3. EKSTRAK POLISAKARIDA MENGANDUNG MANNAN
DARI BUNGKIL INTI SAWIT
PENDAHULUAN
Karbohidrat dari nilai nutrisinya secara umum dikenal sebagai penyumbang sumber energi untuk ternak disamping sebagai bagian integral
struktural seperti asam nukleat, glikolipid dan glikoprotein. Fungsi biologis lainnya dari karbohidrat yaitu dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh dan
menghambat kolonisasi bakteri yang merugikan yang ada pada ternak Devegowda et al. 1997. Beberapa produk banyak dikembangkan sekarang ini
mengingat fungsi lain karbohidrat tersebut. Beberapa prebiotik seperti fruktooligosakarida dan inulin berperan dalam memperbaiki kesehatan dengan
jalan memodifikasi keseimbangan mikroflora usus Crittenden 1999 dan secara selektif merangsang pertumbuhan bakteri menguntungkan seperti Lactobacillus
dan Bifidobacteria Cumming et al. 2001. Karbohidrat spesifik tersebut berfungsi sebagai makanan bagi bakteri yang menguntungkan tersebut Patterson
dan Burkholder 2003. Jenis karbohidrat lain yang banyak dikembangkan yaitu karbohidrat yang
mengandung komponen gula mannosa. Beberapa laporan menyebutkan fungsinya untuk menghambat bakteri merugikan seperti Salmonella Oyofo 1989, atau
sebagai immunostimulan Sashidara dan Devegowda 2003. Bahan alam yang dikembangkan untuk mendapatkan komponen tersebut dilaporkan diperoleh dari
ragi S cerevisiae, dengan produknya yang dikenal dengan nama MOS mannanoligosakarida Turner et al. 2000; White et al. 2002, selanjutnya
Ishihara et al. 2000 mendapatkannya dari guar gum dengan menggunakan enzim β-D-mannanase yang menghasilkan galaktomannan dengan berat molekul
20 000 Da, dan produknya disebut ”Partially Hydrolized Guar Gum” PHGG, dan dilaporkan efektif menghambat Salmonella dan meningkatkan bakteri
Bifidobacteria dan Lactobacillus. Merujuk pada definisi prebiotik, Patterson 2005 mengkatagorikan bahwa MOS sebagai prebiotik, tetapi bukan termasuk
prebiotik murni true prebiotic mengingat adanya peran lain dari MOS.
Mannan dikatagorikan sebagai polisakarida dan banyak terdapat pada ragi, rumput laut, dan beberapa jenis tanaman Kennedy dan White 1988a. Mannan
dengan komposisi linear 1-4-β–D-Manp merupakan komponen utama dari dinding sel bungkil kelapa dan bungkil inti sawit BIS dan pada bahan makanan
lainnya untuk unggas komponen ini terdapat dalam jumlah yang sangat kecil Carre 2002. Selanjutnya Daud et al. 1993, melaporkan bahwa kandungan
mannosa BIS mencapai 56.4 dari total dinding selnya, sedangkan pada serat perasan buahnya menurut Sun et al. 1999 kaya akan glukosa dan xylosa.
BIS merupakan hasil ikutan dari industri pengolahan minyak inti sawit yang ketersediaannya di Indonesia sangat tinggi, dan selama ini penggunaan BIS
sebagai bagian pakan untuk ternak. Kandungan β -mannan yang tinggi pada BIS yang tergolong polisakarida bukan pati NSP: Non Starch Polysaccharides
menjadi salah satu pembatas penggunaan BIS untuk ternak monogastrik. Sundu dan Dingle 2005 melaporkan penggunaan enzim β-mannanase efektif untuk
meningkatkan nilai nutrisi BIS. Selanjutnya Sundu et al. 2006 menduga adanya kesamaan fungsi mannan dari BIS dengan MOS komersial sehingga berpengaruh
terhadap kesehatan unggas. Informasi proses ekstraksi untuk mendapatkan polisakarida mannan dari
BIS masih terbatas, sedangkan potensi untuk pengembangannya sangat besar. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji proses dan mengkarakterisasi ekstrak BIS
yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan pada tahapan ini selanjutnya akan diuji kemampuannya sebagai antimikroba dan immunostimulan untuk ternak unggas.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendapatkan komponen mannan dari BIS dengan melakukan proses ekstraksi menggunakan pelarut akuades dan NaOH.
Pengukuran dilakukan terhadap kandungan total gula yang terekstrak, menganalisis komponen gula monosakarida yang diperoleh, serta melihat
sebaran bobot molekul dari ekstrak yang dihasilkan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai proses ekstraksi untuk mendapatkan
mannan dari BIS.
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain bungkil inti sawit BIS yang diperoleh dari PT Indofeed Bogor. Sebelum dilakukan proses
ekstraksi, BIS terlebih dahulu disaring dengan menggunakan penyaring berdiameter 2 mm yang bertujuan memisahkan sisa batok endokaprium dari
bungkil inti sawitnya.
Alat yang digunakan dalam mengekstrak BIS antara lain Mortar Grinder; Autoklaf; Sentrifuge; Rotary Evaporator; dan Freeze-dryer. Proses separasi
dilakukan dengan menggunakan kolom kromatografi filtrasi gel 16 mm x 900 mm yang diisi Sephadex G-50 dan dilengkapi dengan Fraction Collector.
Pengukuran kandungan total gula menggunakan spektrofotometer, sedangkan analisis komponen gula menggunakan HPLC High Performance Liquid
Chromatography yang dilengkapi kolom P-NH
2
Carbohydrate 30 x 1cm.
Metode Penelitian Proses Ekstraksi BIS
Isolasi polisakarida mannan dari BIS dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan air panas. Proses ini dimulai dengan menggiling BIS menggunakan
mortar grinder Retsch KM1 selama 30 menit yang dilanjutkan dengan pemanasan menggunakan autoklaf 121
o
C; 15 menit. Tahapan selanjutnya yaitu proses pemisahan menggunakan sentrifugasi 12 000 G; 15 menit, dan
supernatannya dikoleksi. Supernatan yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan alat rotary eveporator Yamato RE50 dan dilanjutkan dengan
pengeringan menggunakan alat freeze dryer Yamato DC 56A.
Kandungan Total Gula
Kandungan total gula diukur menggunakan pereaksi asam sulfat pekat dan fenol 5 kemudian diukur menggunakan alat spektrofotometer Shimadzu UV
VIS 1201 pada panjang gelombang 490 nm dengan D-glukosa sebagai standar seperti yang dijelaskan oleh Dubois et al. 1956.
Kromatografi Filtrasi Gel
Kromatografi filtrasi gel menggunakan kolom mengandung gel Sephadex G-50 16x800 mm, dan dilengkapi fraction collector dengan volume setiap fraksi
sebanyak 10 ml. Sampel yang diinjeksikan sebanyak 0.5 ml dan laju alir yang digunakan adalah 0.5 mlmenit. Fraksi yang diperoleh selanjutnya diukur
kandungan total gulanya.
Analisis Komponen Gula
Pembacaan kimia polisakarida dilakukan dengan mengidentifikasi komponen monosakarida dengan menggunakan alat HPLC High Performance
Liquid Chromatography yang dilengkapi kolom P-NH
2
Carbohydrate. Kecepatan alir yang digunakan yaitu 0.5 mlmenit dengan fase gerak menggunakan campuran
60 acetonitril:40 air pada temperatur ruang 25-28
o
C. Sampel sebelum diinjeksikan ke kolom, dihidrolisis menggunakan 2 M TFA Trifluoro Acetic
Acid pada suhu 105
o
C selama 3 jam dalam ampul dan dinetralkan menggunakan ethyl acetate Ramli et al. 1994.
Rancangan Penelitian
Perlakuan ekstraksi yang diuji adalah penggunaan beragam pelarut yang dikombinasikan dengan penggunaan kaca pada saat proses grinding.
Perbandingan jumlah pelarut yang digunakan yaitu 100 g BIS menggunakan 500 ml pelarut rasio 1:5 wv. Peubah yang diukur pada tahapan ini adalah kandungan
total gula terekstrak. Perlakuan selengkapnya yang diuji adalah : P1 = Akuades
P2 = NaOH 0.05 N P3 = NaOH 0.1 N
P4 = Akuades + Kaca P5 = NaOH 0.05 N + Kaca
P6 = NaOH 0.1 N + Kaca. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
RAL dengan 3 ulangan, dan selanjutnya dianalisis menggunakan analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan Steel dan Torie 1980.
HASIL Kandungan Total Gula Terekstrak
Hasil pengamatan terhadap kandungan total gula yang dihasilkan dari 100 g BIS disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4 Pengaruh cara ekstraksi terhadap kandungan total gula yang dihasilkan dari 100 g BIS
Perlakuan Total Gula mg
Mannosa yang dihasilkan Akuades
1 353.6
c
± 119.8 2.49
NaOH 0.05 N 1 171.5
c
± 131.4 2.01
NaOH 0.1 N 1 233.7
c
± 215.5 0.15
Akuades + Kaca 2 114.8
b
± 402.1 5.49
NaOH 0.05 N + Kaca 3 168.0
a
± 441.6 7.58
NaOH 0.1 N +Kaca 1 218.4
c
± 330.6 2.66
keterangan : superskrip dengan huruf berbeda kearah kolom menunjukkan perbedaan nyata p0.05.
didasarkan pada kandungan mannosa Tabel 5 dan total mannan dari BIS 28.5 menurut Yokomizo 2005.
Tabel di atas menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata p0.05 terhadap kandungan total gula yang dihasilkan. Penggunaan kaca
dalam proses ekstraksi meningkatkan kandungan total gula dibandingkan tanpa menggunakan kaca yang ditunjukan pada penggunaan pelarut akuades dan NaOH
0.05 N. Kandungan total gula tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan pelarut NaOH 0.05 N dengan menggunakan kaca 3 168 mg100 g BIS dan diikuti pelarut
akuades + kaca 2 114 mg. Penggunaan NaOH dengan konsentrasi 0.1 N ternyata menunjukkan hasil total gula yang lebih rendah dibandingkan pelarut
lainnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut, gula yang terlarut dari proses ekstraksi menjadi rusak akibat terlalu kuatnya konsentrasi
NaOH. Total gula terekstrak yang diperoleh pada perlakuan kaca dengan
menggunakan pelarut akuades dan NaOH 0.05 N berkisar antara 2.2-3.2 persen dari BIS as fed. Selanjutnya berdasarkan perhitungan jumlah mannosa Tabel 4
menunjukkan persentase yang dihasilkan dari setiap ektraksi berdasarkan total mannan yang ada dalam BIS berkisar antara 0.15-7.58. Hasil cukup tinggi
ditunjukkan oleh perlakuan penggunaan kaca dengan menggunakan pelarut akuades dan NaOH 0.05 N yaitu berturut turut 5.49 dan 7.58.
Analisis Komponen Gula
Hasil analisis terhadap komponen gula menunjukkan bahwa komponen gula ekstrak BIS tersusun atas galaktosa, glukosa, dan mannosa, dan gambaran
beberapa kromatogram disajikan pada Gambar 6.
standar a b
c Gambar 6 Kromatogram untuk perlakuan ekstraksi menggunakan kaca dengan
pelarut Akuades a; NaOH 0.05 N b; NaOH 0.1 N c. Hasil analisis terhadap kandungan dari tiap komponen gula disajikan pada
Tabel 5. Tabel tersebut menunjukkan bahwa komponen gula ekstrak BIS tersusun atas galaktosa, glukosa, dan mannosa. Komponen utama monosakarida ekstrak
BIS adalah berupa mannosa dan diikuti oleh galaktosa dan glukosa. Perlakuan ekstraksi ternyata menunjukkan hasil yang berbeda terhadap komponen gula yang
terekstrak. Secara umum tabel di atas menunjukkan bahwa penggunaan kaca dapat merombak dinding sel sehingga komponen mannosa lebih mudah untuk
M an
n o
sa
G lu
k o
sa
G al
ak to
sa G
al ak
to sa
M a
n n
o sa
G lu
k o
sa
G al
ak to
sa
G lu
k o
sa
M a
n n
o sa
G al
ak to
sa
G lu
k o
sa
M a
n n
o sa
larut. Penggunaan pelarut NaOH 0.1 N selain menghasilkan kandungan total gula yang lebih rendah, juga menunjukkan komponen mannosa yang paling rendah
dibanding pelarut akuades atau NaOH 0.05 N. Tabel 5 Pengaruh cara ekstraksi terhadap kandungan dan rasio komponen gula
yang dideteksi dengan HPLC yang dilengkapi Carbohydrate column Perlakuan
Komponen gula ppm Galaktosa
Glukosa Mannosa
Mannosa Akuades
664.2 51.65
786.3 52.35
13 1
15 NaOH 0.05 N
607.5 68.58
666.1 48.80
9 1
10 NaOH 0.1 N
772.7 95.66
57.15 3.37
8 1
0.6 Akuades +Kaca
296.8 58.26
986.8 73.54
5 1
17 NaOH 0.05 N + Kaca
386.5 48.38
980.7 68.19
8 1
20 NaOH 0.1 N + Kaca
466.5 61.26
873.1 62.33
8 1
14
keterangan : angka dalam kurung menunjukkan rasio komponen gula terhadap glukosa
Komponen gula dominan yang terdeteksi dengan HPLC adalah berupa mannosa dan galaktosa, hal tersebut mengindikasikan bahwa ekstrak BIS adalah
berupa galaktomannan. Rasio komponen gula antara mannosa dengan galaktosa pada perlakuan tanpa menggunakan kaca dengan pelarut akuades dan NaOH 0.05
N dan NaOH 0.1 N berturut turut 1.18:1; 1.10:1 dan 0.07:1. Rasio komponen gula pada perlakuan pelarut akuades dan NaOH 0.05 N mendekati rasio 1:1.
Selanjutnya pada perlakuan ekstraksi menggunakan kaca, rasio komponen gula antara mannosa dengan galaktosa dengan pelarut akuades dan NaOH 0.05 N dan
NaOH 0.1 N berturut turut 3.33:1; 2.54:1; dan 1.87:1. Rasio komponen gula pada perlakuan pelarut akuades dan NaOH 0.05 N mendekati angka 3 :1.
Kandungan gula mannosa hasil ekstraksi dengan berbagai cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut akuades atau NaOH 0.05 N berkisar antara 49-74
persen. Kandungan mannosa tertinggi ditunjukkan oleh penggunaan pelarut akuades yang diekstrak menggunakan pecahan kaca. Kandungan tersebut
mencapai 74 persen dari total gula yang terekstrak.
Pemisahan dengan Kromatografi Filtrasi Gel
Gambar 7 menunjukkan bahwa ekstrak bungkil inti sawit dapat terpisahkan secara baik dalam gel sephadex G-50.
Gambar 7 Pemisahan polisakarida dalam sephadex G-50 16x800 mm pada perlakuan pelarut akuades .
Perlakuan ekstraksi menggunakan akuades tanpa menggunakan kaca menunjukkan bahwa komponen polisakarida mulai muncul pada fraksi ke 7 dan
berakhir pada fraksi ke 37. Komponen tersebut terbagi menjadi dua peak besar. Peak pertama mulai muncul pada fraksi ke 7-15, sedangkan peak kedua muncul
pada fraksi ke 19-37. Gambaran pemisahan pada
perlakuan pelarut akuades dengan menggunakan kaca pada Gambar 8 menunjukkan hasil yang berbeda
dibandingkan perlakuan tanpa kaca. Komponen polisakarida mulai muncul pada fraksi ke 7 dan berakhir pada fraksi ke 79. Peak dominan yang muncul hampir
sama dengan perlakuan akuades tanpa menggunakan kaca, yaitu terbagi menjadi
Akuades
50 100
150 200
250 300
350
1 7
13 19
25 31
37 43
49 55
61 67
73 79
Fraksi ke- Tot
a l
gu la
pp m
Gambar 8 Pemisahan polisakarida dalam sephadex G-50 16x800 mm pada perlakuan pelarut akuades + kaca .
dua peak besar. Peak pertama muncul pada fraksi ke 7-19 dan peak kedua muncul pada fraksi ke 19-38, dan selanjutnya empat buah peak kecil ditemukan antara
fraksi ke 38-80. Penggunaan kaca menghasilkan bobot molekul yang lebih beragam dibandingkan tanpa menggunakan kaca, dan menunjukkan bahwa proses
pemotongan dinding sel bungkil inti sawit menjadi lebih efektif Gambar 9 menunjukkan pemisahan polisakarida perlakuan pelarut NaOH
0.1 N dalam sephadex G-50.
Gambar 9 Pemisahan polisakarida dalam sephadex G-50 16x800 mm pada perlakuan pelarut NaOH 0.1N + kaca .
Akuades +kaca
100 200
300 400
500 600
1 7 13
19 25
31 37
43 49
55 61 67
73 79
Fraksi ke-
To ta
l gul
a ppm
NaOH 0,1N +Kaca
200 400
600 800
1000 1200
1 7
13 19
25 31
37 43
49 55
61 67
73 79
Fraksi ke-
Tot a
l gu
la pp
m
Kandungan total gula mulai terdeteksi pada fraksi ke 3-60. Peak dominan ditemukan pada fraksi ke 13-19, dan peak kecil pada fraksi ke 3-13. Selanjutnya
pada fraksi ke 31-60 masih terdeteksi adanya kandungan total gula, akan tetapi tidak dapat terpisahkan secara baik dalam sephadex G-50. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa ekstraksi menggunakan NaOH juga menghasilkan bobot
molekul yang jauh lebih kecil dibandingkan pelarut akuades.
Secara umum ekstrak bungkil inti sawit yang dihasilkan didominasi oleh dua peak yang terkoleksi pada fraksi awal dalam sephadex G-50. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa produk tersebut didominasi oleh bobot molekul yang besar dan mengindikasikan masih dalam bentuk polisakarida.
PEMBAHASAN
Kandungan total gula yang dihasilkan dari setiap 100 g BIS berkisar antara 1218-3168 mg. Beberapa peneliti lain seperti Takegawa et al. 1997 melaporkan
kandungan total gula yang diperoleh dari ekstraksi 100 g miselium Fusarium sp berkisar antara 57-284 mg dengan rataan 135.8 mg. Selanjutnya Tafsin 2000
melaporkan kandungan total gula yang dihasilkan dari 100 g miselium fungi Penicillium sp dan Cunninghamella sp berturut-turut 300.9 mg dan 272.0 mg.
Jumlah total gula yang diperoleh dari BIS jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut.
Jumlah mannosa yang dihasilkan dari total mannan yang terkandung dalam BIS berkisar 0.15-7.58, dan pada perlakuan penggunaan kaca dengan
menggunakan pelarut akuades dan NaOH 0.05 N menghasilkan mannosa yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu berturut-turut mencapai 5.49
dan 7.58. Hasil tersebut masih lebih rendah dibandingkan laporan oleh Yokomizo 2005 yang menggunakan enzim mannanase terhadap BIS. Jumlah
mannosa yang dilepaskan berkisar antara 12.5 -19.9 dari total mannan yang ada pada BIS yang diperoleh dengan waktu reaksi selama 24-72 jam. Selanjutnya
Morikoshi dan Yokomizo 2006 yang juga menggunakan enzim mannanse melaporkan bahwa sekitar 10 persen mannosa yang dihasilkan dari BIS, dan
komponen tersebut ada dalam bentuk β-1,4 mannobiose. Hasil tersebut
menunjukkan efektifnya penggunaan enzim untuk memecah ikatan mannan dari BIS, tetapi beberapa kekurangan juga dimiliki oleh metode tersebut yaitu kondisi
yang dibutuhkan untuk menghasilkan mannosa yang tinggi memerlukan waktu yang cukup lama mencapai 72 jam, dan membutuhkan kondisi reaktor tertentu
pada temperatur 60
o
C dan selain itu harga enzimnya cukup tinggi. Kajian secara ekonomis tampaknya masih diperlukan untuk mencari metode yang paling tepat,
atau merubah metode dengan jalan mengkombinasikan perlakuan baik secara fisik dan enzim untuk mendapatkan komponen mannosa dari BIS yang paling
efektif dan efisien. Perlakuan dengan menggunakan kaca yang dikombinasikan dengan
konsentrasi NaOH yang berbeda menunjukkan bahwa terjadi peningkatan komponen gula galaktosa terekstrak seiring dengan meningkatnya konsentrasi
perlakuan NaOH yang diberikan. Keadaan ini dapat diartikan bahwa ikatan galaktosa pada polisakarida BIS mempunyai ikatan kimia yang lebih labil dari
ikatan mannosa. Penggunaan pelarut NaOH sampai tingkat 0.05 N menunjukkan hasil total gula dan persentase mannosa yang lebih baik dibandingkan perlakuan
lainnya. Hasil tersebut menunjukkan terjadinya proses hidrolisis sehingga lebih mudah terekstrak. Hasil sebaliknya ditunjukkan pada penggunaan NaOH 0.1 N
yang ternyata menghasilkan total gula yang lebih rendah dibandingkan penggunaan pelarut akuades atau NaOH 0.05 N. White dan Kennedy 1988
menjelaskan bahwa penggunaan alkali akan menimbulkan proses hidrolisis dari gugus ester yang berikatan dengan gugus hidroksil dan karboksilat dari
monosakarida. Penggunaan alkali dapat menimbulkan reaksi lebih lanjut pada gugus pereduksi reducing end dari polisakarida yang diistilahkan dengan
”peeling reaction”. Tampaknya reaksi tersebut yang menyebabkan penggunaan NaOH 0.1 N menghasilkan total gula yang lebih rendah, dan juga menjelaskan
terdeteksinya komponen gula tetapi tidak dapat terpisahkan secara baik pada gel sephadex G-50 Gambar 10 yaitu pada fraksi ke 31-60.
Komponen mannosa merupakan komponen dominan dari polisakarida terekstrak yang berasal dari BIS. Carre 2002 juga menjelaskan bahwa
komponen utama dari dinding sel bungkil inti sawit BIS adalah linear 1-4- β –
D-Manp. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa komponen mannan merupakan rantai utama back bone dari struktur dinding sel BIS. Komponen gula lainnya
yang terdeteksi adalah galaktosa dan sejumlah kecil glukosa kurang dari 5. Perlakuan beragam ekstraksi ternyata menghasilkan rasio komponen
galaktosa : mannosa yang beragam pula. Penggunaan konsentrasi NaOH yang semakin tinggi menghasilkan komponen galaktosa terekstrak yang lebih tinggi.
Hal tersebut diduga karena ikatan galaktosa merupakan rantai sisi yang lebih mudah terekstrak karena ada dalam bentuk ikatan -1→6. Rasio yang hampir
sama ditunjukkan pada perlakuan penggunaan kaca dengan menggunakan pelarut akuades atau NaOH 0.05 N. Rasio antara komponen galaktosa : mannosa pada
perlakuan tersebut mendekati angka 1:3. Kennedy dan White 1988b menyebutkan bahwa struktur polisakarida mannan bervariasi tergantung sumber
bahan. Rasio komponen monosakarida antara galaktosa : mannosa berkisar antara 1:1 sampai 1:5, akan tetapi keseluruhannya mempunyai kesamaan struktur yaitu
ikatan 1→4 β-D-mannopyranosil dengan rantai cabang berisi gugus tunggal - D-galactopyranosil dengan ikatan 1→6. Gambaran struktur mannan dari guaran
disajikan pada gambar berikut :
→4- β-D-manp-1→4- β-D-manp-1→4- β-D-manp-1→4- β-D-manp-1→4-1→ 6
6 ↑
↑ -D-galp
-D-galp
Gambar 10 Struktur mannan dari guaran Kennedy dan White, 1988b. Gambar 10 menunjukkan struktur mannan dari guaran dengan rasio
komponen galaktosa: mannnosa yaitu 1:2. Struktur mannan dari BIS tampaknya hampir sama dengan dari guaran, hanya rasio komponen gulanya berbeda, dan
dari penelitian ini rasio komponennya mendekati angka 1:3. Analisis terhadap sebaran bobot molekul ekstrak BIS menunjukkan bahwa
pada gel sephadex G-50 ekstrak tersebut dapat terpisahkan secara baik ke dalam beberapa fraksi. Umumnya komponen dominan yang terpisahkan banyak muncul
yaitu pada fraksi awal, dan hal tersebut mengindikasikan komponen dominannya
berupa polisakarida. Penggunaan kaca dan NaOH menunjukkan sebaran berat molekul yang lebih beragam dibandingkan penggunaan pelarut akuades tanpa
kaca. Selanjutnya pada penggunaan NaOH 0.1N ditemukan peak yang tidak dapat terpisahkan secara baik dalam sephadex G-50 yang mengindikasikan
komponen tersebut mempunyai bobot molekul yang rendah. Sumber yang paling umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan
MOS adalah dari Saccharomyces cerevisiae. Hal tersebut dipakai karena kandungan gula mannosanya yang tinggi yang mencapai 45 dari keseluruhan
dinding selnya Turner et al. 2000 Sumber lain menyebutkan kandungannnya dapat mencapai 50 CFNP TAP Review 2002. Struktur polisakarida S
cerevisiae sebagai sumber MOS mempunyai rantai utama berupa α-1-6 dan mempunyai rantai sisi berupa oligosakarida α-Man1-2- α-Man dan α-Man1-3
α-Man1-2 α-Man Carpenter dan Nepogodiev 2005. Tampaknya struktur tersebut menjadi kelebihan S cerevisiae dibandingkan BIS karena relatif lebih
mudah diekstrak, tetapi salah satu kekurangannya adalah memerlukan waktu dan substrat untuk proses kulturnya agar diperoleh sel ragi tersebut.
Jumlah mannosa terekstrak dari total mannan pada penelitian ini relatif masih rendah kurang dari 10 dan menunjukkan dinding sel BIS sulit
terekstrak. Daud et al. 1993 menyebutkan bahwa struktur linier mannan dari BIS berbentuk kristal yang cukup tinggi dan ikatan
β -1-4 sulit untuk dipecah.
Melihat ketersediaan BIS di Indonesia yang sangat tinggi, dan potensial untuk digunakan sebagai sumber MOS tampaknya penelitian lebih lanjut tentang proses
ekstraksi masih diperlukan. Perbaikan metode ekstraksi masih diperlukan terutama dengan jalan melakukan kombinasi perlakuan yaitu secara fisik dan
dilanjutkan menggunakan biokatalis enzim agar diperoleh rendemen mannosa yang lebih tinggi.
KESIMPULAN
1. Kandungan total gula terekstrak dari 100 g BIS berkisar antara 1 218 -
3 168 mg, sedangkan jumlah mannosa terekstrak dari total mannan yang ada dalam BIS berkisar antara 0.15 -7.58. Penggunaan pecahan kaca
dalam proses ekstraksi menghasilkan rendemen mannosa yang lebih tinggi dibandingkan tanpa menggunakan kaca, dan jumlah mannosa yang
dihasilkan dari total mannan BIS pada perlakuan tersebut sebanyak 5.49 dan 7.58 yang dilakukan berturut-turut pada pelarut menggunakan akuades
dan NaOH 0.05 N. 2.
Penggunaan kaca dalam proses ekstraksi menghasilkan bobot molekul yang lebih beragam dibandingkan perlakuan tanpa kaca. Peak dominan yang
muncul dalam sephadex G-50 mengindikasikan ekstrak tersebut didominasi oleh polisakarida.
3. Komponen gula polisakarida dari BIS tersusun atas glukosa, galaktosa dan
mannosa. Komponen gula dominan yang terdeteksi berupa galaktomannan dengan rasio antara galaktosa dan mannosa mencapai 1:3. Perlakuan
pecahan kaca yang dikombinasikan dengan pelarut akuades menghasilkan kandungan mannosa tertinggi, yaitu mencapai 73.54 dari total gula
terekstrak.
4. POLISAKARIDA MENGANDUNG MANNAN DARI