep Desain
commit to user
37
pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Bagan Analisa Konsep Desain Pasar Jungke
Kegiatan
Pembeli
Kegiatan Pedagang
Kegiatan Pengelola
Kegiatan Penunjang
Fungsional
Bentuk Bangunan
Kegiatan Material
Tradisional Jawa
Jual-beli Parkir
Ishoma dan MCK
Pengelolaan Pengaturan
Pengendalian
Bentuk Bangunan
Material
Tawar- menawar
Dari Lokal
Simpel
Sesuai Fungsinya
Ishoma dan MCK
Parkir
Jual-beli
Bongkar- muat, Display dan Penyimpanan barang
Analisa Konsep
Desain
Kegiatan
yang diwadahi
Desain
commit to user
38
Proses konsep desain yang merupakan hasil dari analisa konsep desain secara skematis dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3. Bagan Konsep Desain Pasar Jungke
Konsep Desain
Kondisi Eksisting
Sirkulasi
Tata Massa
Tata Ruang
Utilitas
Kondisi Lokasi
Potensi Lokasi
Orientasi Massa
Kemudahan Akses Hubungan Antar Massa
Air
Listrik
Air Bersih Air Kotor Air Hujan
Sampah
Kebutuhan Ruang Besaran Ruang
Kemudahan Akses
Pengelompokan Pedagang
Organik Anorganik
Tata Lampu
Pencahayaan
Penghawaan
commit to user
39
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Eksisting
1. Letak Geografis
Pasar Jungke berlokasi di pusat Kota Karanganyar. Pada gambar 4.1 dapat terlihat secara visual bahwa area Pasar Jungke sebagian besar dikelilingi oleh perkampungan penduduk dan merupakan pusat konsentrasi penduduk di Kabupaten Karanganyar. Kondisi site juga terlihat sudah penuh dengan bangunan pasar. Hanya ada sedikit area kosong yang difungsikan sebagai area parkir dan bongkar muat. Dengan demikian pengembangan Pasar Jungke ke depan sebaiknya dilakukan ke arah vertikal.
Gambar 4.1. Foto Udara Pasar Jungke Karanganyar
(Sumber: google earth.com)
SITE PASAR JUNGKE
commit to user
Sebagian besar area site Pasar Jungke berbatasan langsung dengan perkampungan penduduk. Selain berbatasan dengan perkampungan, area Pasar Jungke juga berbatasan dengan pertokoan di sebelah timur, dan Terminal Jungke di sebelah utara.
Secara terperinci batas lahan Pasar Jungke adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara
: Terminal Jungke
2) Sebelah Selatan
: Perkampungan
3) Sebelah Barat
: Perkampungan
4) Sebelah Timur
: Pertokoan
Secara detail batas lahan Pasar Jungke dapat dilihat pada gambar 4.1:
SITE PASAR JUNGKE
Gambar 4.2. Batas Lahan Site Pasar Jungke
commit to user
Bentuk site Pasar Jungke adalah segi banyak tidak beraturan dengan panjang sisi yang berbeda-beda dan tidak ada sisi yang sejajar. Bentuk lahanya memanjang ke utara-selatan. Pada bagian tengah agak lebar dan semakin ke utara semakin menyempit juga semakin ke selatan semakin menyempit.
Luas total area Pasar Jungke adalah 8942m². Panjang sisi site secara detail antara lain sebagai berikut:
1) Sebelah Utara
: 41m
2) Sebelah Selatan
: 50m
3) Sebelah Barat
: 20m, 31m, 112m, 93m
4) Sebelah Timur
: 123m, 141m
Lebih jelasnya bentuk dan ukuran lahan Pasar Jungke dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.3. Bentuk dan Ukuran Lahan Pasar Jungke
Bentuk site sisi bagian utara menyempit
Bagian tengah site yang menggembung
Bentuk site segi banyak
tidak beraturan
Bentuk site sisi bagian selatan menyempit
SITE
50m
123m
141m
112m
93m
31m
20m
41m
commit to user
Kondisi tanah site Pasar Jungke tidak terlalu berkontur. Rata-rata tanah di sekitar kota Karanganyar memang cenderung agak datar. Walaupun demikian kondisi tanah di site Pasar Jungke terdapat kemiringan yang tidak curam. Arah kemiringan tanah adalah ke barat. Hal karena memang sebagian besar kondisi tanah di wilayah Kabupaten Karanganyar mengarah ke barat. Hal itu karena Kabupaten Karanganyar terletak di sebelah barat Gunung Lawu.
Karena Pasar Jungke sudah menjadi sebuah bangunan yang dibangun pada masa lalu, maka sudah ada perlakuan dalam mengatasi kemiringan lahan tersebut dengan pemerataan. Kondisi tanah di dalam bangunan sudah rata. Ada perbedaan level tanah karena adanya pemerataan tanah itu. Perbedaan ketinggian tanah dapat dilihat dengan jelas di sebelah timur yaitu antara ketinggian halaman depan dengan ketinggian di dalam pasar yaitu sekitar 1,5m. Dengan demikian pengunjung apabila masuk melalui pintu timur akan turun melalui tangga pintu masuk yang ketinggiannya sekitar 1,5m untuk masuk ke dalam pasar.
JALAN
BANGUNAN UTAMA
PINTU UTAMA
TANGGA
Gambar 4.4. Sketsa Potongan Site Pasar Jungke
1,5M
commit to user
Gambar 4.5. Kontur Tanah Site Pasar Jungke Kondisi tanah yang menurun cukup dalam menyebabkan desain
bangunan terlihat kurang menarik. Selain itu sering kali menimbulkan masalah utamanya masalah kebersihan dan sanitasi.
Kondisi tanah yang menurun biasa diselesaikan dengan cara pengurukan tanah. Selain dengan pengurukan juga bisa dapat dipecahkan dengan perancangan desain bangunan dengan menyesuaikan kondisi tanah. Tanah dibiarkan dan bentuk bangunanlah yang didesain mengikuti kondisi tanah sehingga akan menciptakan bangunan yang menarik. Maka dari itu diperlukan pemecahan yang baik untuk menghasilkan desain yang baik dan menarik.
4. Kedalaman Air Tanah
+0
+1
-1
commit to user
survei langsung kedalaman sumur yang ada di dalam lokasi pasar. Selain itu data juga diperoleh dari kedalaman sumur di sekitar pasar yaitu di sumur penduduk di sekitar Pasar Jungke. Memang untuk daerah di Karanganyar utamanya di sekitar kota kedalaman tanah berkisar antara 7m-15m.
Gambar 4.6. Potongan Sumur Timba Site Pasar Jungke Dengan kedalaman 10m maka akan sangat mendukung pembangunan
terutama dalam pembangunan pondasi. Selain itu dengan kedalaman itu lebih memberikan keleluasaan dalam menentukan kedalaman pondasi. Misalnya ada pengerukan tanah untuk pembangunan basement bisa dilakukan tanpa harus ada perlakuan khusus karena permukaan air berada pada kedalaman 10m.
5. Drainase di Area Site
10 M
commit to user
Jungke yang sebelumnya. Drainase Pasar Jungke menggunakan saluran terbuka yaitu selokan. Dengan demikian air terlihat dan juga memudahkan kotoran dari luar masuk. Selain itu saluran terbuka juga terlihat kurang rapi. Sirkulasi di dalam pasar pun juga terganggu karena pengunjung harus berhati-hati dengan adanya selokan terbuka tersebut. Kondisi saluran drainase sekarang cukup memprihatinkan. Saluran drainase yang tidak lancar dan menggenang juga menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengurangi kenyamanaan pengunjung pasar.
Gambar 4.7. Drainase dan kebersihan yang buruk di pasar tradisional (Sumber: Dokumen pribadi)
Dengan kondisi seperti itu mengakibatkan kenyamanan pengunjung tidak terjamin. Dengan hal itu banyak pengunjung yang merasa kurang nyaman dengan kondisi pasar yang becek dan bau apalagi ketika musim penghujan. Kalau hal itu dibiarkan maka akan mengurangi minat masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional khususnya Pasar Jungke.
Besar saluran juga sudah tidak memenuhi syarat lagi. Kapasitas air yang melebihi volume saluran mengakibatkan air meluber ke jalan dan gang untuk sirkulasi pembeli. Hal itu sering terjadi ketika musim penghujan. Hal itu juga diperparah dengan tidak adanya normalisasi saluran secara teratur.
Barang dagangan yang mengganggu sirkulasi barang dan orang
Lantai yang kotor dan becek
Drainase air hujan yang kotor dan menggenang
Sampah berserakan
commit to user
menuju ke saluran tersier yang membujur ke barat. Kemudian dari saluran tersier menuju ke saluran sekunder yang berada di sisi barat area pasar tepatnya di batas persil Pasar Jungke. Dari saluran sekunder akan mengalir ke arah utara menuju ke saluran rioreling kota yang berada di utara Pasar Jungke tepatnya di sisi tepi Jalan Kapten Mulyadi.
Gambar 4.8. Drainase Site Pasar Jungke
Jenis Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya:
NO
Ket.
Saluran Tersier
Saluran Sekunder
Saluran Primer
Saluran Riol kota
Perkampungan
Perkampungan
Perkampungan
Pertokoan
commit to user
Arah lintasan matahari di area site adalah dari timur ke selatan. Dengan bentuk site Pasar Jungke yang memanjang ke utara-selatan memungkinkan cahaya matahari dapat masuk secara maksimal melalui sisi timur dan barat. Untuk pencahayaan alami yang baik adalah cahaya matahari bukan sinar matahari langsung yang menyilaukan dan membawa panas. Untuk itu perlu adanya analisa mengenai efek negatif yang timbul dari sinar matahari.
Hampir semua kebutuhan cahaya di dalam Pasar Jungke menggunakan pencahayaan alami. Hal itu karena jam kerja Pasar jungke adalah mulai pukul 05.00WIB-16.00WIB. Hanya untuk Kios PKL yang biasa disebut Pasar Lanang berlangsung hingga pukul 21.00WIB. Pencahayaan buatan diperlukan ketika cahaya matahari berkurang atau sudah tidak ada.
Gambar 4.9. Arah Lintasan Matahari
commit to user
a. Jenis dan Titik Lokasi Vegetasi
Pada site Pasar Jungke ditanami beberapa pohon. Pohon yang ditanam di area site ada beberapa jenis. Jenis pohon yang ditanam antara lain pohon palem, pohon angsana, pohon talok dan pohon beringin. Jenis pohon yang paling banyak ditanam adalah pohon talok. Pohon talok ditanam di tepi jalan sebagai peneduh. Pada tepi jalan sebelah timur pasar atau depan pasar ditanami pohon palem. Untuk pohon beringin berada di taman sebelah timur pasar.
Penataan vegetasi di dalam site maupun di sekitar site kurang teratur. Peletakan dan pemilihan jenis pohon kurang diperhitungkan dengan baik. Dengan demikian vegetasi di area site dan di sekitar site kurang mendukung kenyamanan.
Gambar 4.10. Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya
Jenis Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya:
NO
Nama Pohon
Kode Pohon
Kiara Payung
Perkampungan
Perkampungan
Pertokoan
commit to user
Vegetasi di area site cukup beragam. Untuk ketinggian pohon dan lebar tajuknya pun juga beragam. Ada pohon yang cukup tinggi seperti pohon angsana dan pohon beringin.
Pohon angsana di area site tidak berkembang dengan baik karena tidak dibiarkan tumbuh dan dipangkas setiap waktu karena dianggap menggaggu. Untuk pohon beringin yang cukup lebar tajuknya tumbuh dengan baik karena lokasinya di taman yang areanya cukup luas. Untuk pohon kiara payung juga tumbuh baik dan dimanfaatkan sebagai peneduh. Untuk pohon palem ditempatkan di depan dekat pintu utama dengan tujuan menambah estetika pasar. Pohon talok yang sebagian besar berada di depan kios sebagai peneduh terutama peneduh untuk kios yang berada di tepian jalan juga sebagai penghalang silau dari cahaya matahari.
Asessibilitas Lokasi
Gambar 4.11. Ketinggian dan Lebar Tajuk Vegetasi Site
(Sumber: Rustam Hakim, 2002: 147)
Jenis Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya:
NO
Nama Pohon
Sketsa
Pohon
Lebar Tajuk
Tinggi Tajuk
Beringin (ficus benjamina)
± 15 m
± 15 m
Talok ( Muntingia Calabura L)
±6m
±6m
Palem putri (Veitchia merillii)
±4m
±8m
Angsana (Pterocarpus indicus Willd)
±8m
± 15 m
Kiara Payung
(Fellicium Decipiens )
±8m
± 10 m
commit to user
Kabupaten Karanganyar dilalui jalan negara yang menghubungkan kota Solo-Surabaya, meski jalan itu tidak melintasi pusat Kota Kabupaten Karanganyar. Pusat Kota Karanganyar sendiri berada sekitar 14 km sebelah timur Kota Solo.
Pasar Jungke berada di pusat Kota Karanganyar. Sarana transportasi menuju atau dari Pasar Jungke dapat dilayani oleh transportasi umum seperti bus besar, bus sedang, mini bus, truk, becak dll. Untuk angkutan bus besar biasa digunakan oleh pedagang dari dan ke daerah Timur yaitu Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Matesih. Untuk dari dan ke barat seperti Kota Solo dan Kecamatan Jaten juga bisa ditempuh dengan bus besar. Untuk daerah utara seperti dari dan ke Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo, bisa ditempuh dengan menggunakan mini bus. Sama halnya dengan dari dan ke daerah selatan seperti Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono dan Kecamatan Jatipuro juga menggunakan mini bus. Untuk angkutan kota biasa dipakai oleh orang yang tinggal di daerah Kota Karanganyar.
Gambar 4.12. Terminal Jungke Kabupaten Karanganyar Sebagai Akses Utama Transportasi Umum di Kabupaten Karanganyar (Sumber: Dokumen Pribadi)
Semua jenis kendaraan umum tersebut berpusat di terminal Jungke yang letaknya tepat di sebelah utara Pasar Jungke. Dengan demikian keberadaan Terminal Jungke sangat vital bagi transportasi umum dari dan ke Pasar Jungke.
commit to user
dan ke Pasar Jungke melalui transportasi umum.
a. Jenis Transportasi
Jenis transportasi menuju dan meninggalkan Pasar Jungke cukup lengkap karena letak site Pasar Jungke yang berada di pusat kota. Moda transportasi yang ada adalah transportasi umum dan pribadi dari ukuran kecil sampai ukuran besar. Untuk transportasi umum terdiri dari bus besar, mini bus, angkuta, pickup, truk, ojek sepeda motor, sampai becak. Untuk angkutan pribadi juga beragam karena didukung akses jalan yang cukup memadai dilalui oleh berbagai macam moda transportasi. Dengan demikian untuk transportasi di sekitar site sangat lengkap.
Gambar 4.13. Berbagai Jenis Moda Transportasi Menuju ke Pasar Jungke
a. Angkuta (kiri atas), b. Mini bus (kanan atas),
c. Bus besar (kiri bawah), d. Becak (kanan bawah)
(Sumber: Dokumen Pribadi)
commit to user
Jalan yang ada di sekitar site Pasar Jungke merupakan akses utama bagi pencapaian Pasar Jungke. Jalan yang sudah ada di sekitar site terdiri dari beberapa katagori yang berbeda. Katagori jalan dapat dibedakan atas dasar kelas jalan seperti jalan negara, jalan provinsi, jalan kota/ kabupaten, Jalan kecamatan, dan jalan desa. Untuk lebih rinci mengenai jalan yang ada di Sekitar Pasar Jungke dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kondisi Jalan yang Ada di Sekitar Site Pasar Jungke
(Sumber: Analisa Pribadi)
Nama Jalan
Lebar
Jalan
Keterangan Jalan
Segala macam kendaraan ( bis besar,
truk,dll) Merupakan jalan utama yang menjadi akses masuk dari daerah
timur seperti Kecamatan Tawangmangu
Masuk katagori jalan kabupaten
2 Jalan depan
pasar
8m
Kendaraan ukuran sedang (bis medium, colt, truk kecil,
mobil dll) Merupakan jalan utama yang menjadi akses masuk dari daerah
Selatan Kab.Karanganyar seperti Kecamatan Jumapolo, juga dari daerah utara seperti Kecamatan Mojogedang
Masuk katagori jalan kecamatan
3 Jalan selatan
pasar
6m
Kendaraan ukuran sedang - kecil Merupakan jalan untuk menuju pasar
melalui pintu selatan Masuk katagori jalan kelurahan
4 Jalan barat
pasar
6m
Kendaraan ukuran sedang - kecil Merupakan jalan untuk menuju pasar
melalui pintu barat Masuk katagori jalan kelurahan
commit to user
seperti Jalan Kapten Mulyadi yang merupakan jalan utama jurusan Tawangmangu-Solo yang berada di sebelah utara tepatnya di sisi utara Terminal Jungke. Untuk jalan di depan pasar atau di timur site adalah jalan yang menghubungkan dengan daerah utara Kabupaten Karanganyar seperti dari Kecamatan Mojogedang juga dari daerah selatan seperti Kecamatan Jumapolo.
Gambar 4.14. Jalan di Sekitar Site Pasar Jungke
Jalan Kapten Mulyadi dengan lebar 12 m
Jalan lingkar taman depan
pasar dengan lebar 5 m
Jalan Kapten Mulyadi dengan
Jalan sisi selatan lebar 8 m dengan lebar 6 m
Jalan akses masuk pasar dari belakang dengan lebar 6 m
SITE
commit to user
Arah lalu lintas di sekitar site Pasar Jungke didominasi jalan dua arah. Hanya di sisi utara terdapat jalan satu arah yang merupakan jalan utama yang menjadi akses dari Tawangmangu ke Solo. Selain itu jalan akses ke area bongkar muat juga satu arah dengan pintu masuk dan keluarnya terpisah. Untuk jalan yang lain adalah jalan dua arah yang kepadatan kendaraannya hanya terjadi ketika kegiatan Pasar Jungke berlangsung.
Gambar 4.15. Arah Lalu lintas Sekitar Site Pasar Jungke
Jalan masuk ke area bongkar muat
Jalan dua arah di depan Site Pasar Jalan dua Jungke arah akses keluar masuk pasar
dari barat
Jalan Satu Arah (Tawangma ngu-Solo)
Arah kendaraan Di Terminal Jungke
Jalan 2 arah di selatan
site
Area Parkir
dan Bongkar
Muat
commit to user
Pasar Jungke memang berada di dalam kota. Hanya beberapa meter dari pusat Kota Karanganyar. Oleh karena itu maka akses dari daerah lain pun sangat mudah karena Pasar Jungke berada di pusat konsentrasi masyarakat di Kabupaten Karanganyar. Akses dari Kecamatan lain di Kabupaten Karanganyar seperti dari Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumapolo, bahkan Kota Solo sudah terhubung dengan baik sehingga aksesibilitas antar daerah sangat mudah.
Gambar 4.16. Akses dari Pusat Kota dan Daerah Lain
PUSAT KOTA KARANGANYAR
DARI MOJOGEDANG
DARI TAWANGMANGU / MATESIH
DARI JUMAPOLO
SITE
PASAR JUNGKE
commit to user
Terminal Perkampungan
a. Listrik
Energi listrik Pasar Jungke dipasok dari gardu listrik yang berada di sisi timur site. Dari jaringan utama listrik dialirkan ke jaringan sekunder yang membujur ke utara memanjang di sisi timur site. Listrik kemudian dialirkan ke site dengan arah menyebar ke seluruh bangunan pasar. Letak tiang listrik berada di dalam site. Dengan demikian perlu adanya penyesuaian bentuk bangunan yang direncanakan agar tidak mengganggu keberadaan tiang listrik yang sudah.
Gambar 4.17. Jaringan Listrik Pasar Jungke
Jaringan Listrik
NO
Simbol Ket.
Tiang Listrik
Jaringan Listrik Utama
Jaringan Listrik Penyalur
4 Bangunan
Perkampungan
Perkampungan
Perkampungan
Pertokoan
commit to user
Terminal Perkampungan
Untuk jaringan telepon site Pasar Jungke, saluran utama berada di sisi timur tepatnya di depan ruko yang ada di depan pasar. Dengan demikian tiang telepon berada di luar site. Dengan keberadaan tiang di luar site maka akan membuat site lebih leluasa.
Untuk penyalurannya adalah dari saluran utama didistribusikan ke dalam Pasar Jungke. Untuk jaringan telepon lebih sedikit dan lebih sederhana bila dibandingkan dengan jaringan listrik karena tidak banyak pedagang yang menggunakan telepon. Pengguna telepon kebanyakan adalah pedagang dan jasa yang menempati kios yang berada di tepi jalan depan pasar.
Gambar 4.18. Jaringan Telepon Pasar Jungke
Jaringan Telepon Pasar Jungke:
N O Simbol Ket.
Tiang Telepon
Jaringan Telepon
Utama
Jaringan Telepon
Penyalur
4 Bangunan
Perkampungan
Perkampungan
Pertokoan
Perkampungan
commit to user
Air bersih di dalam site Pasar Jungke diambil dari air tanah. Sumur air tanah berada di sisi barat site atau belakang pasar tepatnya di dekat MCK Pasar Jungke. Sumur air tanah tersebut sebagai pemasok air untuk semua kebutuhan Pasar Jungke. Dari sumur tersebut air dipompa dan ditampung di bak penampung kemudian baru didistribusikan.
Tidah terlalu banyak yang membutuhkan pasokan air bersih. Yang paling banyak membutuhkan air bersih adalah kios daging dimana air merupakan kebutuhan pokok pedagang daging untuk membersihkan daging atau tempat. Selain itu yang membutuhkan air bersih yaitu mushola, warung makan dan MCK.
Gambar 4.19. Jaringan Air Bersih Pasar Jungke
Jaringan Air Bersih Pasar Jungke:
N O Simbol Ket.
1 Sumber air tanah
Saluran air bersih
3 Bangunan
Kios Daging
Mushola dan
MCK
Warung Makan
Kios Daging
commit to user
10. Kondisi Peruangan Pasar Jungke
Gambar 4.20. Peta Pasar Jungke (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
a. Kantor Pengelola Pasar Jungke
Kantor pengelola Pasar Jungke berada tepat di pintu utama sebelah timur. Kantor pengelola adalah tempat dimana para pegawai pengelola pasar bekerja. Kantor pengelola terdiri dari dua ruang yang letak ruangnya saling berhadap-hadapan dan dibatasi oleh loby yang juga merupakan pintu masuk pasar. Ruang pertama berada di sisi selatan loby masuk yang merupakan ruangan untuk lurah pasar beserta ruang tamu. Untuk ruang yang satu adalah untuk Staff pengelola pasar yang letaknya di sisi utara loby.
Dengan jumlah pegawai yang tidak terlalu banyak maka memerlukan kantor yang tidak terlalu luas. Kantor pengelola pasar memiliki luas total 80m² dengan luas kantor utama adalah 24m² dan sisanya adalah loby dan halaman yang digunakan untuk parkir khusus pegawai pengelola pasar. Secara terperinci peruangan kantor pengelola dapat dilihat pada tabel 4.2.
Gambar 4.21. Kantor Pengelola Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Tabel 4.2. Peruangan Kantor Pegelola Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
1 R. Kepala
3x4
12 1 12
2 R. Staf
4 Halaman depan
80 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
b. Kios Pemda Pasar Jungke
Gambar 4.22. Kios Pemda Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Kios pemda adalah kios yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Dengan demikian Pengelola Pasar Jungke menamai kios ini dengan nama kios pemda. Kios pemda letaknya di sekeliling Pasar Jungke yaitu di sisi jalan sebelah timur, barat, utara dan selatan. Kios pemda dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Menurut ukurannya ada 7 tipe kios. Setiap tipe jumlahnya berbeda-beda. Jumlah total kios pemda adalah 66 buah dengan total luasnya adalah 2.092m². Data peruangan kios pemda lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Peruangan Kios Pemda Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
Sirkulasi Pejalan Kaki
106 2092 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.23. Kios Darurat Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Kios darurat adalah kios yang didirikan secara darurat yaitu didirikan karena petumbuhan pasar yang tidak sesui dengan perencanaan. Hal itu terjadi karena bertambahnya jumlah pedagang tanpa adanya penambahan tempat.. Hal itu dilakukan untuk menampung jumlah pedagang yang cukup besar dan menghindari kesemrawutan di dalam pasar.
Beberapa kios didirikan di lahan kosong dan dibangun dengan kontruksi tidak permanen dan bersifat darurat. Kios darurat letaknya menyebar dan paling banyak adalah di bagian barat atau belakang pasar. Kios darurat juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Jumlah total kios darurat adalah 28 buah dengan total luasnya adalah 438m². Data peruangan kios darurat lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Peruangan Kios Darurat Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
6 Sirkulasi Pejalan Kaki 50% 145
Jumlah
28 438 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.24. Los Daging Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Los daging adalah tempat khusus untuk penjual daging. Tempat berjualannya berbentuk los yaitu tempatnya terbuka dan antar pedagang dapat saling melihat dan saling berinteraksi. Los daging letaknya di bagian barat atau belakang pasar dengan tujuan terpisah dengan aktifitas perdagangan lain. Hal itu atas pertimbangan sifat dari daging yang menimbulkan bau yang jika dicampur dengan yang lain akan mengganggu penjual lain. Los daging menjual beraneka ragam daging antara lain daging ayam, daging sapi, daging kambing, ikan laut dan ikan air tawar. Los daging juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran losnya. Jumlah total los daging adalah 46 buah dengan total luasnya adalah 175m². Data peruangan los daging lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Peruangan Los Daging Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
4 Sirkulasi Pejalan Kaki 50%
58
Jumlah
46 175 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.25. Kios Berdikari Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Kios berdikari adalah kios yang didirikan oleh perseorangan di lokasi yang kosong di dalam pasar. Pembangunnanya dilakukan dengan mandiri oleh perorangan yang ingin mendirikan kios di Pasar Jungke, bahkan pembiayaanya ditanggung oleh perseorangan dan pemerintah hanya menyediakan tempatnya saja. Kios berdikari letaknya di bagian barat atau belakang. Kios berdikari juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Jumlah total kios berdikari adalah 34 buah dengan total luasnya adalah 293m². Data peruangan kios berdikari lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Peruangan Kios Berdikari Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
8 Sirkulasi Pejalan Kaki 50%
97,5
Jumlah
34 293 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.26. Kios Pkl Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Kios PKL adalah kios yang khusus menjual sandangan seperti pakaian, sandal, Sepatu, Tas dan lain-lain. Kios PKL adalah penamaan oleh pengelola pasar. Mayarakat Karanganyar sering memanggil Kios PKL dengan nama pasar Senggol dengan alasan karena tempat sirkulasi yang sempit mengakibatkan pembeli saling bersenggolan. Ada juga yang menamai Pasar Lanang sehingga seolah-olah kios PKL adalah pasar tersendiri yang sebetulnya masih dalam satu bagian dari Pasar Jungke. Hal ini karena kios PKL ini berdiri sendiri di lokasi yang agak terpisah.
Untuk waktu kerjanya pun berbeda yaitu mulai jam 08.00WIB- 22.00WIB. Kios PKL juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Jumlah total kios PKL adalah 50 buah dengan total luasnya adalah 393,75m². Data peruangan kios PKL lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Peruangan Kios PKL Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
4 Sirkulasi Pejalan Kaki 50%
131,25
Jumlah
50 393,75 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.27. Skat Darurat Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Skat darurat adalah tempat berjualan berbentuk kios yang lokasinya di dalam pasar di bawah bangunan utama pasar yang dibangun oleh pemerintah daerah. Disebut skat darurat karena sebenarnya tempat itu adalah los yang oleh pemiliknya diberi skat sendiri sehingga menyerupai kios. Skat darurat letaknya saling bersebelahan dengan los pemda karena memang dahulunya adalah los pemda. Menurut ukurannya ada 7 tipe. Setiap tipe jumlahnya berbeda-beda. Jumlah total skat darurat adalah 188 buah dengan total luasnya adalah 1.799,2m². Data peruangan skat darurat lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Peruangan Skat Darurat Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
8 Sirkulasi Pejalan Kaki 60%
674,7
Jumlah
188 1799,2 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.28. Los Pemda Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Los pemda adalah los yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Los pemda letaknya di dalam pasar yaitu di bawah bangunan utama Pasar Jungke. Los pemda letaknya satu lokasi dengan skat darurat. Pada tempat ini menampung pedagang yang paling besar yaitu 229 pedagang. Los pemda dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Menurut ukurannya ada 7 tipe los pemda. Setiap tipe jumlahnya berbeda-beda. Jumlah total los pemda adalah 66 buah dengan total luasnya adalah 1.376m². Data peruangan los pemda lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Peruangan Los Pemda Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
8 Sirkulasi Pejalan Kaki 60%
516
Jumlah
229 1376 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.29. Los Berdikari Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Los berdikari adalah los yang didirikan oleh perseorangan di lokasi yang kosong di dalam pasar. Pembangunnanya dilakukan dengan mandiri oleh perorangan yang ingin berdagang di Pasar Jungke. Bahkan pembiayaannya ditanggung oleh perseorangan dan pemerintah hanya menyediakan tempatnya saja. Los berdikari juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya yaitu ada 6 tipe. Jumlah total los berdikari adalah 110 buah dengan total luasnya adalah 252m². Data peruangan los berdikari lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Peruangan Los Berdikari Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
7 Sirkulasi Pejalan Kaki 40%
72
Jumlah
110 252 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.30. Los Halaman Luar Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Los halaman luar adalah los yang sifatnya tidak tetap dan menempati area pejalan kaki di antara los pemda. Dengan demikian luasan los halaman luar tidak dimasukkan dalam rekapitulasi luasan ruang karena los halaman menempati area sirkulasi los pemda. Hal itu terjadi karena pertumbuhan pedagang yang tidak diimbangi dengan penambahan lokasi untuk pedagang baru. Dengan demikian keberadaan los halaman luar sangat mengganggu sirkulasi pejalan kaki. Menurut Pengelola Pasar Jungke, hal itu dibiarkan dan menunggu kebijakan pemerintah daerah untuk mengembangkan Pasar Jungke agar Pasar Jungke mampu menampung seluruh pedagang yang ada.
Los halaman luar juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Jumlah total los halaman luar adalah 151 buah dengan total luasnya adalah 127m². Data peruangan los halaman luar lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Peruangan Los Halaman Luar Pasar Jungke No
Nama ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
151 127 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.31. a. Area Bongkar Muat dan Area Parkir (kiri), b.Jalan Masuk ke Area Parkir dan Bongkar Muat (kanan) (Sumber: Dokumen Pribadi)
Area parkir Pasar Jungke berada di dalam pasar tepatnya di bagian utara bangunan utama. Area parkir menyatu dengan tempat bongkar muat barang. Dengan tidak adanya pemisahan yang jelas antara area parkir dan area bongkar muat maka sering terjadi melubernya parkir ke luar pasar pada saat banyak mobil yang sedang melakukan bongkar muat.
Luas total area parkir dan bongkar muat beserta sirkulasi kendaraan adalah 540m². Untuk area parkir memiliki luas 180m² dan digunakan untuk parkir segala jenis kendaraan mulai dari kendaraan ukuran kecil sampai kendaraan ukuran sedang. Untuk area bongkar muat memiliki luas 180m². Sirkulasi kendaraan untuk menuju dan keluar dari area parkir dan bongkar muat berupa jalan selebar 4m dengan luas 180m². Data peruangan area parkir dan bongkar muat secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Peruangan Area Parkir Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
1 Bongkar Muat
2 Tempat Parkir
3 Jalan Masuk
540 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.32. Musola dan Area MCK Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Musola Pasar Jungke berlokasi di bagian barat atau di belakang pasar dan bersebelahan dengan area MCK. Ukuran musola Pasar Jungke sangat kecil yaitu 4x5m dan sangat tidak memenuhi bila dibandingkan dengan jumlah pedagang yang jumlahnya 943 pedagang.
Begitu juga dengan MCK juga tidak begitu besar. Hanya ada 4 unit kamar mandi yang ada di Pasar Jungke. Untuk lebih detail dan terpeinci dapat dilihat dalam tabel 4.13 dan tabel 4.14.
Tabel 4.13. Peruangan Musola Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
1 Area Ibadah
4x5
20 1 20
2 Tempat Wudhu
25 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
Tabel 4.14. Peruangan Area MCK Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
2 Sirkulasi MCK
100%
18
3 Area Sumur
51 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Gambar 4.33. a. Bak Tempat Pembuangan Sampah Sementara di Area Terbuka
b. Tempat Pembuangan Sementara Pasar Jungke
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Ada sebagian area Pasar Jungke yang masih terbuka. Sebagian kecil area terbuka dimanfaatkan sebagai area pembuangan sampah sementara. Selain itu ada bagian lahan terbuka yang berupa lahan kosong yang dipergunakan untuk parkir bahkan ada yang menggunakan untuk berjualan. Lokasi area terbuka sebagian besar berada di sisi utara yaitu di sebelah utara area bongkar muat.
Area untuk sampah Pasar Jungke ada di lokasi tersendiri yaitu di sebelah selatan Pasar Jungke. Sebagian besar sampah Pasar Jungke dibuang di tempat ini. Sebagian kecil sampah dibuang di bak truk sampah yang ada di utara area terbuka sebelah utara area parkir. Luas untuk area sampah adalah 40m². Untuk area kosong masih cukup luas dengan luasnya adalah 1387m². Untuk lebih detai dan terinci dapat dilihat dalam tabel 4.15.
Tabel 4.15, Peruangan Area Terbuka Pasar Jungke No
Nama Ruang
Ukuran
Luasan
Jumlah Total
Area Sampah
5x8
40 1 40
Area Terbuka
1387
Jumlah
205 1427 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Tabel 4.16. Rekapitulasi Peruangan Pasar Jungke No
Nama Ruang
Luas
1 Kantor pengelola 80
2 Kios pemda
2092
3 Kios darurat
438
4 Kios daging
175
5 Kios berdikari
293,05
6 Kios PKL
393,75
7 Skat darurat
1799,2
8 Los pemda
1376
9 Los berdikari
252
10 Area parkir
540
11 Area MCK
13 Area terbuka
1427
Luas Total Pasar Jungke
8.942m² (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
Tabel 4.17. Rekapitulasi Jumlah Pedagang Pasar Jungke No
Nama Ruang
Jumlah Pedagang
1 Kios pemda
172
2 Kios darurat
28
3 Kios daging
46
4 Kios berdikari
34
5 Kios PKL
50
6 Skat darurat
188
7 Los pemda
229
8 Los berdikari
110
9 Los halaman luar
86
Jumlah Total Pedagang
943 (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Selain banyak pedagang juga jenis barang yang diperdagangkan yang cukup beragam. Ada lebih dari 100 macam barang dagangan yang diperjual- belikan mulai dari bahan pokok sampai barang kesenian. Untuk mempermudah pengamatan maka peneliti mengklasifikasikan menjadi 5 kelompok yaitu 1)kelontong, 2)sayuran, buah, bumbu dapur, makanan, 3)pakaian, 4)daging, dan 5)lain-lain. Untuk lain-lain adalah jenis barang dagangan yang tidak terlalu banyak tetapi sangat beragam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.18.
Tabel 4.18. Klasifikasi Jenis Komoditas di Pasar Jungke
Jenis Komoditas
1 Kios Pemda
77 40 55 172
2 Kios Darurat
12 8 1 7 28
3 Kios Berdikari
9 13 9 3 34
4 Kios PKL
49 1 50
5 Skat Darurat
84 45 30 29 188
6 Los Pemda
7 Los Daging
46 46
8 Los Berdikari
108
2 110
9 Los Halaman Luar
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
B. Analisa Konsep Desain
Analisa konsep desain sangat diperlukan bagi perancang sebuah bangunan. Tanpa adanya analisa konsep desain maka tidak akan mengahasilkan sebuah desain bangunan yang baik.
Dalam analisa konsep desain akan dipaparkan proses awal dalam perancangan desain bangunan yaitu dalam bentuk analisa. Sebelum menghasilkan sebuah desain maka dilakukan analisa untuk menilai dan menimbang sebuah konsep yang nantinya akan dihasilkan sebuah konsep desain. Konsep desain itu yang akan menjadi acuan atau pedoman yang digunakan untuk merancang desain bangunan.
Analisa konsep desain yang dilakukan pada perancangan Pasar Jungke tidak jauh berbeda dengan analisa konsep desain pada perancangan bangunan lain. Analisa konsep desain yang diakukan adalah seperti analisa pelaku dan kebutuhan ruang, analisa pelaku dan jenis kegiatan, analisa besaran ruang, analisa hubungan ruang, analisa tata massa, analisa bentuk, analisa struktur bangunan, analisa utilitas, dll.
1. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang
a. Dasar Pertimbangan
1) Jenis kegiatan kegiatan yang ada di pasar tradisional
2) Semua pelaku kegiatan yang ada di dalam pasar
3) Ruang yang dibutuhkan untuk kegiatan pelaku
b. Analisa dan Hasil Analisa
1) Kegiatan Jual-Beli
Tabel 4.19. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Jual-Beli
Jenis kegiatan
Pelaku
Keb. Ruang
Perdagangan
Pedagang
Pembeli Tenaga Angkut
Kios Los Lapak
commit to user
2) Kegiatan Pengelolaan
Tabel 4.20. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Pengelola
Jenis kegiatan
Pelaku
Kebutuhan Ruang
Direksi
Direksi/pengelola
R. Pimpinan Administrasi
Pengelola
R. Administrasi Operasional
Pengelola
R. Operasional Terima tamu
Pengelola
R. Tamu
Rapat
Pengelola
R. Rapat
3) Kegiatan Penunjang
Tabel 4.21. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Penunjang
Jenis Kegiatan
Pelaku
Kebutuhan Ruang
Ibadah
Semua
Masjid Parkir
Semua
Tempat parkir Kebersihan
Petugas kebersihan
Ruang kebersihan Tempat sampah
ME
Petugas ME
Ruang ME Ruang genset
Keamanan
Petugas keamanan
Pos keamanan
Bongkar Muat Barang
Pedagang Pembeli Pengelola pasar
Distributor Tenaga angkut
Area bongkar muat
Penyimpanan barang
Pedagang Tenaga angkut
Gudang Telekomunikasi
Semua
Box Telepon Perbankan
Semua
Ruang ATM Bank cabang pembantu
Metabolisme
Semua
Kamar Mandi WC
2. Analisa Pelaku dan Jenis Kegiatan
a. Dasar Pertimbangan
1) Pelaku kegiatan di dalam pasar tradisional
2) Jenis kegiatan yang dilakukan oleh pelaku pasar
3) Alur kegiatan pelaku
commit to user
1) Kegiatan Pembeli
Gambar 4.33. Skema Kegiatan Pembeli
2) Kegiatan Pedagang
Datang/Pergi
Kegiatan Penunjang
Parkir / Ambil Kendaraan
Kegiatan
Utama
Masuk/Keluar
Melihat-lihat barang Memilih-milih
barang Tawar-menawar Membeli
Sholat MCK Istirahat Makan Servis
commit to user
Gambar 4.34. Skema Kegiatan Pedagang
3) Kegiatan Pengelola Pasar
Datang/Pergi
Kegiatan Penunjang
Kegiatan
Utama
Masuk/ Keluar
Sholat MCK Istirahat Makan Servis (parkir,
keamanan, perbankan,
Telekomunika -si, dll)
Menawar -kan
barang
Penjualan barang
Pemerik -saan barang Display barang
Bongkar muat
barang Penyimpan
-an barang
Parkir / Ambil Kendaraan
commit to user
Gambar 4.35. Skema Kegiatan Pengelola Pasar
3. Besaran Ruang
Datang/Pergi
Kegiatan Penunjang
Kegiatan
Utama
Masuk/ Keluar
Menerima tamu Penarikan retribusi Direksi Administrasi Keamanan (mengelola keamanan pasar) Kebersihan (mengelola kebersihan pasar)
Sholat MCK Istirahat Makan Servis
Parkir / Ambil Kendaraan
commit to user
1) Standar Ruang
2) Ruang gerak (flow)
3) Kebutuhan ruang
b. Dasar Perhitungan
1) Standar Perhitungan
a) Ernest Neufert, Data Arsitek Jilid 1(DA.1)
b) Ernest Neufert, Data Arsitek Jilid 2(DA.2)
2) Study Ruang
Tabel 4.22. Study Ruang Gerak (Flow)
standar minimum
2 20%
kebutuhan keleluasaan parkir
3 30%
tuntutan kenyamanan fisik
4 40%
tuntutan kenyamanan psikologis
5 50%
tuntutan spesifik kegiatan
6 60-100%
keterkaitan dengan banyak kegiatan (Sumber: Fawzia Eva Kurniawati 2010: 5 BABV)
3) Perhitungan Asumsi
Dalam menentukan rencana ruang maka perancang perlu menentukan sendiri. Hal itu dapat dilakukan oleh perancang dengan benar bila didasarkan pada literatur, studi banding, dan pengamatan.
4) Perhitungan Besaran Ruang
Pasar Jungke merupakan pasar yang ramai dikunjungi setiap harinya. Menurut keterangan dari Kepala Pengelola Pasar Jungke diperkuat dengan observasi lapangan diketahui bahwa pengunjung Pasar Jungke setiap harinya sekitar 2000 orang. Pengunjung pasar berlangsung dari jam 05.00-17.00WIB
commit to user
dari jam 07.00-21.00WIB. Pada bulan Rhamadan pengunjung Pasar Jungke meningkat. Lebih-lebih menjelang Lebaran jumlah pengunjung bisa mencapai dua kali lipat dari hari biasa.
c. Analisa
Untuk mempermudah dalam penghitungan besaran ruang maka dibagi beberapa bagian sesuai jenis kegiatan yang diwadahi sebagai berikut:
1) Kegiatan Penerimaan
Tempat untuk menerima kedatangan (entrence hall), sangat diperlukan pada pasar tradisional yang akan menjadi tempat penyambutan pengunjung. Hall Pasar Jungke dipertimbangkan dapat menampung 50% pengunjung rata-rata. Dengan demikian dapat dihitung sebagai berikut: Kapasitas
: 0,5 x 500 orang / jam
: 250 orang
Standar
: 0,56% / orang (DA.2) Tabel 4.22. Rencana Besaran Ruang Penerimaan Pasar Jungke
Ukuran Staandar
Jumlah Flow
Besaran Ruang m²
Entrance hall
Pasar Utama
0,54m²/orang
Entrance hall Pusat Sandang
0,54m²/orang
2) Kegiatan Perdagangan
Penentuan besaran kios dan los didasarkan pada besaran kios dan los pada Pasar Jungke yang ada pada Pasar Jungke sebelumnya. Selain itu juga dilakukan studi banding dengan pasar tradisional lain. Hal itu dilakukan untuk menciptakan pasar tradisional yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat sekarang dan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang akan datang.
commit to user
pedagang yang direncanakan. Jumlah pedagang yang di rencanakan adalah 1396 pedagang. Jumlah itu lebih banyak dari jumlah pedagang di Pasar Jungke sebelumnya yaitu 943 pedagang. Penambahanya adalah 453 pedagang atau naik 48% dari jumlah pedagang sebelumnya.
Tabel 4.23. Rencana Besaran Ruang Kios dan Los Pasar Jungke
Ukuran Jumlah
Flow
Besaran Ruang m²
1 Kios
Kios Tipe 1
Kios Tipe 2
Kios Tipe 3
Kios Tipe 4
Kios Tipe 5
Kios Tipe 6
Kios Tipe 7
Kios Tipe 8
Kios Tipe 9
Los Tipe 1
Los Tipe 2
Los Tipe 3
Los Tipe 4
5727,8 Total Kios dan Los
1396
9279,92
3) Kegiatan Pengelola
Tabel 4.24. Rencana Besaran Ruang Kantor Pengelola Pasar Jungke
Ukuran Standar
Kapasitas
Besaran Ruang m²
1 Ruang Kepala 15m²/orang(DA.1)
1 15
2 Ruang Wakil 15m²/orang(DA.1)
1 15
R. Staf Operasional
4,74m²/orang(DA.1)
10 47
4 Ruang
4,74m²/orang(DA.1)
8 38
commit to user
5 Ruang Rapat 1,5m²/orang(DA.1)
20 30
Total luas kios dan los pasar
145
4) Kegiatan Servis, Pelayanan dan Penunjang
i. Area Parkir
1. Pengunjung pasar
Pengunjung Pasar Jungke diasumsikan= 500 orang/ jam Diasumsikan 20% pengunjung Pasar Jungke mengunakan kendaraan pribadi jenis mobil maka jumlah mobil dihitung sebagai berikut: 20% x 500= 100 orang (@mobil 4 orang)= 100/4= 25mobil Diasumsikan 50% pengunjung Pasar Jungke mengunakan kendaraan pribadi jenis sepeda motor maka jumlah sepeda motor dihitung sebagai berikut: 50% x 500= 250orang, (@motor 2 orang)= 250/2= 125motor Diasumsikan 30% pengunjung Pasar Jungke mengunakan angkutan umum: 30%x500= 150 orang menggunakan kendaraan umum
2. Pedagang Pasar
Jumlah pedagang yang direncanakan adalah 1396 orang maka dapat dihitung kebutuhan parkir sebagai berikut: Diasumsikan 3% mengunakan kendaraan pribadi jenis mobil maka jumlah mobil dihitung sebagai berikut: 3%x1396= 41orang, (@mobil 4 orang)= 100/4= 21mobil Diasumsikan 45% mengunakan kendaraan pribadi jenis sepeda motor maka jumlah sepeda motor dihitung sebagai berikut: 47%x1396= 656orang, (@mobil 2 orang)= 656/2= 328motor Diasumsikan 30% Pedagang yang mengunakan angkutan umum: 50%x1396= 698orang menggunakan kendaraan umum
3. Pengelola Pasar
Jumlah pegawai pengelola Pasar Jungke direncanakan = 20 orang
commit to user
berikut: 10%x20= 2orang, (@mobil 1 orang)= 2mobil Diasumsikan 70% mengunakan motor maka jumlahnya dihitung sebagai berikut: 70%x20= 14orang, (@mobil 1 orang)= 14motor Diasumsikan 20% pengelola Pasar Jungke yang mengunakan angkutan umum: 20%x20= 4orang kendaraan umum
Tabel 4.25. Rencana Besaran Ruang Area Parkir
Kapasitas Flow
Besaran Ruang
1 Pengunjung
Mobil 15m²/buah(DA.2)
25 30%
487,5
Motor 2,5m²/buah(DA.2)
Mobil 15m²/buah(DA.2)
21 30%
409,5
Motor 2,5m²/buah(DA.2)
Mobil 15m²/buah(DA.2)
2 30%
39
Motor 2,5m²/buah(DA.2)
14 30%
45,5
Total luas area parkir
2453,75
b) Area Bongkar Muat
Pada perencanaan area bongkar muat didasarkan pada jumlah pedagang. Dalam perencanaan luas area bongkar muat diasumsikan terdapat 2 buah mobil besar dan 10 mobil sedang-kecil. Lebih rinci perhitungan besaran ruang dapat dilihat pada tabel 4.26.
Tabel 4.26. Rencana Besaran Ruang Area Bongkar Muat
No
Keb. Ruang
Standar
Kapasitas Flow
Besaran Ruang
1 Mobil besar 48m²/buah(DA.2)
2 50% 144
2 Mobil Kecil 15m²/buah(DA.2)
10 50% 225
commit to user
c) Masjid
Masjid di Pasar Jungke paling banyak digunakan untuk sholat dhuhur. Waktu dhuhur adalah sekitar pukul 12 siang dan pada jam itu ada sebagian pedagang yang sudah pulang terutama pedagang makanan. Jumlah pembeli pada jam itu tidak terlalu banyak. Diasumsikan pengguna masjid adalah 200 orang diasumsikan jamaah pada saat jumatan yaitu jamaah terbanyak.
Untuk tempat wudhu diasumsikan 10% dari jumlah pengguna. Jadi luasan tempat wudhu dapat dihitung sebagai berikut: 10%x200= 30orang dan diasumsikan @orang=1m² maka kebutuhan tempat wudhu= 30x1= 30m². Lebih rinci perhitungan besaran ruang masjid beserta tempat wudhu dapat dilihat pada tabel 4.26.
Tabel 4.27. Rencana Besaran Ruang Masjid
No
Keb. Ruang
Standar
Kapasitas Flow
Besaran Ruang m²
1 Masjid 0,6m²/orang(DA.2)
200
120
2 Tempat Wudhu 1m²/orang(DA.2)
20
20
Luas total
140
d) Lavatory
Pada perencanaan kamar mandi untuk Pasar Jungke dipisahkan antara kamar mandi pria dan wanita. Pemisahan itu dilakukan untuk menambah kenyamanan pengguna. Walaupun ada pemisahan tetapi lokasinya berdekatan dan direncanakan setiap unit kamar mandi terdapat kamar mandi pria dan wanita.
Kebutuhan kamar mandi pria dan wanita untuk kamar mandi di Pasar Jungke berbeda. Dari pengamatan bahwa pedagang dan pembeli di pasar kebanyakan wanita. Untuk perencanaan Pasar Jungke diasumsikan 70% wanita dan 30% pria. Jadi pengguna pria sebesar 30% x = 780orang
commit to user
direncanakan kamar mandi pria terdiri dari 1 wastafel dan 1 kamar mandi. Untuk kamar mandi pria tidak direncanakan urinoir karena banyak menimbulkan masalah utamanya kebersihan. Untuk kamar mandi wanita terdiri dari 2 wastafel dan 2 kamar mandi.
Diasumsikan pengguna lavatori 2% dari jumlah pengguna pasar yang jumlahnya 1896 = 38 kamar mandi. Direncanakan setiap unit ada 3 kamar mandi maka diperlukan 38:3 = 13unit. Standar luasan kamar mandi adalah 1,2m²/orang (DA.2) KM/WC pria = 1 wastafel dan 1 KM/WC = (1x1,5)+(1x1,5)= 3m KM/WC wanita = 2 wastafel dan 2 KM/WC = (2x1,5)+(2x1,5)= 6m Jadi setiap unit luasnya = 9 m²
Tabel 4.28. Rencana Besaran Ruang Lavatory
No Kebutuhan Ruang
Luas
Jumlah
Besaran Ruang m²
1 KM/WC Pengunjung
dan Pedagang
9m²/unit
12 unit
108
2 KM/WC Pengelola
9m²/unit
1 unit
Luas total
117
e) MEE
Tabel 4.29. Rencana Besaran Ruang MEE
No Kebutuhan Ruang
Besaran Ruang m²
1 Ruang genset
4m²(asumsi)
2 20
2 Ruang trafo PLN
2,5m²(asumsi)
3 Ruang instalasi
air bersih
2 m²(asumsi)
2 16
Total luas
50
f) Pos Jaga, ATM dan Box Telepon
Tabel 4.30. Rencana Besaran Ruang Pos Jaga, ATM dan Box Telepon
No Kebutuhan
Ukuran/
Jumlah Flow
Besaran
commit to user
1 Pos jaga
4m² (asumsi)
2 ATM
2,5m² (asumsi)
10
Box telepon
Bank
2 m² (asumsi) 20m² (asumsi)
84
Total luas
110
d. Hasil Analisa
Tabel 4.31. Rekapitulasi Rencana Peruangan Pasar Jungke
No
Kebutuhan Ruang
Besaran Ruang
1 Kegiatan penerimaan
176
2 Kegiatan perdagangan
9279,92
3 Kegiatan pengelola
145
4 Kegiatan servis, pelayanan dan penunjang
3129,75
Total Luas Bangunan Pasar Jungke
12730,67
4. Analisa Organisasi Ruang
a. Dasar Pertimbangan
1) Kedekatan ruang
2) Keterkaitan antar fungsi ruang
3) Kelancaran sirkulasi antar ruang
b. Analisa dan Hasil Analisa
1) Kegiatan Secara Umum
Perdaganga
Penunjang
Pengelolaan
Servis
commit to user
2) Kegiatan Perdagangan
Gambar 4.37. Organisasi Ruang Kegiatan Perdagangan
3) Kegiatan Pengelolaan
Gambar 4.38. Organisasi Ruang Kegiatan Pengelolaan
4) Kegiatan Penunjang
Gambar 4.39. Organisasi Ruang Kegiatan Penunjang
5) Kegiatan Servis
Gambar 4.40. Organisasi Ruang Kegiatan Servis
Penerimaan / Entrence Hall
Kios
dan Los
Area Parkir
Area Bongkar
Muat
Loby Kantor
R.Tamu Kantor
R.Rapat
R. Pimpinan
R. Staff
MEE
R. Pencatatan
Area Parkir Area Bongkar
Muat
Pos Jaga
Entrence Telepon
Hall
commit to user
5. Analisa Pola Hubungan Ruang
a. Dasar Pertimbangan
1) Kedekatan ruang
2) Keterkaitan antar fungsi ruang
3) Kelancaran sirkulasi antar ruang
b. Analisa dan Hasil Analisa
1) Lantai Basement
Gambar 4.41. Pola Hubungan Ruang Lantai Basment
2) Lantai 1
MCK / LAVATORY
AREA PARKIR
RUANG PENJAGA
RUANG PENCATATAN
RUANG MEE
TANGGA/ RAM
BASME
NT
AREA BONGKAR MUAT
Keterangan:
: Dekat (bersebelahan) O : Sedang (melalui ruangan lain)
: Jauh (melalui beberapa ruang
lain)
commit to user
GUDANG MASJID
TANGGA
MCK/ LAVATORY
TEMPAT WUDHU
MCK / LAVATORY
R. STAFF 1
R. PIMPINAN
LOBY KANTOR
MCK / LAVATORY
ENTRENCE HALL
RUANG TERBUKA
R. TAMU KANTOR
TANGGA/ RAM
TANGGA
LOBY MASJID
MCK / LAVATORY
LOS
KIOS
SIRKULASI UTAMA
TANGGA/ RAM
MCK / LAVATORY
HALL
KIOS
ENTRENCE HALL
RUANG TERBUKA
TANGGA/ RAM
KANTOR P ENGELOLA
ANGUNAN UTAMA
ANGUNAN LOS
DAGING
ANGUNAN P AS
Gambar 4.42 Pola Hubungan Ruang Lantai 1
3) Lantai 2
Keterangan:
: Dekat (bersebelahan) O : Sedang (melalui ruangan lain)
: Jauh (melalui beberapa ruang
lain)
commit to user
R. AUDIO
MASJID UTAMA
MCK / LAVATORY
R. TRANSISI
MCK / LAVATORY
LOS
KIOS
PUSAT SIRKULASI
TANGGA/ RAM
R. RAPAT
SERAMBI MASJID
MCK / LAVATORY
LOS
KIOS
SIRKULASI UTAMA
TANGGA/ RAM
MCK / LAVATORY
KIOS
PUSAT SIRKULASI
HALL
TANGGA/ RAM
SJID PASAR
BANGU
NAN UTAMA
R. STAFF 3
TANGGA
TANGGA
Gambar 4.43. Pola Hubungan Ruang Lantai 2
4) Lantai 3
MCK / LAVATORY
KIOS
PUSAT SIRKULASI
HALL
TANGGA/ RAM
: Dekat (bersebelahan) O : Sedang (melalui ruangan lain)
: Jauh (melalui beberapa ruang
lain)
Keterangan:
: Dekat (bersebelahan) O : Sedang (melalui ruangan lain) -
: Jauh (melalui beberapa ruang
commit to user
6. Analisa Konsep Tata Massa
a. Dasar Pertimbangan
1) Efektifitas dan optimalisasi dalam penggunaan lahan site
2) Kelancaran sirkulasi barang dan orang
3) Kesatuan antar fungsi kegiatan pasar tradisional
4) Kemudahan pencapaian
5) Estetika bangunan
b. Analisa
1) Analisa Bentuk Dasar Massa
Ada beberapa bentuk dasar yang biasa digunakan pada bentuk massa bangunan. Bentuk massa yang biasa digunakan diantaranya bentuk segi empat, segi tiga, segi banyak, oval, lingkaran, dll. Bentuk tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Untuk mendapatkan bentuk massa yang baik sesuai dengan yang diharapkan perlu adanya analisa bentuk dasar massa bangunan untuk menilai bentuk dasar massa yang akan dipakai. Untuk lebih rinci dijelaskan pada pembahasan dibawah ini:
a) Segi Empat
Gambar 4.45. Bentuk Massa Segi Empat
Bentuk segi empat adalah bentuk massa yang sering dipakai. Bentuk massa segi empat menimbulkan kesan tegas, formal, tetapi terkesan agak kaku. Kelebihan dari bentuk ini adalah efekifitas fungsi ruang. Kelebihan lain yaitu mudah dalam penataan ruang. Dalam perencanaan
commit to user
bangunan juga lebih mudah.
b) Lingkaran/ Oval
Gambar 4.46. Bentuk Massa Lingkaran/ Oval Massa bangunan berbentuk lingkaran ini memiliki kelebihan yaitu
bentuk lebih menarik dan terkesan lembut. Selain itu bentuk lingkaran maupun oval bisa menciptakan bentuk massa bangunan yang atraktif. Kekurangannya adalah kurang efisien tempat. Dalam merancang menggunakan bentuk lingkaran lebih memerlukan pemikiran yang matang untuk bisa menciptakan massa bangunan yang menarik juga efisien tempat tanpa mengesampingkan kelancaran sirkulasi.
c) Segi Tiga
Gambar 4.47. Bentuk Massa Segi Tiga
Bentuk segi tiga untuk massa bangunan jarang digunakan. Bentuk segi tiga biasa digunakan hanya untuk penambah estetika dan sering dikombinasikan dengan bentuk lain. Akan tetapi bentuk segi tiga ini
commit to user
kurang efisien tempat dan sulit dalam penataan ruang.
2) Analisa Komposisi Massa
Komposisi massa sangat mempengaruhi sebuah hasil rancangan desain. Apabila dalam analisa komposisi massa bangunannya baik akan menghasilkan sebuah bangunan yang kompak.
Ada beberapa pilihan komposisi massa bangunan. Penggunaan massa tunggal yang mencerminkan bangunan tunggal. Ada juga yang menggunakan banyak massa yang biasa digunakan pada bangunan dengan ukuran yang besar dan memiliki fungsi yang jamak.
a) Satu Massa
Desain Bangunan dengan massa tunggal memiliki kelebihan yaitu adanya kesatuan. Dengan demikian bangunan akan tampak lebih besar dan terkesan agung. Sirkulasi antar ruang juga lebih mudah karena tidak memerlukan koridor penghubung antar bangunan.
Kekuranyanya adalah bila bangunan terlalu besar akan mengakibatkan pencahayaan dan penghawaan alami tidak bisa dinikmati di semua bagian bangunan terutama di bagian dalam dari bangunan. Dengan demikian diperlukan pemecahan mengenai pencahayaan dan penghawaan alami bila massa bangunan terlalu besar. Selain itu bila bangunan cukup besar atau sangat panjang juga memerlukan dilatasi dalam perencanaan struktur bangunan. Untuk analisa komposisi satu massa dapat dilihat pada gambar 4.48.
commit to user
Gambar 4.48. Satu Massa
b) Banyak Massa
Desain bangunan dengan banyak massa memiliki kelebihan yaitu adanya pemisahan bangunan sesuai fungsi bangunan. Dengan demikian akan jelas perbedaan fungsi bangunan. Pemisahan antar jenis kegiatan akan lebih mudah dan jelas.
Kekuranyanya adalah bangunan akan nampak lebih kecil. Untuk menghubungkan antara satu bangunan dengan bangunan lain memerlukan ruang penghubung atau bangunan penghubung.
Massa bangunan tunggal memanjang
commit to user
Gambar 4.49. Banyak Massa
c) Hasil Analisa
Massa bangunan yang banyak
commit to user
Gambar 4.50. Hasil Analisa Tata Massa
Dengan memperhatikan pertimbangan analisa tata massa maka pasar yang direncanakan satu massa. Penggunaan satu massa bertujuan untuk menciptakan sebuah bangunan yang terkesan agung dan menyatu. Walaupun menggunakan satu massa bangunan tetapi juga dimunculkan bangunan dengan ciri yang berbeda dalam satu massa dan seolah-olah terkesan banyak massa tetapi menyatu. Perbedaan itu dimunculkan sebagai pemisah kelompok kegiatan yang berbeda. Selain itu juga mengurangi kesan monoton.
Penyatuan beberapa massa tersebut untuk mempermudah akses dan menyatukan bangunan menjadi satu kesatuan yang kompak. Untuk Konsep tata massa yang direncanakan dapat dilihat pada gambar 4.50.
7. Zonifikasi
a. Dasar Pertimbangan
Satu massa bangunan yang dihasilkan dari penyatuan beberapa massa bangunan
commit to user
2) Fungsi dan kebutuhan ruang
3) Sifat dan jenis ruang
b. Analisa
Berdasarkan dasar pertimbangan maka penzoningan dilakukan atas dasar jenis barang dagangan dengan sifatnya dan fungsi ruang. Pasar tradisional dengan jenis dan sifat barang dagangan yang komplek perlu adanya penzoningan yang baik agar tercipta kenyamanan bagi penggunan pasar.
Barang dagangan bisa diklasifikasikan menurut sifatnya. Ada beberapa katagori barang dagangan diantaranya barang dagangan yang bersifat basar seperti daging, sayur, dan buah. Ada barang dgangan yang bersifat kering sperti kelontong dan pakaian. Dengan demikian perlu adanya penzoningan menurut sifat barang dagangannya.
Barang dagangan juga bisa diklasifikasikan menurut kebutuhan konsumen. Barang yang bersifat primer dikelompokkan. Begitu juga barang yang bersifat sekunder atau tersier dikelompokkan sendiri-sendiri.
c. Hasil Analisa
1) Zona Pedagang Primer
Zona pedagang primer adalah jenis komoditas yang diperdagangkan merupakan bahan pokok. Jenis barang yang dijual seperti sayuran, buah- buahan, bahan makanan, dll.
2) Zona Pedagang Pekunder
Zona pedagang sekunder adalah jenis komoditas yang diperdagangkan merupakan bahan penunjang. Jenis barang yang dijual seperti sandangan, perabot, elektronik, dll.
3) Zona Pedagang Daging
Zona pedagang daging adalah jenis komoditas yang diperdagangkan merupakan berbagai jenis daging. Pemisahan dilakukan karena sifat daging
commit to user
yang khusus.
4) Zona Pedagang Pasar Lanang
Zona pedagang pasar lanang adalah zone khusus untuk pedagang dengan jenis barang dagangannya adalah pakaian dan aksesori. Selain jenis komoditas yang berbeda tetapi juga jam buka yang berbeda dengan pasar utama yaitu dari jam 07.00WIB-21.00WIB.
5) Zona Masjid
Zona ibadah adalah masjid yang dipergunakan untuk sholat bagi pengguna pasar. Dengan menyediakan tempat ibadah yang mencukupi akan menambah kenyamanan pengunjung.
6) Zona parkir dan bongkar muat
Zona parkir adalah untuk area parkir pengunjung, pedagang dan pengelola. Area parkir ditempatkan lokasi yang mengelompok dan diletakkan di dekat bangunan. Untuk parkir motor direncanakan diletakkan di sekeliling bangunan. Untuk parkir mobil diletakkan di dalam bangunan di lantai dasar. Dengan demikian akan memberikan kemudahan bagi pengunjung maupun pedagang..
Untuk zona bongkar muat diperuntukkan untuk penurunan barang dari mobil pemasok. Area bongkar muat ditempatkan di dekat area parkir mobil yaitu di lantai dasar bangunan pasar.
7) Zone Pasar Paingan
Pasar paingan adalah pasar yang ada pada hari paing pada penanggalan jawa. Di pasar paingan sebagian besar menjual hewan utamanya burung. Pada saat sekarang pasar paingan berada di sisi jalan di sekeliling taman pasar yang berada di sisi timur. Area untuk pasar paingan direncanakan di sisi utara konsepnya terbuka hijau.
d. Hasil Analisa
commit to user
Gambar 4.51. Konsep Zonifikasi
8. Pencapaian
1) Dasar Konsep
a) Kondisi area site
Zone Pasar Paingan dan Are terbuka Hijau
Zone Pasar Lanang / Pasar Senggol
1. Zone Pedagang Primer
2. Zone Pedagang Sekunder
3. Zone Parkir dan Bongkar
Zone Pedagang Daging
1. Zone Kantor Pengelola Pasar
2. Zone Ibadah (Masjid)
commit to user
2) Analisa
a) Dari dan ke Arah Timur
(1) Kelebihan (a) Mudah dalam pencapaian karena langsung ke jalan utama akses ke pasar. (b) Sisi timur cukup panjang sehingga penempatan pencapaian mudah. (2) Kekurangan (a) Lalu lintas di sisi timur sangat ramai dan padat.
b) Dari dan ke Arah Barat
(1) Kelebihan (a) Lalu lintas tidak ramai. (2) Kekurangan
(a) Berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk. (b) Hanya ada satu akses jalan masuk yaitu dari perkampungan.
c) Dari dan ke Arah Utara
(1) Kelebihan
(a) Untuk pengguna kendaraan umum dari terminal lebih mudah. (2) Kekurangan
(a) Terganggu oleh kendaraan yang ada di Terminal Jungke.
d) Dari dan ke Arah Selatan
(1) Kelebihan (a) Sisi selatan dilalui jalan akses utama pasar. (2) Kekurangan
(a) Sisi selatan cukup sempit dan lalu lintasnya cukup ramai.
commit to user
Gambar 4.52. Analisa Pencapaian Lokasi
3) Hasil Analisa
Dari beberapa pertimbangan di atas maka ditentukan pintu utama untuk akses masuk dan keluar pengunjung diletakkan di sebelah timur di tengah- tengah bangunan utama. Untuk akses masuk ke dalam dan keluar kendaraan diletakkan di samping ME/SE utama pengunjung. Untuk pasar lanang pencapaian pengunjung disendirikan yaitu dari arah timur agak ke utara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.53.
Terminal Jungke
commit to user
Gambar 4.53. Hasil Analisa Konsep Pencapaian Lokasi
9. Orientasi Bangunan
a. Dasar Pertimbangan
SE
Pintu masuk dan keluar Pasar Lanang dan Pasar Paingan
Pintu keluar kendaraan dari basment
1. Pintu utama masuk dan keluar untuk orang
2. Pintu masukdan keluar kendaraan dari dan ke basment
Pintu utama masuk dan keluar untuk
Pintu masuk kendaraan ke basment
SE/M
commit to user
2) Potensi area site
3) Kemudahan akses
b. Analisa
1) Arah Timur
a) Kelebihan (1) Visual bangunan terlihat jelas dan maksimal.
b) Kekurangan (2) Visual bangunan terlihat terlalu memanjang.
2) Arah Utara
a) Kelebihan (1) Menghadap ke Terminal Jungke yang menjadi pusat keramaian.
b) Kekurangan
(2) Visual bangunan terlihat sempit dan kurang terlihat maksimal.
3) Arah Selatan
a) Kelebihan (1) Bangunan akan terkesan menyambut.
b) Kekurangan
(1) Visual bangunan terlihat sempit dan kurang menarik.
4) Arah Barat
a) Kelebihan (1) Visual bangunan tampak jelas.
b) Kekurangan (1) Kurang potensial karena sisi barat adalah pemukiman dan hanya ada satu akses jalan dari perkampungan.
5) Arah Tenggara
a) Kelebihan (1) Terkesan menyambut karena banyak pengunjung yang datang dari arah tenggara. (2) Kekurangan
Bangunan hanya terlihat sepintas
commit to user
a) Kelebihan (1) Terkesan menyambut pengunjung dari arah utara
b) Kekurangan (1) Bangunan hanya terlihat sepintas
Gambar 4.54. Analisa Orientasi Bangunan
c. Hasil Analisa
Dari gambar 4.55. dapat dilihat arah hadap bangunan Pasar Jungke yang direncanakan. Hasil analisa itu dengan pertimbangan sebagai berikut:
UTAR
commit to user
b) Visual bangunan terlihat maksimal
c) Dengan sisi yang panjang akan lebih terkesan agung
Gambar 4.55. Hasil Analisa Orientasi Bangunan
10. Analisa Sirkulasi
b. Dasar Pertimbangan
1) Sirkulasi yang efektif
2) Sirkulasi yang cepat
3) Sirkulasi yang jelas
ARAH ORIENTA SI BANGUN UTAR
commit to user
Ada beberapa jenis atau pola sirkulasi pada sebuah bangunan. Secara garis besar sirkulasi di dalam bangunan dibedakan menjadi dua macam yaitu sirkulasi horisontal dan sirkulasi vertikal.
1) Sirkulasi Horisontal
a) Sirkulasi Linier
Gambar 4.56. Sirkulasi Linier
Sirkulasi dengan pola linier memliliki ciri garis tegak lurus yang saling berhungan dan ada sumbu penghubung yang menjadi fungsinya sebagai sirkulasi primer.
Kelebihan dari pola linier adalah sangat efisien tempat dan juga mudah dalam penataan tata ruang. Dalam pengelompokan ruang atau dalam penzoningan ruang juga lebih mudah. Selain itu ada kejelasan sirkulasi. Kekurangan dari pola linier adalah terkesan formal dan kaku.
b) Sirkulasi Grid
Gambar 4.57. Sirkulasi Grid
commit to user
bercirikan bentuk grid dan menciptakan peruangan yang berbentuk petak- petak. Pola sirkulasi grid biasa digunakan karena mudah dalam penataan tata ruang dan sangat efektif bila diterapkan untuk tata ruang yang komplek seperti pasar.
6) Sirkulasi Radial
Gambar 4.58. Sirkulasi Radial
Sirkulasi dengan pola radial memiliki ciri bentuk sirkulasi yang memusat ke satu titik atau menyebar dari satu titik. Pola radial jarang dipakai karena memiliki kesulitan yang lebih dalam penataan tata ruang maupun dalam pengelompokan ruang bila dibandingkan dengan pola linier. Akan tetapi pola radial memiliki kelebihan yaitu menimbulkan kesan atraktif dan non formal serta adanya pemusatan.
2) Sirkulasi Vertikal
a) Tangga
Gambar 4.59. Tangga Pada Bangunan
Mengenai pengertian tangga, Heinz Frick (2007) bependapat, “Tangga merupakan struktur bangunan yang menghubungkan dua pelat
commit to user
vertikal pada bangunan bertingkat yang sering dipakai. Akan tetapi pada zaman sekarang sudah agak tergeser dengan adanya eskalator atau lift. Apalagi pada bangunan berlantai banyak biasanya menggunakan lift sebagai alat sirkulasi vertikal yang utama dan biasanya juga tetap menggunakan tangga yang difungsikan sebagai tangga darurat.
b) Ram
Ram merupakan alat sirkulasi vertikal pada bangunan yang biasa digunakan untuk sirkulasi kendaraan. Pada saat ini ram juga sangat penting karena digunakan untuk difabel. Dengan demikian ram sangat penting dalam sebuah bangunan.
c) Shaft
Shaft biasa digunakan untuk sirkulasi sampah dan utilitas. Tujuan penggunaan shaft adalah kemudahan sirkulasi karena lebih cepat dan efisien. Selain itu untuk utilitas akan lebih rapi dan mudah dalam pembenahan kerusakan jaringan.
d) Eskalator
Eskalator pada saat ini sangat banyak digunakan di bangunan modern seperti mall atau bandara internasional. Eskalator memiliki kelebihan memberikan kenyamanan bagi pengguna karena pengguna. Kelemahan dari eskalator adalah memerlukan energi listrik untuk mengoprasikannya.
e) Lift
Lift pada saat ini juga sangat banyak digunakan di bangunan modern utamanya bangunan berlantai banyak. Lift memiliki kelebihan lebih hemat tempat karena berupa ruangan yang bergerak naik turun yang digerakkan dengan tenaga listrik. Selain itu lift juga lebih mendukung kenyamanan pengguna karena pengguna tidak banyak memerlukan tenaga untuk naik atau lantai bangunan. Kelemahan dari lift yaitu diperlukan konstruksi khusus dan memerlukan daya listrik yang besar.
commit to user
1) Sirkulasi Horisontal
Dari beberapa analisa diatas diambil pola sirkulasi grid karena pola ini sangat cocok diterapkan pada bangunan pasar. Pola grid menunjang kejelasan arah, efektifitas ruang dan kemudahan akses antar bagian ruang. Selain itu pengelompokan kios dan los Pasar Jungke dengan menggunakan pola grid mempermudah dalam pengelompokan masing-masing fungsi, jenis dan karakter dari setiap barang dagangan dan jenis perdagangan.
2)Sirkulasi Vertikal
Dari analisa sirkulasi vertikal diatas maka diambil beberapa pilihan yaitu:
i. Tangga
ii. Ram
iii. Shaft
11. Analisa Kearifan Lokal
a. Dasar Pertimbangan
4) Sirkulasi yang efektif
5) Sirkulasi yang cepat
6) Sirkulasi yang jelas
b. Analisa
1) Kearifan bentuk
Dalam menentukan konsep bentuk perlu adanya analisa. Ada sangat banyak konsep bentuk bangunan yang bisa diterapkan. Konsep bentuk bangunan bisa dari bentuk secara keseluruhan tampak bangunan maupun bentuk bagian-bagian bangunan.
a) Bentuk - Bentuk Atap
1. Atap Pelana ( kampung )
commit to user
Gambar 4.60. Gambar Sketsa Atap Pelana Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai
untuk bangun-bangunan atau rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis.
2.Atap Limasan ( perisai )
Gambar 4.61. Gambar Sketsa Atap Limasan Atap limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu
pada satu garis bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas. Jika dilhat terdapat dua bidang berbentuk trapesium dan dua bidang segitiga.
3. Atap Panggang-Pe
Gambar 4.62. Gambar Sketsa Atap Panggang-Pe Bentuk rumah panggang-pe sangat sederhana. Bentuk atap ini sering dipakai untuk atap warung dan atap kamar mandi. Sunarmi, Guntur dan Tri Prastyo Utomo berpendapat atap panggang-pe berbentuk satu sisi miring seperti atap kampung yang dibelah dua(2007)
4. Atap Tajug
Gambar 4.63. Gambar Sketsa Atap Tajuk
commit to user
sebagian masyarakat berpendapat sama antara bentuk atap tajug dan atap joglo. Atap tajuk juga memiliki saka guru yang berjumlah empat buah. Mengenai bentuk atap tajuk, Sunarmi, Guntur dan Tri Prastyo Utomo (2007) berpendapat, rumah tajuk memiliki atap brujung yang bersudut tajam seperti pada rumah joglo, tetapi bentuk atap ini simetri jika dipandang dari keempat sisinya” (hlm.100).
5. Atap Joglo
Gambar 4.64. Gambar Sketsa Atap Joglo Bentuk atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atapnya seperti bertingkat. Atap ini banyak di bangun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mengenai ciri khas dari rumah Joglo menurut Sunarmi, Guntur dan Tri Prastyo Utomo (2007) berpendapat “Rumah Joglo berbentuk bujur sangkar dan bertiang empat sebagai tiang utama yang sering disebut saka guru ” (hlm.58).
b) Bentuk yang Sesuai dengan Kearifan Lokal
Yang dimaksud kearifan lokal adalah bentuk bangunan menyelaraskan dengan budaya dari daerah setempat. Keselarasan dapat dilakukan hanya sebatas area yang sempit atau area yang luas. Perancangan desain berdasarkan atas kelokalan agar selaras dengan daerah sekitar dan bisa menambah ciri khas suatu daerah. Dengan demikian maka akan menambah daya tarik daerah tersebut.
Di Kabupaten Karanganyar utamanya di kota terdapat banyak bangunan-bangunan yang sudah menjadi ciri khas Kabupaten Karanganyar. Bangunan tersebut kebanyakan adalah gedung perkantoran, masjid, dan bangunan lain milik pemerintah. Bangunan-bangunan itu banyak yang mengambil unsur kearifan lokal.
commit to user
diantaranya adalah:
(1) Masjid Agung Karanganyar
Gambar 4.65. Masjid Agung Karanganyar (Sumber: Dokumen Pribadi)
(a) Langgam
Secara umum Masjid Agung Karanganyar berlanggam arsitektur Islam dengan perpaduan arsitektur lokal yaitu bentuk atap pengembangan dari atap tajuk. Konsep yang terlihat adalah bangunan tropis bentuk atap yang tanggap terhadap cuaca panas dan tempias hujan.
(b) Karakteristik
Secara detail dari bagian bangunan masjid adalah: Bentuk atap : Atap tajuk dengan kombinasi kubah dan sudah dilakukan
pengembangan.
Bentuk detail : Detail pintu masuk utama berlanggam arsitektur Islam
dengan lengkungan mengerucut.
Ornamen : Bentuk ornamen bangunan menegaskan langgam Islam dengan kombinasi kearifan lokal.
(2) Kantor Bupati
commit to user
Gambar 4.66. Kantor Bupati Karanganyar (Sumber: Dokumen Pribadi)
(a) Langgam
Secara umum bangunan Kantor Bupati Karanganyar berlanggam tradisional jawa walaupun sudah ada sentuhan modern. Bentuk atapnya sangat mencerminkan bangunan berkonsep tradisional Jawa. Konsep bangunan yang dipakai adalah bangunan tropis nampak dari bentuk atap yang sangat mencerminkan bangunan tropis.
(b) Karakteristik
Secara detail dari bagian bangunan Kantor Bupati Karanganyar adalah: Bentuk Atap : Limasan dengan pengembangan yang menciptakan bentuk
atap yang menarik.
Bentuk Detail : Kombinasi bentuk-bentuk modern dengan adanya
pengulangan.
Ornamen : Bentuk ornamen bangunan menegaskan tradisional Jawa dengan sentuhan pada arsitektur modern.
(3) Pendopo Astana Giri Bangun
commit to user
Gambar 4.67. Astana Giri Bangun Matesih Karanganyar (Sumber: www.google.com)
(a) Langgam
Secara umum bangunan Astana Giri Bangun berlanggam tradisional jawa dengan bentuk atap tajuk. Bangunan dengan kesan agung ini sangat kental dengan seni arsitektur tradisional Jawa. Hal itu dapat terlihat dari eksterior dan interiornya yang kaya akan ornamen khas Jawa. Konsep bangunannya adalah bangunan tropis yang sangat tepat diterapkan di daerah tropis.
(b) Karakteristik
Secara detail dari bagian bangunan Astana Giri Bangun adalah: Bentuk Atap : Tajuk berundak dengan 3 susunan atap yang semakin ke
atas kemiringannya semakin curam.
Bentuk Detail : Bentuk detail bangunan adalah tradisional Jawa dan banyak mengadopsi bentuk-bentuk bangunan keraton. Ornamen
: Banyak terdapat ukiran yang menjadi ciri khas bangunan tradisional Jawa.
(4) Pabrik Gula Tasikmadu
commit to user
Gambar 4.68. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar (Sumber: www.google.com)
(a) Langgam
Secara umum bangunan Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar adalah berlanggam kolonial. Memang bangunan ini adalah salah satu peninggalan zaman penjajahan Belanda.
(b) Karakteristik
Secara detail dari bagian bangunan Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar adalah: Bentuk Atap : Pelana dengan material seng (fungsional) Bentuk Detail : Kolonial yaitu adanya pengulangan bentuk. Ornamen
: Ornamen bangunannya berbentuk sederhana
7) Kearifan Suasana
Kearifan lokal yang ada di pasar tradisional adalah adanya sistem tawar-menawar dalam transaksi jual beli. Dengan adanya tawar menawar maka akan ada interaksi yang hangat antara pedagang dan pembeli. Untuk menciptakan hal itu maka diperlukan desain dan penataan tempat yang sesuai dengan kearifan suasana pasar tradisional. Untuk tempat yang sangat mencerminkan kearifan lokal adalah los yang antar pedagang dapat berinteraksi.
c.Hasil Analisa Kearifan Lokal
1) Kearifan Lokal Bentuk
commit to user
Gambar 4.69. a) Astana Giri Bangun Matesih Karanganyar,
b) Bangunan Utama Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar
(Sumber: www.google.com)
Dalam perancangan Pasar Jungke mengambil bentuk atap tajuk mengadopsi bentuk atap Pendopo Astana Giri Bangun. Untuk bentuk teras dan detail arsitekturnya sebagian mengambil konsep kolonial yang mengadopsi dari bentuk bangunan utama Pabrik Gula Tasikmadu.
ii. Kearifan Lokal Suasana
Gambar 4.70. Hasil Analisa Kelokalan Suasana
12. Analisa Tata Hijau
a. Dasar Pertimbangan
PENJUAL
PEMBELI
LOS DITINGGIK
AN
DAGANGA
commit to user
2) Vegetasi sesuai dengan alam sekitar
3) Kemudahan dalam perawatan
4) Mengurangi kebisingan dan polusi udara
b. Analisa
Gambar 4.71. Taman Kota yang Tertata dengan Baik (Sumber: www.google.com)
Dalam merancang sebuah bangunan yang berwawasan lingkungan, diperlukan konsep tata hijau. Taman berfungsi sebagai pelembut dan menambah estetika sebuah bangunan.
1) Vegetasi
Mengenai vegetasi, Rustam Hakim, Hardi Utomo (2004) menyebutkan fungsi tanaman: (1) Kontrol pandangan (Visual control) (2) Pembatas visik (Phisical barriers) (3) Pencegah Erosi ( Erosion control) (4) Habitat satwa (Wildlife habitats) (5) Nilai estetis (Aestetis value)
Joseph De Chiara, Lee E. Koppelman berpendapat, “Jenis dan pola vegetasi merupakan sumberdaya rekreasi, visual dan ekologi yang penting. Jenis vegetasi setempat berkaitan dengan sifat tanah dan mikro iklim, hidrologi
dan topograf” (1978).
2) Perkerasan
commit to user
bahan. Perkerasan bisa dengan paving blok yang dapat tetap menyerap air hujan yang mengalir di atasnya. Bisa juga menggunakan keramik, batu alam, pengaspalan, dll.
3) Perlengkapan Taman
Untuk perlengkapan taman perlu diadakan untuk mendukung keberadaan taman tersebut. Perlengkapan taman yang biasa dihadirkan adalah seperti lampu taman, kolam hias, pancuran, dll.
4) Penempatan Vegetasi
a) Dasar Peletakan Tanaman
Mengenai peletakan tanaman, Rustam Hakim, Hardi Utomo (2004) menyebutkan: (1) Variasi (Variety) (2) Penekanan ( Accent) (3) Keseimbangan (Ballance) (4) Kesederhanaan (Simplicity) (5) Urutan (Sequence)
b) Penempatan Tanaman (1) Kelompok Terpisah
Penempatan Vegetasi dengan pengelompokan terpisah adalah dengan membuat taman hanya di bagian tertentu saja. Tidak seluruh bagian bangunan ditanami. Dengan demikian ada beberapa taman yang terpisah satu dengan yang lain
(a) Kelebihan
Dengan penempatan setempat akan lebih bersifat privat. (b) Kelemahan Dengan adanya taman hanya pada tempat tertentu membuat
bagian lain terlihat gersang.
commit to user
Gambar 4.72. Analisa Tata Hijau Terpisah
(2) Menyelubungi
Penempatan Vegetasi dengan menyelubungi adalah dengan membuat menyelubungi bangyunan. Penempatanya di tepi jalan akses keliling pasar.
(a) Kelebihan Dengan penempatan menyelubungi bangunan dan diletakkan di sepanjang jalan akan mengurangi dampak dari polusi udara dan kebisingan. (b) Kelemahan
Kurang luas dan sempit, untuk aktifitas kurang leluasa karena bersifat taman tepi jalan.
commit to user
Gambar 4.73. Analisa Tata Hijau Menyelubungi Site
c. Hasil Analisa Tata Hijau
Dari pertimbangan penempatan vegetasi diatas diambil kedua- duanya yaitu menyelubung tetapi tetap menghadirkan taman setempat yang relatif luas. Dengan demikian akan membuat bangunan pasar lebih hijau dan terlihat asri. Selain itu polusi udara dan kebisingan dapat berkurang.
Direncanakan area terbuka hijau adalah 40% dari luas site Pasar Jungke. Dengan demikian diharapkan Pasar Jungke nantinya akan menjadi pasar yang hijau dan asri dan menjadi salah satu bangunan ramah lingkungan di Kabupaten Karanganyar.
commit to user
Gambar 4.74. Hasil Analisa Tata Massa
13. Analisa Pencahayaan dan Penghawaan
1) Penghawaan alami
Mengenai penghawaan alami, Prasasto Satwiko (2005) berpendapat, “Ventilasi alami digunakan untuk mengganti udara di dalam ruangan yang
telah kotor terpakai dengan udara yang lebih sehat dan nyaman dari luar. Oleh karena itu perlu selalu diusahakan bilamana udara lingkungan memiliki kualitas yang baik (tidak bau, berdebu, berpolusi), tidak terlalu panas (di bawah 28ºC) da n lingkungan tidak bising” (hlm.67).
Prasasto Satwiko berpendapat bahwa Penggunaan penghawaan alami dapat dilakukan dengan sebanyak-banyaknya jika kualitas udara dari luar baik yaitu tidak berdebu, tidak berbau, sejuk, dan lingkungan tidak bising (2005).
2) Pencahayaan
commit to user
adalah yang berasal dari bola langit bukan dari sinar matahari langsung yang membawa panas (2005).
Dalam merencanakan sebuah bangunan ada beberapa pilihan dalam memenuhi kebutuhan pencahayaan di dalam bangunan. Pilihan pertama adalah dengan memanfaatkan cahaya alami dari cahaya matahari. Selain dari cahaya matahari kebutuhan pencahayaan dapat dipenuhi dari dari lampu listrik.
Kedua sumber pencahayaan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk lebih jelas mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sumber pencahayaan, maka dapat dilihat pada tabel 4.32.
Tabel 4.32. Perbandingan Pencahayaan Alami dan Buatan
Pencahayaan Alami Pencahayaan Buatan
Lebih hemat energi Memerlukan tenaga listrik Lebih murah dan efisien
Lebih mahal karena biaya untuk tenaga listrik dan alat-alat listrik
Ramah lingkungan terciptanya
green building
Tidak ramah lingkungan
Pencahayaan alami ke dalam bangunan dapat diperoleh dengan beberapa cara. Untuk cahaya yang datang dari samping atau dari bukaan dinding dapat diperoleh dari jendela atau ventilasi. Untuk pencahaan alami juga bisa diperoleh dari bagian atas bangunan. Pencahayaan yang berasal dari atas bangunan sering disebut pencahayaan langit atau biasa disebut dengan skylight.
a) Skylight
commit to user
Gambar 4.75. Penerapan Pencahayaan Alami di Palur Plasa dengan Sistem Skylight (Sumber: Dokumen Pribadi)
Skylight jika diterjemahkan adalah cahaya langit. Secara prinsip skyligt adalah bagaimana membuat bukaan atau jendela pada atap bangunan sehingga cahaya dari atas bisa masuk ke dalam rumah. Ini merupakan satu solusi yang tepat jika bangunan memiliki keterbatasan lahan, kiri kanan rapat dengan tetangga atau karena ukuran bangunan cukup besar sehingga ada bagian-bagian bangunan yang tidak memperoleh cahaya dari luar bangunan. Saat ini di luar fungsi utamanya, skylight juga banyak diterapkan pada bangunan modern untuk membuat efek-efek cahaya yang dramatis pada ruangan di bawahnya, serta memperkuat kesan modern pada bangunan.
Secara fungsinya ada skylight yang dibiarkan terbuka karena di bawahnya ada taman atau kolam. Ada yang ditutup dengan bahan tembus pandang agar cahaya tetap dapat masuk ke dalam ruangan.
Untuk pencahayaan dengan bahan tertutup tetapi masih tembus cahaya juga sudah banyak diterapkan dalam bangunan masyarakat umum di Indonesia seperti penggunakan genteng kaca sebagai pencahayaan alami dari langit. Ada juga yang menggunakan plastik atau bahan lain yang tembus cahaya. Pada saat ini sudah banyak bangunan yang menerapkan sistem pencahayaan skyligt.
b) Pencahayaan Samping
commit to user
Gambar 4.76. Pencahayaan dengan Bukaan Samping Pencahayaan samping adalah pencahayaan yang diperoleh dari samping
bangunan. Pencahayaan samping dapat berupa jendela, ventilasi atau yang lain. Pencayaan dari samping bisa terhalang oleh benda-benda di sekitar bangunan seperti bangunan lain atau vegetasi.
c) Hasil Analisa
Aktivitas di dalam pasar berlangsung saat siang hari. Kegiatan di dalam ruangan membutuhkan penerangan sehingga proses kegiatan bisa berjalan lancar. Untuk memenuhi penerangan saat siang hari, maka perencana mendesain adanya skylight. Selain skylight pencahayaan alami juga direncanakan dari samping, dengan penggunaan jendela dan ventilasi.
14. Analisa Struktur
a. Dasar Pertimbangan
1) Struktur yang kuat yaitu bangunan dapat menahan beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa.
2) Efisiensi dan Ekonomis
3) Estetika bangunan yaitu struktur bangunan yang digunakan tidak mengurangi keindahan bangunan dan diusahakan menambah estetika bangunan.
4) Sesuai dengan kondisi eksisting yaitu struktur yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan site.
5) Fungsional yaitu dalam menggunakan material struktur mempertimbangkan aspek fungsi
b. Analisa dan Hasil
1) Penentuan Sub Strukture (Pondasi)
Pondasi merupakan struktur paling bawah dari konstruksi bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah. fungsi dari pondasi adalah sebagai penerima atau penumpu beban di atasnya yang nantinya akan di salurkan pada
Cahaya
commit to user
SNI, dalam sebuah perancangan pondasi bangunan perancangan tidak dengan asal –asalan melainkan di lihat dari segi fungsi bangunan, keadaan tanah dan juga letak atau posisi dalam bangunan. pada perancangan sebuah pondasi ada prinsipnya yaitu:
a) Harus sampai ketanah keras.
b) Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah.
c. Hasil Analisa Struktur Pondasi
Pasar Jungke direncanakan dengan 4 lantai dan 3 lantai. Dengan daya dukung tanah yang baik maka pondasi untuk Pasar Jungke menggunakan pondasi telapak (foot plat). Selain itu juga digunakan pondasi batu kali sebagai penahan dinding lantai dasar.
Gambar 4.77. Pondasi Batu Kali (Sumber: www.google.com )
commit to user
Gambar 4.78. Pondasi Telapak ( Foot Plat) (Sumber: www.google.com )
2) Penentuan Super Struktrure (kolom dan balok)
Super strukture Pasar Jungke direncanakan menggunakan sistem rigrid frame strukture yang bentuknya sederhana dan ringan. Beban pada bangunan dipikul oleh balok dan kolom. Dengan bentuk yang seperti rangka yang teratur memungkinkan adanya bukaan yang maksimal.
a) Struktur Utama
(1) Kolom (2) Balok
b) Struktur Pendukung
(1) Balok anak (2) Sloof (3) Plat lantai
commit to user
Konstruksi rangka atap adalah konstruksi untuk menopang atau menyangga atap, kuda-kuda, murplat, gording, nook, balok penyokong lain yang diperlukan, jurai ( dudur ), usuk dan reng. Bentuk konstruksi kuda-kuda menyesuaikan dengan bentuk atapnya.
Struktur atap Pasar Jungke direncanakan menggunakan baja konvensional. Selain itu juga menggunakan plat beton sebagai atap.
Gambar 4.79. Rangka Atap Baja Konvensional Baja sebagai salah satu dari material bangunan memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan material lain. Oleh karena itu, seringkali dalam penggunaan material baja untuk kontruksi bangunan gedung digabungkan dengan material lain untuk menutup kelemahan masing-masing material. Kelebihan dan kukurangan dari baja konvensional dapat dilihat pada tabel 4.33.
Tabel 4.33. Kelebihan dan Kekurangan Baja Konvensional
Kelebihan Baja Konvensional Kelemahan Baja Konvensional
Kuat tarik tinggi Tidak tahan panas Tidak dimakan rayap
Tidak fleksibel Hampir tidak memiliki perbedaan
nilai muai dan susut
Bisa berkarat
Dibanding stainlesteel lebih murah
Seperti kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai profil
Dibanding beton lebih lentur dan Lebih berat dari baja ringan
commit to user
Dibanding alumunium lebih kuat
a. Rangka Atap
Rangka atap menggunakan baja konvensional. Baja konvensional adalah material yang memiliki daya tarik yang tinggi dan sangat baik dalam perubahan secara plastis tanpa kerusakan yang berarti. Baja merupakan penghantar panas dan listrik yang baik sehingga bila digunakan untuk kontruksi bangunan bisa meleleh ketika terjadi kebakaran. Permukaan baja juga mudah beroksidasi dengan udara sehingga mudah berkarat. Dengan memperhatikan keunggulan dari baja konvensional, maka perencana memilih baja konvensional sebagai rangka atapnya dengan mengantisipasi segala kelemahan dari baja.
b. Genteng
Pada bangunan Pasar Jungke direncanakan genteng metal yang terbuat dari logam tipis yang mempunyai berat yang ringan serta dilapisi dengan baja ringan dan galvanis. Disamping itu, gentang metal ini ada yang berlapis pasir dan beraneka warna. Lapisan pasir berfungsi untuk menahan panas dan meredam suara atau bising apabila terkena air hujan. Pemasangan genting metal lebih mudah dan cepat.
commit to user
(Sumber: www.google.com)
c. Pelat beton
Pelat beton adalah jenis penutup atap berupa konstruksi pelat beton bertulang, sehingga kontruksi penopang atapnya berupa balok-balok yang mendukung pelat tersebut. Yang sering menjadi masalah biasanya terjadinya retakan atau bocoran karena kesalahan pada pembuatan beton dan perawatan beton setelah selesai dicor. Untuk menghindarinya, biasanya dilakukan pelapisan dengan aspal atau lapisan anti bocor.
Pada Pasar Jungke yang direncanakan menggunakan atap beton pada bagian tertentu. Atap beton pada Pasar Jungke berfungsi untuk menampung air hujan sementara sebelum masuk ke pipa penyalur.
4) Sistem Dilatasi
Pengertian dilatasi adalah sebuah sambungan pada sebuah bangunan yang disebabkan karena sesuatu hal atau memiliki sistem struktur bangunan yang berbeda. Fungsi dari dilatasi adalah untuk menghindari kerusakan atau retak-terak pada bangunan yang ditimbulkan oleh gaya fertikal dan horizontal, seperti pergeseran tanah, gempa bumi dan lain-lain. Mengenai dilatasi Heinz Frick, Pujo I Setiawan(2001) bependapat, “Tinggi gedung yang berbeda
banyak atau beban gedung yang strukturnya berbeda menyebabkan penurunan yang tidak sama maka diberi celah dilatasi di antara bagian gedung tersebut ” (hlm.6).
a) Alasan Menggunakan Dilatasi
(1) Panjang bangunan lebih dari 40m. (2) Ketinggian bangunan berbeda. (3) Permukaan tanah kurang rata dan memikliki perbedaan ketinggian. (4) Memisahkan antara bangunan induk dengan bangunan sayap. (5) Memiliki kelemahan geometris. (6) Bangunan yang mempunyai bentuk denah bangunan seperti bentuk L,
T, H,W,F,dll.
commit to user
Pasar Jungke direncanakan menggunakan sistem dilatasi, karena bangunan yang direncanakan sangat panjang dan besar. Dengan panjang bangunan sekitar 178meter maka diperlukan lebih dari satu dilatasi.
Pemisahan pada Pasar Jungke diambil dengan menggunakan panjang maksimal bangunan 40m. Hal itu didasarkan pada studi banding pada bangunan lain di sekitar site. Dengan demikian dilakukan pemisahan bangunan menjadi beberapa bagian bangunan.
15. Analisa Jaringan Utilitas
a. Jaringan Air Bersih
1) Dasar Pertimbangan
a) Kondisi eksisting site
b) Kenyamanan dan kemudahan
c) Kebersihan dan kesehatan
d) Efisiensi dan ekonomis
2) Analisa dan Hasil Analisa
Kondisi eksisting Pasar Jungke sekarang sebagian besar menggunakan air tanah. Untuk sumber dari PDAM hanya digunakan sebagian kecil saja. Untuk perencanaan kedepan diperlukan analisa yang baik dalam perencanaan air bersih. Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka dipilih menggunakan air tanah dan air PDAM. Untuk air tanah digunakan untuk kegiatan utama dan apabila tidak mencukupi bisa dipasok dari air PDAM.
Standar kebutuhan air bersih Wedho Handoyo (mengutip dari Hartopo Poerbo, 2002) adalah sebagai berikut:
a) Standar Kebutuhan air bersih untuk pertokoan/pasar adalah
0,5m³/hari/100m²
b) Kebutuhan saniter closet 8 liter/jam.
c) Kebutuhan perlengkapan urinoir 30 liter / jam
d) Pengamanan kebakaran 20m³
e) Tangki minimum 10m³
commit to user
dapat dibuat skema analisa jaringan air bersih. Skema air bersih dapat dilihat pada gambar 4.81.
Gambar 4.81. Skema Distribusi Air Bersih
b. Jaringan Air Kotor dan Drainase
1) Dasar Pertimbangan
a) Kenyamanan
b) Kemudahan
c) Kebersihan
d) Kesehatan
e) Efisiensi dan ekonomis
2) Analisa dan Hasil
Kondisi saluran pembuangan air kotor di Pasar Jungke sekarang sangat tidak mendukung kenyamanan. Saluran yang sekarang berupa saluran terbuka dan sering terjadi penyumbatan yang menimbulkan bau yang tidak sedap.
Untuk menciptakan pasar yang nyaman maka harus direncanakan jaringan atau saluran air kotor yang baik. Untuk saluran air kotor bisa menggunakan saluran tertutup atau saluran terbuka. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dapat dilihat pada tabel 4.34.
Tabel 4.34. Perbandingan Saluran Terbuka dan Tertutup
Bak Penampung
Bawah
Pompa
Bak Penampung
Atas
Distribus i
commit to user
Perawatan
Perawatan mudah
penyumbatan sulit diatasi.
Harus
dilakukan lebih rutin, karena mudah kemasukan kotoran dari luar.
Kenyamanan
tidak mengganggu
sirkulasi orang dan barang.
Lebih rapi
Mengganggu sirkulasi orang dan
barang. Kurang rapi
Menurut Rinaldi Mirsa kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat permukiman atau non permukiman antara lain sebagai berikut:
a. Air mandi, air cucian, air dapur adalah air limbah “grey water”
b. Air jamban (WC) adalah air limbah “black water”. Untuk saluran air kotor direncanakan pemisahan antara saluran air
hujan dan saluran air kotor dari kamar mandi. Saluran air hujan direncanakan terbuka tetapi ditutup dengan gril besi. Untuk saluran air dari kamar mandi direncanakan tertutup dan terpisah dengan saluran air hujan. Bak kontrol digunakan sebagai pengendali kelancaran aliran air.
Tabel 4.35. Standar Kebutuhan Drainase N
Kemiringan
Kerapatan Saluran (m/100 Ha)
Volume Primer Sekunder Tersier minimum Total
0.6 m/dt
0.6 m/dt
5 >40%
Tidak Direkomendasikan (Sumber: Rinaldi Mirsa, 2012: 104)
commit to user
perencanaan air hujan dapat dilihat pada gambar 4.82. Untuk hasil analisa perencanaan jaringan air kotor dapat dilihat pada gambar 4.83.
Gambar 4.82. Skema Jaringan Air Hujan
Gambar 4.83. Skema Jaringan Air Kotor
c. Jaringan Listrik
Listrik yang digunakan untuk sumber energi. Direncanakan Pasar Jungke menggunakan sumber energi listrik dari PLN dan dari generator atau genset. Untuk kebutuhan sehari-hari direncanakan menggunakan sumber listrik dari PLN yang dayanya lebih besar dari genset dan biayanya lebih murah. Genset digunakan apabila tidak ada pasokan listrik dari PLN.
Sistem jaringan listrik yang digunakan dalam bangunan menurut Wedho Handoyo (2010):
1) ATS (Automatic Transfer Switch) yaitu alat untuk mentransfer aliran listrik secara otomatis dari aliran PLN ke aliran genset sehingga genset menjadi sumber tenaga listrik pada saat aliran PLN terputus.
2) EMD (Electrical Main Distribution) yaitu pusat penyaluran listrik dari ATS ke ruangan atau bangunan yang membutuhkan.
Gambar 4.84. Skema Jaringan Listrik
Air kotor padat dari
WC
Sha
Air Kotor cair dari KM
Sumur Resapanan
Septictan
Air hujan
Bak Kontrol
Riol Kota
Riol Kota
Distribu si
Sha
Air Kotor f dari Warung
Makan dan los daging
Sha
Penangka
p Lemak
commit to user
Untuk Jaringan telepon direncanakan dengan penggunaan pusat atau terminal yang biasa disebut PABX. Dari PABX akan disalurkan ke panel yang selanjutnya akan didistribusikan.
Gambar 4.85. Skema Jaringan Telepon
e. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah sisa dari sebuah kegiatan manusia. Direncanakan untuk sampah organik disendirikan dengan sampah anorganik dengan tujuan untuk mempermudah dalam pengolahan atau pendaurulangan. Penyaluran sampah secara vertikal direncanakan menggunakan shaft sampah agar lebih cepat dan efisien.
Mengenai pengelolaan sampah dalam pasar tradisional menurut Hari Hajaruddin Siregar (2012). Sampah merupakan bentuk output yang banyak diproduksi oleh pasar.
Khususnya sampah organik sisa buah dan sayuran. Hal ini dapat dipecahkan dengan menggunakan pendekatan green architecture, sampah pasar dapat dikonversi menjadi energi atau dapat dijadikan menjadi pupuk kompos yang dapat dijual kembali.
Untuk pengelolaan sampah dilakukan oleh pengelola Pasar Jungke sehingga sampah yang ada di dalam area pasar akan terkelola dengan baik. Pengawasan dilakukan mulai dari bak sampah sampai pendistribusian ke TPS. Sampah dari TPS akan didaur ulang dan yang tidak bisa didaur ulang akan dibuang ke TPA. Untuk pembuangan sampah ke TPA diperlukan kerjasama yang baik dengan Dinas Kebersihan Kota (DKP) agar tidak terjadi penumpukan sampah di TPS. Untuk mengetahui hasil dari analisa jaringan sampah yang direncanakan dapat dilihat pada gambar 4.86.
Distribus i
Sampah Organik
Sampah Anorganik
Tempat
Sampa
Shaff Shaff
Daur Ulang
commit to user
f. Sistem Pemadam Kebakaran
Hydrant adalah sistem pengaman kebakaran pada sebuah bangunan atau kawasan. Mengenai ketentuan Penempatan hydrant, Rinaldi Mirsa (2012) berpendapat dalam satu kilometer pipa distribusi terdapat 4-5 buah hydrant dan diletakkan 60-160cm dari tepi jalan dan 1meter dari bangunan(hlm.111). Standar kebutuhan untuk hydrant box, M. Fatkhurrohman (mengutip dari Hartopo Poerbo, 2002) adalah 400liter/ menit/ coupling dengan panjang selang 30m.(hlm.131).
Gambar 4.87. Skema Jaringan Pengaman Kebakaran
g. Sistem Penangkal Petir
Untuk sistem penangkal petir cukup sederhana. Antena adalah bagian yang berfungsi sebagai ujung penangkal karena letaknya di atap. Antena akan dihubungkan dengan kabel atau arde. Arde tadi akan masuk ke dalam tanah atau ground.
Gambar 4.88. Skema Sistem Penangkal Petir
Antena Penangka
l Petrir
Hydran t
Hydran
Hydran
commit to user
140
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Desain Pasar Jungke yang menarik dan mencerminkan kearifan lokal dicerminkan dari:
a. Bentuk atap tajuk yang mengadopsi bentuk atap Pendopo Astana
Giri Bangun Matesih.
b. Bentuk teras dan detail arsitektur yang mencerminkan arsitektur kolonial yang mengadopsi bentuk bangunan utama Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar.
c. Bentuk los pada tempat perdagangan mencerminkan kearifan lokal
suasana pasar tradisional.
2. Desain sirkulasi Pasar Jungke dengan pola grid menunjang kejelasan arah, efektifitas ruang dan kemudahan akses antar bagian ruang.
3. Desain pengelompokan kios dan los Pasar Jungke dengan menggunakan pola grid mempermudah dalam pengelompokan masing-masing fungsi, jenis, dan karakter dari setiap barang dagangan dan jenis perdagangan.
4. Desain utilitas yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan pasar dicerminkan dari:
a. Sistem drainase dengan menggunakan saluran tertutup akan terlihat
lebih rapih dan bersih.
b. Sirkulasi jaringan utilitas dengan penggunaan shaft sebagai sirkulasi vertikal akan membuat desain pasar terlihat rapi dan mempermudah dalam perbaikan kerusakan jaringan.
c. Sistem pengelolaan sampah dengan shaft sampah sebagai sirkulasi vertikal akan mempermudah dalam pendistribusian sampah.
d. Selain itu juga dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik akan lebih mudah dalam mendaur ulang.
commit to user
141
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut:
1. Dengan mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada pada Pasar Jungke saat ini utamanya kondisi fisik bangunannya maka diperlukan pembenahan utamanya pembenahan fisik bangunan.
2. Dengan mengetahui kelebihan yang dimiliki Pasar Jungke maka harus dipertahankan dan lebih diperkuat dengan perencanaan dan prerancangan ulang yang dilakukan.
3. Dengan perencanaan dan perancangan ulang desain Pasar Jungke akan dapat menciptakaan sebuah pasar tradisional yang nyaman dan menarik untuk dikunjungi.
4. Saran
Adapun saran-saran yang disampaikan oleh peneliti sehubungan dengan hasil yang telah dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kepada Pengelola Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar untuk lebih memberikan pengawasan dalam kegiatan pasar agar kondisi Pasar Jungke lebih teratur.
2. Kepada Sub Dinas Pasar Kabupaten Karanganyar untuk bisa merencanakan pembenahan dan pengembangan Pasar Jungke untuk bisa menjadi pasar tradisional yang nyaman dan menarik. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam rencana pengembangan Pasar Jungke.
3. Kepada BAPEDA Kabupaten Karanganyar untuk bisa memprioritaskan pembangunan kembali Pasar Jungke karena kondisi Pasar Jungke sekarang kurang mendukung sebagai tempat perdagangan yang nyaman.
4. Diperlukan pengkajian lebih mendalam mengenai sosial masyarakat, psikologi masyarakat, dan perekonomian untuk mendukung penelitian ini. Hal itu diperlukan karena penelitian ini hanya membahas hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Pasar Jungke.
commit to user
142
desain perencanaan dan perancangan Pasar Jungke. Hal itu dilakukan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan dalam pembangunan. Hal itu diperlukan untuk mendukung penelitian ini menjadi penelitian yang lengkap yang berwawasan lingkungan.
6. Diperlukan pengkajian lebih mendalam mengenai manajemen pengelolaan Pasar Jungke untuk mendukung penelitian ini. Hal itu diperlukan agar perencanaan dan perancangan Pasar Jungke secara arsitektur yang sudah dilakukan didukung dengan manajemen yang baik. Dengan demikian dapat menjadikan Pasar Jungke menjadi pasar yang teratur bukan hanya dari bangunan fisiknya tetapi juga teratur dalam hal manajemen pengelolaan pasar.