Formulasi Tablet Effervesen Ekstrak Temulawak (Curcuma Zanthorrhizaroxb.)

(1)

1

FORMULASI TABLET EFFERVESEN EKSTRAK

TEMULAWAK (

Curcuma zanthorrhiza

Roxb.)

SKRIPSI

Diajukan untuk

mUniversitas Sumatera Uta

OLEH:

RINI TARISMA

NIM 121524077

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2

FORMULASI TABLET EFFERVESEN EKSTRAK

TEMULAWAK (

Curcuma zanthorrhiza

Roxb.)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Diajukan untuk

mU

niversitas Sumatera Uta

OLEH:

RINI TARISMA

NIM 121524077

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

3

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI TABLET EFFERVESEN EKSTRAK

TEMULAWAK (

Curcuma zanthorrhiza

Roxb.)

OLEH: RINI TARISMA NIM 121524077

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 20 Maret 2015

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195807101986012001

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.

Pembimbing II, NIP 195011171980022001

Dra.Djendakita Purba, M.Si., Apt. Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.

NIP 195107031977102001 NIP 195406081983031005

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001 Medan, April 2015

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(4)

4

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta shalawat beriring salam untuk Rasulullah SAW sebagai suri tauladan kita. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Formulasi Tablet Effervesen Ekstrak Temulawak (Curcuma zanthorrhizaRoxb.)”

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Ibu Dra. Fat Aminah, M. Sc., Apt. selaku pembimbing I dan penasehat akademik, serta Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberi arahan serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberi kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu Staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati dan penghargaan yang sebesar-besarnya untuk kedua orang tua saya Ayahanda tersayang Tarmizi. ST dan Ibunda tercinta Ismawardani yang tiada pernah ada hentinya berdo’a dan berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan saya, juga kepada adik-adik dan teman-teman saya.


(5)

5

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.

Medan, April 2015 Penulis,

Rini Tarisma 121524077


(6)

iii

FORMULASI TABLET EFFERVESEN

EKSTRAKTEMULAWAK (

Curcuma zanthorrhiza

Roxb.)

ABSTRAK

Latar belakang:Temulawak (Curcuma zanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, sering digunakan sebagai jamu untuk meningkatkan nafsu makan. Salah satu bentuk tablet yang menyegarkan adalah dalam bentuk effervesen. Saat ini tablet effervesen dari ekstrak temulawak belum diproduksi.

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk membuat formulasi dan melihat minat konsumen terhadap tablet effervesen temulawak.

Metode:Ekstrak temulawak dibuat dengan cara perkolasi serbuk rimpang temulawak menggunakan etanol 70%. Tablet effervesen temulawak dibuat dalam tiga formula secara granulasi basah dengan memvariasikan jumlah asam dan basa. Sediaan tablet kemudian dievaluasi, yaitu pemeriksaan terhadap penampilan tablet, keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas, waktu hancur dan uji akseptabilitas yang meliputi aroma, penampilan dan rasa.

Hasil: Hasil evaluasi tablet menunjukkan bahwa uji keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas dan waktu hancur memenuhi syarat. Hasil uji akseptabilitas yang dianalisis secara statistik dengan SPSS 16 menggunakan metode Kruskal-Wallis

menunjukkan tidak terdapat perbedaan statistik yang signifikan terhadap aroma, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai P = 0,192 (P < 0,05), sedangkan untuk penampilan dan rasa dari ketiga formula menunjukkan perbedaan statistik yang signifikan dengan nilai probabilitas masing-masing 0,005 dan 0,000 (P < 0,05). Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi asam-basa dalam ketiga formula.

Kesimpulan:Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak temulawak dapat diformulasikan menjadi tablet effervesen, memenuhi syarat dan dapat diterima oleh konsumen.

Kata kunci: Curcuma zanthorrhiza Roxb., ekstrak kering temulawak, granulasi basah, tablet effervesen.


(7)

iv

FORMULATION OF EFFERVESENT TABLET CONTAINING

Curcuma zanthorrhiza

Roxb. EXTRACT

ABSTRACT

Background: Curcuma(Curcuma zanthorrhizaRoxb.) is a plantthathas manybenefits. It is often usedas aherbal medicinetoincreaseappetite. Effervesent tablet was one of freshen uptabletform. In fact, it’s not available the effervesent contained curcuma extract.

Objective: The study was conductedto create aformulationandobserve acceptability ofconsumer towardseffervesentcurcumatablets.

Methods: Curcumaextractwas made bypercolation ofcurcuma rhizomepowderusing70% of ethanol. TheEffervesent tabletof curcumawas madeinthreeformulaswerewetgranulationby varyingthe amount ofacid-base.Then were evaluated of tablets.Specifically inspectionofthe tabletappearance, uniformity of weight, hardness, friability, the time ofdisintegration and acceptability were test.

Result: The results showedthat theweight uniformity, hardness, friability, disintegration test were qualified. The results of acceptabilitywere teststatistically

analyzedbySPSS16using theKruskal-Wallis showed

nostatisticallysignificantdifference inaroma, with a P value=0.192(P <0.05), whereasforthe appearanceandtasteofthe threeformulasindicatestatistical differencessignificantwith a probability valueof each0.005and0.000(P <0.05). It isinfluencedbydifferences inthe concentration ofthe acid-base balance in the threeformulas.

Conclusion: Thecurcumaextractcan beformulated astabletseffervesent, qualified, andacceptedby consumers.

Keywords:Curcuma zanthorrhizaRoxb.,dry extractof curcuma, wetgranulation, effervesent tablet.


(8)

v

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 2

1.3.Hipotesis ... 2

1.4.Tujuan penelitian ... 3

1.5.Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Uraian Tumbuhan ... 4

2.1.1. Klasifikasi tanaman ... 4

2.1.2. Nama daerah ... 5

2.1.3. Morfologi tumbuhan ... 5

2.1.4. Kandungan kimia... 5

2.2. Ekstraksi ... 6


(9)

vi

2.2.2. Cara panas ... 7

2.3. Uraian Sediaan Tablet ... 7

2.3.1. Defenisi tablet ... 7

2.3.2. Bentuk tablet ... 9

2.3.3. Keseragaman ukuran ... 9

2.4. Tablet Effervesen... 10

2.4.1. Komposisi tablet effervesen ... 12

2.4.2. Metode pembuatan tablet effervesen ………. 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1. Alat-alat ... 16

3.2. Bahan-bahan ... 16

3.3. Penyiapan Sampel ... 16

3.3.1 Pengambilan sampel ... 17

3.3.2 Identifikasi sampel ... 17

3.3.3 Pengolahan sampel ... 17

3.4. Pembuatan Ekstrak Etanol Temulawak ... 17

3.4.1 Pemeriksaan pendahuluan ... 18

3.5. Formulasi Tablet Effervesen ... 18

3.5.1 Formula tablet effervesen ekstrak temulawak ... 18

3.5.2 Pembuatan ekstrak kering temulawak ... 19

3.5.3 Fase dalam formulasi tablet effervesen temulawak . 19 3.5.4 Fase luar formulasi tablet effervesen temulawak .... 20

3.6. Uji Preformulasi ... 20


(10)

vii

3.6.2 Penentuan waktu alir granul ... 21

3.6.3 Penentuan indeks tap ... 21

3.7. Proses Pencetakan Tablet ... 22

3.8. Evaluasi Tablet ... 22

3.8.1 Pemeriksaan penampilan tablet ... 22

3.8.2 Keseragaman ukuran ... 22

3.8.3 Keseragaman bobot ... 22

3.8.4 Kekerasan tablet ... 23

3.8.5 Friabilitas ... 23

3.8.6 Waktu hancur ... 24

3.9. Uji Hedonik ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 25

4.2. Hasil Ekstraksi Rimpang Temulawak ... 25

4.3. Hasil Uji Preformulasi ... 25

4.4. Hasil Evaluasi Tablet ... 27

4.5. Uji Hedonik ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1. Kesimpulan ... 34

5.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(11)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Formula tablet effervesen ekstrak temulawak ... 19

Tabel 3.2 Persyaratan keseragaman bobot ... 23

Tabel 4.1 Uji preformulasi dari tiga formula ... 25

Tabel 4.2 Hasil keseragaman bobot tablet ... 27


(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Histogram uji waktu alir granul ... 26

Gambar 4.2 Histogram uji sudut diam granul ... 26

Gambar 4.3 Histogram uji indeks tab granul ... 27

Gambar 4.4 Histogram uji keseragaman bobot ... 27

Gambar 4.5 Histogram uji waktu hancur tablet ... 28

Gambar 4.6 Histogram uji kekerasan tablet ... 29

Gambar 4.7 Histogram uji friabilitas tablet ... 30

Gambar 4.8 Histogram uji kesukaan terhadap aroma ... 31

Gambar 4.9 Histogram uji kesukaan terhadap penampilan ... 31


(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Hasil identifikasi tumbuhan ... 37

Lampiran 2. Gambar pohon, rimpang, simplisia dan ekstrak temulawak .. 38

Lampiran 3. Tablet effervesen temulawak ... 39

Lampiran 4. Skema kerja ekstraksi ... 40

Lampiran 5. Kerangka operasional ... 41

Lampiran 6. Perhitungan bahan tablet effervesen ... 42

Lampiran 7. Data hasil analisis statistik dengan SPSS ... 45

Lampiran 8.Kuesioner uji tingkat kesukaan tablet effervesen temulawak 47


(14)

iii

FORMULASI TABLET EFFERVESEN

EKSTRAKTEMULAWAK (

Curcuma zanthorrhiza

Roxb.)

ABSTRAK

Latar belakang:Temulawak (Curcuma zanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, sering digunakan sebagai jamu untuk meningkatkan nafsu makan. Salah satu bentuk tablet yang menyegarkan adalah dalam bentuk effervesen. Saat ini tablet effervesen dari ekstrak temulawak belum diproduksi.

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk membuat formulasi dan melihat minat konsumen terhadap tablet effervesen temulawak.

Metode:Ekstrak temulawak dibuat dengan cara perkolasi serbuk rimpang temulawak menggunakan etanol 70%. Tablet effervesen temulawak dibuat dalam tiga formula secara granulasi basah dengan memvariasikan jumlah asam dan basa. Sediaan tablet kemudian dievaluasi, yaitu pemeriksaan terhadap penampilan tablet, keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas, waktu hancur dan uji akseptabilitas yang meliputi aroma, penampilan dan rasa.

Hasil: Hasil evaluasi tablet menunjukkan bahwa uji keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas dan waktu hancur memenuhi syarat. Hasil uji akseptabilitas yang dianalisis secara statistik dengan SPSS 16 menggunakan metode Kruskal-Wallis

menunjukkan tidak terdapat perbedaan statistik yang signifikan terhadap aroma, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai P = 0,192 (P < 0,05), sedangkan untuk penampilan dan rasa dari ketiga formula menunjukkan perbedaan statistik yang signifikan dengan nilai probabilitas masing-masing 0,005 dan 0,000 (P < 0,05). Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi asam-basa dalam ketiga formula.

Kesimpulan:Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak temulawak dapat diformulasikan menjadi tablet effervesen, memenuhi syarat dan dapat diterima oleh konsumen.

Kata kunci: Curcuma zanthorrhiza Roxb., ekstrak kering temulawak, granulasi basah, tablet effervesen.


(15)

iv

FORMULATION OF EFFERVESENT TABLET CONTAINING

Curcuma zanthorrhiza

Roxb. EXTRACT

ABSTRACT

Background: Curcuma(Curcuma zanthorrhizaRoxb.) is a plantthathas manybenefits. It is often usedas aherbal medicinetoincreaseappetite. Effervesent tablet was one of freshen uptabletform. In fact, it’s not available the effervesent contained curcuma extract.

Objective: The study was conductedto create aformulationandobserve acceptability ofconsumer towardseffervesentcurcumatablets.

Methods: Curcumaextractwas made bypercolation ofcurcuma rhizomepowderusing70% of ethanol. TheEffervesent tabletof curcumawas madeinthreeformulaswerewetgranulationby varyingthe amount ofacid-base.Then were evaluated of tablets.Specifically inspectionofthe tabletappearance, uniformity of weight, hardness, friability, the time ofdisintegration and acceptability were test.

Result: The results showedthat theweight uniformity, hardness, friability, disintegration test were qualified. The results of acceptabilitywere teststatistically

analyzedbySPSS16using theKruskal-Wallis showed

nostatisticallysignificantdifference inaroma, with a P value=0.192(P <0.05), whereasforthe appearanceandtasteofthe threeformulasindicatestatistical differencessignificantwith a probability valueof each0.005and0.000(P <0.05). It isinfluencedbydifferences inthe concentration ofthe acid-base balance in the threeformulas.

Conclusion: Thecurcumaextractcan beformulated astabletseffervesent, qualified, andacceptedby consumers.

Keywords:Curcuma zanthorrhizaRoxb.,dry extractof curcuma, wetgranulation, effervesent tablet.


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar rakyat secara turun temurun. Obat tradisional mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat karena konsep back to nature yang ditawarkan memberi kesan aman dikonsumsi seluruh keluarga. Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah bahan baku yang mudah diperoleh dan harganya murah (Pudjarworo, dkk., 1992). Salah satunya adalah temulawak. Temulawak telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat karena kegunaanya yang beraneka ragam, baik sebagai jamu atau obat dengan rasa sedikit pahit (Said, 2007).

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang farmasi. Mendorong farmasis untuk membuat berbagai formulasi dari bahan alam yang acceptable atau mudah diterima di masyarakat selain kualitas lain yang tetap harus terpenuhi. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat dalam mengkonsumsi obat-obat dari bahan alam (Lestari, 2006).

Effervesen didefinisikan sebagai timbulnya gelembung gas dari cairan sebagai hasil dari reaksi kimia (Siregar dan Wikarso, 2010). Tablet effervesen dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara cepat dengan menghasilkan CO2

secara serentak, reaksi yang terjadi cukup cepat. Disamping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu (Lachman, dkk,


(17)

2

2008).Keuntungan lain dari tablet effervesen adalah lebih aman terhadap lambung (Bhattacharyyan dan Swetha, 2014).

Salah satu bentuk olahan ekstrak yang diharapkan akan lebih menarik konsumen dan menutupi rasa pahit adalah dalam bentuk effervesen. Dengan adanya kombinasi asam-basa dalam formulasi diharapkan dapat memperbaiki rasa tidak enak dari temulawak.Sejauh ini, di pasaran belum ada tablet effervesen dari ekstrak temulawak sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat formulasi dan melihat minat konsumen terhadap tablet effervesen temulawak.

1.2Perumuan Masalah

1. Apakah ekstrak temulawak dapat diformulasikan menjadi sediaan tablet effervesen?

2. Apakah tablet effervesen temulawak dapat larut sempurna sesuai dengan syarat kelarutan tablet effervesen?

3. Apakah tablet effervesen temulawak dapat diterima konsumen?

1.3Hipotesis

1. Ekstrak temulawak dapat diformulasikan menjadi tablet effervesen.

2. Tablet effervesen temulawak dapat larut sempurna sesuai dengan syarat kelarutan tablet effervesen?

3. Tablet effervesen temulawak dapat diterima oleh konsumen.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk membuat formula tablet effervesen dari ekstrak temulawak. 2. Untuk mengetahui daya larut tablet effervesen ekstrak temulawak.

3. Untuk mengetahui tingkat penerimaan pasien terhadap tablet ekstrak temulawak.


(18)

3

1.5Manfaat Penelitian

1. Dapat memformulasi ekstrak temulawak menjadi tablet effervesen.

2. Menarik minat masyarakat dalam mengosumsi temulawak dengan inovasi tablet effervesen.

3. Memberi informasi kepada pihak akademisi dan masyarakat tentang inovasi tablet effervesen ekstrak temulawak.


(19)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Temulawak berasal dari kawasan Indonesia, dan telah tersebar diseluruh nusantara.Banyak dimanfaatkan masyarakat dalam bentuk jamu dan obat lainnya. Karena temulawak hanya bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik di daratan rendah sampai pegunungan (daratan tinggi) yakni mulai 5 – 1200 m di atas permukaan laut, tumbuh liar di tempat yang agak terlindung, seperti di bawah naungan hutan jati, padang alang-alang, dan hutan belantara lainnya. Juga cocok ditanam di bawah pohon-pohon tahunan dan dibudidayakan di lahan perkarangan dan dikebun.Tumbuhan ini hidup pada berbagai jenis tanah seperti tanah liat, berpasir, tetapi untuk mendapatkan rimpang yang berkualitas baik diperlukan tanah yang subur yang mengandung banyak unsur hara (Rukmana, 1995).

2.1.1 Klasifikasi tanaman

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) memiliki tatanama sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Genus : Curcuma


(20)

5

2.1.2 Nama daerah

Nama daerah tumbuhan temulawak adalah temulawak (Jawa), temolabak (Madura), temulawak (Melayu), konenggede (Sunda) (Hariana, 2006).

2.1.3 Morfologi tumbuhan

Temulawak merupakan tanaman tahunan. Tinggi tanaman sekitar 0,5 – 2,5 m. Batangnya merupakan batang semu yang terdiri atas beberapa gabungan pangkal daun yang berpadu. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna hijau tua dengan garis-garis cokelat.

Bunga temulawak biasanya muncul dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa.Bunga berukuran pendek dan lebar, warnanya putih atau kuning muda bercampur merah.Daun pelindung bunga berukuran besar.

Rimpangnya berukuran besar dan berbentuk bulat.Rimpang induk dapat memiliki banyak cabang sehingga bentuk keseluruhan rimpang beraneka.Kulit luar rimpang berwarna cokelat kemerahan atau kuning tua. Apabila dibelah akan terlihat daging rimpang berwarna orange tua atau kecoklatan, beraroma tajam khas temulawak, dan rasa pahit. Warna rimpang cabang umumnya lebih dari pada rimpang induk (Hariana, 2006).

2.1.4 Kandungan kimia

Rimpang temulawak mengandung zat warna kuning (kurkumin), serat, pati, kalium oksalat, minyak atsiri seperti kamfer, xanthorrhizol, borneol, dan zingiberen (Hariana, 2006) dan juga mengandung saponin, flavonoida (Ditjen POM, 2000).


(21)

6

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu:

2.2.1 Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaman bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2.2.2 Cara panas


(22)

7

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada terperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari pada temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40o-50oC.

3. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infudasi

Infudasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit.

5. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit.

2.3 Uraian Sediaan Tablet 2.3.1 Defenisi tablet

Defenisi tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang dapat berfungsi sebagai bahan


(23)

8

pengisi, bahan pengembang, bahan pengikat, bahan pelicin, bahan pembasah atau bahan lain yang cocok.

Tablet merupakan jenis sediaan yang banyak digunakan sampai sekarang karena memberikan dosis yang tepat pada pemakaiannya, mudah pemakaiannya, mudah pengemasannya, stabilitas kimia dan aktifitas fisiologis dari bahan-bahan obat cukup baik (Banker dan Anderson, 1994).

Menurut Banker dan Anderson (1994), tablet yang dinyatakan baik harus memenuhi syarat, yaitu:

a. Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama proses produksi, pengemasan dan distribusi.

b. Bebas dari kerusakan seperti pecah pada permukaan dari sisi-sisi tablet. c. Dapat menjamin kestabilan fisik maupun kimia dari zat berkhasiat yang

terkandung didalamnya.

d. Dapat membebaskan zat berkhasiat dengan baik sehingga memberikan efek pengobatan seperti yang dikehendaki.

Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet. Definisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid, dibuat dengan mengempa suatu campuran serbuk yang mengandung zat aktif dengan atau tanpa bahan tanbahan atau bahan tertentu yang dipilih guna membantu dalam proses pembuatan dan untuk menciptakan sifat-sifat sediaan tablet yang dikehendaki (Siregar dan Wikarsa, 2010).


(24)

9

2.3.2 Bentuk tablet

Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan, ketebalan, dan dalam aspek lain, tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan dan metode penggunaannya.Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks.Bentuk khusus seperti kaplet, segitiga, lonjong, empat segi, dan segi enam (heksagonal) dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik lainnya.Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat punch dan lubang kempa (lesung tablet) cetakan yang didesain secara khusus. Misalnya jika punch kurang konkaf makin datar tablet yang dihasilkan. Sebaliknya punch yang semakin konkaf, semakin lebih konveks tablet yang dihasilkan.

Tablet dapat diberi monogram pada salah satu atau pada kedua permukaan tablet, tergantung keberadaan monogram pada punch bawah dan /atau punch atas yang menghasilkan monogram.

Tablet adalah sediaan solid mengandung zat aktif yang dapat diberikan secara oral dan ditelan, tablet yang hanya ditempatkan dirongga mulut tanpa ditelan, tablet oral yang dikunyah dulu lalu ditelan, atau hanya dikulum/dihisap (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.3.3 Keseragaman ukuran

Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga tebal tablet (Depkes RI, 1979).

2.4. Tablet Effervesen

Effervesen didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Sediaan effervesen merupakan salah satu sediaan farmasi yang dapat digunakan secara praktis, yaitu dengan


(25)

10

caramencampurkan tablet effervesen ke dalam air (Mohrle, 1998). Tablet effervesen merupakan sediaan yang larut dalam air.Selain zat aktif, tablet effervesen juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat.Tablet dilarutkan atau didispersi dalam air sebelum pemberian, tablet harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak untuk langsung ditelan (Depkes RI, 1995).

Tablet effervesen merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervesen atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 1989). Granul merupakan gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil dengan bentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Granul mengalir baik dibanding serbuk, dari bahan asal yang sama bentuk granul biasanya lebih stabil secara fisik dan kimia dari pada serbuknya. Granul biasanya lebih tahan terhadap pengaruh udara (Ansel, 1989). Evaluasi granul adalah suatu evaluasi terhadap bahan atau granul sebagai bahan bahan baku proses pembuatan tablet. Evaluasi granul ini sangat penting dilakukan sebelum dilakukan proses pencetakan tablet, karena sifat granul dapat berpengaruh pada tablet effervesen yang dihasilkan. Reaksi yang terjadi pada pelarutan tablet effervesen adalah reaksi antara senyawa asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan gas CO2. Gas CO2 yang

terbentuk dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa getir dapat tertutupi dengan adanya CO2 dan pemanis. Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan ketika

effervesen dilarutkan dalam air. Garam- garam effervesen biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dari pada hanya satu macam asam saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila


(26)

11

asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatan dan akan mengumpal. Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 1989). Reaksinya adalah sebagai berikut :

a. H3C6H5O7. H2O + 3NaHCO3Na2C6H5O7 + 4H2O + 3CO2

b. H2C4H4O6 + 2NaHCO3  Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

Reaksi di atas menunjukkan bahwa untuk menetralisir satu molekul asam sitrat dibutuhkan 3 molekul natrium bikarbonat (NaHCO3) sedangkan untuk

menetralisir satu molekul asam tartrat dibutuhkan 2 molekul natrium bikarbonat (NaHCO3).

Reaksi tersebut tidak diharapkan terjadi sebelum tablet effervesen dilarutkan, oleh karena itu perlu pengendalian kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan agar tetap rendah untuk mencegah penguraian dan ketidakstabilan produk. Ruang pencampuran bahan dan pencetakan yang memiliki kelembaban maksimal 25% dan suhu maksimal adalah 25oC merupakan kondisi yang baik untuk proses pembuatan tablet effervesen. Kelarutan yang tinggi dalam air merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet effervesen agar tablet dapat larut dengan cepat (Swarbrick, 2007).

Tablet effervesen memiliki beberapa keuntungan antara lain:

1. Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis yang tepat.

2. Rasa yang menyenangkan karena karbonasi membantu menutup rasa zat aktif yang tidak enak.


(27)

12

3. Tablet biasanya cukup besar memungkinkan produk dapat dikemas secara individual untuk mencegah lembab, sehingga bisa menghindari masalah kestabilan zat aktif dalam penyimpanan.

4. Mudah menggunakannya karena tablet dilarutkan terlebih dahulu dengan air baru diminum.

5. Bentuk sediaan dengan dosis terukur yang tepat.

Tablet effervesen juga memiliki beberapa kerugiaan antara lain: 1. Kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia.

2. Kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktifitas effervesen.

2.4.1 Komposisi tablet effervesen

Pada umumnya bahan baku tablet effervesen terdiri dari zat aktif dan bahan pembantu yang terdiri dari :

1. Asam sitrat

Asam sitrat bentuk anhidrat merupakan hablur bening, tidak berwarna atau serbuk habur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, memiliki rasa sangat asam, sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter dan bersifat higroskopis. Pada kelembaban relative antara 65%-75% asam sitrat menyerap kelembaban. Asam sitrat memiliki Kristal monohidrat yang akan hilang ketika dipanaskan sekitar 40-50oC (Departemen Kesehatan RI, 1995). Asam sitrat memiliki titik leleh hingga 100oC dan akan meleleh pada suhu 75oC. Asam sitrat berfungsi sebagai sumber asam pada tablet effervesen.


(28)

13 2. Asam tartrat

Asam tartrat memiliki bentuk hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai granul, warna putih tidak berbau, rasa asam, dalam bentuk serbuk asam tartrat stabil di udara. Asam tartrat sangat mudah larut dalam air, larut dalam methanol dan etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter (Departemen Kesehatan RI, 1995).

3. Natrium bikarbonat

Natrium bikarbonat merupakan serbuk hablur, putih.Stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan- lahan terurai.Natrium bikarbonat larut dalam air, tidak larut dalam etanol (Departemen Kesehatan RI, 1995).

4. Polietilen glikol 6000 (PEG 6000)

PEG 6000 berbentuk serbuk putih serta memiliki tingkat higrokopisitas yang sangat rendah dibandingkan PEG jenis lain dengan nomor yang lebih rendah (Siregar dan Wikarsa, 2010).

5. Polivinil pirolidon (PVP)

PVP banyak digunakan sebagai bahan tambahan, terutama dalam bentuk tablet oral dan tablet larut. Pengikat ini sangat cocok digunakan dalam pembuatan tablet effervesen karena mudah larut dalam air(Siregar dan Wikarsa, 2010).

6. Sakarin

Pemerian serbuk hablur; putih; tidak berbau atau agak aromatik; sangat manis. Kelarutan larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol (Depkes RI, 1995).


(29)

14 7. Mg stearat

Mg stearate digunakan sebagai lubrikan untuk mengurangi gesekan ketika bentuk sediaan padat dikeluarkan dari proses pengempaan(Siregar dan Wikarsa, 2010).

8. Maltodextrin

Maltodextrin sangat kompresibel, larut sempurna, dan mempunyai karakteristik higroskopik yang sangat rendah(Siregar dan Wikarsa, 2010).

9. Laktosa

Laktosa hidrat merupakan pengisi yang paling luas digunakan dalam formulasi sediaan tablet.Zat ini menunjukkan stabilitas yang baik dalam gabungan dengan kebanyakan zat aktif hidrat ataupun anhidrat.Laktosa hidrat mengandung kira-kira 5% air Kristal. Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif berkonsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran yang homogen (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.4.2 Metode pembuatan tablet effervesen

a. Granulasi basah

Prinsip pada pembuatan granul untuk tablet effervesen pada dasarnya sama dengan granulasi untuk tablet konvesional. Teknik granulasi basah melibatkan pencampuran bahan-bahan kering dengan cairan penggranulasi untuk menghasilkan massa yang dapat dikerjakan. Masa tersebut yang


(30)

15

mungkin bersifat plastis dan kohesif, dihaluskan sampai diperoleh distribusi ukuran partikel yang optimum dan dikeringkan untuk menghasilkan granul yang dapat dikempa (Siregar dan Wikarsa, 2010).

b. Granulasi kering

Granulasi kering dapat dikejakan dengan menggunakan peralatan pengolahan khusus yang dikenal sebagai kompaktor gulung (roller compactor). Mesin ini mengempa serbuk pracampur diantara dua rol besi tahan karat yang berputar berlawanan dibawah tekanan yang sangat kuat. Bahan yang dikempa dihaluskan menjadi ukuran yang sesuai untuk digunakan sebagai granul tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010).


(31)

16

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Penelitian ini meliputi tahapan penelitian yaitu penyiapan sampel, identifikasi sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan tablet, uji preformulasi tablet, evaluasi tablet dan uji kesukaan (tes hedonik). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Obat Tradisional dan Laboratorium Teknologi Formulasi II Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

3.1 Alat-alat

Alat yang digunakan adalah Perkolator, mesin cetak tablet Single Punch, pengukur kerapuhan tablet (Roche Friabilator), timbangan digital (Metler PM 2000), lemari pengering, ayakan Mesh 20 dan 40, stop watch (Seiko), erlenmeyer, gelas ukur, perkamen, aluminium foil, rotary evaporator, pipet tetes, oven, spatel,

beacker glass, kertas grafik, pH meter, lumpang dan alu.

3.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan adalah ekstrak temulawak (Curcuma zanthorrhiza

Roxb.), Natrium Bikarbonat, Asam Sitrat (Merck), Asam Tartrat (Merck), Polyvinylpyrrolidone K-30 (PVP K-30), Sakarin (Merck), PEG 6000, Mg Stearat,

Essence orange, Tartrazin, Maltodextrin, laktosa, akuades , etanol 70% dan etanol 96%.

3.3 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengambilan sampel, identifikasi sampel, dan pengolahan sampel.


(32)

17

3.3.1Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bagian yang digunakan adalah rimpang temulawak yaitu induk dari rimpang temulawak yang diambil dari pasar sambu Medan.

3.3.2Identifikasi sampel

Identifikasi tumbuhan dilakukan di laboratorium Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3.3Pengolahan sampel

Sampel rimpang temulawak yang masih segar dicuci bersih kemudian ditiriskan lalu disortasi basah dan ditimbang beratnya sebagai berat basah, diiris, selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering hingga kering ditandai simplisia mudah dipatahkan, kemudian ditimbang kembali sebagai berat kering kemudian diblender dan ditimbang sebagai berat serbuk simplisia. Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi etiket dan disimpan ditempat kering.

3.4 Pembuatan Ekstrak Temulawak

Rimpang temulawak kering yang telah dihaluskan, diayak, lalu ditimbang sebanyak 500 gram kemudian dimaserasi selama 3 jam dengan etanol 70%. Selanjutnya diperkolasi dengan etanol 70% sampai diperoleh warna bening dari perkolatnya. Perkolat yang diperoleh, dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian ditimbang berat ekstrak kental yang diperoleh.


(33)

18

3.4.1 Pemeriksaan pendahuluan

Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan organoleptis pemeriksaan dilakukan secara visual meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa.

3.5 Formulasi Tablet Effervesen

Dibuat tablet effervesen dengan metode granulasi basah sebanyak 3 formula yang masing- masingnya terdiri dari 100 tablet.Perbedaan ketiga formulasi ini adalah jumlah asam basa yang divariasikan.

3.5.1 Formula tablet effervesen ekstrak temulawak

R/ Ekstrak etanol temulawak 50 mg

Natrium bikarbonat X

Asam sitrat Y

Asam tartrat Z

PVP K-30 3%

Sakarin 5%

PEG 6000 2%

Mg Stearat 1%

Essence orange 2%

Tartrazin 1%

Maltodextrin 250 mg

Laktosa qs ad 2000 mg

Keterangan: X, Y, Z = Perbandingan asam basa

• X= (X1= 350, X2=380,X3= 600) • Y= (Y1= 100, Y2=1 50, Y3= 200) • Z= (Z1= 200, Z2= 250, Z3= 300)


(34)

19

Formula tablet effervesen ekstrak etanol temulawak dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 3.1 Formula tablet effervesen ekstrak temulawak

Bahan F1 (mg) F2 (mg) F3 (mg)

Ekstrak etanol temulawak 50 50 50

Natrium bikarbonat 350 380 600

Asam sitrat 100 150 200

Asam Tartrat 200 250 300

PVP K-30 60 60 60

Sakarin 100 100 100

PEG 6000 40 40 40

Mg stearat 20 20 20

Essence orange 40 40 40

Tartrazin 20 20 20

Maltodextrin 250 250 250

Laktosa 770 640 320

Total 2000 2000 2000

3.5.2 Pembuatan ekstrak kering temulawak

Sebanyak 50 mg ekstrak temulawak dikeringkan sedikit demi sedikit maltodextrinhingga 250 mgmaltodextrin, lalu disimpan dalam lemari pengering.

3.5.3 Fase dalam formulasi tablet effervesen temulawak 1. Bagian basa

Setengah bagian ekstrak kering temulawak,setengah bagian laktosa, Essence orange digerus dalam lumpang sampai homogen. Tambahkan natrium


(35)

20

bikarbonat dan setengah bagian PVP K-30, dicampur dalam lumpang hingga homogen, ditambah beberapa tetes etanol 96% sampai didapatkan konsistensi yang mudah dikepal. Massa kemudian dilewatkan melalui ayakan Mesh 20 sehingga menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering. Granul kering dilewatkan melalui ayakan Mesh 40.

2. Bagian asam

Setengah bagian ekstrak kering temulawak, setengah bagian laktosa, Essence orangedigerus dalam lumpang hingga homogen. Tambahkan asam sitrat sedikit demi sedikit sambil digerus homogen dan tambahkan asam tartrat, sakarin dan setengah bagianPVP K-30, digerus sampai homogen. Kemudian tambahkan etanol 96% sampai didapatkan konsistensi yang mudah dikepal. Massa kemudian dilewatkan melalui ayakan Mesh 20 sehingga menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering. Granul kering dilewatkan melalui ayakan Mesh 40.

3.5.4 Fase luar formulasi tablet effervesen temulawak

Fase luar terdiri dari PEG 6000 dan Mg stearat sebagai pelincir, dan tartrazin sebagai pewarna tambahan yang dicampurkan dalam bagian asam basa yang telah kering dan siap dicetak.

3.6 Uji Preformulasi

Uji preformulasi yang dilakukan adalah penentuan sudut diam granul, penentuan waktu alir granul, penentuan indeks tap.

3.6.1 Sudut diam granul


(36)

21

Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong flowmeter. Granul dimasukkan ke dalam corong, permukaannya diratakan, lalu penutup bawah corong dibuka dan dibiarkan granul mengalir melalui corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus sebagai berikut:

Rumus untuk mengukur sudut diam : TgӨ

=

2�

Ө = sudut diam

H = tinggi tumpukan granul (cm) D = diameter tumpukan granul (cm)

Syarat: 20° <θ< 40° (Cartensen, 1977).

3.6.2 Penentuan waktu alir granul

Penentuan waktu alir granul dilakukan dengan cara:

Ditimbang 100 g granul, kemudian dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai kemudian permukaannya diratakan.Penutup bawah dibuka bersamaan dengan dihidupkan stopwatch.Stopwatch dihentikan tepat pada saat granul habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya. Persyaratan dari waktu alir granul yaitu sama atau lebih kecil dari 10 detik (Voigt, 1995).

3.6.3 Penentuan indeks tap

Penentuan indeks tap dilakukan dengan cara:

Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur sampai garis tanda dan dinyatakan sebagai volume awalnya (V1), kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak 20 kali

sehingga diperoleh volume akhir (V2) yang konstan.

Indeks tap dapat dihitung dengan rumus: Indeks tap = �1−�2


(37)

22 Keterangan :

V1 = volume sebelum hentakan V2 = volume setelah hentakan

Syarat indeks tap yaitu sama atau lebih kecil dari 20% (Voigt, 1995).

3.7Proses Pencetakan Tablet

Granul kering fase dalam dari komponen asam dan komponen basa dicampur lalu ditambah fase luar dihomogenkan. Massa granul dicetak menjadi tablet dengan berat 2000 mg dan diameter penampang 20 mm.

3.8 Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet yang dilakukan adalah pemeriksaan penampilan tablet, keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas, dan waktu hancur.

3.8.1 Pemeriksaan penampilan tablet

Tablet yang dihasilkan dinilai bentuknya secara keseluruhan meliputi warna, dan keadaan permukaannya apakah halus, licin atau mengkilap serta adanya cacat tablet.

3.8.2 Keseragaman ukuran

Pemeriksaan dilakukan terhadap 20 tablet kemudian diukur ketebalan dan diameternya satu persatu dengan jangka sorong dan dirata-ratakan.

3.8.3 Keseragaman bobot

Penetapan keseragaman bobot dilakukan dengan cara:

Ditimbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet, lalu ditimbang tablet satu persatu.

Deviasi = Bobot tablet−bobot rata−rata


(38)

23

Persyaratan keseragaman bobot dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Persyaratan keseragaman bobot

Bobot rata-rata Penyimpangan terhadap bobot rata-rata

A B

25 mg atau kurang 26 mg sampai 150 mg 151 mg sampai 300 mg Lebih dari 300 mg

15% 10% 7,5% 5% 30% 20% 15% 10%

Persyaratan tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom B.

Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet dengan persyaratan: Tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A dan kolom B (Ditjen POM, 1979).

3.8.4 Kekerasan tablet

Alat: Hardness Tester (Copley)

Cara: Diambil tablet, masing-masing diletakkan pada tempat yang tersedia pada alat dengan posisi tidur, alat diatur, kemudian ditekan tombol start. Pada saat tablet pecah angka yang tertera pada layar digital dicatat. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet. Syarat kekerasan tablet yaitu: 4kg-8kg (Abu-Izza, dkk., 2009).

3.8.5 Friabilitas

Alat: Friabilator (Copley)

Cara: Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a gram). Tablet dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu alat dijalankan selama


(39)

24

4menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram). Friabilitas (F) = (a – b)/a x 100% (Sharma, dkk., 2011).

3.8.6 Waktu hancur

Satu tablet dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi aquadest 200 ml. Amati waktu yang diperlukan tablet hingga larut sempurna.

3.9 Uji Akseptabilitas

Uji akseptabilitas merupakan uji keterimaan yang merupakan uji pendahuluan terhadap suatu produk yang akan dipasarkan. Apakah produk tersebut dapat diterima konsumen atau tidak.Uji ini dilakukan dengan meminta tanggapan dari responden terhadap produk dengan beberapa kriteria.Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 responden. Responden akan diminta memberikan tanggapan terhadap ketiga formula tablet effervesen yang telah dilarutkan. Setelah dicoba kepada 30 responden, responden diminta memberikan pendapat terhadap penampilan, rasa, dan aroma dari formula berdasarkan selera panelis pada kuesioner yang tersedia.Nilai tanggapan terhadap penampilan, rasa dan aroma berdasarkan rating yang telah ditentukan. Hasilnya kemudian diuji secara statistik menggunakan program SPSS.


(40)

25

BAB IV

HASILDAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Tumbuhan yang digunakan diidentifikasi di Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan yang diteliti adalah rimpang temulawak (Curcuma zanthorriza Roxb.), suku Zingiberaceae.

4.2 Hasil Ekstraksi Rimpang Temulawak

Hasil penyarian 500 g serbuk simplisia rimpang temulawak dengan pelarut etanol 70% secara perkolasi.Diperoleh ekstrak cair yang kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator.Ekstrak kental diperoleh sebesar 125 gram.

4.3 Hasil Uji Preformulasi

Tabel 4.1 Uji preformulasi dari tiga formula

Formula Waktu Alir (detik) Sudut diam (o) Indeks tap (%)

F1 5,20 36,50 7,88

F2 5,02 36,50 9,39

F3 4,67 35,97 9,03

Berdasarkan hasil yang tercantum pada tabel diatas, hasil uji preformulasi dari ketiga formula sediaan yaitu uji waktu alir, uji indeks tab dan uji sudut diam memenuhi persyaratan.

Hasil uji waktu alir (detik), sudut diam (o) dan indeks tab(%) granul dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 berikut ini:


(41)

26

Gambar 4.1 Histogram uji waktu alir granul

Berdasarkan Gambar di atas dapat dilihat bahwa ketiga formula memenuhi persyaratan waktu alir, dimana persyaratannya menurut Voigt (1995) yaitu lebih kecil dari 10 detik.Dan formula tiga memiliki waktu alir yang paling baik diantara ketiga formula. Sifat aliran yang baik merupakan hal yang penting untuk pengisian yang seragam kedalam lubang cetak pada mesin tablet (lesung tablet) dan untuk memudahkan gerakan dan aliran granul pada proses pencetakan tablet.

Gambar 4.2 Histogram uji sudut diam granul

Uji sudut diam dari ketiga formula tersebut memenuhi persyaratan dimana Banker dan Anderson (1994),menyatakan nilai sudut diam granul berkisar antara 25o sampai 45o,dengan nilai yang rendah menunjukkan sifat karakterisasi waktu alir yang lebih baik.

4,4 4,6 4,8 5 5,2

F 1 F2 F3

Waktu Alir (detik) 5,2 5,02 4,67

Waktu Alir (detik)

35,5 36 36,5

F1 F2 F3

Sudut diam (o) 36,5 36,5 35,97


(42)

27

Gambar 4.3 Histogram uji indeks tap granul

Dari Gambar 4.3 di atas diperoleh nilai indeks tap yang bervariasi, tetapi masih memenuhi persyaratan indeks tap, dimana persyaratannya yaitu lebih kecil dari 20% (Voight, 1995). Semakin kecil nilai dari indeks tap granul, maka penyusutan volume granul yang terjadi akan semakin rendah maka semakin seragam pengisian lesung tablet pada proses pencetakan dan semakin seragam juga bobot tablet dan zat berkhasiat yang terkandung dalam tablet. Formula satu menunjukkan persentase yang lebih rendah diantara ketiga formulasi.

4.4 Hasil Evaluasi Tablet

Tabel 4.2 Hasil keseragaman bobot tablet

Keterangan F1 F2 F3

Bobot Rata-rata (mg) 1.980 1.985 1.992

A1 (%) 9,09 3,53 5,52

A2 (%) 4,54 3,03 4,02

B (%) 9,09 3,53 5,52

Gambar 4.4 Histogram uji keragaman bobot tablet

7 8 9 10

F1 F2 F3

Indeks tap (%) 7,88 9,39 9,03

Indeks tap (%)

0 5 10

F1 F2 F3

A1 (%) A2 (%) B (%)


(43)

28

Keseragaman bobot ketiga formula tablet ini memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi III (1979), dimana persyaratannya yaitu tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom A yaitu (5%) dan tidak ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom B yaitu (10%).

Hasil evaluasi waktu hancur, kekerasan dan friabilitas tablet dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Hasil evaluasi waktu hancur, kekerasan dan friabilitas

Formula Keterangan Uji

Waktu hancur (menit) Kekerasan (kg) Friabilitas (%)

F1 1,96 4,92 0,02

F2 1,72 4,32 0,70

F3 1,53 6,35 0,09

Hasil evaluasi waktu hancur, kekerasan dan friabilitas dapat dilihat pada Gambar 4.5, 4.6 dan 4.7 berikut ini:

Gambar 4.5 Histogram uji waktu hancur tablet

Berdasarkan Gambar 4.5 di atas dapat dilihat bahwa ketiga formula tablet memenuhi persyaratan. Waktu larut yang disyaratkan untuk tablet efervesen adalah

≤ 5 menit (Swarbrick, 2007). Waktu larut yang memenuhi syarat ini mungkin

dikarenakan oleh kandungan asam-basa yang besar, dimana semakin besar

0 1 2 3

F1 F2 F3

Waktu Hancur (menit)


(44)

29

kandungan asam-basa maka semakin banyak gas karbondioksida (CO2) yang

dihasilkan sehingga waktu larut yang dibutuhkan juga semakin cepat.Gas karbondioksida yang dihasilkan berfungsi sebagai disintegran atau penghancur tablet efervesen.

Gambar 4.6 Histogram uji kekerasan tablet

Berdasarkan gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa uji kekerasan pada ketiga sediaan tablet mempunyai kekerasan yang berbeda-beda, tetapi masih berada didalam rentang yang memenuhi persyaratan. Dimana menurut (Parrott,1971), persyaratan yang ditetapkan untuk kekerasan tablet yaitu 4 – 8 kg. Perbedaan ini disebabkan oleh celah antara pons atas dan pons bawah yang bervariasi pada saat pencetakan tablet. Menurut Siregar dan Wikarsa (2010), kekerasan tablet tergantung pada bobot bahan dan celah antara punch atas dan punch bawah pada waktu pengempakan tablet. Jika volume bahan atau jarak antara punch atas dan

punch bawah bervariasi, maka kekerasan dari sediaan tablet juga bervariasi.

0 2 4 6 8

F1 F2 F3

Kekerasan (Kg)


(45)

30

Gambar 4.7 Histogram uji friabilitas tablet

Berdasarkan gambar 4.7 diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji friabilitas pada ketiga sediaan tablet semuanya memenuhi persyaratan. Menurut Siregar dan Wikarsa (2010), yang menyatakan bahwa persyaratan friabilitas yaitu maksimum 1% untuk tablet konvensional.

4.5 Uji Akseptabilitas

Uji akseptabilitas tablet effervesen dilakukan dengan cara mencoba ketiga formula kepada responden, responden kemudian diminta tanggapannya terhadap formula yang telah dicoba tersebut. Tanggapan dari responden kemudian ditulis ke dalam kuesioner yang telah disediakan, responden yang digunakan sebanyak 30 responden.Adapunpenentuanjumlahsampel yang dikembangkanoleh Roscoe dalam Sugiyono (2005).Ukuransampeluntukpenelitian apabilasampeldidasarkandarikategorisepertipria-wanita, kota-desa, makajumlahanggotasetiapkategori minimal 30 orang.Pengujian kesukaan yang dilakukan meliputi penampilan, rasa dan aroma.

0 0,2 0,4 0,6 0,8

F1 F2 F3

Friabilitas (%)


(46)

31

Gambar 4.8 Histogram uji kesukaan terhadap aroma

Secara umum, berdasarkan histogram di atas menunjukkan bahwa aroma dari ketiga formula disukai oleh konsumen. Berdasarkan hasil analisis data secara statistic menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh P = 0,192 (> 0,05), hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesukaan terhadap aroma ketiga formula, artinya aroma dari ketiga formula dapat diterima oleh konsumen.

Gambar 4.9 Histogram uji kesukaan terhadap penampilan

Secara umum, berdasarkan histogram di atas menunjukkan bahwa penampilan dari ketiga formula disukai oleh konsumen. Berdasarkan hasil analisis

0 5 10 15 20 25

formula 1 formula 2 formula 3

Aroma

Sangat Suka Suka

Agak tidak suka tidak suka 0 5 10 15 20 25 30

Formula 1 Formula 2 formula 3

Penampilan

Sangat Suka Suka

agak tidak suka tidak suka


(47)

32

data secara statistik menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh P = 0,005 (< 0,05), hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan kesukaan terhadap penampilan ketiga formula. Pengujian terhadap penampilan meliputi bentuk tablet dan larutan dari tablet effervesen temulawak. Bentuk tablet juga dipengaruhi oleh ukuran, dimana tablet effervesen temulawak memiliki diameter 20 mm dan tebal 7 mm. Persyaratan keseragaman ukuran dalam farmakope III adalah kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga tebal tablet (Depkes RI, 1979). Formula dua lebih disukai, karena terlihat lebih jernih, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah asam-basa terhadap air yang digunakan.Tablet effervesen dibuat dengan menambahkan asam terhadap basa untuk membebaskan karbondioksida sehingga tablet cepat larut (El-Hassan, dkk, 2012).

Gambar. 4.10 Histogram uji kesukaan terhadap rasa

Secara umum, berdasarkan histogram diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan penerimaan terhadap rasa dari ketiga formula oleh konsumen. Berdasarkan hasil analisis data secara statistic menggunakan uji Kruskal Wallis

diperoleh P = 0,000 (< 0,05), hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan

0 5 10 15 20 25

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Rasa

Sangat Suka Suka

Agak tidak suka tidak suka


(48)

33

kesukaan terhadap rasa dari ketiga formula. Formula 1 yang diuji pada 30 responden memiliki rasa yang enak, tidak terlalu manis dan tidak pahit. Namun kurang terasa temulawak, sehingga tidak menunjukkan rasa khas dari temulawak.Sedangkan untuk formulasi 2 dan 3, rasa tidak terlalu enak, karena terasa pahit saat diminum, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah asam-basa yang yang banyak.Sehingga disarankan untuk menambahkan pemanis yang tidak pahit dan jangan dihilangkan rasa khas dari temulawak.Hal tersebut berdasarkan komentar dan saran dari kuesioner ada 30 responden.


(49)

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ekstrak etanol temulawak dapat diformulasikan menjadi sediaan tablet effervesen.

2. Ketiga formula tablet effervesen dapat terlarut sempurna yaitu ≤ 2 menit. 3. Ekstrak temulawak yang telah diformulasikan menjadi tablet effervesen

dapat menarik minat konsumen, hal tersebut berdasarkan kuesioner terhadap 30 responden.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkombinasikan atau menggantikan pemanis dengan pemanis lain seperti aspartam.


(50)

35

DAFTAR PUSTAKA

Abu-izza., Khawla, A.L., Vincent, H.L., Jee, L.P., Graham D.S., dan Matthew, K. (2009). Fast Dissolving Tablet. Dalam: Bhupendra G Prajapati and Nayan Ratnakar. A Review On Recent Patents On Fast Dissolving Drug Delivery System. International Journal of PharmTech Research.1(3): 790-798. Ansel, H.C. (1989). Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV (Farida Ibrahim,

Penerjemah).Jakarta : Universitas Indonesia Press, 214-217.

Banker, G.S., dan Anderson, N.R. (1994).Tablet. Dalam:Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jiliid II.Editor: Lachman, L Penerjemah: Siti Suyatmi, Jakarta: UI-Press. Hal. 643-703.

Bhattacharyyan, S., dan Swetha, G. (2014). Formulation and Evaluation Of Effervecent Of Ferofenadine Hydrochloride. Journal Of the Pharma Innovation. 3 (3): 1.

Cartensen, J.T. (1977). Pharmaceutical of Solid Dosage Forms. New York: A Wiley Interscience Publication John Wiley and Son. Hal. 133–135. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.(2000). Inventaris Tanaman

Obat Indonesia I. Jilid Pertama. Bakti Husada. Jakarta. Hal.85-86. Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakata: Departemen

Kesehatan RI. Hal. 7.

Ditjen POM.(1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakata: Departemen Kesehatan RI. Hal. 6-7.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Depkes RI. Jakarta. Hal.13-31.

El-hassan, A.M., Syahoub, M.E., Abdalkreem, A.M., Osman, H.M., dan Khalifa, Kamal. (2012). Design, Formulation, and Evaluation Of Senna Effervecent Tablet. Journal Of Forest Products and Industries. 1 (2): 23.

Hariana, A. (2006). Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya. Cetakan kedua.Seri 3. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal.133-136.

Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L. (2008). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 715.

Lestari, A.B.S. (2006). Optimasi Formula Granul Effervesen Ekstrak Temulawak

(Curcuma xanthorriza Roxb) dengan Kombinasi Asam Sitrat dan Asam Tartrat (Aplikasi Metode Desain Faktorial). (Karya Tulis Ilmiah). Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Hal. 25.


(51)

36

Mohrle, R. (1998). Effervesent tablet in pharmaceutical dosage form tablet. Volume I, 3rd edition.New York : Marcel Dekker Inc. Hal. 285-326. Parrot, L.(1971).Pharmaceutical Technology.Amerika: Burges Publishing

Company. United Stated of America.Hal. 82.

Pudjarworo, T., Simanjuntak, C.H.,dan Nur Indah, P. (1992). Daya Anti Mikroba Obat Tradisional Diare Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Enteropatogen. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Hal. 28.

Rangkuti, F. (1977). Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia. Hal. 54.

Rukmana, R. (1995). Temulawak Tanaman Rempah Dan Obat. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta. Hal 12-13.

Said, A. (2007).Khasiat dan Manfaat Temulawak. Jakarta: Sinar Wadja Lestari. Hal. 9 - 28.

Sharma, R., Rajput, M., Prakash, P., dan Sharma, S. (2011).Fast Disolving Delivery Sytem On review.International Journal of Pharmacy.2(10): 21–29.

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Cetakan II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 1, 2, 8, 416-418.

Sugiyono.(2005) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.Hal. 102. Swarbrik, J. (2007). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Edisi Ketiga

Volume I. USA: Pharmaceu Tech. Hal. 1454 – 1464.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Cetakan II. Penerjemah: Soedani Noerono.Yogyakarta: UGM-Press. Hal. 159.


(52)

37

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan


(53)

38

Gambar tumbuhan temulawak Gambar rimpang temulawak

Gambar simplisia temulawak

Gambar ekstrak temulawak


(54)

39 Formula 1

Formula 2

Formula 3


(55)

40 Rimpang Segar

Temulawak (1,5 kg)

Serbuk Simplisia Rimpang Temulawak

(500 g)

• Dibersihkan • Dirajang • dikeringkan

• Diperkolasi dengan etanol 70%

Ampas Ekstrak

Etanol

Ekstrak Kental Etanol 125 gram

Rotary evaporator


(56)

41


(57)

42

R/ Ekstrak etanol temulawak 50 mg

Natrium bicarbonat X

Asam sitrat Y

Asam tartrat Z

PVP K-30 3%

Sakarin 5%

PEG 6000 2%

Mg Stearat 1%

Essence orange 2%

Tartrazin 1%

Dextrin 250 mg

Laktosa qs ad 2000 mg

Keterangan: X, Y, Z = Perbandingan asam basa • Formula 1

Natrium bicarbonat 350 mg + Asam sitrat 100 mg + Asam tartrat 200 mg.

• Formula 2

Natrium bicarbonat 380 mg + Asam sitrat 150 mg + Asam tartrat 250 mg.

• Formula 3

Natrium bicarbonat 600 mg + Asam sitrat 200 mg + Asam tartrat 300 mg.


(58)

43 I. Rencana Kerja

1. Berat 1 tablet = 2000 mg

2. Diameter tablet = 20 mm

3. Metode = granulasi basah

4. Bentuk tablet = bulat pipih

II. Perhitungan Bahan

1. Ekstrak temulawak = 50 mg x 100 tablet = 5 g 2. Asam- Basa

a. Formula 1

 Natrium bicarbonat = 350 mg x 100 tablet = 35 g

 Asam sitrat = 100 mg x 100 tablet = 10 g

 Asam tartrat = 200 mg x 100 tablet = 20 g b. Formula 2

 Natrium bicarbonat = 380 mg x 100 tablet = 38 g

 Asam sitrat = 150 mg x 100 tablet = 15 g

 Asam tartrat = 250 mg x 100 tablet = 25 g c. Formula 3

 Natrium bicarbonat = 600 mg x 100 tablet = 60 g

 Asam sitrat = 200 mg x 100 tablet = 20 g

 Asam tartrat = 300 mg x 100 tablet = 30 g

3. PVP = 60 mg x 100 tablet = 6 g

4. Sakarin = 100 mg x 100 tablet = 10 g

5. PEG 6000 = 40 mg x 100 tablet = 4 g


(59)

44

6. Essent orange = 40 mg x 100 tablet = 4 g

7. Tartrazin = 20 mg x 100 tablet = 2 g

8. Mg stearat = 20 ng x 100 tablet = 2 g

9. Malto dextrin = 250 mg x 100 tablet = 25 g 10. Laktosa

 Formula 1 = 790 mg x 100 tablet = 79 g

 Formula 2 = 660 mg x 100 tablet = 66 g


(60)

45

Lampiran 7. Data hasil analisis statistik dengan SPSS Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

penampilan .273 90 .000 .800 90 .000

rasa .269 90 .000 .786 90 .000

aroma .398 90 .000 .688 90 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test

Ranks

formula N Mean Rank

penampilan f1 30 56.73

f2 30 41.57

f3 30 38.20

Total 90

Test Statisticsa,b penampilan

Chi-Square 10.514

df 2

Asymp. Sig. .005

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: formula


(61)

46

Lampiran 7. (Lanjutan) Test Statisticsa,b

rasa

Chi-Square 33.130

df 2

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: formula

Ranks

formula N Mean Rank

aroma f1 30 39.83

f2 30 48.33

f3 30 48.33

Total 90

Test Statisticsa,b aroma

Chi-Square 3.296

df 2

Asymp. Sig. .192

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: formula

Ranks

formula N Mean Rank

rasa f1 30 27.03

f2 30 46.48

f3 30 62.98


(62)

47

Lampiran 8.Kuesioner uji akseptabilitas tablet effervesen temulawak

Nama :

Usia :

Pekerjaan : Tanggal : Petunjuk:

1. Anda akan menerima 3 (tiga) sampel larutan effervesen ekstrak temulawak. 2. Sebelum mencoba, netralkan mulut anda dengan meminum air putih yang

telah tersedia.

3. Setelah mencoba formula 1 netralkan kembali mulut dengan air putih untuk mencoba formula 2, netralkan kembali mulut anda sebelum mencoba formula 3 dengan air putih.

4. Berilah tanda checklist (v) pada setiap kolom sesuai pendapat anda.

Formula I Formula II Formula III

kriteria 1 2 3 4 5 kriteria 1 2 3 4 5 kriteria 1 2 3 4 5

penampilan penampil

an

penampila n

komentar komentar komentar

saran saran saran

rasa rasa rasa

komentar komentar komentar

saran saran saran

aroma aroma aroma

komentar komentar komentar

saran saran saran

Keterangan: 1. Sangat suka 2. Suka

3. Agak tidak suka 4. Tidak suka 5. Sangat tidak suka


(63)

48

Lampiran 9. Perhitungan jumlah bahan penghancur

Jumlah Natrium Bikarbonat sebagai bahan penghancur didasarkan kepada perbandingan molekul asam dan basa yang bereaksi. Untuk menetralisasi 1 molekul asam sitrat dibutuhkan 3 molekul Na bikarbonat sedangkan untuk menetralisasi 1 molekul asam tartrat dibutuhkan 2 molekul Na bikarbonat.

Reaksi antara asam sitrat dan Na bikarbonat (1) serta asam tartrat dan Na bikarbonat (2) dapat dilihat sebagai berikut :

c. H3C6H5O7. H2O + 3NaHCO3Na2C6H5O7 + 4H2O + 3CO2

As. Sitrat Na. Bic Na. Sitrat Air Karbondioksida d. H2C4H4O6 + 2NaHCO3  Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

As. Tartrat Na. Bic Na. Sitrat Air Karbondioksida Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah Natrium Bikarbonat untuk menetralisasi asam sitrat dan asam tartrat diperoleh dari hasil perhitungan berikut :

a. Formula 1 (Asam sitrat 100 mg dan Asam tartrat 200 mg)

 Asam sitrat 100 mg As .sitrat

BM As .Sitrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 3 Na Bic = 100 mg x 84,01 x 3

210,14 = 119,9 mg ≈ 120 mg

 Asam tartrat 200 mg As .tartrat

BM As .tartrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 2 Na Bic = 200 mg x 84,01 x 3

150 ,09 = 223,8 mg ≈ 230 mg


(64)

49

Lampiran 9.( Lanjutan)

b. Formula 2 (Asam sitrat 150 mg dan Asam tartrat 250 mg)

 Asam sitrat 150 mg As .sitrat

BM As .Sitrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 3 Na Bic = 150 mg x 84,01 x 3

210,14 = 179,9 mg ≈ 180 mg

 Asam tartrat 250 mg As .tartrat

BM As .tartrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 2 Na Bic = 250 mg x 84,01 x 3

150 ,09 = 199,8 mg ≈ 200 mg

Total Na Bic = 180 mg + 200 mg = 380 mg

c. Formula 3 (Asam sitrat 200 mg dan Asam tartrat 300 mg)

 Asam sitrat 200 mg As .sitrat

BM As .Sitrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 3 Na Bic = 200 mg x 84,01 x 3

210,14 = 239, 8 mg ≈ 250 mg

 Asam tartrat 300 mg As .tartrat

BM As .tartrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 2 Na Bic = 300 mg x 84,01 x 3

150 ,09 = 335,8 mg ≈ 350 mg


(1)

44

6. Essent orange = 40 mg x 100 tablet = 4 g

7. Tartrazin = 20 mg x 100 tablet = 2 g

8. Mg stearat = 20 ng x 100 tablet = 2 g

9. Malto dextrin = 250 mg x 100 tablet = 25 g 10. Laktosa

 Formula 1 = 790 mg x 100 tablet = 79 g

 Formula 2 = 660 mg x 100 tablet = 66 g


(2)

45

Lampiran 7. Data hasil analisis statistik dengan SPSS Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

penampilan .273 90 .000 .800 90 .000

rasa .269 90 .000 .786 90 .000

aroma .398 90 .000 .688 90 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks

formula N Mean Rank

penampilan f1 30 56.73

f2 30 41.57

f3 30 38.20

Total 90

Test Statisticsa,b

penampilan

Chi-Square 10.514

df 2

Asymp. Sig. .005

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: formula


(3)

46

Lampiran 7. (Lanjutan) Test Statisticsa,b

rasa Chi-Square 33.130

df 2

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: formula

Ranks

formula N Mean Rank

aroma f1 30 39.83

f2 30 48.33

f3 30 48.33

Total 90

Test Statisticsa,b

aroma

Chi-Square 3.296

df 2

Asymp. Sig. .192

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: formula

Ranks

formula N Mean Rank

rasa f1 30 27.03

f2 30 46.48

f3 30 62.98


(4)

47

Lampiran 8.Kuesioner uji akseptabilitas tablet effervesen temulawak

Nama :

Usia :

Pekerjaan : Tanggal : Petunjuk:

1. Anda akan menerima 3 (tiga) sampel larutan effervesen ekstrak temulawak. 2. Sebelum mencoba, netralkan mulut anda dengan meminum air putih yang

telah tersedia.

3. Setelah mencoba formula 1 netralkan kembali mulut dengan air putih untuk mencoba formula 2, netralkan kembali mulut anda sebelum mencoba formula 3 dengan air putih.

4. Berilah tanda checklist (v) pada setiap kolom sesuai pendapat anda.

Formula I Formula II Formula III

kriteria 1 2 3 4 5 kriteria 1 2 3 4 5 kriteria 1 2 3 4 5

penampilan penampil

an

penampila n

komentar komentar komentar

saran saran saran

rasa rasa rasa

komentar komentar komentar

saran saran saran

aroma aroma aroma

komentar komentar komentar

saran saran saran

Keterangan: 1. Sangat suka 2. Suka

3. Agak tidak suka 4. Tidak suka 5. Sangat tidak suka


(5)

48

Lampiran 9. Perhitungan jumlah bahan penghancur

Jumlah Natrium Bikarbonat sebagai bahan penghancur didasarkan kepada perbandingan molekul asam dan basa yang bereaksi. Untuk menetralisasi 1 molekul asam sitrat dibutuhkan 3 molekul Na bikarbonat sedangkan untuk menetralisasi 1 molekul asam tartrat dibutuhkan 2 molekul Na bikarbonat.

Reaksi antara asam sitrat dan Na bikarbonat (1) serta asam tartrat dan Na bikarbonat (2) dapat dilihat sebagai berikut :

c. H3C6H5O7. H2O + 3NaHCO3Na2C6H5O7 + 4H2O + 3CO2

As. Sitrat Na. Bic Na. Sitrat Air Karbondioksida d. H2C4H4O6 + 2NaHCO3  Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

As. Tartrat Na. Bic Na. Sitrat Air Karbondioksida Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah Natrium Bikarbonat untuk menetralisasi asam sitrat dan asam tartrat diperoleh dari hasil perhitungan berikut :

a. Formula 1 (Asam sitrat 100 mg dan Asam tartrat 200 mg)

 Asam sitrat 100 mg As .sitrat

BM As .Sitrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 3 Na Bic = 100 mg x 84,01 x 3

210,14 = 119,9 mg ≈ 120 mg

 Asam tartrat 200 mg As .tartrat

BM As .tartrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 2 Na Bic = 200 mg x 84,01 x 3

150 ,09 = 223,8 mg ≈ 230 mg


(6)

49 Lampiran 9.( Lanjutan)

b. Formula 2 (Asam sitrat 150 mg dan Asam tartrat 250 mg)

 Asam sitrat 150 mg As .sitrat

BM As .Sitrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 3 Na Bic = 150 mg x 84,01 x 3

210,14 = 179,9 mg ≈ 180 mg

 Asam tartrat 250 mg As .tartrat

BM As .tartrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 2 Na Bic = 250 mg x 84,01 x 3

150 ,09 = 199,8 mg ≈ 200 mg

Total Na Bic = 180 mg + 200 mg = 380 mg

c. Formula 3 (Asam sitrat 200 mg dan Asam tartrat 300 mg)

 Asam sitrat 200 mg As .sitrat

BM As .Sitrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 3 Na Bic = 200 mg x 84,01 x 3

210,14 = 239, 8 mg ≈ 250 mg

 Asam tartrat 300 mg As .tartrat

BM As .tartrat

=

X Na Bic BM Na .bic x 2 Na Bic = 300 mg x 84,01 x 3

150 ,09 = 335,8 mg ≈ 350 mg