Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang

(1)

Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek

Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang

Oleh:

SANTA YOHANA L. GAOL

110100282

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek

Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang

Oleh:

SANTA YOHANA L. GAOL

110100282

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang

Nama : Santa Yohana L. Gaol

NIM : 110100282

Pembimbing Penguji I

dr. Esther R.D. Sitorus, Sp. P dr.Lidya Imelda Laksmi, M.Ked(PA) Sp. PA NIP. 19711208 2003 12 2 001 NIP.19760110 2008 12 2 002

Penguji II

dr. Radar Radius Tarigan, M.Ked(PD), Sp.PD NIP.19701015 2001 12 1 002

Medan, Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN HASIL PENELITIAN KARYA

TULIS ILMIAH (KTI) MAHASISWA T.A 2011/2012

NAMA : SANTA YOHANA L. GAOL

NIM :110100282

JUDUL :HUBUNGAN KUANTITAS TIDUR DENGAN MEMORI

JANGKA PENDEK SISWA KELAS VIII SMPN 2 GALANG

Hasil penelitian tersebut telah direvisi oleh Dosen Pembimbing dan dapat dilanjutkan ke seminar hasil.

Diketahui,

... (dr Esther R D Sitorus Sp.PA)


(5)

ABSTRAK

Prevalensi remaja dengan durasi tidur kurang semakin meningkat di Indonesia (58%). Beberapa penelitian telah melaporkan adanya hubungan antara kuantitas (durasi) tidur dengan memori jangka pendek pada remaja dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Penelitian pun telah membuktikan bahwa salah satu bagian dari pencapaian prestasi akademik dapat mengalami gangguan karena durasi tidur yang kurang, yaitu kapasitas memori jangka pendek atau memori kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah ada hubungan kuantitas (durasi) tidur dengan kapasitas memori jangka pendek pada siswa SMP N 2 Galang.

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah siswa SMPN 2 Galang. Berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi, sebanyak 92 orang (umur 13-15 tahun, 27,2% laki – laki dan 62,8% perempuan) bersedia menjadi responden. Semua responden mengisi lembar identitas, mengikuti wawancara mengenai durasi tidurnya serta mengikuti tes “Short Term Memory”. Berdasarkan durasi tidurnya responden dibagi menjadi 3, yaitu kurang tidur (<8 jam: n=18), cukup (8-9 jam; n= 64), dan , dan berlebih (>9 jam; n=10).

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa responden yang memiliki memori jangka pendek yang buruk sebanyak 32,6% dan dengan memori jangka pendek yang baik sebanyak 67,4%.Untuk hubungan dengan memori jangka pendek, uji statistik menyatakan nilai hubungan pada durasi umur p= 0,083 (p>0,05), pada jenis kelamin p=0,015 (p<0,05), dan pada durasi tidur p=0,00001 (p<0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kuantitas (durasi) tidur dengan memori jangka pendek siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang.


(6)

ABSTRACT

Prevalence of adolescent with lack of sleep increased in Indonesia (58%). Several studies have reported a link between sleep quantity (duration)and academic achievement in adolescent. Evidence suggests that particular intellectual abilities that are integral in academic achievement may be susceptible to sleep loss, one such is shor term memory. The aim of the present study was to investigate the link between adolescent sleep duration with short term memory capacity in State 2 Galang Junior High School.

The study was an analytic survey study with crossectional design. The population in this study were State 2 Galang Junior High School students. By exclussion and inclussion criteria, the study got 92 adolescents (age 13 – 15 years, 27,2% boys and 67,2% girls) volunteered for the study. All participants completed the identity question papers, had a sleep duration interview, and short term memory test. According to the sleep duration, participants were grouped into three parts,insufficient (< 8h ; n=18), sufficient (8-9 h ; n=64), and more sufficient (> 9 h; n=10).

The result of study got that participants has 32,6 % had the bad memory and 67,4% had good memory. Analyzing short term memory, statistic test by chi square told the link between age and short term memory with p= 0,083 (p> 0,05), gender and short term memory with p= 0,015 (p<0,05), sleep duration and short term memory with p=0,00001 (p<0,05).

Result of study show that there is a relationship between sleep quantity (duration) and short term memory in state 2 Galang Junior High school students.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang”. Penulisan KTI ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Esther R. D. Sitorus, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan, masukan dan semangat kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. dr. Lidya Imelda Laksmi, Sp.PA dan dr.Radar Radius Tarigan, M. Ked Sp.PD, selaku Dosen Penguji yang memberi masukan dan saran yang membangun kepada penulis.

4. Bapak/Ibu Dosen Community Research Program Medical Education Unit FK USU yang senantiasa membantu dalam proses penulisan laporan hasil penelitian.

5. Seluruh perangkat dan siswa SMPN 2 Galang yang telah bersedia menjadi tempat penelitian ini

6. Terimakasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Ayahanda, Drs. K.F. Lumban Gaol dan Ibunda tercinta, E.br. Tamba ,adik – adik serta seluruh keluarga penulis, yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh teman angkatan 2011, terima kasih atas persahabatan, kenangan, bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.


(8)

8. OMK dan AREKA St. Diego Martoba yang selalu menemani, mendukung dan mendoakan penulis

9. Muhammad Fiqih Hilman, selaku teman bimbingan penulis yang selalu memberi masukan dalam proses pembuatan KTI

10.Dee, Krece dan Horbes, UG, Joko, dan Josiah Ginting terimakasih atas doa, bantuan, dan dukungan yang selalu menemani penulis dalam suka dan duka penelitian ini

Untuk semua bantuan, baik moril maupun materiil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih. Biarlah Tuhan Yang Maha Esa yang membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah bermanfaat ini bagi kita semua.

Medan, Desember 2014 Penulis

Santa Yohana L. Gaol 110100282


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan .………... i

Abstrak... ii

Abstract ………... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vi

Keterangan Gambar... ix

Keterangan Tabel... x

Keterangan lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 7

2.1. Remaja... 7

2.1.1 Defenisi Remaja ... ... 7

2.1.2 Klasifikasi Remaja ... 7

2.2. Tidur ... 7

2.2.1. Definisi Tidur ... 8

2.2.2. Klasifikasi Tidur... 8

2.2.3. Fisiologi Tidur ... 10

2.2.4. Fungsi Tidur ... 12

2.3. Memori ... 13

2.3.1. Definisi Memori ... 13

2.3.2. Fisiologi Memori ... 13


(10)

2.3.4.Hipokampus, Gyrus Prefrontalis, Memori Jangka Pendek,

Konsolidasi Memori ... 22

2.3.4.1. Hipokampus dan Konsolidasi Memori 2.3.4.2. Gyrus Prefrontalis dan memori Jangka Pendek ... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 24

3.1. Kerangka Operasional Penelitian... 24

3.2. Definisi Operasional... 24

3.3. Kerangka Konsep ... 27

3.4. Hipotesis ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel ... 27

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 29

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 30

5.1.2. Karakteristik ... 30

5.2. Hubungan Antara Karakteristik Responden terhadap Memori Jangka Pendek ... 33

5.2.1. Hubungan Antara Usia Terhadap Memori jangka Pendek 33 5.2.2. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Memori Jangka Pendek ... 34

5.2.3. Hubungan Antara Durasi Tidur dan Memori Jangka Pendek 34 5.3. Pembahasan……… 37


(11)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 40 6.2. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA... ...

LAMPIRAN


(12)

Keterangan Gambar

Gambar 1 : Gambar Perbedaan durasi tidur NREM dan REM sesuai umur Gambar 2 : Proses pemasukan, penyimpanan, dan pemanggilan memori Gambar 3.1 : Gambar kerangka operasional penelitian


(13)

Keterangan Tabel

Tabel 4.1 : Jadwal Rancangan Penelitian

Tabel 5.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Durasi Tidur

Tabel 5.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Memori Jangka Pendek Tabel 5.5 : Hubungan Antara Usia Terhadap Memori Jangka Pendek Tabel 5.6 : Hubungan Antara Jenis Kelamin Terhadap Memori Jangka Pendek

Tabel 5.7 :Hubungan Onset Tidur dengan Memori Jangka Pendek Responden Tabel 5.8 : Hubungan Durasi Tidur dengan Memori Jangka Pendek


(14)

Keterangan Lampiran

Lampiran 1 : Lembar penjelasan kepada responden Lampiran 2 : Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 3 : Lembar pemeriksaan memori jangka pendek Lampiran 4 : Data Responden


(15)

ABSTRAK

Prevalensi remaja dengan durasi tidur kurang semakin meningkat di Indonesia (58%). Beberapa penelitian telah melaporkan adanya hubungan antara kuantitas (durasi) tidur dengan memori jangka pendek pada remaja dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Penelitian pun telah membuktikan bahwa salah satu bagian dari pencapaian prestasi akademik dapat mengalami gangguan karena durasi tidur yang kurang, yaitu kapasitas memori jangka pendek atau memori kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah ada hubungan kuantitas (durasi) tidur dengan kapasitas memori jangka pendek pada siswa SMP N 2 Galang.

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah siswa SMPN 2 Galang. Berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi, sebanyak 92 orang (umur 13-15 tahun, 27,2% laki – laki dan 62,8% perempuan) bersedia menjadi responden. Semua responden mengisi lembar identitas, mengikuti wawancara mengenai durasi tidurnya serta mengikuti tes “Short Term Memory”. Berdasarkan durasi tidurnya responden dibagi menjadi 3, yaitu kurang tidur (<8 jam: n=18), cukup (8-9 jam; n= 64), dan , dan berlebih (>9 jam; n=10).

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa responden yang memiliki memori jangka pendek yang buruk sebanyak 32,6% dan dengan memori jangka pendek yang baik sebanyak 67,4%.Untuk hubungan dengan memori jangka pendek, uji statistik menyatakan nilai hubungan pada durasi umur p= 0,083 (p>0,05), pada jenis kelamin p=0,015 (p<0,05), dan pada durasi tidur p=0,00001 (p<0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kuantitas (durasi) tidur dengan memori jangka pendek siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang.


(16)

ABSTRACT

Prevalence of adolescent with lack of sleep increased in Indonesia (58%). Several studies have reported a link between sleep quantity (duration)and academic achievement in adolescent. Evidence suggests that particular intellectual abilities that are integral in academic achievement may be susceptible to sleep loss, one such is shor term memory. The aim of the present study was to investigate the link between adolescent sleep duration with short term memory capacity in State 2 Galang Junior High School.

The study was an analytic survey study with crossectional design. The population in this study were State 2 Galang Junior High School students. By exclussion and inclussion criteria, the study got 92 adolescents (age 13 – 15 years, 27,2% boys and 67,2% girls) volunteered for the study. All participants completed the identity question papers, had a sleep duration interview, and short term memory test. According to the sleep duration, participants were grouped into three parts,insufficient (< 8h ; n=18), sufficient (8-9 h ; n=64), and more sufficient (> 9 h; n=10).

The result of study got that participants has 32,6 % had the bad memory and 67,4% had good memory. Analyzing short term memory, statistic test by chi square told the link between age and short term memory with p= 0,083 (p> 0,05), gender and short term memory with p= 0,015 (p<0,05), sleep duration and short term memory with p=0,00001 (p<0,05).

Result of study show that there is a relationship between sleep quantity (duration) and short term memory in state 2 Galang Junior High school students.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja adalah periode kritis antara masa anak – anak dan masa dewasa (WHO). Masa remaja selalu disertai dengan perubahan aspek biologis, kognitif, emosional, dan sosial yang selalu didahului dengan kematangan seksual. Seluruh perubahan ini akan berakibat pada perubahan aktivitas yang semakin banyak dilakukan. Energi yang terbuang akibat peningkatan aktivitas ini harus diimbangi dengan nutrisi sehat, istirahat, dan tidur yang cukup (Colrain,2011).

Tidur adalah proses pemulihan tubuh. Tidur yang tidak cukup pada remaja akan memberi dampak negatif pada fisik, emosional, kognitif, dan perkembangan sosial mereka (Meltzer, 2013). Menurut data World Association of Sleep Medicine (WASM) diberitahukan 45% penduduk dunia mengalami gangguan tidur dengan beberapa kondisi, meliputi insomnia, Restless Legs Syndrome (RLS), kurang durasi tidur, dan gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan saluran nafas, seperti Obstructive Sleep Apnoe (OSA). Gangguan tidur juga dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Penurunan kualitas tidur juga meningkatkan risiko terjadinya obesitas (Mitchell, 2013). Gangguan tidur seperti kurang tidur juga dapat menyebabkan gangguan aktivitas otak, seperti gangguan mood, konsentrasi, memori, dan motivasi. Penelitian juga membuktikan angka peningkatan terjadinya kejadian kecelakaan lalu lintas pada orang –orang yang mengalami gangguan tidur (Pizza, 2009).

National Sleep Foundation mencatat bahwa di Amerika terdapat paling sedikitnya 40 juta orang menderita gangguan tidur di dunia dan 69 persennya adalah anak-anak dan remaja. Leger dkk mendapatkan dari 10132 penduduk dunia, (3692 dari AS, 1002 dari Perancis, 1001 dari Jerman, 1001 dari Italia, 1002 dari Spanyol, 1000 dari UK, dan 116 dari Jepang) terdapat 56% dari AS, 34% dari Perancis, 33% dari Jerman, 30% dari Italia,23% dari Spanyol, 36% dari UK, dan 23% dari Jepang mengalami gangguan tidur. Penelitian sebelumnya oleh Short


(18)

melaporkan bahwa 66% dari 308 remaja (umur 13-17 tahun) di sekolah menengah di Australia Selatan mengalami gangguan tidur. Mereka juga mencatat bahwa indikator utamanya adalah kurangnya durasi tidur, yakni dibawah 8 jam tiap malam dan kesulitan bangun di pagi hari.

Ram dkk (2010) juga menganalisis data dari National Health and Nutrition Examination Survey dan mendapatkan bahwa dari 6139 remaja (> 16 tahun) di USA, kebiasaan tidur buruk yang dominan terjadi pada remaja adalah mendengkur selama tidur (48%), tidak ada istirahat pada siang hari (26,5%), dan kurang kuantitas (durasi) tidur (26%). Penelitian meta analisa terhadap 41 survey gangguan tidur pada remaja tersebut juga mendapati bahwa sebanyak 54 % remaja mengalami insomnia. Insomnia ditandai dengan kesulitan mempertahankan tidur, bangun terlalu cepat di pagi hari, tidur yang tidak menyegarkan, dan kesulitan memulai tidur.

Di Indonesia belum banyak dilakukan ada studi epidemiologi untuk megetahui prevalensi gangguan tidur pada remaja. Namun, Haryono dkk telah melakukan penelitian di SLTP N 92 di Kelurahan Jati, Jakarta Timur, (Mei, 2009) dan didapatkan prevalensi gangguan tidur sebesar 62,9 %. Hasil penelitian juga menunjukkan subjek dengan kuantitas (durasi) tidur yang kurang di hari sekolah lebih banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan subjek yang durasi tidurnya cukup (58,0%).

Kuantitas (durasi) tidur merupakan salah satu indikator kebutuhan tidur seseorang. Durasi tidur dihitung dari seseorang mulai tidur dan sampai bangun di pagi hari dan memulai aktivitasnya. Durasi tidur berbeda sesuai degan umur individu (Jenni, 2005). Tak hanya berbeda berdasarkan umur, National Sleep Foundation bahkan menyatakan bahwa kebutuhan tidur tiap individu berbeda- beda. Rekomendasi durasi tidur normal untuk seorang remaja adalah 8,5 – 9,25 jam per hari. Defenisi kurang tidur pada remaja adalah mereka yang tidurnya dibawah 8 jam. Remaja yang kurang tidur akan mengalami tidur berlebih di pagi hari, yang secara otomatis akan memberi dampak yang kurang baik pada aktivitas belajar pagi hari dan hubungan sosialnya dengan remaja lain (Mindell, 2010).


(19)

Tidur adalah aktivitas aktif otak. Gambaran aktivitas lisrik dalam otak berbeda – beda mulai saat tidur dimulai, maupun saat bangun tidur. Berdasarkan gambaran aktivitas listrik otak saat tidur, fase tidur terbagi atas 2 bagian , yaitu (1) fase tidur dengan gelombang lambat atau non rapid eye movement (NREM) dan (2) fase tidur dengan gelombang cepat atau rapid eye movement ( REM). Tidur NREM memiliki 4 fase juga, yaitu fase 3 dan 4 dikenal juga sebagai fase gelombang lambat karena frekuensinya yang rendah dan amplitudo gelombang yang tinggi sedangkan fase REM diteliti sebagai fase terjadinya mimpi,dan menghasilkan gelombang otak yang mirip pada gelombang otak orang yang sedang terjaga. Fase ini akan berlangsung selama 90 menit diantara fase NREM (Walker, 2006).

Pada remaja terdapat perubahan dramatis dalam pola tidur- bangun meliputi durasi tidur yang berkurang,waktu tidur tertunda, dan perbedaan pola tidur pada hari sekolah dan akhir pekan atau akhir pekan. Maka kualitas tidur remaja juga cenderung berkurang. Beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa prevalensi remaja dengan gangguan tidur semakin meningkat, yaitu di atas 20 persen (Mindell, 2010). Penelitian terbaru bahkan melaporkan lebih dari 45% remaja mengalami kurang tidur (Roberts, 2009). Seiring dengan bertambahnya umur seorang remaja akan tidur lebih singkat karena banyaknya aktivitas dan tugas sekolah yang memakan waktu tidurnya serta pemakaian media yang berlebihan yaitu media elektronik yang sebenarnya sangat dibutuhkan ( Dworak, 2013).. National Sleep Foundation juga menyatakan bahwa 2 dari 3 remaja di dunia mengalami kurang tidur sedangkan di Amerika, terdapat peningkatan prevalensi yang memiliki kebiasaan kurang tidur sesuai peningkatan umur. Adapun prevalensi anak yang tidur dibawah 8 jam, 8% pada usia 6 – 11 tahun, 29% pada usia 12 – 14 tahun, dan 56 % pada usia 15 – 17 tahun. Penelitian oleh Smaldone (2007) juga mendapatkan bahwa dari 68. 418 remaja, 31,9 % memiki kebiasaan dengan tidur yang terlalu singkat, dan dari angka tersebut adaah terdiri dari remaja dengan umur di atas 12 tahun, khusnya pada remaja tengah (middle adolescent).

Berkurangnya waktu tidur seorang remaja ternyata mempengaruhi daya ingat atau memori remaja tersebut. Pentingnya kuantitas (durasi) tidur dalam meningkatkan memori sudah dilakukan di beberapa tempat di luar negeri, seperti


(20)

penelitian oleh Walker (2006) yang menyimpulkan bahwa otak membutuhkan tidur sebelum dan sesudah mempelajari sesuatu untuk meningkatkan daya ingat kita terhadap hal tersebut.

Memori atau ingatan adalah proses pemasukan, penyimpanan dan pemanggilan informasi yang telah disimpan dalam otak manusia. Memori adalah hasil belajar. Setiap hal yang dilakukan seorang individu akan melibatkan memori. Memori khususnya juga mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Oleh karena itu, remaja khususnya yang sedang dalam bangku pendidikan sangat membutuhkan memori yang baik (Durmerd dan Dinges, 2005).

Berdasarkan tingkat penyimpanannya, memori terbagi atas memori sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang. Memori sensoris adalah seluruh penyimpanan informasi yang berasal dari seluruh panca indera. Memori jangka pendek adalah memori yang menampun informasi dalam memori sensoris, yang hanya bertahan dalam 12 detik, namun dapat dipertahankan lebih lama dengan melakukan pengulangan (rehearsal) dan pemenggalan informasi menkadi bongkahan unit atau chunking. Selain itu terdapat juga jenis memori yang disebut dengan memori kerja (working memory) yang merupakan aplikasi memori jangka pendek kita berhadapan dengan proses pemecahan ,masalah seperti saat menjawab soal matematika. Karena itu ada beberapa buku yang menyamakan memori jangka pendek dengan memori kerja. Agar dapat bertahan lebih lama lagi, ingatan akan menglami konsolidasi dalam otak agar menjadi lebih utuh dan disimpan dalam memori jangka panjang yang bertahan dalam berhari – hari, berminggu – minggu maupun bertahun – tahun (Solso ,2007).

Pada penelitian Walker telah diketahui bahwa saat tidur terjadi proses konsolidasi yang dapat mempengaruhi dan mempertahankan ingatan untuk waktu lebih lama lagi. Oleh karena itu, tidur yang kurang dapat mengganggu proses konsolidasi sehingga memori atau ingatan tidak dapat bertahan lebih lama, bahkan salah saat dipanggil dan diinterpretasikan otak saat kita membutuhkannya (Diekelmann,2008).

Pentingnya hubungan tidur dan memori bagi remaja diteliti oleh Potkin dan disimpulkan bahwa tidur yang baik dan cukup ternyata dapat meningkatkan


(21)

kemampuan remaja untuk memperthankan daya ingatnya. Konsolidasi yang dipengaruhi oleh hipokampus saat tidur khususnya pada fase NREM ternyata berlangsung lebih baik ketika tidur. Ingatan jangka panjang akan bertahan lebih lama.

Hubungan tidur dengan memori juga diteliti Gradisar dkk pada tahun 2009, dan dari 143 remaja yang berasal dari sekolah yang berbeda di Adelaide, terdapat perbedaan memori jangka pendek yang signifikan antara remaja yang kurang tidur (< 8 jam) dengan remaja yang tidur selama 8-9 jam dengan nilai signifikasni p= 0,00001 ( p< 0,05), dimana penampilan memori kerja remaja yang memiliki durasi tidur cukup (n=100) memiliki skor pada Short term memory test lebih baik.

Dari paparan di atas ditunjukkan bahwa tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting khususnya untuk remaja yang sedang dalam bangku sekolah. Penelitian di luar negeri telah menunjukkan hubungan durasi tidur dengan memori seseorang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan durasi tidur dengan memori jangka pendek remaja. .

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan kuantitas (durasi) tidur dengan memori jangka pendek murid kelas VIII SMPN 2 Galang?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kuantitas (durasi tidur) dengan memori jangka pendek.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Mengetahui durasi atau lama tidur murid kelas VIII SMP N 2 Galang. 2.Mengetahui status memori jangka pendek murid kelas VIII SMP N 2 Galang.

1.3.1. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk : 1. Guru SMPN 2 Galang

• Memberikan informasi tentang kebiasaan kurang tidur yang pelajar dan daya ingat siswa di sekolah tersebut.


(22)

• Pihak sekolah dapat memberikan penyuluhan atau edukasi tentang manfaat tidur yang cukup bagi daya ingat siswa.

2. Pelajar SMPN 2 Galang, Medan

• Memberikan informasi pada siswa mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi memori jangka pendek mereka.

• Memberikan informasi pada siswa bahwa tidur dapat mempengaruhi status jangka pendek pelajar.

• Pelajar dapat mengatur waktu sehingga waktu tidur malam tidak terganggu.

3. Peneliti

• Peneliti dapat meningkatkan pengetahuan tentang fungsi tidur dan pengaruh tidur pada tubuh.

• Peneliti memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan pembuatan KTI.

4. Masyarakat

• Memberi pengetahuan pada masyarakat tentang mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi memori jangka pendek.

• Memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya. kuantitas (durasi) tidur yang adekuat pada memori jangka pendek.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Remaja adalah suatu periode dalam tumbuh kembang manusia yang terjadi setelah fase anak – anak dan sebelum fase dewasa. Periode ini biasanya ditentukan oleh awitan yang sangat cepat dari pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologis. Remaja atau adolesen dulu merupakan sinonim dari pubertas, sekarang lebih ditekankan untuk menyatakan perubahan psikososial yang menyertai pubertas. Walaupun begitu, akselarasi pertumbuhan somatik yng merupakan bagian dari perubahan fisik pada pubertas, disebut sebagai pacu tumbuh remaja

(adolescent growth spurt) ( Santrock,2007).

2.1.2 Klasifikasi Remaja

Menurut Santrock 2007, dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahap berikut :

a. Masa remaja awal / dini atatu Early adolescent

Masa remaja awal terjadi pada umur 10 – 13 tahun ditandai dengan awitan pubertas,dimana remaja pada masa ini sudah punya perhatian dengan tubuhnya yang berkembang. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan lingkungan sosial di keluarga, dan terpusat pada hubungan teman sebaya. Dalam masa ini, fungsi kognitifnya konkret, sederhana dan masih menggunakan petunjuk visual dan verbal.

b.Masa remaja pertengahan atau middle adolescent

Masa ini terjadi pada umur 14 – 16 tahun, dimana perkembangan pubertas biasanya lengkap dan hasrat seksual muncul. Remaja sudah berpikir untuk mengembangkan kemampuan untuk membuat tertarik lawan jenis,dan dukungan teman sebaya lebih dibuutuhkan. Pada masa ini kemampuan kognitif remaja mulai bersifat abstrak dan belum lengkap.


(24)

c. Masa remaja lanjut atau Late adolescent

Masa ini terjadi pada umur 17 – 21 tahun, ditandai dengan kematangan fisik yang biasanya sudah lengkap,gambaran tubuh dan defenisi jenis kelamin sudah terjamin sifat individualis sudah mulai muncul dan dukungan sebaya mulai kurang dibutuhkan. Remaja pada umur ini biasanya sudah mulai menggunakan pemikiran idealisme yang juga akan mengarah pada konflik dengan keluarga atau figur autoritas lainnya. Pada masa ini remaja juga sudah mempertanyakan apa tujuan hidupnya.

2.2. Tidur

2.2.1. Defenisi Tidur

Tidur didefenisikan sebagai suatu kedaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton, 2007).

2.2.2.Klasifikasi Tidur

Setiap malam orang mengalami dua tipe tidur yang saling bergantian satu sama lain. Tipe ini disebut (1) tidur gelombang - lambat, karena pada tipe ini gelombang otak sangat kuat dan frekuensinya sangat rendah, dan (2) tidur dengan pergerakan mata yang cepat (REM sleep), karena pada tipe tidur ini mata bergerak dengan cepat meskipun orang tersebut tetap tidur.

•Tidur Gelombang Lambat atau Non Rapid Eye Movement (NREM)

Tidur gelombang lambat bersifat tenang dan dihubungkan dengan penurunan tonus pembuluh darah perifer dan fungsi vegetatif tubuh lain, contohnya tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan kecepatan metabolisme basal akan berkurang 10 sampai 30 persen.

Fase tidur ini dikenal dengan fase tidur tanpa mimpi, namun sebenarnya pada fase ini sering timbul mimpi. Perbedaan antara mimpi – mimpi yang terjadi pase tidur NREM dengan tidur REM adalah bahwa mimpi yang terjadi pada tidur REM lebih sering melibatkan aktivitas otot tubuh, dan mimpi pada tidur NREM biasanya tidak dapat diingat ketika bangun (Guyton, 2007).


(25)

•Tidur REM (Tidur Paradoksikal, Tidur Desinkronisasi)

Sepanjang tidur normal, tidur REM berlangsung 5 sampai 30 menit biasanya muncul rata – rata setiap 90 menit. Bila sesorang sangat mengantuk, setiap tidur REM akan berlangsung singkat, bahkan mungkin tidak ada. Terdapat hal penting dalam tidur REM, yaitu :

 Tidur REM biasanya disertai mimpi yang aktif dan pergerakan otot tubuh yang aktif

 Seseorang lebih sukar dibangunkannoleh rangsangan sensorik selama tidur gelombang lambat,namun terbangun spontan di pagi hari.

 Tonus otot di seluruh tubuh sangat berkurang

 Frekuensi denyut jantung dan pernapasan biasanya menjadi irregular

 Terdapat pergerakan mata yang cepat

 Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan metabolisme di seluruh otak meningkat sebanyak 20 persen.

Ringkasnya, tidur REM adalah tipe tidur saat otak dalam keadaan aktif ( Guyton, 2007).

Perubahan-perubahan aktivitas korteks serebri selama tidur ternyata dikelompokkan dalam 5 tahapan tidur. Sewaktu siap untuk tidur, terbaring rileks, tonus otot mulai menurun dan mata masih terbuka, gelombang listrik otak memperlihatkan ‘gelombang alfa’ dengan penurunan voltase; keadaan ini sering disebut tahap 1. Keadaan tidur masuk tahap 2, apabila timbul sekelompok gelombang berfrekuensi14-18 siklus per detik, ini dinamakan gelombang tidur

(sleep spindle). Pada tahap ini kedua bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara. Selama waktu ini masih akan terbangun oleh suara yang agak berisik (Guyton, 2007).

Selama beberapa waktu berikutnya, masuk dalam tidur lelap tahap 3, dan bahkan tidur lebih lelap lagi pada tahap 4. Dalam tahap 3, orang yang tertidur cukup pulas, rileks sekali karena tonus otot lenyap sama sekali dan EEG


(26)

memperlihatkan gelombang lambat delta 20-50%. Tahap 4 adalah tidur paling nyenyak, tanpa mimpi dan sulit dibangunkan. EEG memperlihatkan dominasi gelombang delta (> 50%) dan gelombang tidur sulit didapat. Ada yang mengatakan bahwa pada waktu ini, hormon pertumbuhan diproduksi untuk memulihkan tubuh, memperbaiki sel, membangun otot dan jaringan pendukung, menguatkan tulang (Guyton, 2007).

Setelah berlangsungnya tahap 4, tiba-tiba bola mata mulai bergerak cepat, sehingga tidur ini disebut REM (tahap 5). Detak jantung dan napas bertambah cepat, tekanan darah naik, otot-otot anggota gerak dan badan tegang kembali (menggerakkan badan di tempat tidur) (Guyton, 2007).

2.2.3 Fisiologi Tidur

Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut sistem aktivasi retikular, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga sehingga menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif tidur.percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru, bahwa tidur disebabkan oleh proses penghambatan inaktif (Guyton, 2007).

Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar hilangya keadaan terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan berkurang selama tidur. Selama tahap – tahap tertentu tidur, penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat normal waktu terjaga.

Durasi tidur berbeda – beda sesuai dengan umur seseorang. Pada akhirnya jumlah total tidur menurun bertahap selama periode anak-anak. Perkembangan tidur ini berkaitan dengan umur dan bertambah besarnya anak, maka jumlah tidur yang diperlukan berkurang dan diikuti dengan penurunan proporsi REM dan non REM


(27)

Gambar 1 : Perbandingan fase tidur NREM dan REM pada berbagai umur (Roberts, 2009)

Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses deaktivasi susunan saraf pusat. Jadi seseorang yang tertidur bukannya karena susunan sarafnya tidak aktif,melainkan sedang bergiat. Tidur merupakan aktivitas area tertentu di otak yang menyebabkan tidur dan masukan sensorik yang menurun pada korteks serebri. Stimulasi pada area ini akan menghasilkan tidur,sebaliknya kerusakan akan mengakibatkan sulit tidur ( Widodo, 2000).

Siklus tidur-bangun adalah suatu variasi siklik normal dalam kesadaran akan lingkungan (Sherwood, 2011). Siklus tidur - bangun dikontrol oleh pusat tidur, yaitu reticular activating system (RAS). RAS terdiri dari sistem retikularis batang otak, hipotalamus posterior dan basal otak depan. Mekanisme tidur dan bangun ini sesungguhnya belum diketahui secara pasti. Aktivitas di pons, mid brain, dan hipotalamus posterior penting untuk keadaan bangun. Aktivitas di medula sangat penting untuk stimulasi keadaan tidur. Tidur dan bangun mungkin terintegrasi di basal otak depan ( Widodo, 2000).

Bila pusat tidur tidak diaktifkan, nuklei pengaktivasi retikular di mesensepalon dan pons bagian atas akan terbebas dari inhibisi, yang memungkinkan nuklei pengaktivasi retikular ini menjadi aktif secara spontan. Keadaan ini selankutnya akan merangsang korteks serebri dan sistem saraf perifer,


(28)

yang keduanya kemudian mengirimkan banyak sinyal umpan balik positif kembali ke nuklei retikular yang sama agar sistem ini tetap aktif. Oleh karena itu, begitu timbul keadaan siaga, ada kecenderungan secara alami untuk mempertahankan keadaan ini akibat seluruh aktivitas umpan balik positif tersebut.

Kemudian, sesudah otak tetap aktif selama beberapa jam, neuron itu sendiri dalam sistem aktivasi mungkin menjadi letih. Akibatnya, siklus umpan balik positif di antara nuklei retikular mesensefalon dan korteks akan memudar dan pengaruh perangsang tidur akan mengambil alih, sehingga timbul peralihan yang cepat dari keadaan siaga menjadi keadaan tidur (Guyton, 2007).

2.2.4. Fungsi Tidur

Keadaan tidur menyebabkan dua macam efek, yaitu efek pada sistem sarafnya sendiri dan efek pada fungsional tubuh lainnya. Efek pada sistem saraf tampaknya jauh lebih penting, sebab setiap orang yang mengalami transeksi medula spinalis (dan karenanya tidak mengalami siklus tidur-bangun dibawah daerah pemotongan) tidak akan mengalami efek berbahaya pada tubuh. Akan tetapi, kekurangan tidur tentu saja akan memengaruhi fungsi sistem saraf pusat. Kita dapat menganggap bahwa tidur, melalui berbagai cara, dapat memulihkan tingkat aktivitas normal dan “ keseimbangan” normal di antara berbagai sistem di sistem saraf pusat. Hal ini seperti keadaan pulih asal “rezeroing”pada sebuah komputer yang analog dengan otak, yang dipakai terus menerus, karena semua jenis komputer ini secara bertahap akan kehilangan “base line kerjanya”. Jadi, nilai utama tidur adalah memulihkan keseimbangan alami diantara pusat – pusat neuron (Guyton, 2007).

Walaupun masih spekulatif, studi terakhir menunjukkan bahwa tidur gelombang lambat dan tidur REM memiliki fungsi berbeda. Salah satu hipotesis yang diterima luas adalah bahwa tidur memberi otak waktu untuk “mengejar (catch up)” guna memulihkan proses – proses biokimia atau fisiologis yang secara progresif mengalami penurunan ketika terjaga. Bukti paling langsung adalah peran

adenosin sebagai faktor tidur saraf. Adenosin, “tulang punggung ATP”, “ mata uang “ energi tubuh, terbentuk selama keadaan terjaga oleh neuron dan sel glia yang aktif secara metabolik. Karena itu, konsentrasi adenosin ekstrasel otak terus


(29)

meningkat selama terjaga. Kadar adenosin menurun ketika tidur, dikarenakan otak menggunakan otak menggunakan adenosin sebagai bahan mentah untuk memulihkan simpanan memori. Karena adenosin mencerminkan tingkat aktivitas sel otak maka konsentrasi bahan kimia ini di otak dapat berfungsi sebagai ukuran seberapa banyak energi yang telah dipakai (Sherwood,2011).

Tidur juga digunakan untuk proses pemulihan. Hipotesis menyatakan bahwa gelombang lambat memberi otak waktu untuk memperbaiki kerusakan akibat radikal bebas toksik yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh saat terjaga (Sherwood,2011). Tidur juga diperlukan otak untuk “berganti persneling” untuk melaksanakan penyesuaian kimiawi dan struktural jangka panjang yang diperlukan dalam proses belajar dan mengingat (Sherwood,2011).

2.3. Memori

2.3.1. Defenisi Memori

Memori atau ingatan adalah penyimpanan informasi sepanjang waktu. Memori adalah pusat bagi kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Memori adalah retensi informasi, oleh karenanya, kita harus memasukan informasi, menyimpannya, dan memanggilnya kembali ketika dibutuhkan (Santrock, 2007).

Memori adalah fungsi penyimpanan informasi di dalam otak yang kemudian diingat kembali ke alam sadar (Kaplan dan Sadock).

2.3.2. Fisiologi Memori

Memori merujuk pada kemampuan kita memiliki dan mengambil kembali suatu informasi danjuga struktur yang mendukung kemampuan kita ini. Salah satu ilmuwan yang meniti memori adalah Sir Frederic Barlett seorang psikolog Inggris. Barlett kemudian menyatakan bahwa memori merupakan proses rekonstruksi yang sangat besar. Sifat rekonstruksi alami yang terdapat pada memori memungkinkan pikiran kita bekerja secara efisien. Sifat rekonstruktif tersebut memungkinkan kita menyimpan bagian-bagian esensial dari suatu pengalaman, dan kemudian menggunakan pengetahuan kita mengenai dunia untuk melengkapi bagian – bagian esensial saat kita membutuhkannya,tanpa harus memenuhi otak kita dengan semua detail berbagai pengalaman dalam hidup kita (Wade, 2007).


(30)

Ingatan terus bekerja seiring dengan setiap langkah yang diambil, setiap pemikiran yang dilakukan dan setiap kata yang diutarakan. Untuk berhasil belajar dan menalar, remaja perlu menyimpan informasi suatu informasi dan kemudian mengingat informasi tersebut.

Memori adalah retensi dari sebuah informasi yang melewati proses encoding, storage,dan retrieval.

a. Encoding

Encoding adalah proses perolehan informasi atau persepsi yang disampaikan oleh alat indera manusia, misalnya ketika sesorang sedang mendengarkan pengarahan dosen, mendengarkan musik, menonton film, atau berbicara dengan orang lain, seseorang terebut sedang melakukan encoding informasi ke dalam ingatannya. Proses encoding dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu :

• Atensi (perhatian)

Atensi (perhatian) sangat berperan dalam peningkatan proses

encoding memori, meskipun proses detailnya dalam aktivitas otak belum secara jelas diketahui. Perhatian atau atensi adalah proses seleksi apa yang akan diterima otak, dan mencegah penerimaan hal lain . Meskipun hal yang akan diterima oleh otak telah tersedia, seseorang tidak dapat mengingat secara jelas hal tersebut sekaligus dalam suatu waktu.

• Tingkat pemrosesan ( level of prossessing)

Perhatian pada sebuah stimulus tidak secara sempurna dapat mempengaruhi proses encoding. Terdapat beberapa tingkatan pemrosesan dalam encoding ,yaitu

 Level dangkal (shallow level)

Pada tingkat ini terjadi proses analisa terhadap stimuli yang diterima. Sebagai contoh,kita dapat mengenali garis , sudut, dan kontur serta warna huruf yang terdapat dalam tulisan sebuah buku, atau dapat mendeteksi ada lemah – kuatnya suara (frekuensi) suara atau durasi suara tersebut dapat kita dengar


(31)

 Level menengah ( intermedite level)

Pada tingkat ini terjadi proses pengenalan dan pemberian label, tanda, atau nama. Misalnya, ketika kita mengetahui bahwa gambar binatang berkaki empat dalam sebuah buku adalah gambar seekor sapi, atau bahwa hewan yang menggonggong adalah seekor anjing.

 Level dalam ( deepest level)

Pada tingkatan ini informasi diproses lebih mendalam daan sudah memiliki makna, dan pada tingkatan ini, otak sudah melakukan asosiasi. Misalnya, sesorang dapaat mengasosiasikan atau menghubungkan gonggongan seekor anjing merupakan pertanda buruk. Semakin banyak asosiasi yang dibuat oleh otak, semakin dalam tingkat proses yang terjadi (Wade, 2007).

• Elaborasi

Elaborasi adalah perluasan dari semua informasi di seluruh tingkat proses

encoding. Seseorang akan lebih baik mempelajari suatu hal dengan membuat contoh – contoh atau perumpamaan yang akan memudahkan hal tersebut untuk masuk ke dalam pikiran,bagaimana menyimpannya (stored), dan bagaimana untuk mengingatnya kembali (retrieval) dibandingkan menghafal defenisi dari hal tersebut seperti apa yang tertulis dalam suatu buku. Contohnya, ketika diminta untuk mengahafal defenisi kata win, Anda akan memikirkan saat pertama kali Anda menang dalampertarungan balap sepeda ; atau saat diminta untuk menghafal kata cook, yang mungkin muncul dalam pikiran Anda adalah makan malam Anda bersama keluarga. Elaborasi yang dalam – proses elaborasi terhadap informasi yang bermakna – adalah cara yang baik untuk mengingat sesuatu.

• Imajinasi

Salah satu kekuatan terbesar dalam proses ingatan adalah menggunakan imajinasi. Anda mungkin tidak ahli dalam hal ini, tapi Anda sebenarnya menggunakan imajinasi saat pikiran Anda mengalami encoding. Ketika kita


(32)

ditanya, “ berapa jumlah jendela yang ada di rumah Anda?” . beberapa dari kita akan menjawabnya dengan langsung mengatakan jumlahnya, namun yang lain juga akan menjawab lebih baik dengan imajinasi seakan mereka berada di dalam rumah dan menelusuri seluruh ruangan sambil menghitungnya.

b. Storage

Storage atau penyimpanan adalah proses diamana informasi dapat dipertahankan dan bagaimana hal tersebut dipresentasikan dalam memori. Model peyimpanan memori yang sangat terkenal dan diakui sampai sekarang adalah model memori tiga kotak yang terdapat dalam teori Atkinson-Shiffirin, yang terdiri dari memori sensorik atau sensory memory, memori jangka pendek atau short term memory (STM), dan memori jangka panjang atau long term memory (LTM) (Wade, 2007).

 Memori Sensorik

Memori sensorik adalah jenis memori atau tingkatan dalam penyimpanan memori yang pertama kali berhadapan dengan stimulus. . Mulanya seluruh kesan ini akan membekas di otak dan membentuk jejak ingatan kemudian akan tertahan sejenak di register memori.(Rathus, 2007) Memori sensorik bertindak sebagai ember penampung, menahan informasi dengan tingkat akurasi yang tinggi, hingga kita memilih informasi yang ingin kita perhatikan dari sekian banyak informasi yang menghunjani indera kita. Informasi yang tidak segera dipindahkan ke dalam memori jangka pendek akan menghilang selamanya. Proses alami menghilangnya sensasi yang masuk sesungguhnya menguntungkan kita, karena hal tersebut mencegah munculnya kesan sensorik ganda – “pemaparan berlebihan”- yang dapat mempengaruhi ketepatan persepsi dan ketepatan penyediaan informasi (Wade, 2007).

 Memori jangka pendek

Memori jangka pendek atau short term memory adalah tipe atau tingkatan penyimpanan memori yang dapat menahan informasi sampai satu menit atau sampai jejak ingatan yang terbentuk menghilang.


(33)

Bayangkan ketika Anda sedang melengkapi karangan dan Anda sedang mengetik kata atau frase dengan keyboard pada program pengolahan kata dalam komputer Anda. Huruf – huruf tersebut akan muncul pada monitor Anda sebagai tanda bahwa komputer Anda sedang memiliki mereka dalam memorinya. Program pengolahan data Anda mengijinkan Anda untuk menambah atau menghapus kata, memeriksa ejaannya dengan teliti, memasukkan gambar, memindahkan paragraf dari satu halaman ke halaman lain. Anda dapat memanipulasi apa saja , namun semua itu belum tersimpan. Semua yang Anda kerjakan belum masuk dalam penyimpanan. Jika program pengolahan data tersebut rusak, atau komputer Anda mati, maka seluruh informasi yang Anda masukkan akan hilang. Jadi untuk mempertahankannya Anda harus menyimpannya. Menyimpan berarti memberi nama – dimana dengan nama tersebut Anda akan mengingatnya dan dapat melihatnya kembali ketika Anda mencari informasi tersebut dalam komputer Anda (Rathus, 2007).

Jika Anda fokus pada sebuah stimulus dalam register sensorik, Anda akan mempertahankannya dalam memori jangka pendek Anda., yang disebut juga working memory. Ketika Anda diberi nomor telepon, lalu mengetik dan menyimpannya dalam kontak telepon atau segera menghubungi nomor tersebut, sebenarnya Anda sedang menyimpannya dalam memori jangka panjang Anda (Rathus, 2007).

Kapasitas memori jangka pendek sangat terbatas, yaitu berkisar 5 sampai 9 unit, umumnya 7 unit. Proses penyimpanannya pun sangat singkat sekitar 12 detik, namun dapat bertahan lama dengan pengulangan. Singkatnya waktu penyimpanan ini menyebabkan seseorng sering mengalami kegagalan mengingat, seperti yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya ( Solso, 2007).

Salah satu cara untuk mempertahankan memori jangka pendek adalah mengulang-ulang informasi (rehearsal) baik diucapkan dari mulut atau dalam hati. Semakin sering kita mengulang informasi, semakin lama kita dapat mempertahankannya dalam ingatan anda.Selain mengulang


(34)

informasi, Anda juga perlu menentukan sesuatu dalam informasi tersebut yang memudahkan Anda untuk menemukan atau memanggil kembali ingatan Anda (Rathus, 2007).

Pernyataan yang menyatakan bahwa memori jangka pendek memuat tujuh unit terlepas dari data apapun yang masuk ke dalamnya , adalah pernyataan yang paradoks. Serangkaian kata, yang tentu saja mengandung informasi yang lebih besar dibandingkan serangkaian huruf. Sebagai contoh, Anda melihat rangkaian huruf T,V,K,A,M,B,R,J,L,E,W, Anda mungkin mengingat tujuh huruf,dan bila Anda melihat rangkaian kata sepert, handuk,musik,dosen,panah, buku, gula, sendok, Anda juga mengingat tujuh item. Anda mampu mengingat lebih banyak informasi. Sesuai dengan Dalil Miller terdapat model memori dengan tujuh chunk atau tujuh “bongkahan unit” informasi (Solso, 2007).

Huruf –huruf tunggal tadi ( T,V,K,...) dianggap sebagai unit informasi yang terpisah sehingga setiap unit kata menempati satu slot memori jangka pendek. Namun, ketika huruf – huruf tersebut membentuk suatu kata, kata tersebut dianggap otak sebagai satu unit informasi sehingga setiap unit kata menempati satu slot memori jangka pendek. Proses ini disebut chunking, yakni mengubah huruf menjadi unit kata yang bermakna, agar memori jangka pendek kita memproses sejumlah besar informasi tanpa menyebabkan “ kemacetan” dalam rangkaian pemrosesan informasi. Jadi, selain melakukan pengulangan ( rehearsal), chunking juga merupakan proses pertahanan penyimpanan memori jangka pendek. (Solso, 2007).

Banyak ahli fisiologi memperkirakan bahwa ingatan jangka pendek ini disebabkan oleh aktivitas saraf yang berkesinambungan, yang merupakan hasil sinyal-sinyal saraf yang terus berjalan berkeliling pada jejak ingatan sementara di dalam suatu sirkuit neuron reverberasi. Teori ini masih belum dapat dibuktikan. Kemungkinan penjelasan lain mengenai ingatan jangka pendek ini adalah fasilitasi atau inhibisi presinaptik. Hal ini terjadi pada sinaps – sinaps yang terletak pada fibril – fibril saraf terminal segera sebelum fibril – fibril tersebut tersinaps dengan neuron berikutnya. Bahan –


(35)

bahan kimiawi neurotransmitter yang disekresikan pada terminal seperti itu seringkali menyebabkan fasilitasi atau inhibiisi yang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Lintasan jenis ini dapat menimbulkan ingatan jangka pendek (Guyton,2007).

Beberapa buku mengatakan memori jangka pendek (short term memory)

sama dengn memori kerja (working memory).selain menyimpan informasi baru dalam jangka waktu singkat selagi kita mempelajari informasi tersebut, memori jangka pendek juga menyimpn informasi yang diterima dari memori jangka panjang untuk penggunaan yang sementara. Istilah memori jangka pendek merujuk pada (a) memori jangka pendek ditambah dengan (b) proses mental yang mengendalikan pengulangan dan pemanggilan kembali informasi dengan tepat sesuai tugas yang kita lakukan (Wade,2007).

 Memori Jangka Panjang atau long term memory (LTM)

Memori atau ingatan jangka panjang pada umumnya diyakini sebagai hasil perubahan struktural pada saat ini , bukan hanya perubahan kimiawi ,pada sinaps-sinaps, dan hal tersebut memperkuat atau menekan penghantaran sinyal – sinyal. Pembentukan ingatan jangka panjang sebenarnya bergantung pada restrukturisasi sinaps – sinaps itu sendiri secara fisik dengan cara – cara tertentu untuk mengubah sensitivitasnya dalam menjalarkan sinyal sinyal saraf. Perubahan fisik yang terjadi adalah peningkatan tempat- tempat pelepasan vesikel untuk menyekresikan bahan – bahan transmitter, peningkatan jumlah vesikel transmitter yang dilepaskan, peningkatan jumlah terminal presinaptik, perubahan struktur spina dendritik, yang memperbolehkan terjadinya transmisi sinyal yang lebih kuat (Guyton, 2007).

Kapasitas penyimpanan yang dimiliki oleh memori jangka panjang tidak terbatas. Informasi dalam jumlah sangat besar, yang tersimpan dalam jumlah sangat besar.

c. Retrieval

Proses retrieval berarti proses pencarian lokasi, dalam hal ini adalah jejak ingatan dalam keadaan sadar. Seperti pada komputer, proses retrieval akan


(36)

sangat mudah dilakukan denan menggunakan nama filenya. Retrieval merupakan proses mengingat kembali informasi yang sudah disimpan. Proses mengingat kembali merupakan proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan untuk digunakan kembali bila dibutuhkan. Terdapat tiga jenis proses ,yaitu :

• Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada orang tersebut. Contohnya mengingat nama seseorang tanpa kehadiran orang tersebut.

• Recognition, yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui petunjuk yang dihadapkan pada organisme.

Contohnya mengingat nama seseorang saat berjumpa dengan orang yang bersangkutan.

• Redintegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai

informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup kompleks (Bhinney, 2008)


(37)

2.3.3. Klasifikasi Memori

Memori seringkali digolongkan berdasarkan jenis informasi yang disimpannya. Salah satu penggolongan ini membagi ingatan menjadi ingatan deklaratif dan ingatan keterampilan, yaitu sebagai berikut :

1. Ingatan deklaratif pada dasarnya berarti ingatan terhadap beraga detil mengenai suatu pikiran terintegrasi, seperti ingatan suatu pengalaman penting yang meliputi (1) ingatan akan keadaan sekeliling, (2) ingatan akan hubungan waktu, (3) ingatan akan penyebab pengalamn tersebut (4) ingatan akan makna pengalaman tersebut, dan (5) ingatan akan kesimpulan seseorang yang tertinggal pada pikiran seseorang.

2. Ingatan keterampilan sering kali dihubungkan dengan aktivitas motorik tubuh seseorang, seperti keterampilan yang terbentuk untuk memukul bola tenis, termasuk ingatan otomatis pada (1) pandangan ke bola, (2) menghitung hubungan dan kecepatan bola raket, dan (3) mengambil kesimpulan secara cepatpergerakan tubuh, lengan, dan raket yang dibutuhkan untuk memukul bola seperti yang diinginkan (Guyton, 2007).

2.3.4. Hipokampus, Gyrus Prefrontalis, Memori jangka Pendek, dan Konsolidasi Memori

2.3.4.1. Hipokampus

a. Mikroanatomi Formasio Hipokampalis

Korteks hipokampus terdiri dari arkhikorteks, korteks serebri yang tua secara filogenetik, yang hanya terdiri dari tiga lapisan. Jenis sel utamanya adalah sel piramidal. Ada beberapa tipe sel dalam formasio ini, yaitu sel CA1, CA2, CA3. Hipokampus dan girus dentatus juga tidak hanya mengandung interneuron GABAergik, tetapi juga neuropeptida dan protein pengikat-kalsium (Baehr,2010). Ion Kalsium berperan sebagai second messenger melekatkan diri pada protein calmodulin dan enzim protein kinase C membentuk calcium calmodulin- dependent protein kinase II yang dibutuhkan untuk meningkatkan kekuatan sinaps yang berlangsung lama, sehingga memori dapat disimpan dalam jangka panjang.


(38)

b. Hipokampus dan Konsolidasi Memori

Proses konsolidasi adalah proses pemindahan dan fiksasi jejak ingatan jangka pendek menjadi simpanan jangka panjang. (Sherwood et al). Jika ingatan jangka pendek diubah menjadi ingatan jangka panjang , dan dapat dipanggil kembali beberapa minggu atau beberapa tahun kemudian, maka ingatan tersebut harus mengalami konsolidasi. Artinya, ingatan jangka pendek jika diaktifkan berulang-ulang ( rehearsal) akan menimbulkan perubahan kimia, fisika, dan anatomis pada sinaps – sinaps yang bertanggung jawab untuk ingatan jangka panjang. Proses ini memerlukan waktu 5 sampai 10 menit dan satu jam atau lebih untuk konsolidasi maksimal (Guyton ,2007).

Scoville dan Millner menyimpulkan bahwa hipokampus dan struktur – struktur yang terkait berperan dalam konsolidasi. Mereka mengatakan bahwa ingatan disimpan secara temporer di hipokampus sampai ditransfer ke sistem penyimpan kortikal yang lebih stabil. Teori ini kemudian dikenal dengan nama teori konsolidasi standar (Rathus, 2007).

Penelitian psikologi menunjukkan bahwa latihan atau pengulangan informasi yang sama dan berulang-kali dalm pikiran dpat mempercept dan memperkuat tingkat pengalihan ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang. Dengan demikian, mempercepat dan meningkatkan konsolidasi. Otak mempunyai kecenderungan untuk mengulang informasi yang baru diterima, terutama informasi yang menyita perhatian pikiran. Oleh karena itu, sesudah melewati suatu periode waktu gambaran penting mengenai pengalaman sensorik menjadi terfiksasi secara progresif dalam gudang ingatan. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang dapat mengingat dengan lebih baik sedikit informasi yang dipelajari secara mendalam daripada banyak informasi yang hanya dipelajari secara superfisial. Keadaan ini juga mennjelaskan mengapa orang yang dalam keadaan segar dapat mengonsolidasikan ingatannya secara jauh lebih baik daripada dalam keadaan kelelahan mental (mental fatigue) (Guyton, 2007).


(39)

2.3.4.2. Gyrus Prefrontalis dan Memori Jangka Pendek (Memori Kerja)

Gyrus prefrontalis adalah bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang lebih tinggi. Area asosiasi prefrontal memiliki kemampuan untuk memanggil informasi dari area luas dalam otak (hipokampus) dan menggunakan informasi tersebut untuk memperoleh pola pikiran yang lebih dalam. Walaupun orang – orang yang gyrus prefrontalisnya sudah diangkat masih dapat berpikir, namun dalam mengingat, mengelola informasi, dan membuatnya dalam urutan yang logis harus membutuhkan waktu yang lama, dan mudah beralih dari topik pikiran utama (Guyton,2007).

Fungsi lainnya adalah perluasan pikiran. Tes fisiologis telah menunjukkan bahwa pada hewan tingkat rendah yang mengalami lobektomi prefrontal gagal menerima potongan kecil informasi sensoris untuk ingatan sementara (ingatan jangka pendek) karena tidak memiliki tempat sementara untuk menyimpan informasinya (Guyton,2007).


(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3. 1. Kerangka Operasional

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka operasional penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Operasional Penelitian

3. 2. Defenisi Operasional 3.2.1. Tidur

a. Definisi : Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar saat seseorang dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau rangsang lainnya.

Kuantitas ( Durasi Tidur) : lama tidur optimal dalam jam yang dibutuhkan dan dihitung sejak tidur malam hari dimulai sampai bangun pagi

b. Alat ukur : wawancara

Pelajar SMPN 2 Galang

Pelajar Kelas VIII SMP N 2 Galang

Kuantitas (Durasi Tidur)


(41)

c. Cara ukur : observasi pada wawancara d. Hasil pengukuran : durasi dalam jam e. Skala ukur : ordinal

f. Kategori pengukuran :

• Tidur cukup : 8-9 jam • Tidur kurang : < 8 jam • Tidur berlebih : > 9 jam

3.2.2. Memori Jangka Pendek

a. Definisi : Tingkatan penyimpanan memori yang dapat menahan informasi dalam hitungan detik sampai satu menit.

b. Cara ukur : dengan menggunakan kuesioner c. Alat ukur : kuesioner

d. Skala ukur : ordinal e. Kategori penilaian

• Memori Jangka Pendek Baik : skor ≥ 14 • Memori Jangka Pendek Buruk : skor < 14

3. 3. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Lama Tidur

Memori Jangka Pendek - Baik


(42)

3. 4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diajukan sebuah hipotesis untuk penelitian ini yaitu:


(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain

cross-sectional untuk menilai hubungan antara kuantitas (durasi) tidur dengan memori jangka pendek pelajarkelas VIII SMPN 2 Galang.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian diadakan di SMPN 2 Galang, Lubuk Pakam.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian diadakan pada bulan Agustus.

Tabel 4.1 Jadwal Rancangan Penelitian

Kegiatan Juni Juli Agustus September Oktober

Proposal dan survey awal tempat Ethical Clearance Penelitian

Pengolahan data

Laporan Hasil Penelitian


(44)

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua siswa SMPN 2 Galang. Populasi terjangkau adalah pelajar kelas VIII SMPN 2 Galang.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh pelajar kelas VIII SMPN 2 Galang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara penarikan sampel secara total sampling. Total sampling adalah pengambilan seluruh populasi yang terjangkau. Pengambilan sampel adalah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini adalah a. Kriteria Inklusi

1. Pelajar kelas VIII

2. Umur di antara 13 - 15 tahun

3. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan

b. Kriteria Eksklusi

1. Tidak sedang menderita penyakit kronis 2. Tidak mengkonsumsi kopi

3. Tidak merokok

4.4. Teknik Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan sumber data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian. Pengambilan data primer ini dilakukan dengan cara wawancara untuk mengetahui usia, waktu mulai tidur, waktu bangun pada pagi hari, riwayat penyakit kronis, konsumsi kopi, dan aktivitas merokok.

Pengambilan data status memori jangka pendek pelajar diambil menggunakan kuesioner. Data yang digunakan adalah data ordinal dan ordinal.


(45)

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari hasil pengukuran dalam penelitian ini kemudian ditabulasikan untuk kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program komputer sederhana. Dilakukan uji normalitas data menggunakan uji kolmogrov-smirnov dengan satu sampel. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas p>0,05 (Notoatmojo,2010). Untuk melihat hubungan kuantitas (durasi) tidur dengan memori jangka pendek digunakan metode statistik chi - square. Metode ini dipilih karena baik variabel bebas (durasi tidur) maupun variabel terikat (memori jangka pendek) merupakan data berskala kategorikal (ordinal).


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian berlangsung di SMPN 2 Galang, Kabupaten Deli Serdang dan dilaksanakan pada tanggal 11 November 2014. Sekolah ini memiliki ruang kelas sebanyak 10 kelas yang terdiri dari 3 kelas VII, 3 kelas VIII, dan 3 kelas IX. Total jumlah siswa keseluruhan adalah 332, dimana jumlah murid kelas VII adalah 104 orang, murid kelas VIII 109 orang dan murid kelas IX ada 119 orang. Kelas VIII terbagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas VIII A yang memiliki jumlah siswa sebanyak 35 orang, VIII B yang memiliki jumlah siswa sebanyak 38 orang, VIII C yang memiliki jumlah siswa sebanyak 36 orang. Namun, sesuai dengan kriteria eksklusi dan inklusi, sampel yang diambil adalah 92 orang. Secara epidemiologi, tidak ada data- data yang menunjukkan bahwa daerah disekitar sekolah ini sebagai daerah endemis tertentu, terlebih lagi penyakit – penyakit yang mempengaruhi kedua variabel.

5.1.2. Karakteristik

5.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah siswa-siswi kelas VIII di SMPN 2 Galang, Kabupaten Deli Serdang. Sejumlah 92 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapaun karakteristik responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

1 13 47 51.1

2 14 40 43.5

3 15 5 5.4

Total 92 100


(47)

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berusia 13 tahun sebanyak 47 orang (51,1%) responden yang berusia 14 tahun sebanyak 40 orang (43,5%), dan responden yang berusia 15 tahun sebanyak 5 orang (5,4%).

5.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah seluruh siswa kelas VIII baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut.

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Laki-laki 25 27.2

2 Perempuan 67 72.8

Total 92 100

Sumber : Data Primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (27,2%) dan responden berjenis kelamin perempuan terdapat sebanyak 67 orang (72,8%).

5.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kuantitas (Durasi) Tidur Tabel 5.3.Karakteristik Responden Berdasarkan Durasi Tidur

No. Durasi Tidur Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Kurang 18 19.6

2 Cukup 64 69.6

3 Berlebih 10 10.8

Total 92 100

Sumber : Data Primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa durasi tidur responden berbeda-beda, yaitu, responden yang memiliki durasi tidur yang kurang (<8 jam) terdapat sebanyak 16 orang (19,6%), yang memiliki durasi tidur yang cukup (8-9 jam)


(48)

sebanyak 64 orang (69,6%), dan yang memiliki durasi tidur berlebih (>9 jam) sebanyak 10 orang (10,8%).

5.1.2.4.Karakteristik Responden Berdasarkan Memori Jangka Pendek Tabel 5.4.Karakteristik Responden Berdasarkan Memori Jangka Pendek

Memori Jangka Pendek Frekuensi (n) Persentase (%)

Buruk 30 32.6

Baik 62 67.4

Total 92 100

Sumber : Data Primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 92 responden yang dinilai memori jangka pendeknya terdapat 30 orang (36,6%) responden memiliki memori jangka pendek yang buruk ( skor <14) dan 62 orang (63,4%) memilili memori jangka pendek yang baik (skor ≥14).

5.1.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Onset Tidur Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Onset Tidur Durasi Tidur Onset Tidur Onset Bangun Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Kurang Tepat Waktu Tidak Tepat 3 3

Tidak tepat waktu

Tepat 15 16.30

Cukup Tepat waktu Tepat waktu 53 57.60

Tidak tepat waktu

Tidak tepat waktu

11 11.96

Berlebih Tepat waktu Tidak Tepat waktu

6 6.5

Tidak Tepat waktu

Tepat Waktu 4 4.34


(49)

Tabel di atas menunjukkan karakteristik responden dinilai berdasarkan onset tidur dan onset bangun. Adapaun klasifikasi tersebut didapatkan dengan pengelompokkan berdasarkan jam mulai tidur dan jam mulai bangun, dimana dikatakan onset tidur tepat waktu yaitu pada pukul 21.30 WIB - 22.00 WIB dan dikatakan onset bangun tepat waktu pada pukul 05.30 WIB - 06.00 WIB. Berdasarkan tabel didapatkan responden yang durasi tidurnya kurang namun onset tidurnya tepat adalah 3 orang (3 %), dan yang onset tidurnya tidak tepat adalah 15 orang (16,3%), responden dengan durasi tidur cukup dan onset tidurnya tepat adalah 53 orang (57,6%) , responden dengan durasi tidur cukup namun onset tidurnya tidak tepat adalah 11 orang (11,96%), responden dengan durasi tidur berlebih dengan onset tidurnya tepat adalah 6 orang (6,34 %), dan responden dengan durasi tidur belebih dengan onset tidur tidak tepat adalah 4 orang (4,34 %).

5.2. Hubungan Karakteristik Responden dengan Memori Jangka Pendek 5.2.1. Hubungan Antara Usia Terhadap Memori Jangka Pendek

Tabel 5.5. Hubungan Antara Usia Terhadap Memori Jangka Pendek

Memori Jangka Pendek

Total p

Buruk Baik

13 13 (12.0%) 36 (39.1 %) 47

Usia 14 18 (19.6%) 22 (24.0%) 40 0.083

15 1(1.0 %) 4 (4.3%) 5

Total 35 57 92

Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas, uji analisis antara usia dengan memori jangka pendek (dikatakan buruk jika skor <14 dan dikatakan baik jika skor ≥14) menggunakan analisis chi square, didapatkan nilai signifikansi p= 0,083 (p> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan memori jangka pendek.


(50)

5.2.2. Hubungan Antara Jenis Kelamin Terhadap Memori Jangka Pendek Tabel 5.6. Hubungan Antara Jenis Kelamin Terhadap Memori Jangka Pendek

Memori Jangka Pendek

Total P

Buruk Baik

Jenis Kelamin

Laki-laki 13 (14.1%) 12 (13.0%) 25

0,015 Perempuan 17(18.5%) 50 (54.4%) 67

Total 35 57 92

Sumber : Data Primer

Tabel di atas menunjukkan uji analisis antara jenis kelamin dengan memori jangka pendek (dikatakan buruk jika skor <14 dan dikatakan baik jika skor ≥14) menggunakan analisis chi square, didapatkan nilai signifikansi p= 0,015 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan memori jangka pendek.

5.2.3. Hubungan Onset Tidur dengan Memori Jangka Pendek Responden Tabel 5.7. Hubungan Onset Tidur dengan Memori Jangka Pendek Responden

Memori Jangka Pendek Total p

Buruk Baik

18

0,0001 Durasi

Tidur

Kurang

Tepat Waktu 2 (2.1%) 1 (1%) Tidak Tepat

waktu 13 (15.2%) 2 (1%)

Cukup Tepat Waktu 0 (0%) 53 (57.6%) 64 Tidak Tepat 11(11.96%) 0 (0%)

Berlebih

Tepat Waktu 2 (2 %) 4 (4.34%)

10 Tidak Tepat

Waktu 2(3.2%) 2(1%)

Total 30 62 92


(51)

Dari tabel di atas, uji korelasi antara onset tidur responden dengan memori jangka pendek menggunakan analisis Chi square, didapatkan nilai signifikansi p= 0,0001 (p> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara durasi tidur dengan memori jangka pendek.

5.2.4. Hubungan Antara Durasi Tidur Terhadap Memori Jangka Pendek

Data durasi tidur yang didapat dengan wawancara dengan responden dikelompokkan menjadi 3, yaitu durasi tidur kurang ( <8 jam), cukup (8-9 jam), dan berlebih (>9 jam). Sedangkan untuk memori jangka pendek di kelompokkan menjadi 2, yaitu buruk jika skor < 14 dan baik jika skor ≥14. Kemudian kedua variabel dianalisis dengan uji chi square, dan didapati hasil sebagai berikut.

Tabel 5.6. Hubungan Antara Durasi Tidur Terhadap Memori Jangka Pendek

Memori Jangka Pendek

Total p

Buruk Baik

Durasi Tidur

Kurang 15 (16.3%) 3 (3.3%) 18

Cukup 11 (12.0%) 53 (57.6%) 64 0,0001

Berlebih 4 (4.3%) 6 (6.5%) 10

Total 30 62 92

Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas, uji korelasi antara pekerjaan durasi tidur responden dengan memori jangka pendek menggunakan analisis Chi square, didapatkan nilai signifikansi p= 0,0001 (p> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara durasi tidur dengan memori jangka pendek.


(52)

5.3. Pembahasan

Tidur adalah kebutuhan fisiologis tubuh. Penelitian mengenai pengaruh tidur, baik kualitas maupun kuantitas (durasi) tidur terhadap tubuh semakin banyak dilakukan. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya penyakit – penyakit yang berhubungan dengan gangguan tidur (Colrain, 2011). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan durasi tidur dengan memori jangka pendek atau memori kerja. Dikatakan bahwa saat tidur, otak tidak sepenuhnya bekerja.

Terdapat hubungan yang sangat kompleks antara tidur, mimpi dan proses mengingat. Saat seseorang tidur dan dalam fase Non Rapid Eye Movement (NREM)

aktivitas kortikal berada pada voltase tinggi. Pada fase ini, otak akan memproses dirinya lebih terjaga. Dalam keadaan ini pula, neuroplastisitas otak meningkat pada bagian gyrus prefrontalis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuriyama (2008), dimana dari 29 remaja yang sudah dikelompokkan berdasarkan durasi tidurnya, 45% dari responden adalah remaja dengan durasi tidur yang cukup (8-9 jam) yang memiliki memori jangka pendek yang lebih baik dibanding remaja dengan durasi tidur yang kurang.

Durasi tidur dalam penelitian ini memiliki hubungan yang kuat dengan kapasitas memori jangka pendek atau memori kerja seseorang, dimana didapatkan bahwa skor tes memori jangka pendek buruk paling banyak didapati pada mereka dengan durasi tidur kurang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gradisar dkk (2008), bahwa dari 143 remaja dalam golongan remaja tengah (mild adolescent), 57 remaja yang memiliki durasi tidur yang cukup 8-9 jam memiliki kapasitas memori jangka pendek yang optimum dibanding remaja yang kurang tidur (p<0,0001). Sedangkan pada penelitian Durmer (2005) didapati bahwa responden yang memiliki durasi tidur yang rendah memiliki gangguan atensi dan konsentrasi yang juga mengakibatkan responden sulit menerima menyimpan informasi dan cenderung salah ketika memori tersebut dipanggil kembali.

Teori mengenai adanya neuroplastisitas dan remodeling konektivitas sinaps saat tidur sudah dibuktikan oleh beberapa penelitian. Penelitian molekular juga sudah dilakukan oleh Walker dan Stickgold (2007) bahwa saat tidur, ketika mata tidak diberikan informasi sensorik, terjadi remodeling konektivitas sinaps, yang


(53)

pada orang – orang dengan durasi tidur yang kurang proses ini akan melemah dan secara anatomis hubungan antar sinaps akan melemah.

Hal menarik dari penelitian ini adalah kapasitas memori jangka pendek atau memori kerja juga terjadi pada remaja yang memiliki durasi tidur berlebih (6,5 %) juga cenderung lebih baik dibandingkan yang kurang tidur (3,3%). Namun jika diamati lebih cermat, jika dibandingkan, persentase remaja yang tidur berlebih dengan memori jangka pendek yang buruk lebih tinggi dengan remaja yang tidur berlebih dengan memori jangka pendek yang baik, hal ini dikarenakan distribusi jumlah responden tidak merata pada masing-masing kelompok durasi tidur, karena rata-rata remaja yang duduk di kelas VIII adalah mekea dengan umur 13-14 tahun.. Hal yang sama juga didapati oleh Gradisar (2008) dengan sampel sebanyak 143 orang, bahwa 57 orang remaja yang tidur minimal 9 jam memiliki durasi tidur yang lebih baik juga dibanding dengan yang kurang tidur. Namun jika dibandingkan dengan remaja yang tidurnya cukup, hasil uji tes memori jangka pendek mereka tidak lebih baik dibandingkan dengan remaja yang durasi tidurnya cukup, yaitu 20%.

Penelitian Walker (2007) menyatakan bahwa tidur bukanlah sebuah tabungan. Pernyataan ini mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara mereka yang durasi tidur cukup namun onset tidur dan onset bangunnya berbeda dengan p=0.001. Hal ini sejalan dengan penelitian penulis, dimana responden yang memiliki durasi tidur yang baik cukup dan memori yang baik adalah responden dengan onset tidur mulai dari pukul 21.00 WIB -21.30 WIB dan onset bangun 05.00 WIB – 06.00 WIB. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bagaimana sistem pengaturan ARAS yang mengatur mekanisme tertidur dan bangun pagi dengan neuroplastisitas dan hal-hal yang menyangkut proses penyimpanan memori jangka pendek.

Hal lain yang perlu dilihat dalam penelitian adalah adanya hubungan yang cukup signifikan antara jenis kelamin dengan memori jangka pendek dengan signifikan p =0,015 (p<0,05). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tende J dkk (2012) yang meneliti memori jangka pendek murid di beberapa sekolah di Nigeria. Dari penelitian tersebut didapati hasil p= 0,63 (p > 0,05). Begitu


(54)

juga pada penelitian Hill (2013), didapati bahwa perempuan cenderung memiliki memori jangka pendek (memori kerja) yang lebih baik. Hal ini diduga karena gyrus prefrontalis bagian mid, inferior dan orbita yang mampu meproses sinyal lebih besar dan cepat pada perempuan dibanding laki-laki (Goldstein, 2005).

Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden dengan memori jangka pendek. Hal ini dikarenakan responden memiliki usia dalam golongan remaja tengah (mild adolescent). Hal ini sesuai dengan penelitian Gathercole dan Alloway (2007) yang menyatakan bahwa seiring bertambahnya umur, seseorang akan memiliki daya ingat yang lebih baik, namun, pada usia 12- 18 tahun akan cenderung sama dan akan menurun lagi seiring bertambahnya umur.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Jumlah remaja yang memiliki durasi tidur cukup dan memori jangka pendek yang baik adalah sebanyak 53 orang (57,6%)

2. Jenis kelamin yang memiliki memori jangka pendek yang baik adalah wanita yaitu sebanyak 50 orang (54,4 %)

3. Jumlah responden yang memiliki onset tidur yang tepat dan memiliki memori jangka pendek yang baik adalah 53 orang (57,6 %)

4. Onset tidur (ketepatan waktu memulai tidur) memiliki hubungan dengan memori jangka pendek

5. Berdasarkan nilai p yang diperoleh dalam penelitian ini, terdapat hubungan antara kuantitas (durasi) tidur dengan memori jangka pendek

6. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan memori jangka pendek

6.2. Saran

1. Sampel dalam penelitian sebaiknya diperbanyak untuk meningkatkan nilai akurasi

2. Melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada remaja khususnya yang masih duduk di bangku sekolah mengenai pentingnya tidur dan pengaruhnya bagi kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Baehr,M., Frotscher., 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda, dan Gejala. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC : 276-282.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Jumlah remaja yang memiliki durasi tidur cukup dan memori jangka pendek yang baik adalah sebanyak 53 orang (57,6%)

2. Jenis kelamin yang memiliki memori jangka pendek yang baik adalah wanita yaitu sebanyak 50 orang (54,4 %)

3. Jumlah responden yang memiliki onset tidur yang tepat dan memiliki memori jangka pendek yang baik adalah 53 orang (57,6 %)

4. Onset tidur (ketepatan waktu memulai tidur) memiliki hubungan dengan memori jangka pendek

5. Berdasarkan nilai p yang diperoleh dalam penelitian ini, terdapat hubungan antara kuantitas (durasi) tidur dengan memori jangka pendek

6. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan memori jangka pendek

6.2. Saran

1. Sampel dalam penelitian sebaiknya diperbanyak untuk meningkatkan nilai akurasi

2. Melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada remaja khususnya yang masih duduk di bangku sekolah mengenai pentingnya tidur dan pengaruhnya bagi kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Baehr,M., Frotscher., 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda, dan Gejala. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC : 276-282.


(57)

Bhinetty,Magda. 2010., Struktur dan Proses Memori. Buletin Psikologi. Vol..16(2): 74-88.

Colrain Ian M., Baker Fiona.C., 2011. Changes in Sleep as a Function of Adolescent Development.Neuropsychol Rev. 21:5–21. Available from : http://link.springer.com/article/10.1007/s11065-010-9155-5

[Accessed 23 May2014]

Diekelmann S., et al., 2008. Sleep Loss Produces False Memories. PLoS ONE. Vol.3(10). Available from

http://www.plosone.org/article/fetchObject.action?uri=info%3Adoi%2F10.137 1 %2Fjournal.pone.0003512&representation=PDF [Acessed 30 April 2014] DurmerJeffrey S., David F. Dinges., 2005. Neurocognitive Consequences of Sleep Deprivation. Seminars Neurology. Vol. 25(1):117-129. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3564638/pdf/nihms354519.pdf [Accessed by 31 April 2014]

Dworak and Wiater., 2013. Media, Sleep and Memory in Children and Adolescents.

J Sleep Disorders Ther. Vol.2(7). Available from : http://dx.doi.org/10.4172/2167- 0277.1000147

Eccles, Jacquelyne. S. 1999., The Development of Children Ages 6 to 14. The Future of Children When School is Out. Vol. 9(2) Available from

http://www.princeton.edu/futureofchildren/publications/docs/09_02_02.pdf [Accessed 28 May 2014]

[Accessed 20 May 2014]

Gradisar, M. Terril, G. Johnston, A. Douglas, P., 2008. Adolescent Sleep and Working Memory Performance.Japanese Society of Sleep Research.Sleep and Biological Rhythms.6 : 146-154. Available from

http://www.nctsnet.org/nctsn_assets/Articles/17.pdf [ Acessed 19 May 2014] Guyton,Arthur C., John E. Hall., 2007. Buku ajar Fisiologi Edisi 11. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC: 777 – 78.

Haryono, Dwi A, dkk., 2009. Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri. Vol. 11.(3)


(58)

Available from http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-3-1.pdf [Accessed 21 May 2014]

Jenni Oskar G., Achermann Peter., Carskadon Mary A., 2005. Homeostatic Sleep Regulation in Adolescents. SLEEP. Vol. 28(11). Available from

http://www.journalsleep.org/Articles/281116.pdf [ Accessed 27 May 2014] Kaplan, B. J., Sadock V., 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC : 36.

Leger D., et al., 2008. An international survey of sleeping problems in the general population. Current Medical Research and Opinions. Vol. 14(3):307-317. Meltzer Lisa J,Mindell Jodi A. 2008 . Behavioral Sleep Disordersin Children and Adolescents.Sleep Med Clin 3:269–279. Available from

http://www.annals.edu.sg/pdf/37VolNo8Aug2008/V37N8p722.pdf [Accessed 29 April 2014]

Mindell, Jodi A., 2009. A Clinical guide to Pediatric Sleep : Diagnosis and Management of Sleep Problems. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC:96. National Sleep Foundation.2014 Sleep in America® PollSleep In The Modern Family. Available from http://sleepfoundation.org/sites/default/files/2014-NSF- Sleep-in-America-poll-summary-of-findings---FINAL-Updated-3-26-14-.pdf [Accessed 19 May 2014]

Notoatmodjo, S., 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pizza Fabio et al., 2010. Sleep Quality and Motor Vehicle Crashes in Adolescents Journal of Clinical Sleep Medicine. Vol.6(1).

Potkin KT, Bunney WE Jr., (2012). Sleep Improves Memory: The Effect of Sleep on Long Term Memory in Early Adolescence. PLoS ONE . Vol.7(8). Available from

: http://www.plosone.org/article/fetchObject.action?uri=info%3Adoi%2F10.13 71 %2Fjournal.pone.0042191&representation=PDF [Accesed 30 may 2014] Rathus Spencer A., 2007. Psychology: Concepts and Connections, Brief Edition,


(1)

No Umur Jenis Kelamin Durasi Tidur Onset Tidur Onset

bangun Skor

Klasifikasi

Tidur Memori

1 13 Perempuan 9.5 20.30 06.00 15 Lebih Baik

2 14 Laki-laki 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik

3 13 Laki-laki 8 22.00 06.00 15 Cukup Baik

4 13 Perempuan 8.5 21.30 06.00 15 Cukup Baik

5 14 Laki-laki 6.5 23.00 05.30 7 kurang Buruk

6 14 Perempuan 9 20.00 05.00 9 Cukup Buruk

7 13 Perempuan 7 21.00 04.00 14 kurang Baik

8 15 Perempuan 8.5 21.30 06.00 16 Cukup Baik

9 13 Perempuan 9 21.30 06.30 14 Cukup Baik

10 13 Perempuan 9 21.00 06.00 15 Cukup Baik

11 14 Laki-laki 7 23.00 06.00 12 kurang Buruk

12 13 Perempuan 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik

13 14 Laki-laki 8 22.30 06.30 10 Cukup Buruk

14 13 Laki-laki 5.5 00.00 05.30 8 kurang Buruk

15 14 Laki-laki 5.5 00.30 06.00 9 kurang Buruk

16 14 Perempuan 8 21.30 05.30 14 Cukup Baik

17 13 Perempuan 9.5 20.30 06.00 15 Lebih Baik

18 13 Perempuan 7.5 23.00 06.00 10 kurang Buruk

19 13 Perempuan 8.5 22.30 06.00 14 Cukup Baik

20 13 Perempuan 8 21.30 05.30 14 Cukup Baik

21 13 Perempuan 8 22.00 06.00 15 Cukup Baik

22 14 Perempuan 8 21.30 05.30 14 Cukup Baik

23 13 Perempuan 9 21.30 06.30 15 Cukup Baik

24 13 Perempuan 9 21.00 06.00 15 Cukup Baik

25 14 Perempuan 7.5 23.30 06.30 10 kurang Buruk

26 13 Perempuan 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik

27 13 Perempuan 8 21.30 05.00 16 Cukup Baik

28 13 Laki-laki 7 22.00 05.00 14 kurang Baik

29 14 Perempuan 7.5 21.30 05.00 15 kurang Baik

30 14 Laki-laki 8 20.00 04.00 13 Cukup Buruk

31 13 Perempuan 5.5 00.00 05.30 12 kurang Buruk

32 13 Laki-laki 8 22.00 06.00 11 Cukup Buruk

33 13 Perempuan 9.5 20.30 06.00 17 Lebih Baik

34 14 Perempuan 9.5 21.00 06.30 11 Lebih Buruk

35 14 Perempuan 8 22.00 06.00 15 Cukup Baik

36 15 Laki-laki 7 21.00 04.00 10 kurang Buruk

37 14 Laki-laki 8.5 21.30 06.00 13 Cukup Buruk

38 15 Perempuan 9 21.00 05.00 15 Cukup Baik


(2)

Tidur Tidur Bangun Tidur J.Pendek

39 13 Perempuan 9 21.00 06.00 15 Cukup Baik

40 13 Perempuan 9 21.00 06.00 15 Cukup Baik

41 14 Laki-laki 9 21.00 06.00 15 Cukup Baik

42 13 Laki-laki 8 21.30 05.30 14 Cukup Baik

43 13 Laki-laki 8 21.30 05.30 15 Cukup Baik

44 13 Perempuan 10 20.00 06.00 15 Lebih Baik

45 14 Perempuan 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik

46 13 Perempuan 9.5 20.30 06.00 10 Lebih Buruk

47 13 Perempuan 9.5 21.00 07.00 15 Lebih Baik

48 14 Perempuan 9.5 20.00 05.30 8 Lebih Buruk

49 14 Perempuan 7 22.00 05.00 8 kurang Buruk

50 14 Perempuan 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik

51 14 Perempuan 8 22.00 06.00 16 Cukup Baik

52 13 Perempuan 7.5 22.30 06.00 8 kurang Buruk

53 14 Perempuan 9 20.00 06.00 16 Cukup Baik

54 14 Laki-laki 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik

55 13 Perempuan 8.5 21.30 06.00 14 Cukup Baik

56 13 Laki-laki 8.5 20.00 04.30 10 Cukup Buruk

57 13 Laki-laki 9 20.00 05.00 10 Cukup Buruk

58 13 Perempuan 9 21.30 06.30 14 Cukup Baik

59 13 Perempuan 8.5 21.30 06.00 15 Cukup Baik

60 13 Perempuan 8.5 21.30 06.00 15 Cukup Baik

61 13 Perempuan 8 22.00 06.00 15 Cukup Baik

62 13 Perempuan 8 20.00 04.00 13 Cukup Buruk

63 13 Perempuan 8 22.00 06.00 15 Cukup Baik

64 14 Perempuan 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik

65 13 Perempuan 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik

66 14 Perempuan 8 22.00 06.00 16 Cukup Baik

67 13 Perempuan 8 22.00 06.00 17 Cukup Baik

68 15 Perempuan 9 21.30 06.30 15 Cukup Baik

69 13 Perempuan 8.5 21.00 06.30 15 Cukup Baik

70 13 Perempuan 9 21.30 06.00 17 Cukup Baik

71 13 Perempuan 8.5 22.00 06.00 15 Cukup Baik

72 14 Perempuan 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik


(3)

Pendek

77 14 Perempuan 9 21.30 06.30 16 Cukup Baik

78 14 Perempuan 7 22.00 05.00 10 kurang Buruk

79 14 Perempuan 9 21.00 06.00 15 Cukup Baik

80 13 Perempuan 7 22.00 05.00 10 kurang Buruk

81 14 Perempuan 8 22.00 06.00 15 Cukup Baik

82 14 Laki-laki 9.5 20.00 04.30 15 Lebih Buruk

83 14 Laki-laki 9.5 20.00 04.30 13 Cukup Buruk

84 13 Perempuan 8.5 21.00 04.30 13 kurang Buruk

85 14 Perempuan 7 23.00 06.00 14 Cukup Baik

86 13 Laki-laki 8 22.00 06.00 14 Cukup Baik

87 13 Laki-laki 8 21.30 05.30 15 Cukup Baik

88 14 Perempuan 8.5 20.30 05.00 12 Cukup Buruk

89 14 Perempuan 8.5 21.30 06.00 14 Cukup Baik

90 14 Perempuan 7 23.00 06.00 10 kurang Buruk

91 13 Perempuan 8 22.00 06.00 17 Cukup Baik


(4)

CURRICULUM VITAE

Nama : SantaYohana Lumban Gaol Tempat/Tanggal Lahir : Medan 11 November 1993

Agama : Katolik

Alamat : Jalan Sisingamangaraja Km 10 Gg. Dame No. 14 A Medan- Amplas

Riwayat Pendidikan : 1. TK Methodist (1998 – 1999) 2. SD Santo Antonius (1999 – 2005) 3. SMP Santa Maria Medan (2005 – 2008)

4. SMA SUTOMO 1 Medan (2008 – 2011) 5. Fakultas Kedokteran USU (2011 – Sekarang) Riwayat Organisasi : 1. Sekretaris KMK Santo Lukas USU

2. Sie Dana Panitia Medical Humanity Day for AIDS 2012


(5)

5. Koordinator Sie Penyuluhan Panitia Baksos PM UKM KMK FK USU 2014


(6)