Pendapatan Usahatani Kedelai di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur

PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI
DI DESA SUKASIRNA KECAMATAN SUKALUYU
KABUPATEN CIANJUR

NASTITI WINAHYU

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendapatan Usahatani
Kedelai Di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Nastiti Winahyu
NIM H34100102

ABSTRAK
NASTITI WINAHYU. Pendapatan Usahatani Kedelai di Desa Sukasirna
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh RITA NURMALINA.
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting setelah padi dan
jagung. Kebutuhan kedelai dalam bentuk biji kering belum mampu mencukupi
permintaan sehingga produksi dan produktivitas kedelai polong tua perlu
ditingkatkan. Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji keragaan, menganalisis
pendapatan, dan rasio imbangan penerimaan dan biaya (R/C) pada usahatani
kedelai polong tua dan polong muda di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan
kuantitatif yang meliputi analisis pendapatan dan rasio R/C. Pendapatan atas biaya
tunai per hektar per musim pada kedelai polong tua dan polong muda sebesar Rp
2 287 625.33 dan Rp 680 142.42. Pendapatan atas biaya total per hektar per
musim pada kedelai polong tua bernilai positif sebesar Rp 578 796.95 dan

menguntungkan untuk diusahakan. Sedangkan pendapatan atas biaya total per
hektar per musim pada kedelai polong muda bernilai negatif yang berarti petani
kedelai polong muda mengalami kerugian sebesar Rp 129 199.46. Analisis rasio
R/C atas biaya tunai pada kedelai polong tua sebesar 1.62 sedangkan pada kedelai
polong muda sebesar 1.24. Nilai rasio R/C kedelai polong tua dan polong muda
atas biaya total sebesar 1.11 dan 0.97.
Kata kunci: analisis pendapatan, analisis rasio R/C, Desa Sukasirna, kedelai
polong tua, kedelai polong muda

ABSTRACT
NASTITI WINAHYU. Farm Income Analysis of Soybean in Sukasirna Village,
Sukaluyu District, Cianjur Regency. Supervised by RITA NURMALINA.
Soybean is one of important food crops in Indonesia after rice and corn.
Fulfillment of dried soybean in the country has not been able to meet the demand,
so the old pods cultivation and productivity still need to be enhanced. The purpose
of this research was to examine the variability, farm income analysis, as well as to
analyze the ratio between revenue and cost (R/C) of the old and young pods
soybean in Sukasirna Village, Sukaluyu District, Cianjur Regency. This research
used descriptive and quantitative analysis, namely income analysis and R/C ratio.
Income based on cash costs per hectare per season of old and young pods soybean

is Rp 2 287 625.33 and Rp 680 142.42. Income based on total costs per hectare
per season on old pods soybean is positive amounting Rp 578 796.95 and
profitable to be developed. While in young pods soybean have negative farming
income based on total costs per hectare per season which means young pods
soybean farmers suffered a loss of Rp 129 199.46. Analysis of the ratio of R/C at
the expense of cash in old pods soybean at 1.62 while on young pods soybean is
1.24. Value of the ratio R/C old and young pods soybean over the total costs of
1.11 and 0.97.
Keywords: farm income analysis, old pods soybean, R/C ratio analysis, Sukasirna
Village, young pods soybean

PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI
DI DESA SUKASIRNA KECAMATAN SUKALUYU
KABUPATEN CIANJUR

NASTITI WINAHYU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
segala kasih sayang, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi. Sholawat serta salam kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis.
Skripsi dengan tema usahatani kedelai yang berjudul Pendapatan Usahatani
Kedelai di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur berhasil
dilaksanakan pada bulan Januari – Juli tahun 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
selaku pembimbing yang telah dengan sabar memberikan saran, arahan, dan
waktu kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga penulis

ucapkan kepada Ibu Etriya, SP MM selaku dosen penguji utama dan Bapak
Rahmat Yanuar, SP MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah
banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan skripsi
ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Jaelani dari
Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu, Bapak Karno dan Bapak Lukman dari Gabungan Kelompok Tani Desa
Sukasirna, yang telah banyak membantu selama pengumpulan data dan informasi.
Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Nunung
Kusnadi, MS selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan
menasehati penulis selama menjalani perkuliahan. Terima kasih penulis ucapkan
pula kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku ketua tim Penelitian Unggulan
Departemen (PUD) Agribisnis yang telah mengikut sertakan penulis sebagai
enumerator dalam penelitian PUD 2014 yang berjudul “Keunggulan Komparatif
dan Kompetitif Kedelai : Pendekatan Domestic Resource Cost (DRC)”. Terima
kasih penulis sampaikan pula kepada Papa, Mama, Mbak, dan Adik serta seluruh
keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Terakhir penulis
sampaikan terima kasih untuk sahabat, teman-teman satu bimbingan skripsi, MSA
4, KAMAJAYA, HIPMA IPB 2011 – 2013 dan kawan-kawan Agribisnis 47 IPB
yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.


Bogor, Juli 2014
Nastiti Winahyu

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Komoditi Kedelai
Budidaya Kedelai
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Keterkaitan Kajian Empiris terhadap Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional Penelitian
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Geografis
Sosial Ekonomi Masyarakat
Karakteristik Petani Responden
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Usahatani Kedelai
Pendapatan usahatani kedelai polong tua dan polong muda
Analisis Rasio R/C
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
5
6
7
7
7
7
8
10
12
13
13
16

19
19
19
19
20
23
24
24
24
25
32
32
42
51
52
52
53
54
56
63


DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

16


17

18
19
20
21

22

Kandungan protein kedelai dan beberapa bahan makanan a
Luas panen, produktivitas, dan produksi serta volume impor kedelai di
Indonesia tahun 2010 – 2013ab
Produksi kedelai di lima provinsi sentra kedelai di Indonesia tahun
2010 – 2013a
Luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai di Jawa Barat tahun
2012a
Kriteria kesuaian agroklimat untuk tanaman kedelai
Perhitungan pendapatan dan rasio R/C usahatani kedelai
Karakteristik petani responden di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur berdasarkan usia
Karakteristik petani responden di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur berdasarkan tingkat pendidikan
Karakteristik petani responden di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur berdasarkan lama bertani kedelai
Karakteristik petani responden di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur berdasarkan jumlah tangunggan
Karakteristik petani responden di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur berdasarkan luas lahan
Karakteristik petani responden di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur berdasarkan status lahan
Karakteristik petani responden di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur berdasarkan status usahatani
Karakteristik petani responden di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur berdasarkan pemasaran
Karakteristik petani responden di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur berdasarkan perolehan kegiatan
pendampingan
Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani kedelai polong tua
dan polong muda per hektar di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur
Rata-rata penggunaan peralatan tambahan pada usahatani kedelai
polong tua dan polong muda per hektar di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur
Penerimaan usahatani kedelai polong tua dan polong muda per hektar
di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur
Biaya pupuk pada usahatani kedelai polong tua dan polong muda per
hektar di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur
Biaya pestisida pada usahatani kedelai polong tua dan polong muda
per hektar di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur
Biaya tenaga kerja pada usahatani kedelai polong tua dan polong
muda per hektar di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten
Cianjur
Biaya penyusutan peralatan pada usahatani kedelai polong tua dan
polong muda per hektar di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur

1
2
3
4
8
22
25
26
27
28
28
29
30
31

31

36

38
43
44
45

46

48

23 Biaya pemanenan pada usahatani kedelai polong tua dan polong muda
per hektar di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur
24 Penerimaan, pengeluaran, pendapatan dan R/ C rasio usahatani kedelai
polong tua dan polong muda per hektar di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur

50

51

DAFTAR GAMBAR
1
2

3

Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani kedelai polong tua dan
polong muda per hektar di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur
Rata-rata penggunaan pestisida pada usahatani kedelai polong tua dan
polong muda per hektar di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur

18

34

35

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

7

Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai
menurut wilayah tahun 2011-2013a
Realisasi luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai
menurut kecamatan di Kabupaten Cianjur tahun 2013a
Denah desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur
Deskripsi kedelai varietas Davros
Deskripsi kedelai varietas Orba
Rincian penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C rasio usahatani
kedelai polong tua dan polong muda per hektar di Desa Sukasirna
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur
Dokumentasi Penelitian

56
56
57
58
59

60
61

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman pangan merupakan sektor pertanian sebagai penyedia bahan
pangan utama di Indonesia. Setelah padi dan jagung, tanaman pangan penting
lainnya adalah kedelai. Menurut Rahayu dan Riptanti (2010), kedelai merupakan
salah satu jenis kacang-kacangan yang mengandung protein nabati yang tinggi,
sumber lemak, vitamin, dan mineral. Rata-rata konsumsi protein penduduk
Indonesia per kapita per tahun pada komoditi kacang-kacangan menurut Badan
Pusat Statistik (2014) pada tahun 2013 sebesar 4.72 gram. Rata-rata tersebut
menempati urutan tertinggi kedua setelah komoditi padi-padian sebesar 20.49
gram per kapita per tahun sebagai bahan pangan utama di Indonesia.
Kedelai memiliki kadar protein yang lebih tinggi daripada padi dan jagung.
Kadar protein nabati pada kedelai, padi dan jagung secara berturut-turut yaitu
40.40 gram, 6.80 gram, dan 9.80 gram. Sedangkan protein hewani yang biasa
dikonsumsi yaitu ikan segar dan daging sapi memiliki kandungan protein sebesar
17.00 gram dan 18.80 gram. Kandungan protein kedelai dan beberapa bahan
makanan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan protein kedelai dan beberapa bahan makanana
Jenis Makanan

Kadar Protein (gram)

Kacang kedelai
Daging sapi
Ikan segar
Jagung kuning
Beras giling
a

40.40
18.80
17.00
9.80
6.80

Persentase (%)
43.53
20.26
18.32
10.56
7. 33

Sumber : DKBM, Departemen Kesehatan 2012 (diolah)

Pemenuhan kebutuhan protein dapat dicapai dengan mengonsumsi komoditi
kedelai dan bahan makanan lainnya. Berdasarkan Tabel 1, kandungan protein
tertinggi berada pada bahan makanan kacang kedelai dan daging sapi sebesar
43.53 persen dan 20.26 persen. Kedelai dapat diperoleh dengan harga Rp 4 000 –
Rp 12 000 per kilogram. Harga daging sapi per kilogram berada pada rentang Rp
85 000 – Rp 110 000 1 . Hal ini menunjukkan kedelai dapat menjadi bahan
makanan utama dalam pemenuhan protein tubuh dengan harga yang lebih
terjangkau.
Penggunaan kedelai di Indonesia diutamakan sebagai bahan konsumsi yang
diolah menjadi produk turunan meliputi tahu, tempe, dan produk turunan lain
untuk memenuhi kebutuhan protein yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu,
kedelai dapat dikonsumsi langsung dengan cara direbus atau dijadikan bahan baku
pakan ternak. Produk turunan yang dihasilkan menggunakan input yang berasal
dari kedelai polong tua dan polong muda. Kedelai polong tua akan digunakan
sebagai input pengolahan industri berbahan baku kedelai. Sedangkan kedelai
1

Pasokan Daging Sapi dipastikan Aman Saat Ramadan. http://bisnis.liputan6.com/read/2055682/
pasokan-daging-sapi-aman-saat-ramadan [Diakses 14 Juni 2014]

2
polong muda yang telah direbus dapat dikonsumsi bersama bajigur dan makanan
olahan seperti gorengan. Pengolahan kedelai menjadi produk turunan akan
meningkatkan nilai tambah dan menguntungkan untuk diusahakan.
Seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk Indonesia, kebutuhan
pemenuhan protein dan bahan baku produk turunan kedelai akan terus bertambah
sehingga permintaan akan kedelai meningkat setiap tahunnya. Menurut data
Badan Pusat Statistik (2014), laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49
persen pada tahun 2000 – 2010 dengan total penduduk Indonesia pada tahun 2010
sebanyak 237 641 326 jiwa. Laju pertumbuhan tersebut saat diproyeksikan
terhadap jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 akan menghasilkan angka
sebesar 305 652 400 jiwa (BPS 2014). Berdasarkan data Susenas (2013),
konsumsi bahan makanan yang mengandung kedelai memiliki rata-rata 7.01
kilogram per kapita per tahun pada tahun 2010 sehingga apabila diproyeksikan
pada tahun 2035 akan mencapai 9.02 kilogram perkapita per tahun.
Menurut Kementrian Pertanian (2013), kebutuhan kedelai setiap tahun ± 2
300 000 ton biji kering pada tahun 2010 – 2014. Kemampuan produksi kedelai
dalam negeri sebesar 851 286 ton (ATAP Tahun 2011, BPS) belum mampu
memenuhi permintaan kedelai nasional. Produksi kedelai dalam negeri masih
mencapai 37.01 persen dari permintaan yang ada. Sedangkan pada ARAM II
tahun 2012, pemenuhan kedelai dari produksi dalam negeri baru mencapai 783
158 ton atau 34 persen. Permintaan kedelai yang semakin meningkat namun tidak
disertai dengan peningkatan produksi dalam negeri menyebabkan permintaan
tidak terpenuhi. Sedangkan produksi kedelai yang dapat dihasilkan, dipengaruhi
oleh luas panen dan produktivitas. Luas panen, produktivitas, dan produksi serta
volume impor kedelai di Indonesia tahun 2010 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2

Luas panen, produktivitas, dan produksi serta volume impor kedelai di
Indonesia tahun 2010 – 2013ab

Tahun

Luas panen
(ha)

Produktivitas
(ku/ha)

2010
2011
2012
2013c

660 823.00
622 254.00
567 624.00
554 132.00

13.73
13.68
14.85
14.57

Pertumbuhan
tahun 2012 2013 (%)

-2.38

-1.89

Produksi
(ton)
907 031.00
851 286.00
843 153.00
807 568.00
-4.22

Volume impor
kedelai (ton)
1 740 505.00
2 088 616.00
1 920 490.31
1 390 953.04d
-27.57

a

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013 (diolah) dan FAO 2013 (diolah).; bBentuk kedelai berupa biji
kering.; cAngka Sementara.; dPeriode Januari sampai Oktober 2013

Penurunan luas lahan yang tidak diimbangi dengan peningkatan
produktivitas dapat mengurangi produksi kedelai yang dihasilkan. Berdasarkan
Tabel 2, luas panen pada tahun 2012 – 2013 mengalami penurunan sebesar -2.38
persen. Produktivitas yang dihasilkan tidak mengalami peningkatan sehingga
terjadi penurunan produksi sebesar -4.22 persen pada tahun 2012 – 2013.
Produksi yang menurun tidak mampu mencukupi permintaan yang ada sehingga
pemenuhan permintaan mengandalkan impor. Hal ini terlihat dari nilai volume

3
impor yang lebih tinggi daripada produksi yang dihasilkan pada tahun 2010 –
2013. Nilai volume impor kedelai pada tahun 2013 bulan Januari hingga Oktober
mencapai angka 1 390 953.04 ton. Nilai ini lebih tinggi daripada produksi kedelai
dalam negeri sebesar 807 568.0 ton. Kemampuan produksi kedelai yang masih
rendah dalam penyediaan memerlukan upaya dalam mengatasi kesenjangan
permintaan dan penawaran. Menurut Tahir et al. (2010), upaya yang dapat
ditempuh antara lain intensifikasi pada daerah sentra produksi, ekstensifikasi, dan
diversifikasi sesuai keunggulan sumberdaya yang dimiliki.
Daerah sentra kedelai di Indonesia sebagian besar berada di Pulau Jawa.
Perkembangan produksi dan produktivitas yang mengalami peningkatan pada
tahun 2011 – 2012 sebesar 5.14 persen dan 11.27 persen menandakan bahwa
kedelai berpotensi untuk diusahakan. Namun, pada tahun 2012 – 2013 produksi
mengalami penurunan sebesar -0.14 persen meskipun terjadi peningkatan pada
produktivitas sebesar 0.32 persen (Lampiran 1). Hal ini disebabkan karena
penurunan luas lahan pada tahun 2012 – 2013 sebesar 0.44 persen. Produksi yang
dihasilkan pada tahun 2012 di Pulau Jawa sebesar 603 641 ton diramalkan
berubah menjadi 602 798 ton pada tahun 2013. Perkembangan luas panen,
produktivitas, dan produksi kedelai menurut wilayah tahun 2011 – 2013 dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Di Indonesia, Jawa Barat merupakan provinsi kelima penghasil kedelai
dengan produksi terbesar setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat,
dan Aceh (Tabel 3). Dari data BPS (2013), produksi kedelai di Jawa Barat lebih
kecil bila dibandingkan provinsi lainnya namun produktivitas yang dimiliki
tertinggi kedua setelah Jawa Tengah sebesar 14.94 ku/ha. Produksi yang masih
sedikit mengindikasikan perlu adanya pengembangan potensi usahatani kedelai
secara berkelanjutan. Produksi kedelai di lima provinsi sentra kedelai di Indonesia
tahun 2010 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Produksi kedelai di lima provinsi sentra kedelai di Indonesia tahun 2010 –
2013a
Produksi (ton)c
Provinsi
Jawa Timur
Jawa Tengah
Nusa Tenggara Barat
Aceh
Jawa Barat

2010

2011

2012

339 491
187 992
93 122
53 347
55 823

366 999
112 273
88 099
50 006
56 166

361 986
152 416
74 156
51 439
47 426

2013b
337 283
112 404
97 144
51 637
48 636

a

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013 (diolah).; bAngka Sementara.; cKualitas produksi kedelai
adalah biji kering.

Produksi kedelai di Jawa Barat berfluktuasi setiap tahunnya (Tabel 3).
Terjadinya penurunan produksi pada tahun 2011 ke 2012 tidak menghambat
adanya upaya peningkatan produksi oleh pemerintah pada tahun selanjutnya.
Dengan upaya tersebut, diprediksikan produksi kedelai di Jawa Barat akan
meningkat kembali pada tahun 2013 sebesar 48 636 ton. Dalam pengembangan
potensi kedelai di Jawa Barat terdapat beberapa daerah sentra yaitu Garut,

4
Cianjur, Sumedang, Ciamis, dan Sukabumi. Tabel 4 menunjukkan luas panen,
produktivitas, dan produksi kedelai di Jawa Barat pada tahun 2012.
Tabel 4 Luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai di Jawa Barat tahun
2012a
Kabupaten
Garut
Cianjur
Sumedang
Ciamis
Sukabumi
a

Luas Panen
(ha)
13 087
5 202
2 104
2 075
2 356

Produktivitas
(ku/ha)
16.51
13.43
18.08
17.35
16.11

Produksi
(ton)
21 610
6 984
3 802
3 601
3 797

Sumber : BPS Jawa Barat 2013 (diolah)

Kabupaten Cianjur menempati urutan kedua setelah Kabupaten Garut dalam
segi luas panen dan produksi tertinggi pada tahun 2012. Produktivitas yang
dihasilkan lebih rendah dibanding beberapa kabupaten lainnya sehingga
diperlukan pengelolaan intensif dalam usahatani. Berdasarkan data BPS Jawa
Barat (2013), produksi kedelai berfluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009,
Kabupaten Cianjur dapat melampaui produksi yang dihasilkan oleh Kabupaten
Garut sebesar 12 364 ton. Namun pada tahun 2010, produksi yang dihasilkan di
Kabupaten Cianjur menurun menjadi 9 424 ton. Hal ini terjadi karena luas panen
di Kabupaten Cianjur mengalami penurunan dari 8 351 hektar pada tahun 2009
menjadi 6 407 hektar pada tahun 2010. Sedangkan Kabupetan Garut melakukan
perluasan lahan panen yang diusahakan untuk kedelai sebesar 30 persen dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2011, luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai di
Kabupaten Cianjur mengalami peningkatan dan menurun kembali pada tahun
2012.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Cianjur
(2014), produksi kedelai dan luas panen tertinggi Kabupaten Cianjur terletak pada
Kecamatan Sukaluyu. Produksi dan luas panen yang tinggi mengindikasikan
terdapat potensi besar terhadap pengembangan usahatani kedelai. Realisasi luas
tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai menurut kecamatan di
kabupaten Cianjur tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 2. Luas panen dan
produksi kedelai di Kecamatan Sukaluyu secara berturut-turut adalah 825 hektar
dan 1 190 ton pada tahun 2013. Produksi tertinggi lainnya diikuti oleh Kecamatan
Tanggeung, Cilaku, dan Bojong Picung. Produktivitas kedelai pada Kecamatan
Sukaluyu sebesar 14.42 ku/ha masih rendah bila dibandingkan kecamatan lainnya.
Kecukupan dan kemandirian pangan terutama pada komoditi kedelai perlu
diwujudkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia. Luas
lahan yang cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya berdampak pada
menurunnya produksi yang dapat dihasilkan. Oleh karena itu, persen peningkatan
produktivitas perlu ditingkatkan melebihi persen laju penurunan luas lahan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah perbaikan kualitas benih dan
pengetahuan teknik budidaya yang baik dan benar oleh petani sebagai pelaku
budidaya. Selain itu, perlunya dukungan pemerintah yang mengeluarkan beberapa
strategi untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Menurut Kementan

5
(2013), upaya yang dapat dilakukan meliputi peningkatan produktivitas, perluasan
areal, pengelolaan lahan, pengamanan produksi, serta penyempurnaan manajemen
melalui kebijakan pasar, perbaikan sistem kredit pertanian, dan penguatan sistem.
Beberapa program yang direncanakan oleh Kementan (2013) antara lain program
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), swadaya,
pengembangan model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai, Perluasan
Areal Tanam Baru (PATB) kedelai, perluasan di lahan Perhutani dan kegiatan
pendukung lainnya. Pelaksanaan program-program tersebut diharapkan dapat
meningkatkan produksi dalam negeri secara berkelanjutan sehingga pemenuhan
kebutuhan masyarakat Indonesia dan kemandirian pangan tercapai. Peningkatan
produksi yang dihasilkan akan berdampak pula pada kenaikan pendapatan petani
kedelai sehingga daya beli meningkat dan kesejahteraan petani terwujud.

Perumusan Masalah
Kebutuhan kedelai untuk konsumsi terus mengalami peningkatan dengan
proporsi permintaan terbesar pada industri pengolahan berbahan baku dasar
kedelai. Permintaan yang tinggi belum disertai dengan meningkatnya kualitas dan
produksi kedelai dalam negeri. Pemenuhan kebutuhan kedelai diharapkan dapat
dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga perlunya beberapa strategi dalam
meningkatkan produksi seperti meningkatkan produktivitas di setiap daerah
penghasil kedelai. Selain pemenuhan kebutuhan kedelai, meningkatnya produksi
akan berdampak pada meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani.
Kedelai merupakan tanaman pangan yang tidak memerlukan jumlah air
yang banyak. Budidaya kedelai di daerah Jawa Barat kurang maksimal bila
dibandingkan daerah Jawa Timur. Menurut BPS (2014), jumlah hari hujan pada
tahun 2011 di Jawa Barat sebanyak 215 hari sedangkan pada daerah Jawa timur
sebagai produsen utama kedelai di Indonesia tidak terdapat hari hujan. Oleh
karena itu, sebagian besar penanaman kedelai di daerah Jawa Barat berada pada
musim kemarau. Budidaya kedelai dilakukan pada musim tanam ketiga setelah
padi (musim tanam 1) dan padi (musim tanam 2). Selain kebutuhan air yang tidak
banyak, penanaman yang dilakukan pada bulan Juni/Juli akan mempermudah
pasca panen kedelai pada bulan September/Oktober yaitu proses pengeringan.
Desa Sukasirna merupakan salah satu desa yang mengusahakan kedelai di
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Menurut data BPPPK Kecamatan
Sukaluyu (2013), luas panen kedelai yang dimiliki oleh Desa Sukasirna terbesar
kedua di Kecamatan Sukaluyu. Lokasi desa yang strategis mempermudah akses
penerapan program permerintah dan pemasaran produk. Petani mengusahakan
kedelai karena himbauan dari pemerintah setempat untuk mendukung pemenuhan
kedelai nasional. Himbauan tersebut mendorong petani untuk tidak membera-kan
lahannya dan mulai mengusahakan tanaman kedelai.
Upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas belum
mampu dipenuhi oleh usahatani kedelai di Desa Sukasirna. Produktivitas yang
didapat dari usahatani yang dijalankan petani responden masih mencapai 8 ku/ha
dengan produktivitas nasional sebesar 14.57 ku/ha. Produktivitas tersebut dapat
ditingkatkan dengan perbaikan kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani
seperti pengolahan lahan, pemupukan, penyemprotan hama dan penyakit dll.

6
Selain itu, penggunaan input juga dapat berpengaruh terhadap pendapatan
usahatani yang dijalankan seperti pengaruh pupuk dan pestisida.
Hasil kedelai di Desa Sukasirna yang diusahakan terdiri dari kedelai polong
tua dan polong muda. Petani membudidayakan kedelai polong tua selama tiga
bulan yaitu pada bulan Juli hingga Oktober. Sedangkan kedelai polong muda
dibudidayakan selama dua bulan yaitu pada bulan Juli hingga September. Pada
bulan inilah curah hujan rendah dan cocok untuk budidaya tanaman kedelai.
Petani mengusahakan kedelai polong tua karena harga jual yang diterima lebih
tinggi sekitar pada Rp 7 000 per kilogram dibandingkan harga jual kedelai polong
muda sebesar Rp 2 400 per kilogram. Harga tersebut kurang sesuai dengan harga
input benih kedelai sekitar Rp 12 000 per kilogram. Selain itu, menurut Ketua
Gabungan Kelompok Tani di Desa Sukasirna, bantuan benih yang diberikan oleh
pemerintah kurang baik kualitasnya sehingga petani lebih memilih untuk membeli
secara mandiri. Hal ini menyebabkan biaya yang dikeluarkan semakin besar.
Sebagian petani mengusahakan kedelai polong muda karena waktu tanam
yang lebih singkat, kebutuhan dana cepat, tidak adanya biaya pemanenan dan
pasca panen, serta penanggungan risiko lebih rendah terkait budidaya dan iklim.
Biaya yang dikeluarkan untuk pasca panen tinggi dengan waktu pengeringan yang
belum menentu sehingga petani enggan untuk mengusahakan kedelai polong tua.
Namun, mekanisme penjualan kedelai melalui sistem borongan dengan
menggunakan taksiran kurang transparan dan berpengaruh pada penerimaan
petani. Penentuan harga kedelai polong muda ditentukan sesuai ukuran polong
secara kuantitas dan kualitas. Teknik budidaya, biaya, dan penerimaan akan
mempengaruhi pendapatan usahatani petani kedelai di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan permasalahan yang akan diteliti
antara lain :
1. Bagaimana keragaan usahatani kedelai di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur?
2. Bagaimana pendapatan usahatani kedelai di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur?
3. Bagaimana imbangan R/C pada usahatani kedelai di Desa Sukasirna
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan
diatas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Mengkaji keragaan usahatani kedelaidi Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur.
2. Menganalisis pendapatan usahatani kedelai di Desa Sukasirna Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur.
3. Menganalisis rasio penerimaan dan biaya (R/C) usahatani kedelai di Desa
Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur.

7
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi petani sebagai
media informasi ilmiah dalam menentukan keputusan untuk peningkatan luas
panen, produktivitas, produksi, dan jenis usahatani kedelai yang akan
dibudidayakan agar pendapatan yang diperoleh maksimal. Bagi pengambil
kebijakan, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan
sebagai alternatif pemecahan masalah yang terjadi di lapang. Manfaat lain yang
dapat diambil oleh pembaca adalah pemberian informasi terkait usahatani kedelai
dan digunakan sebagai referensi pada penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mengambil responden dari petani kedelai di Desa Sukasirna
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Responden merupakan petani kedelai
polong tua yang menanam kedelai pada musim tanam periode Juli – Oktober
tahun 2013 dan petani kedelai polong muda yang menanam pada musim tanam
periode Juli – September tahun 2013. Data yang digunakan adalah data pembelian
input dan penjualan kedelai pada musim tanam tersebut diatas. Analisis yang
digunakan meliputi analisis pendapatan dan rasio R/C pada kedelai polong tua dan
polong muda di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif.

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Komoditi Kedelai
Kedelai (Glycine Max) merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan
yang dibutuhkan masyarakat Indonesia sebagai bahan dasar pembuatan tahu,
tempe, kecap, dan produk olahan kedelai lainnya. Sebagai sumber utama protein
nabati, kedelai banyak diusahakan untuk pemenuhan gizi masyarakat di dunia.
Berdasarkan data Kementrian Pertanian (2013), kurang lebih 80 varietas kedelai
telah dirilis sampai tahun 2009. Berdasarkan umur panen, kedelai dibagi menjadi
tiga varietas yaitu varietas umur genjah (90 hari) sedangkan berdasarkan warna biji kedelai dibagi
menjadi biji kuning dan hitam. Hasil produksi yang tinggi dipengaruhi oleh
varietas unggul bermutu yang digunakan sesuai lokasi penanaman.
Varietas benih kedelai dibagi menjadi tiga macam yaitu VPT, VPS dan VPR
(Kementan 2013). Pertama, varietas produksi tinggi (VPT) memiliki produktivitas
diatas 20 ku/ha dengan penyebaran varietas di Indonesia mencapai 84.77 persen.
Kedua adalah varietas produksi sedang (VPS) memiliki produktivitas per hektar
10 – 20 ku/ha dengan penyebaran varietas sebesar 4.77 persen. Ketiga,
penyebaran varietas produksi rendah (VPR) sebesar 10.47 persen memiliki
produktivitas dibawah 10 ku/ha. Petani kedelai Indonesia banyak menggunakan
varietas Dieng (31.71 persen), Anjasmoro (15 persen), Baluran (7.61 persen), TK

8
5 (5.47 persen), Wilis (5.27 persen), Grobogan (3.67 persen) dan vaeritas lokal
(4.69 persen). Untuk daerah Jawa Barat, varietas VPT yang banyak digunakan
adalah Orba sebesar 10 621 kg, dilanjutkan dengan Wilis 938 kg dan Anjasmoro
729 kg.

Budidaya Kedelai
Kedelai dapat ditanam pada lahan sawah, lahan kering tidak masam, dan
lahan pasang surut saat kemarau. Penyebaran area tanam kedelai terluas berada
di pulau Jawa dengan lahan sawah sebagai media tanam. Budidaya kedelai akan
optimal saat berada pada agroklimat yang sesuai. Kriteria kesuaian agroklimat
untuk tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kriteria kesuaian agroklimat untuk tanaman kedelai
No
1

Faktor Agroklimat
Suhu rata-rata (oC)

Sangat sesuai
25 - 28

2

Curah hujan (mm/h)

1 500 – 2 500

Sesuai
29 – 35
20 – 25
1 000 – 1 500

3

300 – 400

250 – 300

5

Drainase tanah

5–6x
pengairan
- Lempung
- Lempung
berliat
- Lempung
berdebu
- Lempung
liat berdebu
Baik, sedang

4 x pengairan

4

Curah hujan selama musim
tanam kedelai (mm/3bulan)
Ketersediaan irigasi pada
musim kemarau
Tekstur tanah

6

Kedalaman lapisan
(cm)
Bahan organik tanah

>50
Tinggi sedang
5.8 – 6.9
Tinggi –
sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
38 atau 1 200

- Lempung
berpasir
- Liat berpasir

Agak lambat

>3 500