Kajian Stok Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Valenciennes, 1847) di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN Karangantu, Banten

KAJIAN STOK SUMBERDAYA
IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata Valenciennes, 1847)
DI PERAIRAN TELUK BANTEN YANG DIDARATKAN
DI PPN KARANGANTU, BANTEN

RODEARNI SIMARMATA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Stok
Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Valenciennes, 1847) di Perairan
Teluk Banten yang Didaratkan di PPN Karangantu, Banten adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013

Rodearni Simarmata
NRP C24090007

ABSTRAK
RODEARNI SIMARMATA. Kajian Stok Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata Valenciennes, 1847) di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN
Karangantu, Banten. Dibawah bimbingan Mennofatria Boer dan Achmad
Fahrudin.
Sardinella fimbriata atau fringescale sardine atau ikan tembang menjadi
salah satu sumberdaya ikan yang dimanfaatkan. Hasil tangkapan ikan tembang di
PPN Karangantu, Banten menurun dari tahun ke tahun. Oleh karena itu diduga
ikan tembang di perairan Teluk Banten telah mengalami eksploitasi berlebih.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status ikan tembang melalui
beberapa parameter dinamika populasi ikan agar dapat dijadikan pertimbangan

dalam pengelolaan sumberdaya ikan tembang. Pola pertumbuhan ikan tembang di
Teluk Banten bersifat allometrik positif. Hasil pemisahan kelompok umur
menggunakan metode NORMSEP menunjukkan ikan tembang terdiri dari dua
kelompok umur dengan L∞ 189.0675 mm untuk ikan betina dan 191.6537 mm
untuk ikan jantan. Laju eksploitasi (E) mengindikasikan bahwa sumberdaya ikan
tembang telah mengalami eksploitasi berlebih. Dugaan pertama kali ikan tembang
matang gonad adalah 161 mm. Informasi ini dapat dijadikan dasar alternatif
pengelolaan yakni pengaturan penangkapan yang ukurannya lebih dari 161 mm
agar ikan-ikan tersebut dapat memijah setidaknya satu kali agar lestari dan
berkelanjutan.
Kata kunci: Sardinella fimbriata, PPN Karangantu, eksploitasi, stok.

ABSTRACT
RODEARNI SIMARMATA. Stock Assessment of Fringescale Sardine
(Sardinella fimbriata Valenciennes, 1847) in the Gulf of Banten that landed in
PPN Karangantu, Banten. Supervised by Mennofatria Boer dan Achmad
Fahrudin.
Sardinella fimbriata or fringescale sardine or “tembang” became one of
the fish resources are used. The catch of fringescale sardine in PPN Karangantu,
Banten decrease from year to year. Therefore fringescale sardine resources in the

Gulf of Banten alleged have over-exploitated. The aim of this research is to
determine the status of fringescale sardine with some parameters of dynamic to be
taken into consideration in the management of fringescale sardine resources.
Growth type of fringescale sardine is allometric positive. Separation of cohort
with NORMSEP determine that fringescale sardine consist of two cohort with L∞
189.0675 mm for female and 191.6537 mm for male. Exploitation rate indicate
that the fish have over exploitation. Length at first maturity of fringescale sardine
is 161 mm. This information can be used as the basis of the alternative
management that catched more than 161 mm so the fish can be spawning at least
once for a sustainable fringescale sardine resources.
Keywords: Sardinella fimbriata, PPN Karangantu, explotation, stock.

KAJIAN STOK SUMBERDAYA
IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata Valenciennes, 1847)
DI PERAIRAN TELUK BANTEN YANG DIDARATKAN
DI PPN KARANGANTU, BANTEN

RODEARNI SIMARMATA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kajian Stok Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella fimbriata
Valenciennes, 1847) di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di
PPN Karangantu, Banten
Nama
: Rodearni Simarmata
NIM
: C24090007

Disetujui oleh


Prof Dr Ir Mennofatria Boer. DEA
Pembimbing I

Dr Ir Achmad Fahrudin. M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Yusli Wardiatno. M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 25 April 2013

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini ialah
kajian stok, dengan judul Kajian Stok Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata Valenciennes, 1847) di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN

Karangantu, Banten.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA
dan Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si selaku pembimbing, Dr. Ir. Etty Riani, M.S
selaku dosen penguji tamu, serta Prof. Dr. Ir. Djamar TF. Lumbanbatu, M.Agr
selaku dosen pembimbing akademik. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada pihak PPN Karangantu, Banten. Ungkapan terima kasih kepada
Bapak Adensius Simarmata dan Ibu Linda Situmorang sebagai orang tua terbaik,
Agustina Simarmata, Alvian Simarmata, Andre Dani Mawardhi, Lianitha, Ratih,
Mada atas dukungan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari Tingkat
Persiapan Bersama hingga penyusunan skripsi. Ungkapan terima kasih juga
ditujukan kepada Viska, Gilang, Fauzia AW, Tyas, Ika, Ananda, Janty, Ara,
Dewi, Nisa, Kak Aang dan teman-teman MSP angkatan 46 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Rodearni Simarmata

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3
METODE ................................................................................................................ 3
Waktu dan Tempat .............................................................................................. 3
Alat dan Bahan .................................................................................................... 4
Pengumpulan Data .............................................................................................. 4
Prosedur Analisis Data ........................................................................................ 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 10
Hasil................................................................................................................... 10
Pembahasan ....................................................................................................... 20
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 26
Simpulan ............................................................................................................ 26
Saran .................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Produksi tahunan ikan tembang dari tahun 2001-2011
Penentuan TKG secara morfologi
Nisbah kelamin ikan tembang berdasarkan waktu pengambilan contoh
Parameter pertumbuhan ikan tembang di Teluk Banten
Parameter mortalitas dan laju eksploitasi ikan tembang di Teluk Banten
Hasil pendugaan fMSY dan MSY menggunakan pendekatan model Fox
Ukuran pertama kali matang gonad dari beberapa hasil penelitian
Parameter pertumbuhan ikan tembang dari beberapa hasil penelitian


2
7
12
15
19
19
21
23

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15
16

Diagram alir rumusan masalah
Peta lokasi penelitian
Diagram alir metode pengambilan contoh ikan tembang
Komposisi ikan hasil tangkapan nelayan di PPN Karangantu
Komposisi hasil tangkapan bagan
Hubungan panjang dan bobot ikan tembang di Teluk Banten
Grafik tingkat kematangan gonad ikan tembang betina
Grafik tingkat kematangan gonad ikan tembang jantan
Grafik indeks kematangan gonad ikan tembang betina
Grafik indeks kematangan gonad ikan tembang jantan
Grafik ukuran pertama kali matang gonad ikan tembang
Kurva pertumbuhan ikan tembang betina di Teluk Banten

Kurva pertumbuhan ikan tembang jantan di Teluk Banten
Kelompok umur ikan tembang betina di Teluk Banten
Kelompok umur ikan tembang jantan di Teluk Banten
Grafik hubungan upaya dan Ln CPUE

2
3
4
10
11
12
13
13
13
14
14
15
16
17
18
19

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian
Transformasi persamaan hubungan panjang dan bobot
Persamaan untuk menduga b0, b1 dan R2
Tabel sebaran fekuensi panjang ikan tembang
Uji nilai b hubungan panjang bobot ikan tembang
Tingkat Kematangan Gonad berdasarkan waktu pengambilan contoh
Proporsi gonad matang per selang kelas panjang di Teluk Banten
Sebaran kelompok umur ikan tembang di Teluk Banten
Analisis parameter pertumbuhan ikan tembang di Teluk Banten
Perhitungan pendugaan laju mortalitas total (Z), laju mortalitas alami
(M), laju mortalitas penangkapan (F) dan laju eksploitasi (E) ikan
tembang
11 Perhitungan pendugaan Model Produksi Surplus menggunakan
pendekatan model Fox dan Schaefer

30
31
31
32
32
34
35
35
36

36
38

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu yang terletak pada
06002’ LS – 106009’ BT di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten
menjadi salah satu pelabuhan yang berkembang pesat dan menjadi bagian dari
masyarakat setempat. PPN Karangantu dijadikan sebagai pusat kegiatan perikanan
yang berasal dari Teluk Banten dan sekitarnya. Hasil perikanan yang ada di PPN
Karangantu menyediakan kebutuhan masyarakat akan hasil perikanan khususnya
masyarakat Provinsi Banten (Yuwana 2011).
Potensi perikanan yang terdapat di Teluk Banten meliputi ikan pelagis kecil,
pelagis besar, ikan karang dan ikan demersal. Teluk Banten merupakan daerah
penangkapan (fishing ground) bagi nelayan Karangantu khususnya nelayan yang
menangkap ikan pelagis kecil. Sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan
salah satu sumberdaya perikanan yang cukup melimpah dan banyak ditangkap
untuk kebutuhan konsumsi. Sumberdaya ikan pelagis memiliki penyebaran
terutama di dekat pantai, dimana terjadi proses upwelling. Sumberdaya ikan
pelagis dapat membentuk biomassa yang sangat besar sehingga menjadikan
sumberdaya ini menjadi sumberdaya perikanan yang melimpah di perairan.
Salah satu sumberdaya ikan pelagis kecil yang bernilai ekonomis penting
yang tertangkap di Teluk Banten adalah ikan tembang. Peningkatan permintaan
akan kebutuhan ikan tembang menyebabkan ikan ini sebagai target tangkapan
oleh nelayan-nelayan Karangantu. Volume produksi yang semakin meningkat
mendorong semua pelaku perikanan untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan
tembang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan keberlanjutan dari kegiatan
tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hasil tangkapan dari stok
sumberdaya ikan tembang sehingga status stok ikan tersebut menjadi tangkap
lebih (overfishing).
Menurut KKP Banten (2012) hasil tangkapan ikan tembang mengalami
penurunan dari tahun 2002 hingga tahun 2011. Berdasarkan informasi tersebut
diduga bahwa ikan tembang telah mengalami tangkap lebih. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian terkait stok sumberdaya ikan tembang di perairan Teluk
Banten agar diperoleh informasi yang menjadi dasar pengelolaan sumberdaya ikan
tembang agar tetap lestari dan berkelanjutan dari semua aspek dengan hati-hati
dan memperhatikan potensi lestari ikan tembang.
Perumusan Masalah
Hasil tangkapan atau produksi tahunan ikan tembang berdasarkan data yang
diperoleh dari bagian statistik PPN Karangantu dari tahun 2001 sampai 2011
berfluktuasi (Tabel 1).

2
Tabel 1 Produksi tahunan ikan tembang dari tahun 2001-2011.
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

Tangkapan
(ton)
143.35
127.86
68.38
91.12
197.46
268.72
303.75
239.56
252.31
137.92
110.42

Sumber : KKP 2007 dan KKP 2012

Fluktuasi hasil penangkapan ikan tembang dari tahun ke tahun diikuti
dengan perubahan upaya penangkapan yang dilakukan oleh nelayan. Peningkatan
upaya untuk meningkatkan produksi ikan tembang terlihat dari jumlah alat
tangkap dan kapal yang digunakan untuk melakukan penangkapan. Jenis alat
tangkap yang digunakan nelayan Teluk Banten untuk menangkap ikan tembang
diantaranya dogol, bagan perahu/rakit, payang, jaring insang dan alat tangkap
lainnya. Peningkatan upaya penangkapan dapat mengakibatkan status ikan
tembang menjadi tangkap lebih (overfishing).
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi penelitian yang difokuskan pada
kajian stok sumberdaya ikan tembang khususnya di daerah penangkapan Teluk
Banten yang didaratkan di PPN Karangantu. Besarnya stok ikan merupakan kajian
yang sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap (Susilo
2002). Penelitian diharapkan dapat menjawab beberapa permasalahan seperti
bagaimana pola pertumbuhan dan tingkat mortalitas dan eksploitasi sumberdaya
ikan tembang di Teluk Banten. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu
memberi alternatif pengelolaan sumberdaya ikan tembang yang tepat berdasarkan
hasil tangkapan maksimum (MSY) dan upaya (effort) optimum dalam kegiatan
penangkapan sumberdaya ikan tembang di perairan Teluk Banten sehingga dapat
ditentukan batasan jumlah tangkapan yang diperbolehkan.
Sumberdaya ikan
tembang di
perairan Teluk
Banten

Eksploitasi
berlebihan

Kajian
Stok
Ikan

Gambar 1 Diagram alir rumusan masalah

Pengelolaan
sumberdaya
ikan
tembang di
Teluk
Banten

3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status ikan tembang
(Sardinella fimbriata) melalui pendugaan beberapa parameter dinamika populasi
yang meliputi pola pertumbuhan, TKG, IKG, nisbah kelamin, ukuran pertama kali
matang gonad, laju mortalitas dan eksploitasi ikan tembang yang didaratkan di
PPN Karangantu.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan mengenai
pengelolaan dan pengembangan sumberdaya ikan tembang di perairan Teluk
Banten.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di PPN Karangantu, Kecamatan Kasemen Kota
Serang, Provinsi Banten (Gambar 2). Ikan-ikan yang didaratkan di PPN
Karangantu adalah ikan-ikan dengan daerah penangkapan di Teluk Banten. Waktu
pengambilan sampel dilakukan dua kali dalam sebulan dengan selang waktu 13
hari dimulai dari 27 Mei 2012 hingga 28 Agustus 2012.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

4
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain penggaris
dengan ketelitian 0.1 cm untuk mengukur panjang ikan, timbangan dengan
ketelitian 10 gram untuk menimbang bobot ikan, plastik klip yang sudah dinomori,
kertas label, kamera digital, cool box, alat bedah, trash bag, dan alat tulis. Bahan
yang digunakan adalah ikan tembang dan es (Lampiran 1).
Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan sekunder
yang masing-masing diperoleh melalui ikan contoh yang diambil dan melalui data
statistik perikanan yang didapatkan dari PPN Karangantu. Pengumpulan data
primer meliputi data panjang, bobot dan tingkat kematangan gonad (TKG).
Pengukuran panjang dan bobot ikan dilakukan segera setelah ikan diperoleh di
PPN Karangantu. Analisis tingkat kematangan gonad dilakukan di Laboratorium
Biologi Perikanan, Bagian Manajemen Sumber Daya Perikanan, Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Jumlah contoh yang
diambil berkisar antar 80 - 140 ekor pada setiap pengambilan contoh (Gambar 3).
Kapal yang menangkap ikan
tembang

Kapal A

1-5 tumpukan

Kapal B

Kapal C

1-5 tumpukan

1-5 tumpukan

80-140 ekor ikan
tembang

Pengukuran panjang, penimbangan bobot
basah dan bobot gonad, penentuan TKG

Gambar 3 Diagram alir metode pengambilan contoh ikan tembang
Ikan yang diukur selanjutnya dibedah untuk mengamati tingkat
kematangan gonadnya. Penentuan TKG dilakukan secara morfologi berdasarkan
tabel penentuan tingkat kematangan gonad (Tabel 2). Penentuan TKG mengacu
kepada TKG ikan modifikasi dari Cassie (1965) in Effendie (2002).

5
Prosedur Analisis Data
Hubungan Panjang dan Bobot
Model yang digunakan dalam menduga hubungan panjang dan bobot
(Effendie 1979) merupakan hubungan eksponensial sebagai berikut:
W = a Lb
Keterangan:
W
L
a dan b

: bobot (gram)
: panjang (mm)
: konstanta

Persamaan linear dari model tersebut setelah ditransformasikan (Lampiran
2) adalah:
Log W = Log a + b Log L
Parameter a dan b diperoleh melalui analisis regresi linear dengan input log L
sebagai variabel bebas (x) dan log W sebagai variabel tak bebas (y) sehingga
didapatkan persamaan regresi y = a + bx. Koefisien determinasi dan korelasi juga
dapat ditentukan melalui persamaan (Lampiran 3). Selanjutnya dilakukan
pengujian hipotesis dimana thitung akan dibandingkan dengan ttabel dengan
menggunakan selang kepercayaan 95%. Pengambilan keputusannya adalah tolak
H0 jika thitung > ttabel atau terima H0 jika thitung < ttabel (Walpole 1993).
Identifikasi Kelompok Umur
Identifikasi kelompok umur dilakukan dengan metode NORMSEP
(NORMal SEParation) yang terdapat pada program FAO-ICLARM Stock
Assesment Tool (FISAT II). Menurut Hasselblad (1996), McNew & Summerfelt
(1978) serta Clark (1981) in Sparre dan Venema (1999), indeks separasi
merupakan kuantitas yang relevan terhadap studi bila dilakukan kemungkinan
bagi suatu pemisahan yang berhasil dari dua komponen yang berdekatan. Apabila
indeks separasi kurang dari dua ( 0.5). Nilai ini mengindikasikan overexploitation.
Model Produksi Surplus Ikan Tembang
Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan tembang di Teluk
Banten digunakan dalam analisis pendekatan Model Produksi Surplus dari
Schaefer dan Fox untuk menduga nilai hasil tangkapan maksimum lestari (MSY).
Nilai koefisien determinasi untuk model Fox lebih besar dibandingan model
Schaefer ( Gambar 16). Sehingga dapat dikatakan bahwa model Fox adalah model
yang sesuai bagi sumberdaya ikan tembang di Teluk Banten.
6.0

Ln CPUE = -0.0008F+ 6.1006
R² = 0.7065

Ln CPUE

5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
0

1000

2000

3000

4000

Effort (F) (Trip)

Gambar 16 Grafik hubungan upaya dan Ln CPUE
Tabel 6 Hasil pendugaan fMSY dan MSY menggunakan pendekatan model Fox
Model Fox
Parameter

Nilai

Intercept (a)
Slope (b)
FMSY (trip)
MSY (ton/tahun)

6.1006
-0.0008
1204
197.66

PL (ton/tahun)
TAC (ton/tahun)

177.90
142.31

20
Pembahasan
Hubungan Panjang dan Bobot
Perhitungan untuk pendugaan pertumbuhan terdiri atas dua model yakni,
model yang berhubungan dengan bobot dan model yang berhubungan dengan
panjang (Effendie 2002). Pada penelitian ini analisis pola pertumbuhan
menggunakan data panjang dan bobot. Persamaan yang terbentuk dimanfaatkan
untuk menduga bobot ikan pada panjang tertentu dan menentukan pola
pertumbuhan ikan tersebut. Oleh karena itu bobot dapat dianggap sebagai fungsi
dari panjang (Effendie 2002).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan tembang memiliki pola
pertumbuhan allometrik positif. Artinya pertambahan bobot lebih dominan
daripada pertambahan panjang (Effendie 2002). Pola pertumbuhan yang diperoleh
berdasarkan hasil penelitian ini berbeda dengan pernyataan Megawati (2012) dan
Syakila (2009) yang menyatakan bahwa pola pertumbuhan ikan tembang adalah
allometrik negatif. Perbedaan nilai b pada spesies yang sama dapat disebabkan
adanya perbedaan laju pertumbuhan, perbedaan umur dan tahapan perkembangan
gonad, makanan, kondisi perairan (suhu dan salinitas) (Rahman et. al 2012). Ikan
tembang yang digunakan selama penelitian didominasi oleh ikan tembang betina
yang sedang matang gonad sehingga pertambahan bobot lebih dominan
dibandingkan pertambahan panjang.
Nisbah Kelamin, Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Indeks
Kematangan Gonad (IKG)
Nisbah kelamin antara ikan betina dan ikan jantan yang diperoleh pada
penelitian ini adalah 1.5:1. Perbandingan ini menunjukkan bahwa proporsi ikan
jantan dan ikan betina tidak seimbang. Perbandingan atau rasio jenis kelamin yang
ada di alam bersifat relatif (Effendie 2002). Hasil penelitian ini berbeda dengan
Prasetyo (2006) dimana proporsi ikan jantan dan betina adalah seimbang (1:1).
Menurut Nasabah (1996) in Ismail 2006 perbandingan 1:1 sering menyimpang
pada kenyataannya di alam, antara lain disebabkan oleh perbedaan pola tingkah
laku, laju mortalitas dan laju pertumbuhan ikan jantan dan betina. Menurut
Febianto (2007) umumnya perbedaan jumlah ikan jantan dan ikan betina yang
tertangkap oleh nelayan berkaitan dengan pola tingkah laku ruaya ikan baik untuk
memijah ataupun mencari makan.
Informasi mengenai kapan ikan akan memijah atau sudah selesai memijah
dapat diketahui dari tingkat kematangan gonad (Effendie 2002). Ikan tembang
dengan TKG III dan IV banyak terdapat pada bulan Juli (Lampiran 6). Oleh
karena itu diduga bahwa musim pemijahan ikan tembang terjadi pada bulan Juli.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Prasetyo (2006) bahwa musim pemijahan ikan
tembang terjadi dari bulan Juli - November yang ditandai dengan meningkatnya
jumlah ikan TKG III dan IV yang tertangkap. Berbeda dengan ikan tembang di
Perairan Karwar diduga mengalami pemijahan pada bulan Mei hingga September
(Radhakrishnan 1967). Adanya perbedaan ini diduga karena adanya perbedaan
lokasi sebaran ikan tembang sehingga mengakibatkan perbedaan ukuran pertama
kali matang gonad dan musim pemijahan.
Pada saat ikan melakukan pemijahan nilai IKG akan meningkat,
sebaliknya akan menurun setelah melakukan pemijahan (Sulistiono 2006). IKG

21
ikan tembang betina lebih besar dibandingkan ikan jantan. Jika dibandingakan
dengan penelitian Prasetyo (2006) hasil yang diperoleh sama dengan penelitian ini
dimana IKG ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan pada ikan betina lebih tertuju pada pertumbuhan gonad. Effendie
(2002) menyatakan bahwa pertambahan berat gonad pada ikan betina mencapai
10-25% dari berat tubuhnya sedangkan pada ikan jantan hanya mencapai 5-10%
dari berat tubuh.
Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
Ukuran pertama kali matang gonad yang diperoleh pada penelitian ini
adalah 161 mm. Hal ini berarti dari semua ikan tembang dengan panjang total 161
mm, 50% berpeluang telah matang gonad dan diasumsikan minimal telah
melakukan satu kali pemijahan. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
sebagian ikan yang tertangkap adalah ikan yang belum matang gonad. Ukuran
pertama kali matang gonad pada ikan tembang di berbagai lokasi berbeda-beda
(Tabel 7). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan faktor utama yang
mempengaruhi kematangan gonad ikan (suhu, makanan dan keberadaan hormon)
dan perbedaan lokasi penelitian. Perbedaaan daerah penyebaran lebih dari 50
lintang akan mengakibatkan perbedaan ukuran pertama kali matang gonad
(Effendie 2002). Menurut Affandi dan Tang (2000) tiap-tiap spesies ikan pada
waktu pertama kali matang gonad tidak sama ukurannya, demikian juga dengan
ikan yang sama spesiesnya.
Tabel 7 Ukuran pertama kali matang gonad dari beberapa hasil penelitian
Ukuran pertama kali
Sumber
Lokasi
matang gonad
Perairan sekitar Jawa
Densen et al.(1997)
170 mm
Timur
Perairan Ujung
Prasetyo (2006)
150 mm
Pangkah
Perairan Ujung
Baginda (2006)
116 mm
Pangkah
Shelvinawati (2012)
Perairan Selat Sunda
180 mm
Penelitian ini (2012)
Perairan Teluk Banten
161 mm
Pemisahan Kelompok Umur dan Parameter Pertumbuhan
Metode pengelompokan umur ikan pada perairan tropis pada umumnya
menggunakan analisis frekuensi panjang. Hal ini dikarenakan spesies-spesies ikan
tropis jarang memperlihatkan lingkaran-lingkaran tahunan yang jelas di dalam
otolith serta sisiknya. Lingkaran-lingkaran tahunan memberikan informasi yang
cukup memadai bagi sebagian besar keperluan pengkajian stok. Namun pada
perairan tropis sulit ditentukan lingkaran-lingkaran tahun pada ikan tersebut
sehingga kemungkinan terjadinya bias dalam penentuan kelompok umur cukup
tinggi. Oleh karena itu pendugaan stok ikan tropis mengunakan analisis frekuensi
panjang total ikan (Sparre dan Venema 1999).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan frekuensi
terbesarnya berada pada selang kelas 140-149 mm (Lampiran 4). Total ikan
contoh yang digunakan adalah 760 ekor. Jumlah contoh yang banyak dapat

22
digunakan untuk menentukan umur ikan. Sesuai dengan pernyataan Sparre dan
Venema (1999) bahwa penentuan umur harus menggunakan contoh yang banyak
dengan selang waktu yang lebar, diperoleh dari hasil tangkapan awal sehingga
dapat diketahui kelompok umur pertama.
Menurut Boer (1996), penggunaan frekuensi panjang sering dianggap
teknik yang paling sederhana diterapkan untuk mengetahui pola tingkatan stok
ikan, tetapi struktur data panjang sangat bervariasi tergantung letaknya secara
geografis, habitat maupun tingkah laku. Hal ini sesuai dengan penelitian ini jika
dibandingkan dengan hasil penelitian lain seperti Prasetyo (2006) di Ujung
Pangkah (Juli-Desember), Syakila (2009) di Teluk Palabuhanratu (Januari-Maret)
dan Megawati (2012) di Selat Sunda (April-Oktober 2011) dimana selang kelas
ikan tembang yang tertangkap adalah 74.5 – 154.5 mm, 112-166 mm dan 100-189
mm. Adanya perbedaan struktur data panjang dari masing-masing penelitian
dikarenakan adanya perbedaan lokasi dan waktu pengambilan contoh.
Perbedaan struktur panjang mengambarkan adanya perbedaan
pertumbuhan di masing-masing lokasi karena adanya perbedaan karakteristik dari
perairan-perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (2002) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi faktor eksternal (suhu air,
kandungan oksigen terlarut, ammonia, salinitas dan fotoperiod) dan faktor internal
(keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit). Faktor-faktor tersebut kemudian
berinteraksi dengan faktor lain seperti kompetisi, jumlah dan kualitas makanan,
umur dan tingkat kematian yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa struktur data panjang yang diambil dari lokasi berbeda
kemungkinan besar memiliki perbedaan.
Analisis kelompok umur dilakukan pada setiap pengambilan contoh ikan.
Analisis ini dilakukan untuk melihat posisi dan perubahan posisi masing-masing
kelompok ukuran panjang. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan indeks
separasi lebih dari 2 (Lampiran 8). Hal ini menunjukkan bahwa hasil pemisahan
kelompok umur ikan tembang dapat diterima dan digunakan untuk analisis
berikutnya.
Studi tentang pertumbuhan pada dasarnya merupakan penentuan ukuran
badan sebagai suatu fungsi umur (Sparre dan Venema 1999). Hasil analisis
pemisahan kelompok ukuran ikan tembang yaitu panjang rata-rata, jumlah
populasi dan indeks separasi masing-masing kelompok ukuran disajikan pada
Lampiran 8. Pergeseran ke arah kanan mengindikasikan adanya pertumbuhan
pada bulan Juni hingga Agustus. Dimana pada bulan Mei - Juni terjadi pegeseran
ke arah kiri yang berarti terjadi rekrutmen pada bulan Mei - Juni. Baginda (2006)
juga mendapatkan bahwa rekrutmen pada ikan tembang berlangsung pada bulan
Juni.
Laju pertumbuhan ikan betina lebih tinggi dibandingkan dengan laju
pertumbuhan ikan jantan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tembang betina akan
lebih cepat mencapai L∞ dibandingkan ikan jantan. Semakin cepat laju
pertumbuhannya, maka akan semakin cepat pula ikan tersebut mencapai panjang
asimptotiknya. Sesuai dengan pernyataan Sparre dan Venema (1999), semakin
rendah koefisien pertumbuhan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh
spesies tersebut untuk mendekati panjang asimptotiknya begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu diduga ikan betina akan lebih cepat mati dibandingkan ikan jantan.

23
Parameter pertumbuhan ikan tembang berbeda-beda pada beberapa hasil
penelitian (Tabel 8).
Tabel 8 Parameter pertumbuhan ikan tembang dari beberapa hasil penelitian
Sumber

Lokasi

Gabche dan Hockey (1995)
Syakila (2009)
Cressidanto (2010)
Megawati (2012)
Penelitian ini (2012)

Kribi
Teluk Palabuhanratu
Teluk Banten
Selat Sunda
Teluk Banten

Koefisien
pertumbuhan
(bulan -1)
0.48
1.07
0.59
0.26
0.49

Panjang
asimptotik (mm)
272.40
170.02
180.22
190.45
189.07

Adanya perbedaan nilai K dan L∞ dapat disebabkan oleh dua faktor yakni
faktor internal (keturunan, parasit dan penyakit) dan faktor eksternal (suhu dan
ketersediaan makanan) (Effendie 2002). Oleh karena itu, perbedaan nilai K dan
L∞ dengan ikan tembang di perairan lain seperti Kribi (Kamerun), Teluk
Palabuhanratu dan Selat Sunda diduga disebabkan oleh faktor genetik serta
kondisi lingkungan yang berbeda dengan Teluk Banten. Kondisi perairan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan (Tutupoho 2008).
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Penurunan terhadap stok disebabkan oleh dua faktor yakni mortalitas
alami dan eksploitasi spesies berupa mortalitas penangkapan. Pertumbuhan
memiliki keterkaitan terhadap laju kematian atau mortalitas. Cepatnya
pertumbuhan dan pendeknya umur ikan mengindikasikan laju kematian yang
cukup tinggi. Mortalitas alami disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya
pemangsaan, penyakit, stress, pemijahan, tingkat kelaparan dan umur, namun
faktor yang dominan adalah predasi (King 1995). Mortalitas penangkapan (fishing
mortality rate) merupakan fungsi dari upaya penangkapan (fishing effort)
mencakup jumlah dan jenis ikan, efektivitas dari alat tangkap dan waktu yang
digunakan untuk melakukan penangkapan (Landu et al. 2012).
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa ikan tembang sudah
mengalami tangkap lebih. Laju mortalitas total (Z) ikan betina lebih besar
dibandingkan dengan laju mortalitas total (Z) ikan jantan. Mortalitas alami ikan
betina juga memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan ikan jantan. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat kematian total dari ikan betina jauh lebih besar
dibandingkan ikan jantan sehingga stok terhadap ikan betina lebih rentan
dibandingkan ikan jantan.
Laju eksploitasi pada ikan betina dan jantan sudah melewati nilai optimum
sebesar 0.5 (Gulland 1971 in Pauly 1982). Hal ini menunjukkan bahwa ikan
tembang telah mengalami eksploitasi berlebih. Tingginya tingkat eksploitasi pada
ikan tembang disebabkan oleh adanya tekanan penangkapan yang sangat tinggi
terhadap stok ikan tembang di Teluk Banten. Laju eksploitasi (E) sangat
dipengaruhi oleh laju mortalitas penangkapan (F). Semakin tinggi tingkat laju
mortalitas penangkapan (F) maka akan semakin tinggi pula laju eksploitasi (E).
Akibat dari tingginya laju mortalitas penangkapan terhadap ikan tembang akan
menurunkan mortalitas alaminya. King (1995) menyatakan bahwa spesies yang
dieksploitasi akan berdampak pada tereduksinya ikan-ikan dewasa sehingga ikan-

24
ikan dewasa tersebut lebih dulu ditangkap oleh aktivitas penangkapan sebelum
sempat untuk bereproduksi. Sehingga hal tersebut mengakibatkan tidak adanya
rekrutmen yang masuk ke dalam stok dan pada akhirnya stok akan menipis
sehingga lama-kelamaan stok akan habis.
Model Produksi Surplus
Model Produksi Surplus merupakan suatu model yang mengatur ten