Keragaan dan Pendapatan Usahatani Padi Program SLPTT dan Non Program SLPTT di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur

KERAGAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI
PROGRAM SLPTT DAN NON PROGRAM SLPTT DI DESA
SUKARATU, KECAMATAN GEKBRONG, KABUPATEN
CIANJUR

AGATHA KINANTHI TIOMINAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan dan
Pendapatan Usahatani Padi Program SLPTT dan Non Program SLPTT di Desa
Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Agatha Kinanthi Tiominar
H34090033

ABSTRAK
AGATHA KINANTHI TIOMINAR. Keragaan dan Pendapatan Usahatani Padi
Program SLPTT dan Non Program SLPTT di Desa Sukaratu, Kecamatan
Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT
ADHI.
Beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari tingkat konsumsi beras yang mencapai 102 kg per kapita. Pemerintah
mengeluarkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) sebagai bentuk
implementasi program tersebut. Desa Sukaratu merupakan salah satu produsen beras

yang mendapatkan bantuan program SLPTT pada tahun 2012. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan keragaan usahatani padi di Desa Sukaratu, mengevaluasi
pelaksanaan program SLPTT di Desa Sukaratu, dan menganalisis pendapatan
usahatani padi program SLPTT dan non program SLPTT di Desa Sukaratu. Penelitian
dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara kepada petani responden di
Desa Sukaratu melalui metode cluster sampling, sensus, dan simple random
sampling. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas dan pendapatan atas biaya total
dari usahatani padi program SLPTT adalah 6.00 ton per hektar dan Rp 9 382 641,
angka ini lebih tinggi daripada non program SLPTT yaitu 5.17 ton per hektar and Rp
6 538 504. Usahatani padi program SLPTT lebih efisien daripada non program
SLPTT dengan rasio R/C atas biaya total masing-masing sebesar 1.87 and 1.66.
Kata kunci: R/C, SLPTT, usahatani padi

ABSTRACT
AGATHA KINANTHI TIOMINAR. SLPTT Program and Non SLPTT Program
Rice Farm Business Management and Performance Analysis in Sukaratu Village,
Gekbrong Subdistrict, Cianjur Regency. Supervised by ANDRIYONO KILAT
ADHI.
Rice is the staple food for Indonesia. This can be indicated from the high rice
consumption number, which is 102 kg per capita. Government has released Program

Peningkatan Produksi Bears Nasional (P2BN) with Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SLPTT) as its instruments. Sukaratu village is one of the rice
producers which have received the SLPTT program on year 2012. This study analyses
the performance of rice farming of SLPTT and non SLPTT program, evaluates the
implementation of SLPTT program in Sukaratu village, and analyses the income of
rice farm business from SLPTT and non SLPTT program. The data were collected by
direct structured interview with the rice farmers in Sukaratu Village. The result shows
that the yield and the income of rice farm business from SLPTT program are 6.00 ton
per ha and Rp 9 382 641, these numbers are higher than the non SLPTT program
which are 5.17 ton per ha and Rp 6 538 504. Rice farm business from SLPTT
program is more efficient than the non SLPTT program according to the R/C above
total cost ratio which are 1.87 and 1.66.

Keywords: rice farming business, R/C, SLPTT

KERAGAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI
PROGRAM SLPTT DAN NON PROGRAM SLPTT DI DESA
SUKARATU, KECAMATAN GEKBRONG, KABUPATEN
CIANJUR


AGATHA KINANTHI TIOMINAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Keragaan dan Pendapatan Usahatani Padi Program SLPTT

dan Non Program SLPTT di Desa Sukaratu, Kecamatan
Gekbrong, Kabupaten Cianjur
: Agatha Kinanthi Tiominar
: H34090033

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 ini ialah usahatani,
dengan judul Keragaan dan Pendapatan Usahatani Padi Program SLPTT dan
Non Program SLPTT di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten
Cianjur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
selaku dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir
Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Anita, SP, MSi selaku
dosen penguji Departemen Agribisnis. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Diana Lestari yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar hasil
penelitian ini dan Wiggo Windy, SE, keluarga Om Teguh, dan keluarga Umi yang
telah banyak membantu penulis selama penelitian. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Yayat Duriat dan Bapak Nasep Sudrajat dari
Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan
Gekbrong, Bapak Onih dari Kelompok Tani Citamiang, serta Bapak Papih dari
Kelompok Tani Cibeleng yang telah membantu selama pengumpulan data.
Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Dwi Rachmina,
MSi atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan salam semangat dan terima
kasih atas segala dukungan dari rekan-rekan Agribisnis 46 IPB, keluarga IAAS

IPB, dan Kemaki IPB.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

Agatha Kinanthi Tiominar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Padi
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu

(SLPTT)
Tinjauan Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Usahatani
Efisiensi Pendapatan Usahatani
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penentuan Sampel
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Biaya Usahatani
Analisis Penerimaan Usahatani
Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani
GAMBARAN UMUM KEADAAN DAERAH PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Sukaratu
Karakteristik Petani Responden
Usia Petani

Tingkat Pendidikan
Pengalaman Berusahatani
Luas Lahan Garapan Petani
Status Kepemilikan Lahan
KERAGAAN USAHATANI PADI DI DESA SUKARATU

x
xi
xi
1
1
2
3
3
3
4

4
5
7

8

8
8
10
10
11
12
12
12
12
13
13
13
14
15
15
18
18
19

19
20
21
22

Keragaan Usahatani Padi
Kendala yang Dihadapi dalam Usahatani Padi
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SLPTT DI DESA
SUKARATU
Mekanisme Pelaksanaan Program SLPTT di Desa Sukaratu
Pelaksanaan Program SLPTT di Desa Sukaratu
Manfaat yang Diperoleh dari SLPTT di Desa Sukaratu
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI PROGRAM PTT DAN
NON PROGRAM PTT DI DESA SUKARATU
Penerimaan Usahatani
Struktur Biaya Usahatani
Biaya Tunai
Biaya yang Diperhitungkan
Pendapatan Usahatani
Efisiensi Usahatani
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

22
27
28
28
29
40
41
41
42
43
47
49
51
51
51
52
52
54

DAFTAR TABEL
1 Produktivitas padi di Indonesia 2007 – 2012
1
2 Volume dan nilai impor beras oleh Indonesia 2011 – 2012
2
3 Perhitungan Usahatani dan Nilai R/C Rasio
15
4 Keadaan Penduduk Desa Sukaratu Menurut Mata Pencaharian
16
5 Jenis Penggunaan Lahan di Desa Sukaratu tahun 2009
17
6 Luas panen dan produksi komoditas pertanian, peternakan
17
7 Karakteristik petani responden berdasarkan kelompok usia petani
18
8 Karakteristik petani responden berdasarkan tingkat pendidikan
19
9 Karakteristik petani responden berdasarkan pengalaman berusahatani
20
10 Karakteristik petani responden berdasarkan luas lahan sawah garapan
20
11 Karakteristik petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan
21
12 Penggunaan benih Varietas Unggul Baru petani padi program SLPTT dan
non SLPTT di Desa Sukaratu
30
13 Penggunaan benih bermutu dan berlabel oleh petani padi program SLPTT
dan non program SLPTT di Desa Sukaratu
31
14 Penggunaan pupuk organik dan jerami oleh petani padi program SLPTT dan
non program SLPTT di Desa Sukaratu
33
15 Jumlah pemupukan yang dilakukan oleh petani padi program SLPTT dan
non program SLPTT di Desa Sukaratu
34

16 Penggunaan pestisida organik dan kimiawi oleh petani padi programdan non
program SLPTT di Desa Sukaratu
35
17 Jumlah penyemprotan yang dilakukan oleh petani padi program SLPTT dan
non program SLPTT di Desa Sukaratu
36
18 Tingkat penggunaan bibit muda oleh petani padi program SLPTT dan non
program SLPTT di Desa Sukaratu
37
19 Jumlah bibit yang ditanam per lubang oleh petani padi program SLPTT dan
non program SLPTT di Desa Sukaratu
37
20 Tingkat pelaksanaan cara tanam jajar legowo oleh petani padi program
SLPTT dan non program SLPTT di Desa Sukaratu
39
21 Jumlah petani padi program SLPTT dan non program SLPTT di Desa
Sukaratu
39
22 Penerimaan usahatani padi program SLPTT dan non program SLPTT di
Desa Sukaratu
42
23 Biaya benih usahatani padi program SLPTT dan non program SLPTT di
Desa Sukaratu
43
24 Biaya tunai yang dikeluarkan dalam usahatani padi program SLPTT dan non
program SLPTT di Desa Sukaratu
46
25 Biaya yang diperhitungkan usahatani padi non program SLPTT di Desa
Sukaratu
48
26 Biaya yang diperhitungkan usahatani padi program SLPTT di Desa Sukaratu 48
27 Pendapatan dan efisiensi usahatani padi program SLPTT dan non program
SLPTT di Desa Sukaratu
50

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran operasional
2 Kegiatan pengembalian jerami ke sawah
3 Membajak sawah dengan traktor
4 Pembuatan garis tanam dengan caplak
5 Kegiatan mencabut bibit siap tanam
6 Penanaman

11
22
23
23
24
25

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel pendapatan usahatani padi non program SLPTT di Desa Sukaratu
musim tanam Oktober 2012 – Februari 2013
2 Tabel pendapatan usahatani padi program SLPTT di Desa Sukaratu musim
tanam Oktober 2012 – Februari 2013
3 Kuesioner penelitian

54
55
56

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampai saat ini, beras masih merupakan makanan pokok bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Tingkat konsumsi beras di Indonesia telah menurun, yakni
dari 139 kg/kapita per tahun menjadi 102 kg per kapita per tahun pada akhir
20121. Namun angka ini masih sangat besar jika dibandingkan dengan negaranegara agraris ASEAN lainnya, yakni 80 kg/kapita per tahun untuk negara
Malaysia dan 70 kg/kapita per tahun untuk negara Thailand. Dengan jumlah
penduduk sekitar 255 juta jiwa pada akhir tahun 20122, maka Indonesia harus
menyediakan sekitar 26.10 juta ton beras per tahun untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi beras penduduk Indonesia.
Di sisi lain, produktivitas padi di Indonesia belum stabil untuk menopang
kebutuhan beras nasional yang terus meningkat. Berikut ini merupakan
perkembangan produktivitas padi dalam bentuk gabah kering giling pada tahun
2007-2012:
Tabel 1 Produktivitas padi di Indonesia 2007 – 2012 a
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012 b

Luas panen(ha)
12 147 637
12 327 425
12 883 576
13 253 450
13 203 643
13 471 653

Produktivitas(ton/ha)
4.70
4.89
4.99
5.02
4.98
5.12

Produksi(ton)
57 157 435
60 325 925
64 398 890
66 469 394
65 756 904
68 956 292

a

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013, b: Angka Sementara

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa produktivitas padi di Indonesia
cenderung mengalami peningkatan, akan tetapi masih terdapat fluktuasi, yakni
penurunan produktivitas pada tahun 2010 ke 2011, di mana hal ini di antaranya
disebabkan oleh penurunan luas areal padi yakni dari 13 253 450 ha pada tahun
2010 menjadi 13 203 643 pada tahun 2011. Luas panen yang menurun akibat
adanya konversi lahan ke sektor non pertanian merupakan salah satu masalah di
bidang pertanian, sebab di sisi lain permintaan terhadap komoditi pertanian tidak
menurun, namun justru meningkat seiiring dengan pertumbuhan penduduk.
Produksi beras yang fluktuatif yang tidak dapat mendukung tingginya
konsumsi membuat Indonesia harus mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi beras nasional. Dari tabel 2 berikut dapat dilihat bahwa volume dan
nilai beras yang diimpor turun, akan tetapi jumlah ini masih sangat besar untuk
negara Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris sekaligus negara produsen
1

Sulihanti, Sri. 2013. Konsumsi Beras di Indonesia Masih Tertinggi di Dunia. [Internet]. [diunduh
1 April 2013]. Tersedia pada: http://www.merdeka.com/uang/konsumsi-beras-di-indonesia-masihtertinggi-di-dunia.html.
2
KPU. 2012. Jumlah penduduk Indonesia 255 juta. [Internet]. [diunduh 1 April 2013]. Tersedia
http://nasional.sindonews.com/
read
/2012/10/15/12/679990/kpu-jumlah-pendudukpada
indonesia-255-juta

2

beras yang pernah mencapai swasembada beras pada tahun 2008. Pada tahun 2011
volume beras yang diimpor sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh rendahnya
produksi beras domestik pada tahun tersebut, seperti yang dapat dilihat pada tabel
1. Pada tahun 2012, seiiring dengan peningkatan produksi beras domestik, volume
impor berkurang, namun jumlah dan nilainya masih cukup tinggi.
.
Tabel 2 Volume dan nilai impor beras oleh Indonesia 2011 – 2012 a
Tahun
2011
2012

Volume (ton)
2 698 989.51
1 927 563.28

Nilai impor (US$)
1 483 046.92
1 006 973.09

a

Sumber : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian, 2013

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencapai swasembada
beras. Di antaranya dengan mencanangkan program Peningkatan Produktivitas
Beras Nasional (P2BN) sejak tahun 2007 dan direncanakan akan terus dilanjutkan
sampai tahun 2014 untuk mencapai target surplus 10 juta ton beras pada tahun
2014. Salah satu instrumen pemerintah dalam melaksanakan P2BN adalah
dengan menyelenggarakan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu (SL-PTT)3. SLPTT merupakan program memperkenalkan
teknologi tepat guna untuk para petani palawija dan seralia, termasuk di dalamnya
padi melalui pelatihan dan bantuan langsung berupa subsidi pupuk dan bibit4.

Perumusan Masalah
Jawa Barat merupakan salah satu lumbung padi nasional dengan produksi
padi tertinggi kedua di Indonesia setelah Jawa Timur dengan angka 11 403 668
ton pada tahun 2012, namun angka ini telah menurun dari tahun sebelumnya yakni
sebesar 11 633 891 pada tahun 2011 (BPS 2013).
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Barat.
Berdasarkan data Departemen Pertanian 2012, Kabupaten Cianjur mengalami
penurunan luas areal panen pada tahun 2011 yang mengakibatkan menurunnya
produksi padi kabupaten dari 849 092 ton pada tahun 2010 menjadi 787 244 ton
pada tahun 2011. Untuk mengatasi penurunan produksi padi di Kabupaten
Cianjur, pemerintah menyalurkan program intensifikasi pertanian diantaranya
bantuan program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)
melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat.
Salah satu wilayah yang memperoleh program SLPTT di Kabupaten
Cianjur adalah Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong. SLPTT dilaksanakan di
Desa Sukaratu sejak tahun 2012, pada musim tanam Juni-September 2012.
3

Purwanto, Siwi. 2007. Implementasi Kebijakan untuk Pencapaian P2BN. Apresiasi Hasil
Penelitian Padi 2007.Hlm. 9
4
Kementrian Pertanian.2012. Pedoman Umum Pelaksanaan SLPTT Padi dan Seralia 2012.

3

Namun terdapat berbagai kendala yang dihadapi oleh petani dalam penerapan
teknologi SLPTT. Berdasarkan wawancara dengan petani setempat, salah satu
alasan petani enggan menerapkan komponen teknologi yang diberikan dalam
SLPTT adalah tidak terdapat perbedaan pendapatan usahatani antara yang
menerapkan teknologi dari program SLPTT dengan yang tidak menerapkan,
sulitnya menerapkan teknologi yang diberikan, serta tingginya biaya yang harus
dikeluarkan jika menerapkan seluruh komponen teknologi yang dianjurkan dalam
SLPTT.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana keragaan usahatani padi program SLPTT dan non program SLPTT
di Desa Sukaratu?
2. Bagaiamana evaluasi pelaksanaan program SLPTT di Desa Sukaratu?
3. Bagaimana analisis pendapatan usahatani padi program SLPTT dan non
program SLPTT di Desa Sukaratu?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan keragaan usahatani padi program SLPTT dan non program
SLPTT di Desa Sukaratu
2. Mengevaluasi pelaksanaan program SLPTT di Desa Sukaratu
3. Menganalisis pendapatan usahatani padi program SLPTT dan non program
SLPTT di Desa Sukaratu

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis
maupun pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan. Manfaat dari penelitian
ini antara lain:
1. Bagi Badan Penyuluh Tanaman Pangan dan Hortikultur Kecamatan Gekbrong,
sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui penerapan SLPTT di tingkat petani
Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur.
2. Bagi petani padi di Desa Sukaratu, sebagai rujukan untuk mengetahui cara
bertanam padi yang paling menguntungkan petani.
3. Bagi peneliti lainnya, sebagai rujukan untuk melanjutkan penelitian terkait
permasalahan beras lainnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis pendapatan usahatani
antara padi program SLPTT dan non SLPTT di Desa Sukaratu, Kecamatan

4

Gekbrong, Kabupaten Cianjur. Analisis pendapatan yang dilakukan terbatas pada
satu musim tanam yang sama antara petani padi program SLPTT dan non SLPTT,
yakni musim hujan 2012. Dalam penelitian ini yang alat analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan evaluasi pelaksanaan SLPTT di
Desa Sukaratu, keragaan usahatani padi SLPTT dan non SLPTT, serta analisis
kuantitatif pendapatan usahatani, dan rasio R/C.

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Padi
Beras yang dikonsumsi masyarakat Indonesia sehari-hari berasal dari
tanaman padi. Benih padi yang ditanam dipanen dalam bentuk gabah kering
panen, selanjutnya dikeringkan atau dijemur menjadi gabah kering giling sebelum
diproses melalui penggilingan yang pada akhirnya menghasilkan beras. Padi dapat
ditanam baik pada lahan basah di dataran rendah (padi sawah) maupun lahan
kering di dataran tinggi (padi ladang, seringkali dikenal sebagai padi gogo).
Pada umumnya padi dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis maupun
subtropis pada 45°LU - 45°LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi serta
musim hujan 4 bulan. Curah hujan rata-rata minimal yang diperlukan adalah
sebanyak 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Pada dataran rendah, padi
dapat tumbuh pada ketinggian 0-650 m di atas permukaan laut dengan temperatur
22-27 °C, sedangkan pada dataran tinggi padi dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 650-1.500 m dia atas permukaan laut dengan temperatur 19-23 °C.
Tahapan dalam budidaya padi secara umum terdiri dari pembibitan; pengolahan
lahan; penanaman; pemeliharaan tanaman yang meliputi penjarangan dan
penyulaman padi, penyiangan, pengairan, dan pemupukan; dan pengelolaan hama
dan penyakit.
Terdapat beberapa varietas unggul benih padi yang berkembang di
Indonesia, baik untuk tipe padi sawah maupun tipe padi gogo. Varietas unggul
padi sawah antara lain benih varietas IR-64, Ciherang, Ciliwung, Mekongga,
Sarinah, Cigeulis, Bondoyudo, dan Batang Piaman. Masing-masing varietas
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, dilihat dari tingkat
produktivitas, umur tanaman, ketahanan tanaman terhadap penyakit, dan tekstur
beras yang dihasilkan.
Benih padi varietas mekongga mulai diperkenalkan pada tahun 2004.
Benih ini memiliki umur tanam yang lebih panjang dibandingkan varietas IR-64,
yakni 116-125 hari. Namun di sisi lain benih varietas memiliki tingkat
produktivitas yang cukup tinggi, yakni 6.0-8.4 ton gabah kering giling per hektar.
Adapun keunggulan yang dimiliki oleh benih padi varietas mekongga ini adalah
agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 serta agak tahan terhadap
hawar daun bakteri stratin IV.

5

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SLPTT)

Pada tahun 2007, pemerintah mengeluarkan program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN). Bentuk implementasi P2BN dituangkan melalui
pengenalan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang dilakukan dengan
pendekatan metode sekolah lapangan (SL). Tujuan dari penerapan PTT adalah
untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi serta melestarikan
lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, organism
pengganggu tanaman (OPT) dan iklim secara terpadu. PTT merupakan suatu
pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi
usahatani serta sebagai suatu pendekatan pembangunan tanaman pangan
khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan jagung.
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) merupakan suatu
inovasi telah dilaksanakan sejak tahun 2008 dan direncanakan akan berlangsung
sampai 2014. Diharapkan dengan adanya program SLPTT yang berprinsip
integrasi, interaksi, dinamis, dan partisipatif dapat mempermudah petani dalam
menerima inovasi teknologi PTT yang baru serta meningkatkan motivasi petani
dalam penerapannya.
SLPTT merupakan bentuk sekolah yang seluruh proses belajarmengajarnya di lapangan yakni sawah atau ladang milik petani. Hamparan sawah
milik petani peserta program penerapan teknologi PTT disebut hamparan SL-PTT,
sedangkan hamparan sawah tempat praktek sekolah lapang disebut laboratorium
lapang (LL). Dalam sekolah lapang, yang berperan sebagai murid adalah para
petani peserta sedangkan yang menjadi guru adalah pemandu lapang, namun pada
kegiatan belajar-mengajar tidak terdapat sekat antara guru dan murid, sebab petani
dapat pula menjadi guru bagi petani peserta yang lain dengan menceritakan hasil
pengamatannya di lapang.
Program SLPTT melibatkan empat institusi manajemen yang berada di
bawah naungan Kementerian Pertanian dengan fungsinya masing-masing sebagai
berikut:
a. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, sebagai perencana dan pengusul
dana
b. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, sebagai penyedia
teknologi, pedoman umum, narasumber pelatihan, dan pendamping
teknologi
c. Badan Sumberdaya Manusia Pertanian, sebagai penyelenggara
pelatihan bagi pemandu SLPTT
d. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota, sebagai pelaksana sekolah
lapang
Sejak tahun 2008, pelaksanaan PTT melalui metode sekolah lapangan (SL)
mengalami perubahan dan perbaikan yang diharapkan mampu memecahkan
berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas. Teknologi intensifikasi
bersifat spesifik lokasi, tergantung pada masalah yang akan diatasi (demand
driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama petani
melalui analisis kebutuhan teknologi (need assessment). Kementerian Pertanian

6

menyediakan pedoman komponen teknologi unggulan secara umum, namun
pilihan mengenai komponen teknologi mana yang akan dipakai di lokasi SLPTT
akan disesuaikan dengan keadaan agroekosistem dan kebutuhan petani setempat.
Hal ini sesuai dengan penerapan prinsip PTT, yakni terpadu, sinergis, spesifik
lokasi, dan partisipatif (Pedum Pelaksanaan SLPTT 2012).
Teknologi unggulan PTT anjuran dari Kementerian Pertanian terdiri dari
enam komponen teknologi dasar dan tujuh komponen teknologi pilihan. Enam
komponen teknologi dasar terdiri dari:
1. Varietas unggul baru, inbrida (non hibrida), atau hibrida,
2. Benih bermutu dan berlabel,
3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam
bentuk kompos,
4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum,
5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah,
6. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dengan pendekatan
PHT (Pengendalian Hama Terpadu;
sementara ketujuh komponen teknologi pilihan terdiri dari:
1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
2. Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
3. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
4. Pengaturan jarak tanam (jajar legowo 2:1 atau 4:1)
5. Pengairan secara efektif dan efisien
6. Penyiangan dengan landak atau gasrok
7. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok
Dari ketigabelas komponen teknologi PTT di atas, tidak seluruhnya
diterapkan dalam pelaksanaan SLPTT di Desa Sukaratu. Berdasarkan hasil
pengamatan petugas penyuluh lapang (PPL) desa setempat serta aspirasi dari
petani peserta SLPTT, maka komponen teknologi PTT yang dianjurkan untuk
diterapkan pada usahatani padi di Desa Sukaratu terdiri dari:
1. Pengaturan jarak tanam dengan legowo 4
2. Menggunakan benih berlabel dan bermutu
3. Penggunaan benih varietas unggul baru (VUB), dengan jenis benih padi
yang disarankan untuk ditanam berupa varietas Mekongga dan Ciherang
4. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, dengan
ketentuan sebagai berikut (asumsi untuk lahan seluas 1 ha):
- Pemupukan I: dilakukan pada 0-7 hari setelah tanam (HST) dengan
komposisi pupuk 1 ton pupuk organik, jerami kering, dan 33.33% dari
1 kuintal pupuk urea
- Pemupukan II: dilakukan pada 15-25 HST dengan komposisi pupuk
60% dari 3 kuintal pupuk NPK Phonska,dan 33.33% dari 1 kuintal
pupuk urea
- Pemupukan III: dilakukan pada 40-45 HST dengan komposisi pupuk
40% dari 3 kuintal pupuk NPK Phonska dan 33.33% dari 1 kuintal
pupuk urea.
5. Produktivitas tergantung pola tanam dan musim tanam
6. Menggunakan pupuk organik sebanyak 1 ton/ha serta melakukan
pengembalian jerami kering ke sawah

7

7. Penggunaan bibit muda yang berumur antara 17-21 hari
8. Tanam bibit 1-3 batang per rumpun
9. Pengendalian organism pengganggu tanaman (OPT) terpadu, dengan
sering melakukan pengamatan
10. Pengairan secara efektif dan efisien dengan ketentuan sebagai berikut:
11. Melakukan penyiangan minimal sebanyak 2 kali/musim tanam dengan
ketentuan:
- Penyiangan I: dilakukan pada umur 15-25 HST
- Penyiangan II: dilakukan pada umur 45 HST
12. Panen tepat waktu
13. Perontokan gabah sesegera mungkin

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Krismawati dan Angraeni (2011) dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Timur mengkaji penerapan PTT padi sawah di Kabupaten Madiun.
Kajian dilakukan dengan membandingkan produktivitas dan pendapatan dari
usahatani demplot SLPTT atau dikenal dengan Laboratorium Lapang (LL),
usahatani padi SLPTT, dan usahatani padi non SLPTT. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa produktivitas padi demplot LL adalah sebesar 7.4 ton GKP
per ha, lebih tinggi daripada produktivitas padi di usahatani SL-PTT yakni sebesar
5.2 ton GKP per ha dan di non SL-PTT sebesar 3.5 ton GKP per ha). Ini berarti,
penerapan PTT meningkatkan produksi 42-111%, atau meningkatkan pendapatan
43-127% per ha. Usahatani padi di demplot/LL memperoleh pendapatan Rp. 13
785 000, lebih tinggi daripada di SL-PTT sebesar Rp 9 655 000, dan non SL-PTT
Rp 6 067 500, sehingga penerapan PTT disimpulkan dapat meningkatkan
pendapatan sebanyak 43-127%. Persamaan penelitian yang dilakukan penulis
dengan penelitian ini adalah dilakukannya perbandingan pendapatan usahatani
antara kelompok petani yang menjadi peserta program SLPTT dengan kelompok
petani yang tidak menjadi peserta program SLPTT. Perbedaan di antara kedua
penelitian terletak pada lokasi dan tahun penelitian, penelitian sebelumnya
melakukan perbandingan pendapatan usahatani selain antara petani peserta
SLPTT dan non SLPTT juga dengan usahatani yang dilakukan pada laboratorium
lapang (LL).
Di sisi lain, penelitian lain menunjukkan bahwa produktivitas akibat
adanya penerapan program SLPTT justru lebih rendah dibandingkan produktivitas
padi non SLPTT. Kesimpulan ini merupakan hasil penelitian dari Irawati (2006)
yang meneliti mengenai penerapan program SLPTT padi di Kabupaten Karawang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produktivitas padi dari usahatani
SLPTT adalah sebesar 4.25 ton per ha sementara produktivitas padi dari usahatani
non SLPTT adalah sebesar 4.97 ton per ha. Persamaan penelitian yang dilakukan
penulis dengan penelitian sebelumnya dalah sama-sama membandingkan
usahatani yang dilakukan oleh petani padi peserta program SLPTT dan non
program SLPTT, sementara perbedaan penelitian terletak pada hasil penelitian di
mana penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa SLPTT tidak meningkatkan

8

pendapatan petani sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan
bahwa SLPTT berhasil meningkatkan pendapatan petani.
Yanuarto (2011) melakukan penelitian mengenai tingkat adopsi teknologi
SLPTT dan dampak penerapan teknologi terhadap peningkatan pendapatan petani
padi di Kabupaten Pati. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
adopsi teknologi anjuran SLPTT yang masuk kategori tinggi di daerah penelitian
adalah komponen varietas unggul (94%), jumlah bibit (82.7%) dan panen tepat
waktu (82.7%), sedangkan yang lainya masuk dalam kategori sedang adalah bibit
muda (76.6%), sistem tanam (70%), pemupukan N berdasarkan tingkat kehijauan
warna daun (75.3%), pemupukan organik (77.3%), pengairan berselang (76%) dan
pengendalian gulma (74%). Dari hasil uji t terhadap pendapatan petani padi
menunjukkan t tabel > t hitung (8,297 > 1,67) yang berarti SLPTT memberikan
dampak terhadap peningkatan pendapatan petani padi di Kecamatan Tayu
Kabupaten Pati.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah 2008).
Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan
efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)
yang melebihi masukan (input) (Soekartawi 2002). Soekartawi et al. (1986)
mengemukakan bahwa tujuan usahatani dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan pengeluaran. Konsep
memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya
dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk memperoleh keuntungan
maksimum. Konsep meminimumkan pengeluaran berarti bagaimana menekan
pengeluaran produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu.
Menurut Hernanto (1988), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
produksi pertanian, yaitu :
1. Lahan Pertanian
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi
komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang
digarap atau ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh
lahan tersebut. Pengusahaan pertanian selalu didasarkan pada luasan lahan

9

pertanian tertentu, walaupun akhir-akhir ini pengusahaan pertanian tidak
hanya didasarkan pada luasan lahan tertentu, tetapi juga pada sumberdaya lain
seperti media air atau lainnya. Pentingnya faktor produksi lahan tidak hanya
dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga dari segi yang lain,
misalnya aspek kesuburan tanah, jenis penggunaan lahan (tanah sawah,
tegalan, dan sebagainya), dan topografi (tanah dataran pantai, rendah, dan
dataran tinggi).
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja
harus mempunyai kualitas berfikir yang maju seperti petani yang mampu
mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi
untuk pencapaian komoditas yang bagus sehingga nilai jual tinggi.
Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja.
Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai.
Usahatani yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil disebut usahatani
skala kecil, dan biasanya menggunakan tenaga kerja keluarga. Lain halnya
dengan usahatani skala besar, selain menggunakan tenaga kerja luar keluarga
juga memiliki tenaga ahli. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari
orang kerja (HOK). Analisis ketenagakerjaan memerlukan standardisasi
tenaga kerja yang biasanya disebut dengan hari kerja setara pria (HKSP).
3. Modal
Setiap kegiatan membutuhkan modal dalam mencapai tujuannya, terutama
dalam kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Modal dalam kegiatan
proses produksi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap dan modal
tidak tetap. Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan
pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis
dalam sekali proses produksi, sedangkan modal yang tidak tetap terdiri dari
benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Besar
kecilnya skala usaha pertanian atau usahatani tergantung dari skala usahatani,
jenis komoditas, dan tersedianya kredit. Skala usahatani sangat menentukan
besar kecilnya modal yang dipakai. Semakin besar skala usahatani maka
semakin besar modal yang dipakai, begitu juga sebaliknya. Jenis komoditas
dalam proses produksi komoditas pertanian juga menentukan besar kecilnya
modal yang dipakai. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan
usahatani.
4. Manajemen
Faktor produksi manajemen menjadi semakin penting jika dikaitkan
dengan efisiensi. Produksi yang diharapkan tinggi tidak akan tercapai apabila
tidak dilakukan pengelolaan yang baik terhadap faktor produksi tanah, tenaga
kerja dan modal. Variabel manajemen jarang digunakan dalam analisa karena
pengukuran variabel tersebut sulit dilakukan. Manajemen memiliki peranan
yang sangat penting dalam usahatani modern. Manajemen diperlukan dalam
mengelola produksi pertanian mulai dari perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan evaluasi
(evaluation).

10

5. Pupuk
Seperti halnya manusia selain mengkonsumsi makanan pokok, dibutuhkan
pula konsumsi nutrisi vitamin sebagai tambahan makanan pokok. Tanahpun
demikian, selain air sebagai konsumsi pokoknya, pupuk juga sangat
dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Jenis pupuk
yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik.
6. Pestisida
Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi
hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang
mengandung zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada
tanaman.
7. Bibit
Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul
biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi
dibandingkan dengan komoditas lain sehingga dapat bersaing di pasar.
8. Teknologi
Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap
tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh,
tanaman padi dapat dipanen dua kali dalam setahun, tetapi dengan adanya
perlakuan teknologi terhadap komoditas tersebut, tanaman padi dapat dipanen
tiga kali setahun.
Efisiensi Pendapatan Usahatani
Sejalan dengan bagaimana cara pendapatan usahatani didapatkan, maka
salah satu ukuran efisiensi pendapatan usahatani adalah nilai rasio imbangan
penerimaan dan biaya (Rasio R/C). Menurut Soekartawi (2002), R/C adalah
singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah)
antara penerimaan dan biaya. Rasio R/C menunjukkan bahwa berapa satuan mata
uang penerimaan yang dihasilkan setiap satu satuan mata uang yang digunakan
untuk biaya produksi dalam usahatani. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio R/C
berarti semakin besar penerimaan yang dihasilkan setiap satu satuan pengeluaran.

Kerangka Pemikiran Operasional
Beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan
beras nasional terus meningkat setiap tahunnya seiiring dengan pertumbuhan
penduduk. Di sisi lain, produksi beras nasional masih fluktuatif sehingga belum
dapat memenuhi kebutuhan beras nasional. Untuk menutupi kekurangan beras
dari produksi domestik, setiap tahunnya pemerintah melakukan impor beras
dengan volume rata-rata 2 juta ton. Sejak tahun 2008, pemerintah melalui
Kementrian Pertanian mentargetkan untuk kembali meraih swasembada beras
yang pernah dicapai pada tahun 1980 melalui program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN). Program ini direncanakan akan terus berlangsung sampai
tahun 2014 untuk mencapai target 10 juta ton cadangan beras nasional.

11

SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) merupakan
bentuk implementasi program P2BN. SLPTT terdiri dari 6 komponen teknologi
dasar dan 7 komponen teknologi pilihan yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman, pendapatan dan kesejahteraan petani. Desa Sukaratu
merupakan penerima bantuan program SLPTT pada bulan Juni 2012. Pada
penerapannya, petani peserta SLPTT mengalami berbagai kesulitan dalam
menerapkan teknologi, sehingga ada kecenderungan bagi petani untuk kembali ke
kebiasaan lama dalam berusahatani sebelum adanya program SLPTT. Kerangka
pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Pemerintah menyelenggarakan SL-PTT (Sekolah
Pengelolaan Tanaman Pandan dan Sumberdaya Terpadu)

Lapang

Petani padi di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten
Cianjur merupakan peserta SLPTT pada bulan Juni 2012

Petani padi alumni SLPTT cenderung kembali ke cara tanam semula
(non SLPTT), diduga karena bantuan dari program SLPTT sudah
habis, serta adanya kesulitan dalam mengadopsi teknologi lainnya
Perlunya analisis pendapatan usahatani yang membandingkan antara
pendapatan usahatani dengan teknologi SLPTT dan tanpa SLPTT
serta adanya evaluasi pelaksanaan program SLPTT di Desa Sukaratu

Deskripsi keragaan
usahatani padi

Evaluasi Penerapan
Program SLPTT

Pendapatan Usahatani Padi
SLPTT dan Non SLPTT

Kesimpulan
Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

12

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan metode
purposive, dengan alasan Desa Sukaratu merupakan salah satu desa di Kecamatan
Gekbrong, Kabupaten Cianjur yang memiliki sebagian besar penduduknya
berprofesi sebagai petani padi, mengalami surplus beras, dan merupakan salah
satu desa yang telah mendapatkan bantuan program SLPTT dari pemerintah pada
tahun 2012. Adapun waktu pengumpulan data berlangsung dari bulan Februari
sampai Maret 2013.

Metode Penentuan Sampel
Responden dalam penelitian ini adalah para petani padi yang tergabung
dalam Gapoktan Mekar Tani di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan sampel dilakukan melalui dua tahap: cluster
sampling dan purposive sampling. Cluster sampling digunakan untuk membagi
populasi petani padi di Desa Sukaratu antara kelompok petani yang mendapat
program bantuan SLPTT serta kelompok petani yang tidak mendapat program
bantuan SLPTT di mana keduanya memiliki musim tanam yang sama yakni
musim hujan 2012. Selanjutnya pada masing-masing kelompok diambil 20 petani
responden yang dipilih secara purposive sampling sehingga jumlah sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 responden.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani
responden, yakni petani yang merupakan peserta program SLPTT dan petani non
peserta program SLPTT, serta dengan pihak Badan Penyuluh Pangan dan
Hortikultur Kecamatan Gekbrong. Teknik wawancara yang digunakan adalah
wawancara terstuktur dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun.
Data sekunder diperoleh melalui penelusuran berbagai bahan pustaka
terkait penelitian, antara lain buku, hasil penelitian, website, dan data dari
lembaga pemerintahan yaitu dari Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Cianjur, profil Desa Sukaratu, serta Kecamatan Gekbrong .

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik petani peserta

13

program SLPTT dan non SLPTT, evaluasi pelaksanaan program SLPTT di Desa
Sukaratu, sedangkan nalisis kuantitatif dilakukan untuk melakukan perhitungan
biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C rasio yang diperoleh melalui pengolahan
data primer menggunakan bantuan software Microsoft excel dan alat bantu hitung
kalkulator, yang hasilnya dapat disajikan dalam bentuk tabel yang dapat
diinterpretasikan.
Analisis Biaya Usahatani
Analisis ini digunakan untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam menjalankan usahatani padi. Biaya usahatani menurut Fadholi (1988)
dibagi menjadi dua jenis analisis biaya, yakni analisis biaya tunai dan analisis
biaya tidak tunai (pengeluaran yang diperhitungkan). Biaya tunai pada usahatani
padi sawah antara lain meliputi biaya benih padi, pupuk pabrik, pestisida, sewa
traktor, iuran pengairan, sewa lahan, pajak tanah, dan upah tenaga kerja luar
keluarga. Adapun biaya tidak tunai terdiri dari biaya pupuk organik, upah tenaga
kerja dalam keluarga, dan penyusutan alat pertanian bagi petani yang memiliki
alat pertanian.
Menurut Suratiyah (2002), penyusutan alat-alat pertanian dapat dihitung
dengan bertolak pada harga pembelian (cost) alat sampai alat tersebut dapat
member manfaat. Dalam penelitian ini, perhitungan penyusutan alat pertanian
dilakukan dengan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut:

Analisis Penerimaan Usahatani
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan usahatani dapat
dirumuskan sebagai berikut:
TRi = Yi x Pyi
dimana:
TR = Total penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga Y
Dalam usahatani terdapat dua jenis sumber penerimaan, yakni penerimaan
tunai dan penerimaan non tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang
diperoleh dari hasil produksi usahatani yang dijual, sedangkan penerimaan non
tunai merupakan hasil produksi usahatani yang tidak dijual, namun digunakan
oleh petani untuk keperluan lainnya, seperti untuk konsumsi atau benih.
Analisis Pendapatan Usahatani
Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa pendapatan usahatani adalah
selisih antara penerimaan dan semua biaya, sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Pd = TR – TC

14

dimana:
Pd = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan
TC = total biaya
Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani
Nilai yang diperoleh dari perhitungan pendapatan usahatani belum
mencerminkan tingkat efisiensi pendapatan. Oleh karena itu sangat diperlukan
untuk mengetahui perhitungan efisiensi usahatani berdasarkan pendapatannya.
Berikut ini beberapa perhitungan efisiensi pendapatan usahatani menurut
Hernanto (1991):
a. Penghasilan Kerja Usahatani per Setara Pria

dimana:
E = Penerimaan usahatani (Rp)
F = Pengeluaran total (Rp)
G = Pengeluaran yang diperhitungkan (biaya tenaga kerja keluarga)
b. Pendapatan per Unit Areal Usahatani

dimana:
E = Penerimaan usahatani (Rp)
F = Pengeluaran total (Rp)
G = Pengeluaran yang diperhitungkan (biaya sewa lahan)
c. Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (analisis R/C) digunakan untuk
dapat melihat berapa penerimaan yang diperoleh petani dari setiap rupiah
yang telah dikeluarkan untuk usahataninya sebagai manfaat. Rumus R/C
rasio adalah sebagai berikut (Hernanto, 1991) :

Kriteria keputusan yang digunakan untuk melihat hasil analisis R/C rasio
tersebut adalah sebagai berikut:
R/C > 1 : usahatani menguntungkan
R/C = 1 : usahatani impas
R/C < 1 : usahatani rugi
R/C > 1 dikatakan efisien dikarenakan setiap tambahan biaya yang
dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar
daripada tambahan biayanya. Namun sebaliknya jika R/C < 1 dapat
dikatakan tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan

15

akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil dan jika R/C =
1 maka dikatakan kegiatan usahatani berada pada kondisi impas
(keuntungan normal).
Pendapatan usahatani dan nilai R/C rasio dapat diperoleh dengan
menentukan terlebih dahulu nilai penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
Untuk memudahkan dalam menentukan nilai tersebut maka dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3 Perhitungan Usahatani dan Nilai R/C Rasioa
A. Penerimaan Tunai
B. Penerimaan yang diperhitungkan
C. Total penerimaan
D. Biaya tunai
E. Biaya diperhitungkan
F.
G.
H.
I.
J.
K.

Total biaya
Pendapatan atas biaya tunai
Pendapatan atas biaya total
Pendapatan tunai
R/C rasio atas biaya tunai
R/C rasio atas biaya total

Harga x Hasil panen yang dijual (Kg)
Harga x Hasil panen yang
dikonsumsi (Kg)
A+B
Benih, pupuk, tenaga kerja luar
keluarga (TKLK), sewa lahan
Tenaga kerja dalam keluarga
(TKDK), penyusutan alat
D+E
C–D
C–F
A–D
A/B
A/D

a

Sumber : Hernanto 1988

Perhitungan pada tabel di atas dibedakan menjadi pendapatan atas biaya
tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari
total penerimaan yang dikurangi dengan biaya yang diperhitungkan, untuk
pendapatan atas biaya total dihasilkan dari pengurangan antara biaya tunai dengan
total biaya. Total biaya yang dimaksud adalah penjumlahan dari biaya tunai dan
biaya diperhitungkan. Perhitungan total biaya diperlukan untuk menggambarkan
keadaan petani yang sebenarnya karena tidak hanya menilai biaya secara tunai.
Adapun perhitungkan atas pendapatan tunai adalah penerimaan total setelah
dikurangi oleh biaya tunai.

GAMBARAN UMUM KEADAAN DAERAH PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Sukaratu
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong,
Kabupaten Cianjur. Letak desa ini dekat dari Jalan Raya Cianjur-Sukabumi yang

16

merupakan jalan penghubung utama antara Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten
Sukabumi. Secara administratif Desa Sukaratu berbatasan dengan:
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bangbayang
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Songgom dan Desa Gekbrong
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cikancana dan Desa Cintaasih
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Warungkondang
Wilayah Desa Sukaratu terletak pada ketinggian yang bervariasi, yakni di
antara 550 sampai 1 100 m di atas permukaan laut oleh karena itu zona ketinggian
di Desa Sukaratu dibagi menjadi tiga zona wilayah ketinggian yakni Zona 1
(Barat dan Selatan) memiliki ketinggian antara 1 100 – 800 m di atas permukaan
laut, Zona 2 (Utara dan Tengah) memiliki ketingian 800 – 650 m di atas
permukaan laut dan zona 3 (Timur) yang memiliki ketinggian 650 – 550 m di atas
permukaan laut.
Letak geografis Desa Sukaratu berpotensi dalam mendukung kegiatan
pertanian di wilayah tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan hidrologi seperti
pengairan lahan, Desa Sukaratu memperoleh akses langsung dari mata air
pegunungan karena letaknya yang berada di kaki Gunung Bubut, Gunung Masigit,
Gunung Gajah dan Gunung Kancana. Jenis tanah yang ada di Desa Sukaratu yaitu
latosol yang tersebar hampir disemua wiilayah desa. Kondisi iklim di Desa
Sukaratu termasuk zona tropis dengan rata-rata curah hujan 3 000 - 4 500
mm/tahun, suhu rata-rata harian mencapai 19 0 C, dengan jumlah bulan hujan 5
bulan /tahun. Intensitas hujan di Desa Sukaratu sangat tinggi mencapai 150
mm/hari dengan curah hujan 3 400 mm per tahun. Intensitas hujan yang tinggi ini
di satu sisi mengurangi terjadinya kekeringan lahan pada musim kemarau, namun
di sisi lain pada musim hujan dapat menurunkan hasil panen yang cukup
signifikan.
Jumah penduduk Desa Sukaratu berjumlah 5 513 jiwa dengan 1 327
kepala keluarga (KK). Sebanyak 1 115 KK bermata pencaharian sebagai petani
sementara sisanya di luar sektor pertanian. Hal ini menggambarkan bahwa
sebagian besar keluarga di desa Sukaratu bermatapencaharian sebagai petani yaitu
sekitar 86.64% dan non petani sebanyak 13.36%. Selengkapnya keadaan
penduduk menurut mata pencaharian tersaji pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Keadaan Penduduk Desa Sukaratu Menurut Mata Pencahariana
Uraian
Petani
- Pemilik lahan tidak menggarap
- Pemilik penggarap
- Penggarap
Buruh tani
Jasa
PNS/TNI/Polri
Pedagang
Total
a

Sumber : Profil Desa Sukaratu 2009

Jumlah (KK)

Persentase (%)

550
170
130
300
74
20
83
1 327

41.44
12.81
9.79
22.60
5.57
1.50
6.25
100.00

17

Wilayah Desa Sukaratu meliputi lahan seluas 922.22 ha. Sebagian besar
berupa lahan darat, yakni sebanyak 718.22 ha dan sisanya berupa lahan sawah.
Penggunaan lahan di Desa Sukaratu bervariasi, antara lain untuk pertanian,
pemukiman, dan perkebunan.
Tabel 5 Jenis Penggunaan Lahan di Desa Sukaratu Tahun 2009a
Jenis penggunaan lahan
Lahan sawah
- Irigasi teknis
- pedesaan
- tadah hujan
Lahan darat
- ladang/tegalan
- Perkebunan
- Kolam
- Pemukiman/Pekarangan
- Kawasan Hutan Negara
Jumlah

Luas (ha)
204.00
200.00
4.00
718.22
174.81
70.00
5.00
28.00
440.41
922.22

a

Sumber : Profil Desa Sukaratu 2009

Dari data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan sawah di Desa
Sukaratu yakni sebesar 98.03% merupakan lahan sawah pedesaan yang
menggunakan pengairan dari air pegunungan yang dikelola secara swadaya oleh
para petani dengan petugas pengairan. Padi sawah merupakan komoditi unggulan
dari Desa Sukaratu dengan angka produksi mencapai lebih dari 1 000 ton setiap
tahunnya.

Tabel 6 Luas panen dan produksi komoditas pertanian, peternakan, dan
perikanan di Desa Sukaratu tahun 2009 a
Jenis Komoditi
Luas panen/Populasi
Produksi
(ha/ekor)
(ton)
Padi sawah
204
1 122.00
Jambu Klutuk
15
75.00
Jagung
10
80.00
Ubi jalar
10
70.00
Kacang panjang
5
100.00
Ayam ras
5 200
7.80
Ikan Mas
5 000
5.00
Bebek
400
6.00
Kambing/domba
225
11.25
a

Sumber : Profil Desa Sukaratu 2009

18

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa selain padi sawah, ko

Dokumen yang terkait

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ( SLPTT ) DARI ASPEK PRODUKSI DAN PENDAPATAN SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

0 5 25

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ( SLPTT ) DARI ASPEK PRODUKSI DAN PENDAPATAN SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

0 2 25

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

0 18 122

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi sebagai Dasar Pengembangan Asuransi Pertanian (Kasus: Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur)

1 9 69

Pendapatan Usahatani Kedelai di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur

1 12 75

Dampak Penerapan Program Slptt Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Di Kecamatan Telagasari Kabupaten Karawang

0 6 84

Hubungan Antara Partisipasi Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Jagung ( Kasus: Desa Pulo Bayu, Kecamatan Hutabayuraja, Kabupaten Simalungun)

0 13 91

(ABSTRAK) DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI.

0 1 2

EVALUASI PROGRAM PADA SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI CIHERANG DI GAPOKTAN MAGURU DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 0 12

PERAN INSTITUSI LOKAL DALAM KEGIATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT: KASUS PUNGGAWA RATU PASUNDAN DALAM PROGRAM DESA WISATA DI DESA SUKARATU KECAMATAN GEKBRONG KABUPATEN CIANJUR

0 0 15