Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

(1)

TUGAS AKHIR

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA BALAI WILAYAH SUNGAI

SUMATERAII DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN

UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Oleh :

PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

TANDA PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : NURFATHINAH HUTASUHUT

NIM : 122102064

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tanggal ... Dosen Pembimbing Tugas Akhir

NIP. 19511114 198203 1 002 Drs. Rustam, M.Si., Ak., CA

Tanggal ... Ketua Program Studi D III Akuntansi

NIP. 19511114 198203 1 002 Drs. Rustam, M.Si., Ak., CA

Tanggal ... Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

NIP. 19560407 198002 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : NURFATHINAH HUTASUHUT

NIM : 122102064

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL : SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Medan, Juni 2015

122102064

Nurfathinah Hutasuhut


(4)

Assalammu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya serta teriring salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW berkat limpahan rahmat dan hidayah seehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Adapun tugas akhir ini yang berjudul “ Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat”.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan-kekurangan akibat keterbatasan yang penulis miliki. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran bagi pengembanagn ilmu pengetahuan yang akaan datang.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa memberi ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku Ketua Prodi Program Studi D-III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku dosen pembimbing yang denagn sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(5)

3. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Drs.Kali Amri Hutasuhut dan Ibunda Asrita Des Harahap,SE yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan penulis Ilmu Pengetahuan selama proses perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada Staff dan Pegawai Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yanag telah memberikan informasi kepada penulis dalam mengumpulkan dan mengolah data yang dibutuhkan dalam penulisan Tugas Akhir ini. 6. Terimakasih kepada saudara penulis Atikah Meisari Hutasuhut yang telah

memberikan semangat kepada penulis.

7. Terimakasih juga kepada teman- teman magang , Futri Mardiani, Raisya Azrina, May Sari Pasaribu, dan Dameriana Manalu yang juga memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

8. Dan tidak lupa juga buat sahabat-sahabat penulis, Khairani Putri Utami, Amalia Nadhila Sembiring, dan Nur Lestari Situngkir yang telah memberikan dukungannya kepada penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi saya sendiri selaku penulis. Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas jasa-jasa baik yang telah mereka berikan kepada penulis.


(6)

Medan, Juni 2015

Nurfathinah Hutasuhut 122102064


(7)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Rencana Penulisan ... 4

1. Jadwal Survey/Observasi ... 5

2. Rencana Isi ... 5

BAB II BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT ... 7

A. Sejarah Ringkas ... 7

B. Struktur Organisasi ... 18

C. Job Description ... 19

D. Jaringan Kegiatan ... 35


(8)

F. Rencana Kegiatan ... 37

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT ... 39

A. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengendalian Internal ... 39

B. Unsur-Unsur Pengendalian Internal ... 45

C. Pengendalian Internal Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 49

D. Prosedur Penerimaan Kas ... 53

E. Prosedur Pengeluaran Kas ... 54

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPRAN ... 60


(9)

Nomor Judul Halaman Tabel 1.1 Jadwal Survey/ Observasi ... 4


(10)

Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi SNVT Pelaksanaaan

Jaringan Sumber Daya Air Sumatera II

Provinsi Sumatera Utara ... 38


(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengendalian internal merupakan alat pengawasan yang sangat membantu seorang pemimpin perusahaan melaksanakan tugas sehingga mempunyai peran yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Dalam arti sempit, pengawasan intern berarti pengecekan, penjumlahan, baik penjumlahan secara mendatar (crossfooting), maupun penjumlahan secara menurun (footing).

Setiap badan usaha dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan dana dalam bentuk kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva. Selain itu, kas merupakan alat yang penting bagi perusahaan untuk memperlancar aktivitas perusahaan di dalam perolehan laba.

Kas merupakan aktiva yang paling lancar dari seluruh aktiva yang ada. Kas mempunyai sifat tersendiri bila dibandingkan dengan aktiva lainnya. Bentuknya relatif kecil, mudah dipindah tangankan, dan keinginan untuk memilikinya tinggi, sehingga selalu menjadi sasaran penyelewengan. Hal ini terjadi karena hampir seluruh transaksi dalam perusahaan berhubungan dengan kas, baik pada perusahaan jasa, industri, maupun perusahaan dagang. Agar penyelewengan terhadap kas tidak terjadi, maka diperlukan suatu pengawasan internal terhadap kas, baik dari segi penerimaan maupun segi pengeluaran.


(12)

Pengawasan internal atau sekarang ini yang lebih sering dikatakan sebagai pengendalian intern merupakan prosedur-prosedur secara terperinci yang dipakai oleh pimpinan pengelola untuk mengawasi atau mengendalikan badan usaha secara kolektif.

Pengendalian yang baik dan efektif, memungkinkan pimpinan perusahaan untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan serta dapat mengatur dan merencanakan pekerjaan untuk saat ini dan untuk masa yang akan datang.

Seperti halnya Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sehingga sangat mungkin terjadi penyelewengan terhadap kasnya, oleh karena itu sangat diperlukan suatu sistem pengendalian internal. Tujuannya adalah untuk mengamankan harta perusahaan dari berbagai bentuk penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, meningkatkan efisiensi, dan mendorong agar staf atau pegawai mematuhi kebijakan manajemen yang telah ditetapkan sehingga penyelewengan dan kecurangan dapat dihindari atau ditekan sekecil mungkin.

Berdasarkan dari uraian di atas, sehingga peneliti ingin melakukan pembahasan melalui tugas akhir ini dengan meneliti “Sistem Pengendalian Internal Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ”.


(13)

B. Rumusan Masalah

Setiap perusahaan akan selalu menghadapi permasalahan dalam menjalankan kegiatan perusahaannya. Masalah yang dihadapi oleh perusahaantersebut adalah berbeda-beda satu sama lainnya, sama halnya dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis ialah “Apakah Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menciptakan suatu pengendalian internal kas yang baik dan memadai yang mendukung kelancaran operasional perusahaan?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang dapat diperoleh setelah melakukan penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui apakah Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menciptakan pengawasan internal kas yang baik, dan

b. Memadai yang mendukung kelancaran operasional perusahaan.

2. Manfaat Penelitian


(14)

masa perkuliahan.

b. Digunakan penulis lainnya sebagai pembanding untuk melakukan penelitian yang akan datang.

Bagi perusahaan itu sendiri dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat perencanaan dan kebijakan yang tepat untuk masa yang akan datang.

D. Rencana Penulisan

Rencana Penulisan terdiri dari jadwal penelitian dan laporan penelitian. 1. Jadwal Survey/Observasi

Tabel 1.1

Jadwal Survey/Observasi

No Kegiatan

Mei Juni

Mingguan

I II III IV I II III 1 Pengesahaan Penulisan

Tugas Akhir 2 Pengajuan Judul 3 Permohonan Izin Riset 4 Penunjukan Dosen

Pembimbing 5 Pengumpulan Data 6 Penyusunan Tugas Akhir 7 Bimbingan Tugas Akhir 8 Penyelesaian Tugas Akhir


(15)

2. Rencana Isi

Penulis akan memberikan gambaran rencana isi tugas akhir yang akan mempermudah penulisan tugas akhir, maka penulis membagikan dalam 4 bab.

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang apa yang menjadi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan

BAB 2 : BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang sejarah singkat, struktur organisasi, job description, jaringan kegiatan, kinerja kegiatan terkini, dan rencana kegiatan.

BAB 3 : SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


(16)

Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian sesuai dengan tema yang dipilih berdasarkan bidang studi mahasiswa dan penulis akan mencoba menguraikan pengertian dan tujuan pengendalian internal, unsur-unsur pengendalian internal, pengendalian internal penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur penerimaan kas, dan prosedur pengeluaran kas.

BAB 4 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dalam tugas akhir ini yang berisikan kesimpulan menyeluruh sesuai dengan topik penelitian dan juga bebera saran yang relevan dengan kesimpulan.


(17)

BAB II

BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN

PERUMAHAN RAKYAT A. Sejarah Ringkas

1. Kementerian Pekerjaan Umum

Istilah Pekerjaan Umum adalah terjemahan dari bahasa Belanda “Openbare Werken” yang pada zaman Hindia Belanda disebut “Waterstaat Swarken”. Dilingkungan pusat pemerintahan dibina oleh Dept. Van Verkeer & Waterstaat (Dept. V&W), yang sebelumnya terdiri dari 2 Dept. Van Guovernements Bedri Jven dan Dept. Van Burgewrlijke Openbare Werken.Dept V&W dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi beberapa afdelingen dan diensten sesuai dengan tugas dan/ wewenang kementerian ini. yang meliputi dibidang PU ( Openbare Werken ) termasuk afdeling Waterstaat dan onder afdelingen:

1. Lands Gebouwen 2. Wagen

3. Irrigatie & Assainering 4. Water Kracht

5. Constructie Burreau

Disamping yang tersebut diatas, yang meliputi bidang PU (Openbare Werken) juga afd. Havenwezen (pelabuhan), afd. Electriciteitswezen (kelistrikan ) dan afd. Luchtvaart (penerbangan sipil). Organisasi PU (Openbare Werken) didaerah-daerah adalah sebagai berikut : di provinsi Jawa


(18)

Barat , Jawa Tengah dan Jawa Timur urusan Waterstaat/openbere werken diserahkan kepada pemerintah Provinsi yang disebut “Provinciale

Waterstaatdienst “ dan dikepalai oleh seorang Hoofd Provinciale

Waterstaatdienst (H.P.W), di wilayah Gouv. Yogyakarta dan Gouv. Surakarta urusan-urusan Pekerjaan Umum/ Waterstaat dijalankan oleh “Sultanas

Werken” (Yogyakarta), dan “Rijkswerken” (Surakarta),

Mangkunegaranwerken.

Disamping itu di wilayah Vorstenslander terdapat 3organisasi “ Waterschap”, “s” Lands Gbouwendienst, “Regentschap Werken” dan “Gremeente Werken” . Untuk derah luar Jawa Gouv. Sumatera, Borneo (Kalimantan) dan Grote Oost ( Indonesia Timur) terdapat organisasi “Gewestelijke Inspective v/d Waterstaat” dikepalai oleh seorang inspektur. Diwilayah Residentie terdapat “Residentie Water Staatdienst” yang dahulu dikenal dengan nama “Dienst der B.O.W” dan dikepala dinas ini biasa disebut “E.A.Q” (Eerst Aanwzend Waterstaatambtenar). Ketentuan yang dikeluarkan pada zaman Hindia Belanda untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas dalam linkungan Pekerjaaan Umum dapat dibaca dalam “A.W.R”. 193 B.W.R 1934 dan “W.V.O/W.V.V”.

Setelah Belanda menyerah dalam perang pasifik pada tahun 194 kepada Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah pemerintahan , Jawa/Madura, Sumatera dan Indonesia Timur dan tidak adapusat pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke tiga wilayah pemerintahan tersebut.


(19)

Dibidang Pekerjaan Umun pada tiap-tiap wilayah organisasi pemerintahan militer Jepang tersebut diatas, diperlukan organisasi zaman Hindia Belanda dan disesuaikan dengan ketentuan- ketentuan dari pihak Jepang, kantor pusat ‘V &W’. Di Bandung dinamakan “Kotubu Bunsitsu”, setelah saat itu istialah “Pekerjaan Oemoem” (P.O), Oeroesan Pekerdjaan Oemoem (O.P.O0, “ Pekerjaan Umum” ( PU), disamping “Doboku’ lazin dipergunakan.

Katubu bonsitsu di Bandung hanya mempunyai hubungan denga wilayah pemerintahan di Jawa/Madura, hubungan dengan luar Jawa tidak ada. Organisasi Pekerjaan Umum di daerah-daerah, di karesidenan-karesidenan pada umumnya berdiri sendiri-sendiri. Sistem pelaksanaan pekerjaan ada yang mempergunakan sistem dan nama jaman Ned.Indie, dismaping menurut sistem Jepang.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur merebut kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang baik dipusat pemerintahan (Jakarta/Bandung) maupun pemerintahan daerah-daerah. Sesudah pemerintahan Indonesia membentuk kabinet yang pertama, maka para menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan Umum pada waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas V&W (dikenal dengan nama “Gedung Sate”.

Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda sebelum perang, datang mengikuti tentara sekutu masuk ke Indonesia. Akibat dari keinginan pemerintahan Belanda ini, terjadilah


(20)

penentangan fisik dengan pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut gedung-gedung yang telah didudukinya, antara lain “Gedung Sate” yang telah menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu ( peristiwa bersejarah itu dikenal dengan peristiwa “3 Desember 1945”). Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 s/d 1949, Pemerintahan Pusat RI di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta begitu juga Kementerian PU.

Sesudah Pemerintahan Belanda tahun 1949 mengakui kemerdekaan Republik Indonesia maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta berpindah lagi ke Jakarta. Sejak tahun 1945 itu, Pekerjaan Umum (PU) telah sering mengalami perubahan pimpinan dan organisasi, sesuai situasi politik pada waktu itu. Sebagai gambaran garis besar organisasi PUT diuraikan sebagai berikut:

1. Sebelum tentara Belanda masuk ke Yoyakarta, susuana kementerian PU . Perhubungan dapat dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 balai.

2. Khusus pada masa Republik India Serikat Kementerian Perhubungan dan POU RIS dibagi dalam beberapa departemen dan beberapa jawatan dan beberapa instansi yang hubungan erat dengan tugas dari Dept.PU.RIS.

Kementerian Perhubungan PU.RIS tersebut terdiri atas penggabungan 3 Departemen prae federal yaitu:

1. Departemen Verkeer, Enerrgie dan Mynbouw dulu kecuali Mynbouw yang masuk dalam kementerian kemakmuran)

2. Departemen Van Waterstaat di Wederopbouw 3. Departemen Van Scheepvaart


(21)

Penggabungan dari 3 Departemen dari pemerintahan prae federal dalam satu Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS dianggap perlu, agar hubungan 3 Deprtemen tersebut satu dengan yang lain menjadi sangat erat, terlebih-lebih jika diingat bahwa untuk pembangunan Negara akan diadakan koordianasi dan rasionalisasi yang baik dan adanya tenaga ahli dan pula untuk melancaran semua tugas yang dibebankan kepada Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS. Khusus pada permulaan terbentuknya Negara Kesatuan RI, maka susunan kementerian berbeda.

Dalam masa prolog G 30 S PKI terjuadilah dalam sejarah Pemerintahan RI suatu cabinet yang besar disebut dengan nama Kabinet Dwuikora atau Kabinet 100 Menteri, dimana pada masa ini dibentukn koordinator Kementerian. Tidak luput Departemen PUT yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi yang menjadi 5 Departemen dibawah Komprartemen PUT Kabinet Dwikor, dipimpin Jenderakl Suprajogi. Adapun Kompartemen PUT ketika membawahi Departemen, antara lain:

1. Departemen Listrik dan Ketenagaan 2. Departemen Bina Marga

3. Departmen Cipta Karya 4. Departemen Pengairan Dasar 5. Departemen Jalan Raya Sumatera

Setelah peristiwa G 30S PKI pemerintaha segera menyempurnakan Kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir. Soekarni sebagai menteri PUT untuk memimpin Kompartemen PUT. Kabinet yang disempurnakan dipertahankan. Kabinet Ampera sebagai cabinet pertama dalam masa Orde Baru, kembali


(22)

organisasi PUT dibentuk dengan Ir. Soekarni sebagai menteri. dengan Surat Keputusan Menteri PUT tertanggal 17 juni 1968 No.3/PRT/1968 dan dirubah dengan Peraturan Menteri tertanggal 1 Juni 1970 No.4/PRT/1970. Departemen PUT telah memiliki suatu susunan struktur organisasi. Sebagai gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan Departemen PUT,maka pada waktu itu azas tugas-tugas PU telah diserahkan pada kewenangan daerah itu sendiri.

Selanjutnya, pada awal kemerdekaan tahun 1945, nama Pekerjaan Umum tetap dipergunakan dalam cabinet pertama Republik Indonesia yang diumumkan tanggal 2 September 1945, dibawah Perdana Menteri Moh. Hatta, bernama Kementerian Umum dengan Menterinya Abikusno Tjokrosoejoso seorang arsitek otodidak.

Kemudian sejak awal kemerdekaan sampai saat ini, dalam perjalanan sejarahnya Departemen kementerian PU telah berkali-kali berganti nama. Mulai dengan nama Kementerian Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga, Departemen Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah, Departemen Pemukiman dan Prasarana. Dalam Kabinet Kerja dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo , Kementerian Pekerjaan Umum berubah nama menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 15 Tahun 2015. Meskipun berganti-ganti nama, akan tetapi esensi tugas pokok dan fungsinya tak berubah, yaitu penyediaan pekerjaan umum dan pemukiman.


(23)

2. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Penyelenggaraan pembangunan disektor pengairan/sumber daya air dihadapkan pada berbagai tantangan yang makin kompleks, sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk serta peningkatan aktivitas masyarakat. Sedemikian pentinnya air dalam kehidupan, sehingga UUD 1945 dalam pasal 33 ayat (3) mengamanatkan bahwa air dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Agar amanah tersebut dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, perlu dilakukan upaya pengelolaan yang tepat dan terpadu sehingga dapat diwujudkan kemanfaatan sumber daya air secara optimal dan berkelanjutan.

Pemerintah pusatmelalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, lintas berwenang Negara, dan wilayah sungai strategis nasional. Ditjen SDA juga memiliki kewenangan dalam menetapkan pola pengolaan dan rencana pengolaan atas ketiga wilayah sungai tersebut.

Ditjen SDA mendasari pengolaan pada sifat alami sumber daya air yang tidak mengenal batas wilayah administrasi serta adanya hubungan sebab akibat antara bagian satu denan yang lain pada siklus hidrologi. Oleh karena itu, pengelolaan SDA haruslah dilakukan secara menyeluruh pada suatu kesatuan sistem hidrologinya dengan memadukan seluruh pihak terkait, baik menjaga kelestariannya (konservasi), yang memanfaatkannya (pendayagunaan), maupun yang mungkin dapat terkena bencana (pengendalian daya rusak).


(24)

a. Visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakayat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Tidak hanya melakukan pembangunan prasarana fisik, pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh Ditjen SDA juga memperhatikan penanganan nonfisik, seperti gerakan kemitraan dan pemberdayaan para petani pengguna air, dan juga didukung oleh basis dan informasi. Dalam mengelola sumber daya air Dijen SDA mempunyai visi:

“ Mewujudkan kemanfaatan sumber daya air secara berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia”.

b. Misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Untuk mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan lima misi yang sejalan dengan UU No. 7/2004, yakni :

1. Konservasi sumber daya air yang berkelanjutan

2. Pendayagunaan sumber daya air secara adil untuk berbagai kebutuhan masyarakat yang memenuhi kualitas dan kuantitas.

3. Pengendalian daya rusak air .

4. Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta, dan pemeritah dalam pengelolahan sumber daya air.

5. Peningkatan keterbukaan dan ketersediaan data serta informasi dalam pengelolahan sumber daya air.


(25)

4. Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai

Secara konsep, sumber daya air haruslah dikelola secara komprehensif berdasarkan wilayah sungai, tidak berdasarkan wilayah administrasi. Untuk mewujudkan konsep tersebut serta untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air yang menyeluruh dan berkelanjutan, dibentuk Balai Besar dan Balai Wilayah Sungai (BBWS & BWS) yang bertugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Pembentukan BBWS & BWS merupakan kosekuensi logis dari adanya kewenangan dan tanggung juawab pengelolaan sumber daya air sebagaimana diatur dalam UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air pasal 14,15, dan 16.Pemeritah Pusat melalui Departemen Kementerian Umum dan perumahan Rakyat mempunyai kewenangan melaksanakan pengelolaan sumber daya air di wilayah yang bersifat lintas Negara, lintas provinsi dan strategi nasional.

Penentuan wilayah sungai di Indonesia mengacu pada keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.11A/PRT/M/2006, sementara belum ditetapkan oleh Presiden sebagaimana tercantum dalam UU.NO.7/2004, yang membagi wilayah sungai di Indonesia menjadi 133 wilayah sungai, terdiri dari 4 buah wilayah sungai Lintas Negara, 26 buah wilayah Lintas Provinsi, 38 buah wilayah sungai Strategis Nasional, 49 wilayah sungai Lintas Kabupaten/Kota dalam Provinsi ,dan 16 buah wilayah sungai dalam Kabupaten/Kota. dari 133 wilayah sungai, 69 buah wilayah sungai merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Pusat.


(26)

Sampai saat ini telah dibentuk 12 BBWS dan 19 BWS yang tersebar diberbagai provinsi. Dengan berbagai pertimbangan, dari 69 wilayah sungai kewenangan pusat hanya 31 BBWS & BWS, sehingga satu BBWS & BWS umumnya mempunyai wilayah kerja lebih dari satu wilayah sungai. bahkan terdapat satu wilayah sungai (Ciujung,Cidanau, Cidurian, Ciliwung, Cisadane, dan Citarum) yang dikelola oleh tiga BBWS.

5. Satuan Kerja Balai Wialayah Sungai Sumatera II Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II (BWSS II) berada dibawah pembinaan dan tanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air melalui Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera I.I. Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sunagi Sumatera II berkedudukan di Jalan Jenderal Besar DR. A.H Nasution No.30 Pkl. Mansyur Medan.

Dalam menjalankan kegiatan BWSS II mempunyai tujuan dan tugas pokok yang telah ditetapkan sesuai dengan keputusan Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera II tentang “ Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pejabat int dan Pembantu Pejabat Inti satuan Kerja Balai Wilayah Sunagi Sumatera II” pada tahun anggaran 2013 yang terttulis pada pasal 2 tentang Tujuan dan Tugas Pokok yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Air serta untuk meningkatkan persediaan air guna memenuhi kebutuhan Sumber Daya Air secara efektif dan efisien.


(27)

3. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Sumber Daya Air.

B. Struktur Organisasi

Adanya struktur organisasi yang menggambarkan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pegawai serta dukungan perlengkapan yang dikelola dengan baik akan menghasilka produktivitas yang akan meningkatkan kinerja pegawai. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan dapat diterapkan ,sehingga efisiensi dan efektivitas kinerja pegawai dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga apa yang menjadi tujuan BWSS II dapat tercapai.

Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera II telah memutuskan serta menetapkan struktur organisasi Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II guna untuk melaksanakan tujuan dan tugas pokok yang telah ditetapkan. Bagan struktur organisasi Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai sumatera II (BWSS II) dapat dilihat dalam gambar 2.1.

Struktur Organisasi Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II adalah sebagai berikut :

a. Kepala Satuan Kerja/ Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa pengguna Barang Balai Wilayah Sungai Sumatera II

b. Pejabat Inti Satuan kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II terdiri dari: 1. Pejabat Pembuat Komitmen.

2. Pejabat Yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran. 3. Bendahara Pengeluaran


(28)

c. Dalam melaksanakan kegiatan para Pejabat Inti Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II dibantu oleh:

1. Perencana Teknik KTTL, Perencanaan dan Program dan O&P SDA.

2. Perencana Teknik Bidang Program dan Pelaporan. 3. Pelaksanaan Administrasi

4. Petugas Akuntansi UAKPA 5. Pelaksana Administrasi UAKPB 6. Bendahara Pembantu

7. Pelaksana

C. Job Description

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 02/PRT/M/2008 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Umum yang merupakan Kewenangan Pemeritah dan Dilaksankan sendiri serta Peraturan Presiden Republik Indonesia No.54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah ditetapkan tugas dan tanggung jawab Pejabat Inti Satuan Kerja terdiri dari:

1. Kepala Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II Mempunyai Uraian Tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan seluruh tugas Satuan kerja terutama pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam Daftar isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).


(29)

b. Memimpin Pelaksanaan seluruh rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam DIPA.

c. Memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada Pejabat Inti Satuan Kerja dibawahnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran/output yang telah ditetapkan.

d. Mengusulkan Struktur Organisasi dan Pembantu Pejabat Inti Satuan Kerja yang dipimpinnya sesuai kebutuhan yang sekanjutnya ditetapkan oleh Atasan Langsung.

e. Menandatangani Surat Keputusan yang mengakibatkan pengeluaran (gaji non PNS, lembur, honor, vakasi, dan perjalanan dinas)

f. Melakukan pelimpahan sebagian kewenangan pelaksanaan kegiatan operasional Kegiatan kepada Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja (Pejabat Pembuat Komitmen), maupun kepada pejabat yang Melakukan Pengujian danPerintah Pembayaran yang ditetapkan oleh Menteri selaku Pengguna Anggaran/ Barang.

g. Menetapkaan dana Menandatangani Surat Keputusan Panitian Pengadaan barang/Jasa.

h. Menandatangani Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak (Dalam hal Kepala Satuan Kerja merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).

i. Menyetujui Surat Perintah Kerja/Kontrak yang ditandatangani Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran


(30)

Anggaran Belanja/ Pejabat Pembuat Komitmen (Dalam hal Kepala Satuan Kerja tidak merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen). j. Menyetujui Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang diajukan oleh

Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja/Pejabat Pembuat Komitmen untuk diteruskan kepada pejabat yang melakukan pengujian dan Perintah Pembayaran (Dalam hal Kepala Satuan Kerja tidak merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).

k. Menyampaikan laporan seluruh kegiatan Satuan Kerja sesuai peraturan yang berlaku.

l. Melaporkan setiap terjadinyakerugian Negara menurut bentuk dan cara yang ditetapkan, tepat pada waktunya kepada Pengguna Anggran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

m. Menyusun usulan Rencana Kegiatan Satuan Kerja Tahunan yang merupakan Sebagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) untuk tahun berikutnya.

2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat inti Satuan Kerja

a. Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Sumatera II Provinsi Sumatera Utara

Mempunyai Uraian Tugas sebagai berikut:

1. Melaksanakan seluruh tugas Satuan Kerja terutama pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).


(31)

2. Memimpin Pelaksanaan seluruh rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam DIPA.

3. Memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada Pejabat Inti Satuan Kerja dibawahnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran/output yang telah ditetapkan. 4. Mengusulkan Struktur Organisasi dan Pembantu Pejabat Inti

Satuan Kerja yang dipimpinya sesuai kebutuhan yang selanjutnya ditetapkan Atasan Langsung.

5. Menandatangani Surat Keputusan yang mengakibatkan pengeluaran (gaji non PNS,lembur,honor,vakasi dan perjalanan dinas)

6. Melaksanakan pelimpahan sebagian kewenangan pelaksanaan kegiatan operasional Satuan Kerja kepada pejabat yang melakukan tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja (Pejabat Pembuat Komitmen), maupun kepada Pejabat yang melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran yang ditetapkan oleh Menteri selaku Pengguna Anggaran/Barang.

7. Menetapkan dan menandatangani Surat Keputusan Susunan Anggota Panitia Pengadaan Barang/Jasa.

8. Menandatangani Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak (Dalam hal Kepala Satuan Kerja Merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).

9. Menyetujui setiap Surat Perintah Kerja/Kontrak yang ditandatangani Pejabat yang melakukan tindakan yang


(32)

mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak (Dalam hal Kepala Satuan Kerja Merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).

10.Menyetujui Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang diajukan oleh pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran Anggran Belanja/Pejabat pembuat Komitmen untuk diteruskan kepada Pejabat yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran. Kontrak (Dalam hal Kepala Satuan Kerja Merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).

11.Menyampaikan laporan seluruh kegiatan Satuan Kerja sesuai peraturan yang berlaku

12.Melaporkan setiap terjadinya kerugian Negara mnurut bentuk dan cara yang ditetapkan, tepat pada waktunya kepada Pengguna Anggaransesuai dengan ketentuan yang berlaku.

13.Menyusun usulan Rencana Kegiatan kementerian/Lembaga (RKA-KL) untuk tahun berikutnya.

Tanggung Jawab :

Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan/rencana kerja yang tertuang dalam DIPA

a. Bertanggung jawab atas semua penerimaan/pengeluaran anggaran Satuan Kerja yang APBN.

b. Bertanggung jawab atas kebenaran material setiap Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak yang ditandatangani nya serta akibat timbul dari SK/SPK/Kontrak tersebut.


(33)

c. Bertanggung jawab terhadap realisasi keuangan dan pencapaian keluaran/output yang telah ditetapkan

d. Bertanggung jawab terhadap penatausahaan dan pemeliharaan Barang Milik/Kekayaan Negara Satuan Kerja.

e. Bertanggung jawab atas tertib penatausahaan anggaran serta tertib pengadaan barang dan jasa yang dialokasikan kepada satuan kerja yang dipimpinnya sesuai peraturan yang berlaku.

f. Bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran melalui atasan Langsung/Pelaksana Program.

b. Pejabat Yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran Melaksanakan sebagian tugas Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Sumatera II Provinsi Sumatera Utara, dengan Uraian Tugas sebagai berikut :

a. Menerima berkas SPP yang disampaikan oleh Pejabat Yang Melakukan Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja.

b. Memeriksa Kelengkapan berkas SPP, mengisi check list kelengkapan berkas SPP dan mencatat dalam buku pengawasan penerimanaan SPP

c. Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(34)

d. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas PAGU anggaran.

e. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain :

1. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perushaan, alamat, No.rekening dan nama Bank)

2. Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/atau kelayakan dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak yang berkenaan)

3. Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang tercantum dalam DIPA serta ketepatannya terhadap jadwal waktu pembayaran guna meyakinkan bahwa tagihan yang harus dibayar belum daluarsa)

f. Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau ssaran kegiatan sesuai dengan indicator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak.

g. Menandatangani dan menerbitkan SPM sekurang kurangnya dalam rangkap 6 dengan

1. Lembar kesatu dan lembar disampaikan kepada KPPN pembayaran

2. Lembar ketiga sebagi pertinggal pada Pejabat yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran


(35)

3. Lembar keempat disampaikan kepada Petugas Akuntansi/Verifikasi keuangan.

4. Lembar kelima disampaikan kepada pejabat yang melakukan Tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran Anggaran/Pembuat Komitmen.

5. Lembar keenam disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran h. Menyampaikan SPM yang telah ditandatangani ke KPPN

setempat

i. Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukan sesuai DIPA dan menyampaikannya kepada Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Sumatera II Provinsi Sumatera Utara Selaku Atasan Langsungnya.

Tanggung Jawab :

a. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengujian dan perintah pembayaran serta akibat yang timbul atas tindakannya meliputi aspek hokum, peraturan perundang-undangan dan tujuan pengeluaran

b. Bertanggung jawab kepada Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Sumatera II Provinsi Sumatera Utara.

c. Bendahara Pengeluaran

Melaksanakan sebagian tugas Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Sumatera II Provinsi Sumatera Utara, sebagai berikut :


(36)

a. Menyelenggarakan pembukuan seluruh transaksi keuangan yang dilaksanakan SNVT Pelaksanaan jaringan Sumber Air Sumatera II Provinsi Sumatera Utara pada Buku Kas Umum (BKU), Buku Pembantu , Buku tambahan, serta buku-buku tambahan lainnya.

b. menyiapkan rincian jumlah Pengauan SPP UP, SPP TUP, SPP GUP serta dokumen dokumen pendukung lainnya.

c. Menandatangani Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP UP) yang diajukan oleh pejabat Pembuat Komitmen dan selanjutnya menyampaikannya kepada Pejabat Yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran.

d. Menandatangani SPP LS yang pembayarannya melalui rekening Bendahara.

e. Melakukan pengamanan kas serta surat-surat berharga lainnya yang berada dalam pengurusannya (Brankas) untuk menghindari terjadinya kerugian Negara.

f. Menguji kebenatran tagihan pembayaran Uang persediaan meliputi kesesuaian dengan akun, DIPA dan peraturan keuangan yang berlaku sebelum dilakukan pembayaran

g. Melakukan pembayaran melului Uang Persedian atas persetujuan Pejabat yang Melakukan Tindakan Yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Sumatera II untuk belanja barang yaitu akun : 5211(belanja barang operasional), 5212 (belanja nonoperasional),


(37)

5211 (belanja lain-lain), dengan nilai setinggi-tingginya sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah), kecuali ada ketentuan lain dari Kementerian Keuangan.

h. Wajib menolak perintah bayar dari Kasa pengguna Anggaran/Pejabat Yang ditunjuk apabial persyaratan pembayaran tidak terpenuhi.

i. Menerima dan menyetor ke Rekening kas Negara atas pajak dan penerimaan lainnya yang dipungut serta melaporkannya menurut bentuk dan cara yang telah ditetapkan, tepat pada waktunya kepada masing-masing instalasi yang terkait.

j. Menyelenggarakan tata kearsipan yang bersangkutan dengan bukti- bukti pembukuan

Tanggung Jawab :

a. Bertanggung jawab atas pengeolaan uang persediaan b. Bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian keuangan

Negara yang berada dalam pengurusannya.

c. Bertanggung jawab kepada Kepala SNVT Pelaksana Jaringan Sumber Air Sumatera II Provinsi Sumatera Utara.

Tanggung Jawab :

Dalam melaksanakan tugas Perencana Teknik Bidang Kegiatan Sungai dan Pantai bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja.

3. Pembantu Pejabat Inti SNVT Peaksanaan Jaringan Sumber Air Sumatera II Provinsi Sumatera Utara


(38)

Membantu melaksanakan tugas Pejabat Inti Satuan Kerja sebagai berikut :

1. Pembinaan Penyusunan program dan kegiatan pada unit pelaksana kegiatan Sungai dan Pantai

2. Meneliti dan membantu penyusunan perencanaan pengadaan barang/jasa kegiatan Sungai dan Pantai

3. Membina, meneliti dan mengevaluasi dokumen-dokumen pengadaan barang/jasa Kegiatan Sungai dan Pantai

4. Melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanan Kegiatan Sungai dan Pantai

5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi atas kinerja pelaksanaan Kegiatan Sungai dan Pantai

6. Dengan persetujuan Kepala Satuan Kerja melaksanakan dan mengikuti rapat-rapat koordinasi pelaksanaan Kegiatan Sugai dan pantai dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Satuan Kerja. 7. Memberikan saran dan masukan kepada Kepala Satuan

Kerja baik diminta maupun tidak diminta

8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Satuan Kerja yang berkaitan dan sesuai dengan bidang tugasnya.

Tanggung Jawab :

Dalam melaksanakan tugasnya Perencana Teknik Bidang Kegiatan Sungai dan Pantai bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja. b. Penyusun Monev dan Pelaporan E-Monitoring


(39)

Membantu melaksanakan sebagian Pejabat Inti Satuan Kerja sebagai berikut :

1. Pembinaan penyusunan program da kegiatan pada masing-masing unit pelaksanaan pengelola sumber daya air

2. Mempersiapkan konsep arah kebijakan program kegiatan tahunan dalam jangka menengah dan jangka panjang pada SNVT

3. Menghimpun/mengevaluasi laporan kinerja pelaksanaan program tahunan yang disampaikan oleh masing-masing unit kegiatan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.

4. Dengan persetujuan kepala SNVT melaksankan dan mengikuti rapat-rapat dalam rangka penyelarasan program dan melaporkan hasilnya kepada Kepala SNVT

5. Bekerja sama dengan Perencana Teknik yang lain dan Pejabat Pembuat Komitmen melakukan pengujian dan penelitian atas program/kegiatan yang diusulkan.

6. Melakukan monitoring dan evalasi secara administrasi dan phisik terhadap arah dan kinerja pelaksanaan program.

7. Mempersiapkan dan mensosialisasikan norm, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang diperlukan sesuai peraturan yang berlaku.

8. Membina dan mendayagunakan Sumber Daya manusia pada unit kerjanya.

9. Memberikan saran dan masukan kepada Kepala SNVT baik diminta maupun tidak diminta.


(40)

10.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala SNVT yang berkaitan dan sesuai bidang tugasnya.

Tanggung Jawab :

a. Bertanggung jawab atas kebenaran program dan pelaporan Sumber Daya Air yang dikerjakan

b. Bertanggung jawab kepada Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Sumatera II Prov. Sumatera Utara

c. Pelaksana Administrasi

Membantu melaksanakan sebagian tugas Pejabat Inti Satuan Kerja sebagi berikut :

1. Melakukan tugas-tugas kerumahtanggaan, kesekretariatan, kesejahteraan, dan keselamatan kerja pada SNVT Pelaksanaa Jaringan Sumber Daya Air Sumatera II Prov. Sumatera Utara.

2. Menyusun rencana pengadaan kebutuhan-kebutuhan kegiatan, peralatan dan perlengkapan serta bahan-bahan lainnya untk SNVT, Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Sumatera II Prov. Sumatera Utara.

3. Melaksanakan administrasi umum SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Sumatera II Prov. Sumatera Utara.

4. Melaksanakan administrasi BMN SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Sumatera II Prov. Sumatera Utara.

5. Melaksanakan rencana pengedaan dan penatausahaan barang-barang kebutuhan SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Sumatera II Prov. Sumatera Utara.


(41)

6. Membuat laporan secara berkala kepada Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Sumatera II Prov. Sumatera Utara.

7. Melaksanakan kegiatan keamanan dan pengamanan di Lingkungan SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Sumatera II Prov. Sumatera Utara.

8. Menginput Aplikasi Persediaan dan SIMAK BMN pada masing-masing unit Kegiatan.

Tanggung Jawab :

Dalam melaksanakan tugasnya Pelaksana Administrasi bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja.

d. Petugas Verifikasi UAKPB

Membantu melaksanakansebagian tugas Kepala Satuan Kerja sebagai berikut :

1. Menyusun data Transaksi BMN pada setiap akhir bulan. 2. Melaksanakan pencocokan data antar laporan BMN

dengan laporan keuangan yang disusun oleh petugas akuntansi. 3. Menyusun laporan BMN setiap semesteran dan Laporan

BMN beserta LKB.

4. Menyimpan arsip dan BMN dan melakukan proses tutup buku setiap akhir tahun anggaran

5. menyusun Laporan Barang Milik Negara dan Laporan Kondisi Barang Satuan Kerja sesuai dengan Sistem Akuntansi Instansi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan


(42)

6. Menyampaikan laporan BMN dan LKB kepala Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAKPAB-W) beserta arsip data computer.

Tanggung Jawab :

Dalam melaksanakan tugasnya Pelaksana Administrasi bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja

e. Petugas Akuntansi UAKPA

1. Menerima copy Data Sumber seprti SPM,SP2D, STS, dan DIPA pada ADK BMN beserta pengantar (SP)/Lembar Pengontrol dari Bendaharawan

2. Memastikan bahwa Data Sumber dan ADK tersebut kepada petugas komputer

3. Menerima Data Sumber yang diterima pada buku control dan mengrimkan DS dan ADK kepada petugas komputer.

4. Melakukan rekonsiliasi dengan KPPN

5. Melakukan verifikasi atas CALK, dan mengirimkannya ke UAPPA-W/UAPPA-EI tiap semester

Tanggung Jawab :

a. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan BMN ddan LKB sesuai standar Akuntansi Pemerintah

b. Bertanggung jawab kepada kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya Air Sumatera II Prov. Sumatera Utara.


(43)

f. Bendahara Pembantu

a. Membantu bendahara Pengeluaran didalam Pengelolaan Uang Persediaan (UP).

b. Menyusun Laporan Keuangan yang dilakukannya sesuai DIPA dan menyampaikannya kepada Bendahara Pengeluaran

c. Bertanggung jawab atas pengelolaan Uang Persediaan (UP) yang dilakukan atas aspek hukum, peraturan perundang-undangan dan tujuan pengeluaran.

Tanggung Jawab:

Dalam melaksanakan tugasnya Bendahara Pembantu bertanggung jawab kepada Bendahara Pengeluaran.

D. Jaringan Kegiatan

Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) bergerak di dalam bidang jasa yaitu mewujudkan kemanfaatan sumber daya air secara berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia . Lima jenis usaha kegiatan Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) :

1. Pembuatan tebing sungai. 2. Pembuatan tanggul sungai. 3. Pembuatan bendungan sungai 4. Pembebasan tanah/ganti rugi. 5. Perkuatan tebing sungai.


(44)

E. Kinerja Kegiatan Terkini

Setiap perusahaan atau instansi memiliki visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan membutuhkan waktu untuk mewujudkan itu semua. Begitu pula pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahana Rakyat yang akan terus berupaya mewujudkan visi dan misinya yang telah ditetapkan. Tidak mudah untuk mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi dan kedisiplinan serta loyalitas dalam bekerja.

Tidak hanya sungai, danau, bendungan, irigasi, rawa dan pantai yang menjadi potensi kinerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahana Rakyat namun Bandara Kualanamu juga menjadi objek pengembangam Sumber Daya Air dan juga proyek-proyek lain seperti:

1. Pembangunan Box culvert Kanalisasi Deli-Percut 2. Divertion Structure Kanalisasi Deli-Percut. 3. Perkuatan Tebing Kanalisasi Deli-Percut. 4. Bendungan Irigasi Batang Ilung.

5. Bendungan Irigasi Batang Gadis. 6. Bendungan karet Bandar Sidoras. 7. Perkuatan Tebing Sungai.

Selain menjalani kegiatan pokok, kegiatan-kegiatan yang diluar kegiatan pokok juga tetap dilaksanakan. Misalnya saja kegiatan kerohanian seperti perayaan hari-hari besar keagamaan misalnya hari raya Idhul Fitri para


(45)

pegawai saling bersilaturahmi diacara halal bihalal yang dibuat bersama, sehingga kegiatan ini mengandung nilai-nilai dan norma-norma keagamaan dalam menjalani hidup. Tidak hanya rohani , para pegawai juga melakukan kegiatan jasmani seperti melakukan senam pagi disetiap hari jum’at dan juga sesekali melakukan kegitatan outbond bersama.

F. Rencana Kegiatan

Untuk mendorong hasil yang maksimal dibutuhkan kinerja yang bermutu dimana kinerja-kinerja tersebut dapat membantu mewujudkan misi yang menjadi tujuan Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dijalankan lembaga/instansi dimana rencana kegiatan tersebut menjadi tugas pokok yang telah ditetapkan antara lain adalah :

1. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Air serta untuk meningatkan persediaan air guna memenuhi kebutuhan Sumber Daya Air secara efektif dan efisien.

2. Meningkatkan efesiensi, efektivitas dan produktivitas Sumber Daya Air. 3. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pengoprasian dan pemeliharaan prasaran Sumber Daya Air.

Kegiataan yang dihasilkan atau yang sedang berjalan yang meliputi kemampuan Sumber Daya Air guna untuk meningkatkan persediaan air diantaranya adalah dengan memelihara dan meningkatkan kemampuan sungai, danau, bendungan, irigasi, rawa dan pantai yang menjadi potensi dan prasarana Sumber Daya Air guna untuk meningkatkan tapi juga berupaya untuk mengembangkan Sumber Daya Air yang telah ada.


(46)

(47)

BAB III

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA BALAI WILAYAH SUNGAI

SUMATERAII DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN

UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

A. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan alat pengawasan yang sangat membantu seorang pemimpin perusahaan melaksanakan tugas sehingga mempunyai peran yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Dalam arti sempit, pengawasan intern berarti pengecekan, penjumlahan, baik penjumlahan secar mendatar (crossfooting), maupun penjumlahan secara menurun (footing).

Pengendalian internal menurut Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan dan Perumahan Rakyat meliputi semua metode atau peraturan yang digunakan perusahaan untuk menjaga kekayaan harta perusahaanya, mengatur kegiatan perusahaan yang sekarang dan membuat rencana untuk masa yang akan datang yang tujuannya untuk meningkatkan kemajuan perusahaan.

Pengendalian internal meliputi organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mendorong efesiensi dipatuhinya kebijaksanaan manajemen untuk mendorong tercapainya hal-hal tersebut diperlukan syarat tertentu yang merupakan unsur dari pengendalian itu sendiri yang apabila syarat ini dipenuhi maka tujuan perusahaan dapat dicapai secara maksimal dan menggunakan fasilitas yang ada secara efektif dan efisien.


(48)

“ Kas, harta yang paling liquit adalah media pertukaran buku dan dasar bagi pengukuran dan akuntansi untuk semua pula lainnya. Kas umumnya diklasifikasikan sebagai harta lancar agar dapat dilaporkan sebagai “kas”, post yang bersangkutan harus siap tersedia untuk pembayaran kewajiaban lancar, dan harus bebas dari setiap ikatan kontraktual yang membatasi penggunanya dalam pemenuhan hutang”.

Pengendalian internal meliputi organisasi serta semua metode ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta milik perusahaan, mengecek kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efesiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang telah digariskan. (IAI, 2002)

Pengendalian internal meliputi rencana organisasi dan semua metode serta peraturan yang sederajat yang digunakan di dalam perusahaan untuk menjaga kekayaannya, memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansinya, meningkatkan efesiensi operasional dan mendorong dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang sudah digariskan oleh manajemen.

Rencana dan prosedur yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan alat pengendalian bagi kegiatan perusahaan disebut pengendalian intern

(internal control). Pengendalian ini terdiri dari rencana serta metode dan

prosedur yang berhubungan dengannya. (Niswonger, dkk 1992:79)

Pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan meyakinkan bahwa hukum serta peraturan telah diikuti.

Struktur pengendalian internal terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu : 1. Lingkungan Pengendalian


(49)

Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lainnya yang secara umum dapat memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara menejemen di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta arahan yang diberikan oleh dewan dereksi.

2. Penilaian Risiko

Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana risiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi risiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilaian risiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.

3. Aktivitas Pengendalian

Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menebus semua level dan semua fungsi yang ada diperusahaan. Meliputi : aktivitas-aktifitas persetujuan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, inspeksi atas kinerja operasional, keamanan sumberdaya (aset), pemisahan tugas dan tanggung jawab.

4. Informasi dan Komunikasi

Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomunikasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di


(50)

dalam perusahaan (organisasi), Sistem Informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar menejemen memperoleh informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal.

5. Pengawasan

Pengendalian internal seharusnya diawasi oleh menejemen dan personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi/instansi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktifitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian internal hendaknya dilaporkan keatas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi. Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem.

Menurut tujuannya sistem pengendalian internal dapat menjadi dua macam :

1. Pengendalian internal administrasi (internal administrative control)

Pengendalian internal meliputi rencana serta prosedur-prosedur dan catatan-catatan yang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang membantu pemimpin perusahaan untuk menyetujui atau memberikan wewenang atas terjadinya transaksi. Pemberian wewenang merupakan fungsi pemimpinan perusahaan yang lansung berhubungan dengan


(51)

tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. hal ini merupakan titik tolak untuk menciptakan pengawasan akuntansi atas transaksi.

2. Pengendalian Internal Akuntansi (internal accounting control)

Pengendalian internal meliputi rencana akuntansi, rencana organisasi serta prosedur-prosedur dan catatan yang diperlukan untuk pengamanan harta perusahaan dan menyusun laporan keuangan yang dapat diandalkan. Laporan keuangan tersebut dilakukan sedemikian rupa untuk meyakinkan bahwa :

a. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan atau wewenang pemimpin baik yang umum maupun yang khusus.

b. Transaksi dicatat sedemikian rupa sehingga memungkinkan ikhtisar-ikhtisar keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan menekankan pertanggungjawab atas harta kekayaan perusahaan.

c. Pengawasan atas harta perusahaan yang diberikan hanya dengan persetujuan atau wewenang pemimpin perusahaan.

Tujuan Pengendalian Internal memberikan jaminan yang wajar bahwa : 1. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha. 2. Informasi bisnis akurat.

3. Kekayaan mematuhi peraturan dan ketentuan. (Warren, dkk 2005 : 203)

Tujuan Sistem Pengendalian Internal antara lain :

1. Menjaga keamanan harta perusahaan, yang tidak saja meliputi aktiva atau harta, tetapi juga data dan informasi yang ada dalam perusahaan.


(52)

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, dimana diperlukannya sistem administrasi dan akuntansi yang baik yaitu dengan mengadakan formulir dan bukti pencatatan yang dipakai sebagai dasar pengawasan. 3. Mendorong efisiensi, perlunya diadakan sistem dan prosedur operasional

terhadap setiap bagian-bagian operasi perusahaan agar berjalan dengan lancar dan tertib.

4. Mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen, dengan cara adanya formulir bukti pencatatan dan prosedur serta pemisahan tugas yang jelas harus mengikutsertakan beberapa petugas dan tanggung jawab yang berbeda. (Mulyadi, 2001:320)

Tujuan utama Sistem Pengendalian Internal : 1. Untuk menjaga aktiva perusahaan.

2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi.

3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan.

4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.

Sistem pengendalian Internal yang efektif jika memiliki karakteristik antara lain :

1. Personalia yang kompeten, dapat dipercaya, dan beretika. 2. Tugas pertanggungjawaban.

3. Pemberian kuasa yang tepat. 4. Pembagian tugas.

5. Audit eksternal dan internal. 6. Dokumen dan catatan.

7. Elektronik dan pengendalian lainnya. (Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo, 1997:89-90)


(53)

Menurut peneliti, suatu pengendalian internal meliputi semua metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga harta kekayaan perusahaan, mendorong diikutinya kebijakan manajemen. Dan menurut peneliti Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat belum sepenuhnya mampu mewujudkan tujuan sistem pengendalian internal pada perusahaannya. Hal ini dapat dilihat dengan masih terjadinya penyelewengan terhadap harta kekayaan perusahaan tersebut.

B. Unsur - unsur Pengendalian Internal

Dengan diterapkannya pengendalian yang efektif, maka akan memperkecil kemungkinan terjadinya penyelewengan ataupun penggelapan kas yang terjadi dalam perusahaan.

Berikut ini adalah unsur-unsur pengendalian internal :

1. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional secara tegas.

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas dan tanggung jawab kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melakukan aktivitas-aktivitas perusahaan.

Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip seperti :

a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi, dan penyimpanan dari fungsi akuntansi.


(54)

b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap-tahap suatu transaksi.

2. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan, dan Biaya.

Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi apabila ada otorisasi dari pejabat yang berwenang menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh sebab itu dalam organisasi ada sistem pembagian wewenang untuk otoritasi atas terlaksananya setiap transaksi. Salah satu media untuk hal itu adalah formulir. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data direkam dalam formulir dan catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan yang tinggi.

3. Praktik yang sehat dan Melaksanakan Tugas dan Fungsi setiap Unit Organisasi

Ada beberapa cara umum yang dilaksanakan perusahaan dalam menciptakan praktek yang sehat antara lain :

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiaannya harus dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang.

b. Pemeriksaan mendadak yang dilakukan oleh audit internal,

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang/unit organisasi tanpa ada campur tangan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP),


(55)

d. Keharusan pengambilan cuti bagi staf yang berhak, selam cuti, jabatan karyawan yang bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat lain,

e. Secara priodik diadakan pencocokan fisik kekayaan perusahaan dan catatannya,

f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang ada, unit ini disebut Satuan Pengawasan Internal/ Staf Pemeriksa Internal.

4. Staf yang Mutunya sesuai dengan Tanggung Jawabnya

Pemilihan staf yang bermutu dilaksankan perusahaan melalui proses seleksi dan melakukan pengembangan / training untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan karyawan di bidangnya masing-masing.

Menurut peneliti, penerapan unsur-unsur pengendalian internal Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini dapat dilihat bahwa tidak ada bagian khusus yyang berfungsi sebagai Internal audit. Yang berwenang melakukan tugas memeriksa data-data keuangan dalam instansi ini adalah Kantor Akuntan Publlik (KAP), ini menggambarkan bahwa pengendalian internal peruahaan tidak baik, karena pengendalian internal dikatakan baik jika perusahaan tersebut telah melaksanakan unsur-unsur pengendalian Internal, sebab dengan terlaksananya pengendalian internal tersebut maka apa yang diharapkan dari pengendalian internal akan tercapai.


(56)

Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) juga tidak mengadakan inspeksi secara mendadak terhadap aktivitas perusahaan terutama terhadap laporan keuangan perusahaan, sedangkan inspeksi mendadak ini sangat penting tidak hanya terhadap aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan laporan keuangan tetapi juga terhadap aktivitas perusahaan yang lain.

Dalam praktek lain, Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat melakukan perputaran jabatan dalam priode satu tahun sekali. Perputaran jabatan sangat penting karena apabila satu staf melakukan penyelewengan, maka akan dapat diketahui oleh staf yang menggantikan jabatan itu, jadi untuk priode selanjutnya kemungkinan terjadinya kecurangan sangat kecl bahkan tidak mungkin terjadi.

C. Pengendalian Internal Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Pengendalian internal kas sangat penting karena kas adalah suatu aktiva yang sangat lancar dan dapat digunakan sebagai alat tukar pada setiap saat dibutuhkan. Pada umumnya setiap transaksi yang diterima selalu berhubungan dengan kas, baik penerimaan maupun pengeluaran. Kas mempunyai bentuk yang sederhana, ringan dan mudah dibawa, sehingga kas mudah diselewengkan. Kesalahan pencatatan kas akaan mempengaruhi perkiraan-perkiraan lain.


(57)

Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pengawasan internal kas yang baik terhadap transaksi yang berhubungan dengan kas. Tujuan dari pengendalian internal atas penerimaan kas adalah sebagai berikut :

a. Menjamin bahwa seluruh penerimaan kas benar-benar diterima dan diamankan sebagai milik pengawasan intern kas.

b. Menciptakan manfaat yang besar dari jumlah kas yang diterima dimiliki pengawasan intern kas.

Sistem akuntansi penerimaan kas yang diciptakan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat dapat (SNVT PJSA) dikatakan baik, karena :

1. Terciptanya kerja sama yang baik antara bagian yang berhubungan dengan penerimaan kas

2. Diadakan pengawasan yang ketat pada fungsi penerimaan dan pencatatan kas

3. Harus ditunjuk dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas harus dicatat.

Faktor-faktor yang mendukung seperti struktur organisasi, Sistem otoritasi dan lain-lain. Bila ditinjau dari cara prosedur penerimaan kas yang dilakukan oleh perusahaan sudah dapat dikatakan baik, karena :

1. Formulir-fomulir dan catatan yang digunakan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat memenuhi syarat-syarat yang diterapkan dan didalamnya tercantum aspek pengawasan.


(58)

2. Penggunaan bukti-bukti yang dirancang dengan baik dan digunakan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat untuk merekam penerimaan kas dalam bentuk sederhana sehingga mudah dimengerti cara pemakainnya. Dimana masing-masing formulir mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda.

3. Pencatatan bukti dengan sepanjang penerimaan kas tersebut telah dibuktikan dengan bukti-bukti, maka mencatatnya kedalam pembukuan dilakukan dengan segera oleh bendahara sampai proses selanjutnya diserahkan kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk diproses lebih lanjut.

1. Pengendalian Internal Penerimaan Kas Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA)

Pengendalian internal kas yang baik harus dapat menjamin peneriamaan dicatat apa adanya. Untuk mengawasi penerimaan kasnya, Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat menerapkan : a. Tugas dan tanggung jawab dalam menangani kas harus tegas, jelas

dan pasati,

b. Transaksi harus dicatat segera,

c. Pemakaian kwintansi yang bernomor urut harus dicatat secara up to date,


(59)

d. Penanganan atas fisik kas hanya dilakukan oleh satu orang,

e. Membuat arsip untuk menyimpan dokumen-dokumen sebagai tanda terima uang,

f. Memeriksa keabsahan penerimaan kas,

g. Perusahaan harus menyimpan sejumlah kas yang cukup untuk kebutuhan perusahaan sehari-hari, selebihnya dibuku kan ke buku kas umum.

2. Pengendalian Internal Pengeluaran Kas Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA)

Pengendalian internal terhadap pengeluaran kas juga harus dilakukan sedemikian rupa, agar tidak terjadi kesalahan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Sistem penerapan pengendalian yang memuaskan akan memberi kepastian bahwa pengeluaran yang dilakukan ada hubungannya dengan aktivitas perusahaan yang telah dibukukan serta mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang.

Pengendalian internal terhadap pengeluaran kas antara lain :

a. Pengendalian menerapkan bagian-bagian tertentu yang berwenang untuk menandatangani kwintansi, cek, giro dan alat pembayaran lainnya dalam jumlah tertentu,

b. Semua cek yang akan dibayar mempunyai nomor yang umumnya telah ditetapkan oleh bank,


(60)

c. Tanggal cek harus sama dengan yang dicatat dalam buku kas, d. Nama dari penerima harus sama dengan nama yang dicatat dalam

buku kas,

e. Jumlah uang yang tertulis di cek harus sama dengan jumlah uang yang dicatat dalam buku kas,

f. Seluruh bukti pengeluaran kas dan bank ditandatangani oleh kasubag keuangan sebagi bukti bahwa pengeluaran diketahui dan disetujui oleh perusahaan,

g. Seluruh transaksi harus dicatat segera tepat waktu.

Dalam hal pengeluaran kas selalu terbuka untuk berbuat kecurangan dengan cara menggunakan dana secara tidak wajar/tidak benar, untuk itu pengeluaran kas harus selalu dikelola dengan baik agar tidak merugikan perusahaan. Oleh sebab itu suatu sistem pengendalian internal kas sedapat mungkin dapat mencegah/memperkecil penyelewengan terhadap kas.

D. Prosedur Penerimaan Kas

Pada setiap perusahaan prosedur penerimaan kas merupakan hal yang sangat penting karena kas merupakan salah satu faktor utama jalannya kegiatan perusahaan. Prosedur penerimaan kas melibatkan beberapa bagaian dalam perusahaan agar transaksi kas tidak terpusat pada satu bagian saja. Hal ini perlu agar dapat memenuhi prinsip-prinsip pengadilan internal kas. Sumber penerimaan kas Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan


(61)

Rakyat yaitu APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara). Prosedur penerimaan kas yang dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat adalah sebagai berikut :

a. Penerimaan kas harus selalu didukung dengan bukti penerimaan kas

b. Pihak Instansi mengirimkan Rencana Anggaran ke Kementerian Keuanagan,

c. Rencana Anggaran diajukan pada bulan oktober,

d. Setelah diteliti, Rencana Anggaran selanjutnya akan disepakati dan disetujui oleh pihak Kementerian Keuangan.

e. Setelah Anggaran disetujui, selanjutnya pihak Kementerian keuangan mengirimkan Anggaran ke bank yang sudah ditunjuk untuk selanjutnya diproses oleh instansi.

f. Pihak instansi mengambil dana Anggaran melalui bank yang telah ditunjuk.

g. Instansi melampirkan dokumen bukti penerimaan uang.

h. Bagian Keuangan (bendahara) membuat pembukuan atas pemakaian dana tersebut

E. Prosedur Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas adalah uang yang dikeluarkan melalui kas baik berupa uang tunai ataupun cek untuk kegiatan perusahaan. Berikut ini pengeluaran kas yang dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera II


(62)

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA )

a. Pembayaran pembebasan tanah

b. Pemabayaran untuk pembuatan dan perbaikan kontruksi (tebing dan tanggul sungai)

c. Pembayaran honor pengelola kontruksi tebing dan tanggul sungai d. Pembayaran honor panitia pembebasan tanah

e. Pembayaran SPPD pegawai

Prosedur pengeluaran kas yang dilakukan Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) :

a. Setiap transaksi pengeluaran kas diotorisasi oleh pejabat berwenang

b. Pejabat Yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran mengajukan Surat Perintah Membayar ke KPPN,

c. Surat Perintah Membayar (SPM) terdiri dari 2 jenis : 1. LS (Dana Langsung)

• Bendahara

• Pihak Ke III (perusahaan, perorangan) 2. Uang Persediaan (UP)

d. KPPN mengeluarkan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana)

1. Dana untuk LS bendahara dikirim langsung ke rekening bendahara 2. Dana untuk LS pihak ke III dikirim langsung ke rekening pihak ke III 3. UP dikirim langsung ke rekening bendahara.


(63)

e. Mencatat pada buku kas atau buku besar keuanagan setiap jumlah pengeluaran.

f. Membuat laporan dalam bentuk Realisasi Anggaran untuk selanjutnya dilaporkan ke KPPN.

Pengawasan terhadap pengeluaran kas sudah cukup memadai ditandai dengan :

1. Setiap pengeluaran yang terjadi harus disertai dengan bukti. 2. Bukti pengeluaran kas harus dirangkap 6

3. Bukti pengeluaran kas harus disahkan dan diuji oleh yang berwenang atau pejabat yang ditunjuk.


(64)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA), maka pebeliti mengambil beberapa kesimpulan.

1. Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) telah menciptakan Pengendalian Internal kas yang baik dan memadai yang mendukung kelancaran organisasi perusahaan.

2. Sistem pengendalian internal yang baik dari segi penerimaan dan pengeluaran kasnya telah berjalan dengan baik.

3. Penerapan unsur-unsur pengendalian internal pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) belum diterapkan dengan baik, Karena mesih ada unsur-unsur pengendalian internal di dalam perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan antara lain tidak adanya bagian khusus yang berfungsi sebagai internal audit, dan tidak diadakannya inspeksi atau pemeriksaan secara


(65)

mendadak terhadap aktivitas perusahaan terutama dalam hal laporan keuangan perusahaan.

4. Proses prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) sudah berlangsung dengan baik karena setiap transaksi disertai dengan bukti pendukung.

B. Saran

1. Dalam memberikan tugas dan tanggung jawab kepada staf harus sesuai dengan tingkat kecakapannya, dimana kepribadian staf itu sendiri adalah faktor yang menentukan bagi kemajuan perusahaan.

2. Hendaknya sistem pengendalian internal perlu ditingkatkan lagi, mengingat semakin berkembangnya kemajuan di segala bidang khususnya dalam hal-hal yang menunjang segala kemajuan perusahaan. Sebaiknya diadakan pemantauan terhadap pengawasan secara berkala dan teratur agar setiap fungsi dapat berjalan semaksimal mungkin dan segala kecurangan dan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian sistem pengendalian internal dapat diketahui segera dan dapat dilakukan perbaikan-perbaiakan,

3. Sebelum cek ditulis atau sebelum pengeluaran dilakukan, maka perlu dibuktikan kebenaran jumlah kas yang sebenarnya untuk pengeluaran tersebut dan langsung dibukukan ke buku kas.


(66)

4. Harus diperiksa ketelitian terhadap angka dalam penjumlahan dan pencatatan penerimaan kas bila perlu adanya bagian khusus yang berperan dalam memeriksa laporan keuangan yakni Internal Audit atau KAP.

5. Pentingnya dilakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap prosedur peneriamaan dan pengeluaran kas pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber daya Air Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA).

DAFTAR PUSTAKA

Hall, James A, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Holmes, Arthur W, David C. Burns, 1996, Auditing Norma dan Prosedur, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Homgren, Harrison, Robinson & Secokusumo, 1997, Akuntansi di Inzdonesia, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Badan Penerbit STIE, YKPN, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Rollin, C. Niswonger, Philip E. Fees, 1992, Dasar-Dasar Akuntansi I, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Pt Rineka Cipta, Jakarta.

Warren, Carl S, James M. Reeve, Philip E. Fees, 2005, Pengantar Akuntansi, Edisi Kedua Puluh satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(67)

(68)

(1)

e. Mencatat pada buku kas atau buku besar keuanagan setiap jumlah pengeluaran.

f. Membuat laporan dalam bentuk Realisasi Anggaran untuk selanjutnya dilaporkan ke KPPN.

Pengawasan terhadap pengeluaran kas sudah cukup memadai ditandai dengan :

1. Setiap pengeluaran yang terjadi harus disertai dengan bukti. 2. Bukti pengeluaran kas harus dirangkap 6

3. Bukti pengeluaran kas harus disahkan dan diuji oleh yang berwenang atau pejabat yang ditunjuk.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA), maka pebeliti mengambil beberapa kesimpulan.

1. Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) telah menciptakan Pengendalian Internal kas yang baik dan memadai yang mendukung kelancaran organisasi perusahaan.

2. Sistem pengendalian internal yang baik dari segi penerimaan dan pengeluaran kasnya telah berjalan dengan baik.

3. Penerapan unsur-unsur pengendalian internal pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) belum diterapkan dengan baik, Karena mesih ada unsur-unsur pengendalian internal di dalam perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan antara lain tidak adanya bagian khusus yang berfungsi sebagai internal audit, dan tidak diadakannya inspeksi atau pemeriksaan secara


(3)

mendadak terhadap aktivitas perusahaan terutama dalam hal laporan keuangan perusahaan.

4. Proses prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA) sudah berlangsung dengan baik karena setiap transaksi disertai dengan bukti pendukung.

B. Saran

1. Dalam memberikan tugas dan tanggung jawab kepada staf harus sesuai dengan tingkat kecakapannya, dimana kepribadian staf itu sendiri adalah faktor yang menentukan bagi kemajuan perusahaan.

2. Hendaknya sistem pengendalian internal perlu ditingkatkan lagi, mengingat semakin berkembangnya kemajuan di segala bidang khususnya dalam hal-hal yang menunjang segala kemajuan perusahaan. Sebaiknya diadakan pemantauan terhadap pengawasan secara berkala dan teratur agar setiap fungsi dapat berjalan semaksimal mungkin dan segala kecurangan dan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian sistem pengendalian internal dapat diketahui segera dan dapat dilakukan perbaikan-perbaiakan,

3. Sebelum cek ditulis atau sebelum pengeluaran dilakukan, maka perlu dibuktikan kebenaran jumlah kas yang sebenarnya untuk pengeluaran tersebut dan langsung dibukukan ke buku kas.


(4)

4. Harus diperiksa ketelitian terhadap angka dalam penjumlahan dan pencatatan penerimaan kas bila perlu adanya bagian khusus yang berperan dalam memeriksa laporan keuangan yakni Internal Audit atau KAP.

5. Pentingnya dilakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap prosedur peneriamaan dan pengeluaran kas pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber daya Air Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (SNVT PJSA).

DAFTAR PUSTAKA

Hall, James A, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Holmes, Arthur W, David C. Burns, 1996, Auditing Norma dan Prosedur, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Homgren, Harrison, Robinson & Secokusumo, 1997, Akuntansi di Inzdonesia, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Badan Penerbit STIE, YKPN, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Rollin, C. Niswonger, Philip E. Fees, 1992, Dasar-Dasar Akuntansi I, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Pt Rineka Cipta, Jakarta.

Warren, Carl S, James M. Reeve, Philip E. Fees, 2005, Pengantar Akuntansi, Edisi Kedua Puluh satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peranan Perencanaan Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II

1 64 61

Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

5 116 68

Prosedur Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Dana di Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Citarum

0 12 41

Cover Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

0 0 10

Chapter I Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

0 0 6

Chapter II Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

0 0 30

Reference Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

0 0 1

Appendix Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

0 1 2

BAB II BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT A. Sejarah Ringkas 1. Kementerian Pekerjaan Umum - Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai S

0 0 30

BAB II KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR PADA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II 2.1 Sejarah Singkat Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II - Peranan Perencanaan Angg

0 2 31