RESOLUSI KONFLIK BERBASIS COMMUNITY GOVERNANCE (Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)

RESOLUSI KONFLIK BERBASIS COMMUNITY GOVERNANCE (Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)

SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Pada Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

KUSNIA RATIH APRILIA SAFITRI D0108075 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

Skripsi dengan Judul RESOLUSI KONFLIK BERBASIS COMMUNITY GOVERNANCE (Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)

Telah Disetujui untuk Dipertahankan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Tanggal : 22 Oktober 2012

Mengetahui, Pembimbing Skripsi

Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D NIP. 196311011990031002

commit to user

Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari

Tanggal

Panitia Penguji :

1. Drs. H. Marsudi, M.S. (_____________________) NIP. 195508231983031001

Ketua

2. Faizatul Ansoriyah, S.Sos, M.Si (_____________________) NIP. 198203042008122003

Sekretaris

3. Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D. (_____________________) NIP. 196311011990031002

Penguji

Mengetahui, Dekan

Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. Pawito, Ph. D. NIP. 195408051985031002

commit to user

“Keberhasilan tidak akan datang pada orang-orang yang hanya menunggu tanpa melakukan usaha apapun ”

(Mario Teguh)

“Kesuksesan ibarat tangga darurat, kita harus menaiki anak tangga satu per satu untuk mencapai kesuksesan itu”

(Dedy Corbuzier dalam Hitam Putih)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” ( Potongan ayat QS. Al-Baqarah : 286)

“No sacrifice, no victory” (Optimus Prime, Transformer)

commit to user

Karya kecil ini aku persembahkan kepada:  Suprapti (Almh), my lovely mom, kau adalah inspirasiku, semangatku,

motivasiku dan juga panutanku. Tak lupa pula my lovely dad, Khusnul Yakin. Terima kasih atas semua doa, bimbingan, nasehat, kasih sayang, cinta kasih, dan pengorbanan yang telah kalian berikan selama ini. Kalian adalah inspirasi dan penyemangat hidupku.

 Kusniawan dan Lathifah Puteri Kusuma Wardani, terima kasih karena kalian

selalu ada untukku di saat suka maupun duka. Terima kasih untuk dukungan yang tidak henti-hentinya kalian berikan kepadaku.

 Ade Mayangsari (Almh), terima kasih atas waktu-waktu yang berharga.

Terima kasih karena sudah berjuang bersamaku, perjuangan dan kisah hidupmu adalah motivasi terbesarku.

 Terima kasih untuk sahabat-sahabatku yang telah memberikan hari-hari yang

tak akan terlupakan. Terima kasih karena selalu ada dan selalu memberikan semangat dan dukungan. Thanx all, you‟re my best friends.

commit to user

Alhamdulillahirobbil‟alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang senantiasa memberi petunjuk dan karunia-Nya, sehingga penulis memperoleh kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul: “RESOLUSI KONFLIK BERBASIS COMMUNITY GOVERNANCE (Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta) ”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak lepas dari kesulitan dan hambatan, namun berkat dorongan, masukan, bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Dengan segala kerendahan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Sudarmo, M. A, Ph. D, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar telah memberikan pengarahan dan bimbingan.

2. Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan akademis kepada penulis.

3. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis.

4. Bapak Ahmad Fathoni, selaku Sekretaris Himpunan Pedagang Taman Parkir

Pasar Klewer (HPTPPK) yang telah memberikan ijin dalam penelitian.

5. Bapak Ir. H. Kusbani, selaku Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) yang telah memberikan ijin dalam penelitian.

6. Bapak Drs. Subagyo, MM selaku Kepala Dinas Pengelola Pasar Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian.

7. Bapak Mudo Prayitno, S. Si, T selaku perwakilan dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Perparkiran Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian.

commit to user

Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian.

9. Semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga Alloh SWT menerima serta memberikan balasan atas segala kebaikan yang Bapak, Ibu, dan Saudara berikan kepada kami. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun, penulis nantikan dan terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis, juga Pemerintah Kota Surakarta maupun pihak-pihak yang sedang berkonflik pada khususnya.

Surakarta, 22 Oktober 2012 Penulis

commit to user

COVER SKRIPSI ……………………………………………………………

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………

ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………..

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….

vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………...

viii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………...

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………

B. Rumusan Masalah ………………………………………….

11

C. Tujuan Penelitian …………………………………………..

11

D. Manfaat Penelitian ……………………………………….....

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI ……………………………………………

2. Manajemen Konflik ……………………………………

31

3. Resolusi Konflik ……………………………………….

37

4. Community Governance ……………………………….

46

5. Resolusi Konflik berbasis Community Governance …...

60

B. KERANGKA BERPIKIR ………………………………….

68 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……………………………………………..

72

B. Lokasi Penelitian ……………………………………………

72

C. Sumber Data ………………………………………………...

73

commit to user

E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………

74

F. Analisis Data ……………………………………………….

77

G. Validitas Data ………………………………………………

78 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI LOKASI ………………………………………

79

1. Pasar Klewer …………………………………………...

79

2. Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) …………..

87

B. PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA ………………...

88

1. Konflik antara PKL bermobil dengan Pedagang di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta ………………..

89

2. Resolusi Konflik-Community Governance dalam Penyelesaian Konflik antara PKL Bermobil dengan Pedagang di Kawasan Pasar Klewer …………………....

103

3. Faktor-faktor Penghambat dalam Penerapan

Resolusi Konflik-Community Governance ……………. 140 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN …………………………………………... 149

B. SARAN …………………………………………………... 152

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

154

LAMPIRAN …………………………………………………………………

159

commit to user

Tabel 2.1 Konflik sebagai Sistem Sosial …………………………………

14 Tabel 4.1

Persebaran Kios di Pasar Klewer ………………………………

84 Tabel 4.2

Jenis Dagangan Pedagang Oprokan di Pasar Klewer ………….

85 Tabel 4.3

Konsentrasi Kios Pedagang Tekstil Berdasarkan Etnis ………..

86

commit to user

Gambar 2.1 Siklus Konflik Konstruktif …………………………………..

24

Gambar 2.2 Siklus Konflik Destruktif …………………………………….

25 Gambar 2.3 Kerangka Gaya Manajemen Konflik Thomas dan Kilmann (1974) ………………………………………………

37

Gambar 2.4 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ……………………………

71

Gambar 4.1 Gapura Masuk Pasar Klewer …………………………………

80

Gambar 4.2 Pasar Klewer …………………………………………………

81

Gambar 4.3 Suasana di dalam Pasar Klewer ……………………………...

82

Gambar 4.4 Transaksi yang Dilakukan oleh PKL Bermobil ……………...

91 Gambar 4.5 PKL Bermobil yang sedang Mewarkan Barang Dagangannya ………………………………………………...

97 Gambar 4.6 Kepala Satpol PP Sutardjo Melakukan Penertiban PKL Bermobil di Areal Parkir sekitar Pasar Klewer …………

99

Gambar 4.7 PKL bermobil di Alun-alun Utara Keraton Surakarta ……….

109

Gambar 4.8 Mobil yang Menggunakan Stiker AM ……………………….

123

Gambar 4.9 Aktivitas PKL bermobil di Alun-alun Utara ………………...

131

commit to user

Kusnia Ratih Aprilia Safitri, D0108075, “Resolusi Konflik berbasis Community Governance (Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer) ”. Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 159 halaman.

Konflik di kawasan pasar Klewer merupakan konflik yang terjadi antara PKL bermobil dengan pedagang di kawasan Pasar Klewer. Konflik ini terjadi akibat adanya perebutan sumber daya yang terbatas yaitu konsumen atau pembeli di kawasan Pasar Klewer. Konflik ini bermula ketika PKL bermobil yang merupakan distributor barang di Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata ikut melayani pembeli secara langsung. PKL bermobil yang berasal dari Pekalongan, Jepara, Kudus dan Pemalang ini menggunakan area parkir pasar Cinderamata untuk berjualan. Hal ini memicu protes keras yang dilakukan oleh pedagng pasar Klewer dan pedagang pasar Cinderamata. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta seperti penertiban, pemasangan spanduk dan pemberian surat edaran yang berisi larangan berjualan bagi PKL bermobil belum membuahkan hasil yang signifikan. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian mengenai penerapan resolusi konflik berbasis community governance dalam penyelesaian konflik antara PKL bermobil dengan pedagang di kawasan pasar Klewer serta untuk mengkaji faktor-faktor penghambat dalam penerapan resolusi konflik berbasis community governance.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, metode dokumenter dan metode penulusuran data online. Teknik analisis data dengan cara analisa data efektif yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, validitas data yang digunakan adalah triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan resolusi konflik berbasis community governance tidak dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan konflik di kawasan Pasar Klewer. Hal ini dikarenakan: (1) Adanya prinsip yang dipegang teguh oleh HPPK, HPTPPK dan komunitas PKL bermobil untuk tidak mau bekerjasama dan bernegosiasi untuk mencari solusi terbaik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. (2) Adanya keterbatasan yang dimiliki oleh HPPK, HPTPPK dan komunitas PKL bermobil yaitu keterbatasan dalam hal power , kekuasaan dan sumber daya. (3) Kecenderungan anggota organisasi yang lebih suka mengelompok, seperti yang dialami oleh HPPK dan komunitas PKL bermobil.

commit to user

ABSTRACT

Kusnia Ratih Aprilia Safitri, D0108075, “Resolusi Konflik berbasis Community Governance (Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer) ”. Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 159 halaman.

Conflicts occur in Klewer traditional market are conflicts that happen between the street vendors that use their car with thenative traders in the Klewer traditional market area. The conflicts was the result of a limited competition over resources is the consumer or buyer in the Klewer traditional market area. The conflicts arose since the street vendors, which were originally as distributors of goods in the area, also participated to serve the customers directly. They, who came from outside Solo such as Pekalongan, Jepara, Kudus, and Pemalang, took parking area of the market to run the business. This sparked a serial of serious protests by the native traders. Various efforts made by the Government of Surakarta City such as demolition, installation of banners and giving circular banning street vendors selling has not yielded significant results. This is what underlies the author to conduct research on the implementation of conflict resolution based on community governance between the street vendors with Klewer market traders in the region as well as to examine the factors inhibiting the implementation of conflict resolution based on community governance.

The research method used is descriptive qualitative. The sample collection technique used is purposive sampling. The data collection techniques used was interviews, observation, documentary method and the internet searching data method. Data analysis techniques is conducted in a way that is effective data analysis such as data reduction, data presentation and data verification.And the data validation used is triangulation.

The results of this study indicate that the application conflict resolution based on community governance has not been able to be applied to resolve conflicts in the region Klewer market. This is because: (1) The existence of principles that were held by HPPK, HPTPPK and the street vendors communities do not want to cooperate and negotiate to find the best solution and can be accepted by both parties. (2) There are limitations owned by HPPK, HPTPPK and the street vendors communities, the limitations in terms of power, authority and resources. (3) The trend in the organization prefers to cluster, as experienced by HPPK and the street vendors communities.

commit to user

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Konflik merupakan suatu situasi dimana terdapat beberapa orang maupun kelompok yang tidak setuju dengan suatu keadaan, kebijakan maupun keputusan yang telah diambil. Konflik ini dapat terjadi karena adanya perebutan sumber daya yang terbatas, adanya persaingan bisnis, adanya tujuan yang berbeda, adanya pembagian tugas dalam organisasi yang tidak merata, terdapat komunikasi yang tidak baik atau tidak lancar, dan sebagainya. Konflik dapat terjadi dimana saja baik konflik yang dialami diri sendiri (konflik personal) maupun konflik yang terjadi di dalam suatu organisasi, antar organisasi maupun konflik yang terjadi antara organisasi dengan pemerintah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui beberapa macam konflik seperti konflik sosial, konflik ekonomi, konflik bisnis, konflik politik maupun konflik agama. Konflik-konflik ini dapat menjadi konflik yang bersifat destruktif/merusak apabila tidak ditangani dengan baik dan benar.

Salah satu konflik yang diakibatkan karena adanya perebutan sumber daya yang terbatas dan adanya persaingan bisnis adalah konflik yang terjadi di kawasan pasar Klewer Surakarta. Konflik ini merupakan konflik antar kelompok atau komunitas masyarakat yaitu antara PKL bermobil dengan

commit to user

Konflik yang sudah ada sejak tahun 2000an ini diakibatkan karena PKL bermobil yang umumnya berasal dari luar kota Surakarta seperti Pekalongan, Kudus, Jepara maupun Pemalang menggunakan lahan parkir di area Pasar Cinderamata untuk berjualan. Hal ini menimbulkan protes dari pedagang di kawasan pasar Klewer, khususnya pedagang pasar Cinderamata. Pasalnya pedagang di kawasan pasar Klewer merasa dicurangi dan dirugikan lantaran PKL bermobil menggunakan lahar parkir pasar Cindermata untuk berjualan dan mereka hanya membayar biaya parkir. Sedangkan pedagang pasar Klewer dan pedagang pasar Cinderamata yang merupakan pedagang resmi dan memiliki izin berdagang harus berdagang di kios, mereka juga harus membayar retribusi, tagihan listrik dan tagihan air. Hal ini sependapat dengan pernyataan dari sekertaris Himpunan Pedagang Taman Parkir Pasar Klewer (HPTPPK), Bapak Ahmad Fathoni yang mengatakan bahwa:

“pedagang Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata merasa dirugikan, pasalnya mereka adalah pedagang resmi yang sudah mendapat izin dari

Pemkot Surakarta untuk berjualan. Para pedagang ini melakukan transaksi jual-beli di kios dan setiap bulannya mereka membayar tagihan listrik, tagihan air dan membayar retribusi. Sedangkan pedagang bermobil hanya menggunakan mobil untuk melakukan transaksi jual-beli dan mereka merupakan pedagang illegal karena tidak ada izin dari Pemkot Surakarta sendiri ”. (pra survey 15 Mei 2012)

PKL bermobil juga dianggap menjadi penyebab utama turunnya omzet penjualan pedagang pasar. Pasalnya PKL bermobil yang awalnya merupakan distributor barang di pasar Klewer maupun pasar Cinderamata ini menjual barang-barang dagangannya dengan harga yang relatif lebih murah daripada

commit to user

konsumen lebih memilih untuk membeli langsung pada PKL bermobil. Selain itu, konsumen juga tidak perlu repot-repot untuk masuk ke dalam pasar karena terdapat distributor yang siap melayani pembeli. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Sekertaris HPTPPK yang menjelaskan bahwa:

“telah terjadi penurunan pendapatan atau merosotnya omzet penjualan para pedagang di kawasan Klewer terutama pedagang Pasar Cinderamata hingga mencapai 80% dari hari-hari biasanya. Hal ini terjadi akibat PKL bermobil yang umumnya adalah distributor- distributor barang di Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata menjual barang dengan harga yang jauh lebih murah ” (solopos.com, 3 Mei 2012).

Selain mengakibatkan kerugian materi bagi pedagang Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata, keberadaan PKL bermobil juga mengakibatkan iklim persaingan di kompleks Pasar Klewer menjadi tidak sehat karena ada permainan yang tidak fair (prasurvey 15 Mei 2012). Pada dasarnya polemik antara pedagang di kawasan Pasar Klewer dengan PKL bermobil terjadi akibat usaha PKL bermobil tidak lancar karena banyak pedagang grosir yang hutang sehingga mereka pun ikut-ikutan berjualan dan melayani pembeli secara langsung. Pada dasarnya, pihak yang merasa dirugikan dengan adanya aktivitas PKL bermobil ini adalah pedagang pasar Cinderamata. Pasalnya PKL bermobil membuka dagangannya di lahan parkir pasar Cinderamata sehingga konsumen atau pembeli lebih tertarik untuk datang ke PKL bermobil terlebih dahulu baru ke toko/kios pedagang pasar Cinderamata.

Untuk menangani masalah ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Pengelola Pasar (DPP) Kota Surakarta selaku penanggung jawab

commit to user

DPP sudah berusaha untuk menjembatani kedua belah pihak dengan cara mempertemukan PKL bermobil dengan pedagang Klewer maupun pedagang Cinderamata serta memberi pembinaan terkait peraturan berjualan di kawasan Klewer. DPP Kota Surakarta yang dibantu dengan Satpol PP dan satpam pasar juga telah rutin melakukan penertiban kepada PKL bermobil setiap hari Senin dan Kamis. Selain itu, DPP Kota Surakarta pada tanggal 11 Mei 2012 lalu juga telah memasang spanduk yang berisi himbauan dan larangan transaksi jual-beli bagi PKL bermobil di kawasan parkir Pasar Cinderamata. Namun, upaya-upaya yang telah dilakukan oleh DPP Kota Surakarta ini belum banyak memberikan hasil karena PKL bermobil masih tetap berdagang di kawasan pasar Klewer. Hanya saja PKL yang tadinya berjualan di kawasan parkir Pasar Cinderamata kini beralih ke Alun-alun Utara yang merupakan cagar budaya milik Keraton Surakarta. Menanggapi hal tersebut, Pemkot Surakarta pada tanggal 6 Agustus 2012 kemarin segera bertindak dengan mengeluarkan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Sekertaris Daerah (Setda) Kota Surakarta. Dalam Surat Edaran tersebut telah dijelaskan mengenai larangan dan sanksi yang akan diberikan kepada PKL bermobil apabila PKL bermobil tetap berjualan di kawasan parkir Pasar Cinderamata maupun Alun- alun Utara Keraton Surakarta. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta ini masih belum memberikan hasil yang signifikan pasalnya sampai sekarang PKL bermobil masih tetap melakukan transaksi jual-beli di kawasan Pasar Klewer, khususnya di Alun-alun Utara Kota Surakarta.

commit to user

dasarnya PKL bermobil juga melakukan banyak pelanggaran. Pelanggaran yang dialakukan oleh PKL bermobil adalah pelanggaran terhadap berbagai peraturan yang berlaku di Kota Surakarta. Peraturan-peraturan yang dilanggar oleh PKL bermobil, diantaranya adalah: pertama, Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan bahwa setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, persyaratan teknis di sini maksudnya adalah rancangan teknis kendaraan harus sesuai dengan peruntukannya (pasal 48). Menurut Undang-undang tersebut, mobil mini bus yang merupakan kendaraan untuk mengangkut orang dilarang digunakan untuk mengangkut barang dan dilarang untuk digunakan dalam melakukan transaksi perdagangan. Kedua, Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta No. 7 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Tempat Khusus Parkir, tempat khusus parkir adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah, baik yang dikelola sendiri atau di kerjasamakan pihak ketiga yang meliputi pelataran, lingkungan, taman atau gedung parkir yang disediakan untuk fasilitas tempat khusus parkir kendaraan (pasal 1). Berdasarkan Perda tersebut, PKL bermobil yang berada di kawasan parkir Pasar Cinderamata maupun di Alun-alun Utara Kota Surakarta tidak diizinkan untuk melakukan aktivitas jual-beli di mobil pada area parkir. Ketiga adalah Perda Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima (PKL), setiap orang dilarang melakukan transaksi perdagangan dengan PKL

commit to user

atau lokasi PKL (pasal 5). Berdasarkan perda tersebut, PKL bermobil jelas melakukan pelanggaran karena PKl bermobil menggunakan fasilitas umum yaitu lahan parkir di area pasar Cinderamata maupun di Alun-alun Utara untuk bertransaksi. Pelanggaran terhadap pasal 5 Perda No. 3 Tahun 2008 akan dikenakan sanksi pidana kurungan 3 bulan dan/ atau denda sebanyak- banyaknya Rp 5.000.000,- (pasal 16 Perda No. 3 Tahun 2008). Dan yang keempat adalah Peraturan Daerah Kota Surakarta yang terbaru yaitu Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, pedagang pasar adalah orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan dengan menjual dan/atau membeli barang dan/atau jasa yang menggunakan pasar sebagai tempat kegiatannya (pasal 1). Dari pasal tersebut, diketahui bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh PKL bermobil adalah tidak menggunakan kios di dalam pasar untuk melakukan aktivitas perdagangan.

Meskipun telah ada larangan resmi dari Pemerintah Kota Surakarta terhadap para PKL bermobil yang berupa pemasangan spanduk dan pemberian Surat Edaran, namun sampai sekarang kita masih dapat melihat eksistensi mereka di kawasan pasar Klewer terlebih di Alun-alun Utara Keraton Surakarta. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya keraguan pada pedagang pasar Klewer maupun pedagang pasar Cindermata terhadap kinerja dan upaya yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta khusunya DPP Kota Suarakarta. Pemkot Surakarta terkesan tidak tegas dalam menerapkan dan memberikan sanksi kepada PKL bermobil. Pemkot Surakarta juga dianggap

commit to user

pembiaran terhadap PKL bermobil. Pengurus HPTPPK, Ahmad Fatoni berpendapat bahwa:

“meski PKL bermobil telah melakukan banyak pelanggaran dengan berjualan di kawasan parkir Pasar Cinderamata maupun di Alun-alun Utara, Pemkot Surakarta terkesan tidak tegas dalam melakukan penertiban tersebut. Keempat payung hukum tersebut seperti tidak dimaksimalkan oleh DPP Kota Surakarta, Satpol PP, bahkan satpam di area Pasar Klewer sendiri. Kurang maksimalnya upaya yang dilakukan DPP Kota Surakarta ini dapat dilihat dengan masih banyaknya PKL bermobil yang melakukan aktivitasnya setiap hari terlebih setiap hari Senin dan Kamis. Hal inilah yang menimbulkan keraguan di dalam pengurus HPTPPK maupun HPPK serta para pedagang resmi terhadap upaya dari DPP Kota Surakarta dalam melakukan penertiban .” (prasurvey, 15 mei 2012)

Bahkan menurut Bapak Kusbani yang merupakan Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK), di dalam menangani konflik ini Pemerintah Kota Surakarta sering saling lempar tanggung jawab. Pemkot Surakarta, khusunya DPP Kota Surakarta dan UPTD Perparkiran Kota Surakarta terkesan tidak mau disalahkan dan mereka berusaha untuk mencari pembenaran. Hal ini disampaikan Bapak Kusbani kepada solopos.com:

“selama ini kerap terjadi lempar tangung jawab antara UPTD Perparkiran dengan DPP mengenai persoalan pedagang bermobil di

kawasan Klewer. Saling lempar tangungjawab inilah yang menyebabkan pedagang resmi merasa dirugikan .” (7 Mei 2012).

Kurang maksimalnya upaya dan sanksi yang diberikan oleh Pemkot Surakarta terhadap PKL bermobil menyebabkan pedagang pasar bertindak sendiri. Para pedagang pasar telah berulang kali melakukan penertiban sendiri terhadap PKL bermobil. Bahkan pada tahun 2008 silam, para pedagang pasar

commit to user

penggrebekan tersebut, tidak ada PKL bermobil yang melakukan transaksi jual-beli di kawasan Pasar Klewer. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama karena PKL bermobil muncul kembali sampai sekarang (pra survey, 15 mei 2012). Puncak dari konflik ini adalah pada awal bulan Mei tahun 2012 kemarin, sejumlah pedagang di kawasan Pasar Klewer nekat melakukan sweeping dan embargo terhadap pemasok barang yang ketahuan berjualan menggunakan mobil di lahan parkir Pasar Cinderamata.

Menurut solopos.com, aksi penyisiran atau sweeping yang dilakukan oleh pedagang Pasar Cinderamata maupun pedagang Pasar Klewer terhadap PKL bermobil nyaris berbuntut konflik horisontal. Aksi yang dilakukan pada hari Senin tersebut, dimulai dengan puluhan pedagang Pasar Cinderamata yang menggelar dagangannya di tengah-tengah lahan parkir Pasar Cinderamata. Aksi yang bertujuan untuk menggeser keberadaan pedagang bermobil tersebut rupanya tak membuahkan hasil, lantaran PKL bermobil tetap menjajakan barang dagangannya di tempat tersebut. Emosi antar pedagang pun tersulut. Belasan pedagang pasar Cinderamata akhirnya menyisir dan merampas barang milik pedagang yang rata-rata dari Kabupaten Pekalongan itu untuk diamankan. Aksi ini sempat mendapatkan perlawanan dari PKL bermobil dan berujung perang mulut (3 Mei 2012). Sedangkan embargo yang dilakukan pedagang pasar Cinderamata dan pasar Klewer ini dilakukan terhadap pemasok barang yang ketahuan berjualan di mobil di lahan parkir Pasar Cinderamata (solopos.com, 8 Mei 2012).

commit to user

memberikan kesempatan bagi ilmuwan administrasi publik untuk dapat melakukan penelitian mengenai konflik dan manajemen konflik di kawasan pasar Klewer. Dalam Isu-isu administrasi Publik, Nigro & Nigro menyebutkan bahwa administrasi publik meliputi (1) suatu usaha kerjasama kelompok dalam lingkungan publik; (2) mencakup tiga bidang yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif; (3) dimana tiga bidang tersebut memiliki peranan yang penting dalam merumuskan kebijakan publik dan termasuk proses politik; (4) dalam beberapa hal, administrasi publik berbeda dengan administrasi swasta serta; (5) berkaitan erat dengan sejumlah kelompok- kelompok swasta dan individu-individu dalam memberikan pelayanan publik (Sudarmo, 2011: 10). Dari pendapat Nigro & Nigro tersebut, dapat diketahui bahwa konflik yang terjadi antara PKL bermobil dengan pedagang di kawasan pasar Klewer Kota Surakarta termasuk salah satu aspek kajian dari administrasi publik. Hal ini dikarenakan konflik ini terjadi di lingkungan publik yaitu pasar yang merupakan fasilitas umum yang merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota Surakarta. Selain itu, pihak-pihak yang berkonflik merupakan kelompok-kelompok masyarakat yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat yaitu dengan menjual dan menyediakan barang- barang yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Konflik yang terjadi antara PKL bermobil dengan pedagang di kawasan Pasar Klewer dapat menjadi konflik destruktif apabila tidak mendapat penanganan yang tepat, cepat dan cermat. Untuk itulah diperlukan suatu

commit to user

mengendalikan konflik agar mendapatkan solusi yang tepat dan dapat diterima semua pihak. Salah satu resolusi konflik yang dianggap efektif untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di kawasan Pasar Klewer ini adalah resolusi konflik berbasis community governance. Resolusi konflik ini dianggap efektif karena pendekatan community governance ini lebih menekankan pada penyelesaian konflik yang dilakukan oleh komunitas- komunitas atau kelompok-kelompok yang sedang berkonflik. Pendekatan ini lebih menekankan pada kerjasama atau negosiasi yang dilakukan oleh komunitas-komunitas untuk mendapatkan solusi konflik yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Dengan adanya penerapan resolusi konflik berbasis community governance dalam menyelesaikan konflik di kawasan pasar Klewer ini diharapkan dapat tercipta win-win solution. Dengan terciptanya win-win solution maka tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau dicurangi karena solusi atau pemecahan masalah yang diambil merupakan hasil keputusan bersama. Selain itu, win-win solution yang tercipta tidak akan menimbulkan konflik di kemudian hari karena pihak-pihak yang berkonflik merasa bahwa solusi yang diambil tidak memihak salah satu pihak.

Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Resolusi Konflik Berbasis Community Governance

(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta) ”.

commit to user

Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan resolusi konflik berbasis community governance dalam penyelesaian konflik antara PKL bermobil dengan pedagang di kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta?

2. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam penerapan resolusi konflik berbasis community governance dalam penyelesaian konflik di kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh penulis, memiliki beberapa tujuan baik tujuan operasional maupun tujuan individual. Berikut merupakan tujuan- tujuan dalam penelitian ini:

1. Tujuan Operasional Untuk memetakan penerapan resolusi konflik berbasis community governance yang digunakan dalam penyelesaian konflik antara PKL bermobil dan pedagang di kawasan Pasar Klewer sehingga menghasilkan solusi konflik, baik itu win-win solution, win-lose solution maupun lose- lose solution .

2. Tujuan Individual Untuk mencapai gelar sarjana pada jurusan Ilmu Administrasi, Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS.

commit to user

Hasil dari kegiatan penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu:

1. Bagi pihak-pihak yang berkonflik

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkonflik baik pedagang Pasar Klewer, pedagang Pasar Cinderamata maupun PKL bermobil dalam kaitannya dengan penyelesaian konflik di Kawasan Pasar Klewer.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan strategi untuk menyelesaikan konflik di kawasan Pasar Klewer melalui resolusi konflik berbasis community governance.

2. Bagi masyarakat

a. Sebagai acuan untuk dapat mengelola, mengendalikan dan menyelesaikan konflik yang sedang dihadapi.

b. Sebagai bahan wacana dan informasi bagi masyarakat luas mengenai resolusi konflik berbasis community governance dalam mengelola, mengendalikan dan menyelesaikan suatu konflik.

3. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan adpat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan hasil penelitian.

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. KONFLIK

Konflik merupakan sebuah fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia. Manusia memiliki beragam karakteristik mulai dari perbedaan jenis kelamin, agama, suku, budaya, ras, status sosial dan ekonomi serta tujuan dari hidupnya. Beragam karakteristik tersebut terkadang menimbulkan konflik. Konflik tidak hanya terjadi pada diri seseorang tetapi konflik juga dapat terjadi antar individu, antara individu dengan organisasi bahkan antara individu dengan negara/pemerintah. Banyak pakar/ahli yang memberikan definisi tentang konflik. Salah satunya adalah Stephen P. Robbins (2008: 173) yang memberikan definisi konflik sebagai:

“sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan mempengaruhi secara negatif sesuatu yang menjadi perhatian atau kepentingan pihak pertama. ”

Kirk Blackard & James W. Gibson (Wirawan, 2010: 5) memberikan definisi konflik sebagai: "sebuah proses dinamis yang mencerminkan interaksi antara dua

pihak atau lebih yang mempunyai ketergantungan yang sama akan perbedaan atau ketidakcocokan antara mereka .”

commit to user

(Wahyudi, 2011: 18) yang mendefinisikan konflik sebagai:

“perselisihan, pertentangan antara dua orang atau dua kelompok dimana perbuatan yang satu berlawanan dengan yang lainnya

sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.”

Dari beberapa definisi mengenai konflik di atas, dapat diketahui bahwa konflik pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik yang selalu melekat di dalamnya, yaitu:

a. Proses. Konflik terjadi melalui sebuah proses, proses konflik yang satu berbeda dengan proses konflik lainnya. Proses konflik ini terdiri dari masukan, proses dan keluaran konflik sehingga konflik dapat dikatakan sebagai sistem interaksi sosial (Wirawan, 2010: 5-6).

Tabel 2.1 Konflik sebagai Sistem Sosial

Masukan

Proses

Keluaran  Pihak-pihak yang

terlibat konflik (pemimpin, pengikut, pihak luar dan sistem sosial) berbeda:  Ideologi dan pola

pikir  Tujuan dan cara

 Interaksi sosial konflik

dalam fase-fase konflik  Memperbesar dan

menggunakan kekuasaan

 Manajemen konflik

 Strategi konflik  Taktik konflik

 Frustasi  Marah dan dendam  Kecewa  Sumber tidak dipakai

untuk produktivitas  Konflik berlangsung terus-menerus tanpa

solusi

commit to user

 Sifat pribadi  Latar belakang

pendidikan, agama, pengalaman, dan lain-lain

 Pola perilaku  Visi, misi, dan

strategi sistem sosial

 Interdependensi pihak-pihak yang

terlibat konflik  Kekuasaan  Gaya manajemen

konflik  Asumsi mengenai konflik sumber-

sumber yang terbatas  Budaya sistem sosial

konflik  Agresi

 Manajemen konflik

 Mengatur sendiri  Intervensi pihak

ketiga  Proses pengadilan  Proses

administrasi  Arbitrase  Mediasi  Ombudsman

 Terciptanya sinergi negatif atau sinergi positif

 Produktivitas menurun

 Resolusi konflik  Menang-menang  Menang-kalah  Kalah-kalah

 Terciptanya norma dan nilai-nilai baru  Perubahan sistem sosial

(Sumber: Wirawan, 2010: 6)

b. Dua pihak atau lebih. Suatu konflik harus terjadi diantara dua pihak atau lebih, kecuali konflik personal.

commit to user

salah satu pihak yang sedang berkonflik dapat mempengaruhi pihak yang lain.

d. Adanya pertentangan mengenai obyek di dalam konflik. Obyek konflik dapat berupa perbedaan pendapat, perbedaan tujuan, ataupun kondisi kerja, jaminan atau upah yang tidak layak.

e. Diekspresikan. Suatu konflik harus diekspresikan sehingga banyak orang yang mengetahuinya. Konflik dapat diekspresikan melalui tindakan, ucapan maupun bahasa tertulis.

f. Pola perilaku. Ketika terjadi sebuah konflik, pihak yang terlibat dalam konflik tersebut menggunakan pola perilaku tertentu untuk mengatasi konflik. Pola perilaku itu sering disebut gaya manajemen konflik atau taktik konflik.

g. Interaksi konflik. Interaksi konflik ini diakibatkan oleh proses konflik dari pihak-pihak yang terlibat dan dapat berupa saling menuduh, saling menyalahkan, saling melakukan agresi, melakukan negosiasi atau meminta bantuan pihak ketiga dalam menyelesaikan konflik.

h. Keluaran konflik. Keluaran konflik dihasilkan dari interaksi konflik dan dapat menciptakan perubahan sistem sosial. Keluaran konflik dapat berupa ditemukannya solusi konflik seperti win-win solution, win-lose solution ataupun lose-lose solution (Wirawan, 2010: 5-7).

Konflik yang terjadi baik di dalam suatu organisasi maupun kelompok atau konflik yang terjadi antar individu dengan kelompok, antar

commit to user

faktor. Faktor-faktor ini yang dapat memicu timbulnya suatu konflik:

a. Keterbatasan atau kelangkaan sumber daya. Untuk menyelenggarakan aktivitas di dalam suatu organisasi dibutuhkan sumber daya yang memadai. Apabila sumber daya yang diperlukan tersebut langka/terbatas muncullah kompetisi dan dapat menyebabkan konflik. Kelangkaan sumber daya dalam suatu orgasnisasi dapat berupa terbatasnya anggaran, fasilitas kerja, jabatan, dan kesempatan untuk berkarir (Wirawan, 2010: 8). Sedangkan dalam organisasi informal, kelangkaan sumber daya dapat berupa terbatasnya ruang/lokasi yang digunakan untuk melakukan aktivitas seperti berjualan yang diijinkan atau diperbolehkan oleh otoritas setempat (Sudarmo, 2011: 207).

b. Tujuan yang berbeda (kompetisi tujuan). Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan anggota-anggota organisasi juga mempunyai tujuan pribadi di luar tujuan dari organisasi. Hal ini dapat memicu konflik apabila dalam mencapai tujuan pribadinya, anggota organisasi menyalahgunakan tugas/wewenang yang dimiliki dan menyebabkan organisai mengalami kerugian. Konflik di dalam organisasi juga dapat terjadi ketika cara yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi berbeda (Wirawan, 2010: 8).

c. Saling tergantung atau interdependensi pekerjaan. Interdependensi pekerjaan dapat berlangsung dalam satu arah maupun dua arah, dan ketergantungan pekerjaan ini dapat mencakup pembagian persediaan

commit to user

satu pihak dengan pihak yang lain dapat menyebabkan konflik apabila ketersediaan sumber daya maupun informasi menjadi langka dan sulit didapat (Wahyudi, 2011: 38).

d. Struktur. Struktur yang dimaksud di sini mencakup variable-variabel seperti ukuran, kadar spesialisasi dalam tugas-tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan yurisdiksi, keserasian antara anggota dan tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan dan kadar ketergantungan antar kelompok (Robins: 2008: 178). Selain itu, menurut Sudarmo (2011: 210), pemilahan struktural mencakup pembagian kerja, fungsi, satuan organisasi, penempatan orang-orang dalam posisi tertentu, hirarki dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk masing-masing orang atau unit kerja. Adanya struktur dan pemilahan struktur yang tidak adil dapat menyebabkan konflik.

e. Kekaburan peran atau bidang tugas. Kekaburan bidang tugas dapat menyebabkan konflik apabila batasan-batasan bidang kerja tidak jelas, terjadi tumpang tindih dalam tanggung jawab atau ketimpangan dalam menjalankan tugas (Wahyudi, 2011: 40).

f. Sistem imbalan yang tidak layak atau tidak adil. Pemberian imbalan, upah atau gaji yang tidak adil dapat menyebabkan konflik. Sistem imbalan dapat menyebabkan konflik ketika perolehan salah seorang anggota dipandang merugikan anggota lain (Robins: 2008: 179).

commit to user

komunikasi yang digunakan memiliki makna yang berbeda atau ambiguitas makna, jargon, adanya pertukaran informasi yang tidak memadai dan adanya kegaduhan dalam saluran komunikasi. Komununikasi yang tidak baik dan lancar ini dapat menyebabkan kesalahpahaman yang dapat memicu konflik (Robins: 2008: 178).

h. Konflik terdahulu yang belum sempat tertuntaskan (unresolved prior conflict ). Konflik ini dapat menyebabkan konflik-konflik baru ketika terjadi ketidaksepakatan diantara anggota organisasi. Apabila konflik ini tidak dituntaskan secara menyeluruh dapat menyebabkan penumpukan konflik dan dapat menyebabkan timbulnya konflik multidimensional (Sudarmo, 2011: 212).

Ketika orang berada dalam situasi konflik dapat diartikan bahwa mereka memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi. Kebutuhan ini biasanya berhubungan dengan satu atau lebih dari lima dimensi yang berbeda, yaitu struktural, instrumental, kepentingan, nilai atau pribadi. Dimensi yang berbeda akan menghadirkan tantangan yang berbeda pula. Perlu dicatat bahwa konflik tidak harus berurusan dengan hanya satu dimensi tetapi kebanyakan konflik terjadi dalam dua atau lebih dimensi. Menurut Bjarne Vestergaard, Erik Helvard & Aase Rieck Sørensen (2011: 7-8), dimensi-dimensi dalam konflik dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:

a. Dimensi Struktural. Dimensi struktural adalah kerangka eksternal dimana kita hidup dan bekerja di bawahnya. Ini termasuk undang-

commit to user

dapat diubah secara langsung oleh resolusi konflik antara pihak yang bertikai, namun pekerjaan yang dilakukan berurusan dengan konflik yang spesifik dapat menjelaskan daerah dari dimensi struktural yang perlu diperhatikan untuk mencegah konflik di masa depan. Tindakan yang dapat dilakukan ketika berhadapan dengan konflik dalam dimensi struktural misalnya untuk mempengaruhi pengambil keputusan melalui penggunaan hak-hak demokratis ( Bjarne Vestergaard , dkk, 2011: 8).

b. Dimensi Instrumental. Pusat gravitasi dari konflik adalah dalam dimensi instrumental. Dua pihak dalam perselisihan mengenai bagaimana tugas yang diberikan adalah untuk ditangani. Sebagian besar waktu, orang tetap fokus pada masalah ketika berhadapan dengan konflik instrumental. Orang sering memiliki perbedaan pendapat tersebut tanpa eskalasi/peningkatan. Hanya jika ketidaksepakatan berakar pada dimensi lain atau jika permusuhan besar hadir mereka meningkat. Cara yang paling masuk akal untuk mendekati masalah yang bersifat instrumental adalah melalui argumentasi dan mencari solusi yang dapat diterima kedua belah pihak ( Bjarne Vestergaard , dkk, 2011: 8).

c. Dimensi Kepentingan/Interest. Dimensi ini berpusat pada sumber daya. Sumber daya ini dapat berupa uang, waktu dan ruang misalnya. Kekuasaan dan pengaruh juga dapat menjadi sumber daya yang

commit to user

mencakup wilayah, pasokan air dan sumber daya alam. Ketika berhadapan dengan dimensi yang menarik, pendekatan yang masuk akal adalah untuk bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan tentang pembagian sumber daya ( Bjarne Vestergaard , dkk, 2011: 8).

d. Dimensi Nilai/Value. Dengan nilai-nilai kita mengartikan nilai-nilai pribadi dan budaya. Ini termasuk, ideologi, agama, moral, nilai-nilai estetika dan politik. Nilai-nilai ini adalah sesuatu yang Anda perjuangkan. Mereka mendefinisikan apa yang benar dan salah, apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan. Konflik yang meningkat sering tertanam dalam salah satu dimensi dari nilai atau dimensi pribadi sebagai dimensi-dimensi adalah tidak dapat dicairkan. Tujuannya adalah untuk mencapai pemahaman yang lebih besar dari posisi pihak lain. Ketika seseorang memahami alasan dan latar belakang dari nilai- nilai orang lain, mereka lebih mudah untuk menerima atau mentolerir. Cara untuk mengatasi konflik yang bersifat berorientasi nilai adalah melalui dialog terbuka, penyelidikan apresiatif dan komunikasi yang tidak berdasar pada kekerasan ( Bjarne Vestergaard , dkk, 2011: 8).

e. Dimensi Personal. Dimensi ini merupakan akar dari banyak konflik. dimensi ini adalah di mana orang didorong oleh emosi dan ketakutan yang kuat. Dimensi personal meliputi pengertian seperti identitas, loyalitas, penolakan dan harga diri. Dialog terbuka, penyelidikan apresiatif dan non-kekerasan komunikasi, seperti yang terjadi dengan

commit to user

dimensi pribadi ( Bjarne Vestergaard , dkk, 2011: 8).

Konflik yang melekat dalam kehidupan manusia sangat beraneka ragam dan dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai kriteria. Sebagai contoh, konflik dapat dibedakan berdasarkan jumlah orang yang terlibat, latar belakang terjadinya konflik, substansi konflik maupun konflik menurut bidang kehidupan manusia. Berikut ini merupakan beberapa jenis konflik yang sering terjadi dalam suatu organisasi, perusahaan maupun di dalam komunitas:

a. Konflik personal dan konflik interpersonal  Konflik personal adalah konflik yang terjadi dalam diri seorang individu karena dihadapkan pada beberapa alternatif pilihan yang

yang harus diambil. Konflik personal dapat dibagi ke dalam konflik pendekatan ke pendekatan, konflik menghindar ke menghindar dan konflik pendekatan ke menghindar (Wirawan, 2010: 55).

 Konflik interpersonal adalah konflik yang terjadi di dalam suatu organisasi atau konflik yang terjadi di tempat kerja. Konflik ini

terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat konflik saling tergantung dalam melaksanakan tugas/pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. Konflik interpersonal dapat terjadi dalam tujuh bentuk, yaitu: konflik antar manajer, konflik antara pegawai dan manajer/pimpinannya, konflik hubungan industrial (konflik antara karyawan dan organisasi/perusahaan), konflik anta kelompok kerja

commit to user

dengan kelompok kerjanya, konflik interes (konflik kepentingan) dan konflik antara organisasi dengan pihak luar organisasi (Wirawan, 2010: 55-56).

b. Konflik interes atau konflik kepentingan adalah suatu situasi konflik dimana seorang individu-pejabat atau aktor sistem sosial mempunyai kepentingan personal lebih besar daripada kepentingan organisasinya sehingga mempengaruhi pelaksanaannya sebagai pejabat sistem sosial dalam melaksanakan kepentingan (tujuan) sistem sosial. Konflik ini dapat merusak kepercayaan yang diberikan organisasi dan anggota sistem sosial. Konflik interes ini merupakan salah satu fenomena yang memicu timbulnya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Konflik interes ini biasanya terjadi dalam proses pengadaan barang dan jasa serta tender-tender proyek baik di lembaga pemerintah maupun lembaga bisnis (Wirawan, 2010: 57).

c. Konflik realistis dan konflik nonrealistis  Konflik realistis merupakan konflik yang terjadi akibat perbedaan cara dalam mencapai tujuan organisasi. Di dalam konflik ini,

interaksi konflik memfokuskan pada perbedaan obyek konflik yang harus diselesaikan oleh pihak yang terlibat konflik. Gaya manajemen yang digunakan adalah dialog, persuasi, musyawarah, voting dan negosiasi (Wirawan, 2010: 59).

commit to user

 Konflik nonrealistis adalah konflik yang dipicu oleh kebencian atau prasangka buruk terhadap orang lain sehingga mendorong

seseorang melakukan agresi untuk menghancurkan atau mengalahkan lawannya. Metode manajemen konflik yang digunakan adalah agresi, menggunakan kekuasaan, kekuaan dan paksaan (Wirawan, 2010: 59).

d. Konflik destruktif dan konflik konstruktif  Konflik konstruktif adalah konflik yang prosesnya berusaha untuk menemukan solusi mengenai substansi konflik. Konflik ini

berusaha untuk mempererat hubungan pihak-pihak yang terlibat konflik atau memperoleh sesuatu yang bermanfaat dari konflik. Guna menyelesaikan konflik ini, manajemen konflik yang digunakan adalah negosiasi, take and give, humor, bahkan voting untuk mencapai kesepakatan bersama sehingga tercipta win-win solution . Di dalam konflik ini, terdapat siklus konstruktif dimana pihak-pihak yang terlibat konflik sadar akan terjadinya konflik dan memberikan respon yang positif untuk menyelesaikan konflik (Wirawan, 2010: 59).

Gambar 2.1 Siklus Konflik Konstruktif

Organisasi lebih sehat

Kompromi atau

kolaborasi

Give and take

Respons

positif

Konflik

commit to user

 Konflik destruktif merupakan konflik dimana pihak-pihak yang terlibat konflik berusaha untuk mengalahkan satu sama lain. Pihak-

pihak yang terlibat konflik menggunakan manajemen konflik seperti kompetisi, ancaman, konfrontasi, kekuatan, dan agresi. Konflik jenis ini dapat merusak organisasi karena pihak-pihak yang terlibat konflik berusaha untuk menyelamatkan muka mereka (Wirawan, 2010: 62).