Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten

KAJIAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata)
DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN
DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUAN, BANTEN

NUR SIFA FAUZIYAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Stok Ikan
Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Mei 2014

Nur Sifa Fauziyah
NIM C24100067

ABSTRAK
NUR SIFA FAUZIYAH. Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di
Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan,
Banten. Dibimbing oleh MENNOFATRIA BOER dan ZAIRION.
Ikan tembang (Sardinella fimbriata) merupakan salah satu sumber daya ikan
ekonomis penting yang terdapat di perairan Selat Sunda. Nilai ekonomis yang
tinggi serta permintaan yang terus meningkat menjadikan ikan ini sebagai salah
satu target utama penangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
stok sumberdaya ikan tembang di perairan Selat Sunda yang didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten. Jumlah ikan yang diamati 636 ekor
dengan rasio kelamin ikan tembang jantan terhadap betina sebesar 1:1.2. Pola
pertumbuhan ikan tembang allometrik negatif. Panjang tubuh asimptotik ( )
ikan tembang betina dan jantan masing-masing 207.32 mm dan 175.11 mm.
Musim pemijahan diduga terjadi pada bulan Agustus dan September. Ukuran ratarata mencapai matang gonad untuk ikan tembang betina dan jantan masingmasing 163 mm dan 153 mm. Laju eksploitasi ikan tembang lebih dari 50%,

artinya telah mengalami tangkap lebih, diduga sumberdaya ikan tembang telah
mengalami growth overfishing karena lebih dari 70% ikan yang tertangkap adalah
ikan muda.
Kata kunci: ikan tembang, kajian stok, laju eksploitasi, pertumbuhan, Selat Sunda

ABSTRACT
NUR SIFA FAUZIYAH. Stock Assessment of Fringescale Sardinella (Sardinella
fimbriata) in the Sunda Strait which landed on Coastal Fishing Port of Labuan,
Banten. Guided by MENNOFATRIA BOER and ZAIRION.
Fringescale sardinella (Sardinella fimbriata) is one of the economically
important fish resources found in the Sunda Strait waters. High economic value
with the increasing demand of fish makes it as one of the main targets of capture.
This research was conducted to determine the actual condition of the fringescale
sardinella stock based on landed at Coastal Fishing Port of Labuan, Banten. The
amount of the observed fish was 636 individuals with male sex ratio of 1:1.2 to
the female. The fringescale sardinella had negative allometrik growth and female
and male asymptotic length ( ) were 207.32 mm and 175.11 mm, respectively.
Spawning season seems to be occurred in August and September. The mean size
of female and male reach sexual maturity was 163 mm and 153 mm, respectively.
Exploitation rate of the fringescale sardinella more than 50%, meaning that this

fish has an over fishing and it seem has a growth overfishing due to caught fishes
are still young more than 70%.
Keyword: fringescale sardinella, stock assesement, exploitation rate, growth,
Sunda Strait

KAJIAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata)
DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN
DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUAN, BANTEN

NUR SIFA FAUZIYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan
Selat Sunda yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai
Labuan, Banten
Nama
: Nur Sifa Fauziyah
NIM
: C24100067
Departemen : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Ir Zairion, MSc
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah
ini berjudul “Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Selat
Sunda yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten”.
Penulis mengungkapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. IPB yang telah memberikan kesempatan untuk studi di Departemen
Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
2. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak: 2013.089.521219,
Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi,

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan
judul “Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumber daya Ikan
Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi
Banten” yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer DEA
(sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia MSi (sebagai anggota
peneliti).
3. Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc sebagai pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dan masukan selama melaksanakan studi.
4. Prof Dr Ir Mennofatria Boer DEA sebagai ketua komisi pembimbing
dan Ir Zairion MSc sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini.
5. Dr Ir Rahmat Kurnia MSi selaku penguji luar komisi dan Dr Ir Niken
Tunjung Murti Pratiwi MSi selaku Ketua Komisi Pendidikan S1
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan
yang sangat berarti.
6. Keluarga; Ibu Siti Euis Sugiarty dan adik Najibah Zulfa Assadiyah.
7. Teman-teman; Made Ayu Pratiwi, Rodearni Simarmata, Eka Putra
Satria, Ridhati Utria, Addin Rayinda, Deti Inayatun, Rosilia, Raisha
Surya dan Siska Agustina serta teman-teman MSP angkatan 47 yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bentuk bantuan yang

telah diberikan.
Bogor, April 2014
Nur Sifa Fauziyah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
1
2
2
3
9
20
23
23

23
26
34

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Penentuan TKG secara morfologi menurut Cassie (1956) in
Effendie (1997)
Rasio kelamin ikan tembang berdasarkan waktu pengambilan
Contoh
Sebaran kelompok ukuran ikan tembang betina dan jantan
Parameter pertumbuhan ikan tembang betina dan jantan

Mortalitas dan laju eksploitasi ikan tembang di PPP Labuan,
Banten
Hasil tangkapan dan effort ikan tembang di PPP Labuan, Banten
Persamaan hubungan panjang dan bobot pada berbagai lokasi
Penelitian
Parameter pertumbuhan ikan tembang pada beberapa penelitian

6
10
11
15
19
19
20
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Peta lokasi pengambilan ikan contoh dari perairan Selat Sunda
yang didaratkan di PPP Labuan, Provinsi Banten
Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis di PPP Labuan, Banten
Pergeseran modus frekuensi panjang ikan tembang betina
Pergeseran modus frekuensi panjang ikan tembang jantan
Grafik hubungan panjang bobot ikan tembang betina
Grafik hubungan panjang bobot ikan tembang jantan
Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan tembang betina
Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan tembang jantan
Tingkat Kematangan Gonad ikan tembang betina
Tingkat Kematangan Gonad ikan tembang jantan
Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan tembang
Faktor kondisi ikan tembang
Analisis MSY dengan menggunakan model Fox

2
10
12
13
14
14
15
16
16
17
17
18
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Proses penentuan mortalitas total (Z) melalui kurva yang
dilinearkan berdasarkan data panjang
Uji Khi-kuadrat terhadap rasio kelamin ikan tembang
Tabel distribusi panjang pada setiap pengambilan contoh ikan
tembang betina
Tabel distribusi panjang pada setiap pengambilan contoh ikan
tembang jantan

26
28
28
29

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Hubungan panjang dan bobot ikan tembang (Sardinella
fimbriata)
Parameter pertumbuhan ikan tembang betina (Sardinella
fimbriata)
Parameter pertumbuhan ikan tembang jantan (Sardinella
fimbriata)
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan tembang betina
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan tembang jantan
Indeks Kematangan Gonad (IKG) berdasarkan bulan
pengamatan
Faktor kondisi ikan tembang betina dan jantan
Pendugaan ukuran rata-rata matang gonad ikan tembang betina
menggunakan metode Spearman-Karber
Pendugaan ukuran rata-rata matang gonad ikan tembang jantan
menggunakan metode Spearman-Karber
Mortalitas ikan tembang betina (Sardinella fimbriata)
Mortalitas ikan tembang jantan (Sardinella fimbriata)

29
29
29
30
30
30
30
31
31
32
33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan tembang (Sardinella fimbriata) merupakan salah satu sumberdaya ikan
yang berpontensi dan memiliki nilai ekonomis serta memiliki peranan penting dalam perikanan Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan tembang yang sangat baik di Indonesia adalah perairan Selat Sunda, Provinsi Banten.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan merupakan salah satu pelabuhan
perikanan di Indonesia yang cukup berkembang dan memiliki potensi perikanan
yang cukup besar. Peningkatan jumlah kapal yang melakukan operasi penangkapan dan kegiataan bongkar muat, memungkinkan PPP Labuan dijadikan sentra
pengembangan komoditas unggulan perikanan laut di wilayah perairan Selat
Sunda (Rahardjo et al. 1999).
Pentingnya sumberdaya ikan bagi kebutuhan manusia, baik untuk pemenuhan gizi maupun kegiatan perekonomian, mendorong manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan sebanyak-banyaknya, termasuk ikan tembang. Tingginya
tingkat pemanfaatan menuntut upaya pengelolaan yang baik, didasarkan pada indikator yang tepat seperti data biologi, ekologi dan sosial ekonomi masyarakat.
Salah satu indikator biologi yang harus dijadikan pertimbangan adalah aspek pertumbuhan dan biologi reproduksi. Informasi tentang aspek pertumbuhan dan reproduksi ikan tembang yang berasal dari perairan Selat Sunda telah banyak dikaji,
namun belum diintegrasikan dalam pengkajian stoknya.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mencakup kebiasaan makan
(Robiyanto 2006) dan aspek reproduksi (Shelvinawati 2012). Penelitian mengenai
kajian stok ikan tembang pernah dilakukan di Selat Sunda (Megawati 2012) dan
di Teluk Pelabuhanratu (Syakila 2009), namun belum mempertimbangkan ukuran
rata-rata matang gonad. Pada dasarnya, informasi ini sangat diperlukan dalam
pengelolaan agar keberlanjutan ikan ini dimasa mendatang dapat terwujud. Oleh
karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai ukuran matang gonad terkait dengan
aspek biologi reproduksi serta parameter dinamika populasi khususnya di perairan
Selat Sunda untuk mengetahui kondisi aktual sumberdaya tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji stok ikan tembang (Sardinella
fimbriata) yang didaratkan di PPP Labuan Banten melalui kajian parameter
dinamika populasi, yaitu: kelompok umur, pola pertumbuhan, parameter
pertumbuhan, mortalitas dan laju eksploitasi, dugaan ukuran rata-rata mencapai
matang gonad dan model produksi surplus.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah distribusi ukuran dan kematangan
gonad hasil tangkapan selama 4 bulan, volume tangkapan dan upaya tangkap
(fishing effort) tahunan pada kurun waktu 6 tahun di PPP Labuan, guna mengiden-

2
tifikasi parameter dinamika populasi, ukuran rata-rata mencapai matang gonad
dan status pemanfaatan stok.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 sampai dengan Oktober 2013 bertempat di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Gambar 1).
Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Bagian
Manajemen Sumberdaya Perikanan (MSPi), Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut Pertanian
Bogor (IPB).

Nur Sifa Fauziyah
C24100067

Gambar 1 Peta lokasi pengambilan ikan contoh dari perairan Selat Sunda yang
didaratkan di PPP Labuan, Provinsi Banten
Pengumpulan Data
Data primer ikan tembang dikumpulkan dengan menggunakan metode Penarikan Contoh Acak Sederhana (PCAS) untuk ikan-ikan yang hanya tertangkap
dari perairan Selat Sunda dan didaratkan di PPP Labuan, Provinsi Banten.
Pengambilan ikan contoh meliputi ikan-ikan yang berukuran kecil, sedang dan
besar.
Ikan contoh yang diambil disimpan di dalam cool box, selanjutnya dibawa
ke laboratorium untuk dilakukan pengukuran panjang total menggunakan pengga-

3
ris dengan skala terkecil 1 mm. Panjang tubuh individu ikan yang diukur adalah
panjang total. Pengukuran panjang total ikan dimulai dari mulut terdepan ikan
hingga ujung sirip ekor. Bobot individu ikan diukur dengan timbangan digital
yang memiliki skala terkecil 1 gram. Selanjutnya, ikan contoh dibedah menggunakan seperangkat alat bedah untuk mengetahui kondisi morfologi gonad dan perkembangannya serta jenis kelamin berdasarkan ciri seksual primer. Ikan dengan
kondisi organ tubuh lengkap (terutama gonad) didokumentasikan dengan kamera
digital.
Pengumpulan data sekunder meliputi data produksi hasil tangkapan dan
upaya penangkapan ikan tembang yang didaratkan di PPP Labuan, Banten dalam
kurun waktu 6 tahun. Informasi lainnya dilakukan melalui wawancara dengan
nelayan yang kesehariannya menangkap ikan tembang di perairan Selat Sunda.
Analisis Data
Rasio Kelamin
Rasio kelamin digunakan untuk melihat perbandingan antara jenis kelamin
ikan yang ada di perairan. Pendugaan rasio kelamin kemudian dibutuhkan sebagai
bahan pertimbangan dalam reproduksi, rekruitmen dan konservasi sumberdaya
ikan tersebut. Dalam statistika, konsep rasio adalah proporsi populasi tertentu
terhadap total populasi (Walpole 1993) yang dihitung berdasarkan:

p adalah proporsi kelamin (jantan atau betina), n adalah jumlah jenis ikan jantan
atau betina, dan N adalah jumlah total individu ikan jantan dan betina contoh
(ekor). Uji khi-kuadrat (Chi-square) digunakan untuk mengetahui keseimbangan
hubungan antara populasi betina dengan populasi jantan dalam suatu populasi
(Steel dan Torrie 1993):


χ² adalah nilai statistik khi-kuadrat untuk peubah acak yang sebaran penarikan

contohnya mengikuti sebaran khi kuadrat (Chi-square), adalah frekuensi ikan
jantan dan betina yang diamati, dan adalah frekuensi harapan ikan jantan dan
betina.
Identifikasi Kelompok Umur
Pendugaan kelompok umur dilakukan dengan menganalisis kelas-kelas
frekuensi panjang ikan dengan menggunakan Microsoft Excel, untuk menentukan
kurva sebaran normalnya. Menurut Boer (1996), jika fi adalah frekuensi ikan dalam kelas panjang ke-i (i = 1, 2, …, N), µ j adalah rata-rata panjang kelompok
umur ke-j, σj adalah simpangan baku panjang kelompok umur ke-j dan pj adalah

4
proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j = 1, 2, …, G), fungsi objektif yang digunakan untuk menduga { ̂ ̂ ̂ } adalah fungsi kemungkinan maksimum
(maximum likelihood function):





yang merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan

nilai tengah µ j dan simpangan baku σj, xi adalah titik tengah kelas panjang ke-i.
Fungsi objektif L ditentukan dengan cara mencari turunan pertama L masingmasing terhadap µ j, σj, pj sehingga diperoleh dugaan ̂ ̂ dan ̂ yang akan
digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan L∞, K dan t0.
Hubungan Panjang dan Bobot
Model pertumbuhan ikan tembang mengikuti pola hukum kubik dari 2
parameter yang dianalisis yaitu panjang dan bobot. Asumsi hukum kubik secara
ideal menyatakan bahwa untuk ikan yang bertambah panjangnya akan menyebabkan pertambahan bobotnya sampai sekitar 3 kali. Namun pada kenyataannya tidak
demikian, karena panjang dan bobot ikan berbeda untuk setiap spesies ikan, sehingga untuk menganalisis hubungan panjang bobot masing-masing spesies ikan
digunakan hubungan (Effendie1997):

W adalah bobot (gram), L adalah panjang (mm), serta a dan b adalah koefisien
perubahan bobot. Nilai a dan b diduga dari bentuk linier persamaan di atas, yaitu:

Penduga a dan b yang digunakan diperoleh dari analisis regresi linear sederhana
dengan
sebagai ordinat dan
sebagai absis, sedemikian sehingga mengikuti model regresi linear sederhana
sebagai
model observasi dan
sebagai model dugaan. Konstanta diduga
dengan:










dan konstanta
diduga dengan
̅
̅ . Selanjutnya, a dan b diperoleh
melalui hubungan b = dan a =
.
Pola hubungan panjang dan bobot dilihat dari nilai konstanta b (sebagai
penduga tingkat kedekatan hubungan kedua parameter) yaitu melalui uji hipotesis:

5
1. H0: = 3, atau ikan-ikan contoh memiliki pola hubungan isometrik,
yaitu pertambahan bobot sebanding dengan pertambahan panjangnya.
2. H1:
≠ 3, atau ikan-ikan contoh memiliki pola hubungan allometrik,
yaitu: allometrik positif (b>3) yang mengindikasikan pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang dan allometrik
negatif (b ttabel hipotesis nol (H0) dapat ditolak,
yaitu pola pertumbuhannya allometrik dan jika thitung < ttabel hipotesis nol (H0)
gagal ditolak, yaitu pola pertumbuhannya isometrik (Walpole 1993).
Plot Ford Walford
Parameter pertumbuhan diduga dengan menggunakan model pertumbuhan
von Bertalanffy (Sparre danVenema 1999):
∞[

]

Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan dan L∞ dilakukan dengan menggunakan
metode Ford Wallford yang diturunkan dari model von Bertalanffy untuk t sama
dengan t+1, sehingga persamaannya menjadi:


Lt+1 adalah panjang ikan pada saat umur t+1 (satuan waktu), L∞ adalah panjang
maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan
(per satuan waktu), dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang ikan sama
dengan nol. Jika kedua rumus di atas disubstitusikan diperoleh persamaan :
[

atau :
∞[



][
]

]

6
Persamaan terakhir di atas diduga dengan persamaan regresi linier sederhana
, dengan x = Lt sebagai absis diplotkan terhadap y = Lt+1 sebagai ordinat sehingga terbentuk kemiringan (slope) sama dengan b1 = e-K dan titik potong
dengan absis sama dengan b0 = L∞[1 – e-K]. Dengan demikian, nilai K dan L∞
diperoleh melalui hubungan:

dan


Dugaan untuk nilai t0 (umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol)
diperoleh melalui persamaan Pauly (1983) in Sparre dan Venema (1999):


t0 adalah umur pada saat panjang ikan sama dengan 0, L∞ adalah panjang asimptotik ikan (mm) dan K adalah laju pertumbuhan (mm/satuan waktu).

Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap perkembangan gonad tertentu sebelum dan sesudah ikan memijah (Effendie 1997). TKG ikan tembang
secara morfologi menggunakan klasifikasi dari modifikasi Cassie (1956) in
Effendie (1997) seperti disajikan pada Tabel 1. Tingkat kematangan gonad yang
ditentukan secara morfologi didasarkan pada bentuk, warna, ukuran, bobot gonad,
serta perkembangan isi gonad.
Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi menurut Cassie (1956) in Effendie
(1997)
TKG

Betina

Jantan

I

Ovari seperti benang, panjangnya
sampai ke depan rongga tubuh, serta
permukaannya licin
Ukuran ovari lebih besar, warna
ovari kekuning-kuningan, telur
belum terlihat jelas
Ovari berwarna kuning dan secara
morfologi telur mulai terlihat
Ovari makin besar, telur berwarna
kuning, mudah dipisahkan, butir minyak tidak tampak
Ovari berkerut, dinding tebal, butir
telur sisa terdapat didekat pelepasan

Testes seperti benang, warna jernih, dan
ujungnya terlihat di rongga tubuh

II

III
IV

V

Ukuran testes lebih besar pewarnaan
seperti susu
Permukaan testes tampak bergerigi,
warna makin putih, ukuran makin besar
Dalam keadaan diawet mudah putus,
testes semakin pejal
Testes bagian belakang kempis dan
dibagian dekat pelepasan masih berisi

7
Indeks Kematangan Gonad
Indeks Kematangan Gonad (IKG) adalah perbandingan antara bobot gonad
terhadap bobot tubuh ikan (Effendie 1997):

IKG adalah Indeks Kematangan Gonad, BG adalah bobot gonad (gram), dan BT
adalah bobot tubuh (gram).
Ukuran Rata-Rata Mencapai Matang Gonad
Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan tembang
mencapai matang gonad (M) adalah Metode Spearman-Karber yang menyatakan
bahwa logaritma ukuran rata-rata mencapai matang gonad adalah (Udupa 1986):


sehingga,

M = antilog m
dan selang kepercayaan 95% bagi log M dibatasi sebagai:




]

m adalah log panjang ikan rata-rata pada saat kematangan gonad,
adalah log
nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad, x adalah log
pertambahan panjang pada nilai tengah, adalah proporsi ikan matang gonad
pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i, adalah
jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, adalah 1 – , dan M adalah panjang ikan
rata-rata mencapai matang gonad sebesar antilog m.
Faktor Kondisi
Faktor kondisi (K) digunakan dalam mempelajari perkembangan gonad
ikan jantan maupun betina yang belum dan sudah matang gonad yang dihitung
dengan menggunakan hubungan sebagai berikut (Effendie 1997):

K adalah faktor kondisi, W adalah bobot tubuh ikan contoh (gram), L adalah
panjang total ikan contoh (mm) dan a adalah konstanta.

8
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data komposisi panjang sedemikian sehingga diperoleh hubungan:
(

)

Persamaan diatas diduga melalui persamaan regresi linear sederhana
sebagai ordinat,
sebagai absis, dan
dengan
(Lampiran 1).
Untuk laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus
empiris Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut:

M adalah mortalitas alami, L∞ adalah panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy (mm), Κ adalah koefisien pertumbuhan pada persamaan
pertumbuhan von Bertalanffy, t0 adalah umur ikan pada saat panjang sama dengan
0, dan T adalah rata-rata suhu permukaan air (oC)
Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) menyarankan untuk memperhitungkan jenis ikan yang memiliki kebiasaan menggerombol melalui penggandaan
dengan nilai 0.8 sehingga untuk spesies yang menggerombol seperti ikan tembang
nilai dugaan menjadi 20% lebih rendah, yakni:

Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan:

dan laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan laju mortalitas
penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z) (Pauly 1984):

E adalah laju eksploitasi, M adalah laju mortalitas alami, F adalah laju mortalitas
penangkapan dan Z adalah laju mortalitas total.
Model Produksi Surplus
Potensi ikan tembang dapat diduga dengan model produksi surplus yang
menganalisis hasil tangkapan (catch) dan upaya penangkapan (effort). Model
produksi surplus yang digunakan adalah model Schaefer dan model Fox. Menurut
Sparre dan Venema (1999) tingkat upaya penangkapan optimun (
) dan
tangkapan maksimum lestari (MSY) dapat diduga melalui persamaan:

9
dan
masing-masing untuk model Schaefer dan model Fox sedemikian sehingga
dugaan
masing-masing untuk Schaefer dan Fox adalah:
dan
dan tangkapan maksimum lestari (MSY) masing-masing untuk Schaefer dan Fox
adalah:
dan

a adalah perpotongan (intercept), b adalah kemiringan (slope), e adalah symbol
eksponensial, Ct adalah tangkapan tahun ke-t dan ft adalah upaya tangkap tahun
ke-t.
Model yang dipilih dari kedua model yang digunakan adalah model yang
memiliki nilai koefisien determinasi (R2) yang paling tinggi. Potensi Lestari (PL)
dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan atau Total Allowable Catch (TAC) dan
tingkat pemanfaatan sumber daya ikan dapat ditentukan dengan analisis produksi
surplus, sedemikian sehingga:
PL = 90% x MSY
dan
TAC = 80% x PL

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di PPP Labuan, Banten
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan berlokasi di Desa Teluk, Kecamatan Labuan dengan luas wilayah 15.66 km². Kecamatan Labuan merupakan salah satu kecamatan pantai di Kabupaten Pandeglang yang berpenduduk sebanyak
50814 orang dengan jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian nelayan
mencapai 42.8% dari seluruh jumlah penduduk di kabupaten ini.
Hasil tangkapan ikan di PPP Labuan pada umumnya didominasi oleh
sumberdaya ikan pelagis dengan hasil tangkapan utamanya yaitu tembang, tongkol, bambangan, julung-julung, banyar, selar, biji nangka, dan lemuru. Hasil tangkapan ikan yang paling dominan adalah ikan tembang (Sardinella fimbriata) dan

10
ikan tongkol (Euthynnus allecterates). Persentase hasil tangkapan ikan di PPP
Labuan pada tahun 2013 disajikan pada Gambar 2.
Kembung
12%

Tembang
25%

Tenggiri
6%
Lemuru
3%
Teri
4%
Julung-julung
3%
Tongkol
18%

Layang
8%
Bambangan
4%
Biji Nangka
10%

Selar
7%

Gambar 2 Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis di PPP Labuan
Sumber : Dinas PPP Labuan 2013
Rasio Kelamin
Rasio kelamin adalah perbandingan jumlah ikan jenis kelamin jantan dan
betina berdasarkan ciri seksual primer. Rasio kelamin ikan tembang disajikan
pada Tabel 2 berdasarkan waktu pengambilan contoh yang dilakukan di PPP Labuan, Banten.
Tabel 2 Rasio kelamin ikan tembang berdasarkan waktu pengambilan
contoh
Waktu Pengambilan
Contoh
07 Juli 2013
28 Juli 2013
16 Agustus 2013
06 September 2013
28 September 2013
13 Oktober 2013
Total

N
78
48
86
97
228
99
636

Jumlah
Rasio
Jantan
Betina Jantan : Betina
27
51
1.0:1.9
26
22
1.2:1.0
37
49
1.0:1.3
48
49
1.0:1.02
88
140
1.0:1.6
64
35
1.8:1.0
290
346
1.0:1.2

11
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh informasi bahwa proporsi jenis kelamin
ikan betina contoh dan ikan jantan contoh melalui analisis khi-kuadrat adalah
tidak seimbang (tidak sama dengan 1:1; p>0.05) pada semua waktu pengambilan
contoh (Lampiran 2). Jumlah ikan tembang jantan yang diamati 290 ekor,
sedangkan untuk ikan tembang betina berjumlah 346 ekor. Rasio total perbandingan ikan jantan dan betina yang diperoleh adalah 1 : 1.2 atau 46%:54%. Secara
keseluruhan rasio perbandingan total ikan tembang betina dan jantan tidak berada
pada keadaan yang seimbang (p > 0.05).
Kelompok Umur
Analisis pemisahan kelompok ukuran panjang ikan tembang menggunakan
metode NORMSEP dengan bantuan program FISAT II. Pemisahan kelompok
ukuran dilakukan untuk menduga kelompok umur yang terdapat dalam suatu stok
ikan. Gambar 3 dan Gambar 4 menyajikan hasil analisis pemisahan kelompok
umur ikan tembang betina dan jantan berdasarkan sebaran kelas frekuensi panjang
(Lampiran 3 dan Lampiran 4).
Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4, dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang ikan tembang betina pada 28 Juli 2013
sampai dengan 28 September 2013 ke arah kanan. Ikan tembang jantan mengalami pergeseran modus sebaran frekuensi panjang ke arah kanan pada 8 Juli 2013
sampai dengan 16 Agustus 2013 dan pada 28 September 2013 sampai dengan 13
Oktober 2013. Pergeseran modus frekuensi panjang ke arah kanan menandakan
adanya pertumbuhan populasi ikan tembang di perairan Selat Sunda. Hasil lengkap pemisahan kelompok umur ikan betina dan jantan pada setiap pengambilan
contoh disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran kelompok umur ikan tembang betina dan jantan
Waktu Pengambilan
Contoh

7 Juli 2013
28 Juli 2013
16 Agustus 2013

6 September 2013
28 September 2013
13 Oktober 2013

Kelompok
Umur
1
2
3
1
2
1
2
3
1
2
1
2
1
2
3

Panjang Rata-Rata
Betina
Jantan
127.65±11.262 116.03±2.51
131.54±6.31
159±2.5
124.37±2.5
129.8±4.17
136.63±8.59
149±2.5
110.01±2.5
128.18±2.5
141.92±9.1
138.14±4.1
164.63±2.5
151.78±2.56
141.18±6.94
139.74±7.06
167.56±4.92
164.48±3.34
146.54±7.84
144.15±7.71
170.44±4.81
163.29±2.5
124.41±4.78
120.98±3.69
139.96±2.5
140.74±6.14
150.79±2.5
152.96±2.5

Index Separasi
Betina
Jantan
N.A
N.A
3.508
6.217
N.A
N.A
2.211
5.76
N.A
N.A
5.144
3.018
3.661
4.097
N.A
N.A
4.449
4.758
N.A
N.A
3.78
3.751
N.A
N.A
4.267
4.022
4.335
2.828

12
40
35
30
25
20
15
10
5
112 117 122 127 132 137 142 147 152 157 162 167 172 177 182
40
35
30
25
20
15
10
5
112 117 122 127 132 137 142 147 152 157 162 167 172 177 182
40
35
30
25
20
15
10
5
112 117 122 127 132 137 142 147 152 157 162 167 172 177 182
40
35
30
25
20
15
10
5
112 117 122 127 132 137 142 147 152 157 162 167 172 177 182
40
35

)

30
25
20
15
10
5
112 117 122 127 132 137 142 147 152 157 162 167 172 177 182
40
35
30
25
20
15
10
5
112 117 122 127 132 137 142 147 152 157 162 167 172 177 182

Gambar 3 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan tembang betina

13
40
35
30
25
20
15
10
5
112 116 121 126 131 136 141 146 151 156 161 166 171 176 181
40
35
30
25
20
15
10
5
112 116 121 126 131 136 141 146 151 156 161 166 171 176 181
40
35
30
25
20
15
10
5
112 116 121 126 131 136 141 146 151 156 161 166 171 176 181
40
35
30
25
20
15
10
5
112 116 121 126 131 136 141 146 151 156 161 166 171 176 181
40
35

)

30
25
20
15
10
5
112 116 121 126 131 136 141 146 151 156 161 166 171 176 181
40
35
30
25
20
15
10
5
112 116 121 126 131 136 141 146 151 156 161 166 171 176 181

Gambar 4 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan tembang jantan

14
Hubungan Panjang Bobot
Analisis hubungan panjang bobot dengan data panjang total dan bobot basah
ikan contoh digunakan untuk melihat pola pertumbuhan individu ikan tembang
betina dan jantan di perairan Selat Sunda. Grafik hubungan panjang dan bobot
ikan tembang betina dan jantan disajikan masing-masing pada Gambar 5 dan
Gambar 6. Berdasarkan hasil analisis panjang dan bobot diketahui bahwa untuk
ikan tembang betina mengikuti persamaan W = 0.00004L2.683, sedangkan untuk
ikan tembang jantan mengikuti persamaan W = 0.00002L2.834. Berdasarkan uji t,
disimpulkan bahwa pola pertumbuhan ikan tembang adalah allometrik negatif
(b