Community of Superfamily Papilionoidea Butterflies at Nature Educational Conservation Centre Bodogol, Sukabumi, West Java

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Komunitas Kupu-kupu
Superfamili Papilionoidea di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol,
Sukabumi, Jawa Barat” ialah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan tercantum
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2012

Hasni Ruslan
NRP G352090061

ABSTRACT
HASNI RUSLAN. Community of Superfamily Papilionoidea Butterflies at
Nature Educational Conservation Centre Bodogol, Sukabumi, West Java.
Supervised by TRI ATMOWIDI and DJUNIJANTI PEGGIE

ABSTRACT

Changes of habitats which functioned as butterfly habitat have implicated to
butterfly abundance. Aim of this research was to study Papilionoidea butterfly
diversity based on habitat types i.e heterogenous, coniferous forest, and
agricultural land. Observations of butterflies were conducted from July to
December 2010 by scan sampling method. `Data were analyzed by using Shannon
diversity index, equitability, Sorensen similarity, relative density, and frequency
of occurance. Data were also shown in biplot using Principle Component Analysis
and Correspondence Analysis. Result showed that as many as 132 species from
3864 individuals of butterflies the species were recorded into 4 families i.e
Lycaenidae (21 species), Nymphalidae (80 species), Papilionidae (15 species),
and Pieridae (17 species) were recorded. Diversity of butterflies at heterogeneous
forest was highest, followed by agricultural land and coniferous forest. Similarity
of butterflies between heterogenous and coniferous forest was 74%, between
heterogenous forest and the agricultural land was 64%, and between coniferous
forest and agricultural land was 70%. Family Nymphalidae has a higher density in
heterogenous and coniferous forest. Whereas Papilionidae, Lycaenidae, and
Pieridae were dominant in agricultural land. Heterogenous and coniferous forest
were characterized by high humidity and lower temperature, light intensity and
wind speed. Agricultural land was characterized by lower humidity and higher
temperature, light intensity, and wind speed.

Key word : Diversity, Butterflies, Papilionoidea, Bodogol, West Java

RINGKASAN
HASNI RUSLAN. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea di
Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat.
Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE.

Beberapa spesies kupu-kupu superfamili Papilionoidea berperan penting
sebagai bioindikator perubahan lingkungan. Kupu-kupu juga berperan sebagai
polinator tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari komunitas kupukupu superfamili Papilionoidea di Pusat Penelitian dan Konservasi Alam Bodogol
berdasarkan perbedaan habitat, yaitu di hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan
pertanian.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2010, di tiga habitat
yang berbeda, yaitu hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian. Lokasi
penelitian terletak di kaki Gunung Gede Pangrango dengan ketinggian sekitar 800
meter dpl. Pengamatan kupu-kupu dilakukan dengan metode scan sampling di
sepanjang jalur yang sudah ada di 3 tipe habitat, yaitu hutan heterogen, hutan
pinus dan lahan pertanian. Pengamatan dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00
WIB - 12.00 WIB) dan siang hari (13.00 WIB -16.00 WIB). Pada tiap habitat,
dilakukan pengamatan selama tiga hari setiap bulannya, yang berlangsung selama

5 bulan, sehingga total pengamatan di tiga lokasi ialah 45 hari. Pada setiap
pengamatan kupu-kupu dicatat jumlah spesies dan individu. Kupu-kupu yang
telah diketahui spesiesnya, segera didata, sedangkan yang belum diketahui
spesiesnya, ditangkap dengan jaring serangga, dimasukkan ke dalam kertas
papilot, disimpan dalam kotak penyimpanan sementara, dan dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi. Identifikasi spesimen kupu-kupu dilakukan di
Laboratorium Zoologi Universitas Nasional, Jakarta dan diverifikasi di Bidang
Zoologi, Puslit Biologi, LIPI Cibinong. Pengukuran parameter lingkungan yang
meliputi kelembaban udara (%), suhu udara (°C), intensitas cahaya (lux), dan
kecepatan angin (m/s) dilakukan selama pengamatan kupu-kupu.
Di ketiga tipe habitat di PPKA Bodogol, ditemukan 132 spesies kupu-kupu
dari 3864 individu, kupu-kupu tersebut termasuk dalam empat famili, yaitu
Lycaenidae, Nymphalidae, Papilionidae, dan Pieridae. Di hutan heterogen,
kelimpahan dan frekuensi kupu-kupu yang ditemukan tinggi ialah Euploea
mulciber, Faunis canens, Lethe confusa, Mycalesis janardana, Mycalesis mineus,
Tanaecia iapis, dan Ypthima pandocus. Pada hutan pinus, kelimpahan dan
frekuensi kupu-kupu ditemukan tinggi ialah Faunis canens, Mycalesis horsfieldi,
Mycalesis janardana, Mycalesis mineus, Mycalesis moorei, Ypthima horsfieldi,
dan Ypthima pandocus. Pada lahan pertanian, kupu-kupu dengan kelimpahan dan
frekuensi ditemukan tinggi ialah Jamides celeno, Hypolimnas bolina, Mycalesis

mineus, Papilio memnon, Eurema blanda, dan Eurema hecabe.
Penelitian menunjukkan keragaman spesies kupu-kupu di PPKA Bodogol
tergolong tinggi (H’=4,55). Keragaman spesies kupu-kupu di hutan heterogen
(H’=3,85) lebih tinggi dibandingkan hutan pinus (H’=3,14) dan lahan pertanian
(H’=3,41). Jumlah individu kupu-kupu di hutan pinus (1333 individu) lebih
banyak daripada hutan heterogen (1221 individu) dan lahan pertanian (1310

2

individu). Hasil correspondence analysis menunjukkan bahwa hutan heterogen
dan homogen didominasi oleh kupu-kupu dari famili Nymphalidae, sedangkan
pada lahan pertanian didominasi oleh kupu-kupu dari famili Papilionidae,
Lycaenidae, dan Pieridae. Kemerataan (evenness) kupu-kupu di hutan heterogen,
hutan pinus dan kawasan lahan pertanian berkisar 0,70-0,83. Similaritas kupukupu antara hutan heterogen dengan hutan pinus sebesar 74 %, antara hutan
heterogen dengan lahan pertanian sebesar 64%, dan antara hutan pinus dengan
lahan pertanian sebesar 70 %.
Jumlah individu dan spesies kupu-kupu pada waktu pengamatan di pagi hari
lebih tinggi dibanding siang hari. Berdasarkan bulan pengamatan, jumlah spesies
dan jumlah individu kupu-kupu yang tinggi ditemukan pada bulan Agustus dan
September dan pada bulan Oktober dan November terjadi penurunan. Pada saat

pengamatan di bulan Oktober dan November, kondisi cuaca sering mendung dan
banyak terjadi hujan.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1.

2.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA
DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL,

SUKABUMI, JAWA BARAT

HASNI RUSLAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Biosains Hewan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Tesis

: Komunitas Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea di Pusat
Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat
Nama
: Hasni Ruslan

NRP
: G352090061
Program Studi : Biosains Hewan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Tri Atmowidi, M.Si.
Ketua

Djunijanti Peggie, M.Sc.,Ph.D.
Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Biosains Hewan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Bambang Suryobroto


Dr.Ir.Dahrul Syah, M.Sc.,Agr.

Tanggal Ujian : 7 November 2011

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis dengan judul “Komunitas Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea di Pusat
Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat”.Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains di Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Tri Atmowidi dan
Djunijanti Peggie, M.Sc., Ph.D. selaku komisi pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan,
masukan, dan koreksi dengan sabar dan tulus kepada penulis selama penelitian

berlangsung hingga tercapainya kesempurnaan dalam penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Bambang Suryobroto,
yang telah memberikan banyak bantuan dalam proses belajar dan penyelesaian
tesis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar Biosains
Hewan yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan bagi penulis. Kepada
Sekretariat Biosains Hewan yang telah memberikan banyak pelayanan sejak
proses perkuliahan hingga penulisan tesis. Tidak lupa, penulis haturkan terima
kasih kepada Sdr. Andi yang telah memberikan bantuan dengan ikhlas dalam
penulisan tesis ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh
rekan-rekan mahasiswa Mayor Biosains Hewan atas bantuan, dukungan,
kebersamaan, dan doa yang diberikan. Terima kasih juga disampaikan kepada
Direktorat Pendidikan Tinggi yang telah memberikan Beasiswa Program Pasca
Sarjana (BPPS), sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Ucapan terima kasih yang paling tulus penulis sampaikan kepada suami dan
anak-anakku tercinta, Muthia Rizka Neldy, Fahreza Aditya Neldy, M. Fadhlan
Aulia Neldy, dan Purnama Wulansari Neldy, Ibunda, Kakak dan Adik tersayang
yang telah memberikan doa, cinta, semangat, dan dukungan yang sangat berarti
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mulia ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang diberikan, penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga

tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan
Indonesia.

Bogor, Desember 2011

Hasni Ruslan

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kerinci pada tanggal 9 Agustus 1962 sebagai putri
keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Halimah dan Ruslan. Penulis
menikah dengan Yuneldi pada tahun 1985 dan dikaruniai dua anak perempuan
dan dua anak laki-laki.
Pada tahun 1981 penulis lulus dari SMA Don Bosko Padang. Pendidikan
Sarjana ditempuh di Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Andalas
Padang, dan lulus pada tahun 1986. Penulis berkesempatan mengikuti Sekolah
Pascasarjana (S2) pada Mayor Biosains Hewan, Departemen Biologi Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Beasiswa Program Pasca Sarjana
(BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Biologi Universitas
Nasional, Jakarta.


DAFTAR TABEL

Halaman
1. Jumlah famili, genus, spesies, individu, indeks keragaman,
nilai evenness kupu-kupu yang ditemukan di PPKA Bodogol,
Sukabumi, Jawa Barat...................................................................................... 18
2. Jumlah spesies (S) dan individu (I) famili kupu – kupu yang
ditemukan di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa………………………….…..18
3. Kelimpahan relatif (%) dan frekuensi kehadiran (%) kupu-kupu pada tiap
stasiun di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat ..........................................19
3.
4. Nilai Indeks similaritas/kesamaan pada tiap habitat di
PPKA Bodogol, Sukabumi Jawa Barat............................................................ 26
4.
5. Rata-rata suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya dan kecepatan
angin di hutan heterogen, hutan pinus dan lahan pertanian
di PPKA Bodogol ............................................................................................ 30
6. Nilai korelasi Pearson (r) dan nilai p antara jumlah individu kupu-kupu
dengan parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian....................................30
7. Nilai korelasi Pearson (r) dan nilai p antara spesies kupu-kupu
dengan parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian....................................31

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka penelitian ........................................................................................... 3
2. Peta PPKA Bodogol sebagai lokasi penelitian (tanda panah) ......................... 10
3. Lokasi pengamatan kupu-kupu di PPKA Bodogol: hutan heterogen (a), hutan
pinus (b), dan lahan pertanian (c). ...................................................................11
4.
Lokasi Pengamatan kupu-kupu di PPKA Bodogol:
hutan heterogen (a), hutan pinus (b), dan lahan pertanian (c)………………..11
5. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian:
light meter (a), 4 in 1 Environment Tester (b), jaring serangga (c), kotak
serangga (d), kertas papilot (e), kapur barus (f)………………….…………12
6. Beberapa tanaman yang berada di hutan heterogen:
Ageratum conizoides (a), Clidema hirta (b), Coffea canephora (c), Ficus sp.
(d), Globba pendula (e), Lantana camara (f), Melastoma polyanthum (g),
Eupatorium inulifolium (h), Jasminum sambac (i), Gnetum gnemon (j),
Passiflora sp. (k).............................................................................................. 16
7. Beberapa tanaman yang ditemukan di hutan pinus: Caliandra sp. (a),
Lantana camara (b), Eugenia sp.(c), Impatiens platipetala(d), Melastoma
polyanthum (e), Selaginella sp. (f), Smilax sp. (g), Pinus mercusii (h)...........17
8. Beberapa vegetasi yang ada pada kawasan lahan pertanian: Persea americana
(a), Manihot esculenta (b), Zea mays (c), Musa sp. (d), Morinda citrifolia (e),
Ipomoea batatas (f), Citrus sp. (g) ..................................................................17
9. Empat contoh spesies kupu-kupu dari famili Lycaenidae:
Jamides alecto (a), J. celeno (b), Yasoda pita (c),
dan Eooxylides ethion (d)................................................................................. 23
10. Empat contoh spesies kupu-kupu dari famili Pieridae: Eurema hecabe(a),
Catopsilia pamona (b), Cepora judith (c), dan Leptosia nina (d). .................. 23
11. Beberapa spesies kupu-kupu dari famili Nymphalidae:
Amnosia decora (a), Athyma nefte (b), A. pravara (c), Faunis canens (d),
Danaus genutia (e), Doleschallia bisaltide (f), Idea hypermnestra (g),
Hypolimnas bolina (h), Tanaecia iapis (i), M. horsfieldi (j), M. moorei (k),
Neorina crhishna (l)......................................................................................... 24
12. Beberapa spesies kupu-kupu dari famili Papilionidae:
Graphium agamemnon (a), G.sarpedon (b), Papilio memnon (c), P. polytes
(d), dan P. demolion (e). .................................................................................. 25

2

13. Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada hutan heterogen dengan kelimpahan
dan frekuensi kehadiran tertinggi: E. mulciber (a), F. canens (b),
L.confusa (c), M. janardana (d), M. mineus (e), T. iapis (f),
Y. pandocus (g). ............................................................................................... 26
14. Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada hutan pinus dengan kelimpahan dan
frekuensi kehadiran tertinggi: F. canens (a), M. horsfieldi (b),
M. janardana (c), M. mineus (d), M. moorei (e), Y. horsfieldi (f),
Y. pandocus (g). ............................................................................................... 27
15. Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada kawasan lahan pertanian dengan
kelimpahan dan frekuensi kehadiran tertinggi: J. celeno (a), H. bolina (b),
M. mineus (c), P. memnon (d), E. blanda (e), E. hecabe (f). ........................... 27
16. Jumlah individu kupu-kupu yang ditemukan pada pagi hari dan siang
haridi PPKA Bodogol ...................................................................................... 28
17. Jumlah Spesies kupu-kupu yang ditemukan di masing-masing lokasi
pada tiap bulan pengamatan ............................................................................29
18. Jumlah individu kupu-kupu ditemukan di masing-masing lokasi pada
tiap bulan pengamatan .................................................................................... 29
19. Hasil analisis PCA hubungan antara jumlah spesies (SP) dan jumlah
individu (IND) kupu-kupu dengan suhu udara (SUHU), kelembaban udara
(RH) intensitas cahaya (IC), dan kecepatan angin (KA). ................................ 31
20. Diagram koresponden analisis yang menunjukkan keterkaitan lokasi
pengamatan dengan kelimpahan berdasarkan famili kupu-kupu ................... 32

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Konservasi keragaman hayati telah menjadi topik utama dalam penelitian
ekologi selama beberapa dekade terakhir ini. Penelitian yang dilakukan
menyangkut kekayaan spesies dan analisis faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehadiran spesies di suatu habitat. Perubahan habitat dapat menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi spesies (Rossi & Halder 2009) dan dapat
mempengaruhi kelimpahan kupu-kupu (Jonason et al. 2009). Penyebaran dan
kelimpahan tumbuhan inang dapat mempengaruhi keragaman kupu-kupu (Cleary
& Genner 2004). Keragaman kupu-kupu menurun dengan menurunnya keragaman
tumbuhan inang. Menurunnya tumbuhan inang, dapat terjadi karena adanya
aktivitas manusia dalam mengkonversi habitat alami. Selain itu, keragaman kupukupu juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat (altitude), suhu, kelembaban,
intensitas cahaya, cuaca, musim, dan volume nektar tumbuhan (Rizal 2007).
Di lingkungan, kupu-kupu memiliki nilai penting, yaitu sebagai
penyerbuk, karena kupu-kupu aktif mengunjungi bunga (Amir et al. 2003; Joshi &
Arya 2007) dan kupu-kupu berperan dalam memelihara lingkungan hutan. Kupukupu mengunjungi bunga berbagai spesies tumbuhan untuk mengambil nektar dan
serbuk sari. Bentuk, warna, dan aroma bunga dipergunakan sebagai petunjuk
kupu-kupu dalam mengunjungi bunga (Proctor & Yeo 1975).
Kupu-kupu termasuk ke dalam ordo Lepidoptera. Lepidoptera mudah
dikenali dengan adanya sisik-sisik halus pada sayap dan permukaan tubuhnya.
Sisik-sisik ini mengandung pigmen yang memberikan variasi warna pada sayap
dan tubuh. Variasi warna kupu-kupu merupakan salah satu karakter penting dalam
identifikasi kupu-kupu (Triplehorn & Johnson 2005). Penelitian tentang kupukupu di Indonesia telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Amir et al. (2003)
melaporkan 77 spesies kupu-kupu di Taman Nasional Gunung Halimun. Di
Kebun Raya Bogor, Peggie & Amir (2006) melaporkan 96 spesies kupu-kupu. Di
Gunung Ciremai, Noerdjito & Erniwati (2009) melaporkan 66 spesies kupu-kupu.
PPKA Bodogol didirikan atas kerjasama Conservation International (CI)
Indonesia, Program Yayasan Alam Mitra Indonesia (Alami) dan Balai Taman

2

Nasional Gunung Gede Pangrango. PPKA Bodogol merupakan hutan hujan tropis
yang berada di kaki Gunung Gede Pangrango dengan ketinggian sekitar 800 meter
dpl. Secara administrasi pemerintahan, PPKA Bodogol termasuk ke dalam
wilayah Kabupaten Sukabumi, meliputi Desa Benda dan Purwasari Kecamatan
Cicurug, Desa Watesjaya dan Desa Bodogol Kecamatan Caringin. Secara
geografis, PPKA Bodogol terletak antara 6o32’-6o34’ LS dan 106o50’-106o56’ BT
(Wisnubudi, 2002). Keragaman kupu-kupu di PPKA Bodogol, belum banyak
dilaporkan.

Oleh

karena

itu,

penelitian

tentang

keragaman

kupu-kupu

(Lepidoptera) pada habitat yang berbeda di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa
Barat perlu dilakukan.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.

Mempelajari

keragaman

kupu-kupu

Superfamili

Papilionoidea

berdasarkan perbedaan habitat, yaitu di hutan heterogen, hutan pinus, dan
lahan pertanian.
2.

Mempelajari karakteristik habitat dalam kaitannya dengan keragaman
kupu-kupu.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah:
1.

Memberikan informasi keragaman kupu-kupu di habitat yang berbeda di
PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat.

2.

Data keanekargaman kupu-kupu yang diperoleh dapat digunakan sebagai
dasar dalam usaha konservasi kupu-kupu dan habitatnya.

3

Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (Gambar 1)

Hutan Heterogen:
 Faktor Biotik:
- Vegetasi
- Predator dan
parasitoid
 Faktor Abioti :
- Cahaya
- Suhu
- Angin
- Kelembaban

Hutan pinus:
 Faktor Biotik:
- Vegetasi
- Predator dan
parasitoid
 Faktor Abiotik :
- Cahaya
- Suhu
- Angin
- Kelembaban

Keragaman Kupu-kupu

Identifikasi dan Analisis Data

Hasil

Rekomendasi

Gambar 1 Kerangka Penelitian.

Lahan pertanian:
 Faktor Biotik:
- Vegetasi
- Predator dan
parasitoid
 Faktor Abiotik :
- Cahaya
- Suhu
- Angin
- Kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu
Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan
sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah
satunya adalah Superfamili Papilionoidea. Superfamili Papilionoidea terdiri dari
5 famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Lycaenidae, Nymphalidae, dan Riodinidae.
Dalam identifikasi Lepidoptera ke dalam tingkat takson rendah,

digunakan

karakter berupa bentuk dan pola warna sisik pada sayap, abdomen, dan tungkai
(Kristensen et al. 2007). Klasifikasi kupu-kupu Superfamili Papilionoidea
menurut Kristensen et al. (2007) ialah sebagai berikut:
Kingdom :Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas:Insekta
Ordo : Lepidoptera
Superfamili : Papilionoidea
Famili Papilionidae
Famili Pieridae
Famili Riodinidae
Famili Lycaenidae
Famili Nymphalidae
Kristensen et al. (2007) memasukkan famili Riodinidae ke dalam superfamili
Papilionoidea. Sebelumnya, pada buku Handbook of Zoology (2007) Riodinidae
dimasukkan ke dalam family Lycanidae.
Kupu-kupu dibedakan dengan ngengat (moth) dalam beberapa hal. Kupukupu bersifat diurnal, sedangkan ngengat nokturnal. Selain itu, bentuk dan corak
warna kupu-kupu lebih menarik dibandingkan ngengat (Stavenga et al. 2004).
Tubuh kupu-kupu dibedakan menjadi kepala, toraks, dan abdomen (Fleming
1983). Pada kepala kupu-kupu, terdapat sepasang antena yang panjang yang
membesar pada ujungnya. Antena tersebut berfungsi sebagai organ peraba dan
perasa (Triplehorn & Johnson 2005).

5

Toraks kupu-kupu merupakan sebagai sumber kekuatan tubuh. Toraks
terbagi tiga segmen, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada bagian ini
terdapat tiga pasang tungkai dan dua pasang sayap, serta sekumpulan otot yang
digunakan dalam pergerakan dan terbang (Fleming 1983).
Sayap kupu-kupu berupa selaput yang ditutupi sisik. Ukuran, pola dan
warna sayap sangat bervariasi pada masing-masing spesies. Sistem venasi sayap
sangat penting dalam identifikasi kupu-kupu (Triplehorn & Johnson 2005).
Banyak spesies kupu-kupu menunjukkan dimorfisme seksual dengan pola warna
sayap berbeda pada kupu-kupu jantan dan betina (Beldade & Brakefield 2002).
Abdomen kupu-kupu terdiri dari 10 ruas. Tergum adalah ruas bagian
dorsal, sedangkan sternum pada bagian ventralnya. Pada ruas pertama sampai ruas
ke tujuh terdapat spirakel yang berfungsi untuk jalan masuk dan keluarnya udara.
Dua atau tiga ruas terakhir abdomen mengalami modifikasi membentuk alat
genital. Di dalam abdomen terdapat sistem pencernaan, sistem peredaran darah,
sistem ekskresi, sistem reproduksi, dan sistem otot (Triplehorn & Johnson 2005).
Ciri-ciri dari masing-masing famili kupu-kupu dalam Superfamili
Papilionoidea adalah sebagai berikut: (Peggie & Amir, 2006)

Famili Papilionidae. Famili ini umumnya berwarna menarik, merah,
kuning, hijau, dengan kombinasi hitam dan putih, dengan ukuran tubuh sedang
sampai besar. Beberapa spesies memiliki ‘ekor’ sebagai perpanjangan sayap
belakang. Banyak spesies bersifat dimorfisme seksual, yaitu kupu-kupu jantan dan
betina memiliki pola sayap yang berbeda. Pada beberapa spesies, kupu-kupu
betina bersifat polymorphic, yaitu memiliki beberapa pola sayap. Pada

jantan

dan betina yang memiliki pola sayap serupa, maka betina umumnya memiliki
sayap yang lebih besar dan lebih membulat.

Famili Pieridae. Famili ini umumnya berwarna kuning, putih atau oranye,
dengan sedikit hitam atau merah,

dan berukuran sedang. Banyak spesies

menunjukkan variasi sayap sesuai musim. Selain itu, beberapa spesies juga
memiliki kebiasaan bermigrasi. Umumnya, kupu-kupu betina lebih gelap dan
dapat dengan mudah dibedakan dari kupu-kupu jantan.

6

Famili Nymphalidae. Anggota famili ini sangat bervariasi. Umumnya
berwarna coklat, oranye, jingga, kuning, dan hitam. Kupu-kupu ini berukuran
beragam, mulai kecil sampai besar. Ciri yang paling penting pada Nymphalidae
ialah mengecilnya pasangan tungkai depan (kecuali pada kupu-kupu betina
Libytheinae). Pada kupu-kupu jantan, biasanya pasangan tungkai depan ini
tertutup oleh kumpulan sisik yang padat menyerupai sikat, sehingga kupu-kupu ini
juga dikenal sebagai kupu-kupu bertungkai sikat.

Famili Lycaenidae. Famili ini umumnya berukuran kecil, berwarna biru,
ungu, atau oranye dengan bercak metalik, hitam, atau putih. Biasanya jantan
berwarna lebih terang daripada betina. Banyak spesies mempunyai ‘ekor’ sebagai
perpanjangan sayap belakang. Kupu-kupu Lycaenidae umumnya ditemukan saat
hari cerah dan di tempat terbuka. Beberapa anggota dari famili ini, terutama pada
fase larva, bersimbiosis secara mutualistik dengan semut. Larva dijaga semut dari
serangan parasitoid dan semut mendapatkan cairan manis yang dikeluarkan
kelenjar pada ruas abdomen larva tersebut.

Famili Rionidae. Famili ini banyak ditemukan di Amerika Selatan. Di
Indonesia, anggota dari famili ini jarang ditemukan.

Ekologi dan Distribusi Kupu-kupu
Kupu-kupu banyak dikenal, karena bentuk dan warnanya yang indah dan
beragam. Kupu-kupu sering bertebangan diantara dedaunan dan di sekitar bunga
untuk mencari pakan. Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk
dan tidak terpolusi oleh insektisida, asap, bau yang tidak sedap dan lain-lain.
Karena sifatnya yang demikian, maka kupu-kupu menjadi salah satu serangga
yang dapat digunakan sebagai bioindikator terhadap perubahan ekologi. Makin
tinggi keragaman spesies kupu-kupu di suatu tempat menandakan lingkungan
tersebut masih baik (Odum1993).

7

Keraragaman kupu-kupu dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik. Faktor
abiotik yang mempengaruhi keanekaragaman kupu-kupu antara lain suhu,
kelembaban,

curah

hujan,

dan

intensitas

cahaya.

Faktor

biotik

yang

mempengaruhi keanekaragaman kupu-kupu ialah komposisi dan struktur vegetasi,
predator, parasit, dan parasitoid (Rizal 2007). Smart (1991) melaporkan ukuran
populasi kupu-kupu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dependent (saling
tergantung) dan faktor independent (tidak saling tergantung). Faktor dependent
ialah faktor yang memiliki ketergantungan terhadap individu yang ada dalam
habitat, misalnya ketersediaan sumberdaya (ruang dan pakan). Faktor independent
ialah faktor yang pengaruhnya tidak tergantung dari ukuran populasi, misalnya
iklim. Faktor dependent merupakan faktor yang paling banyak berpengaruh
terhadap kupu-kupu.
Komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu ialah
tersedianya vegetasi sebagai sumber pakan, tempat berkembang biak, dan tempat
berlindung. Pada daerah dengan jumlah vegetasi yang sedikit, kupu-kupu akan
berpindah dan mencari daerah baru yang banyak terdapat vegetasi sebagai sumber
pakannya. Selain berperan sebagai sumber pakan bagi kupu-kupu, vegetasi juga
sebagai tempat berlindung dari serangan predator, dan tempat untuk berkembang
biak (Clark et al. 1996). Whalley (1992) melaporkan kehidupan kupu-kupu
sangat tergantung

pada tumbuhan dan sangat rentan terhadap perubahan

lingkungan. Terjadinya kerusakan hutan dapat mengakibatkan berkurangnya
jumlah tumbuhan inang. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya jumlah
spesies dan individu kupu-kupu.
Keberadaan kupu-kupu di suatu kawasan, selain dipengaruhi oleh kondisi
tanaman inangnya, juga dipengaruhi oleh kondisi iklim, musim dan ketinggian
tempat. Amir et al. (2003) melaporkan keragaman spesies kupu-kupu di Taman
Nasional Gunung Halimun berbeda dengan keragaman spesies kupu-kupu di
taman nasional lainnya di Indonesia. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan
iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis-jenis tanaman inang sebagai makanan
bagi larvanya.
Kupu-kupu memiliki sebaran geografi yang luas. Distribusi spesies kupu-kupu
dibatasi oleh faktor geologi, ekologi, dan keberadaan tanaman inang yang menjadi

8

pakan larva maupun dewasa. Braby (2000) melaporkan distribusi kupu-kupu
Graphium agamemnon, meliputi India selatan sampai India utara, Nepal, Sri
Lanka, Andamans, Nicobars, Banglades, Brunei, Myanmar, Thailand, Laos,
Kamboja, China selatan (meliputi Hainan), Taiwan, Malaysia, Indonesia
(Sumatra, Nias, Mentawai, Bangka, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Kalimantan),
Filipina, dan Australia. Distribusi G. doson meliputi Nepal, Sri Lanka, Banglades,
Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Cina Selatan, Taiwan, Malaysia, Brunei,
Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan), Filipina,
Papua Nugini, Solomon dan Australia. Distribusi kupu-kupu tersebut berkaitan
dengan keberadaan inang dan iklim yang sesuai.

Musuh Alami Kupu-kupu
Predator, parasitoid, penyakit, dan serangan cendawan menyebabkan
menurunnya populasi kupu-kupu. Kupu-kupu betina dapat menghasilkan sekitar
500 telur. Namun, umumnya

kurang dari 100 telur kupu-kupu yang dapat

bertahan sekitar 95 dari 100 telur yang dihasilkan oleh kupu-kupu betina dapat
menjadi larva dan 90% dari larva biasanya mati akibat dimakan oleh burung,
parasitoid, penyakit, dan cendawan. Hanya sekitar 5% telur yang dapat mencapai
fase pupa. Seluruh tahap perkembangan kupu-kupu terancam oleh adanya
serangan parasitoid yang menyebabkan kematian. Parasitoid yang menyerang
kupu-kupu ialah parasitoid (tawon dan lalat) dan cacing parasit. Parasit umumnya
menyerang kupu-kupu dewasa dan tidak menyebabkan kematian. Parasitoid
menyerang tahap awal perkembangan kupu-kupu (telur, larva dan pupa) dan dapat
menyebabkan kematian. Sedangkan parasitoid yang menyerang telur kupu-kupu
ialah tabuhan (wasp), sedangkan Parasitoid yang menyerang larva ialah tabuhan,
dan lalat Tachynidae. Parasit pada kupu-kupu dewasa ialah tungau yang
menyerang bagian toraks dan tungkai kupu-kupu.
Cendawan dan virus patogen juga merupakan ancaman bagi kelangsungan
hidup kupu-kupu saat kelembaban udara tinggi, terutama saat musim hujan .
Cendawan dan virus merupakan ancaman bagi kupu-kupu di wilayah tropis.
Cendawan patogen yang menyerang kupu-kupu disebut cendawan entomophagous
yang memiliki daya serang tinggi dan cepat menyebar di seluruh bagian tubuh

9

kupu-kupu. Larva kupuu-kupu juga dapat diserang oleh nuclear polyhydrosis
viruse, virus granulosis (granulosis viruses), dan cytoplasmic polyhydrosis
viruses. Serangan cendawan dan virus patogen memiliki daya infeksi yang tinggi
(Hoskins 2010). Hampir 50% dari kupu-kupu memiliki predator alami, seperti
katak, burung, beberapa spesies insekta karnivora, dan laba-laba. Predator bagi
kupu-kupu berperan dalam menjaga kestabilan jaring-jaring makanan di alam
(Pippen 2003).
Peranan Kupu-kupu
Kupu-kupu dengan bentuk, ukuran, dan pola warna yang menarik
memiliki nilai estetika tinggi. Para kolektor kupu-kupu berusaha untuk
mendapatkan spesies yang indah dan jarang dimiliki orang lain. Para pengumpul
biasanya berburu di hutan, tukar menukar dengan pengumpul lainnya, dan bahkan
membeli dari pengumpul kupu-kupu

dengan harga yang mahal. Warna dan

bentuknya yang indah memberikan nilai estetika yang tetap menjadi perhatian
para pengumpul dan penggemar kupu-kupu sejak lama, serta menjadi salah satu
alasan untuk tetap dipelihara keberadaannya di alam.
Kupu-kupu mempunyai nilai yang penting dalam ekosistem hutan, yaitu
sebagai penyerbuk (pollinator) untuk menjaga keragaman tumbuhan. Keberadaan
kupu-kupu sebagai serangga penyerbuk dapat membantu mempertahankan banyak
spesies tumbuhan di habitatnya (Kevan & Baker 1983; Sembel 1993). Beberapa
tumbuhan dan serangga mempunyai keterkaitan yang sangat erat.

Beberapa

tumbuhan hanya dapat diserbuk oleh serangga tertentu. Namun demikian, dalam
bidang pertanian, kupu-kupu juga dapat menjadi hama, terutama pada stadia larva,
terutama dari famili Danaidae, Morphinae, Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae,
dan Hesperidae yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian dan
tanaman hias (Salmah 1993). Serangga-serangga tersebut akan menjadi hama
potensial, jika terjadi peningkatan jumlah populasi dan tanpa adanya penekanan
dari musuh alaminya. Keragaman kupu-kupu dapat memberikan informasi tentang
kondisi lingkungan dan sebagai indikator kualitas dan kesehatan lingkungan.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Nopember 2010 di PPKA
Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 2). Lokasi pengambilan data kupu-kupu
di PPKA Bodogol, meliputi hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian
(Gambar 3). Identifikasi spesimen dilakukan di Laboratorium Zoologi Universitas
Nasional, Jakarta dan verifikasi spesimen dilakukan di Bidang

Zoologi,

Puslitbang Biologi, LIPI Cibinong

Laut Jawa

Samudera India

Gambar 2. Peta PPKA Bodogol sebagai lokasi penelitian (tanda panah)

11

C
B

A

Gambar 3.

Lokasi pengamatan kupu-kupu di PPKA Bodogol: A. Hutan
heterogen, B. Hutan pinus, C. Lahan pertanian

Pengamatan kelimpahan dan keragaman kupu-kupu dilakukan di tiga
habitat, yaitu hutan heterogen, hutan pinus, dan lahan pertanian (Gambar 4).

a

b

c

Gambar 4. Lokasi pengamatan kupu-kupu di PPKA Bodogol: hutan
heterogen (a), hutan pinus (b), dan kawasan lahan pertanian (c).

12

Alat dan Bahan
kan dalam penelitian ini ialah jaring serangga, gun
gunting,
Alat yang digunaka
sorong, jarum pentul, jarum serangga,, kkotak
papan perentang, pinset,, jangka
ja
1 Environment Tester, kamera, oven listrik (37-5
-500C),
koleksi, light meter, 4 in1
l, kkertas
dan anemometer. Bahan yang
ya digunakan ialah alkohol 70%, kertas label,
Gambar 5)
papilot, dan kapur barus (Ga

a

b

d

e

c

f

a), 44in1
n yang digunakan dalam penelitian: light meter (a),
Gambar 5. Alat dan bahan
(b), jaring serangga (c), kotak serangga (d),
), kkertas
Environment Tester
Te
pur barus (f).
papilot (e), kapu

Metode
Pengamatan Kupu-kupu
pu dilakukan dengan metode scan sampling (Mar
artin &
Pengamatan kupu-kupu
bitat yang berbeda, yaitu hutan heterogen, hutann pinus
Bateson 1993) di tiga habit
ng jalur
dan lahan pertanian. Padaa tiap habitat dilakukan pengamatan di sepanjang
amatan
yang sudah ada, selama tiga
tig hari setiap bulannya selama 5 bulan. Pengam

13

dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00 WIB-12.00 WIB) dan siang hari (13.00
WIB-16.00 WIB). Pada pengamatan, kupu-kupu yang telah diketahui spesiesnya
dicatat nama spesies dan jumlah individunya. Kupu-kupu yang belum diketahui
spesiesnya, ditangkap dengan jaring serangga untuk diidentifikasi. Pengukuran
parameter lingkungan hanya meliputi kelembaban udara (%), suhu udara (°C),
intensitas cahaya (lux meter), dan kecepatan angin dilakukan setiap 15 menit,
dalam setiap pengamatan.

Preservasi dan Identifikasi Kupu-kupu
Kupu-kupu yang dikoleksi dibawa ke laboratorium, kemudian direntang
dengan cara menusuk bagian toraknya menggunakan jarum serangga di atas
balok. Spesimen kemudian dipindahkan ke atas papan perentang sehingga sayap,
kepala, antena, tungkai, dan abdomennya berada pada posisi yang baik. Agar
posisi tetap terjaga, digunakan kertas minyak dan jarum pentul. Sampel kemudian
dikeringkam selama 7-10 hari di dalam oven listrik dengan suhu 35-50°C. Setelah
kering, sampel dikeluarkan dan disimpan di dalam kotak spesimen yang telah
diberi kapur barus. Spesimen diidentifikasi sampai tingkat spesies berdasarkan
Yata (1981), Aoki et al. (1982), Tsukada (1985 dan 1991), dan Peggie & Amir
(2006). Sekitar 100 individu spesimen kupu-kupu disimpan di laboratorium
Zoologi Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jakarta.
Analisis Data
Data kupu-kupu dianalisis meliputi kelimpahan relatif spesies, frekuensi
kehadiran, keragaman spesies, kemerataan spesies, dan kesamaan spesies.
Kelimpahan Relatif (KR). Kelimpahan relatif kupu-kupu dihitung dari
menggunakan persamaan menurut Brower et al. (1990), sebagai berikut:
KR 

ni
x 100 %
N

keterangan :

KR = kelimpahan relatif spesies
Ni = jumlah individu kupu-kupu spesies ke-i
∑ N = Total seluruh individu

14

Frekuensi Kehadiran (FK). Frekuensi kehadiran spesies kupu-kupu dihitung
menggunakan persamaan menurut Krebs (1985), sebagai berikut:

FK 

Jumlah lokasi yang ditempati kupu  kupu jenis ke  i
x 100%
Jumlah lokasi yang ditempati seluruh jenis

Keterangan:

FK= 0 - 25%
FK= 25 – 50%
FK= 50 – 75%
FK > 75%

: sangat jarang
: jarang
: banyak
: sangat banyak

Keragaman dan Kemerataan Spesies. Keragaman spesies kupu-kupu pada
setiap lokasi dihitung menggunakan rumus indeks Shannon-Wiener (H’)
(Magurran 1988), sebagai berikut:
= - Σ pi ln pi

H'
Keterangan :
H'
Pi
ni
N

= indeks keragaman
= ni / N
= jumlah individu masing-masing spesies
= jumlah total individu yang ditemukan

Kemerataan spesies kupu-kupu pada suatu habitat dihitung menggunakan
rumus indeks ekuitabilitas menurut Magurran (1988), sebagai berikut:
E

H'
ln S

Keterangan:

E = indeks ekuitabilitas
H’ = indeks keragaman Shannon-Wiener
S = Jumlah spesies yang ditemukan

Kesamaan Spesies. Kesamaan spesies kupu-kupu dihitung menggunakan indeks
similaritas menurut Brower et al.(1990), sebagai berikut:

IS 

2c
x100%
a b

Keterangan: IS = Indeks similaritas
a = jumlah spesies pada lokasi A
b = jumlah spesies pada lokasi B
c = jumlah spesies sama yang ditemukan di lokasi A dan B

15

Keragaman kupu-kupu dalam kaitannya dengan parameter lingkungan
dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson dan nilai signifikansi (p) dan
ditampilkan dengan biplot menggunakan PCA (Principal Component Analysis),
dengan program R 2.10.0 (Everitt & Hothorn 2006). Sebaran spesies kupu-kupu
berdasarkan karakteristik habitat dianalisis menggunakan correspondence
analysis (CA) (Bengen 1998).

HASIL
Deskripsi Habitat
Hasil pengamatan di PPKA Bodogol, vegetasi yang terdapat di hutan
heterogen (gambar 6), antara lain Agathis damara, Schima wallicii, Ficus sp.,
Ageratum conizoides, Clidema hirta, Coffea canephora, Globba pendula, Lantana
camara, Melastoma polyanthum, Eupatorium inulifolium, dan Jasminum sambac.
Secara geografis, letak hutan heterogen terdapat pada 06° 46’- 63,5” LS, 106°
51’- 46,7” BT, 806 m dpl.

j

Gambar 6.

k

Beberapa tanaman yang berada di hutan heterogen: Ageratum
conizoides (a), Clidema hirta (b), Coffea canephora (c), Ficus sp.
(d), Globba pendula (e), Lantana camara (f), Melastoma
polyanthum (g), Eupatorium inulifolium (h), Jasminum sambac (i),
Gnetum gnemon (j), dan Passiflora sp. (k)

Vegetasi yang dijumpai di hutan Pinus (Gambar 7), antara lain: Pinus
merkusii, Caliandra sp.,

Lantana camara, Agathis damara, Schima wallicii,

Eugenia sp., Impatiens platipetala, Melastoma polyanthum, Selaginella sp.,
Smilax sp. Secara geografis letak hutan pinus ialah 06° 46’ 45,9” LS, 106° 51’
23,1” BT, 811 m dpl.

18

Keragaman Kupu-kupu
Di kawasan PPKA Bodogol ditemukan 132 spesies dari 3864 individu
(Tabel 1) yang termasuk ke dalam 4 famili, yaitu Lycaenidae (21 spesies),
Nymphalidae (80 spesies), Papilionidae (15 spesies) dan Pieridae (17 spesies)
(Tabel 2). Secara umum, keragaman spesies kupu-kupu di kawasan PPKA
Bodogol tergolong tinggi (H=4,55). Nilai kemerataan (evenness) kupu-kupu di
kawasan PPKA Bodogol tergolong sedang dan tinggi (E=0,82) (Tabel 1).
Keragaman dan kemerataan spesies kupu-kupu di hutan heterogen lebih tinggi
(H= 3,85; E= 0,83) dibandingkan dengan hutan pinus (H= 3,14; E= 0,70) dan
lahan pertanian (H=3,41 E= 0,79).
Tabel 1

Takson
Famili
Genus
Spesies
Individu
H’
E

Jumlah famili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, nilai
kemerataan
kupu-kupu yang ditemukan di PPKA Bodogol,
Sukabumi, Jawa Barat
Hutan
Hutan Pinus
Lahan
Total
Heterogen
Pertanian
4
4
4
4
57
48
37
68
104
88
75
132
1221
1333
1310
3864
3,85
3,14
3,41
4,55
0,83
0,70
0,79
0,82

Pada penelitian ini, Nymphalidae ditemukan dengan jumlah spesies dan
individu tertinggi di masing-masing habitat, yaitu hutan heterogen (62 spesies,
828 individu), hutan pinus (50 spesies, 1093 individu) dan lahan pertanian (42
spesies, 481 individu) (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah spesies (S) dan individu (I) famili kupu – kupu yang ditemukan di
PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat
Famili
Lycaenidae
Nymphalidae
Papilionidae
Pieridae

Hutan
Heterogen
S
I
16
138
62
828
10
71
16
184

Hutan Pinus
S
13
50
10
15

I
80
1093
38
122

Lahan
Pertanian
S
I
12
177
42
481
8
98
13
554

Total
S
21
80
15
17

I
395
2402
207
860

19

Selama 5 bulan pengamatan, total individu kupu-kupu yang ditemukan di
hutan heterogen adalah 1221 individu, di hutan pinus 1333 individu, dan lahan
pertanian adalah 1310 individu. Kelimpahan

relatif dan frekuensi ditemukan

kupu-kupu pada setiap habitat di PPKA Bodogol dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.

Kelimpahan relatif (%) dan frekuensi ditemukan kupu-kupu (%) pada
setiap habitat di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat

Famili
Spesies

Hutan Heterogen
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

Hutan Pinus
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

Lahan Pertanian
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

Lycaenidae
Allotinus sarrastes

1

0.08

6.67

Anthene lycaenina

2

0.16

13.33

Arhopala overdijkinki

1

0.08

6.67

Catochrysops strabo

3

0.25

20

2

0.15

6.67

1

0.08

13.33

Eooxylides tharis

35

2.87

73.33

7

0.53

20.00

2

0.15

6.67

Euchrysops cnejus

1

0.08

6.67

2

0.15

6.67

9

0.69

46.67

Jamides alecto

20

1.64

40

7

0.53

20

34

2.60

60

Jamides caeruleus

3

0.25

13.33

Jamides celeno

37

3.03

60

23

1.73

60

61

4.66

93.33

Jamides pura

18

1.47

40

7

0.53

20

32

2.44

53.33

Lampides boeticus

1

0.08

6.67

28

2.14

46.67

Miletus boisduvali

9

0.74

20

1

0.08

6.67

Petrelaea dana

1

0.08

6.67

Prosotas gracilis

9

0.68

20

6.67
2

0.15

13.33

Rapala dieneces
Rapala suffusa
Spalgis epius

2

0.16

6.67

Yasoda pita

2

0.16

6.67

Zizina otis

2

0.16

13.33

Tajuria cippus

Zizula hylax

1

0.08

6.67

4

0.30

13.33

4

0.30

13.33

11

0.83

13.33

1

0.08

6.67

27

2.03

73.33

4

0.30

13.33

3

0.23

13.33

3

0.23

6.67

1

0.08

6.67

2

0.15

6.67

1

0.08

6.67

2

0.15

13.33

2

0.15

13.33

Nymphalidae
Erites argentina

19

1.56

46.67

Tanaecia trigerta

1

0.08

6.67

Amathusia phidippus
Amnosia decora
Athyma nefte

1

0.08

6.67

Athyma pravara

11

0.90

13.33

2

0.15

13.33

Chersonesia rahria

6

0.49

33.33

4

0.30

26.67

Cirrochroa clagia

2

0.16

13.33

Cirrochroa tyche

1

0.08

6.67

3

0.23

20

20
Lanjutan tabel 3.
Famili
Spesies

Hutan Heterogen
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

Cyretis nivea

2

0.16

6.67

Danaus chrysippus

4

0.33

26.67

Danaus genutia

2

0.16

6.67

Discophora sondaica
Doleschallia
Doleschallia bisaltide
bisaltide

1

0.08

6.67

4

0.33

Dophla evelina

1

0.08

Hutan Pinus
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

4

0.31

13.33

2

0.15

13.33

1

0.08

6.67

Elymnias casiphone

1

0.08

6.67

Elymnias hypermnestra

1

0.08

6.67

Elymnias kamara

1

0.08

6.67

Elymnias panthera

6

0.46

26.67

Danaus melanippus

3

0.23

20

Lahan Pertanian
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

1

0.08

6.67

26.67

1

0.08

6.67

6.67

1

0.08

6.67

Euplea eunice

1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

Euploea climena

3

0.25

20

1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

Euploea midamus

3

0.25

13.33

Euploea modesta

1

0.08

6.67

Euploea mulciber

39

3.19

86.67

1

0.08

6.67

6

0.46

13.33

1

0.08

6.67
3

0.23

13.33

Euploea phaenareta
Euploea radamanthus

3

0.25

20

Euthalia aconthea

1

0.08

6.67

Euthalia palguna

20

1.64

73.33

4

0.30

20

8

0.61

13.33

Faunis canens

74

6.06

80

150

11.25

100

27

2.06

66.67

Hypolimnas bolina

5

0.41

20

7

0.53

33.33

95

7.25

86.67

Hypolimnas misippus

5

0.41

26.67

16

1.22

40

Idea hypermnestra

24

1.97

60

4

0.30

20

Ideopsis juventa

1

0.08

6.67
3

0.23

20

9

0.69

33.33

Junonia almana
Junonia atlites

1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

10

0.76

13.33

Junonia erigone

1

0.08

6.67

3

0.23

20

1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

5

0.41

26.67

6

0.45

33.33

19

1.45

60

Junonia orithya

4

0.33

13.33

32

2.44

66.67

Lethe confusa

64

5.24

93.33

9

0.68

33.33

Lethe manthara

1

0.08

6.67

Lexias dirtea

3

0.25

20

1

0.08

6.67

Melanitis leda

8

0.66

33.33

22

1.65

66.67

21

1.60

60

Melanitis phedima

2

0.16

13.33

2

0.15

13.33

2

0.15

13.33

1

0.08

6.67

2

0.15

13.33

1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

2

0.15

13.33

Junonia hedonia
Junonia iphita

Melanitis zitenius
Moduza procris
Mycalesis fusca
Mycalesis horsfieldi

8

0.66

33.33

64

4.80

93.33

14

1.07

26.67

Mycalesis janardana

65

5.32

100

245

18.38

100

34

2.60

66.67

Mycalesis mineus

38

3.11

80

122

9.15

100

40

3.05

80

21
Lanjutan tabel 3.
Famili
Spesies

Hutan Heterogen
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

Hutan Pinus
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

Myclaesis moorei

40

3.28

53.33

144

10.80

93.33

Mycalesis sudra

2

0.16

13.33

2

0.15

6.67

Neorina crishna

16

1.31

60

22

1.65

60

Neptis clinia

1

0.08

6.67

Neptis duryodana

1

0.08

6.67

Neptis hylas

8

0.66

33.33

3

0.23

20

Neptis leucoporos

2

0.16

6.67

Neptis miah

1

0.08

6.67

Neptis pravara

1

0.08

6.67

Neptis vikasi

6

0.49

26.67

Orsotriaena medus

2

0.16

13.33

7

0.53

33.33

Parantica agleoides
Phaedyma columella

11

0.90

46.67

Polyura hbe
Stibochiona coresia
Symbrenthia hypatia

3

0.23

13.33

1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

Lahan Pertanian
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

21

1.60

66.67

1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

21

1.60

40

33.33

8

0.66

40

Symbrenthia hypselis

1

0.08

6.67

Tanaecia iapis

44

3.60

86.67

7

0.53

46.67

8

0.61

2

0.15

13.33

1

0.08

6.67

Thaumantis odana

15

1.23

40

11

0.83

53.33

2

0.15

13.33

Vagrans egista

2

0.16

6.67
1

0.08

6.67

Tanaecia palguna

Vanessa cardui
Ypthima baldus

7

0.57

13.33

6

0.45

26.67

7

0.53

33.33

Ypthima horsfieldi

33

2.70

73.33

72

5.40

100

13

0.99

33.33

Ypthima iarba

17

1.39

13.33

2

0.15

13.33

Ypthima nigricans

7

0.57

20

6

0.45

20

5

0.38

13.33

Ypthima pandocus

149

12.20

100

92

6.90

93.33

13

0.99

46.67

Ypthima philomela

16

1.31

66.67

13

0.98

40

25

1.91

60

Zeuxidia luxerii

3

0.25

13.33

1

0.08

6.67

17

1.30

60

4

0.33

20

5

0.38

20
1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

5

0.38

26.67

2

0.15

13.33

1

0.08

6.67

6

0.49

26.67

6

0.45

26.67

18

1.37

53.33

4

0.33

6.67
1

0.08

13.33

Papilio demolion

16

1.31

60

1

0.08

6.67

1

0.08

13.33

Papilio helenus

23

1.88

46.67

16

1.20

53.33

1

0.08

53.33

Papilionidae
Graphium
agamemnon
Graphium antiphates
Graphium bathycles
Graphium doson
Graphium macareus
Graphium sarpedon
Pachilopta
aristolochiae
Papilio demoleus

22
Lanjutan tabel 3.
Famili
Spesies

Hutan Heterogen
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)

Papilio memnon

4

0.33

20

Papilio peranthus

7

0.57

20

Troides cuneifera

1

0.08

6.67

Troides helena

5

0.41

13.33

Troides vandepolli

Hutan Pinus
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)
1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

1

0.08

6.67

Lahan Pertanian
Jumlah
KR
FK
Individu
(%)
(%)
57

4.35

86.67

4

0.31

26.67

Pieridae
Appias lyncida

4

0.33

20

1

0.08

6.67

Appias nero

9

0.74

46.67

5

0.38

26.67

Appias olferna

10

0.82

26.67

4

0.30

13.33

6

0.46

26.67

Catopsilia pomona

12

0.98

46.67

2

0.15

13.33

4

0.31

20

Catopsilia pyranthe

4

0.33

20

4

0.30

20

Catopsilia scylla

8

0.66

40

2

0.15

13.33

4

0.31

6.67

Cepora judith

9

0.74

33.33

1

0.08

6.67

Delias belisama

6

0.49

13.33

2

0.15

13.33

31

2.37

60

Delias hyparete

18

1.47

53.33

1

0.08

6.67

3

0.23

20

3

0.23

13.33

Delias pasithoe
Eurema alitha

4

0.33

13.33

4

0.30

26.67

41

3.13

73.33

Eurema blanda

25

2.05

33.33

27

2.03

53.33

128

9.77

100

Eurema hecabe

30

2.46

73.33

41

3.08

73.33

202

15.42

100

Eurema sari

26

2.13

66.67

16

1.20

66.67

71

5.42

66.67

Gandaca harina

14

1.15

66.67

5

0.38

26.67

16

1.22

6.67

Leptosia nina

2

0.16

13.33

7

0.53

26.67

41

3.13

60

Prioneris philonome

3

0.25

20

Jumlah

1221

1333

1310

Beberapa spesies kupu-kupu dari masing-masing famili yang ditemukan di
ketiga lokasi pengamatan tertera dalam Gambar 9-12.

23

c

1 cm

1 cm

1 cm

d

1 cm
Gambar 9. Empat contoh spesies kupu-kupu dari famili Lycaenidae: Jamides
alecto (a), J.celeno (b), Yasoda pita (c), dan Eooxylides tharis (d).

1 cm

1 cm

d

1 cm

1 cm

Gambar 10. Empat contoh spesies kupu-kupu dari famili Pieridae: Eurema hecabe
(a), Catopsilia pomona (b), Cepora judith (c), dan Leptosia nina (d).

24

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

LL
L
1 cm

1 cm

Gambar 11. Beberapa spesies kupu-kupu dari famili Nymphalidae: Amnosia
decora (a), Athyma nefte (b), A. pravara (c), Faunis canens (d),
Danaus genutia (e), Doleschallia bisaltide (f), Idea hypermnestra (g),
Hypolimnas bolina (h), Tanaecia iapis (i), M. horsfieldi (j), M. moorei
(k), dan Neorina crishna (l).

25

a

b

1 cm

1 cm

c

d

1 cm

e e

1 cm

Gambar 12. Beberapa spesies kupu-kupu dari famili Papilionidae: Graphium
agamemnon (a), G. sarpedon (b), Papilio memnon (c), P. polytes
(d), dan P. demolion (e).
Indeks similaritas kupu-kupu antara hutan heterogen dan hutan pinus ialah
74%, hutan heterogen dan lahan pertanian ialah 64%, hutan pinus dan lahan
pertanian ialah 70% (Tabel 4).

Habitat

Hutan Heterogen

Hutan Pinus

Lahan Pertanian

Hutan Heterogen

1

74

64

Hutan Pinus

74

1

70

Lahan Pertanian

64

70

1

27

Gambar 14.Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada hutan pinus dengan
kelimpahan dan frekuensi kehadiran tinggi: F. canens (a),
M.
horsfieldi (b), M. janardana (c), M. mineus (d), M. moorei (e), Y.
horsfieldi (f), dan Y. pandocus (g).

d

e

f

Gambar 15. Spesies kupu-kupu yang ditemukan pada kawasan lahan pertanian
dengan kelimpahan dan frekuensi kehadiran t