Bahasa Indonesia : Cerita Pendek
Cerita Pendek
Kelompok 5 :
Aditiyo Nugroho
Dian Rahmawati
Intan Muthia Harby
Syfaldi Astyan
XI – Broadcast
SMK Negeri 42 Jakarta
BANGKIT
Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Pandanganku pada langit tua. Cahaya bintang berkelap kelip mulai hilang oleh kesunyian
malam. Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap. Cahaya bulan malam ini begitu
indahnya. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Konflik dengan orang tua karena tidak lulus
sekolah. Hari ulang tahun yang gagal di rayakan. Dan hadiah sepeda motor yang terpaksa di kubur
dalam-dalam karena tak lulus, belum lagi si adik yang menyebalkan. Teman-teman yang konvoi
merayakan kemenangan, sedang aku?
Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas. Angin malam berhembus menebarkan senyumku
walau sakit dalam hati mulai mengiris. Sesekali aku menghapus air mataku yang jatuh tanpa permisi.
Sakit memang putus cinta.
Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata terakhirnya yang tergiang-ngiang
merobek otak ku.
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku, jadi begini sajakah caramu, oke aku
ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal menghianati cinta suci ini.” beberapa kata yang sempat masuk ke
hpku, di ikuti telpon yang sengaja ku matikan karena kesal atau muak.
Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta duitnya..” seorang
pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan,
Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya terdiam tak berkata,
membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di sampingku dan menyerahkan padanya. “ini
ambil semua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin mati…!” Aku melemparkan tas ke
hadapannya yang di sambut dengan senyum picik dan iapun menghilang di gelapny
malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap air sungai yang
mengalir airnya deras. Di sini di atas jembatan tua ini. Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku.
Aku berdiri menatap langit yang bertabur bintang, rasanya tak ada yang penting bagiku
sekarang. Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan dan berdiri bebas. Menutup mata dan
tinggal beberpa senti lagi aku akan terjatuh. Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?
Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik baju ku dan
menampar pipiku kuat, keras sekali tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih baik mati kelaparan dari pada melihat
wanita lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan melemparkan tasku di atas tanah
Dan ia berlalu pergi. Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri tangga turun. Sosok
yang tadi, pria mabok yang ternyata seumuran denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan
tubuhnya kurus sekali. Ia berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan
menghapus air matanya.
“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya terdiam membisu”. Aku
berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan ia akan berdiri pergi dari sini.
“kenapa kamu menamparku..?
Kenapa kamu menolongku?
Aku sudah tak berarti lagi. Pria yang aku cintai bertahun-tahun mencapakanku dengan
tuduhan yang tak jelas” aku memulai pembicaraan.
Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku. “apa kamu akan terdiam
atau aku telah mengusikmu?”. Aku melihatnya
dan ia balik menatapku tajam.
Aroma alkohol dari mulutnya jelas tercium saat ia bicara “maafkan aku..? Sungguh aku minta maaf,
menurut ku kamu terlalu lemah, masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit, bukankah setiap hari
kita merasakan hal yang sama?” Ia berkata sembari mengulurkan tangannya yang ternyata cuma 2 jari
yang utuh, Aku mulai merinding karena sedikit takut. Sehingga aku tak membalas uluran tangannya.
“kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena persaingan. Hidup di jalan seperti ku ini,
hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit. Harus rela kedinginan,
Di gigit nyamuk dan tempat ku tertidur hanya di emperan toko, Dan kalau sudah penuh oleh gembel lain,
terpaksa aku harus mencari tempat lain yang menurutku layak. Maaf bila aku mengambil tas mu. Aku
butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di tong sampah sudah membusuk karena
hujan kemarin, Biasanya aku mencari secerca kenikmatan disana yang masih bisa layak ku telan, rasa
lapar tak akan bisa membuatmu jijik. Setiap hari saat membuka mata yang anda ingat hanya perut dan
perut.”Ia terdiam dan mengalihkan pandanganya luas menembus angkasa, langit malam ini. Aku hanya
terdiam terpaku dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya setengah mati. Bagaimana mungkin
seandainya sekarang aku berada di posisi ini? Aku yang terlahir dari keluarga sederhana namun penuh
kehangatan, uang bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan kebahagian, itu nafsu sesaat, Aku memang
memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpa kebersaman, kita
mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menarik tangan dan menjabat tangannya kuatkuat yang tinggal dua jari meski sedikit risih karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan
hangat. Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau wc umum. Aku menyerahkan tas
ku padanya. “ambil lah.. Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan hari ini, kenapa aku
harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti, bukankah hidup harus tetap di jalani. Aku sadar
masih punya segalanya, bodoh sekali cuma karena cinta semangatku hilang, belum tentu ia jodohku,
belum tentu ia juga memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”. Aku berlari menuruni tangga meninggalkan
ia sendiri yang masih terdiam menatap kembali langit yang menampakan bintang-bintang kecil yang
berkelip dengan jenaka, seakan hari ini tak akan berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di depanku
dengan bunga mawar banyak sekali di tangannya, sementara di
belakangnya orang tua dan adikku yang berdiri di samping mobil, kami
saling terdiam untuk beberapa saat ia memulai.“maafkan aku sayang,
ternyata aku yang salah menilaimu, makasih ya?, sudah membuat hidupku
lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan bunga dengan sebuah diary
usang punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya.
Tapi disinilah aku bisa menulis menitikan setiap masalah, rasa banggaku
atas kekasihku ini. Aku memeluk erat tubuhnya lama kami terdiam di iringi
tangis dan canda menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku
tersenyum senang.
Aku mengajak kekasihku menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang
yang mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti bersyukur. Kami menapaki
jalan tangga dan melirik sekeliling dan mencari namun sosok itu hilang tak
berbekas? Kami turun dan kami pergi ke mall bersama orang tua dan adik
ku untuk merayakan ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan
berarti kehangatan ini harus berakhir.
Tamat
Resensi
Resensi adalah secara garis besar atau ringkasan
dalam sebuah cerpen.
“Bangkit” meceritakan seorang anak yang frustasi akan cinta dan juga
putus asa mengenai ketidak lulusan an nya dia dari sekolah menengah
atas. Ia berniat akan melompat dari sebuah jebatan, ia berfikir jika ia
sudah tiada di dunia inni maka semua masalah akan selesai. Saat dia
ingin mengakhiri hidupnya datang lah kembali seorang pemabuk yang
sebelumnya telah mengambil tas anak tersebut. Pemabuk melarang si
anak mengakhiri hidupnya. Si pemabuk menceritakan bagaimana
susahnya kehidupan yang ia jalani dibanding dengan kehidupan
remaja tersebut. Setelah mendengar cerita si pemabuk, remaja itu
sadar dan mengurunkan niatya untuk mengakhiri hidupnya. Ia sadar
ini hanya cobaan semata yang ia dapat, sesungguhnya masih ada
orang lain yang mendapat cobaan lebih berat dari dirinya. Tak lama
kemudian orang tua, adik, dan kekasihnya datang. Remaja itu
langsung menghampirinya, dan ia hendak mengenalkan keluarganya
kepada si pemabuk. Tetapi seketika si pemabuk sudah tidak ada di
atas jembatan tadi. Orangtua, adik, dan kekasihnya mengajak si anak
remaja untuk berjlan jalan, karena kebetulan di hari itu ia sedang
Unsur Intrinsik Cerpen “Bangkit”
Tema adalah suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya
dalam membuat tulisan.
1.Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan
Latar adalah tempat waktu ataupun suasana terjadinya peristiwa yang dialami dalam
cerpen tersebut
2.Latar: -Waktu : Malam hari
Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.
-Tempat : di pinggir jalan dan di atas jembatan
Bukti : ‘Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit. ‘
‘ Di sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku’.
-Suasana : Sunyi sepi
Bukti : ‘Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap.’
Alur adalah rangkaian peristiwa yang dijjalin untuk menggerakkan jalan cerita.
3. Alur : Maju
Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latar
dan masalah sampai ke konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4.Penokohan :
Tokoh / penokohan adalah usaha
untuk
membedakan peran satu dengan peran
yang lain yang ada dalam cerpen
tersebut
- Aku : mudah putus asa, kurang bersyukur
dan selalu mengeluh
Bukti : ‘Kenapa kamu
menolongku? Aku sudah tak berarti lagi.’
‘Aku hanya meminta tanpa pernah
tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya.’
-Pria pemabuk : pemabuk dan kuat menghadapi beratnya hidup
Bukti : ‘seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan
jalan yang
tak beraturan’
‘Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh
nyali besar,
bahkan untuk tertidur saja itu sulit.’
5.Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama.
Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai
tokoh
utama dan mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6. Amanat :
a. Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya
hidup.
b. Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki.
c. Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas
dan
kadang dibawah.
Unsur Ekstrinsik Cerpen “Bangkit”
1. Latar Kepengarangan Penulis : Penulis menjumpai
berbagai reaksi masyarakatt saat mereka gagal dan
berputus asa. Dalam cerpen ini penulis ingin
menginspirasi/memotivasi orang-orang dalam
menghadapi kerasnya hidup melalui ceritanya.
2. Keyakinan Penulis : Penulis yakin bahwa kejadian
ini banyak ditemui di masyarakat. Banyak orang yang
bunuh diri karena putus asa maka penulis
menggambarkan situasi tersebut dalam sebuah cerpen.
3. Masyarakat pembaca : Pembaca dapat mengambil
hikmah dari cerpen ini karena cerpen ini mengandung
masalah-masalah yang ada di masyarakat dan masih
banyak orang yang memiliki masalah yang sama
dengan cerpen ini.
Nilai-Nilai :
Nilai Moral : Saat tokoh ‘aku’ menyadari selama
ini hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana
orang tuanya mendapatkannya. Kita seharusnya
bersyukur dengan apa yang telah kita miliki tidak
hanya menuntut sesuatu karna diluar sana masih
banyak orang yang kekurangan.
Nilai Perjuangan : Pria pemabukberjuang bertahan
hidup di jalanan yang keras. Di kehidupan nyata
banyak orang yang melakukan apapun untuk
berjung
hidup.
Kita
harus
berjuang
mempertahankan hidup di dunia yang keras ini.
Nilai
Kepedulian
:
Saat
Pria
pemabuk
menyelamatkan tokoh ‘aku’ yang akan terjun dari
jembatan. Banyak orang yang membutuhakan
bantuan kita saat menghadapi masalah, kita
seharusnya
membantu
mereka
tidak
membiarkannya.
y
n
A
n
o
i
t
s
e
u
Q
Kelompok 5 :
Aditiyo Nugroho
Dian Rahmawati
Intan Muthia Harby
Syfaldi Astyan
XI – Broadcast
SMK Negeri 42 Jakarta
BANGKIT
Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Pandanganku pada langit tua. Cahaya bintang berkelap kelip mulai hilang oleh kesunyian
malam. Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap. Cahaya bulan malam ini begitu
indahnya. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Konflik dengan orang tua karena tidak lulus
sekolah. Hari ulang tahun yang gagal di rayakan. Dan hadiah sepeda motor yang terpaksa di kubur
dalam-dalam karena tak lulus, belum lagi si adik yang menyebalkan. Teman-teman yang konvoi
merayakan kemenangan, sedang aku?
Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas. Angin malam berhembus menebarkan senyumku
walau sakit dalam hati mulai mengiris. Sesekali aku menghapus air mataku yang jatuh tanpa permisi.
Sakit memang putus cinta.
Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata terakhirnya yang tergiang-ngiang
merobek otak ku.
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku, jadi begini sajakah caramu, oke aku
ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal menghianati cinta suci ini.” beberapa kata yang sempat masuk ke
hpku, di ikuti telpon yang sengaja ku matikan karena kesal atau muak.
Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta duitnya..” seorang
pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan,
Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya terdiam tak berkata,
membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di sampingku dan menyerahkan padanya. “ini
ambil semua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin mati…!” Aku melemparkan tas ke
hadapannya yang di sambut dengan senyum picik dan iapun menghilang di gelapny
malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap air sungai yang
mengalir airnya deras. Di sini di atas jembatan tua ini. Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku.
Aku berdiri menatap langit yang bertabur bintang, rasanya tak ada yang penting bagiku
sekarang. Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan dan berdiri bebas. Menutup mata dan
tinggal beberpa senti lagi aku akan terjatuh. Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?
Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik baju ku dan
menampar pipiku kuat, keras sekali tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih baik mati kelaparan dari pada melihat
wanita lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan melemparkan tasku di atas tanah
Dan ia berlalu pergi. Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri tangga turun. Sosok
yang tadi, pria mabok yang ternyata seumuran denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan
tubuhnya kurus sekali. Ia berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan
menghapus air matanya.
“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya terdiam membisu”. Aku
berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan ia akan berdiri pergi dari sini.
“kenapa kamu menamparku..?
Kenapa kamu menolongku?
Aku sudah tak berarti lagi. Pria yang aku cintai bertahun-tahun mencapakanku dengan
tuduhan yang tak jelas” aku memulai pembicaraan.
Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku. “apa kamu akan terdiam
atau aku telah mengusikmu?”. Aku melihatnya
dan ia balik menatapku tajam.
Aroma alkohol dari mulutnya jelas tercium saat ia bicara “maafkan aku..? Sungguh aku minta maaf,
menurut ku kamu terlalu lemah, masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit, bukankah setiap hari
kita merasakan hal yang sama?” Ia berkata sembari mengulurkan tangannya yang ternyata cuma 2 jari
yang utuh, Aku mulai merinding karena sedikit takut. Sehingga aku tak membalas uluran tangannya.
“kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena persaingan. Hidup di jalan seperti ku ini,
hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit. Harus rela kedinginan,
Di gigit nyamuk dan tempat ku tertidur hanya di emperan toko, Dan kalau sudah penuh oleh gembel lain,
terpaksa aku harus mencari tempat lain yang menurutku layak. Maaf bila aku mengambil tas mu. Aku
butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di tong sampah sudah membusuk karena
hujan kemarin, Biasanya aku mencari secerca kenikmatan disana yang masih bisa layak ku telan, rasa
lapar tak akan bisa membuatmu jijik. Setiap hari saat membuka mata yang anda ingat hanya perut dan
perut.”Ia terdiam dan mengalihkan pandanganya luas menembus angkasa, langit malam ini. Aku hanya
terdiam terpaku dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya setengah mati. Bagaimana mungkin
seandainya sekarang aku berada di posisi ini? Aku yang terlahir dari keluarga sederhana namun penuh
kehangatan, uang bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan kebahagian, itu nafsu sesaat, Aku memang
memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpa kebersaman, kita
mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menarik tangan dan menjabat tangannya kuatkuat yang tinggal dua jari meski sedikit risih karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan
hangat. Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau wc umum. Aku menyerahkan tas
ku padanya. “ambil lah.. Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan hari ini, kenapa aku
harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti, bukankah hidup harus tetap di jalani. Aku sadar
masih punya segalanya, bodoh sekali cuma karena cinta semangatku hilang, belum tentu ia jodohku,
belum tentu ia juga memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”. Aku berlari menuruni tangga meninggalkan
ia sendiri yang masih terdiam menatap kembali langit yang menampakan bintang-bintang kecil yang
berkelip dengan jenaka, seakan hari ini tak akan berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di depanku
dengan bunga mawar banyak sekali di tangannya, sementara di
belakangnya orang tua dan adikku yang berdiri di samping mobil, kami
saling terdiam untuk beberapa saat ia memulai.“maafkan aku sayang,
ternyata aku yang salah menilaimu, makasih ya?, sudah membuat hidupku
lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan bunga dengan sebuah diary
usang punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya.
Tapi disinilah aku bisa menulis menitikan setiap masalah, rasa banggaku
atas kekasihku ini. Aku memeluk erat tubuhnya lama kami terdiam di iringi
tangis dan canda menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku
tersenyum senang.
Aku mengajak kekasihku menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang
yang mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti bersyukur. Kami menapaki
jalan tangga dan melirik sekeliling dan mencari namun sosok itu hilang tak
berbekas? Kami turun dan kami pergi ke mall bersama orang tua dan adik
ku untuk merayakan ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan
berarti kehangatan ini harus berakhir.
Tamat
Resensi
Resensi adalah secara garis besar atau ringkasan
dalam sebuah cerpen.
“Bangkit” meceritakan seorang anak yang frustasi akan cinta dan juga
putus asa mengenai ketidak lulusan an nya dia dari sekolah menengah
atas. Ia berniat akan melompat dari sebuah jebatan, ia berfikir jika ia
sudah tiada di dunia inni maka semua masalah akan selesai. Saat dia
ingin mengakhiri hidupnya datang lah kembali seorang pemabuk yang
sebelumnya telah mengambil tas anak tersebut. Pemabuk melarang si
anak mengakhiri hidupnya. Si pemabuk menceritakan bagaimana
susahnya kehidupan yang ia jalani dibanding dengan kehidupan
remaja tersebut. Setelah mendengar cerita si pemabuk, remaja itu
sadar dan mengurunkan niatya untuk mengakhiri hidupnya. Ia sadar
ini hanya cobaan semata yang ia dapat, sesungguhnya masih ada
orang lain yang mendapat cobaan lebih berat dari dirinya. Tak lama
kemudian orang tua, adik, dan kekasihnya datang. Remaja itu
langsung menghampirinya, dan ia hendak mengenalkan keluarganya
kepada si pemabuk. Tetapi seketika si pemabuk sudah tidak ada di
atas jembatan tadi. Orangtua, adik, dan kekasihnya mengajak si anak
remaja untuk berjlan jalan, karena kebetulan di hari itu ia sedang
Unsur Intrinsik Cerpen “Bangkit”
Tema adalah suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya
dalam membuat tulisan.
1.Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan
Latar adalah tempat waktu ataupun suasana terjadinya peristiwa yang dialami dalam
cerpen tersebut
2.Latar: -Waktu : Malam hari
Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.
-Tempat : di pinggir jalan dan di atas jembatan
Bukti : ‘Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit. ‘
‘ Di sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku’.
-Suasana : Sunyi sepi
Bukti : ‘Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap.’
Alur adalah rangkaian peristiwa yang dijjalin untuk menggerakkan jalan cerita.
3. Alur : Maju
Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latar
dan masalah sampai ke konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4.Penokohan :
Tokoh / penokohan adalah usaha
untuk
membedakan peran satu dengan peran
yang lain yang ada dalam cerpen
tersebut
- Aku : mudah putus asa, kurang bersyukur
dan selalu mengeluh
Bukti : ‘Kenapa kamu
menolongku? Aku sudah tak berarti lagi.’
‘Aku hanya meminta tanpa pernah
tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya.’
-Pria pemabuk : pemabuk dan kuat menghadapi beratnya hidup
Bukti : ‘seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan
jalan yang
tak beraturan’
‘Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh
nyali besar,
bahkan untuk tertidur saja itu sulit.’
5.Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama.
Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai
tokoh
utama dan mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6. Amanat :
a. Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya
hidup.
b. Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki.
c. Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas
dan
kadang dibawah.
Unsur Ekstrinsik Cerpen “Bangkit”
1. Latar Kepengarangan Penulis : Penulis menjumpai
berbagai reaksi masyarakatt saat mereka gagal dan
berputus asa. Dalam cerpen ini penulis ingin
menginspirasi/memotivasi orang-orang dalam
menghadapi kerasnya hidup melalui ceritanya.
2. Keyakinan Penulis : Penulis yakin bahwa kejadian
ini banyak ditemui di masyarakat. Banyak orang yang
bunuh diri karena putus asa maka penulis
menggambarkan situasi tersebut dalam sebuah cerpen.
3. Masyarakat pembaca : Pembaca dapat mengambil
hikmah dari cerpen ini karena cerpen ini mengandung
masalah-masalah yang ada di masyarakat dan masih
banyak orang yang memiliki masalah yang sama
dengan cerpen ini.
Nilai-Nilai :
Nilai Moral : Saat tokoh ‘aku’ menyadari selama
ini hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana
orang tuanya mendapatkannya. Kita seharusnya
bersyukur dengan apa yang telah kita miliki tidak
hanya menuntut sesuatu karna diluar sana masih
banyak orang yang kekurangan.
Nilai Perjuangan : Pria pemabukberjuang bertahan
hidup di jalanan yang keras. Di kehidupan nyata
banyak orang yang melakukan apapun untuk
berjung
hidup.
Kita
harus
berjuang
mempertahankan hidup di dunia yang keras ini.
Nilai
Kepedulian
:
Saat
Pria
pemabuk
menyelamatkan tokoh ‘aku’ yang akan terjun dari
jembatan. Banyak orang yang membutuhakan
bantuan kita saat menghadapi masalah, kita
seharusnya
membantu
mereka
tidak
membiarkannya.
y
n
A
n
o
i
t
s
e
u
Q