Biodiversity of Superfamily Papilionoidea Butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung-Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi

1

BIODIVERSITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI
PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI TAMAN NASIONAL
BANTIMURUNG-BULUSARAUNG, KABUPATEN MAROS,
SULAWESI SELATAN

ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Biodiversitas Kupu-kupu
Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Taman Nasional BantimurungBulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2012
Astrid Sri Wahyuni Sumah
NRP G352090081

3

ABSTRACT
ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH. Biodiversity of Superfamily Papilionoidea
Butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung-Bulusaraung National Park, Maros
Regency, South Sulawesi. Supervised by TRI ATMOWIDI and DJUNIJANTI
PEGGIE.
Bantimurung-Bulusaraung National Park is one of national parks in
Indonesia which has high diversity of butterflies. Increasing number of tourists
and local butterfly collectors have caused changes of the butterfly habitat and may
decrease butterfly population in the park. Aim of the research was to study the
diversity of the papilionoid butterflies in Bantimurung-Bulusaraung National Park

based on different habitats. The observations were done by scan sampling method
in the morning and afternoon at three locations i.e., Pattunuang Nature Reserve,
Leang-leang Nature Reserve, and Bantimurung National Park. Results showed
that 144 spesies and 6.802 individual of butterflies were found at the areas within
7 weeks of observation. At Leang-leang Nature Reserve, Pattunuang Nature
Reserve and Bantimurung National Park were found 113 spesies (2.024 individu),
101 spesies (1.828 individu) and 98 spesies (2.950 individu) of butterflies,
respectively. The diversity of butterflies was higher in the national parks (H’ > 3).
Pattunuang Nature Reserve has higher value (H’ = 4,06) than Bantimurung
National Park (H’ = 3,97) and Leang-leang Nature Reserve (H’ = 3,87). Sorensen
similarity index (CN) showed that three research locations were different
community structures because there were several different dominant species at
each location. Statistically, wind speed gave more significant effect on the number
of individuals butterfly than other climate parameters.
Keywords: Butterfly, Papilionoidea, Bantimurung-Bulusaraung National Park

4

RINGKASAN
ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH. Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili

Papilionoidea (Lepidoptera) Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung,
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan
DJUNIJANTI PEGGIE.
Ordo Lepidoptera terbagi dalam 47 superfamili dan 124 famili.
Superfamili Papilionoidea merupakan salah satu superfamili dari ordo
Lepidoptera. Kupu-kupu termasuk dalam subordo Glossata yang terbagi dalam
dua superfamili, yaitu superfamili Hesperioidea mempunyai satu famili, yaitu
famili Hesperiidae. Sedangkan, superfamili Papilionoidea mempunyai 5 famili,
yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Riodinidae, dan Lycaenidae.
Superfamili Papilionoidea terdiri atas semua kupu-kupu, kecuali skippers yang
termasuk dalam superfamili Hesperioidea. Superfamili Papilionoidea merupakan
kelompok yang paling banyak diteliti, meliputi pola warna sayap dan
distribusinya.
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) merupakan taman
nasional yang memiliki luas ± 43.750 ha, terletak di wilayah administratif
Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini menjadi
taman nasional didasarkan atas pertimbangan bahwa kawasan tersebut merupakan
ekosistem karst yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan jenisjenis flora dan fauna endemik, unik, dan langka. TN Babul merupakan salah satu
taman nasional yang terkenal dengan keragaman kupu-kupu, sehingga diberi
julukan sebagai Kingdom of Butterflies. Taman nasional ini merupakan habitat

bagi banyak spesies kupu-kupu, termasuk yang langka dan endemik, di antaranya
Graphium androcles dan Papilio blumei.
Pengamatan kupu-kupu dilakukan pada bulan Januari - April 2011 di
Cagar Alam Leang-leang, Cagar Alam Pattunuang, dan Taman Wisata
Bantimurung. Masing-masing lokasi dilakukan pengamatan selama 15 hari.
Pengamatan dilakukan pada pagi hari (08.00-12.00 WITA) dan siang hingga sore
hari (pukul 13.00-16.00 WITA). Pengamatan dan pengambilan kupu-kupu
dilakukan dengan melakukan survei di sepanjang jalur yang telah ada,
menggunakan metode scan sampling. Pengamatan kupu-kupu mencakup jumlah
spesies dan individunya. Kupu-kupu yang tidak dapat diidentifikasi secara
langsung di lapangan, ditangkap dengan jaring serangga dan dimasukkan ke
dalam kertas papilot untuk keperluan identifikasi di laboratorium. Faktor
lingkungan diukur selama pengamatan kupu-kupu. Kelembaban dan suhu udara
diukur dengan thermohygrometer, kecepatan angin dengan anemometer, dan
intensitas cahaya dengan luxmeter. Data curah hujan didapatkan dari BMG.
Selama pengamatan kupu-kupu juga dicatat tumbuhan yang berbunga.
Biodiversitas kupu-kupu dihitung dengan menggunakan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener dan kesamaan spesies kupu-kupu antar lokasi
penelitian dianalisis dengan menggunakan indeks kesamaan Sorensen kualitatif
(CS). Keragaman kupu-kupu dalam kaitannya dengan parameter lingkungan

dianalisis dengan korelasi Pearson dan nilai signifikansi (p) dan ditampilkan

5

dengan biplot menggunakan PCA (Principal Component Analysis), dengan
program R 2.10.0.
Berdasarkan identifikasi dan perhitungan sampel kupu-kupu di tiga lokasi,
ditemukan 144 spesies dari 6.802 individu kupu-kupu yang tergolong dalam 5
famili. Lima famili tersebut adalah Papilionidae (21 spesies), Pieridae (15
spesies), Nymphalidae (65 spesies), Riodinidae (1 spesies) dan Lycaenidae (42
spesies). Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan 113 spesies dari 2.024 individu
kupu-kupu. Spesies kupu-kupu terbanyak adalah Catopsilia pomona (317
individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Aoa affinis. Di
Cagar Alam Pattunuang ditemukan 101 spesies dari 1.828 individu kupu-kupu.
Kupu-kupu yang terbanyak adalah Faunis menado (125 individu) dan yang paling
sedikit dan jarang ditemukan adalah Papilio blumei. Di Taman Wisata
Bantimurung ditemukan 98 spesies dari 2.950 individu. Spesies kupu-kupu yang
terbanyak adalah Lexias aeetes (329 individu) dan yang paling sedikit (2 individu)
adalah Graphium rhesus.
Keanekaragaman kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang (H’ = 4.06) lebih

tinggi dibandingkan dengan Cagar Alam Leang-leang (H’ = 3,89) dan Taman
Wisata Bantimurung (H’ = 3,97). Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh jumlah spesies dan individu yang
terdapat dalam komunitas tersebut. Kesamaan kupu-kupu di Cagar Alam
Pattunuang dan Cagar Alam Leang-leang mempunyai kesamaan kupu-kupu paling
tinggi (CS = 0,81) dan antara Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata
Bantimurung merupakan nilai terendah (CS = 0,71).
Keragaman spesies kupu-kupu yang ditemukan tiap bulan bervariasi. Pada
bulan April, spesies kupu-kupu ditemukan rendah. Jumlah individu kupu-kupu di
Taman Wisata Bantimurung tertinggi di bulan Januari. Hal ini kemungkinan
berhubungan dengan suhu yang optimum dan curah hujan yang rendah.
Analisis korelasi Pearson antara parameter lingkungan dengan individu
kupu-kupu pada tiap-tiap lokasi penelitian, menunjukkan bahwa kecepatan angin
memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,04) terhadap jumlah individu kupu-kupu.
Sedangkan, parameter lingkungan lainnya, yaitu intensitas cahaya, suhu,
kelembaban dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,10, p
= 0,22, p = 0,29, dan p = 0,47).

Kata kunci: Keragaman, kupu-kupu, TN Babul, Sulawesi Selatan.


6

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar bagi IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7

BIODIVERSITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI
PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI TAMAN NASIONAL
BANTIMURUNG-BULUSARAUNG, KABUPATEN MAROS,
SULAWESI SELATAN

ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH


Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

8

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc.

9

Judul Tesis : Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera)
Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan

Nama

: Astrid Sri Wahyuni Sumah

NRP

: G352090081

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Tri Atmowidi, M. Si

Djunijanti Peggie, M. Sc., Ph. D.

Diketahui
Ketua Program Studi
Biosains Hewan

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr. Bambang Suryobroto

Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc., Agr

Tanggal Ujian : 31 Oktober 2011

Tanggal Lulus : 09 Januari 2012

10

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Januari 2011 ialah Biodiversitas Kupu-Kupu
Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Taman Nasional BantimurungBulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Armowidi, M. Si. dan
Djunijanti Peggie, M. Sc., Ph. D., selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih
juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Purnama Hidayat, M. Sc., selaku penguji.
Ungkapan terima kasih kepada teknisi di Laboratorium Entomologi, LIPI, yang

telah banyak membantu penulis dalam identifikasi spesimen. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ali Mutahar yang telah membantu
dalam pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak dan Ibu (Arsyad Sumah dan Sri Suryani), kakak (Rahmat Adri N.
Sumah), adik (Aditya T. Sumah), Ali Alamsyah K. (pujaan hati), dan Mega Sari
A. (sahabat) yang telah memberikan dorongan semangat, doa dan kasih sayang
kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2012
Astrid Sri Wahyuni Sumah

11

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 15 Desember 1985 dari
ayah, Arsyad Sumah dan ibu, Sri Suryani. Penulis merupakan putri tunggal dari
tiga bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Makassar dan pada tahun
yang sama lulus seleksi masuk Universitas Hasanuddin, Makassar, melalui jalur
PMDK UNHAS. Penulis memilih Jurusan Biologi, Fakultas MIPA dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan sekolah
pascasarjana (S2) di Program Studi Biosains Hewan, IPB, Bogor.

12

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................
Tujuan Penelitian.....................................................................................
Manfaat Penelitian...................................................................................
Bagan Alur Penelitian..............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Biodiversitas..........................................................................
Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea.......................................
Taksonomi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea.................................
Peranan Kupu-kupu.................................................................................
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat..................................................................................
Alat dan Bahan........................................................................................
Metode.....................................................................................................
Pengamatan Biodiversitas Kupu-kupu....................................................
Preservasi dan Identifikasi Kupu-kupu....................................................
Analisis Data............................................................................................
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi
Selatan......................................................................................................
Biodiversitas Kupu-kupu.........................................................................
Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter
Lingkungan..............................................................................................
PEMBAHASAN
Biodiversitas Kupu-kupu.........................................................................
Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter
Lingkungan..............................................................................................
SIMPULAN DAN SARAN...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
LAMPIRAN……………………………………………………………….........

12
13
14
15
16
18
18
19
20
20
23
25
26
26
26
26
28
28

30
32
49
51
54
57
58
67

13

DAFTAR TABEL

Halaman
1
2
3
4

Jadwal pengamatan data kupu-kupu di tiga lokasi penelitian......................
Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian…………
Indeks kesamaan Sorensen kupu-kupu di tiga lokasi penelitian…………..
Tumbuhan pakan larva kupu-kupu yang ditemukan di tiga lokasi
penelitian.......................................................................................................
5 Rata-rata intensitas cahaya (IC), kecepatan angin (KA), suhu,
kelembaban (RH), dan curah hujan (CH) selama pengamatan kupu-kupu
di tiga lokasi penelitian……………………………………………………
6 Nilai korelasi Pearson dan persamaan garis regresi antara jumlah individu
kupu-kupu
dengan
parameter
lingkungan
di
tiga
lokasi
penelitian…………………..........................................................................

27
33
39
43

49

49

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1
2

3
4

5

6

7

8

9

10

Bagan alur penelitian…….………………………………………..….
Lokasi penelitian kupu-kupu di TN Babul, Kab. Maros: Cagar Alam
Pattunuang (1), Cagar Alam Leang-leang (2), dan Taman Wisata
Bantimurung (3).............………………………………………………
Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: Cagar Alam Pattunuang
(a), Cagar Alam Leang-leang (b), Taman Wisata Bantimurung (c)…..
Spesies kupu-kupu tiap famili yang paling sering ditemukan di tiga
lokasi penelitian: Graphium agamemnon (famili Papilionidae) (a),
Graphium anthedon (famili Papilionidae) (b), Catopsilia pomona
(famili Pieridae) (c), Eurema tominia (famili Pieridae) (d), Lexias
aeetes (famili Nymphalidae) (e), Faunis menado (famili
Nymphalidae) (f), Abisara echerius (famili Riodinidae) (g), Jamides
aratus (famili Lycaenidae) (h), dan Jamides fractilinea (famili
Lycaenidae) (i)…………………………………...……………………
Jumlah spesies yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: Cagar alam
Leang-leang (A), Cagar Alam Pattunuang (B), Taman Wisata
Bantimurung (C)………………………………………………………
Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) kupu-kupu pada tiap
bulan pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leangleang, dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan
pada setiap bar………………………………………………………...
Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) pada pengamatan pagi
hari dan siang hari di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leangleang dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan
pada setiap bar………………………………………………………...
Kurva akumulasi jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan jumlah hari
pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang,
dan Taman Wisata Bantimurung………………………………………………………..
Tumbuhan berbunga yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: (a)
Clerodendrum sp. (Verbenaceae), (b) Hibiscus sp. (Malvaceae), (c)
Hibiscus rosa-sinensis (Malvaceae), (d) Ixora sp. (Rubiaceae), (e)
Bauhinia purpurea (Caesalpiniaceae), (f) Impatiens balsamina
(Balsaminaceae), (g) Lantana camara (Verbenaceae), (h) Cassia
alata (Caesalpiniaceae), (i) Jatropha sp. (Euphorbiaceae), (j) dan (k)
Justicia sp. (Acanthaceae)……………………………………………..
Hubungan parameter lingkungan dengan jumlah spesies dan individu
kupu-kupu di tiga lokasi penelitian. Ket: SP: spesies, Ind: individu,
SH: suhu, CH: curah hujan, RH: kelembaban, IC: intensitas cahaya,
KA: kecepatan angin…………………………………………………..

19

27
32

38

39

40

41

42

48

50

15

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Peta wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi
Selatan……………………………………………………………………... 67
2 Daerah penyebaran kupu-kupu yang ditemukan di tiga lokasi penelitian
(Vane-Wright & de Jong 2003)…………………………………………… 68

16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Sulawesi merupakan kumpulan dari beberapa pulau yang terpisah
dan bersatu sejak awal jaman tersier (sekitar 50 juta tahun yang lalu). Secara tidak
langsung, kupu-kupu di Pulau Sulawesi merupakan kumpulan kupu-kupu yang
berasal dari pulau-pulau yang bersatu. Pembentukan Pulau Sulawesi merupakan
bagian dari evolusi geologi. Dengan demikian evolusi ekologi merupakan faktor
utama dalam penyebaran kupu-kupu. Saat ini tercatat sebanyak 557 spesies dari
ordo Lepidoptera di Pulau Sulawesi dan sekitarnya dan 353 spesies diantaranya
ditemukan di Sulawesi Selatan. Tingkat endemisitas spesies kupu-kupu di Pulau
Sulawesi mencapai 40%. Tingkat endemisitas ini lebih tinggi dibanding pulaupulau lainnya di Indonesia, kecuali Papua yang mencapai 46% (Vane-Wright &
de Jong 2003).
Pulau Sulawesi merupakan pulau yang terletak pada bagian tengah dari
Kepulauan Nusantara. Batas wilayah pulau ini, yaitu bagian barat berbatasan
dengan Pulau Kalimantan yang dipisahkan oleh Selat Makassar; Bagian utara
berbatasan dengan Kepulauan Filipina yang dipisahkan oleh Laut Sulawesi;
Bagian timur berbatasan dengan Kepulauan Maluku yang dipisahkan oleh Laut
Banda; Bagian selatan berbatasan dengan Kepulauan Timor yang dipisahkan oleh
Laut Flores. Whitten (2009) berpendapat bahwa posisi Pulau Sulawesi yang
terletak di tengah Kepulauan Nusantara, dapat menerima fauna yang bermigrasi
lebih banyak dari segala penjuru. Pada kenyataannya, hanya sedikit spesies fauna
pendatang, sedangkan spesies fauna yang khas lebih banyak di Pulau Sulawesi,
termasuk di dalamnya adalah serangga.
Serangga adalah hewan yang mudah menyebar, karena terbawa oleh
angin. Telur serangga dapat terbawa bersama daun akibat tiupan angin. Jalur-jalur
distribusi tersebut cenderung mengasimilasi karakteristik serangga dari dua pulau
yang berdekatan. Cara distribusinya, ialah (i) melalui pertukaran spesies langsung
dan mutual, dan (ii) melalui imigrasi yang berkesinambungan dari individuindividu yang umum ditemukan di pulau-pulau lainnya. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada kelompok serangga akibat jalur-jalur distribusi tersebut dapat

17

dilihat diantaranya pada berbagai spesies kupu-kupu. Kupu-kupu di Pulau
Sulawesi memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dengan spesies kupu-kupu dari
daerah lainnya di dunia (Whitten 2009).
Taman nasional merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah
pusat dari pengaruh perkembangan manusia dan polusi. Menurut Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistem, taman nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang
memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi.
Pemerintah Indonesia menetapkan beberapa wilayah di Indonesia sebagai
kawasan konservasi. Salah satu di antaranya adalah kawasan Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan.
TN Babul merupakan taman nasional yang memiliki luas ± 43.750 ha, terletak di
wilayah administratif Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
Taman nasional ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004.
Kawasan ini menjadi taman nasional didasarkan atas pertimbangan, yaitu berupa
ekosistem karst yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan
spesies-spesies flora dan fauna endemik, unik, dan langka (Departemen
Kehutanan 2008a).
TN Babul merupakan salah taman nasional yang terkenal dengan
keragaman kupu-kupu, sehingga taman nasional ini dijuluki sebagai kingdom of
butterflies. Taman nasional ini merupakan habitat bagi spesies kupu-kupu yang
langka dan endemik, di antaranya adalah Graphium androcles dan Papilio blumei.
Di taman nasional ini juga terdapat spesies kupu-kupu yang memiliki daerah
penyebaran di seluruh kawasan Indonesia, misalnya Graphium agamemnon
(Tsukada & Nishiyama 1982; D’Abrera 1971) dan Catopsilia pomona (Yata
1981). Selain itu, terdapat pula spesies kupu-kupu yang penyebarannya cukup
luas, yaitu Papilio fuscus dengan daerah penyebaran di Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku (bagian utara dan tengah) dan Papua, dan
Lamproptera meges dengan daerah penyebaran Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan
Sulawesi (Tsukada & Nishiyama 1982).

18

Keragaman kupu-kupu yang tinggi di kawasan ini telah banyak
dilaporkan. Alfred Russel Wallace (1890) melaporkan terdapat 256 spesies kupukupu dalam kawasan Bantimurung (Departemen Kehutanan 2008a). Mattimu et
al. (1987) juga melaporkan terdapat 103 spesies kupu-kupu yang ditemukan di
hutan wisata Bantimurung. Noerdjito dan Amir (1992) menemukan 64 spesies
kupu-kupu di sekitar kawasan taman nasional. Departemen Kehutanan (2008b)
melaporkan sebanyak 82 spesies kupu-kupu di sekitar kawasan TN Babul.
Pengukuran cepat tentang perubahan suatu habitat, salah satunya dapat
diketahui dari salah satu hewan yang menjadi indikator di kawasan tersebut (Kerr
et al. 2000). Beberapa serangga telah digunakan sebagai indikator dalam
ekosistem, terutama kupu-kupu. Kupu-kupu sensitif terhadap perubahan dalam
suatu kawasan (Bonebrakel & Sorto 2009). Kupu-kupu sering menjadi indikator
dalam ekosistem yang sehat dan mewakili keanekaragaman hayati secara
keseluruhan.
Saat ini, tekanan terhadap keberadaan kupu-kupu di TN Babul sangat
tinggi. Tekanan ini berupa perubahan ekologi pada habitat akibat pembangunan,
jumlah pengunjung yang meningkat, dan penangkapan yang berlebihan untuk
kepentingan koleksi pribadi maupun komoditas perdagangan. Dengan demikian,
penelitian tentang komunitas kupu-kupu di TN Babul perlu dilakukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari biodiversitas kupu-kupu
superfamili Papilionoidea di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung,
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan informasi terbaru tentang keragaman jenis dan penyebaran kupu-kupu
yang dapat digunakan dalam usaha konservasi kupu-kupu dan habitatnya.
2. Mendapatkan data tentang keragaman kupu-kupu yang dapat digunakan untuk
pengelolaan kawasan dan keanekaragaman hayati di Taman Nasional BantimurungBulusaraung.

19

Bagan Alur Penelitian
Bagan alur penelitian adalah sebagai berikut (Gambar 1) :
Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung
Faktor biotik :
 Host plant
 Tanaman penghasil
nektar
 Musuh alami
 Kolektor
 Kerusakan habitat

Cagar Alam Pattunuang

Faktor lingkungan :
 Kelembaban
 Intensitas Cahaya
 Suhu
 Kecepatan angin
 Curah Hujan

Biodiversitas Kupu-kupu

Cagar Alam Leang-leang

Taman Wisata Bantimurung

Analisis Data

Rekomendasi :
 Departemen Kehutanan, khususnya Balai
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
 Masyarakat
Gambar 1 Bagan alur penelitian

20

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Biodiversitas
Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang
mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan
ekosistem. Biodiversitas spesies mencakup tumbuhan, hewan, cendawan, bakteri,
dan mikroorganisme yang lain. Diversitas ekosistem atau diversitas biogeografi
berkaitan dengan variasi dalam wilayah biogeografi, bentang alam (landscape)
dan habitat (Yamamoto et al. 2007). Diversitas ini tidak hanya berlaku untuk
spesies, tapi juga dalam hubungan antara spesies dengan lingkungannya (biotipe)
dalam suatu ekosistem. Dalam setiap ekosistem, organisme saling berinteraksi
tidak hanya dengan sesama organisme, tetapi juga dengan faktor abiotik yang
berada didalamnya (Prugh et al. 2008).
Diversitas spesies dan diversitas ekosistem tidak hanya ditentukan oleh
jumlah spesies (species richness), tetapi juga ditentukan oleh kelimpahan relatif
individu (relative abundance) yang mengacu pada kemerataan individu suatu
spesies dalam suatu ekosistem. Hubungan yang positif diantara diversitas spesies
tanaman, konsumen, tanaman inang, dan herbivora merupakan salah satu contoh
bentuk interaksi. Kelimpahan sumber makanan juga merupakan faktor penting
dalam interaksi diantara herbivora (Yamamoto et al. 2007).

Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea
Superfamili Papilionoidea merupakan salah satu superfamili dalam ordo
Lepidoptera. Triplehorn dan Johnson (2005) menyatakan ordo Lepidoptera
mencakup ngengat (moth) dan kupu-kupu (butterfly). Kupu-kupu dibedakan
dengan ngengat berdasarkan waktu aktifnya dan ciri morfologinya. Umumnya,
kupu-kupu aktif di siang hari (diurnal), sedangkan ngengat aktif di malam hari
(nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan cara menegakkan
sayapnya, sehingga tampak permukaan bawah dari sayap. Ngengat hinggap
dengan sayap terlipat horizontal di atas tubuh. Kupu-kupu biasanya memiliki
warna yang indah dan cerah, sedangkan ngengat cenderung gelap (coklat dan abuabu). Antena kupu-kupu berbentuk benang (filiform) dan membesar di ujungnya,

21

sedangkan hampir semua ngengat memiliki antena seperti bulu burung atau
seperti sisir.
Tubuh kupu-kupu mempunyai bagian-bagian yang sama dengan serangga
yang lain. Kupu-kupu memiliki dinding tubuh yang disebut integumen, yang
berfungsi sebagai kerangka luar (eksoskeleton). Tubuh kupu-kupu terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat dua
antena yang panjang yang di bagian ujungnya membesar. Antena ini berfungsi
sebagai organ peraba dan perasa. Pada bagian kepala juga terdapat mata majemuk
sepasang, dan probosis yang berfungsi sebagai penghisap cairan.
Pada bagian thoraks terdapat dua pasang sayap yang menempel pada
segmen kedua dan ketiga. Kupu-kupu memiliki karakteristik yang khusus pada
sayap, yaitu sisik. Sisik ini mengandung pigmen melanin yang memberikan warna
hitam dan coklat. Warna biru, hijau, merah, dan warna lainnya pada sayap,
biasanya tidak dibentuk oleh pigmen tetapi dari struktur sisik pada sayap. Warna
struktur ini merupakan hasil dari pantulan cahaya pada sisik yang saling
bertumpukan oleh kristal fototonik alami (Vukusic et al. 2000; Ro et al. 2006).
Bentuk, ukuran, warna, dan venasi sayap merupakan bagian paling penting dalam
identifikasi kupu-kupu.
Pada umumnya kupu-kupu dapat ditemukan di hampir setiap habitat.
Perbedaan habitat dapat menyebabkan perbedaan spesies kupu-kupu yang hidup
di dalamnya. Kupu-kupu mudah diperoleh di kebun, sepanjang jalan kecil, tempat
terbuka, aliran-aliran sungai, hutan, atau pegunungan. Komponen penting bagi
kehidupan kupu-kupu adalah tersedianya tanaman inang sebagai sumber
makanan. Jika tidak tersedia sumber makanan atau sumber makan sedikit, maka
terjadi perpindahan kupu-kupu ke daerah yang baru yang mempunyai sumber
daya lebih banyak (Departemen Kehutanan 2008b).
Makanan kupu-kupu dewasa pada umumnya adalah nektar. Beberapa
spesies kupu-kupu menghisap polen, getah pohon, akar buah, kotoran hewan,
daging busuk, dan mineral dalam tanah yang basah. Karena aktif mengunjungi
bunga, kupu-kupu memiliki peran penting sebagai polinator bagi banyak spesies
tanaman. Pada umumnya, kupu-kupu tidak membawa banyak polen, namun kupukupu mampu membawa polen ke tempat yang lebih jauh (Herrera 1987). Kupu-

22

kupu menghisap nektar dan air dengan probosisnya. Energi dari gula yang
terdapat dalam nektar, sodium, dan mineral lainnya, merupakan hal yang penting
untuk kepentingan reproduksinya. Beberapa kupu-kupu memerlukan sodium lebih
banyak dibandingkan nektar. Kupu-kupu mendapatkan sodium dalam garam dan
terkadang mendapatkan dari keringat manusia (Freerk et al. 2005).
Di alam keragaman spesies kupu-kupu dapat menurun yang disebabkan
oleh adanya musuh alami. Seluruh tahap perkembangan kupu-kupu rentan
diserang oleh musuh alami, seperti pemangsa (predator), parasitoid dan manusia.
Larva dan kupu-kupu dewasa dimangsa oleh burung (Brower & Calvert 1985;
Fink & Brower 1981; Devries 2003), dan tikus (Brower et al. 1985; Wiklund et
al. 2008). Burung merupakan salah satu predator utama kupu-kupu di alam yang
mengenali pola warna sayap kupu-kupu sebagai penanda mangsanya (Langham
2006; Olofsson et al. 2010). Telur kupu-kupu dimangsa oleh serangga lainnya,
seperti kumbang lembing (lady beetle) (Koch et al. 2005; Koch et al. 2006),
semut (Matthew & Daniels 2011), dan lalat (Gripenberg et al. 2011).
Parasitoid menyerang kupu-kupu pada tahap telur, larva dan pupa (Lugojia
et al. 2001; Koch et al. 2005; Anton et al. 2007). Pada umumnya, parasitoid lebih
banyak ditemukan pada telur dan larva instar 1 kupu-kupu (Nouhuys & Via 1999;
Castelo et al. 2009). Lalat Lespesia archippivora (famili Tachinidae) merupakan
salah satu parasitoid pada larva kupu-kupu (Oberhauser et al. 2007). Larva
parasitoid hidup dalam tubuh inang dan jumlah parasitoid sekitar 10% dari total
jumlah serangga di dunia yang telah teridentifikasi (Eggleton & Belshaw 1992).
Beberapa tabuhan parasitoid menggunakan sinyal feromon yang dikeluarkan oleh
kupu-kupu jantan saat kawin (mating) untuk mendeteksi keberadaan inang
(Fatourus et al. 2003; Huigens et al. 2009; Huigens et al. 2011). Parasitoid
Ichneumon eumerus (Hymenoptera: Ichneumonidae) menyerang pupa Maculinea
rebeli (subfamili Lycaenidae) (Hochberg et al. 1998). Parasitoid Neotypus
melanocephalus (Hymenoptera: Ichneumonidae) menyerang larva Maculinea
nausithous (subfamili Lycaenidae) (Anton et al. 2007) dan Maculinea teleius
(subfamili Lycaenidae) (Tartally 2005).
Kupu-kupu mengembangkan mekanisme pertahanan diri agar tidak di
mangsa oleh pemangsa yang berukuran besar, misalnya burung dan tikus.

23

Mekanisme pertahanan diri tersebut, meliputi kamuflase dan perlindungan
kimiawi yang didapatkan dari makanannya (Nishida 2002).
Taksonomi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea
Kristensen (2007) membagi ordo Lepidoptera menjadi 47 superfamili dan
124 famili. Superfamili Papilionoidea merupakan salah satu superfamili dari ordo
Lepidoptera. Kupu-kupu termasuk dalam subordo Glossata yang terbagi dalam
dua superfamili, yaitu Hesperioidea dan Papilionoidea. Hesperioidea hanya
terbagi dalam satu famili, yaitu famili

Hesperiidae, sedangkan superfamili

Papilionoidea terbagi dalam 5 famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae,
Riodinidae, dan Lycaenidae (Vane-Wright & de Jong 2003; Ayberk & Akkuzu
(2007). Superfamili Papilionoidea merupakan kelompok yang paling banyak
diteliti. Namun, pengetahuan biologi superfamili ini masih belum lengkap
(Gutirrez et al. 2004).
Deskripsi lima famili yang termasuk superfamili Papilionoidea adalah
sebagai berikut (Vane-Wright & de Jong 2003):
Famili Papilionidae. Kupu-kupu famili ini memiliki ukuran tubuh yang besar
dengan panjang sayap lebih dari 50 mm, berwarna cerah, pada sayap belakang
terdapat “ekor”. Saat ini, sedikitnya terdapat 550 spesies kupu-kupu yang tersebar
di seluruh dunia, kecuali Antartika. Keragaman tertinggi kupu-kupu ini terdapat di
Asia Timur dan Asia Tenggara, karena daerah ini masih cukup baik (Reed &
Sperling 2006).
Famili Pieridae. Kupu-kupu famili ini memiliki ukuran tubuh kecil atau sedang,
panjang sayap lebih dari 22 mm, umumnya berwarna kuning atau putih pada
bagian atas. Famili Pieridae merupakan salah satu kelompok famili terbesar
setelah famili Hesperiidae (superfamili Hesperioidea) yang memiliki sekitar 3.500
spesies (Vane-Wright & de Jong 2003). Famili Pieridae mempunyai 83 genus dan
sebagian besar ditemukan dari daerah tropis Afrika dan Asia (Braby 2005).
Pigmen yang menyebabkan warna terang dan menjadi karakteristik untuk famili
ini berasal dari hasil metabolisme dalam tubuh (Braby & Pierce 2006).

24

Famili Lycaenidae. Kupu-kupu dalam famili ini memiliki ukuran tubuh kecil
sampai sedang, panjang sayap lebih dari 20 mm, sayap lemah dan mudah rusak.
Famili Lycaenidae merupakan kelompok famili terbesar kedua dengan sekitar
6000 spesies diseluruh dunia. Kupu-kupu ini dikenal dengan nama kupu-kupu
”gossamer-winged” dan the blues hairstreaks (Fiedler 1996). Kupu-kupu dari
famili ini telah teridentifikasi sekitar 40% dari seluruh spesies kupu-kupu yang
telah diidentifikasi (Venkatesha 2005). Famili ini terbagi menjadi beberapa
subfamili, diantaranya Polyommatinae dan Lycaeninae yang umumnya memiliki
warna biru pada bagian atas dan pinggir sayap dan biasanya dibatasi oleh warna
hitam. Subfamili lainnya dalam famili Lycaenidae adalah Theclinae, Miletinae,
Lipteninae, Liphyrinae, Curetinae, dan Poritiinae. Beberapa peneliti masih
memasukkan famili Riodinidae ke dalam famili Lycaenidae (Hall & Harvey
2002).

Famili Riodinidae. Famili Riodinidae merupakan kupu-kupu yang paling unik di
antara famili lainnya. Famili ini tersebar dalam wilayah biogeografi yang sempit,
terutama di Neotropik Amerika. Di wilayah lain, famili ini mempunyai jumlah
spesies yang terbatas. Jumlah spesies dalam famili ini diperkirakan sekitar 1.500
spesies (Vane-Wright 2003) dan 20% diantaranya masuk dalam jumlah kupukupu yang telah diidentifikasi (Hall 2002). Kupu-kupu ini memiliki ukuran tubuh
kecil hingga menengah dengan ukuran sayap sekitar 12-60 mm. Kupu-kupu ini
memiliki warna perak metalik atau keemasan pada permukaan bawah sayap yang
bervariasi, sehingga kupu-kupu ini dikenal dengan metalmarks butterflies (Hall
2004).

Famili Nymphalidae. Kupu-kupu famili ini merupakan kelompok yang paling
dikenal, karena memiliki banyak variasi warna dan bentuk sayap. Famili
Nymphalidae dibedakan dengan famili lainnya, dalam hal pasangan tungkai
pertama mereduksi dan berbentuk seperti sikat dan terlipat pada tubuh dan pada
waktu hinggap. Pada saat hinggap, kupu-kupu ini hanya menggunakan empat dari
enam tungkai. Famili ini memiliki sekitar 7.200 spesies yang tersebar diseluruh

25

dunia, kecuali Antartika. Kupu-kupu ini berukuran sedang hingga besar dengan
panjang sayap lebih dari 25 mm (Wahlberg et al. 2003).
Peranan Kupu-kupu
Kupu-kupu merupakan hewan yang menarik bagi manusia karena
memiliki keindahan tubuhnya. Di alam, kehadiran kupu-kupu bermanfaat bagi
manusia karena membantu proses penyerbukan tumbuhan. Selain itu, kupu-kupu
yang indah dan unik juga menjadi incaran para kolektor untuk perdagangan. Oleh
karena itu, kupu-kupu yang terdapat di Asia, terutama di Indonesia, telah menjadi
komoditas internasional. Keanekaragaman kupu-kupu di alam juga memberikan
informasi penting bagi para peneliti tentang kualitas lingkungan. Kupu-kupu ini
dapat digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan dan perubahan fungsi
alam (Departemen Kehutanan, 2008b).

26

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2011
di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan (Lampiran 1). Preservasi dan identifikasi spesimen dilakukan di
Laboratorium Perilaku dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB,
Bogor dan Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI,
Cibinong.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera, GPS (Global
Positioning System), kotak spesimen, jaring serangga, kertas papilot, papan
perentang, oven, anemometer, luxmeter, thermohygrometer, pinset serangga,
jarum pentul, desikator, jarum serangga (insect pin), gunting, balok penusuk
(pinning block), kertas kalkir dan buku identifikasi. Sedangkan, bahan-bahan
adalah kapur barus dan silika gel.
Metode
Pengamatan Biodiversitas Kupu-kupu
Penentuan stasiun penelitian di kawasan Taman Nasional BantimurungBulusaraung didasarkan pada pengamatan langsung di lapangan untuk
menentukan tiga habitat yang berbeda, yaitu Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam
Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung (Gambar 2).
Pengamatan kupu-kupu dilakukan pada bulan Januari - April 2011 di tiap
habitat. Masing-masing lokasi dilakukan pengamatan selama 15 hari (Tabel 1).
Pengamatan dilakukan pada pagi hari (08.00-12.00 WITA) dan siang hingga sore
hari (pukul 13.00-16.00 WITA). Pengamatan dan pengambilan kupu-kupu
dilakukan dengan melakukan survei di sepanjang jalur yang telah ada,
menggunakan metode scan sampling (Martin & Bateson 1993). Pengamatan
kupu-kupu mencakup jumlah spesies dan individunya. Kupu-kupu yang tidak
dapat diidentifikasi secara langsung di lapangan, ditangkap dengan jaring
serangga dan dimasukkan ke dalam kertas papilot untuk keperluan identifikasi di

27

laboratorium. Faktor lingkungan diukur selama pengamatan kupu-kupu.
Kelembaban dan suhu udara diukur dengan thermohygrometer, kecepatan angin
dengan anemometer, dan intensitas cahaya dengan luxmeter. Data curah hujan
didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Selama pengamatan
kupu-kupu juga dicatat tumbuhan yang berbunga.
Tabel 1 Jadwal pengamatan kupu-kupu di tiga lokasi penelitian pada Januari-April
2011
Minggu
Cagar Alam Pattunuang Cagar Alam LeangTaman Wisata
leang
Bantimurung
1
Senin, Kamis
Selasa, Jum’at
Rabu, Sabtu
2
Senin, Kamis
Selasa, Jum’at
Rabu, Sabtu
3
Senin, Kamis
Selasa, Jum’at
Rabu, Sabtu
4
Senin, Kamis
Selasa, Jum’at
Rabu, Sabtu
5
Senin, Kamis
Selasa, Jum’at
Rabu, Sabtu
6
Senin, Kamis
Selasa, Jum’at
Rabu, Sabtu
Selasa, Jum’at
7
Senin, Kamis
Rabu, Sabtu
Selasa
8
Senin
Rabu

2

3

1

Gambar 2 Lokasi penelitian kupu-kupu di TN Babul, Kab. Maros: Cagar Alam
Pattunuang (1), Cagar Alam Leang-leang (2), dan Taman Wisata
Bantimurung (3).

28

Preservasi dan Identifikasi Kupu-kupu
Preservasi kupu-kupu dilakukan dengan menggunakan metode standar
(Triplehorn & Johnson 2005). Spesimen yang telah diambil dari lapangan,
dimasukkan ke dalam desikator untuk melembabkan. Setelah itu, spesimen
dikeluarkan dari kertas papilot, kemudian ditusuk pada bagian thoraks
menggunakan jarum serangga (insect pin) dengan posisi spesimen tegak lurus
dengan jarum serangga. Spesimen yang telah ditusuk dengan jarum, dimasukkan
dalam balok penusuk (pinning block) untuk diatur posisi tinggi rendahnya
spesimen pada jarum. Selanjutnya, posisi sayap kiri dan kanan disejajarkan
dengan papan perentang. Spesimen yang telah berada pada papan perentang,
kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 370 C sekitar 2 minggu sampai
spesimen kering. Setelah kering, spesimen dikeluarkan, dilepas dari papan
perentang untuk dimasukkan ke dalam kotak spesimen atau lemari penyimpanan
yang telah dimasukkan kapur barus. Spesimen yang ditangkap untuk keperluan
identifikasi, didepositkan sebanyak 130 individu kupu-kupu di Laboratorium
Entomologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong dan 20 individu
kupu-kupu di Laboratorium Perilaku dan Ekologi Hewan, IPB. Kupu-kupu yang
telah dipreservasi, kemudian diidentifikasi berdasarkan pola warna sayap,
berdasarkan Yata (1981), Morishita (1981), Aoki et al. (1982), Tsukada (1985),
D’Abrera (1986), Seki et al. (1991), Tsukada (1991), dan Vane-Wright & de Jong
(2003).

Analisis Data
Keanekaragaman spesies kupu-kupu dianalisis dengan menggunakan
indeks Shannon-Wiener (Magguran 1988):

 ni 
 ni 
H'  -    log   atau
N 
N 
-  Pi log Pi
Keterangan: H’ = Indeks Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu untuk spesies ke-i
N = Jumlah total individu
Pi = Proporsi jumlah individu tiap jenis = ni / N

29

Berdasarkan Brower (1990) indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
bertoleransi antara 0 - ~ dengan kriteria sebagai berikut:
Jika H’ < 2 : keanekaragaman individu rendah, kestabilan habitat rendah.
Jika 2 < H’ < 3 : keanekaragaman individu sedang, kestabilan habitat sedang.
Jika H’ > 3 : keanekaragaman individu tinggi, penyebaran jumlah individu tinggi
dan kestabilan habitat tinggi.
Kesamaan kupu-kupu antar lokasi pengamatan dianalisis dengan
menggunakan indeks similaritas Sorensen kualitatif (Magguran 1988):
Cs =

2j
ab

Keterangan: Cs = Indeks similaritas Sorensen
j = Jumlah spesies yang ditemukan pada habitat A dan B
a = Jumlah spesies habitat A
b = Jumlah spesies habitat B
Keragaman kupu-kupu dalam kaitannya dengan parameter lingkungan
dianalisis dengan korelasi Pearson dan nilai signifikansi (p) dan ditampilkan
dengan biplot menggunakan PCA (Principal Component Analysis), dengan
program R 2.10.0 (Everitt & Hothorn 2006).

30

HASIL

Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan
Kawasan

Taman

Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN

Babul)

memiliki luas ± 43.750 Ha yang terletak di wilayah administratif Kabupaten
Maros dan Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis
kawasan ini terletak antara 119° 34’ 17” – 119° 55’ 13” Bujur Timur dan antara
4° 42’ 49” – 5° 06’ 42” Lintang Selatan. Secara kewilayahan, batas-batas TN
Babul adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barru,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Maros, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Maros
dan Kabupaten Pangkep.
Deskripsi tiga lokasi pengamatan keragaman kupu-kupu di kawasan TN
Babul sebagai berikut:
a. Cagar Alam Pattunuang
Cagar Alam Pattunuang (Gambar 3a) merupakan cagar alam yang
berbatasan langsung dengan jalan raya dengan tebing karst yang terjal dan licin.
Secara geografis, cagar alam ini berada pada koordinat 5o01’54.31” LS dan
119o45’35.16” BT. Cagar alam ini memiliki hutan sekunder dan aliran sungai
yang selalu mengalir tiap tahun. Di bagian atas cagar alam, terdapat tiga rumah
penduduk dan terdapat Gua Pengantin. Gua ini selalu dijadikan tempat
perkemahan oleh mahasiswa. Tumbuhan yang berbunga yang ditemukan di lokasi
ini pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Aristolochia sp. (Aristolochiaceae),
Arenga pinnata (Palmae), Lantana camara (Verbenaceae), Hibiscus sp.
(Malvaceae), Tectona grandis (Verbenaceae), Ficus sp.

(Moraceae) dan

tumbuhan benalu.
b. Cagar Alam Leang-leang
Cagar Alam Leang-leang (Gambar 3b) merupakan kawasan dengan
kondisi alam berupa tebing karst yang terjal dan sulit dijangkau. Secara geografis,
cagar alam ini berada pada koordinat 4o59’31.01” LS dan 119o42’37.45” BT.
Taman purbakala yang berupa gua batu terdapat pada bagian sisi barat kawasan
ini. Pengambilan data kupu-kupu dilakukan di bagian belakang taman purbakala

31

yang berbatasan langsung dengan persawahan. Kawasan ini memiliki daerah karst
yang cukup terjal yang berada di bawah kaki Gunung Bulusaraung, dengan tanah
yang datar dan bergelombang. Di kawasan ini ditemukan berbagai tumbuhan
perdu dengan bunga sebagai habitat kupu-kupu dan terdapat aliran sungai yang
selalu mengalir tiap tahun. Tumbuhan yang sedang berbunga pada saat
pengamatan kupu-kupu adalah Lantana camara (Verbenaceae), Psidium guajava
(Myrtaceae), Annona muricata (Annonaceae), Aristolochia sp. (Aristolochiaceae),
Citrus sp. (Rutaceae), Tectona grandis (Verbenaceae) dan Ficus sp. (Moraceae).
c. Taman Wisata Bantimurung
Taman Wisata Bantimurung (Gambar 3c) merupakan taman wisata yang
padat dikunjungi wisatawan lokal maupun manca negara. Selain air terjun yang
sangat dikagumi oleh wisatawan, terdapat pula gua-gua karst, Sungai
Bantimurung dan museum kupu-kupu. Secara geografis, cagar alam ini berada
pada koordinat 5o00’58.19” LS dan 119o41’02.15” BT. Tumbuhan yang
ditemukan sedang berbunga pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Hibiscus sp.
(Malvaceae), Bauhinia purpurea (Caesalpiniaceae), Ixora sp. (Rubiaceae),
Arenga pinnata (Palmae), Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Annona sp.
(Annonaceae) dan Ficus sp. (Moraceae).

32

a

b

c
Gambar 3 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: Cagar Alam Pattunuang (a),
Cagar Alam Leang-leang (b), Taman Wisata Bantimurung (c).
Biodiversitas Kupu-kupu
Di tiga lokasi pengamatan ditemukan 144 spesies dari 6.802 individu
kupu-kupu yang tergolong dalam 5 famili (Tabel 2). Lima famili tersebut ialah
Papilionidae (21 spesies), Pieridae (15 spesies), Nymphalidae (65 spesies),
Riodinidae (1 spesies), dan Lycaenidae (42 spesies). Di Cagar Alam Leang-leang,
spesies yang paling banyak ditemukan adalah Catopsilia pomona (317 individu).
Di Cagar Alam Pattunuang, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Faunis
menado (125 individu). Di Taman Wisata Bantimurung, spesies yang paling
banyak ditemukan adalah Lexias aeetes (329 individu). Spesies kupu-kupu yang
paling banyak ditemukan di tiga lokasi penelitian ialah Catopsilia pomona
(Gambar 4).
Jumlah spesies dan individu kupu-kupu yang ditemukan berbeda pada tiap
lokasi penelitian. Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan paling banyak (113
spesies). Berdasarkan pengamatan, di Cagar Alam Leang-leang banyak ditemukan
tumbuhan pakan larva kupu-kupu, antara lain tumbuhan dalam famili Rutaceae
sebagai pakan larva Papilio ascalaphus dan tumbuhan Cassia sp. sebagai pakan

33

larva Catopsilia pomona. Penyebaran spesies kupu-kupu yang ditemukan dalam
penelitian ini tertera dalam Lampiran 2.
Tabel 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian
Famili
Subfamili
Spesies
Papilionidae
Papilioninae
Chilasa veiovis Hewitson, 1865
Graphium agamemnon Fruhstorfer, 1903
Graphium androcles Boisduval, 1836
Graphium anthedon Felder & Felder, 1865
Graphium deucalion Boisduval, 1836
Graphium encelades Boisduval, 1836
Graphium eurypylus Felder & Felder, 1865
Graphium meyeri Hopffer, 1874
Graphium rhesus Fruhstorfer, 1902
Lamproptera meges Tsukada & Nishiyama, 1980
Pachliopta polyphontes Boisduval, 1836
Papilio ascalaphus Boisduval, 1836
Papilio blumei Röber, 1897
Papilio fuscus Wallace, 1865
Papilio gigon Felder & Felder, 1864
Papilio peranthus Rothschild, 1896
Papilio polytes Oberthür, 1879
Papilio sataspes Felder & Felder, 1864
Troides haliphron Boisduval, 1836
Troides helena Felder & Felder, 1864
Troides hypolitus Rothschild, 1895
Pieridae
Pierinae
Aoa affinis Vollenhoven, 1865
Appias hombroni Lucas, 1852
Appias lyncida Felder & Felder, 1865
Appias paulina Hopffer, 1874
Appias zarinda Boisduval, 1836
Cepora celebensis Rothschild, 1892
Cepora timnatha Fruhstorfer, 1902
Hebomoia glaucippe Wallace, 1863
Pareronia tritaea Fruhstorfer, 1910
Saletara panda Holland, 1891
Coliadinae
Catopsilia pomona Butler, 1869
Catopsilia scylla Staudinger, 1885

Jumlah Individu
Leangleang

68
4
56
2
2
45
30
2
20
3
1
54
13
1
23
6
8
6

1
13
2
9
15
4
41
49

317
4

Pattunuang Bantimurung

1
38
8
39
2
2
37
1
34
8
33
1
34
4
22

23
3
76
6
12
97
2
106
10
33
26
41
13
6
24
4

9
4

29
4
6
12
17

38

30
31
7

12
13
66
3
46
39
5

121
12

114
3

34

Lanjutan Tabel 2
Famili
Subfamili
Spesies
Eurema celebensis Wallace, 1867
Eurema tominia Vollenhoven, 1865
Gandaca butyrosa Fruhstorfer, 1910
Nymphalidae
Danainae
Danaus genutia Felder & Felder, 1865
Euploea algae Felder & Felder, 1865
Euploea eleusina Felder, 1859
Euploea eupator Hewitson, 1858
Euploea hewitsonii Felder & Felder, 1865
Euploea redtenbacheri Felder & Felder, 1865
Euploea sylvester Felder & Felder, 1865
Euploea westwoodi Felder & Felder, 1865
Idea blanchardi Fruhstorfer, 1903
Ideopsis juventa Butler, 1869
Ideopsis vitrea Fruhstorfer, 1910
Tirumala choaspes Butler, 1886
Nymphalinae
Hypolimnas anomala Fruhstorfer, 1912
Hypolimnas bolina Linnaeus, 1758
Hypolimnas diomea diomea Hewitson, 1861
Hypolimnas diomea fraterna Wallace, 1869
Junonia almana Fruhstorfer, 1906
Junonia atlites Fruhstorfer, 1912
Junonia hedonia Felder & Felder, 1867
Rhinopalpa polynice Felder & Felder, 1867
Symbrenthia lilaea Tsukada & Nishiyama, 1985
Yoma sabina Tsukada, 1985
Charaxinae
Charaxes affinis Butler, 1865
Charaxes nitebis Hewitson, 1862
Charaxes solon Butler, 1869
Polyura cognata Tsukada, 1991
Cyrestinae
Chersonesia rahria Rothschild, 1892
Cyrestis strigata Felder & Felder, 1867
Cyrestis thyonneus Staudinger, 1896
Limenitidinae
Bassorona labotes Hewitson, 1864
Dophla evelina Rothschild, 1892
Euthalia sp. Hübner, 1819*
Lamasia lyncides Hewitson, 1859

Jumlah Individu
Leangleang
Pattunuang Bantimurung
13
24
21
72
33
52
22
6

16
15
3
10
5

1
13

6
37
4
34
7
32

3
50
3
22
10
8

5
8
2
4
5
74
115
8
7
30

8
2

7
2

5
9
11
8
15
114
54
10
27
11
19

7

7
34
4
21
27

15
4
8
2

13
7

42
10

3

3

3
6
16

23
37
18

33
80
17

5
3
6

22
28
3
18

3
7

9
60

14

35

Lanjutan Tabel 2
Famili
Subfamili
Spesies
Lasippa neriphus Fruhstorfer, 1899
Lexias aeetes Butler, 1870
Moduza libnites Moore, 1881
Moduza ly

Dokumen yang terkait

Biodiversity of superfamily papilionoidea butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi

1 24 73

Community of Superfamily Papilionoidea Butterflies at Nature Educational Conservation Centre Bodogol, Sukabumi, West Java

1 14 104

Biodiversity of superfamily papilionoidea butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung-Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi

1 9 133

Pengelolaan Taman Kupu-Kupu di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Maros Sulawesi Selatan

1 5 48

ANALISIS STAKEHOLDER PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, PROPVINSI SULAWESI SELATAN (Stakeholder Analysis of Bantimurung Bulusaraung National Park Management, South Sulawesi Province) | Kadir | Jurnal Manusia dan Lingkungan 18470 37083 1 P

0 0 11

ANALISIS KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, PROVINSI SULAWESI SELATAN (Socio-Economic Analysis of Community Around Bantimurung Bulusaraung National Park, South Sulawesi Province) | Kadir | Jurnal Manusia dan

0 0 11

Kata kunci: TN Babul, Pengelolaan Kolaborasi, Pondasi kolaborasi TN Babul ABSTRACT - TOWARD COLLABORATIVE MANAGEMENT OF BANTIMURUNG BULUSARAUNG NATIONAL PARK, SOUTH SULAWESI PROVINCE

0 1 10

SUBMONTANE FOREST AT BANTIMURUNG BULUSARAUNG NATIONAL PARK: HOTSPOT OF BIRD DIVERSITY AND ITS MANAGEMENT CONSERVATION

0 1 14

Development scenario of collaborative management at Bantimurung Bulusaraung National Park, South Sulawesi Province

0 0 10

Bird responses to habitat change in the karst area of Bantimurung Bulusaraung National Park

0 0 12