Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro
RESPON CYLINDROCLADIUM SP. TERHADAP FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANCOZEB SECARA IN VITRO
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE 101201069
BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara
RESPON CYLINDROCLADIUM SP. TERHADAP FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANCOZEB SECARA IN VITRO
SKRIPSI PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE
BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara
RESPON CYLINDROCLADIUM SP. TERHADAP FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANCOZEB
SECARA IN VITRO
SKRIPSI OLEH : PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE 101201069 BUDIDAYA HUTAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP. 19641228 200012 1 001
Nelly Anna, S.Hut., M.Si NIP. 19810610 200801 2 002
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
Judul
Nama NIM Minat
2015
LEMBAR PENGESAHAN
: Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro
: Pebrian Indra Risky Dalimunthe : 101201069 : Budidaya Hutan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar., MS NIP. 19641228 200012 1 001
Nelly Anna, S.Hut., M.Si NIP. 19810610 200801 2 022
Mengetahui, Ketua Program Studi Kehutanan
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph. D NIP. 19710416 200112 2 001
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Response Cylindrocladium sp. To the active substance Mancozeb Fungicide In Vitro. Guided by EDY BATARA MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.
Cylindrocladium sp. is one of the pathogens trigger dangerous diseases that blight on eucalyptus plants in the pulp industry. Widely spread and prevention with the use of a contact fungicide mancozeb 80% WP.
Research on Response Cylindrocladium sp. To the active substanceMancozeb Fungicide In Vitro has been completed. The purpose of this study was to determine the response Cylindrocladium sp. on the provision of different concentrations and characterize the growth of colonies (shape, color, and texture). Research using completely randomized design (CRD) non factorial with basic media PDA. Concentrations used were 0 mg / ml (control) 0.4 mg / ml (M1), 0.8 mg / ml (M2), 1.2 mg / ml (M3), and 1.6 mg / ml (M4). Parameters measured were Cylindrocladium colony diameter sp., The percentage of colonies relative barriers Cylindrocladium sp., Spore density Cylindrocladium sp., Macroscopic and microscopic observation. Treatment significantly affect colony growth, relative barriers and spore density. Macroscopic characteristics include a white colony, the hyphae such as cotton, spread evenly and thicken in the middle. Microscopic characteristics which include changes in the structure of the hyphae, branching hyphae, density klamidiospora, Konia increasingly stunted and swelling of such tumors in a set of hyphae.
Keywords: Response, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungicide Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro. Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA
Cylindrocladium sp. adalah salah satu patogen pemicu munculnya penyakit berbahaya yaitu hawar daun pada tanaman ekaliptus pada industri pulp. Penyebarannya secara luas dan pencegahannya dengan penggunaan fungisida kontak mancozeb 80% WP.
Penelitian tentang Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro telah selesai dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian konsentrasi yang berbeda dan mengkarakterisasi pertumbuhan koloni (bentuk, warna, dan tekstur). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial dengan media dasar PDA. Konsentrasi yang digunakan adalah 0 mg/ml (kontrol) 0.4 mg/ml (M1), 0.8 mg/ml (M2), 1.2 mg/ml (M3), dan 1.6 mg/ml (M4). Parameter yang diamati adalah diameter koloni Cylindrocladium sp., Persentase hambatan relative koloni Cylindrocladium sp., kerapatan spora Cylindrocladium sp., pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan koloni, hambatan relatif dan kerapatan spora. Karakteristik makroskopis meliputi koloni berwarna putih, hifa seperti kapas, menyebar merata dan menebal di tengah. Karakteristik mikroskopis yang meliputi perubahan struktur pada hifa, percabangan hifa, kerapatan klamidiospora, konia yang semakin kerdil dan terjadi pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa. Kata kunci: Respon, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungisida Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE dilahirkan di Batangtoru, Tapanuli Selatan pada tanggal 7 Februari 1989 dari ayahanda Thomas Dalimunthe dan ibunda Nur Sehat Siregar. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 12 Padangsidempuan dan lulus pada tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Padangsidempuan dan lulus pada tahun 2004 kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Batangtoru dan lulus pada tahun 2008 dan pada tahun 2010 penulis diterima masuk di Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih minat studi Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan selama sepuluh hari pada tahun 2012. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. ITCI HUTANI MANUNGGAL, Balikpapan, Kalimantan Timur dari tanggal 14 Juli 2014 sampai dengan 14 Agustus 2014.
Penulis melaksanakan penelitian dari bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015 dengan judul “Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro.”. dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. dan Ibu Nelly Anna, S.Hut., M.Si.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis Panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari penelitian ini adalah “Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon Cylindrocladium sp. dan mengkarakterisasi pertumbuhan koloni, tekstur koloni, dan warna koloni terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0 mg/ml, 0.4 mg.ml, 0.8 mg.ml, 1.2 mg/ml, dan 1.6 mg/ml) secara In Vitro.
Dengan kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Thomas Dalimunthe dan Ibunda Nur
Sehat Siregar yang telah merawat dan membesarkan penulis hingga sampai sekarang ini dengan segala pengorbanan serta yang selalu mendoakan, mendorong memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kepada adik-adik ku tersayang Septian Andri Rahman Dalimunthe, Julian Arsyad Dalimunthe, dan Hatfizha Ilyatul Aulia Dalimunthe atas segala dukungan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS., dan Ibu Nelly Anna, S.Hut., M.Si yang telah membimbing serta memberi banyak masukan, saran, semangat, dan kemudahan kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini dapat
Universitas Sumatera Utara
terselesaikan dan kepada dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan motivasi kepada penulis. 3. Seluruh dosen pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah memberikan ilmu, saran, dan arahan kepada penulis. 4. Teman-teman penelitian yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini serta teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini kedepannya. Akhir kata semoga hasil dari skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
2015
Medan,
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
Halaman
ABSTRACT ........................................................................................... ABSTRAK ............................................................................................. RIWAYAT HIDUP ............................................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................... DAFTAR ISI.......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
i ii iii iv vi viii x xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................................... Manfaat penelitian................................................................................... Hipotesis Penelitian.................................................................................
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp................................................................. Penyakit Hawar Daun ............................................................................. Kelompok Fungisida ............................................................................... Mancozeb ................................................................................................ Formulasi ................................................................................................
3 4 6 6 6
Universitas Sumatera Utara
Cara Kerja ............................................................................................... 7
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. Bahan dan Alat Penelitian....................................................................... Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ Sterilisasi Alat ......................................................................................... Isolasi Cylindrocladium sp...................................................................... Pembuatan Media PDA........................................................................... Pengujian Uji In Vitro ............................................................................. Parameter Pengamatan ............................................................................ Diameter Koloni Cylindrocladium sp ..................................................... Persentase Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp...................... Kerapatan Spora Cylindrocladium sp ..................................................... Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis ........................................... Rancangan Penelitian .............................................................................. Analisis Data ...........................................................................................
8 8 8 8 9 9 9 10 10 10 11 12 12 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Diameter Koloni Cylindrocladium sp............................... Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.................................................... Kerapatan Spora Cylindrocladium sp ..................................................... Pengamatan Makroskopis ......................................................................
14 16 17 18
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan Mikroskopis ........................................................................ 21
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................. Saran........................................................................................................
24 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 25
LAMPIRAN........................................................................................... 28
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. ..........................................................................................................Halaman 1. Rataan Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium sp (diameter)........... 14 2. Uji Duncan 5% Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.................... 16 3. Pengaruh Mancozeb Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp. 17 4. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp. .............................................. 17 5. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 4 HSI. ......... 19 6. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 8 HIS .......... 19 7. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 12 HIS ........ 20 8. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 16 HIS ........ 20 9. Pengamatan Mikroskopis Koloni Cylindrocladium sp. .................... 23
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 4 HSI ..................... 32 2. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 8 HSI ..................... 32 3. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 12 HSI ................... 33 4. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 16 HSI ................... 33
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. ..............................................................................................
Halaman
1. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 4 HSI. .......................... 28 2. Analisis Sidik Ragam Pengamatan I Hari ke-4................................. 28 3. Data Diamter Koloni Cylindrocladium sp. 8 HSI............................. 28 4. Analisis Sidik Ragam Pengamatan II Hari ke-8 ............................... 28 5. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 12 HSI ......................... 29 6. Analisis Sidik Ragam Pengamatan III Hari ke-12. ........................... 29 7. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 16 HSI. ........................ 29 8. Analisis Sidik Ragam Pengamatan IV Hari ke-16............................ 30 9. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 20 HSI ......................... 30 10. Analisis Sidik Ragam Pengamatan V Hari ke-20 ............................. 30 11. Data Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp ......................... 31 12. Analisis Sidik Ragam Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.......... 31
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Response Cylindrocladium sp. To the active substance Mancozeb Fungicide In Vitro. Guided by EDY BATARA MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.
Cylindrocladium sp. is one of the pathogens trigger dangerous diseases that blight on eucalyptus plants in the pulp industry. Widely spread and prevention with the use of a contact fungicide mancozeb 80% WP.
Research on Response Cylindrocladium sp. To the active substanceMancozeb Fungicide In Vitro has been completed. The purpose of this study was to determine the response Cylindrocladium sp. on the provision of different concentrations and characterize the growth of colonies (shape, color, and texture). Research using completely randomized design (CRD) non factorial with basic media PDA. Concentrations used were 0 mg / ml (control) 0.4 mg / ml (M1), 0.8 mg / ml (M2), 1.2 mg / ml (M3), and 1.6 mg / ml (M4). Parameters measured were Cylindrocladium colony diameter sp., The percentage of colonies relative barriers Cylindrocladium sp., Spore density Cylindrocladium sp., Macroscopic and microscopic observation. Treatment significantly affect colony growth, relative barriers and spore density. Macroscopic characteristics include a white colony, the hyphae such as cotton, spread evenly and thicken in the middle. Microscopic characteristics which include changes in the structure of the hyphae, branching hyphae, density klamidiospora, Konia increasingly stunted and swelling of such tumors in a set of hyphae.
Keywords: Response, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungicide Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro. Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA
Cylindrocladium sp. adalah salah satu patogen pemicu munculnya penyakit berbahaya yaitu hawar daun pada tanaman ekaliptus pada industri pulp. Penyebarannya secara luas dan pencegahannya dengan penggunaan fungisida kontak mancozeb 80% WP.
Penelitian tentang Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro telah selesai dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian konsentrasi yang berbeda dan mengkarakterisasi pertumbuhan koloni (bentuk, warna, dan tekstur). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial dengan media dasar PDA. Konsentrasi yang digunakan adalah 0 mg/ml (kontrol) 0.4 mg/ml (M1), 0.8 mg/ml (M2), 1.2 mg/ml (M3), dan 1.6 mg/ml (M4). Parameter yang diamati adalah diameter koloni Cylindrocladium sp., Persentase hambatan relative koloni Cylindrocladium sp., kerapatan spora Cylindrocladium sp., pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan koloni, hambatan relatif dan kerapatan spora. Karakteristik makroskopis meliputi koloni berwarna putih, hifa seperti kapas, menyebar merata dan menebal di tengah. Karakteristik mikroskopis yang meliputi perubahan struktur pada hifa, percabangan hifa, kerapatan klamidiospora, konia yang semakin kerdil dan terjadi pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa. Kata kunci: Respon, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungisida Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekaliptus merupakan salah satu tanaman yang dikembangkan di beberapa negara tropis termasuk di Indonesia yang pemanfaatannya digunakan untuk bahan baku industri pulp. Industri pulp berfokus pada jenis tanaman yang cepat tumbuh (fast growing spesies) dan siklus hidup yang pendek. Tanaman ekaliptus diketahui mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dengan kondisi lingkungan yang kritis (Old, et al., 2003). Apabila ditinjau pada kondisi di lapangan, industri pulp masih menerapkan pola tanam monokultur dalam skala besar. Dimana keadaan ini menjadi salah satu pemicu munculnya serangan penyakit yang berbahaya. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman ekaliptus adalah penyakit hawar daun, yang disebabkan oleh patogen Cylindrocladium sp.
Cylindrocladium sp. merupakan patogen penyebab gejala penyakit foliar spot dan leaf blight pada tanaman ekaliptus. Menyebabkan penyakit pada bagian akar, leher akar, hawar tunas, hawar daun, dan bercak daun. Penyebaran dalam jumlah yang besar yang biasanya terjadi pada permukaan daun. Cylindrocladium sp. dapat bertahan hidup lama di dalam tanah yang penularannya biasanya mulai dari cabang bawah kemudian sampai ke mahkota. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pemberian fungisida yang pengendaliannya melalui penyemprotan bergantung pada waktu yang tepat saat penyemprotan dilakukan menurut Old, et al., (2003).
Sehubungan dengan peranannya sebagai patogen penyakit maka perlu dilakukan upaya pengendalian penyebarannya dengan cara pengendalian langsung
Universitas Sumatera Utara
yaitu dengan penggunaan fungisida. Berbagai fungisida yang telah digunakan sebelumnya dapat menimbulkan resistensi pada Cylindrocladium sp. Penggunaan fungisida mancozeb diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan penyebaran Cylindrocladium sp. khususnya pada percobaan secara in vitro. maka dengan itu perlu dilakukan penelitian ini sebagai upaya mengukur sejauh mana respon yang diberikan oleh Cylindrocladium sp.terhadap pemberian fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP secara in vitro. Tujuan Penelitian 1. Mengukur respon Cylindrocladium sp. (diameter koloni, hambatan relatif, dan
kerapatan spora) terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0 mg/ml, 0.4 mg.ml, 0.8 mg.ml, 1.2 mg/ml, dan 1.6 mg/ml) secara In Vitro. 2. Mengkarakterisasi pertumbuhan koloni, tekstur koloni, warna koloni, dan perubahan struktur sel hifa terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0 mg/ml, 0.4 mg.ml, 0.8 mg.ml, 1.2 mg/ml, dan 1.6 mg/ml) secara In Vitro. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP. Hipotesis
Terdapat respon yang berpengaruh nyata pada Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Cylindrocladium sp. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam
subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak sempurna), Ordo Moniliales, serta family Moniliaceae. Selanjutnya Alexopoulus dan Mims (1979) mengatakan bahwa ciri khas dari kelompok fungi kelas Deuteromycetes mempunyai misellium bersekat tanpa askus dan tanpa sambungan apit. Adanya konidiofor menunjukkan fungi ini termasuk dalam ordo Moniliales karena struktur seperti hifa. Struktur ini pada pustaka dikenal sebagai konidiofor yang bebas sehingga fungi ini dipastikan dari ordo Moniliales yang paling besar diantara ordo-ordo yang lainnya dari Deuteromycetes, diantaranya merupakan parasit dan patogen penyakit pada tumbuhan, hewan dan manusia.
Infeksi Cylindrocladium sp. terjadi pada akar atau pangkal batang semai sehingga menimbulkan gejala pada bagian semai yang berada di atas permukaan tanah. Timbulnya kelayuan pada pucuk daun yang terus menjalar keseluruh bagian daun. Apabila semai yang terserang penyakit dicabut dan dibersihkan maka pada pangkal batang terlihat adanya bagian yang berwarna coklat kehitamhitaman menurut dari penelitian Old, et al. (2003).
Anggraeni dan Santoso (2004) menyatakan bahwa berdasarkan penampilan secara makroskopis yang mencakup gejala-gejala yang timbul pada tanaman inang di lapangan dan diuji pada Postulat Koch serta pengamatan mikroskopis yaitu pertumbuhan koloni pada media PDA dapat untuk menentukan
Universitas Sumatera Utara
sifat-sifat khas fungi, maka penyebab penyakit akar pada Acacia mangium adalah fungi Cylindrocladium sp.
Old, et al., (2000) dalam Anggraeni dan Santoso (2004) mengatakan bahwa penyebab penyakit rebah kecambah di India pada Acacia sp., selain dari Fusarium oxysporum, Botrytis sp., dan Cylindrocladium sp., CMI (1976) melaporkan bahwa Cylindrocladium sp merupakan fungi patogen pada beberapa tanaman yang menyebabkan penyakit bercak daun pada tanaman teh dan cengkeh.
Tingkat serangan yang hanya berlangsung beberapa minggu sejak munculnya benih di atas permukaan tanah hingga hipokotil mengeras dan kaku, merupakan periode dengan probabilitas kematian tanaman sangat tinggi. Dalam kondisi seperti inilah semai sangat rentan terhadap serangan Cylindrocladium sp. seperti yang dijelaskan oleh Tarr (1972) bahwa terdapat hubungan antara tingkat ketahanan dari serangan patogen dengan peertumbuhan umur dan beberapa faktor lainnya. Penyakit Hawar Daun
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Silalahi (2008) ditemukan patogen penyebab penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus. Penyakit yang ditemukan diantaranya hawar daun I yang disebabkan oleh fungi Cyliindrocladium sp., Phaeophleospora sp., Cryptosporiopsis sp., hawar daun II disebabkan oleh Phaeophleospora sp., dan bercak daun yang disebabkan oleh Mycosphaerella spp. Penyakit yang menyerang bagian daun tanaman ini dapat mengakibatkan daun gugur dan tidak mampu tumbuh dengan baik karena proses fotosintesis terhambat.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit ini pada umumnya menyerang tanaman ekaliptus pada tingkat pancang yang disebabkan oleh fungi Cylindrocladium sp. Hawar daun merupakan penyakit yang menular yang terjadi apabila curah hujan cukup tinggi dan lembab. Fungi ini menyukai kondisi tanah yang hangat dan lembab yang menjadi masalah penting pada areal pembibitan di daerah selatan. Hifa Cylindrocladium yang beradaptasi terhadap kondisi tanah yang lebih dingin mampu berasosiasi dengan busuk akar pembibitan di bagian utara nursery (Bugbee dan Anderson 1963; Thies dan Patton 1970).
Spesies Cylindrocladium biasanya dapat bertahan dalam tanah karena adanya dinding tebal klamidiospora dan propagulnya yang melakukan penularan petama di bawah tegakan Eukaliptus. Penularan biasanya muncul pada daun dari cabang bawah dan menyebar sampai mahkota. Penyakit ini paling nyata ditemukan di persemaian batang pohon dimana serangannya menjadi sangat luas (Old dkk., 2003).
Fungisida dapat diartikan sebagai bahan pestisida yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mengendalikan penyakit akibat jamur atau fungi pada tumbuhan. Namun karena tujuan utamanya adalah untuk membasmi penyakit baik yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau organisme tertentu maka bukanlah masalah apakah fungisida atau bakterisida (Magallona, et.al., 1990).
Fungi merupakan penyebab penyakit infeksi yang utama dan paling umum terjadi pada tanaman baik pada tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan. Fungi ini tidak mengandung klorofil dalam struktur tubuhnya. Unit vegetatifnya
Universitas Sumatera Utara
merupakan struktur satu sel atau benang hifa yang disebut misellium jika berada
dalam kelompok besar (Widyastuti., dkk, 2004).
Kelompok Fungisida
Mancozeb Merupakan fungisida berbentuk tepung yang biasa digunakan untuk
mengendalikan penyakit yang berasal dari fungi (fungal borne disease) berspektrum luas pada pertanian, hortikultural, florikultur, tanaman pangan, dan tanaman kehutanan. Bersifat biodegradable dan tidak terakumulasi dalam jumlah yang besar pada lingkungan.
Mancozeb adalah bahan aktif yang merupakan sub kelas dari pestisida karbamat yang disebut ditiokarbamat. Fungisida ini merupakan fungisida kontak yang berfungsi melindungi tanaman dari serangan fungi lebih lanjut dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan tanaman dan secara perlahan mengeluarkan senyawa tertentu yang mengganggu aktivitas fungi. Fungisida ini mencegah pembentukan spora pada fungi sehingga tidak dapat menyebar (Djojosumarto, 2000). Formulasi
Menurut Semangun (2003) fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP merupakan fungisida organik kontak campuran Zink dan Maneb yang mengandung 16% Mangan, 2% Zink, dan 62% ethylenebisdithio carbanat/mangan ethylenebisdithio carbanat plus non Zink. Bahan ini dikenalkan pertama kali oleh Rohm, Hass dan Du Pont pada tahun 1961 dengan bahan aktif Mancozeb dan Manzeb 200. Fungisida ini diaplikasikan untuk melindungi daun. Mancozeb adalah gabungan antara Maneb dan Zink yang masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri, sehingga digunakan untuk membasmi berbagai patogen tanaman.
Menurut dari Sastroutomo (1992) dalam Wudianto (2010) macam dari
bentuk pestisida ini yaitu tepung yang dapat disuspensikan dalam air
(wettablepowder=WP). Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum
bisa secara langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus dibasahi
terlebih dahulu dengan air. Hasil campurannya dengan air disebut dengan
suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut di dalam air, melainkan hanya tercampur
saja. Oleh karena itu, sewaktu penyemprotan harus sering diaduk atau tangki
Universitas Sumatera Utara
penyemprot digoyang-goyang. Rumus bangun dari Mancozeb adalah sebagai berikut :
S CH3 – NH – C - S
Mn [Zn] CH3 – NH – C- S
S
Gambar. Rumus Bangun dari Mancozeb Sumber : Magallona, et.al., 1990
Cara Kerja Fungisida ini termasuk kedalam golongan fungisida kontak dan cara kerja dari
fungisida ini adalah dengan menghambat kegiatan enzim yang ada pada fungi dengan menghasilkan lapisan enzim yang mengandung unsur logam yang berperan dalam pembentukan ATP serta berperan sebagai agen pengkelat sehingga sintesis protein dan metabolisme di dalam sel fungi terganggu (Thomson, 1992).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai April 2015 di
Laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Program Studi Kehutanan dan di Laboratorium Penyakit Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan
Bahan yang digunakan adalah media PDA, fungisida Dithane M-45 berbahan aktif Mancozeb 80%, kalmychetine, alkohol 70%, aquadest, aluminium foil, tisu, kapas , plastik PE, dan label nama. 2. Alat
Alat yang digunakan adalah Millipore filter, Haemocytometer, mikropipet, handcounter, cawan petri, Erlenmeyer, gelas ukur, mikroskop, oven, autoclave, pisau, alat tulis, alat injeksi, laminar air flow cabinet, Bunsen, timbangan, stirrer, pinset, jarum ose, spatula, gunting, korek api, dan kertas milimeter. Pelaksanaan Penelitian Sterilisasi Alat
Peralatan meliputi cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur dan pinset dicuci hingga bersih, kemudian dikeringkan. Semua alat tersebut disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 1,5 Psi (kg/cm2) selama 45 menit. Untuk proses inokulasi dilakukan penyemprotan alkohol 70% pada Laminar Air Flow sebelum inokulasi dimulai.
Universitas Sumatera Utara
Isolasi Cylindrocladium sp Fungi patogen Cylindrocladium sp. diperoleh dari koleksi jamur di
Laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Isolat dimasukkan ke dalam media PDA yang baru untuk permudaan. Selanjutnya dibiakkan selama kurang lebih 7 hari. Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Dengan menimbang 95 gram serbuk media PDA lalu memasukkannya kedalam Erlenmeyer 1000 ml kemudian menambahkan aquadest ke dalamnya sampai mencapai 1000 ml, tutup dengan menggunakan kapas dan bungkus dengan aluminium foil, panaskan air, kemudian masukkan Erlenmeyer kedalam panci yang berisi air yang telah mendidih di atas kompor sampai media PDA larut dan homogen, setelah dihomogenkan maka disterilkan ke dalam autoclave pada suhu 1210C selama 30 menit setelah itu tempatkan pada rak yang telah disediakan. Pada saat media akan dipakai bisa dipanaskan kembali untuk mencairkan media PDA yang telah padat pada waktu yang dibutuhkan. Percobaan Uji In Vitro
Percobaan yang dilakukan di laboratorium yaitu dengan menimbang fungisida Mancozeb 80% WP sebanyak 0.125 gram lalu dicampur dengan aquadest sebanyak 250 ml di dalam erlenmeyer, diaduk menggunakan stirrer sampai homogen. Kemudian larutan yang sudah tercampur diambil menggunakan alat injeksi sebanyak 0 ml untuk perlakuan M0 (kontrol), 0.5 ml untuk perlakuan M1, 1.0 ml untuk perlakuan M2, 1.5 ml untuk perlakuan M3, dan 2.0 ml untuk perlakuan M4. Pemberian formulasi fungisida disaring dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
Millipore Filter pada setiap media PDA yang telah diberi label pada setiap
perlakuan. Kemudian dituangkan ke setiap cawan petri yang telah disediakan.
Parameter Pengamatan
Diameter Koloni Cylindrocladium sp.
Pengamatan dilakukan tiap empat hari sekali terhadap koloni jamur
Cylindrocladium sp. perlakuan kontrol sebagai pembanding untuk tiap unit
percobaan. Pengukuran diameter koloni dilakukan ketika koloni jamur yang
tumbuh pada media PDA yang telah tercampur dengan formula fungisida sesuai
perlakuan pada cawan petri. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah kertas
millimeter yang cara perhitungannya dengan membuat garis vertikal dan
horizontal yang berpotongan tepat pada titik tengah koloni jamur pada cawan petri
sehingga diperoleh rata-rata diameter koloni cylindrocladium sp. Garis dibuat
dibagian bawah cawan petri yang berfungsi untuk memudahkan perhitungan
diameter koloninya. Cara pengukuran pada cawan petri berdasarkan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
d1 + d2 D=
2
D = diameter jamur Cylindrocladium sp. d1 = diameter vertical koloni jamur Cylindrocladium sp. d2 = diameter horizontal koloni jamur Cylindrocladium sp.
Persentase Hambatan Relatif koloni Cylindrocladium sp.
Kemampuan hambatan relatif terhadap pertumbuhan jamur
Cylindrocladium sp. pada masing-masing konsentrasi dihitung sampai jamur
Cylindrocladium sp. pada setiap perlakuan telah tumbuh pada media PDA.
Universitas Sumatera Utara
Persentase hambatannya dihitung menurut Yuliana et al., (1987) dengan rumus
sebagai berikut:
HR =
dk – dp x 100 %
dk
Keterangan :
HR = hambatan relatif dk = diameter kontrol dp = diameter perlakuan
Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.
Penghitungan kerapatan spora dilakukan dengan cara spora
Cylindrocladium sp. yang tumbuh pada setiap cawan petri pada tiap ulangan
diambil dengan jarum ose lalu dimasukkan ke dalam air aquadest steril dalam
cawan petri kemudian dihomogenkan. Setelah itu suspensi spora
Cylindrocladium diteteskan pada ruang hitung haemocytometer lalu ditutup
dengan kaca obyek kemudian jumlah spora dapat dihitung dalam lima kotak
sedang di bawah mikroskop dan dilihat rata-ratanya. Perkembangan kerapatan
spora dihitung berdasarkan rumus menurut Laboratorium Lapangan Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan sebagai
berikut:
S=RxKxF
Keterangan :
S= Jumlah spora R= Jumlah rata-rata spora pada 5 bidang pandang haemacytometer K= konstanta koefisien alat (2,5 x 105) F= Faktor Pengencer yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Penelitian ini dilakukan dengan mengamati secara makroskopis dan
mikroskopis fungi Cylindrocladium sp. secara makroskopis yang diamati adalah warna permukaan koloni dan diameter koloni fungi. Kemudian dilanjutkan secara mikroskopis yang mencakup penampakan sekat pada hifa, tipe percabangan hifa, serta ciri konidia berupa bentuk dan kerapatan konidia. Pengamatan ini mengacu pada beberapa buku pedoman dari Pitt & Hocking (1997) dan Gandjar, et al.,(1999). Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari :
1. M0 = Kontrol (tanpa fungisida) 2. M1 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 0.4 mg/ml 3. M2 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 0.8 mg/ml 4. M3 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 1.2 mg/ml 5. M4 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 1.6 mg/ml Analisis Data
Menurut Hanafiah (2005), rumus umum rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial adalah sebagai berikut:
Yij = μ + τi + εij
Keterangan: Yij = respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = rataan umum τi = pengaruh perlakuan ke-i εij = pengaruh acak/galad pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = perlakuan ke-i (1,2,3,4,5) j = ulangan ke-j (1,2,3...,5)
Universitas Sumatera Utara
Data dianalisis secara statistik menggunakan Analysis of Varians (ANOVA). Apabila Uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan 95% (Soleh, 2005). Menggunakan software SPSS 17.0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Diameter Koloni Cylindrocladium sp.
Cylindrocladium sp. yang diperlakukan dengan pemberian konsentrasi
mancozeb yang berbeda diperoleh pertumbuhan diameter yang berpengaruh nyata
dimulai hari ke-12. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, diperoleh respon
pertumbuhan diameter koloni patogen Cylindrocladium sp. yang disajikan pada
Lampiran 3.
Hasil analisis data menunjukkan pemberian mancozeb berpengaruh nyata
terhadap diameter Cylindrocladium sp. Data pada pengamatan hari ke- 4 sampai
ke- 8 tidak memberikan pengaruh nyata. Pemberian mancozeb belum mampu
mempengaruhi perkembangan fungi Cylindrocladium sp. Pertumbuhan koloni
Cylindrocladium sp. baru terlihat berpengaruh nyata mulai hari ke-12 sampai hari
ke-20.
Berdasarkan hasil uji Duncan taraf 5% antara perlakuan M2, M3, dan M4
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, sementara perlakuan M1 dan
kontrol berbeda nyata dengan konsentrasi yang lainnya. Rataan pertumbuhan
koloni Cylindrocladium sp. disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium sp. (diameter)
Perlakuan
Waktu Pengamatan (hari)
Universitas Sumatera Utara
48
12
16
20
M0(kontrol)
2.29 4.85
7.13e
7.95e
8.5e
M1(0.4 mg/ml) 2.15 4.79
7.08e
7.28e
7.36e
M2(0.8 mg/ml) 2.1 3.52
4.27a
4.23a
3.94a
M3(1.2 mg/ml) 2.14 3.98
4.17a
4.17a
3.82a
M4(1.6 mg/ml) 2.03 2.8
3.63a
3.6a
3.5a
Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji lanjut Duncan 5%
Hasil data diperoleh pertumbuhan koloni tercepat pada kontrol kemudian
diikuti oleh konsentrasi M1(0.4 mg/ml). Hal ini dikarenakan dengan konsentrasi
0.4 mg/ml sudah dapat merespon Cylindrocladium sp. dengan cepat. Dari hasil
data yang didapat sebaliknya pada konsentrasi semakin tinggi (0.8; 1.2; dan 1.6
mg/ml) malah memperlama perkembangan diameter Cylindrocladium sp. Hal ini
disebabkan konsentrasi bahan aktif mancozeb yang diberikan meningkat,
sehingga menimbulkan respon yang berbeda pada setiap pertumbuhan koloni.
Pada media yang memiliki sumber nutrisi (substrat) sebagai nutrien yang
utama bagi fungi tidak menjadikan fungi menyerap nutrisi semakin tinggi, hal ini
disebabkan Cylindrocladium sp. dipengaruhi bahan aktif mancozeb yang
mempengaruhi cara kerja enzim pada Cylindrocladium sp.
Pengaruh yang ditimbulkan terhadap pemberian mancozeb mampu
menghambat aktivitas enzim pada fungi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Thomson (1992) yang menyatakan bahwa cara kerja dari fungisida kontak yaitu
dengan menghambat kegiatan enzim yang ada pada fungi dengan menghasilkan
lapisan enzim yang mengandung unsur logam yang berperan sebagai agen
pengkelat sehingga protein-protein di dalam struktur sel fungi terganggu.
Pemberian konsentrasi yang meningkat memberikan pengaruh
perkembangannya menjadi lambat. Sejalan dengan pernyataan Sembiring (2008)
Universitas Sumatera Utara
yang menyatakan bahwa Mancozeb memiliki mekanisme kerja dengan menghambat kerja enzim-enzim yang berperan dalam pertumbuhan fungi. Begitu juga seperti yang dikemukakan oleh Jennifer, et al.,(2002) yang menyatakan bahwa fungisida mancozeb memiliki spektrum yang luas terhadap fungi dari kelas Deuteromycetes. Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.
Dari hasil penelitian diperoleh hambatan relatif fungi Cylindrocladium sp.
pada analisis sidik ragam yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji DMRT pada
taraf 5% (Tabel 2).
Tabel 2. Uji Duncan 5% Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.
Perlakuan
Rataan Hambatan Relatif (%)
M0(kontrol)
0a
M1(0.4 mg/ml) M2(08 mg/ml) M3(1.2 mg/ml)
5.96b 35.24c 33.71c
M4(1.6 mg/ml)
43.23c
Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada Uji Lanjut Duncan 5%
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pemberian perlakuan fungisida
Mancozeb memberikan pengaruh nyata. Pada konsentrasi 0.4 mg/ml berbeda
nyata dengan konsentrasi yang lainnya. Respon Cylindrocladium sp. terhadap
mancozeb terjadi pada konsentrasi lebih rendah terjadinya hambatan sebesar
5.96%. Keadaan yang menunjukkan bahwa pada kegiatan enzim fungi
dipengaruhi pada konsentrasi rendah.
Pada Tabel 2 disajikan respon Cylindrocladium sp. pada konsentrasi 0.4
mg/ml berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Hal ini bisa
terjadi karena kinerja bahan aktif fungisida mancozeb 80% WP dalam menekan
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan fungi Cylindrocladium sp. Hal yang sejalan dengan penelitian
Wakman dan Syamsudin (2007) yang menyatakan bahwa senyawa aktif
Mancozeb memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan golongan
senyawa fenolik yaitu menghambat kerja enzim fungi kemudian yang dipertegas
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lukiandari (2014) yang
menunjukkan bahwa penggunaan bahan aktif Mancozeb lebih efektif dalam
menekan intensitas serangan fungi Cercospora nicotianae pada tembakau.
Tabel 3. Pengaruh Mancozeb Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp.
Perlakuan
Rataan Hambatan Kategori
Relatif(%)
Skoring(%)
Pengaruh
M0(kontrol)
0
0 tidak berpengaruh
M1(0.4 mg/ml)
5.96
>0-20
sangat kurang berpengaruh
M2(0.8 mg/ml)
35.24
>20-40
kurang berpengaruh
M3(1.2 mg/ml)
33.71
>20-40
kurang berpengaruh
M4(1.6 mg/ml)
43.23
>40-60
cukup berpengaruh
Pada Tabel 3 disajikan persentase hambatan yang terendah terjadi pada kontrol dengan nilai 0 % dan terbesar M4 (1.6 mg/ml) dengan nilai 43.23%, maka respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif mancozeb dimasukkan ke dalam kategori cukup berpengaruh. Hal ini diperkuat oleh skoring Irasakti dan Sukatsa (1987) yang menyatakan bahwa kategori skoring >40-60% masuk kedalam kategori yang cukup berpengaruh. Kemampuan bahan aktif memang tidak sepenuhnya membasmi fungi Cylindrocladium sp. tetapi dengan pemberian konsentrasi rendah sudah dapat memberikan respon yang berpengaruh nyata dalam menghambat meluasnya perkembangan dan penyebaran fungi Cylindrocladium sp. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.
Universitas Sumatera Utara
Data jumlah kerapatan spora setelah dilakukannya pemanenan spora di
laboratorium penyakit pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.
Perlakuan
Kerapatan Spora
M0(kontrol)
419.2 x 10-1 x 2.5 x 105f
M1(0.4 mg/ml)
240 x 10-1 x 2.5 x 105c
M2(0.8 mg/ml)
86.4 x 10-1 x 2.5 x 105a
M3(1.2 mg/ml)
92.8 x 10-1 x 2.5 x 105a
M4(1.6 mg/ml)
60.16 x 10-1 x 2.5 x 105a
Pada Tabel 4 disajikan hasil respon Cylindrocladium sp. pada konsentrasi
0.4 mg/ml berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Sementara
perlakuan M2, M3 dan M4 tidak berbeda nyata. diduga karena pemberian
fungisida dengan konsentrasi yang lebih rendah sudah dapat merespon
perkembangan spora yang menjadikan struktur sel menjadi rapat dan terhambat.
Pada media yang memiliki sumber nutrisi (substrat) sebagai nutrien yang
utama bagi fungi tidak menjadikan fungi menyerap nutrisi semakin tinggi, hal ini
disebabkan Cylindrocladium sp. dipengaruhi bahan aktif yang mempengaruhi cara
kerja enzim pada Cylindrocladium sp. sehingga memberikan respon yang lemah
menghasilkan konidia lebih sedikit dan pembentukan spora yang terhambat. Hal
ini sejalan dengan penelitian Djojosumarto (2000) yang menyatakan bahwa
mancozeb dapat mencegah pembentukan spora pada fungi sehingga tidak dapat
menyebar.
Pengamatan Makroskopis
Pengamatan secara makroskopis koloni Cylindrocladium sp. dilakukan
setelah parameter lainnya selesai diamati, ditujukan agar pemberian dari fungisida
yang diberikan memberikan respon yang berpengaruh jika dilihat secara visual
maupun perkembangan respon yang diamati dibawah mikroskop. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
perbedaan konsentrasi yang diberikan terhadap Cylindrocladium sp. Hasil dari
pengamatan makroskopis koloni Cylindrocladium sp di mulai pada hari ke-4.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fungi Cylindrocladium sp. yang
telah diuji dapat dilihat secara visual profilnya berdasarkan karakter makroskopis
yang dimunculkan, antara lain pertumbuhan koloni, warna koloni, dan tekstur
koloni (Tabel 5, 6, 7, dan 8).
Pengamatan secara visual pada penelitian ini didukung oleh pernyataan
Gandjar et al.,(1999) yang menyatakan bahwa morfologi isolat fungi
Cylindrocladium sp. terdiri dari warna koloni yang berwarna putih, tekstur
permukaan koloninya halus, dan tipe koloni konsentris.
Tabel 5. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.
Waktu pengamatan hari ke- 4
No Perlakuan
Pertumbuhan koloni Muncul 4 HSI
Tekstur koloni
Warna koloni
Halus
Putih, hifa seperti kapas, menyebar merata, menebal
1 M0(kontrol) 2 M1(0.4 mg/ml) 3 M2(0.8 mg/ml) 4 M3(1.2 mg/ml) 5 M4(1.6 mg/ml)
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Tabel 6. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.
Waktu Pengamatan Hari ke- 8
No Perlakuan
Pertumbuhan koloni Muncul 4 HSI
Tekstur koloni
Warna koloni
Halus
Putih, hifa seperti kapas, menyebar merata, menebal
Universitas Sumatera Utara
1 M0(kontrol) 2 M1(0.4 mg/ml) 3 M2(0.8 mg/ml) 4 M3(1.2 mg/ml) 5 M4(1.6 mg/ml)
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Tabel 7. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.
Waktu Pengamatan Hari ke- 12
No Perlakuan
Pertumbuhan koloni Muncul 4 HSI
Tekstur koloni
Warna koloni
Halus
Putih, hifa seperti kapas, menyebar merata, menebal
1 M0(kontrol) 2 M1(0.4 mg/ml) 3 M2(0.8 mg/ml) 4 M3(1.2 mg/ml) 5 M4(1.6 mg/ml)
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Tabel 8. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.
Waktu pengamatan hari ke- 16
No Perlakuan 1 M0(kontrol)
Pertumbuhan koloni Muncul 4 HIS
Tekstur koloni Halus
Warna koloni Putih, hifa seperti kapas,
menyebar merata, dan
menipis
Universitas Sumatera Utara
2 M1(0.4 mg/ml) 3 M2(0.8 mg/ml) 4 M3(1.2 mg/ml) 5 M4(1.6 mg/ml)
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Pengamatan Mikroskopis Pengamatan mikroskopis ini dilakukan di bawah mikroskop yang
bertujuan untuk melihat sejauh mana fungisida Mancozeb yang diberikan dapat mempengaruhi struktur dan bentuk dari percabangan hifa, dan kumpulan konidianya. Pengamatan mikroskopis disajikan pada Tabel 6.
Dari hasil pengamatan mikroskopis yang dilakukan di laboratorium menyatakan bahwa fungisida Mancozeb memberikan perubahan pada struktur hifanya. Perubahan struktur hifa setelah diberi fungisida mancozeb, mengalami pembengkakan pada jaringan sel, pembengkakan pada percabangan, konidia yang semakin kerdil, kumpulan konidiospora yang rapat, dan terputusnya beberapa struktur hifa yang bersepta setelah diamati di bawah mikroskop pada beberapa tipe pembesaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2013) yang menyatakan bahwa mancozeb 80 WP dapat merubah isothiocyanate dan menghambat system kerja enzim dalam pembentukan ATP. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gortz dan Dias (2011) menyatakan bahwa mancozeb mengganggu pertumbuhan fungi dengan merubah isothiocyanate dengan mematikan fungsi gugus sulphahydral pada enzim yang dihasilkan fungi sehingga merusak dinding
Universitas Sumatera Utara
sel fungi dan menghambat system kerja enzim dalam pembentukan ATP. ATP penting karena peranannya sebagai sumber cadangan energi yang sewaktu-waktu dapat digunakan keseluruh bagian sel, dan sifatnya yang tidak habis karena dapat dihasilkan lagi dengan menambahkan gugus posfat pada ADP untuk membentuk ATP kembali.
Fungisida berbahan aktif mancozeb yang masuk ke bagian-bagian sel penting fungi memang dapat mengganggu fungsi bagian tersebut dan akan bekerja dengan merubah susunan dinding sel dengan membatasi enzim esensial. Diduga di dalam sel atau mungkin juga merubah laju metabolisme, namun tidak berarti menghambat seluruh enzim yang dihasilkan oleh fungi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Misato dan Kakiki (1977) yang menyatakan bahwa fungisida mancozeb tidak menghambat respirasi asam nukleat dan sintesa protein, tetapi secara umum menghambat dan bereaksi terhadap sel fungi. Dengan menghambat banyak fungsi metabolism, menghambat penggabungan glicosamine dengan zat kitin pada dinding sel dan hal itu akan menimbulkan akumulasi uridine di phospat (UDP)-N-acetylglucosamine.
Lebih lanjut Green, et al., (1989) menjelaskan bahwa fungisida yang bersifat kontak secara langsung berpengaruh terhadap enzim yang dihasilkan oleh fungi. Enzim merupakan suatu senyawa protein yang tersusun atas asam amino. Asam amino dalam strukturnya memiliki gugus reaktif pada rantai molekulnya seperti gugus amino (-NH2), imino (-NH), karboksil (COOH), hidroksil (-OH) serta gugus sulfhidril (-SH). Banyak diantara senyawa kimia yang terkandung dalam fungisida yang dapat bereaksi dengan gugus tersebut sehingga menyebabkan terjadinya denaturasi protein. Proses ini berakibat pada tertutupnya
Universitas Sumatera Utara
alur biokimia yang esensial pada fungi penghasil enzim tersebut. Sehingga metabolisme fungi mengalami penyimpangan seperti pembengkakan pada jaringan sel yang menyebabkan terputusnya struktur hifa.
Tabel 9. Pengamatan Mikroskopis Koloni Cylindrocaldium sp.
No Struktur Mikroskopis Struktur Mikroskopis pada
Keterangan
pada Kontrol
Perlakuan
Terputusnya beberapa
struktur hifa yang bersepta
1 pada konsentrasi 0.4 mg/ml dengan pembesaran 40x
Percabangan yang mengalami pembengkakan pada konsentrasi 1.2 mg/ml dengan pembesaran 100x
2
Klamidiospora yang semakin rapat pada konsentrasi 0.8 mg/ml dengan pembesaran 40x
3
Terjadinya pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa pada 4 konsentrasi 1.6 mg/ml dengan pembesaran 100x
Konidia yang terlihat semakin kerdil pada konsentrasi 1.2 mg/ml dengan pembesaran 40x
Universitas Sumatera Utara
5
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1.
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE 101201069
BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara
RESPON CYLINDROCLADIUM SP. TERHADAP FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANCOZEB SECARA IN VITRO
SKRIPSI PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE
BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara
RESPON CYLINDROCLADIUM SP. TERHADAP FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANCOZEB
SECARA IN VITRO
SKRIPSI OLEH : PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE 101201069 BUDIDAYA HUTAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP. 19641228 200012 1 001
Nelly Anna, S.Hut., M.Si NIP. 19810610 200801 2 002
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
Judul
Nama NIM Minat
2015
LEMBAR PENGESAHAN
: Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro
: Pebrian Indra Risky Dalimunthe : 101201069 : Budidaya Hutan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar., MS NIP. 19641228 200012 1 001
Nelly Anna, S.Hut., M.Si NIP. 19810610 200801 2 022
Mengetahui, Ketua Program Studi Kehutanan
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph. D NIP. 19710416 200112 2 001
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Response Cylindrocladium sp. To the active substance Mancozeb Fungicide In Vitro. Guided by EDY BATARA MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.
Cylindrocladium sp. is one of the pathogens trigger dangerous diseases that blight on eucalyptus plants in the pulp industry. Widely spread and prevention with the use of a contact fungicide mancozeb 80% WP.
Research on Response Cylindrocladium sp. To the active substanceMancozeb Fungicide In Vitro has been completed. The purpose of this study was to determine the response Cylindrocladium sp. on the provision of different concentrations and characterize the growth of colonies (shape, color, and texture). Research using completely randomized design (CRD) non factorial with basic media PDA. Concentrations used were 0 mg / ml (control) 0.4 mg / ml (M1), 0.8 mg / ml (M2), 1.2 mg / ml (M3), and 1.6 mg / ml (M4). Parameters measured were Cylindrocladium colony diameter sp., The percentage of colonies relative barriers Cylindrocladium sp., Spore density Cylindrocladium sp., Macroscopic and microscopic observation. Treatment significantly affect colony growth, relative barriers and spore density. Macroscopic characteristics include a white colony, the hyphae such as cotton, spread evenly and thicken in the middle. Microscopic characteristics which include changes in the structure of the hyphae, branching hyphae, density klamidiospora, Konia increasingly stunted and swelling of such tumors in a set of hyphae.
Keywords: Response, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungicide Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro. Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA
Cylindrocladium sp. adalah salah satu patogen pemicu munculnya penyakit berbahaya yaitu hawar daun pada tanaman ekaliptus pada industri pulp. Penyebarannya secara luas dan pencegahannya dengan penggunaan fungisida kontak mancozeb 80% WP.
Penelitian tentang Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro telah selesai dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian konsentrasi yang berbeda dan mengkarakterisasi pertumbuhan koloni (bentuk, warna, dan tekstur). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial dengan media dasar PDA. Konsentrasi yang digunakan adalah 0 mg/ml (kontrol) 0.4 mg/ml (M1), 0.8 mg/ml (M2), 1.2 mg/ml (M3), dan 1.6 mg/ml (M4). Parameter yang diamati adalah diameter koloni Cylindrocladium sp., Persentase hambatan relative koloni Cylindrocladium sp., kerapatan spora Cylindrocladium sp., pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan koloni, hambatan relatif dan kerapatan spora. Karakteristik makroskopis meliputi koloni berwarna putih, hifa seperti kapas, menyebar merata dan menebal di tengah. Karakteristik mikroskopis yang meliputi perubahan struktur pada hifa, percabangan hifa, kerapatan klamidiospora, konia yang semakin kerdil dan terjadi pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa. Kata kunci: Respon, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungisida Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE dilahirkan di Batangtoru, Tapanuli Selatan pada tanggal 7 Februari 1989 dari ayahanda Thomas Dalimunthe dan ibunda Nur Sehat Siregar. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 12 Padangsidempuan dan lulus pada tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Padangsidempuan dan lulus pada tahun 2004 kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Batangtoru dan lulus pada tahun 2008 dan pada tahun 2010 penulis diterima masuk di Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih minat studi Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan selama sepuluh hari pada tahun 2012. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. ITCI HUTANI MANUNGGAL, Balikpapan, Kalimantan Timur dari tanggal 14 Juli 2014 sampai dengan 14 Agustus 2014.
Penulis melaksanakan penelitian dari bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015 dengan judul “Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro.”. dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. dan Ibu Nelly Anna, S.Hut., M.Si.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis Panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari penelitian ini adalah “Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon Cylindrocladium sp. dan mengkarakterisasi pertumbuhan koloni, tekstur koloni, dan warna koloni terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0 mg/ml, 0.4 mg.ml, 0.8 mg.ml, 1.2 mg/ml, dan 1.6 mg/ml) secara In Vitro.
Dengan kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Thomas Dalimunthe dan Ibunda Nur
Sehat Siregar yang telah merawat dan membesarkan penulis hingga sampai sekarang ini dengan segala pengorbanan serta yang selalu mendoakan, mendorong memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kepada adik-adik ku tersayang Septian Andri Rahman Dalimunthe, Julian Arsyad Dalimunthe, dan Hatfizha Ilyatul Aulia Dalimunthe atas segala dukungan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS., dan Ibu Nelly Anna, S.Hut., M.Si yang telah membimbing serta memberi banyak masukan, saran, semangat, dan kemudahan kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini dapat
Universitas Sumatera Utara
terselesaikan dan kepada dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan motivasi kepada penulis. 3. Seluruh dosen pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah memberikan ilmu, saran, dan arahan kepada penulis. 4. Teman-teman penelitian yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini serta teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini kedepannya. Akhir kata semoga hasil dari skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
2015
Medan,
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
Halaman
ABSTRACT ........................................................................................... ABSTRAK ............................................................................................. RIWAYAT HIDUP ............................................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................... DAFTAR ISI.......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
i ii iii iv vi viii x xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................................... Manfaat penelitian................................................................................... Hipotesis Penelitian.................................................................................
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp................................................................. Penyakit Hawar Daun ............................................................................. Kelompok Fungisida ............................................................................... Mancozeb ................................................................................................ Formulasi ................................................................................................
3 4 6 6 6
Universitas Sumatera Utara
Cara Kerja ............................................................................................... 7
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. Bahan dan Alat Penelitian....................................................................... Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ Sterilisasi Alat ......................................................................................... Isolasi Cylindrocladium sp...................................................................... Pembuatan Media PDA........................................................................... Pengujian Uji In Vitro ............................................................................. Parameter Pengamatan ............................................................................ Diameter Koloni Cylindrocladium sp ..................................................... Persentase Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp...................... Kerapatan Spora Cylindrocladium sp ..................................................... Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis ........................................... Rancangan Penelitian .............................................................................. Analisis Data ...........................................................................................
8 8 8 8 9 9 9 10 10 10 11 12 12 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Diameter Koloni Cylindrocladium sp............................... Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.................................................... Kerapatan Spora Cylindrocladium sp ..................................................... Pengamatan Makroskopis ......................................................................
14 16 17 18
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan Mikroskopis ........................................................................ 21
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................. Saran........................................................................................................
24 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 25
LAMPIRAN........................................................................................... 28
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. ..........................................................................................................Halaman 1. Rataan Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium sp (diameter)........... 14 2. Uji Duncan 5% Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.................... 16 3. Pengaruh Mancozeb Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp. 17 4. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp. .............................................. 17 5. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 4 HSI. ......... 19 6. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 8 HIS .......... 19 7. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 12 HIS ........ 20 8. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp 16 HIS ........ 20 9. Pengamatan Mikroskopis Koloni Cylindrocladium sp. .................... 23
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 4 HSI ..................... 32 2. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 8 HSI ..................... 32 3. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 12 HSI ................... 33 4. Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp. 16 HSI ................... 33
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. ..............................................................................................
Halaman
1. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 4 HSI. .......................... 28 2. Analisis Sidik Ragam Pengamatan I Hari ke-4................................. 28 3. Data Diamter Koloni Cylindrocladium sp. 8 HSI............................. 28 4. Analisis Sidik Ragam Pengamatan II Hari ke-8 ............................... 28 5. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 12 HSI ......................... 29 6. Analisis Sidik Ragam Pengamatan III Hari ke-12. ........................... 29 7. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 16 HSI. ........................ 29 8. Analisis Sidik Ragam Pengamatan IV Hari ke-16............................ 30 9. Data Diameter Koloni Cylindrocladium sp. 20 HSI ......................... 30 10. Analisis Sidik Ragam Pengamatan V Hari ke-20 ............................. 30 11. Data Hambatan Relatif Koloni Cylindrocladium sp ......................... 31 12. Analisis Sidik Ragam Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.......... 31
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Response Cylindrocladium sp. To the active substance Mancozeb Fungicide In Vitro. Guided by EDY BATARA MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.
Cylindrocladium sp. is one of the pathogens trigger dangerous diseases that blight on eucalyptus plants in the pulp industry. Widely spread and prevention with the use of a contact fungicide mancozeb 80% WP.
Research on Response Cylindrocladium sp. To the active substanceMancozeb Fungicide In Vitro has been completed. The purpose of this study was to determine the response Cylindrocladium sp. on the provision of different concentrations and characterize the growth of colonies (shape, color, and texture). Research using completely randomized design (CRD) non factorial with basic media PDA. Concentrations used were 0 mg / ml (control) 0.4 mg / ml (M1), 0.8 mg / ml (M2), 1.2 mg / ml (M3), and 1.6 mg / ml (M4). Parameters measured were Cylindrocladium colony diameter sp., The percentage of colonies relative barriers Cylindrocladium sp., Spore density Cylindrocladium sp., Macroscopic and microscopic observation. Treatment significantly affect colony growth, relative barriers and spore density. Macroscopic characteristics include a white colony, the hyphae such as cotton, spread evenly and thicken in the middle. Microscopic characteristics which include changes in the structure of the hyphae, branching hyphae, density klamidiospora, Konia increasingly stunted and swelling of such tumors in a set of hyphae.
Keywords: Response, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungicide Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
PEBRIAN INDRA RISKY DALIMUNTHE. Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro. Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA
Cylindrocladium sp. adalah salah satu patogen pemicu munculnya penyakit berbahaya yaitu hawar daun pada tanaman ekaliptus pada industri pulp. Penyebarannya secara luas dan pencegahannya dengan penggunaan fungisida kontak mancozeb 80% WP.
Penelitian tentang Respon Cylindrocladium sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb Secara In Vitro telah selesai dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian konsentrasi yang berbeda dan mengkarakterisasi pertumbuhan koloni (bentuk, warna, dan tekstur). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial dengan media dasar PDA. Konsentrasi yang digunakan adalah 0 mg/ml (kontrol) 0.4 mg/ml (M1), 0.8 mg/ml (M2), 1.2 mg/ml (M3), dan 1.6 mg/ml (M4). Parameter yang diamati adalah diameter koloni Cylindrocladium sp., Persentase hambatan relative koloni Cylindrocladium sp., kerapatan spora Cylindrocladium sp., pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan koloni, hambatan relatif dan kerapatan spora. Karakteristik makroskopis meliputi koloni berwarna putih, hifa seperti kapas, menyebar merata dan menebal di tengah. Karakteristik mikroskopis yang meliputi perubahan struktur pada hifa, percabangan hifa, kerapatan klamidiospora, konia yang semakin kerdil dan terjadi pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa. Kata kunci: Respon, In Vitro, Cylindrocladium sp., Fungisida Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekaliptus merupakan salah satu tanaman yang dikembangkan di beberapa negara tropis termasuk di Indonesia yang pemanfaatannya digunakan untuk bahan baku industri pulp. Industri pulp berfokus pada jenis tanaman yang cepat tumbuh (fast growing spesies) dan siklus hidup yang pendek. Tanaman ekaliptus diketahui mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dengan kondisi lingkungan yang kritis (Old, et al., 2003). Apabila ditinjau pada kondisi di lapangan, industri pulp masih menerapkan pola tanam monokultur dalam skala besar. Dimana keadaan ini menjadi salah satu pemicu munculnya serangan penyakit yang berbahaya. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman ekaliptus adalah penyakit hawar daun, yang disebabkan oleh patogen Cylindrocladium sp.
Cylindrocladium sp. merupakan patogen penyebab gejala penyakit foliar spot dan leaf blight pada tanaman ekaliptus. Menyebabkan penyakit pada bagian akar, leher akar, hawar tunas, hawar daun, dan bercak daun. Penyebaran dalam jumlah yang besar yang biasanya terjadi pada permukaan daun. Cylindrocladium sp. dapat bertahan hidup lama di dalam tanah yang penularannya biasanya mulai dari cabang bawah kemudian sampai ke mahkota. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pemberian fungisida yang pengendaliannya melalui penyemprotan bergantung pada waktu yang tepat saat penyemprotan dilakukan menurut Old, et al., (2003).
Sehubungan dengan peranannya sebagai patogen penyakit maka perlu dilakukan upaya pengendalian penyebarannya dengan cara pengendalian langsung
Universitas Sumatera Utara
yaitu dengan penggunaan fungisida. Berbagai fungisida yang telah digunakan sebelumnya dapat menimbulkan resistensi pada Cylindrocladium sp. Penggunaan fungisida mancozeb diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan penyebaran Cylindrocladium sp. khususnya pada percobaan secara in vitro. maka dengan itu perlu dilakukan penelitian ini sebagai upaya mengukur sejauh mana respon yang diberikan oleh Cylindrocladium sp.terhadap pemberian fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP secara in vitro. Tujuan Penelitian 1. Mengukur respon Cylindrocladium sp. (diameter koloni, hambatan relatif, dan
kerapatan spora) terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0 mg/ml, 0.4 mg.ml, 0.8 mg.ml, 1.2 mg/ml, dan 1.6 mg/ml) secara In Vitro. 2. Mengkarakterisasi pertumbuhan koloni, tekstur koloni, warna koloni, dan perubahan struktur sel hifa terhadap perlakuan konsentrasi fungisida berbahan aktif Mancozeb (0 mg/ml, 0.4 mg.ml, 0.8 mg.ml, 1.2 mg/ml, dan 1.6 mg/ml) secara In Vitro. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP. Hipotesis
Terdapat respon yang berpengaruh nyata pada Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Cylindrocladium sp. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam
subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak sempurna), Ordo Moniliales, serta family Moniliaceae. Selanjutnya Alexopoulus dan Mims (1979) mengatakan bahwa ciri khas dari kelompok fungi kelas Deuteromycetes mempunyai misellium bersekat tanpa askus dan tanpa sambungan apit. Adanya konidiofor menunjukkan fungi ini termasuk dalam ordo Moniliales karena struktur seperti hifa. Struktur ini pada pustaka dikenal sebagai konidiofor yang bebas sehingga fungi ini dipastikan dari ordo Moniliales yang paling besar diantara ordo-ordo yang lainnya dari Deuteromycetes, diantaranya merupakan parasit dan patogen penyakit pada tumbuhan, hewan dan manusia.
Infeksi Cylindrocladium sp. terjadi pada akar atau pangkal batang semai sehingga menimbulkan gejala pada bagian semai yang berada di atas permukaan tanah. Timbulnya kelayuan pada pucuk daun yang terus menjalar keseluruh bagian daun. Apabila semai yang terserang penyakit dicabut dan dibersihkan maka pada pangkal batang terlihat adanya bagian yang berwarna coklat kehitamhitaman menurut dari penelitian Old, et al. (2003).
Anggraeni dan Santoso (2004) menyatakan bahwa berdasarkan penampilan secara makroskopis yang mencakup gejala-gejala yang timbul pada tanaman inang di lapangan dan diuji pada Postulat Koch serta pengamatan mikroskopis yaitu pertumbuhan koloni pada media PDA dapat untuk menentukan
Universitas Sumatera Utara
sifat-sifat khas fungi, maka penyebab penyakit akar pada Acacia mangium adalah fungi Cylindrocladium sp.
Old, et al., (2000) dalam Anggraeni dan Santoso (2004) mengatakan bahwa penyebab penyakit rebah kecambah di India pada Acacia sp., selain dari Fusarium oxysporum, Botrytis sp., dan Cylindrocladium sp., CMI (1976) melaporkan bahwa Cylindrocladium sp merupakan fungi patogen pada beberapa tanaman yang menyebabkan penyakit bercak daun pada tanaman teh dan cengkeh.
Tingkat serangan yang hanya berlangsung beberapa minggu sejak munculnya benih di atas permukaan tanah hingga hipokotil mengeras dan kaku, merupakan periode dengan probabilitas kematian tanaman sangat tinggi. Dalam kondisi seperti inilah semai sangat rentan terhadap serangan Cylindrocladium sp. seperti yang dijelaskan oleh Tarr (1972) bahwa terdapat hubungan antara tingkat ketahanan dari serangan patogen dengan peertumbuhan umur dan beberapa faktor lainnya. Penyakit Hawar Daun
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Silalahi (2008) ditemukan patogen penyebab penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus. Penyakit yang ditemukan diantaranya hawar daun I yang disebabkan oleh fungi Cyliindrocladium sp., Phaeophleospora sp., Cryptosporiopsis sp., hawar daun II disebabkan oleh Phaeophleospora sp., dan bercak daun yang disebabkan oleh Mycosphaerella spp. Penyakit yang menyerang bagian daun tanaman ini dapat mengakibatkan daun gugur dan tidak mampu tumbuh dengan baik karena proses fotosintesis terhambat.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit ini pada umumnya menyerang tanaman ekaliptus pada tingkat pancang yang disebabkan oleh fungi Cylindrocladium sp. Hawar daun merupakan penyakit yang menular yang terjadi apabila curah hujan cukup tinggi dan lembab. Fungi ini menyukai kondisi tanah yang hangat dan lembab yang menjadi masalah penting pada areal pembibitan di daerah selatan. Hifa Cylindrocladium yang beradaptasi terhadap kondisi tanah yang lebih dingin mampu berasosiasi dengan busuk akar pembibitan di bagian utara nursery (Bugbee dan Anderson 1963; Thies dan Patton 1970).
Spesies Cylindrocladium biasanya dapat bertahan dalam tanah karena adanya dinding tebal klamidiospora dan propagulnya yang melakukan penularan petama di bawah tegakan Eukaliptus. Penularan biasanya muncul pada daun dari cabang bawah dan menyebar sampai mahkota. Penyakit ini paling nyata ditemukan di persemaian batang pohon dimana serangannya menjadi sangat luas (Old dkk., 2003).
Fungisida dapat diartikan sebagai bahan pestisida yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mengendalikan penyakit akibat jamur atau fungi pada tumbuhan. Namun karena tujuan utamanya adalah untuk membasmi penyakit baik yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau organisme tertentu maka bukanlah masalah apakah fungisida atau bakterisida (Magallona, et.al., 1990).
Fungi merupakan penyebab penyakit infeksi yang utama dan paling umum terjadi pada tanaman baik pada tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan. Fungi ini tidak mengandung klorofil dalam struktur tubuhnya. Unit vegetatifnya
Universitas Sumatera Utara
merupakan struktur satu sel atau benang hifa yang disebut misellium jika berada
dalam kelompok besar (Widyastuti., dkk, 2004).
Kelompok Fungisida
Mancozeb Merupakan fungisida berbentuk tepung yang biasa digunakan untuk
mengendalikan penyakit yang berasal dari fungi (fungal borne disease) berspektrum luas pada pertanian, hortikultural, florikultur, tanaman pangan, dan tanaman kehutanan. Bersifat biodegradable dan tidak terakumulasi dalam jumlah yang besar pada lingkungan.
Mancozeb adalah bahan aktif yang merupakan sub kelas dari pestisida karbamat yang disebut ditiokarbamat. Fungisida ini merupakan fungisida kontak yang berfungsi melindungi tanaman dari serangan fungi lebih lanjut dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan tanaman dan secara perlahan mengeluarkan senyawa tertentu yang mengganggu aktivitas fungi. Fungisida ini mencegah pembentukan spora pada fungi sehingga tidak dapat menyebar (Djojosumarto, 2000). Formulasi
Menurut Semangun (2003) fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% WP merupakan fungisida organik kontak campuran Zink dan Maneb yang mengandung 16% Mangan, 2% Zink, dan 62% ethylenebisdithio carbanat/mangan ethylenebisdithio carbanat plus non Zink. Bahan ini dikenalkan pertama kali oleh Rohm, Hass dan Du Pont pada tahun 1961 dengan bahan aktif Mancozeb dan Manzeb 200. Fungisida ini diaplikasikan untuk melindungi daun. Mancozeb adalah gabungan antara Maneb dan Zink yang masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri, sehingga digunakan untuk membasmi berbagai patogen tanaman.
Menurut dari Sastroutomo (1992) dalam Wudianto (2010) macam dari
bentuk pestisida ini yaitu tepung yang dapat disuspensikan dalam air
(wettablepowder=WP). Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum
bisa secara langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus dibasahi
terlebih dahulu dengan air. Hasil campurannya dengan air disebut dengan
suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut di dalam air, melainkan hanya tercampur
saja. Oleh karena itu, sewaktu penyemprotan harus sering diaduk atau tangki
Universitas Sumatera Utara
penyemprot digoyang-goyang. Rumus bangun dari Mancozeb adalah sebagai berikut :
S CH3 – NH – C - S
Mn [Zn] CH3 – NH – C- S
S
Gambar. Rumus Bangun dari Mancozeb Sumber : Magallona, et.al., 1990
Cara Kerja Fungisida ini termasuk kedalam golongan fungisida kontak dan cara kerja dari
fungisida ini adalah dengan menghambat kegiatan enzim yang ada pada fungi dengan menghasilkan lapisan enzim yang mengandung unsur logam yang berperan dalam pembentukan ATP serta berperan sebagai agen pengkelat sehingga sintesis protein dan metabolisme di dalam sel fungi terganggu (Thomson, 1992).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai April 2015 di
Laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Program Studi Kehutanan dan di Laboratorium Penyakit Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan
Bahan yang digunakan adalah media PDA, fungisida Dithane M-45 berbahan aktif Mancozeb 80%, kalmychetine, alkohol 70%, aquadest, aluminium foil, tisu, kapas , plastik PE, dan label nama. 2. Alat
Alat yang digunakan adalah Millipore filter, Haemocytometer, mikropipet, handcounter, cawan petri, Erlenmeyer, gelas ukur, mikroskop, oven, autoclave, pisau, alat tulis, alat injeksi, laminar air flow cabinet, Bunsen, timbangan, stirrer, pinset, jarum ose, spatula, gunting, korek api, dan kertas milimeter. Pelaksanaan Penelitian Sterilisasi Alat
Peralatan meliputi cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur dan pinset dicuci hingga bersih, kemudian dikeringkan. Semua alat tersebut disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 1,5 Psi (kg/cm2) selama 45 menit. Untuk proses inokulasi dilakukan penyemprotan alkohol 70% pada Laminar Air Flow sebelum inokulasi dimulai.
Universitas Sumatera Utara
Isolasi Cylindrocladium sp Fungi patogen Cylindrocladium sp. diperoleh dari koleksi jamur di
Laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Isolat dimasukkan ke dalam media PDA yang baru untuk permudaan. Selanjutnya dibiakkan selama kurang lebih 7 hari. Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Dengan menimbang 95 gram serbuk media PDA lalu memasukkannya kedalam Erlenmeyer 1000 ml kemudian menambahkan aquadest ke dalamnya sampai mencapai 1000 ml, tutup dengan menggunakan kapas dan bungkus dengan aluminium foil, panaskan air, kemudian masukkan Erlenmeyer kedalam panci yang berisi air yang telah mendidih di atas kompor sampai media PDA larut dan homogen, setelah dihomogenkan maka disterilkan ke dalam autoclave pada suhu 1210C selama 30 menit setelah itu tempatkan pada rak yang telah disediakan. Pada saat media akan dipakai bisa dipanaskan kembali untuk mencairkan media PDA yang telah padat pada waktu yang dibutuhkan. Percobaan Uji In Vitro
Percobaan yang dilakukan di laboratorium yaitu dengan menimbang fungisida Mancozeb 80% WP sebanyak 0.125 gram lalu dicampur dengan aquadest sebanyak 250 ml di dalam erlenmeyer, diaduk menggunakan stirrer sampai homogen. Kemudian larutan yang sudah tercampur diambil menggunakan alat injeksi sebanyak 0 ml untuk perlakuan M0 (kontrol), 0.5 ml untuk perlakuan M1, 1.0 ml untuk perlakuan M2, 1.5 ml untuk perlakuan M3, dan 2.0 ml untuk perlakuan M4. Pemberian formulasi fungisida disaring dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
Millipore Filter pada setiap media PDA yang telah diberi label pada setiap
perlakuan. Kemudian dituangkan ke setiap cawan petri yang telah disediakan.
Parameter Pengamatan
Diameter Koloni Cylindrocladium sp.
Pengamatan dilakukan tiap empat hari sekali terhadap koloni jamur
Cylindrocladium sp. perlakuan kontrol sebagai pembanding untuk tiap unit
percobaan. Pengukuran diameter koloni dilakukan ketika koloni jamur yang
tumbuh pada media PDA yang telah tercampur dengan formula fungisida sesuai
perlakuan pada cawan petri. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah kertas
millimeter yang cara perhitungannya dengan membuat garis vertikal dan
horizontal yang berpotongan tepat pada titik tengah koloni jamur pada cawan petri
sehingga diperoleh rata-rata diameter koloni cylindrocladium sp. Garis dibuat
dibagian bawah cawan petri yang berfungsi untuk memudahkan perhitungan
diameter koloninya. Cara pengukuran pada cawan petri berdasarkan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
d1 + d2 D=
2
D = diameter jamur Cylindrocladium sp. d1 = diameter vertical koloni jamur Cylindrocladium sp. d2 = diameter horizontal koloni jamur Cylindrocladium sp.
Persentase Hambatan Relatif koloni Cylindrocladium sp.
Kemampuan hambatan relatif terhadap pertumbuhan jamur
Cylindrocladium sp. pada masing-masing konsentrasi dihitung sampai jamur
Cylindrocladium sp. pada setiap perlakuan telah tumbuh pada media PDA.
Universitas Sumatera Utara
Persentase hambatannya dihitung menurut Yuliana et al., (1987) dengan rumus
sebagai berikut:
HR =
dk – dp x 100 %
dk
Keterangan :
HR = hambatan relatif dk = diameter kontrol dp = diameter perlakuan
Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.
Penghitungan kerapatan spora dilakukan dengan cara spora
Cylindrocladium sp. yang tumbuh pada setiap cawan petri pada tiap ulangan
diambil dengan jarum ose lalu dimasukkan ke dalam air aquadest steril dalam
cawan petri kemudian dihomogenkan. Setelah itu suspensi spora
Cylindrocladium diteteskan pada ruang hitung haemocytometer lalu ditutup
dengan kaca obyek kemudian jumlah spora dapat dihitung dalam lima kotak
sedang di bawah mikroskop dan dilihat rata-ratanya. Perkembangan kerapatan
spora dihitung berdasarkan rumus menurut Laboratorium Lapangan Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan sebagai
berikut:
S=RxKxF
Keterangan :
S= Jumlah spora R= Jumlah rata-rata spora pada 5 bidang pandang haemacytometer K= konstanta koefisien alat (2,5 x 105) F= Faktor Pengencer yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Penelitian ini dilakukan dengan mengamati secara makroskopis dan
mikroskopis fungi Cylindrocladium sp. secara makroskopis yang diamati adalah warna permukaan koloni dan diameter koloni fungi. Kemudian dilanjutkan secara mikroskopis yang mencakup penampakan sekat pada hifa, tipe percabangan hifa, serta ciri konidia berupa bentuk dan kerapatan konidia. Pengamatan ini mengacu pada beberapa buku pedoman dari Pitt & Hocking (1997) dan Gandjar, et al.,(1999). Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari :
1. M0 = Kontrol (tanpa fungisida) 2. M1 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 0.4 mg/ml 3. M2 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 0.8 mg/ml 4. M3 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 1.2 mg/ml 5. M4 = Fungisida dengan bahan aktif mancozeb konsentrasi 1.6 mg/ml Analisis Data
Menurut Hanafiah (2005), rumus umum rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial adalah sebagai berikut:
Yij = μ + τi + εij
Keterangan: Yij = respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = rataan umum τi = pengaruh perlakuan ke-i εij = pengaruh acak/galad pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = perlakuan ke-i (1,2,3,4,5) j = ulangan ke-j (1,2,3...,5)
Universitas Sumatera Utara
Data dianalisis secara statistik menggunakan Analysis of Varians (ANOVA). Apabila Uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan 95% (Soleh, 2005). Menggunakan software SPSS 17.0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Diameter Koloni Cylindrocladium sp.
Cylindrocladium sp. yang diperlakukan dengan pemberian konsentrasi
mancozeb yang berbeda diperoleh pertumbuhan diameter yang berpengaruh nyata
dimulai hari ke-12. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, diperoleh respon
pertumbuhan diameter koloni patogen Cylindrocladium sp. yang disajikan pada
Lampiran 3.
Hasil analisis data menunjukkan pemberian mancozeb berpengaruh nyata
terhadap diameter Cylindrocladium sp. Data pada pengamatan hari ke- 4 sampai
ke- 8 tidak memberikan pengaruh nyata. Pemberian mancozeb belum mampu
mempengaruhi perkembangan fungi Cylindrocladium sp. Pertumbuhan koloni
Cylindrocladium sp. baru terlihat berpengaruh nyata mulai hari ke-12 sampai hari
ke-20.
Berdasarkan hasil uji Duncan taraf 5% antara perlakuan M2, M3, dan M4
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, sementara perlakuan M1 dan
kontrol berbeda nyata dengan konsentrasi yang lainnya. Rataan pertumbuhan
koloni Cylindrocladium sp. disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium sp. (diameter)
Perlakuan
Waktu Pengamatan (hari)
Universitas Sumatera Utara
48
12
16
20
M0(kontrol)
2.29 4.85
7.13e
7.95e
8.5e
M1(0.4 mg/ml) 2.15 4.79
7.08e
7.28e
7.36e
M2(0.8 mg/ml) 2.1 3.52
4.27a
4.23a
3.94a
M3(1.2 mg/ml) 2.14 3.98
4.17a
4.17a
3.82a
M4(1.6 mg/ml) 2.03 2.8
3.63a
3.6a
3.5a
Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji lanjut Duncan 5%
Hasil data diperoleh pertumbuhan koloni tercepat pada kontrol kemudian
diikuti oleh konsentrasi M1(0.4 mg/ml). Hal ini dikarenakan dengan konsentrasi
0.4 mg/ml sudah dapat merespon Cylindrocladium sp. dengan cepat. Dari hasil
data yang didapat sebaliknya pada konsentrasi semakin tinggi (0.8; 1.2; dan 1.6
mg/ml) malah memperlama perkembangan diameter Cylindrocladium sp. Hal ini
disebabkan konsentrasi bahan aktif mancozeb yang diberikan meningkat,
sehingga menimbulkan respon yang berbeda pada setiap pertumbuhan koloni.
Pada media yang memiliki sumber nutrisi (substrat) sebagai nutrien yang
utama bagi fungi tidak menjadikan fungi menyerap nutrisi semakin tinggi, hal ini
disebabkan Cylindrocladium sp. dipengaruhi bahan aktif mancozeb yang
mempengaruhi cara kerja enzim pada Cylindrocladium sp.
Pengaruh yang ditimbulkan terhadap pemberian mancozeb mampu
menghambat aktivitas enzim pada fungi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Thomson (1992) yang menyatakan bahwa cara kerja dari fungisida kontak yaitu
dengan menghambat kegiatan enzim yang ada pada fungi dengan menghasilkan
lapisan enzim yang mengandung unsur logam yang berperan sebagai agen
pengkelat sehingga protein-protein di dalam struktur sel fungi terganggu.
Pemberian konsentrasi yang meningkat memberikan pengaruh
perkembangannya menjadi lambat. Sejalan dengan pernyataan Sembiring (2008)
Universitas Sumatera Utara
yang menyatakan bahwa Mancozeb memiliki mekanisme kerja dengan menghambat kerja enzim-enzim yang berperan dalam pertumbuhan fungi. Begitu juga seperti yang dikemukakan oleh Jennifer, et al.,(2002) yang menyatakan bahwa fungisida mancozeb memiliki spektrum yang luas terhadap fungi dari kelas Deuteromycetes. Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.
Dari hasil penelitian diperoleh hambatan relatif fungi Cylindrocladium sp.
pada analisis sidik ragam yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji DMRT pada
taraf 5% (Tabel 2).
Tabel 2. Uji Duncan 5% Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.
Perlakuan
Rataan Hambatan Relatif (%)
M0(kontrol)
0a
M1(0.4 mg/ml) M2(08 mg/ml) M3(1.2 mg/ml)
5.96b 35.24c 33.71c
M4(1.6 mg/ml)
43.23c
Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada Uji Lanjut Duncan 5%
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pemberian perlakuan fungisida
Mancozeb memberikan pengaruh nyata. Pada konsentrasi 0.4 mg/ml berbeda
nyata dengan konsentrasi yang lainnya. Respon Cylindrocladium sp. terhadap
mancozeb terjadi pada konsentrasi lebih rendah terjadinya hambatan sebesar
5.96%. Keadaan yang menunjukkan bahwa pada kegiatan enzim fungi
dipengaruhi pada konsentrasi rendah.
Pada Tabel 2 disajikan respon Cylindrocladium sp. pada konsentrasi 0.4
mg/ml berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Hal ini bisa
terjadi karena kinerja bahan aktif fungisida mancozeb 80% WP dalam menekan
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan fungi Cylindrocladium sp. Hal yang sejalan dengan penelitian
Wakman dan Syamsudin (2007) yang menyatakan bahwa senyawa aktif
Mancozeb memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan golongan
senyawa fenolik yaitu menghambat kerja enzim fungi kemudian yang dipertegas
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lukiandari (2014) yang
menunjukkan bahwa penggunaan bahan aktif Mancozeb lebih efektif dalam
menekan intensitas serangan fungi Cercospora nicotianae pada tembakau.
Tabel 3. Pengaruh Mancozeb Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp.
Perlakuan
Rataan Hambatan Kategori
Relatif(%)
Skoring(%)
Pengaruh
M0(kontrol)
0
0 tidak berpengaruh
M1(0.4 mg/ml)
5.96
>0-20
sangat kurang berpengaruh
M2(0.8 mg/ml)
35.24
>20-40
kurang berpengaruh
M3(1.2 mg/ml)
33.71
>20-40
kurang berpengaruh
M4(1.6 mg/ml)
43.23
>40-60
cukup berpengaruh
Pada Tabel 3 disajikan persentase hambatan yang terendah terjadi pada kontrol dengan nilai 0 % dan terbesar M4 (1.6 mg/ml) dengan nilai 43.23%, maka respon Cylindrocladium sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif mancozeb dimasukkan ke dalam kategori cukup berpengaruh. Hal ini diperkuat oleh skoring Irasakti dan Sukatsa (1987) yang menyatakan bahwa kategori skoring >40-60% masuk kedalam kategori yang cukup berpengaruh. Kemampuan bahan aktif memang tidak sepenuhnya membasmi fungi Cylindrocladium sp. tetapi dengan pemberian konsentrasi rendah sudah dapat memberikan respon yang berpengaruh nyata dalam menghambat meluasnya perkembangan dan penyebaran fungi Cylindrocladium sp. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.
Universitas Sumatera Utara
Data jumlah kerapatan spora setelah dilakukannya pemanenan spora di
laboratorium penyakit pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.
Perlakuan
Kerapatan Spora
M0(kontrol)
419.2 x 10-1 x 2.5 x 105f
M1(0.4 mg/ml)
240 x 10-1 x 2.5 x 105c
M2(0.8 mg/ml)
86.4 x 10-1 x 2.5 x 105a
M3(1.2 mg/ml)
92.8 x 10-1 x 2.5 x 105a
M4(1.6 mg/ml)
60.16 x 10-1 x 2.5 x 105a
Pada Tabel 4 disajikan hasil respon Cylindrocladium sp. pada konsentrasi
0.4 mg/ml berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Sementara
perlakuan M2, M3 dan M4 tidak berbeda nyata. diduga karena pemberian
fungisida dengan konsentrasi yang lebih rendah sudah dapat merespon
perkembangan spora yang menjadikan struktur sel menjadi rapat dan terhambat.
Pada media yang memiliki sumber nutrisi (substrat) sebagai nutrien yang
utama bagi fungi tidak menjadikan fungi menyerap nutrisi semakin tinggi, hal ini
disebabkan Cylindrocladium sp. dipengaruhi bahan aktif yang mempengaruhi cara
kerja enzim pada Cylindrocladium sp. sehingga memberikan respon yang lemah
menghasilkan konidia lebih sedikit dan pembentukan spora yang terhambat. Hal
ini sejalan dengan penelitian Djojosumarto (2000) yang menyatakan bahwa
mancozeb dapat mencegah pembentukan spora pada fungi sehingga tidak dapat
menyebar.
Pengamatan Makroskopis
Pengamatan secara makroskopis koloni Cylindrocladium sp. dilakukan
setelah parameter lainnya selesai diamati, ditujukan agar pemberian dari fungisida
yang diberikan memberikan respon yang berpengaruh jika dilihat secara visual
maupun perkembangan respon yang diamati dibawah mikroskop. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
perbedaan konsentrasi yang diberikan terhadap Cylindrocladium sp. Hasil dari
pengamatan makroskopis koloni Cylindrocladium sp di mulai pada hari ke-4.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fungi Cylindrocladium sp. yang
telah diuji dapat dilihat secara visual profilnya berdasarkan karakter makroskopis
yang dimunculkan, antara lain pertumbuhan koloni, warna koloni, dan tekstur
koloni (Tabel 5, 6, 7, dan 8).
Pengamatan secara visual pada penelitian ini didukung oleh pernyataan
Gandjar et al.,(1999) yang menyatakan bahwa morfologi isolat fungi
Cylindrocladium sp. terdiri dari warna koloni yang berwarna putih, tekstur
permukaan koloninya halus, dan tipe koloni konsentris.
Tabel 5. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.
Waktu pengamatan hari ke- 4
No Perlakuan
Pertumbuhan koloni Muncul 4 HSI
Tekstur koloni
Warna koloni
Halus
Putih, hifa seperti kapas, menyebar merata, menebal
1 M0(kontrol) 2 M1(0.4 mg/ml) 3 M2(0.8 mg/ml) 4 M3(1.2 mg/ml) 5 M4(1.6 mg/ml)
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Tabel 6. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.
Waktu Pengamatan Hari ke- 8
No Perlakuan
Pertumbuhan koloni Muncul 4 HSI
Tekstur koloni
Warna koloni
Halus
Putih, hifa seperti kapas, menyebar merata, menebal
Universitas Sumatera Utara
1 M0(kontrol) 2 M1(0.4 mg/ml) 3 M2(0.8 mg/ml) 4 M3(1.2 mg/ml) 5 M4(1.6 mg/ml)
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Tabel 7. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.
Waktu Pengamatan Hari ke- 12
No Perlakuan
Pertumbuhan koloni Muncul 4 HSI
Tekstur koloni
Warna koloni
Halus
Putih, hifa seperti kapas, menyebar merata, menebal
1 M0(kontrol) 2 M1(0.4 mg/ml) 3 M2(0.8 mg/ml) 4 M3(1.2 mg/ml) 5 M4(1.6 mg/ml)
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Tabel 8. Pengamatan Makroskopis Koloni Cylindrocladium sp.
Waktu pengamatan hari ke- 16
No Perlakuan 1 M0(kontrol)
Pertumbuhan koloni Muncul 4 HIS
Tekstur koloni Halus
Warna koloni Putih, hifa seperti kapas,
menyebar merata, dan
menipis
Universitas Sumatera Utara
2 M1(0.4 mg/ml) 3 M2(0.8 mg/ml) 4 M3(1.2 mg/ml) 5 M4(1.6 mg/ml)
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Pengamatan Mikroskopis Pengamatan mikroskopis ini dilakukan di bawah mikroskop yang
bertujuan untuk melihat sejauh mana fungisida Mancozeb yang diberikan dapat mempengaruhi struktur dan bentuk dari percabangan hifa, dan kumpulan konidianya. Pengamatan mikroskopis disajikan pada Tabel 6.
Dari hasil pengamatan mikroskopis yang dilakukan di laboratorium menyatakan bahwa fungisida Mancozeb memberikan perubahan pada struktur hifanya. Perubahan struktur hifa setelah diberi fungisida mancozeb, mengalami pembengkakan pada jaringan sel, pembengkakan pada percabangan, konidia yang semakin kerdil, kumpulan konidiospora yang rapat, dan terputusnya beberapa struktur hifa yang bersepta setelah diamati di bawah mikroskop pada beberapa tipe pembesaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2013) yang menyatakan bahwa mancozeb 80 WP dapat merubah isothiocyanate dan menghambat system kerja enzim dalam pembentukan ATP. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gortz dan Dias (2011) menyatakan bahwa mancozeb mengganggu pertumbuhan fungi dengan merubah isothiocyanate dengan mematikan fungsi gugus sulphahydral pada enzim yang dihasilkan fungi sehingga merusak dinding
Universitas Sumatera Utara
sel fungi dan menghambat system kerja enzim dalam pembentukan ATP. ATP penting karena peranannya sebagai sumber cadangan energi yang sewaktu-waktu dapat digunakan keseluruh bagian sel, dan sifatnya yang tidak habis karena dapat dihasilkan lagi dengan menambahkan gugus posfat pada ADP untuk membentuk ATP kembali.
Fungisida berbahan aktif mancozeb yang masuk ke bagian-bagian sel penting fungi memang dapat mengganggu fungsi bagian tersebut dan akan bekerja dengan merubah susunan dinding sel dengan membatasi enzim esensial. Diduga di dalam sel atau mungkin juga merubah laju metabolisme, namun tidak berarti menghambat seluruh enzim yang dihasilkan oleh fungi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Misato dan Kakiki (1977) yang menyatakan bahwa fungisida mancozeb tidak menghambat respirasi asam nukleat dan sintesa protein, tetapi secara umum menghambat dan bereaksi terhadap sel fungi. Dengan menghambat banyak fungsi metabolism, menghambat penggabungan glicosamine dengan zat kitin pada dinding sel dan hal itu akan menimbulkan akumulasi uridine di phospat (UDP)-N-acetylglucosamine.
Lebih lanjut Green, et al., (1989) menjelaskan bahwa fungisida yang bersifat kontak secara langsung berpengaruh terhadap enzim yang dihasilkan oleh fungi. Enzim merupakan suatu senyawa protein yang tersusun atas asam amino. Asam amino dalam strukturnya memiliki gugus reaktif pada rantai molekulnya seperti gugus amino (-NH2), imino (-NH), karboksil (COOH), hidroksil (-OH) serta gugus sulfhidril (-SH). Banyak diantara senyawa kimia yang terkandung dalam fungisida yang dapat bereaksi dengan gugus tersebut sehingga menyebabkan terjadinya denaturasi protein. Proses ini berakibat pada tertutupnya
Universitas Sumatera Utara
alur biokimia yang esensial pada fungi penghasil enzim tersebut. Sehingga metabolisme fungi mengalami penyimpangan seperti pembengkakan pada jaringan sel yang menyebabkan terputusnya struktur hifa.
Tabel 9. Pengamatan Mikroskopis Koloni Cylindrocaldium sp.
No Struktur Mikroskopis Struktur Mikroskopis pada
Keterangan
pada Kontrol
Perlakuan
Terputusnya beberapa
struktur hifa yang bersepta
1 pada konsentrasi 0.4 mg/ml dengan pembesaran 40x
Percabangan yang mengalami pembengkakan pada konsentrasi 1.2 mg/ml dengan pembesaran 100x
2
Klamidiospora yang semakin rapat pada konsentrasi 0.8 mg/ml dengan pembesaran 40x
3
Terjadinya pembengkakan seperti tumor pada sekumpulan hifa pada 4 konsentrasi 1.6 mg/ml dengan pembesaran 100x
Konidia yang terlihat semakin kerdil pada konsentrasi 1.2 mg/ml dengan pembesaran 40x
Universitas Sumatera Utara
5
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1.