Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dan sastra, yaitu: 1 memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, 2
memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, 3 memahami unsur kejiwaan pembaca Ratna dalam Minderop, 2010:54.
Analisis penelitian ini lebih ditekankan pada masalah yang kedua, yaitu memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya sastra.
Memahami tokoh-tokoh dalam novel dapat diketahui kepribadian atau psikologi tokoh dalam suatu karya sastra khususnya novel. Ananalisisnya yang menjadi tujuan
adalah tokoh utama, tokoh kedua, tokoh ketiga dan seterusnya.
2.4 Pendekatan Psikologi Sastra
Seperti yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren dalam Wiyatmi, 2008:106 psikologi sastra memunyai empat kemungkinan pengertian. 1 studi psikologi
pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, 2 studi proses kreatif, 3 studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan 4 memelajari
dampak sastra pada pembaca.
Pengertian keempat menurut Wallek dan Warren dalam Wiyatmi 2008:106 lebih pada sosiologi pembaca. Sementara pengertian 1 dan 2 merupakan bagian dari
psikologi seni. Hanya yang ketigalah yang berkaitan dengan sastra. Pengertian yang terdapat pada poin ketiga sebenarnya tersirat bagaimana psikologi dapat digunakan
untuk menginterpretasi dan menilai karya sastra. Seperti dikatakan Wallek dan Warren dalam Wiyatmi, 2008:106 dalam penciptaan karya sastra memang kadang-
kadang ada teori psikologi tertentu yang dianut pengarang secara sadar atau samar- samar, dan teori tersebut ternyata cocok untuk menjelaskan tokoh-tokoh dan situasi
cerita. Roekan dalam Endraswara 2013: 97 menyatakan pada dasarnya psikologi sastra
akan ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. Pertama, pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologi tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptif-
pragmatik, yang mengkaji aspek psikologi pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya sastra yang dibacanya, serta proses resepsi
pembaca dalam menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengakaji aspek psikologi sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang
terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakat. Dari ketiga pendekatan menurut Roekhan maka akan digunakan pendekatan tekstual,
yaitu mengkaji aspek psikologi tokoh dalam karya sastra. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas
kejiwaan Endraswara, 2013: 96. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, akan menanggapi karya juga tak akan
lepas dari kepribadian masing-masing. Bahkan sebagaimana sosiologi refleks, psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan kepribadian. Pengarang
akan mengungkap gejala kepribadian kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kepribadiannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup sekitar
pengarang, akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra. Karya sastra yang
dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan kepribadian melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, untuk menganalisis psikologi tokoh dalam novel Rindu karya Tere Liye adalah menggunakan pendekatan psikologi sastra
Tekstual. Penerapan pendekatan psikologi sastra dalam sebuah karya sastra fiksi novel, karakter tokoh-tokoh dalam novel dipahami dalam hubungannya dengan
psikoanalisis ilmu jiwa dalam.
2.5 Teori Konflik Kepribadian
Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari bentukan-
bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian adalah faktor historis masa lampau dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam pembentukkan kepribadian
individu Freud, dalam Minderop 2010:20.
2.5.1 Instink
Instink adalah suatu refresentasi mental dari kebutuhan fisik atau tubuh Freud dalam Suyanto, 2012:21. Instink adalah perwujudan psikologis dari sumber rangsangan
somatik yang dibawa sejak lahir. Perwujudan psikologisnya disebut hasrat, dan rangsangan jasmaniahnya dari mana hasrat tersebut muncul disebut kebutuhan.
Sebagai contoh keadaan lapar, keadaan lapar adalah instink karena secara biologis