Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit (Curcuma longa)

UPAYA PENGENDALIAN INFEKSI BAKTERI Edwardsiella tarda
PADA IKAN LELE (Clarias sp.) MENGGUNAKAN
EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa)

MUHARRAM NUR IKHSAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Upaya Pengendalian
Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan
Ekstrak Kunyit (Curcuma longa)” adalah benar merupakan hasil karya sendiri
dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
Muharram Nur Ikhsan
NIM C14090067

ABSTRAK
MUHARRAM NUR IKHSAN. Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella
tarda pada Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit (Curcuma
longa). Dibimbing oleh DINAMELLA WAHJUNINGRUM dan SUKENDA.
Peningkatan target produksi lele di Indonesia mencapai 35% untuk tahun 2013
dapat dicapai melalui produksi yang bebas dari penyakit infeksi bakterial
termasuk infeksi bakteri Edwardsiella tarda. Kunyit (Curcuma longa) telah diuji
memiliki zat aktif sebagai antibakteri, sehingga perlu diuji efektivitasnya pada
ikan lele. Tujuan penelitian ini adalah menguji penambahan ekstrak kunyit
melalui pakan terhadap infeksi bakteri E. tarda pada ikan lele. Penelitian ini
menguji metode ekstraksi terhadap kunyit segar dilanjutkan uji in vivo dengan
perlakuan pencegahan, pengobatan, dan pengendalian, juga kontrol positif dan
kontrol negatif masing-masing tiga ulangan yang dianalisa dengan metode RAL.

Hasil zona hambat terbaik yaitu pada metode dekoksi selama 15 menit dengan
diameter zona hambat 7,42 mm. Hasil uji Lethal Dosage 50 (LD50) untuk ikan
lele diperoleh pada kepadatan 106 cfu/mL. Bakteri ini menimbulkan gejala klinis
berupa pembengkakan, luka dan tukak, juga gastroentritis dan gas pada perut.
Hasil pengujian secara in vivo mendapatkan hasil terbaik parameter kelangsungan
hidup pada perlakuan pengobatan dengan 86,67%. Parameter Laju Pertumbuhan
Harian, Pertumbuhan Bobot Harian dan Pertumbuhan Panjang Mutlak tidak
menunjukkan adanya beda nyata tiap perlakuan.
Kata kunci: Edwardsiella tarda, ekstraksi, kunyit, LD 50, zona hambat

ABSTRACT
MUHARRAM NUR IKHSAN. Control Effort of Edwardsiella tarda Infection on
Catfish (Clarias sp.) Using Turmeric (Curcuma longa) Exctract. Supervised by
DINAMELLA WAHJUNINGRUM and SUKENDA.
Production target of catfish in Indonesia was up to 35% for 2013 and can be
reached by free bacteria infection production including from Edwardsiella tarda.
Turmeric (Curcuma longa) has been tested as antibacteria, and so its effectivity to
catfish must be tested. The objectives of this research was to test turmeric extract
on feed as additive to E. tarda infection on catfish. This research were test some
methods to extract turmeric and in vivo test with prevention, curative, and control

treatment, also positive and negative control three times for each test then analized
with RAL method. The best result was the extraction by decoction for 15 minutes
with 7,42 mm of inhibition zone. The bacteria density result of Lethal Dosage 50
(LD50) on catfish was 106 cfu/mL. This bacteria had some clinical signs like
swelling, hemoraghic, and body ulcer, also gastroentritis and gas captivy. The best
result of the survival rate in vivo test was the curative treatment with 86,67%.
Specific Growth Rate, Growth Rate, and Growth of Absolute Length parameters
did not differ significantly for each treatments.
Keywords: Edwardsiella tarda, extraction, turmeric, LD 50, inhibition zone

UPAYA PENGENDALIAN INFEKSI BAKTERI Edwardsiella tarda
PADA IKAN LELE (Clarias sp.) MENGGUNAKAN
EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa)

MUHARRAM NUR IKHSAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Budidaya Perairan


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada
Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit
(Curcuma longa)
Nama
: Muharram Nur Ikhsan
NIM
: C14090067
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi
Pembimbing I


Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dr Ir Sukenda, MSc
Pembimbing II

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang
berjudul ”Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada Ikan Lele
(Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit (Curcuma longa)" ini dapat
diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi dan Bapak Dr Ir Sukenda, MSc
selaku dosen pembimbing skripsi.
2. Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc selaku dosen penguji tamu dan Ibu
Yuni Puji Hastuti, Spi, MSi sebagai komisi pendidikan S1 Departemen
Budidaya Perairan.
3. Bapak drh Toha Tusihadi selaku Kepala Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan
dan Lingkungan (LP2IL), Serang, Banten, yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di instansi ini dan Bapak
Yan Evan, SPi, selaku pembimbing lapang di LP2IL, Serang, Banten,
yang telah memberikan bimbingan selama proses pengerjaan penelitian ini.
4. Keluarga tercinta, terutama untuk Papah, Mamah, mas Miftakh dan Maula,
serta seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat dan
motivasi yang tiada henti kepada penulis.
5. Bapak Robani, Ibu Dinarti, Ssi, Ibu Dita Swastika S., Spi, Bapak
Suherman, SSi, Bapak Tanjung Penataseputro, Bapak Didik, Bapak drh
Joko, Bapak Rohman, Bapak Cahyadi, Bapak Subhan, Bapak Yayan dan
keluarga, Netty, Ike, dan Dede (BDP47) serta masih banyak yang tidak
bisa disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu penulis selama

proses penelitian di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
(LP2IL), Serang, Banten.
6. Bapak Ranta, Ka Dendi, Ka Titi, Ka Lita, dan seluruh personil
Laboratorium Kesehatan Ikan, BDP, IPB.
7. Sahabat M2G (Chandra, Aya, Soya, Arli dan Yeyen), serta sahabat BDP46
(Fahrul, Orin, Ita, Nendi, Doni, Seto, Tia, Wuri dan semuanya yang tidak
bisa dituliskan satu persatu) yang telah memberikan cerita-cerita terbaik
selama masa kuliah, BDP46 Big Family is the best.
8. Saudara seperjuangan SAGA (Herul, Deni, dan Bayu), Dr Armein S. Rowi,
Nanda, Bella dan seluruh keluarga besar Perguruan Beladiri Tenaga Murni
Gerak Alam yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap hasil penelitian yang dituliskan dalam skripsi ini dapat
memberikan banyak manfaat sesuai dengan yang diharapkan.
Bogor, September 2013

Muharram Nur Ikhsan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2
METODE ............................................................................................................ 2
Waktu dan Tempat .......................................................................................... 2
Materi Uji ........................................................................................................ 2
Rancangan Percobaan ..................................................................................... 3
Prosedur Penelitian .......................................................................................... 3
Parameter Penelitian ....................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 7
Hasil ................................................................................................................ 7
Pembahasan .................................................................................................... 13
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 16
Kesimpulan ..................................................................................................... 16
Saran ............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
LAMPIRAN ........................................................................................................ 19
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 21

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8

Metode pengukuran parameter kualitas air .................................................
Karakterisasi fisik dan biokimia bakteri E. tarda .......................................
Diameter zona hambat ekstrak kunyit dengan empat metode ekstraksi .....
Kematian kumulatif dan persentase kematian LD50 bakteri E. tarda ........
Pertumbuhan ikan lele selama pemeliharaan ..............................................
Respon makan ikan lele selama pemeliharaan ............................................
Nilai kualitas air selama pemeliharaan .......................................................
Nilai parameter suhu pemeliharaan (oC) .....................................................

6
7

8
10
11
12
12
13

DAFTAR GAMBAR
1
2

3
4
5
6

Skema rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele ................................
Uji zona hambat dari empat metode ekstraksi A (kunyit-infusi), B (kunyit
-dekoksi), C (kunyit-alkohol 96%) dan D (kunyit-alkohol 70%) serta
kontrol negatif (larutan PBS) dan kontrol postif (alkohol 70%) .................

Gejala klinis pada abdominal ikan lele berupa depigmentasi kulit (A)
dan tukan (B)................................................................................................
Gejala klinis pada organ dalam ikan lele tiap perlakuan dengan
perlakuan A (pencegahan), B (pengobatan), dan C (pengendalian) ...........
Persentase kelangsungan hidup ikan lele di akhir pemeliharaan dengan
perlakuan A (pencegahan), B (pengobatan), dan C (pengendalian) ...........
Kelangsungan hidup harian ikan lele selama 7 hari pemeliharaan
setelah infeksi .............................................................................................

3

8
9
9
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil uji lanjut Duncan parameter kelangsungan hidup ..............................
Hasil uji lanjut Duncan parameter laju pertumbuhan harian .......................
Hasil uji lanjut Duncan parameter pertumbuhan bobot harian ...................
Hasil uji lanjut Duncan parameter pertumbuhan panjang mutlak................
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk data kelangsungan
hidup ............................................................................................................

19
19
19
20
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Target produksi Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2013 untuk
ikan lele sebesar 670.000 ton dengan peningkatan produksi sebesar 35% (DJPB
KKP 2013). Salah satu masalah yang dapat menimbulkan kegagalan produksi
yaitu permasalahan penyakit ikan. Irianto (2005) menyatakan bahwa penyakit
secara umum dibedakan menjadi dua yaitu penyakit infeksi dan bukan infeksi,
penyakit infeksi merupakan permasalahan utama dalam kegiatan budidaya yang
disebabkan oleh virus, bakteri, fungi dan parasit. Salah satu bakteri yang
menyerang golongan catfish termasuk ikan lele (Clarias sp.) yaitu bakteri
Edwardsiella tarda, penyebab penyakit Edwardsiellosis, Emphisematous
Putrefactive Disease of Catfish (EPDC), dan Red Pest. Bakteri ini memiliki cukup
banyak inang dan daerah penyebaran cukup luas yaitu Eropa, Thailand, Amerika
Serikat, Malaysia, Asia, Kanada, Australia, dan juga Indonesia (KEPMEN KP RI
2010).
Permasalahan penyakit infeksi bakterial dapat diatasi dengan adanya
manajemen kesehatan ikan melalui usaha pengendalian penyebaran infeksi.
Pengendalian yang biasa dilakukan yaitu dengan pemberian obat atau antibakteri
seperti bahan-bahan antibiotik melalui kegiatan pencegahan (preventive) dan
pengobatan (curative), sedangkan upaya pengendalian (control) belum banyak
digunakan untuk mengatasi permasalahan penyakit pada kegiatan budidaya.
Pencegahan merupakan suatu kegiatan pemberian obat untuk menghindari infeksi
ataupun efek dari infeksi penyakit sebelum terjadinya infeksi. Pengobatan
merupakan langkah responsif setelah kemunculan infeksi pada ikan untuk
mengurangi bahkan meniadakan efek infeksi terhadap ikan, sedangkan
pengendalian merupakan langkah pemberian obat untuk mempertahankan kondisi
ikan agar tetap dalam kondisi sehat dengan ada atau tidaknya infeksi dengan
pemberian obat setelah terjadi infeksi (Kordi 2004).
Darminto et al. (2009) menyatakan bahwa aktivitas antimikroba ternyata
juga dihasilkan oleh tumbuhan yang dikenal sebagai fitofarmaka, penggunaan
fitofarmaka di Indonesia telah lama digunakan karena melimpahnya potensi
antimikroba dari bahan alam yang lebih aman namun memiliki fungsi serta
aktivitas yang tidak kalah dari antibiotika. Obat-obatan dari bahan tanaman sudah
mulai banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan penyakit ikan seperti
bawang putih, daun jambu biji dan tanaman lainnya (Angka 2005).
Marwati et al (1996) menyatakan bahwa kunyit (Curcuma longa)
merupakan salah satu jenis tanaman temu-temuan yang memiliki banyak sekali
manfaat termasuk antibakteri, bagian dari kunyit yang seringkali dimanfaatkan
yaitu bagian rimpangnya. Pemanfaatan kunyit baik sebagai antibakteri maupun
penambah nafsu makan telah diujikan pada beberapa hewan uji, sehingga kunyit
dapat menjadi salah satu materi uji sebagai antibakteri terhadap infeksi bakterial
pada ikan lele. Upaya pengendalian infeksi bakteri E. tarda terhadap ikan lele
menggunakan ekstrak kunyit perlu diuji lebih lanjut terkait efektivitasnya dalam
kegiatan pemeliharaan.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji penambahan ekstrak kunyit pada
pakan melalui metode pencegahan, pengobatan serta pengendalian dan
menggunakan dosis berbeda terhadap infeksi bakteri E. tarda pada ikan lele.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2013, penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Bio Assay, Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL), Serang, Banten.

Materi Uji
Ikan Lele Clarias sp.
Ikan yang digunakan dalam kegiatan penelitian yaitu benih ikan lele.
Ukuran benih yang digunakan pada uji in vivo yaitu panjang total 13,47 ± 0,87 cm
dan bobot tubuh 14,02 ± 2,61 gram. Ikan yang digunakan merupakan ikan lele
stok untuk keperluan uji tantang berasal dari Lab. Bio Assay, Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang, Banten. Jumlah ikan yang
digunakan pada pengujian in vivo yaitu 10 ekor ikan per akuarium dengan jumlah
total 150 ekor ikan lele uji.
Bakteri E. tarda
Isolat bakteri E. tarda yang diujikan merupakan isolat milik Laboratorium
Mikrobiologi, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan, Serang, Banten.
Bakteri dikultur pada media Brain Heart Infusion Agar (BHIA) dan media Brain
Heart Infusion Broth (BHIB). Inkubasi kultur pada media BHIA dilakukan pada
inkubator dengan suhu sekitar 26-29 oC, sedangkan inkubasi pada media BHIB
dilakukan pada shaker dengan suhu yang sama.
Kunyit Curcuma longa
Kunyit yang diujikan sebagai fitofarmaka dalam penelitian ini merupakan
rimpang kunyit segar. Dosis ekstraksi yang dilakukan yaitu 1:10 (w/v) atau 1
gram kunyit untuk tiap 10 mL pelarut yang digunakan. Pelarut untuk ekstraksi
antara lain air, alkohol 70% serta alkohol 96%. Untuk pelarut air digunakan
metode perendaman dengan air hangat (infusi, suhu ± 70oC) dan dekoksi atau
perebusan (suhu ± 90oC) selama 15 menit, sedangkan pelarut alkohol 70% dan
96% menggunakan metode maserasi selama 24 jam.
Pakan Uji
Pakan yang digunakan yaitu pakan komersil dengan protein 30%,
pemberian pakan berdasarkan Feeding Rate sebesar 5%. Berdasarkan Mahyuddin

3
(2008), persentase pemberian pakan (Feeding Rate) untuk ikan lele dengan bobot
sekitar 15 g/ekor yaitu antara 4-6% dari bobot tubuh. Dosis pencegahan dan
pengendalian sesuai dengan modifikasi dari metode Darmawan (2008) yaitu 1:2
(v/w) yaitu setiap 1 liter ekstrak untuk 2 kg pakan, sedangkan dosis pengobatan
menggunakan 1:1 (v/w) atau setiap 1 liter ekstrak untuk 1 kg pakan.

Rancangan Percobaan
Zona hambat ekstrak kunyit dilakukan dengan menguji 4 metode ekstraksi
kunyit berbeda terhadap bakteri E. tarda pada satu cawan dengan dua kali ulangan.
Lethal Dosage 50 diujikan kepadatan bakteri 103, 105, 107 dan 109 cfu/mL pada
10 ekor ikan tiap perlakuan masing-masing dua kali ulangan. Penelitian utama
menggunakan tiga perlakuan dan dua kontrol meliputi kontrol negatif, kontrol
positif, perlakuan A (pencegahan), B (pengobatan) dan C (pengendalian) masingmasing tiga ulangan dan tiap perlakuan menggunakan 10 ekor ikan lele.
Pemeliharaan dilakukan selama 21 hari dan infeksi dilakukan pada hari ke-14.
Parameter yang diamati antara lain tingkat kelangsungan hidup, respon makan,
laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak,
kualitas air dan gejala klinis infeksi. Analisis data secara statistik dan deskriptif,
untuk statistik menggunakan analisis ANOVA dengan perangkat lunak Microsoft
Excel 2007 dan SPSS 16.0. Berikut merupakan skema rancangan percobaan
dalam penelitian utama (Gambar 1):

Gambar 1 Skema rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele

Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah, Media Air, dan Ikan Uji
Wadah berupa akuarium berukuran 30 x 50 x 50 cm sebanyak 15 unit
direndam dengan larutan CaOCl2 konsentrasi 30 ppm selama 24 jam, selanjutnya
ditambahkan larutan Na2S2O3.5H2O untuk menetralkan larutan kaporit (CaOCl2)

4
dengan aerasi kuat selama 24 jam. Akuarium, selang dan batu aerasi dibilas
dengan air. Setiap sisi akuarium ditutup dengan plastik berwarna hitam untuk
menghindari stres pada ikan lele (Widiani 2011). Air dimasukkan hingga volume
30 liter lalu sistem aerasi diatur hingga sama pada setiap akuarium dan dibiarkan
semalam sebelum ikan dimasukkan. Ikan diadaptasi dengan kondisi akuarium
selama 24 jam sebelum pengujian dimulai dengan pemberian pakan pada pagi,
siang dan malam hari.
Karakterisasi Fisik dan Biokimia Bakteri E. tarda
Isolat bakteri awal sebelum pengembalian virulensi diuji karakterisasi dan
diperoleh hasil sesuai dengan bakteri E. tarda, bakteri hasil isolasi setelah
pengembalian virulensi diuji kembali karakterisasi fisik dan biokimia untuk
memastikan bahwa bakteri yang menginfeksi dan menimbulkan gejala klinis
merupakan bakteri E. tarda. Karakter bakteri yang diamati antara lain pewarnaan
Gram, kultur suhu 4oC dan suhu 40oC, uji laktosa, uji citrate, glukosa, sukrosa,
fruktosa, dan galaktosa, uji Sulfide Indol Motility (SIM), uji urease, uji O/F, uji
katalase dan uji oksidase.
Zona Hambat Ekstrak Kunyit Terhadap Bakteri E. tarda
Zona hambat merupakan visualisasi kemampuan antibakteri dari ekstrak
kunyit segar yang diekstrak melalui empat metode ekstraksi berbeda yaitu
perlakuan A dengan infusi air hangat selama 15 menit, pelakuan B melalui
dekoksi (perebusan) kunyit selama 15 menit, perlakuan C dengan metode
maserasi alkohol 96% selama 24 jam dan perlakuan D yaitu maserasi alkohol 70%
selama 24 jam sesuai penelitian Wasilah et al. (2007). Perbandingan kunyit dan
pelarut yaitu 1:10 (w/v) sesuai dengan penelitian dari Kumar et al. (2012) yang
menggunakan perbandingan 100 mg/mL pelarut. Bakteri dengan kepadatan 109
cfu/mL disebar pada media BHIA (Brain Heart Infusion Agar), selanjutnya kertas
cakram yang telah direndam dalam ekstrak kunyit sekitar 5 menit diletakkan pada
media BHIA. Inkubasi untuk zona hambat pada suhu sekitar 26-29 oC selama 24
jam. Kuantifikasi zona hambat melalui pengukuran diameter zona hambat yang
terbentuk pada tiap perlakuan.
Pengembalian Virulensi Bakteri E. tarda Terhadap Ikan Lele (Clarias sp.)
Tahap ini dilakukan untuk mengembalikan virulensi bakteri yang
diindikasikan menurun akibat kultur pada media kultur agar. Tiap ikan lele uji
diinfeksi dengan suspensi E. tarda sebanyak 0,1 mL pada bagian intramuskular
dengan kepadatan bakteri stok 109 cfu/mL. Ikan terinfeksi bakteri E. tarda akan
menunjukkan gejala klinis seperti luka, tukak dan pendarahan, bakteri diisolasi
pada bagian luka dan dimurnikan untuk pengujian selanjutnya yang dilakukan
hingga tiga kali pengulangan.
Uji Lethal Dosage 50 (LD50) Bakteri E. tarda
Pengujian LD50 dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang dapat
mematikan setengah dari populasi ikan uji dan menyisakan setengah populasi
hidup. Kepadatan bakteri yang digunakan untuk uji LD50 yaitu 103, 105, 107 dan
109 yang diinjeksikan secara intraperitoneal pada sepuluh ikan lele dengan dua

5
kali ulangan untuk tiap kepadatan bakteri. Pengamatan dilakukan dengan
pencatatan jumlah ikan yang mati selama 72 jam (Koswara 2009).
Pemberian Pakan
Pemberian ekstrak kunyit (Curcuma longa) segar yang dicampur dengan
pakan diaplikasikan melalui metode oral pada pemeliharaan ikan Lele (Clarias
sp.), dengan perlakuan pencegahan, pengobatan, dan pengendalian terhadap
infeksi bakteri E. tarda. Jadwal pemberian pakan yaitu tiga kali dalam sehari, pagi
(07.00-08.00), siang (12.00-13.00) dan malam (19.00-20.00) WIB.
Manajemen Kualitas Air
Air yang digunakan untuk perlakuan yaitu air tanah yang ditampung dalam
tandon air tawar dan dialirkan ke laboratorium bio assay. Kualitas air diamati
setiap minggu untuk parameter Dissolved Oxygen (DO), Tingkat keasaman (pH),
nitrit dan ammonia, sedangkan untuk parameter suhu diamati setiap hari. Air
pemeliharaan disifon setiap tiga hari sekali dan dilakukan pergantian air 50%
setiap minggu setelah pengambilan sampel uji kualitas air sesuai dengan metode
dari Sartika (2011). Hasil uji dibandingkan dengan PP 82 Th 2001 tentang
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Parameter Penelitian
Penentuan Lethal Dosage 50 (LD50)
Penentuan LD50 yaitu penentuan nilai yang akan digunakan sebagai dosis
infeksi pada pengujian utama, nilai LD50 dihitung dengan metode Reed and
Muench (1938) :
m = Xi + d

50 − %Xi
%X i − 1 − %Xi

Keterangan : m
= log LD50
Xi
= log dosis kematian dibawah 50%
d
= selisih log dosis kematian di bawah 50% dan di atas 50%
%Xi = persentase kematian kumulatif dosis di bawah 50%
%X(i-1) = persentase kematian kumulatif dosis di atas 50%
LD50 = nilai interval antilog “m”
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup dapat diketahui dengan menggunakan rumus
perhitungan dari Effendie (1997), yaitu :
Tingkat Kelangsungan Hidup =
Keterangan : Nt
No

Nt
x 100%
No

= Jumlah ikan akhir (ekor)
= Jumlah ikan awal (ekor)

6
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus Huisman
(1987), yaitu :
$t
W
− 1% X 100%
α = !"
$0
W
Keterangan :

α
Wt
Wo
t

= Laju pertumbuhan harian (%)
= Bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)
= Bobot rata-rata ikan pada awal percobaan (g)
= Lama percobaan (hari)

Pertumbuhan Bobot Harian
Pertumbuhan bobot harian dihitung dengan menggunakan rumus Effendie
(1997), yaitu :
$t−W
$0
W
Pertumbuhan Bobot Harian =
t
Keterangan :

Wt
W0
t

= Bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)
= Bobot rata-rata ikan pada awal percobaan (g)
= Lama percobaan (hari)

Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus
Effendie (1997), yaitu :
Pertumbuhan Panjang Mutlak = L.t − L.0
Keterangan :

Lt
L0

= Panjang rata-rata ikan pada waktu t (cm)
= Panjang rata-rata ikan pada awal percobaan (cm)

Respon Makan dan Gejala Klinis
Respon makan diamati dengan menghitung jumlah ikan yang naik ke
permukaan untuk makan dan dicatat pada saat pemberian pakan untuk setiap
perlakuan dan ulangan, juga penimbangan sisa pakan sesuai dengan Sartika
(2011). Menurut Ibrahem et al. (2011), gejala klinis yang diamati pada organ luar
tubuh yaitu munculnya abnormalitas meliputi depigmentasi kulit, pembengkakan,
hemoragi atau pendarahan dan luka, hingga kemunculan tukak. Gejala klinis yang
diamati pada organ dalam ikan meliputi perubahan warna hati, pembengkakan
pankreas, dan kemunculan gelembung gas pada saluran pencernaan.
Parameter Kualitas Air
Alat dan metode pengukuran beberapa parameter kualitas air sebagai berikut
(Tabel 1):
Tabel 1 Metode pengukuran parameter kualitas air
No
1
2
3
4
5

Parameter
pH
Ammonia
Nitrit
DO
Suhu

Alat
pH Meter
Spektrofotometer
Spektrofotometer
DO Meter
Termometer

Satuan
mg/L NH3-N
mg/L NO2-N
mg/L
o
C

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakterisasi Fisik dan Biokimia Bakteri Edwardsiella tarda
Karakterisasi dilakukan dengan pengujian beberapa karakter bakteri
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sesuai dengan Tabel 2
berikut:
Tabel 2 Karakterisasi fisik dan biokimia bakteri E. tarda
Karakterisasi
Pewarnaan Gram
Oksidase
Katalase
Sulfide Indole Motility
O/F
Citrate Utilization
Urease
Laktosa
Glukosa
Galaktosa
Fruktosa
Sukrosa
Gelatin
Kultur 4oC
Kultur 40oC

Hasil
Uji
negatif
+
+
F1)
+
+
+
+

Lima et al.
2008
negatif
+
+
F
+
ND2)
+
ND
ND
ND

Holt et al.
1994
negatif
ND
+
ND
ND
ND
ND
ND
ND
ND
ND

Rashid et al.
1994
negatif
+
+
F
+ (60%)3)
ND
ND
+
+
ND
+

Kesesuaian
Hasil Uji















Keterangan: 1) F: Fermentatif; 2) ND: No Data; 3) Pesentase dari strain hasil positif
+: reaksi positif; -: reaksi negatif
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 2, hasil karakterisasi isolat
bakteri dengan 15 karakter bakteri E. tarda diuji dan dibandingkan dengan
karakter bakteri berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan
dilakukan pemeriksaan kesesuaian, diperoleh 14 parameter yang sesuai dan
parameter citrate kurang sesuai karena beberapa strain bakteri E. tarda memiliki
hasil positif pada penelitian Rashid et al. (1994).
Zona Hambat Ekstrak Kunyit Terhadap Bakteri Edwardsiella tarda
Diameter zona hambat dari kunyit dengan metode esktraksi berbeda
menunjukkan hasil terbaik pada metode ekstraksi B (dekoksi) dengan rataan 7,420
mm, sedangkan diameter terkecil ditunjukkan pada metode ekstraksi A dengan
tidak munculnya zona hambat. Kontrol positif menggunakan alkohol 70%
menghasilkan zona hambat 6,50 mm, sedangkan pada kontrol negatif tidak terlihat
adanya zona hambat.
Aktivitas zona hambat ekstrak kunyit dengan empat metode ekstraksi yang
berbeda ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai berikut:

8
ambat ekstrak kunyit dengan empat metode ekst
kstraksi
Tabel 3 Diameter zona ham
Diameter Zona Hambat (mm)
Ulangan
Rataan
0,00
0,00
Kontrol – (larutann P
PBS)
0,00
6,50
7,00
Kontrol + (alkohol
ol 770%)
6,00
0,00
A (kunyit - infusi)
0,00
0,00
7,42
7,80
B (kunyit - dekoksi
si)
7,00
7,38
7,25
C (kunyit - alkohol
ol 96%)
7,50
7,13
7,25
ol 70%)
D (kunyit - alkohol
7,00
Keterangan :
A
= infu
fusi dengan air hangat (± 70oC selama 15 menit)
B
= deko
ekoksi (perebusan ± 90oC selama 15 menit)
C
= mas
aserasi dengan alkohol 96% selama 24 jam
D
= mas
aserasi dengan alkohol 70% selama 24 jam
Metode Ekstra
traksi

Hasil kuantifikasi zona hambat diperoleh melalui pengukuran zona hambat
dengan pengambilan jarak
ak terpanjang dan terpendek. Perlakuan kontrol
kontr negatif
dan metode infusi diper
peroleh hasil zona hambat 0,00 mm kare
karena tidak
terbentuknya zona hambat
bat dan tumbuhnya bakteri pada bagian bawah
baw kertas
cakram. Zona hambat yang
ang terbentuk merupakan bagian zona bening
ng di sekitar
kertas cakram. Gambaran
an zona hambat ekstrak kunyit dengan empa
pat metode
ekstraksi berbeda ditunjukka
ukkan pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2 Uji zona hambat
at dari empat metode ekstraksi A (kunyit-infusi
usi),
B (kunyit-dekoks
koksi), C (kunyit-alkohol 96%) dan D (kunyitalkohol 70%) serta
ser kontrol negatif (larutan PBS) dan kontrol
rol positif
(alkohol 70%)
Gejala Klinis Infeksi Bakt
akteri E. tarda terhadap ikan lele
Gejala klinis merupa
upakan tanda yang muncul pada infeksi bebe
berapa jenis
bakteri termasuk bakteri E. tarda, pada infeksi ikan lele muncul gejala
la klinis
kl
baik
pada organ tubuh bagiann luar
lua maupun organ dalam ikan. Gambar 3 merupakan
m
gambaran kemunculan geja
gejala klinis hasil uji in vivo melalui injeksi intra
ntraperitoneal
sebanyak 0,1 mL per ekorr ikan,
i
perlakuan pencegahan tampak adanyaa tukak
tuk pada
bagian perut ikan, sedang
dangkan pada perlakuan pengobatan hanya
nya muncul
depigmentasi pada bagian
gian abdominal, ikan perlakuan pengendalian
lian muncul
hemoragi atau luka. Kontr
ntrol positif menunjukkkan luka dan kerusaka
akan bagian
abdominal, sedangkan kont
ontrol negatif tidak terlihat adanya gejala klini
klinis. Gejala
klinis pada ikan lele uji munc
uncul pada setiap ikan yang mati juga ikan yan
ang hidup.

9

(A)

(B)

Gambar 3 Gejala klinis
kli pada abdominal ikan lele berupa depigme
mentasi kulit (A)
dan tukakk (B)
(
Berdasarkan Gambar
Ga
3 dapat diketahui gejala klinis yang
ng muncul akibat
infeksi bakteri E. tarda
arda diawali dengan depigmentasi kulit atauu pe
perubahan warna
kulit akibat nekrosis
is atau
a
kematian sel dan jaringan, dilanjutkann de
dengan hemoragi
atau pendarahan dann lluka hingga menyebabkan tukak atau borok.
Gambar 4 menunj
enunjukkan gejala klinis yang muncul pada or
organ dalam ikan
uji meliputi warna hati
hat yang berbeda dengan kondisi normal pada
da kontrol negatif,
gelembung udara pada
ada saluran pencernaan, juga pembengkakann pankreas.
pa

(A/Pencegahan)
an)

(B/Pengobatan)

(Kont
ontrol Positif)

(C/Peng
engendalian)

(Kontrol Negatif)

Gambar 4 Gejala klinis
klini pada organ dalam ikan lele tiap perlakuan dengan
perlakuan
kuan A (pencegahan), B (pengobatan), dan C (pen
pengendalian)
Perlakuan kont
kontrol negatif pada Gambar 4 menunjukkann kondisi normal
organ dalam ikann lele,
l
hati yang berwarna merah, pankrea
reas, dan saluran
pencernaan yang normal,
norm sedangkan pada perlakuan lain dapat ter
terlihat warna hati
yang lebih pucat, pembengkakan
pe
pankreas, juga adanya gelem
embung gas pada
saluran pencernaan.

10
Lethal Dosage 50 (LD50) Bakteri Edwardsiella tarda
Pengujian dilakukan dengan penyuntikan intraperitoneal sebanyak 0,1 mL
tiap ikan uji dan dilakukan pengamatan selama 72 jam sehingga diperoleh hasil
yang ditunjukkan oleh Tabel 4 berikut:
Tabel 4 Kematian kumulatif dan persentase kematian LD50 bakteri E. tarda
Kumulatif

Kepadatan
Bakteri

Log
Dosis

Jumlah
Mati

Jumlah
Hidup

Mati

Hidup

Total

%
Mati

%
Hidup

103

3

2

8

2

18

20

10,00

90,00

10

5

5

4

6

6

10

16

37,50

62,50

10

7

7

6

4

12

4

16

75,00

25,00

109

9

10

0

22

0

22

100,00

0,00

Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat diketahui persentase kematian
terdekat di bawah 50% yaitu pada kepadatan bakteri 105 dengan 37,50 %,
sedangkan persentase kematian terdekat di atas 50% yaitu pada kepadatan bakteri
107 dengan 75,00%, sehingga nilai LD50 berada diantara kepadatan bakteri 105
dan 107.
Penentuan nilai LD50 dengan menggunakan metode Reed and Muench (1938):
m= 5+2

50,00 − 37,50
75,00 − 37,50

m
= 5,7
m
=6
LD50 = 106
Nilai LD50 yang akan digunakan dalam pengujian utama yaitu bakteri dengan
kepadatan 106 cfu/mL.

Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

Tingkat Kelangsungan Hidup
Persentase tingkat kelangsungan hidup pada masa akhir pemeliharaan
ditunjukkan pada Gambar 5 berikut:
100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00

96,67
86,67
76,67
60,00
43,33

a

c

Kontrol -

Kontrol +

bc

ab

abc

A
Perlakuan

B

C

Gambar 5 Persentase kelangsungan hidup ikan lele di akhir pemeliharaan dengan
perlakuan A (pencegahan), B (pengobatan), dan C (pengendalian)

11

Kelangsungan Hidup Harian (%)

Hasil perlakuan
kuan terbaik diperoleh hasil perlakuan B (pengobatan)
(pe
dan
berbeda nyata (p0,05).
Respon Makan
Respon makan
kan diamati untuk melihat respon ikan saat diberi
dibe pakan pada
tiga waktu pemberian
ian pakan yaitu pagi, siang, dan malam hari
ri selama 21 hari
pemeliharaan. Respon
pon makan ikan divisualisasikan dalam simbol
sim
“+”. Data
respon makan harian
an dikelompokkan menjadi tiga minggu dann disajikan dalam
Tabel 6 berikut:

12
Tabel 6 Respon makan ikan lele selama pemeliharaan
Perlakuan

Waktu
Pagi

Kontrol -

Siang
Malam
Pagi

Kontrol +

Siang
Malam
Pagi

A

Siang
Malam
Pagi

B

Siang
Malam
Pagi

C

Siang

Minggu ke1

2

3

++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++

++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++

++++
++++
+++
++
++
++
++
++
++
+++
+++
+++
++
++
++

Malam
Keterangan: +: 1-3 ekor; ++: 4-6 ekor; +++: 7-8 ekor; ++++: 9-10 ekor

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa respon ikan terhadap pakan yang
diberikan hingga minggu kedua pemeliharaan sebelum diuji tantang dengan
bakteri E. tarda cukup responsif, dan respon berkurang secara drastis pada
minggu terakhir pemeliharaan kecuali pada perlakuan kontrol negatif.
Kualitas Air
Data hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan ikan lele meliputi
lima parameter kualitas air antara lain kadar keasaman (pH), kelarutan oksigen
(DO), kandungan nitrit, dan kandungan amoniak. Berikut merupakan hasil
pengukuran kualitas air ditampilkan pada Tabel 7:
Tabel 7 Nilai kualitas air selama pemeliharaan
Parameter
Perlakuan
pH

DO
(mg/L)

Nitrit
(mg/L NO2-N)

Ammonia
(mg/L NH3-N)

A

6,9

6,97

0,171

0,271

B

7,1

7,46

0,546

0,065

C

7,3

7,68

0,842

0,047

Kontrol +

7,3

8,49

0,116

0,071

Kontrol 7,2
7,64
0,905
0,056
Nilai
6-9*