Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau

(1)

Lampiran 1. Flow chart penelitian

Mulai

Selesai Dianalisis data yang diperoleh Penentuan

titik Pengamatan

dilapangan

Pengambilan sampel tanah di lapangan

Pengujian sampel di laboratorium

- Teksturtanah - Bahanorganiktanah - Bulk Density

- Particle Density

- Porositastanah - Permeabilitastanah

- Kandungan Nitrogen dalamtanah - Kandungan Fosfat tersedia tanah - Kandungan Kalium tukar tanah Sampel tanah yang diambil

memiliki penutup tanah berupa : - Kacang-kacangan

(leguminose) - Pakis - Rumput


(2)

54

Lampiran 6. Hasil analisa sifat fisika tanah

Perhitungan bulk density, particle density dan porositas pada penutup tanah Kacang-kacangan (Pueraria javanica) kedalaman 5 cm.

Parameter BTKO (gr) Volume Tanah (ml) Volume Air (ml) Bulk Density (gr/cm3)

Particle Density (gr/cm3)

Porositas (%)

Lokasi I 162,87 61 439 1,57 2,67 41

Lokasi II 152,18 59 441 1,50 2,58 42

Lokasi III 156 59,5 440,5 1,51 2,62 42

Rata-rata 157,01 59,83 440,16 1,53 2,62 42

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering) Volume total (Vt) = volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,54 cm)2(5,06 cm)

= 102,48 cm3

Kerapatan massa (Bulk density) Ms = 157,01 gr Bd =

Ms Vt

= 157,01 102,48 gr/cm

3

= 1,53 gr/cm3

Kerapatan partikel (Particle density) Berat tanah = 157,01 gr Volume Padatan = 59,83 ml Pd =

Ms Vs

=157,01 gr 59,83 ml

= 2,62 gr/cm3

Porositas

f = (1- Bd


(3)

= (1- 1,53 gr/cm³

2,62 gr/cm³) x 100%

= 42 %

Perhitungan bulk density, particle density dan porositas pada penutup tanah Kacang-kacangan (Pueraria javanica) kedalaman 5 cm.

Parameter BTKO (gr) Volume Tanah (ml) Volume Air (ml) Bulk Density (gr/cm3)

Particle Density (gr/cm3)

Porositas (%)

Lokasi I 152,05 60,5 439,5 1,50 2,51 40

Lokasi II 162,30 62 438 1,57 2,62 40

Lokasi III 172,44 64 436 1,63 2,69 39

Rata-rata 162,26 62,16 437,83 1,56 2,61 40

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering) Volume total (Vt) = volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,54 cm)2(5,1 cm)

= 103,27 cm3

Kerapatan massa (Bulk density) Ms = 162,26 gr Bd =

Ms Vt

= 162,26 103,27 gr/cm

3

= 1,56 gr/cm3

Kerapatan partikel (Particle density) Berat tanah = 162,26 gr Volume Padatan = 62,16 ml Pd =

Ms Vs

=162,26 gr 62,16 ml

= 2,61 gr/cm3


(4)

56

f = (1- Bd

Pd) x 100%

= (1- 1,56 gr/cm³

2,61 gr/cm³) x 100%

= 40 %

Perhitungan bulk density, particle density dan porositas pada penutup tanah Rumput kedalaman 5 cm.

Parameter BTKO (gr) Volume Tanah (ml) Volume Air (ml) Bulk Density (gr/cm3)

Particle Density (gr/cm3)

Porositas (%)

Lokasi I 166 63 437 1,54 2,63 41

Lokasi II 158 61 439 1,52 2,59 41

Lokasi III 157,5 59 441 1,49 2,67 44

Rata-rata 160,5 61 439 1,52 2,63 42

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering) Volume total (Vt) = volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,54 cm)2(5,16 cm)

= 104,49 cm3

Kerapatan massa (Bulk density) Ms = 160,5 gr Bd =

Ms Vt

= 160,5 104,49 gr/cm

3

= 1,53 gr/cm3

Kerapatan partikel (Particle density) Berat tanah = 160,5 gr Volume Padatan = 61 ml Pd =

Ms Vs

=160,5 gr 61 ml


(5)

Porositas f = (1- Bd

Pd) x 100%

= (1- 1,53 gr/cm³

2,63 gr/cm³) x 100%

= 42 %

Perhitungan bulk density, particle density dan porositas pada penutup tanah Rumput kedalaman 25 cm.

Parameter BTKO (gr) Volume Tanah (ml) Volume Air (ml) Bulk Density (gr/cm3)

Particle Density (gr/cm3)

Porositas (%)

Lokasi I 170,5 65 435 1,61 2,62 38

Lokasi II 155 59 441 1,53 2,63 42

Lokasi III 151,9 58 442 1,56 2,62 40

Rata-rata 159,1 60,66 439,33 1,57 2,62 40

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering) Volume total (Vt) = volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,54 cm)2(5 cm)

= 101,25 cm3

Kerapatan massa (Bulk density) Ms = 159,1 gr Bd =

Ms Vt

= 159,1 101,25 gr/cm

3

= 1,57 gr/cm3

Kerapatan partikel (Particle density) Berat tanah = 159,1 gr Volume Padatan = 60,66 ml Pd =

Ms Vs

=159,1 gr 60,66 ml


(6)

58

= 2,62 gr/cm3

Porositas

f = (1- Bd

Pd) x 100%

= (1- 1,57 gr/cm³

2,62 gr/cm³) x 100%

= 40 %

Perhitungan bulk density, particle density dan porositas pada tanah tanpa penutup tanah kedalaman 5 cm.

Parameter BTKO (gr) Volume Tanah (ml) Volume Air (ml) Bulk Density (gr/cm3)

Particle Density (gr/cm3)

Porositas (%)

Lokasi I 169,9 64,5 435,5 1,58 2,63 40

Lokasi II 155,89 59 441 1,57 2,64 41

Lokasi III 166,63 62,5 437,5 1,61 2,67 40

Rata-rata 164,14 62 438 1,58 2,65 40

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering) Volume total (Vt) = volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,54 cm)2(5,1 cm)

= 103,27 cm3

Kerapatan massa (Bulk density) Ms = 164,14 gr Bd =

Ms Vt

= 164,14 103,27 gr/cm

3

= 1,58 gr/cm3

Kerapatan partikel (Particle density) Berat tanah = 164,14 gr Volume Padatan = 62 ml Pd =

Ms Vs


(7)

=164,14 gr 62 ml

= 2,65 gr/cm3

Porositas

f = (1- Bd

Pd) x 100%

= (1- 1,58 gr/cm³

2,65 gr/cm³) x 100%

= 40 %

Perhitungan bulk density, particle density dan porositas pada tanah tanpa penutup tanah kedalaman 25 cm.

Parameter BTKO (gr) Volume Tanah (ml) Volume Air (ml) Bulk Density (gr/cm3)

Particle Density (gr/cm3)

Porositas (%)

Lokasi I 168 64,5 435,5 1,65 2,60 36

Lokasi II 171 65 435 1,62 2,63 38

Lokasi III 151 57 443 1,52 2,65 43

Rata-rata 163,33 62,16 437,83 1,60 2,63 39

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering) Volume total (Vt) = volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,54 cm)2(5,03 cm)

= 101,85 cm3

Kerapatan massa (Bulk density) Ms = 163,33 gr Bd =

Ms Vt

= 163,33 101,85 gr/cm

3

= 1,60 gr/cm3

Kerapatan partikel (Particle density) Berat tanah = 163,33 gr Volume Padatan = 62,16 ml


(8)

60

Pd = Ms Vs

=163,33 gr 62,16 ml

= 2,63 gr/cm3

Porositas

f = (1- Bd

Pd) x 100%

= (1- 1,60 gr/cm³

2,63 gr/cm³) x 100%


(9)

Permeabilitas Tanah dengan penutup tanah kacang-kacangan (Pueraria javanica) Parameter Permeabilitas (cm/jam) Kriteria

Lokasi I 6,50 Sedang

Lokasi II 5,40 Sedang

Lokasi III 5,95 Sedang

Rata-rata 5,95 Sedang

Permeabilitas Tanah dengan penutup tanah rumput

Parameter Permeabilitas (cm/jam) Kriteria

Lokasi I 5,75 Sedang

Lokasi II 6,53 Sedang

Lokasi III 1,52 Agak lambat

Rata-rata 4,60 Sedang

Permeabilitas Tanah dengan tanpa penutup tanah

Parameter Permeabilitas (cm/jam) Kriteria

Lokasi I 1,20 Lambat

Lokasi II 1,59 Lambat

Lokasi III 1,40 Lambat


(10)

62

Lampiran 7. Hasil analisa sifat kimia tanah

Tanah dengan penutup tanah kacang-kacangan (Pueraria javanica)

Parameter pH Kadar

C-organik (%)

N-total (%)

P-avl (Bray II) (ppm)

K-exch. (me/100gr)

Lokasi I 5,57 0,89 0,10 19,13 0,12

Lokasi II 6,20 0,78 0,09 10,79 0,62

Lokasi III 5,52 1,01 0,12 10,56 0,36

Rata-rata 5,76 0,89 0,10 13,49 0,36

Kriteria masam rendah rendah rendah sedang

Tanah dengan penutup tanah rumput

Parameter pH Kadar

C-organik (%)

N-total (%)

P-avl (Bray II) (ppm)

K-exch. (me/100gr)

Lokasi I 6,21 0,66 0,10 19,13 0,12

Lokasi II 5,96 0,78 0,10 11,11 0,33

Lokasi III 5,77 1,05 0,12 21,03 0,28

Rata-rata 5,98 0,83 0,10 17,09 0,24

Kriteria masam rendah rendah sedang rendah

Tanah dengan penutup tanah rumput

Parameter pH Kadar

C-organik (%)

N-total (%)

P-avl (Bray II) (ppm)

K-exch. (me/100gr)

Lokasi I 5,68 0,66 0,10 19,44 0,76

Lokasi II 5,63 1,09 0,11 21,11 0,58

Lokasi III 5,40 0,33 0,05 20,24 0,49

Rata-rata 5,57 0,83 0,08 20,26 0,61

Kriteria masam rendah sangat


(11)

Lampiran 8. Perhitungan kadar air kapasitas lapang

Perhitungan kadar air kapasitas lapang pada tanah dengan penutup tanah dan tanpa penutup tanah kedalaman 5 cm dan kedalaman 25 cm

BTKU dan BTKO pada kedalaman 5 cm

Parameter Kacang-kacangan (Pueraria javanica) BTKU (gr) Rumput BTKU (gr) Tanpa penutup tanah BTKU (gr) Kacang-kacangan (Pueraria javanica) BTKO (gr) Rumput BTKO (gr) Tanpa penutup tanah BTKO (gr)

Lokasi I 228 229 231 183 180 215

Lokasi II 225 225 214 167 177,5 201,5

Lokasi III 208,5 235,5 241,5 170 185 216,5

BTKU dan BTKO pada kedalaman 25 cm

Parameter Kacang-kacangan (Pueraria javanica) BTKU (gr) Rumput BTKU (gr) Tanpa penutup tanah BTKU (gr) Kacang-kacangan (Pueraria javanica) BTKO (gr) Rumput BTKO (gr) Tanpa penutup tanah BTKO (gr)

Lokasi I 227 214 215 185 169 185

Lokasi II 216 215,5 201,5 170 170 153,5

Lokasi III 230 231 216,5 195 185 165,5

Parameter Kacang-kacangan (Pueraria javanica) (5 cm) Rumput (5 cm) Tanpa penutup tanah (5 cm) Kacang-kacangan (Pueraria javanica) (25 cm) Rumput (25 cm) Tanpa penutup tanah (25 cm)

Lokasi I 24,5 % 27,2 % 22,8 % 22,7 % 26,6 % 21,6 %

Lokasi II 22,7 % 26,7 % 21,4 % 27,1 % 26,8 % 22,6 %

Lokasi III 22,6 % 27,2 % 22,9 % 17, 9 % 24,8 % 22,1 %

Rata-rata 23,2 % 27 % 22,3 % 22,6 % 26,1 % 22,1 %

Contoh perhitungan penutup tanah kacang-kacangan (Pueraria javanica) BTKU (Berat Tanah Kering Udara) = 228 gr

BTKO (Berat Tanah Kering Oven) = 183 gr

KA = BTKU - BTKO

BTKO x 100% = 228 - 183

183 x 100% KA = 24,5 %


(12)

64

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Pengambilan sampel tanah pada lahan kelapa sawit dengan penutup tanah kacang-kacangan(Pueraria javanica)


(13)

(14)

49

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A. Haryati, U., dan Juarsah, I., 2006. Penetapan Kadar Air Tanah

dengan Metode Gravimetrik. Diakses dari

Aulia, H., 2011. Laju Penutupan Tanah oleh Pertumbuhan Mucunabracteata dc. dan Cetrosemapubescens BENTH pada Ex – Borrow PIT Jabung Timur Jambi. Diakses dari [Jurnal].

Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.

Bintang, H. Guchi dan G. Simanjuntak, 2012. Perubahan Sifat Tanah Ultisol Untuk Mendukung Perumbuhan Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) oleh Perlakuan Kompos dan Jenis Air Penyiram. Diakses dari

Bondansari dan B. S., Susilo, 2011. Pengaruh Zeolit Pupuk Kandang terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisols dan Entisols pada Pertanaman Kedelai. Diakses dari Campbell, N. A., J. B. Reece, and L. G. Mitchell, 1999. Biologi. Erlangga,

Jakarta.

Conceicao, C. 2013. Preoritas Konservasi Tanah Dan Pengelolaan Lahan Berdasarkan Tingkat Erodibilitas Tanah Di Subdistrito/Kecamatan Atabae Distrito/Kabupaten Bobonaro, Timor-Leste. Diakses dari http://etd.repository.ugm.ac.id

Craig, R. F., 1987. Mekanika Tanah Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta. [19 July 2006] [Jurnal].

Damanik, M. M. B, B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin dan H. Hanum, 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.

Dingus, D. D., 1999. Soil Science Laboratory Manual.Prentice Hall, United States of America.

Fauzi, A., 2008. Analisa Kadar Unsur Hara Karbon Organik dan Nitrogen di dalam Tanah Perkebunan Kelapa Sawit Bengkalis Riau. Diakses dari

Foth, H. D., 1951. Fundamentals Of Soil Science Eighth Edition, John Wiley & Sons, New York.

Hillel, D., 1971. Soil and Water, Physical Principles and Processes. Academic Press. New York, San Franciscos, London.


(15)

Gonggo, B., M. B. Hermawan, dan D. Anggraeni, 2005. Pengaruh Jenis Tanaman Penutup dan Pengolahan Tanah terhadap Sifat Fisik Tanah pada Lahan Alang-Alang. Diakses dari 2015] [Jurnal].

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, dan H. H. Bailey, 1986. Dasar-DasarIlmu Tanah.Universitas Lampung, Lampung.

Hanafiah, K. A., 2005. Dasar-DasarIlmu Tanah. PT Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.

Hausenbuiller, R. L., 1982. Soil Science. Fourth Printing. United States of America.

Jamilah, 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kelengasan terhadap Perubahan Bahan Organik dan Nitrogen Total Entisol. Diakses dari

Kartasapoetra, G., A. G. Kartasapoetra, M. M. Sutedjo, 1987. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT. Bina Aksara. Jakarta.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2008. Manajemen Agrobisnis KelapanSawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Mas’ud, P., 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung. Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.

Mukhlis, 2014. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan

Notohadiprawiro dan Tedjoyuwono, 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Pahan, I., 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pakpahan, S., Sampoerno, S. Yoseva, 2015. Pemanfaatan Kompos Solid dan Mikroorganisme Selulolitik dalam Media Tanam PMK pada Bibit Kelapa Sawit (elaeis guineensis jacq.) di Pembibitan Utama. Diakses dari http:// download.portalgaruda.org [13 November 2015].

Pambudi, D. T dan B. Hermawan, 2010. Hubungan Antara Beberapa Karakteristik Fisik Lahan dan Produksi Kelapa Sawit. Diakses dari


(16)

51

Pandutama, M. H., A. Mudjiharjati, Suyono dan Wustamidin, 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Jember, Bandung.

Pasaribu, P. O., 2013. Chapter I. Diakses dari November 2015] [Jurnal].

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2005. Pemupukan Posfat dan Kalium Tanah Sawah Berdasarkan Uji Tanah Mendukung Pertanian Organik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

PTPN II, 2008. Profil Perusahaan.

Rosliani, R., N. Sumarni, dan I. Sulastrini, 2010. Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Tanaman Kacang-kacangan sebagai Tanaman Penutup Tanah terhadap Kesuburan Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi. Diakses dari http:// download.portalgaruda.org [13 November 2015].

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Sanchez, P. A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerbit ITB, Bandung.

Selian, A. R. K., 2009. Analisa Kadar Unsur Hara Kalium (K) dari Tanah Perkebunan Kelapa Sawit Bengkalis Riau Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Diakses dari November 2015] [Jurnal].

Situmpol, S.M dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM – Press, Yogyakarta.

Suhariyono,G dan Y. Menry, 2005. Analisis Karakteristik Unsur-Unsur dalam Tanah di Berbagai Lokasi dengan Menggunakan XRF. Diakses dari

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Simanjuntak, S. M., 2007. Pemetaan Status Hara K-tukar, Ca-tukar, dan Mg-tukar di Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II. Diakses dari

Syakir, M., 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Aska Media, Bogor.


(17)

Tambunan, W. A., 2008. Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tanah Hubungannya dengan Produksi Kelapa Sawit di Kebun Kwala Sawit PTPN II. Diakses dari

Uhland, R. E. Dan A. M. O’Neal, 1951. Soil permeability determination for use in soil and water conservation. United States of Agriculture. Washington Wibawa, N. W., E. Makruf, D. Sugandi, dan T. Rahman. 2012. Tingkat

Kesuburan dan Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K Tanah Sawah Kabupaten Bengkulu Selatan. Diakses dari November 2015] [Jurnal].

Winarso, S., 2005. Kesuburan Tanah. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.

Witjaksono, B dan B. Krisna, 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Yulipriyanto, H., 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.


(18)

29

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2015 di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang yang mempun yai jenis tanah ultisol dengan vegetasi yang tumbuh diatasnya seperti kacang-kacangan (leguminosa), dan rumput pada lahan kelapa sawit tahun tanam 2003. Pengukuran sifat fisika tanah dan kimia tanah dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian

Alat- alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: ring sampel untuk analisis sifat fisika tanah, penutup ring sampel yang berfungsi untuk menahan air agar tidak keluar dari ring sampel, cangkul yang digunakan untuk menggali tanah, parang yang digunakan untuk memudahkan pengambilan ring dari dalam tanah, penggaris yang digunakan untuk mengukur ke dalaman tanah, oven untuk mengeringkan tanah, timbangan digital untuk mengukur berat tanah, erlenmeyer untuk mengukur kerapatan partikel tanah, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh dari penelitian, kamera digital untuk mendokumentasikan selama penelitian, kotak digunakan sebagai wadah ring sampel, dan kalkulator yang digunakan untuk menghitung.

Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah tanaman kelapa sawit dengan jenis penutup tanah yang berbeda yaitu


(19)

kacang-kacangan (Pueraria javanica) dan rumput. Plastik yang digunakan sebagai wadah penutup ring sampel, karet yang digunakan untuk mengikat plastik, label yang digunakan untuk memberi tanda pada ring sampel dan plastik.

Metode Penelitian

Metode Penelitian menggunakan metode survei dan analisa tanah dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan sampel dilapangan

a. Menentukan titik pengambilan sampel tanah dengan vegetasi berupa kacang-kacangan (Pueraria javanica), rumput, dan paku-pakuan yang mempunyai kerapatan seragam untuk luasan tertentu, dan tanah yang terbuka atau tanpa vegetasi penutup tanah.

b. Mengambil sampel tanah pada kedalaman 5 cm dan 25 cm dengan menggunakan ring sampel sebanyak 48 ring dengan masing-masing sampel penutup tanah sebanyak 12 sampel kemudian mengkaji sifat fisika dan kimia tanahnya

c. Menutup dan memasukkan ring sampel ke dalam plastik kemudian memberi label

d. Menyusun ring sampel dan sampel tanah dalam plastik ke dalam kotak untuk dibawa ke laboratorium

e. Mengukur kerapatan atau volume akar dan berat akar pada kedalaman 5 cm dan 25 cm.


(20)

31

2. Pengujian di laboratorium

a. Mengukur tekstur tanah dengan metode hygrometer dan menganalisis dengan menggunakan segitiga USDA

b. Bahan organik dihitung dengan Persamaan (1)

c. Kerapatan massa tanah dihitung dengan Persamaan (2)

d. Kerapatan partikel tanah (particle density) dihitung dengan Persamaan (3)

e. Porositas tanah dihitung dengan Persamaan (4) f. Permeabilitas dihitung dengan Persamaan (5)

g. Kadar air kapasitas lapang dihitung dengan Persamaan (6) h. Menganalisis pH tanah dengan alat pH meter

i. Nitrogen total tanah dihitung dengan Persamaan (7) j. Posfat tersedia tanah dihitung dengan Persamaan (8) k. Kalium tukar tanah dihitung dengan Persamaan (9)

l. Mengukur berat akar dan volume akar kering oven. Akar dikeringkan dalam oven dengan suhu pemanasan 70ºC selama 48 jam. Berat akar diukur dengan timbangan sedangkan volume akar dengan menggunakan becker glass. Akar dimasukkan kedalam

becker glass, kemudian ke dalam becker glass dimasukkan air, sehingga volume akar merupakan selisih volume becker glass

dengan volume air. Parameter Penelitian

1. Tekstur tanah 2. Bahan organik tanah


(21)

3. Kerapatan massa tanah (bulk density) 4. Kerapatan partikel tanah (particle density) 5. Porositas

6. Kadar air kapasitas lapang 7. Permeabilitas

8. pH tanah

9. Kadar nitrogen total dalam tanah 10. Kadar fosfat tersedia dalam tanah 11. Kadar kalium dalam tanah

12. Berat akar 13. Volume akar


(22)

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jenis tanah

Jenis tanah yang ada di Kebun PTP Nusantara II Pagar Merbau yaitu Podsolik merah-kuning dan hidromorfik kelabu. Podsolik merah kuning atau yang disebut tanah ultisol sedangkan hidromorfik kelabu disebut tanah entisol. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai kerapatan massa tanah dan nilai kerapatan partikel tinggi, nilai porositas bervariasi buruk sampai kurang baik, nilai kandungan C organik yang rendah, nilai kandungan nitrogen bervariasi sangat rendah sampai rendah, nilai kandungan posfat bervariasi rendah sampai sedang, dan nilai kandungan kalium bervariasi rendah sampai tinggi serta sangat peka terhadap erosi sehingga diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan. Hal ini sesuai dengan literatur Notohadiprawiro (1986) ciri tanah ultisol yang terutama menjadi kendala bagi budidaya tanaman antara lain pH rendah, kejenuhan Al tinggi, lempung beraktifitas rendah, daya serap terhadap posfat kuat, kejenuhan basa rendah, kadar bahan organik rendah dan itu pun terdapat dalam lapisan permukaan tipis (horison A tipis) dan dengan sendirinya kadar N pun rendah serta terbatas dalam lapisan permukaan tipis itu, daya simpan air terbatas, derajat agregasi rendah dan kemantapan agregat lemah. Kandungan hara yang rendah disebabkan oleh banyak nya pencucian unsur hara yang berlangsung terus menerus sehingga bahan organik banyak yang terbawa oleh erosi.

2. Tekstur Tanah


(23)

Tabel 6. Hasil analisa tekstur tanah

Jenis Penutup Tanah

Fraksi

Tekstur Tanah Pasir (%) Debu

(%) Liat (%) Kacang-kacangan

(Pueraria javanica) 61,33 21 17,66 Lempung Berpasir

Rumput 62 19,66 18,33 Lempung Liat Berpasir

Tanpa Penutup Tanah 62,66 17,66 19,66 Lempung Berpasir

Tabel 6 menunjukkan bahwa tanah dengan tanpa penutup tanah memiliki kandungan pasir yang paling tinggi yaitu 62,66 %, di mana tanah yang memiliki kandungan pasir lebih banyak akan lebih mudah untuk meloloskan air dibandingkan tanah dengan penutup tanah kacang-kacangan, dan rumput. Hal ini sesuai dengan literatur Bondansari dan Susilo (2011) bahwa tanah yang umumnya bertekstur pasir memiliki struktur lepas, porositas aerasi besar dan permeabilitas cepat namun daya menahan airnya rendah.

Tanah dengan tanpa penutup tanah memiliki kandungan liat yang lebih besar yaitu 19,66 % (Tabel 6) sehingga tanah dengan tanpa penutup tanah akan lebih padat. Tanah yang padat memiliki ruang pori yang kecil sehingga akar sulit menembus sampai kedalaman tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) bahwa apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang sehingga pertumbuhan akar terbatas yang akhirnya produksi menurun.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa tekstur tanah yang mendominasi adalah kandungan pasir dimana tanah mengikat air secara lemah sehingga sulit untuk menyerap air dan unsur hara dan tanah-tanah bertekstur liat mampu mengikat air secara kuat sehingga kemampuan menahan air dan menyerap unsur hara tinggi. Sementara kelapa sawit merupakan tanaman yang kuat menyerap air sehingga diperlukan penambahan bahan organik berupa serasah untuk memperbaiki agregat tanah sehingga kemampuan dalam menyerap air tinggi.


(24)

35

Tekstur tanah juga berhubungan terhadap konservasi tanah dan air pada tanaman kelapa sawit yaitu ketahanan tanah dan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang bertekstur pasir kasar dan pasir berkerikil kedalaman yang rendah tidak akan mengalami erosi sedangkan tanah yang bertekstur pasir halus mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi. Partikel-partikel tanah yang halus akan mudah terangkut oleh aliran permukaan apabila terjadi tingginya aliran permukaan. Tekstur tanah sangat penting di dalam pertumbuhan kelapa sawit, apabila tanah mudah tererosi maka lahan tersebut relatif lebih cepat kritis secara ekonomi atau tingkat produktivitas lahan akan cepat menurun. Menurut Conceicao (2013), prinsip dari mudah atau tidaknya suatu tanah dapat tererosi tergantung pada nilai kalium tanah tersebut. Nilai kalium merupakan nilai yang menunjukkan kepekaan suatu jenis tanah terhadap tenaga alami seperti terpaan butiran air hujan dan limpasan permukaan. Semakin besar nilai kalium maka tanah semakin mudah tererosi, sebaliknya semakin kecil nilai kalium maka tanah semakin tahan terhadap erosi. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh nilai K yang stabil antara lain: penambahan bahan organik berupa pupuk kandang atau pupuk hijau, yang akan meningkatkan agregat tanah dengan menstabilkan struktur tanah, di samping itu pupuk kandang juga dapat menambah unsur hara ke dalam tanah juga dapat mempertinggi humus, memperbaiki sifat struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik tanah .Hal ini sesuai dengan literatur Conceicao (2013) bahwa tingkat kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi dapat diubah atau diusahakan menjadi lebih mantap atau stabil yaitu dengan cara merubah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai kalium.


(25)

Adapun faktor yang berpengaruh nilai kalium tersebut antara lain: tekstur, struktur, bahan organik dan permeabilitas tanah.

3. Bahan Organik Tanah, Berat Akar dan Volume Akar

Hasil pengukuran kandungan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa tanah dengan penutup tanah kacang-kacangan memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi yaitu 1,51 % sedangkan tanah tanpa penutup tanah memiliki nilai bahan organik yang rendah yaitu 1,18 %. Hal ini dikarenakan bahan organik yang sumbernya berasal dari akar dan sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah. Berat akar yang dimiliki oleh tanah dengan penutup tanah kacang-kacangan juga tinggi yaitu 0,02 g dan volume akar 0,41

cm3. Hal ini sesuai dengan literatur Notohadiprawiro (1998) bahwa sumber bahan organik terutama berasal dari serasah dan akar tumbuhan. Bahan organik tanah (BOT) meningkatkan struktur dan konsistensi tanah, dan dengan memperbaiki, aerasi, permeabilitas, dan daya tanah menyimpan air.

Tabel 7. Hasil analisa kandungan bahan organik, berat akar dan volume akar

Jenis Penutup Tanah

Kandungan Bahan Organik

(%)

Kriteria Berat Akar (g/ring sampel)

Volume Akar (cm3/ring

sampel)

Kacang-kacangan (Pueraria javanica)

1,51 Rendah 0,02 0,41

Rumput 1,42 Rendah 0,02 0,50

Tanpa Penutup

Tanah 1,18 Rendah 0,01 0,11

Catatan: volume ring sampel 101,27 cm3

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 7) diperoleh tanah dengan penutup tanah kacang-kacangan memiliki kandungan bahan organik lebih tinggi dibandingkan rumput dan tanah tanpa penutup tanah. Hal ini dikarenakan tanaman penutup tanah kacang-kacangan mampu meningkatkan total mikroba di


(26)

37

dalam tanah sehingga meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur (Rosliani, dkk, 2010) bahwa tanaman kacang-kacangan sebagai tanaman penutup tanah cenderung meningkatkan residu C organik dan P tersedia tanah. Salah satu fungsi dari tanaman penutup tanah sebagai mulsa hidup adalah mengurangi penguapan air tanah dan mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Meningkatnya C organik pada perlakuan tanaman penutup tanah sebagai akibat banyaknya sisa-sisa tanaman dari tanaman penutup tanah sebagai mulsa hidup yang terdekomposisi.

Berat akar penutup tanah rumput dan kacang-kacangan adalah sama yaitu 0,02 g. Namun, volume akar rumput yaitu 0,50 cm3 lebih besar daripada volume kacang-kacangan yaitu 0,41 cm3 (Tabel 7). Hal ini dikarenakan tanaman penutup tanah kacang-kacangan memiliki akar tunggang (tanaman dikotil) dan tanaman penutup tanah rumput memiliki akar serabut (tanaman monokotil). Luas penampang dari akar serabut lebih besar karena akarnya menyebar luas di dalam tanah dibandingkan luas penampang akar tunggang. Hal ini sesuai dengan literatur Campbell, et al., (1999) bahwa tanaman monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki sistem akar serabut yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar di bawah permukaan tanah.

4. Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density), Kerapatan Partikel Tanah

(Particle Density), Porositas Tanah

Hasil pengukuran kerapatan massa tanah (bulk density), kerapatan partikel tanah (particle density) dan porositas tanah masing-masing pada kedalaman 5 cm dan 25 cm dapat dilihat pada Tabel 8.


(27)

Tabel 8. Hasil analisa kerapatan massa tanah (bulk density), kerapatan partikel tanah (particle density), dan porositas tanah

Jenis Penutup

Tanah

Bulk density Particle density Porositas Tanah

kedalaman 5 cm (g/cm3)

kedalaman 25 cm (g/cm3)

kedalaman 5 cm (g/cm3)

kedalaman 25 cm (g/cm3)

kedalaman 5 cm (%)

kedalaman 25 cm (%)

Kacang-kacangan (Pueraria Javanica)

1,53 1,57 2,62 2,61 42 40

Rumput 1,52 1,57 2,63 2,62 42 41

Tanpa Penutup Tanah

1,58 1,60 2,65 2,63 41 39

Tabel 8 menunjukkan bahwa tanah tanpa penutup tanah memiliki bulk density yang paling tinggi dibandingkan dengan tanah yang memiliki penutup tanah yaitu 1,58 g/cm3 kedalaman 5 cm dan 1,60 g/cm3 kedalaman 25 cm. Hal ini disebabkan pada tanah tanpa penutup tanah memiliki sedikit akar tanaman sehingga pori-pori tanah kecil hal ini yang membuat nilai kerapatan massa tanah lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) bahwa struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian tanaman di atas tanah. Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang sehingga pertumbuhan akar terbatas yang akhirnya produksi menurun.

Pada tanah tanpa vegetasi penutup tanah pori-pori tanah tertutupi karena adanya tetesan air hujan yang jatuh melalui daun ke tanah (through fall) sehingga menutupi pori-pori yang ada di permukaan tanah sehingga tanah lebih padat. Hal ini sesuai dengan literatur Hanafiah (2005) yang menyatakan tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar tanah secara leluasa dan sesuai dengan literatur Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa tanah lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar daripada tanah mineral.


(28)

39

Nilai particle density pada kedalaman 5 cm dan 25 cm pada tanah dengan tanpa penutup tanah lebih besar yaitu 2,65 gr/cm3 dan 2,63 gr/cm3 dibandingkan dengan tanaman penutup tanah, kacang-kacangan dan rumput (Tabel 8). Hal ini disebabkan oleh perbedaan nilai bulk density pada kedalaman 5 cm dan 25 cm dan kandungan bahan organik tanah yang dimilikinya. Kandungan bahan organik tanah yang dimiliki oleh tanah tanpa penutup tanah dikategorikan rendah dan semakin besar kedalaman tanah, maka kerapatan massa tanah semakin besar atau tanah semakin padat dan ruang antar partikel semakin kecil. Hal ini disebabkan semakin besar kedalaman tanah, semakin rendah kadar bahan organik tanah, karena sumber bahan organik terbanyak berada di atas permukaan tanah. Tanah yang padat memiliki nilai kerapatan massa yang tinggi dan bahan organik rendah akan memiliki nilai kerapatan partikel yang semakin tinggi. Akibatnya kemampuan akar menembus tanah akan sulit. Hal ini yang menyebabkan tanah tanpa penutup tanah akan memiliki sedikit akar yaitu berat akar 0,01 gr/ring sampel dan volume akar 0,11 cm3/ring sampel. Hal ini sesuai dengan literatur Notohadiprawiro (1988) bahwa semakin tinggi bahan organik maka ruang antar partikel semakin tinggi.

Tabel 8 menunjukkan bahwa tanah dengan jenis penutup tanah rumput memiliki porositas yang lebih tinggi yaitu 42 % dan 41 %. Hal ini berdasarkan Persamaan (4) yaitu porositas berbanding terbalik dengan kerapatan massa. Berdasarkan Tabel (8) dan (9) dinyatakan bahwa selisih nilai kerapatan partikel yang tinggi dan kerapatan massa yang paling tinggi yaitu tanah tanpa penutup tanah sehingga porositas nya paling rendah. Tanaman rumput memiliki porositas tinggi karena nilai dari berat akar dan volume akar yang tinggi. Hal ini sesuai


(29)

dengan literatur Gonggo, dkk (2005) bahwa jenis rerumputan dapat berfungsi sebagai pelindung permukaan tanah dari daya dispersi dan daya penghancuran oleh butir-butir hujan, memperlambat aliran permukaan, memperkaya bahan-bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah.

Tabel 8 menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat kedalaman tanah diperoleh nilai bulk density pada kedalaman 5 cm lebih kecil dibandingkan nilai

bulk density pada kedalaman 25 cm. Hal ini disebabkan semakin besar kedalaman tanah maka semakin padat lapisan tanah akibatnya berat volumenya semakin besar. Nilai particle density pada kedalaman 5 cm lebih besar dibandingkan nilai

particle density pada kedalaman 25 cm. Hal ini disebabkan semakin besar kedalaman tanah maka ruang antar partikel semakin kecil. Nilai porositas tanah pada kedalaman 5 cm lebih besar dibandingkan nilai porositas pada kedalaman 25 cm. Hal ini disebabkan semakin besar kedalaman tanah maka ruang pori semakin kecil sehingga pergerakan air dan udara semakin rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Notohadiprawiro (1998) bahwa bahan organik tanah (BOT) meningkatkan struktur dan konsistensi tanah, dan memperbaiki, aerasi, permeabilitas, dan daya tanah menyimpan air.

Pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti mengurangi kepadatan tanah karena kandungan pada pupuk kandang sangat baik untuk mendorong kehidupan jasad renik, mempertinggi humus dan C-organik tanah. Pemberian pupuk anorganik yang mengandung fosfor bagi tanaman berguna dalam perangsangan pertumbuhan akar terutama pada tanaman muda. Fosfor juga berperan dalam pembentukan berbagai protein, membantu asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan dan


(30)

41

pemasakan biji dan buah. Hal ini sesuai dengan literatur Prasetyo, dkk (2014) bahwa penambahan bahan organik berupa pupuk kandang dan pupuk hijau dapat memperbaiki beberapa sifat fisik tanah seperti mengurangi kepadatan tanah. Perlakuan pupuk kombinasi organik dan anorganik juga menghasilkan sistem perakaran yang dalam, perkembangan perakaran yang baik dan hasil tanaman yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai sumber hara P dan K di dalam tanah.

5. Kadar Air Kapasitas Lapang

Hasil pengukuan kadar air kapasitas lapang pada kedalaman 5 cm dan 25 cm dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil analisa kadar air kapasitas lapang

Jenis Penutup Tanah

Kadar Air Kapasitas Lapang kedalaman 5 cm

(%)

Kadar Air Kapasitas Lapang kedalaman 25 cm

(%) Kacang-kacangan (Pueraria

javanica) 23,2 22,6

Rumput 27 26,1

Tanpa Penutup Tanah 22,3 22,1

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai kadar air kapasitas lapang tanpa penutup tanah lebih kecil daripada tanah dengan penutup tanah. Hal ini karena tanah yang memiliki penutup tanah memiliki bahan organik yang lebih tinggi dan akar yang lebih banyak serta nilai porositas yang lebih besar Tabel (8). Dari ketiga jenis tanah dengan penutup tanah diantaranya yang memiliki nilai kadar air kapasitas lapang adalah rumput yaitu 27 % kedalaman 5 cm dan 26,1 % kedalaman 25 cm. Hal ini disebabkan karena rumput memiliki nilai porositas yang lebih tinggi dan volume akar yang lebih besar. Volume akar dapat menunjukkan banyaknya akar rumput yang merupakan sistem akar serabut. Hal ini sesuai dengan literatur Campbell, et al (1999) sistem akar serabut yaitu rumput-rumputan menyebabkan tumbuhan mendapatkan banyak air dan mineral tanah dan


(31)

menambatkan tumbuhan secara kuat ke dalam tanah. Rumput-rumputan akan menahan lapisan atas tanah tetap berada di tempatnya dan membuat penutup tanah yang sangat bagus untuk mencegah erosi.

Untuk memperbaiki kapasitas lapang dapat dilakukan pemberian pupuk organik berupa pupuk kompos berpengaruh terhadap rata-rata ketersediaan air tanah, memperbaiki agregat tanah dengan meningkatkan ruang antar partikel sehingga mampu mengikat air lebih besar juga memiliki rentang kenaikan kadar air titik layu yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kelembaban tanah. Hal ini sesuai literatur Simanjuntak, dkk (2016) bahwa bahan organik yang diberikan dalam tanah akan mengalami proses pelapukan dan perombakan yang selanjutnya akan menghasilkan humus. Humus berperan agar tanah tidak cepat kering karena memiliki daya memegang air yang tinggi dan dapat mengikat air empat sampai enam kali lipat dari beratnya sendiri.

6. Permebialitas Tanah

Hasil pengukuran laju permeabilitas tanah pada penutup dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil analisa permebialitas tanah

Jenis Penutup Tanah Permebialitas (cm/jam)

Kacang-kacangan (Pueraria javanica) 5,95 (sedang)

Rumput 4,6 (sedang)

Tanpa Penutup Tanah 1,39 (agak lambat)

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai permebialitas yang lebih tinggi adalah tanah dengan penutup tanah dibandingkan tanah yang tidak memiliki penutup tanah. Tanah dengan vegetasi penutup tanah yang memiliki nilai permebialitas yang tinggi adalah kacang-kacangan yaitu 5,95 cm/jam diikuti dengan rumput sebesar 4,6 cm/jam, masing-masing termasuk dalam kategori


(32)

43

sedang. Sedangkan tanah tanpa vegetasi penutup mempunyai nilai permebialitas 1,39 cm/jam termasuk dalam kategori lambat. Hal ini dikarenakan tanah dengan vegetasi penutup tanah disamping mempunyai porositas yang lebih besar, juga mempunyai kandungan yang liat yang lebih rendah dengan urutan kandungan liat tanah tanpa vegetasi penutup > rumput > kacang-kacangan. Tanah yang mempunyai kandungan liat yang lebih banyak akan mempunyai pori-pori berukuran kecil (mikro) lebih banyak yang akan lebih lambat menghantarkan air. Menurut Hillel (1971) menyatakan pada kondisi jenuh tanah pasir mempunyai hantaran hidroliknya lebih besar dari tanah liat, yaitu 0,001 – 0,01 cm/det untuk tanah pasir dan 10-7 – 10-4 cm/det untuk tanah liat. Hal ini menunjukkan tanah yang mempunyai kandungan liat lebih banyak memiliki permebialitas yang lebih rendah.

Menurut Manurung (2016), apabila permebialitas tanah dihubungkan dengan tekstur tanah, tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada tanah bertekstur lempung liat berpasir dan lempung berpasir. Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa tanah dengan penutup tanah dan tanah tanpa penutup tanah tanah memiliki kandungan liat yang kecil, karena tanah kelapa sawit yang memiliki tekstur liat > 60% sudah tergolong tanah liat berat. Namun, untuk memperbaiki permeabilitas tanah dengan penutup tanah dan tanah tanpa penutup tanah dapat dilakukan dengan cara penambahan organik dan pupuk organik. Penambahan bahan organik akan meningkatkan porositas tanah. Semakin tinggi liat, semakin kecil porositas tanah. Tanah yang memiliki porositas kecil menyebabkan sulit kemampuan akar untuk menembus tanah sehingga semakin sulit air dan udara bersirkulasi. Hal ini sesuai literatur Tambunan (2008) bahwa


(33)

dominasi fraksi liat akan menyebabkan terbentuknya banyak pori-pori, sehingga daya pegang terhadap air sangat kuat. Kondisi ini menyebabkan air yang masuk ke pori-pori segera terperangkap dan udara sulit masuk.

7. pH Tanah

Hasil pengukuran pH tanah tanah dapat dilihat pada Tabel 11.

Nilai pH tanah dari ketiga jenis vegetasi penutup tanah tanah dengan tanaman penutup termasuk dalam kriteria masam. Tanah ultisol tergolong dengan pH rendah, kejenuhan Al tinggi dan tingkat kemasaman yang tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Bintang, dkk, (2012) yang menyatakan tanah ultisol adalah tanah yang memiliki kemasaman yang tinggi karena basa-basa pendukung kesuburan tanah seperti Ca, K, dan Mg sudah tercuci (leached) selama perkembangan ultisol atau terpakai oleh tanaman yang tumbuh diatasnya.

Tabel 11. Hasil analisa pH tanah

Jenis Penutup Tanah Kandungan pH Tanah (%) Kriteria

Kacang-kacangan (Pueraria javanica) 5,76 Masam

Rumput 5,98 Masam

Tanpa Penutup Tanah 5,57 Masam

Tanaman kelapa sawit agar pertumbuhannya optimal sesuai syarat tumbuh harus memiliki pH optimal 5,0 – 6. Tanah yang ber-pH rendah harus dilakukan pengapuran karena tanah yang bersifat masam memiliki kandungan kalsium yang rendah. Hubungan pemberian pupuk dengan pH tanah yang baik adalah pada penambahan bahan organik berupa pupuk organik dan penambahan kalsium dimana kalsium dapat meningkatkan pH tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Tambunan (2008) bahwa penambahan bahan organik akan memperbaiki porositas tanah, pH tanah, kalium tukar tanah, P tersedia dan air tersedia yang berperan penting bagi perkembangan perakaran tanaman.


(34)

45

8. Kandungan Nitrogen (N) Total, Posfat (P) Tersedia, dan Kalium (K)

Tukar Tanah

Hasil pengukuran nitrogen total, posfat tersedia, dan kalium tukar tanah dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kriteria nitrogen total, posfat tersedia, dan kalium tukar tanah

Jenis Penutup Tanah

N-Total

(%) Kriteria

P-avl (Bray II)

(ppm)

Kriteria K- exch

(me/100g) Kriteria Kacang-kacangan

(Pueraria javanica)

0,10 Rendah 13,49 Rendah 0,36 Sedang

Rumput 0,10 Rendah 17,09 Sedang 0,24 Rendah

Tanpa Penutup

Tanah 0,08

Sangat

Rendah 20,26 Sedang 0,61 Tinggi

Kandungan nitrogen total pada tanah dengan penutup tanah memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan tanpa penutup tanah. Hal ini dikarenakan pada tanah dengan tanaman penutup tanah memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi karena adanya akar dan serasah di sekitar permukaan tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Kartasapoetra, dkk (1987) tanaman penutup permukaan besar pula sumbangannya dalam memperkaya bahan-bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah.

Nilai kadar N-Total termasuk kategori rendah hal ini dikarenakan besar nya persentase pasir pada tanah ultisol sehingga mudah mengalami pencucian unsur hara dan kandungan nitrogen nya menjadi rendah. Selain kadarnya rendah, N dalam tanah mempunyai sifat yang dinamis dan mudah hilang menguap dan tercuci selama proses drainase. Hal ini sesuai dengan literatur Wibawa, dkk, (2012).

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 12) menunjukkan bahwa kandungan posfat tersedia pada tanah dengan tanpa penutup tanah lebih besar dibandingkan tanah dengan penutup tanah ditinjau dari kandungan liatnya, tanah dengan tanpa


(35)

penutup tanah memiliki kandungan liat yang lebih tinggi yaitu 19,66 % (Tabel 6). Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan besarnya kemampuan tanaman dalam menyerap P dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: jumlah liat, tipe liat, waktu aplikasi, aerasi, pemadatan, kandungan air tanah, status P tanah, temperatur, hara lain, kemasaman tanah, dan jenis tanaman. Berdasarkan jumlah liat dimana tanah dengan kadar liat tinggi akan memfiksasi P lebih tinggi dibandingkan tanah dengan kadar liat rendah.

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 12) menunjukkan bahwa kalium yang lebih tinggi pada tanah dengan tanpa penutup tanah dibandingkan tanah dengan penutup tanah ditinjau dari kandungan liatnya, tanah dengan tanpa penutup tanah memiliki kandungan liat yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) bahwa ion K diikat pada permukaan datar liat berkesetimbangan secara baik dengan K dalam larutan tanah. Sifat-sifat tanah secara keseluruhan dapat saling berinteraksi yang akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi tanaman dalam menyerap dan menggunakan K. Sifat-sifat tanah tersebut meliputi bahan induk tanah, jumlah dan macam liat, vegetasi yang ditanam, topografi, drainase, kedalaman solum, dsb.


(36)

47

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis tanah yang ada di Kebun PTP Nusantara II Pagar Merbau yaitu Podsolik merah-kuning dimana berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai kerapatan massa tanah dan kerapatan partikel tinggi, nilai porositas bervariasi buruk sampai kurang baik, nilai kandungan C organik yang rendah, nilai kandungan nitrogen bervariasi sangat rendah sampai rendah, nilai kandungan posfat bervariasi rendah sampai sedang, dan nilai kandungan kalium bervariasi rendah sampai tinggi.

2. Tanah dengan penutup tanah kacang-kacangan memiliki porositas 42% pada kedalaman 5 cm dan 40% pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang 23,2% pada kedalaman 5 cm dan 22,6% pada kedalaman 25 cm, permebialitas 5,95 cm/jam, N-total 0,10%; P tersedia 13,49 ppm; dan K tukar tanah 0,36 me/100g.

3. Tanah dengan penutup tanah rumput memiliki porositas 42% pada kedalaman 5 cm dan 41% pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang 27% pada kedalaman 5 cm dan 22,6% pada kedalaman 25 cm, permebialitas 4,6 cm/jam, N-total 0,10%; P tersedia 17,09 ppm; dan K tukar tanah 0,24 me/100g.

4. Tanah dengan tanpa penutup tanah memiliki porositas 41% pada kedalaman 5 cm dan 39% pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang 22,3% pada kedalaman 5 cm dan 22,1% pada kedalaman 25 cm, permebialitas 1,39 cm/jam, N-total 0,08%; P tersedia 20,26 ppm; dan K tukar tanah 0,61 me/100g.


(37)

Saran

Untuk penelitian selanjutnya perlu: dilakukan penambahan bahan organik pada vegetasi penutup tanah kacang-kacangan, rumput dan tanpa penutup tanah untuk meningkatkan struktur agregasi tanah dan porositas tanah.


(38)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Kebun PTP Nusantara II Pagar Merbau

Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II pada letak geografis 98°53’20” - 98°55’50” BT dan 03°28’40” – 03°32’28” LU. Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau secara geografis terletak di Kabupaten Deli Serdang dengan pusat kota di Lubuk Pakam, di sebelah Timur Kota Madya Medan. Jarak Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau ke Kotamadya Medan +/- 27 km. Hamparan lahan Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau mempunyai topografi dominan rata, hanya sekitar 1,5 % berbukit di Afdeling I dan II dengan kemiringan 30 %. Jumlah curah hujan setahun di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau pada status sedang sampai dengan cukup yaitu berkisar 1500 mm - 2500 mm per tahun. Tanjung Garbus Pagar Merbau merupakan salah satu lahan perkebunan yang dimiliki perusahaan PTPN II yang memiliki komoditi kelapa sawit. Daerah Tanjung Garbus memiliki jenis tanah ultisol dan entisol dengan topografi 85 % sedangkan yang berbukit 15 % (Simanjuntak, 2007).

Tanaman perkebunan, seperti: karet, kelapa sawit, tebu, tembakau, cokelat dan teh merupakan tanaman yang dibudidayakan di Sumatera Utara, baik perkebunan negara (BUMN), swasta nasional, swasta asing maupun perkebunan rakyat. Saat ini perkebunan kelapa sawit menjadi primadona dan semua perkebunan negara (PTPN) di Sumatera Utara ada membudidayakan tanaman kelapa sawit, baik secara monokultur ataupun campuran dengan komoditi perkebunan lainnya seperti PT. Perkebunan Negara II, selain mengusahakan tanaman kelapa sawit juga mengusahakan tanaman tebu dan tembakau. Salah satu


(39)

perkebunan PTPN II yang mengusahakan tanaman kelapa sawit adalah kebun Pagar Merbau.

Tanaman Kelapa Sawit

Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:

Divisi : Tracheophyta

Anak Divisi (Subdivisi) : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Anak Kelas (Subkelas) : Monocotyledoneae

Bangsa (Ordo) : Spadiciflorae (Arecales)

Suku (Familia) : Palmae (Arecaceae)

Anak Suku (Subfamilia) : Cocoideae

Marga (Genus) : Elaeis

Jenis (Spesies) : Elaeis guineensis Jacq. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang Utara – Selatan 12° dan kelapa sawit juga tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, andosol, dan alluvial. Tanah yang baik untuk kelapa sawit berada pada pH 4,0 - 6,0. Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, tanaman ini berumah satu atau monocious, dimana bunga jantan dan betina terdapat satu pohon. Bagian tanaman kelapa sawit, yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji (Selian, 2008).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq) merupakan tanaman tahunan dari famili Palmae yang hidup di daerah tropis, dan mampu tumbuh baik pada suhu optimum antara 29 sampai 30 °C. Curah hujan optimum yang


(40)

7

dikehendaki tanaman ini adalah antara 2000 sampai 2500 mm pertahun dengan distribusi hujan merata sepanjang tahun tanpa ada bulan kering yang berkepanjangan. Kondisi lahan ideal untuk kelapa sawit adalah yang memiliki tanah yang subur dan gembur, kedalaman efektif yang dalam tanpa ada lapisan padas, serta kelerengan antara 0 sampai 15 %. Ketinggian tempat yang dikehendaki tanaman kelapa sawitadalah antara 0 sampai 400 m dari permukaan laut (Pambudi dan Hermawan, 2010).

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10, dimana C 1 % dan N 0,1 %. Namun, faktor pengolahan budi daya atau teknis agronomis dan sifat genetis induk tanaman kelapa sawit juga menentukan produksi kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Walaupun demikian, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (Fauzi, 2008).

Tanah

Tanah adalah hasil pelapukan batuan induk yang tidak sederhana (kompleks) karena, melalui proses kombinasi dari berbagai faktor fisik yang dikendalikan iklim dan vegetasi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah tersebut, yakni melalui penambahan bahan organik. Unsur – unsur hara di dalam tanah akan berkembang dengan melibatkan mikrobiologi dalam mekanisme dekomposisi dan akumulasi bahan organik tanah (Yulipriyatno, 2010).

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah toprika. Pentingnya jenis-jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air,


(41)

dengan catatan tidak termasuk tanah-tanah yang selalu kelebihan air karena pada tanah-tanah seperti ini akar tidak mendapat cukup oksigen sehingga berdampak buruk bagi tanaman karena udara yang dibutuhkan oleh tanaman tidak dapat masuk disebabkan kelebihan air. Para ahli lain lebih menekankan pentingnya ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar, yang sedikit banyak mempunyai kaitan dengan jaminan ketersediaan air. Delapan jenis tanah yang dapat dipakai untuk usaha tani kelapa sawit, yaitu tanah-tanah organosol, regosol, andosol, aluvial, latosol, podsolik merah kuning, dan podsolik cokelat (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Golongan ultisol merupakan kelompok besar tanah yang sebelumnya, juga masuk podzolik merah-kuning, lateritik coklat kemerahan, latosol berhumus, planosol tergabung, dan beberapa tanah setengah Rawa, latosol, lateritik terra roxa, dan laterit air-tanah (Sanchez, 1992).

Tanah Ultisol

Ultisol adalah jenis tanah yang umum pada iklim tropis, secara pedogenesis sudah matang (tingkat perkembangan senil). Tanah yang sudah berkembang mempunyai kedalaman (solum tanah) yang baik untuk diolah (> 90 cm). Kelemahan tanah berkembang (tingkat senil) seperti ultisol adalah kemasaman yang tinggi karena basa-basa pendukung kesuburan tanah seperti Ca, K, dan Mg sudah tercuci (leached) selama perkembangan ultisol atau terpakai oleh tanaman yang tumbuh diatasnya. Tanah ini selalu dijumpai dengan pH < 5.5. Komposisi fraksi utama liat yang tinggi sehingga dapat mengurangi daya resap air dan tanah cepat padu (padat) sehingga akar sulit berkembang untuk mendapatkan oksigen dan elemen hara (Bintang, dkk, 2012).


(42)

9

Ciri tanah ultisol yang terutama menjadi kendala bagi budidaya tanaman antara lain pH rendah, kejenuhan Al tinggi, lempung beraktifitas rendah, daya serap terhadap posfat kuat, kejenuhan basa rendah, kadar bahan organik rendah sampai sedang dan itu pun terdapat dalam lapisan permukaan tipis (horison A tipis) dan dengan sendirinya kadar N pun rendah serta terbatas dalam lapisan permukaan tipis itu, daya simpan air terbatas, derajat agregasi rendah dan kemantapan agregat lemah, miskin kandungan bahan organik, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi (Notohadiprawiro, 1986).

Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah persentase perbandingan dari masing-masing fraksi butir-butir pasir, debu dan liat dalam suatu masa tanah. Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan oleh sebaran ukuran butir (particle size distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih besar dari pasir (lebih dari 2 mm). Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktifitas tanah pada daerah-daerah geografis tertentu (Yunus, 2004).

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) (berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm), debu (silt) (berdiameter 0,20 – 0,002 mm atau 200 – 2 µm) dan liat (clay) (< 2 µm). Partikel berukuran di atas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah (Hanafiah, 2005).


(43)

Berdasarkan partikel pasir, debu, dan liat, tanah dibagi dalam 3 golongan atau kelas dasar, yaitu: a) Tanah berpasir (sandy soil) yaitu tanah yaitu tanah yang kandungan pasirnya > 70 % yang dalam keadaan lembab tanah berpasir terasa kasar dan tidak lekat, termasuk dalam kategori ini tanah pasir dan tanah lempung berpasir (sandy and loamy sand soils), b) Tanah berlempung (loamy soil) yaitu tanah yang kandungan debu – liat relatif sama, tanah demikian tidak terlalu lepas dan juga tidak terlalu lekat. Sepanjang tidak ada gejala penggaraman tanah demikian sangat baik untuk pelaksanaan usaha tani, c) Tanah liat, yaitu tanah yang kandungan liatnya > 35 %. Tanah liat ini bagi usaha tani padi - pesawahan dapat dikatakan sangat cocok, tetapi apabila hendak dijadikan sebagai tempat usaha tani kering (dry – farming) hendaknya dipertahankan agar kelembaban tanahnya selalu berada dalam kelembaban yang optimal, dengan demikian dapat terjamin pertumbuhan tanaman dengan baik (Kartasapoetra, dkk, 1987).

Tanah yang didominasi pasir banyak mempunyai pori-pori makro (besar/disebut lebih poreus), tanah yang didominasi oleh debu banyak mempunyai pori-pori meso (sedang/agak poreus), sedangkan yang didominasi liat banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil/tidak poreus). Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur dibandingkan pasir (Hanafiah, 2005).

Secara skematis klasifikasi tanah tersebut dapat dilihat melalui klasifikasi segitiga USDA (Gambar 1).


(44)

11

Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA (Foth, 1951).

Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar/disebut lebih porous), tanah yang didominasi oleh debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang/agak porous), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil/tidak porous) (Hanafiah, 2005).

Pembentukan kelas tekstur ini penting dilihat dari segi fisik kesuburan dan pengolahan tanah. Dari segi kesuburan tanah penting sekali artinya dalam hubungan dengan pertukaran dan penyanggaan (penahanan) ion-ion hara tanaman dalam tanah. Makin tinggi kandungan liat makin tinggi kesuburannya. Dari segi praktis pengolahan tanah, tanah liat pada umumnya berat untuk dikerjakan karena mempunyai sifat sangat lekat dan keras, tanah pasir ringan untuk dikerjakan karena sifatnya yang lepas sedang tanah berlempung sifatnya berada di


(45)

tengah-tengah di antara keduanya. Terhadap segi fisik tanah, tekstur ini berperanan terhadap struktur tanah, tata air, tata udara dan temperatur (suhu) tanah (Kartasapoetra, dkk, 1987).

Bahan Organik Tanah

Bahan organik adalah cadangan nitrogen yang penting yang diperoleh dari proses dekomposisi oleh mikrobiologi tanah, yang fungsinya dapat memperbaiki persediaan fosfor dan sulfur tanah, melindungi tanah dari erosi, menyediakan substansi semacam semen untuk pembentukan agregat tanah yang diinginkan, dan memperbaiki aerasi dan pergerakan air. Agar fungsi bahan organik menjadi maksimal, maka bahan organik harus siap didekomposisi dan secara terus menerus dicampur dengan residu-residu organik yang masih segar (Yulipriyatno, 2010).

Sumber primer bahan organik tanah adalah jaringan organik tanaman, baik berupa daun, batang/cabang, ranting, buah maupun akar, sedangkan sumber sekunder berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya (Hanafiah, 2005).

Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah antara lain kemampuan menahan air meningkat, warna tanah menjadi coklat hingga hitam, merangsang granulasi agregat dan memantapkannya, menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat. Pengaruh bahan organik pada kimia tanah antara lain meningkatnya daya jerap dan kapasitas tukar kation, kation yang mudah dipertukarkan meningkat, unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian dan jumlah unsur hara yang terkandun g tidak hilang dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus dapat berlangsung dengan baik. Pengaruh bahan organik pada


(46)

13

biologi tanah yaitu semakin banyak jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah, dan kegiatan jasad mikro maka semakin meningkat proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah (Hakim, dkk, 1986).

Kadar bahan organik dalam tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan partikel yang ada di dalam tanah. Semakin tinggi bahan organik, ruang antar partikel nya semakin tinggi. Makin tinggi elevasi dan/atau makin rendah suhu, maka kadar bahan organik makin tinggi disertai dengan nisbah C/N makin besar. Pada umumnya kadar bahan organik akan semakin rendah ke arah bagian profil tanah. Hal ini dikarenakan sumber bahan organik yang terbanyak terutama ialah serasah dan akar tumbuhan berada di atas permukaan tanah. Faktor yang berpengaruh atas dekomposisi/mineralisasi bahan organik adalah suhu; makin rendah suhu, dekomposisi/mineralisasi makin lemah karena kegiatan jasad pengurai didalam tanah akan menurun. Hubungan antara elevasi dan kadar bahan organik bersifat tak langsung. Bahan organik tanah (BOT) meningkatkan struktur dan konsistensi tanah, dan dengan memperbaiki, aerasi, permeabilitas, dan daya tanah menyimpan air (Notohadiprawiro,1998).

Penetapan bahan organik di laboratorium dapat dilakukan dengan metode pembakaran (metode Walkley dan Black). Prinsip metode Walkley dan Black adalah C-organik dihancurkan oleh oksidasi Kalium bikromat yang berlebih akibat penambahan asam sulfat. Kelebihan kromat yang tidak direduksi oleh C-organik tanah kemudian ditetapkan dengan jalan titrasi dengan larutan ferro. Untuk menghitung kandungan bahan organik tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


(47)

Bahan organik = % C Organik x 1,724 ………(1) (Mukhlis, 2007).

Faktor 1,724 adalah asumsi yang digunakan bahwa bahan organik mengandung 58 % karbon. Kriteria bahan organik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria bahan organik tanah

Bahan Organik (%) Kriteria

<1,00 Sangat Rendah

1,00-2,00 Rendah

2,10-4,20 Sedang

4,30-6,00 Tinggi

>6,00 Sangat Tinggi

(Puslittanak, 2005).

Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density)

Kerapatan massa tanah (bulk density) adalah berat tanah kering udara dibagi dengan volumenya. Nilai kerapatan massa dari tanah dapat dituliskan sebagai:

Kerapatan massa tanah (Db) =

Berat Tanah Kering Oven (g)

volume tanah total (cm3) ……….. (2)

(Dingus, 1999).

Bulk density dilapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0-1,6 g/cm3. Tanah organik memiliki nilai bulk density yang lebih rendah, misalnya dapat mencapai 0,1 g/cm3-0,9 g/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, dll. Sifat fisika tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaaan (Hardjowigeno, 2003).


(48)

15

Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density)

Kerapatan partikel (particle density) dari tanah adalah massa tanah kering udara dibagi dengan volume dari partikel tanah.

Kerapatan Partikel Tanah (Dp) =

Berat Tanah Kering Oven (g)

Volume dari partikel tanah (cm3) ………... (3)

Berat jenis partikel merupakan fungsi perbandingan antara komponen bahan mineral dan bahan organik. Berat jenis partikel untuk tanah-tanah mineral berkisar antara 2,6 - 2,7 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm3, sedang berat jenis partikel tanah organik berkisar 1,30 - 1,50 g/cm3 (Pandutama, dkk., 2003). Porositas Tanah

Porositas total atau ruang pori total adalah volume seluruh pori dalam suatu volume tanah utuh yang dinyatakan dalam persen. Porositas total merupakan indikator awal yang paling mudah untuk mengetahui apakah suatu tanah mempunyai struktur baik atau jelek. Pengukuran porositas total dilakukan pada kedalaman 0 – 25 cm. Data porositas total perlu dilengkapi dengan distribusi ukuran pori yang perhitungannya berdasarkan kurva karakteristik air tanah (Gambar 2) dimana pada kadar air tanah yang sama, tanaman akan lebih besar menyerap air untuk tanaman pada tanah liat (pori-pori kecil) daripada tanah pasir (pori-pori besar) sedangkan pada tegangan yang sama kemampuan menyerap air adalah sama (tanah pasir dan liat) walaupun kadar air liat lebih besar dari kadar air pasir (Yunus, 2004).

Porositas tanah adalah hasil dari kerapatan massa tanah (bulk density) dan kerapatan partikel tanah (particle density) yang ditentukan berdasarkan:

Porositas (%) = (1-Db Dp


(49)

Dimana: Db = kerapatan massa tanah (bulk density) Dp = kerapatan partikel tanah (particle density) (Hausenbuiller, 1982).

Adapun kelas porositas tanah dapat dilihat dari Tabel 2 Tabel 2. Kelas porositas tanah

Porositas (%) Kelas

100 Sangat porous

60-80 Porous

50-60 Baik

40-50 Kurang baik

30-40 Buruk

< 30 Sangat buruk

(Arsyad, 1989). Permeabilitas Tanah

Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk mentransfer air atau udara. Permeabilitas biasanya diukur berdasarkan jumlah air yang mengalir melalui tanah dalam waktu tertentu dan ditetapkan sebagai cm/jam (Hakim, dkk., 1986).

Kelas permeabilitas tanah tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Kelas permebilitas tanah

Kelas Permeabilitas (cm/jam)

Sangat lambat < 0,125

Lambat 0,125-0,50

Agak lambat 0,50-2,00

Sedang 2,00-6,25

Agak cepat 6,25-12,50

Cepat 12,50-25,00

Sangat cepat > 25,00

(Uhland dan O’neal, 1951).

Berdasarkan Hukum Darcy besarnya permeabilitas tanah (k) dengan uji

constant head test yaitu: k = ql

AhL


(50)

17

dimana: k = nilai koefisien permeabilitas (cm/jam) q = debit (cm3/jam)

hL = gradient hidrolik (cm) A = luas penampang (cm2) l = tebal kedalaman tanah (cm) (Craig, 1987).

Pada kondisi jenuh tanah pasir mempunyai hantaran hidroliknya lebih besar dari tanah liat, yaitu 0,001 – 0,01 cm/det untuk tanah pasir dan 10-7 – 10-4 cm/det untuk tanah liat. Hal ini menunjukkan tanah yang mempunyai kandungan liat lebih banyak memiliki permebialitas yang lebih rendah (Hillel, 1971).

pH Tanah

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total asam yang ada di tanah tersebut. Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali, tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti ketersediaan fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur racun, dsb (Mukhlis, 2014).

Kriteria pH tanah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria pH tanah

Kriteria pH H2O

Sangat Masam < 4,5

Masam 4,5-5,5

Agak Masam 5,6-6,5

Netral 6,6-7,5

Agak Alkalis 7,6-8,5

Alkalis > 8,5


(51)

Kadar Air Kapasitas Lapang

Kadar air kapasitas lapang adalah kemampuan tanah menahan air sama dengan potensial gravitasi. Metode gravimetrik adalah metode yang paling sederhana secara konseptual dalam menentukan kadar air tanah. Pada prinsipnya mencakup pengukuran kehilangan air dengan menimbang contoh tanah sebelum dan sesudah dikeringkan pada suhu 105 – 110 oC dalam oven. Hasilnya dinyatakan dalam presentase air dalam tanah, yang dapat diekspresikan dalam presentase terhadap berat kering, berat basah atau terhadap volume. Presentase kadar air yang diekspresikan terhadap berat kering dapat ditentukan berdasarkan persamaan berikut:

Kandungan air tanah (%) = berat basah-berat kering

berat kering x 100% ...(6) Kurva pF (Gambar 2) adalah kurva yang menggambarkan kemampuan tanah memegang air. Dari kurva ini dapat diketahui apakah tanah tersebut lebih cepat meloloskan air atau dapat menahan air dalam waktu yang lebih lama. Semakin curam kurva pF, semakin cepat tanah tersebut meloloskan air, dan semakin landai kurva pF semakin bagus tanah tersebut menahan air. Kurva pF ini dapat dibuat dengan cara memplot data kadar air tanah pada saat kapasitas lapang dan titik layu permanen terhadap masing-masing tegangan matriknya yang dicerminkan oleh nilai minus logaritma dari hisapan matrik (pF) pada kondisi kapasitas lapangan (pF 2, 54) dan titik layu permanen (pF 4,2). Dengan demikian data kadar air tersebut sangat diperlukan untuk menilai kemampuan tanah memegang air (Abdurrachman, dkk., 2006).


(52)

19

Gambar 2. Hubungan tegangan matrik tanah dengan kadar air

Ultisol mempunyai sifat menambat kelengasan yang cukup baik. Laju awal peresapan air bergantung pada kadar kelengasan tanah. Misalnya pada 30 cm lapisan atas tanah Ultisol mengandung 40 % H2O (0,08 bar), laju peresapannya adalah 38 cm/jam. Angka itu menurun menjadi setengahnya apabila kadar kelengasan meningkat menjadi 44 % (0,04 bar), dan turun lagi menjadi 3 cm/jam apabila tanah itu pada dasarnya jenuh dengan 50 % H2O (0,006 bar) (Sanchez, 1992).

Vegetasi Penutup Tanah

Tanaman-tanaman penutup permukaan tanah berperan untuk melindungi permukaan tanah dari daya penghancuran yang disebabkan oleh energi kinetik butir-butir hujan, memperlambat aliran permukaan serta melindungi tanah permukaan dari daya kikis aliran permukaan. Tanaman penutup permukaan besar pula sumbangannya dalam memperkaya bahan-bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah. Tanaman penutup ini dapat pula ditanam secara


(53)

menyeluruh menutupi tanah/lahan yang telah ditentukan (Kartasapoetra, dkk, 1987).

Pemilihan jenis tanaman penutup tanah dan jenis tanaman pioner (perintis) sangat menentukan keberhasilan rehabilitasi lahan. Tanaman penutup tanah yang sering dipergunakan di perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit adalah kacang-kacangan yang menghasilkan hara nitrogen. Hara nitrogen pada tumbuhan kacang-kacangan sebanyak 66 % berasal dari gas N hasil simbiosis dengan bakteri

rhizobium. Fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh tanaman kacang-kacangan sering mengalami hambatan. Fiksasi nitrogen dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pH tanah, kandungan nutrisi yang minimum, suhu yang terlampau ekstrim, kelebihan atau kekurangan kandungan air dalam tanah. Tanaman Pueraria japonica hanya menghasilkan 4,8 ton serasah yang ekuivalen dengan 173 kg (NPKMg) (Aulia, 2011).

Manfaat kacang-kacangan dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit adalah menambah bahan organik sehingga memperbaiki struktur dan agregat tanah, memperbaiki status hara tanah terutama nitrogen, memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan), melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi terutama pada tanah yang curam, mengurangi biaya pengendalian gulma, mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi (Pahan, 2006).

Vegetasi penutup tanah yang tumbuh di perkebunan kelapa sawit selain kacang-kacangan yang sengaja ditanam, juga sering didapati vegetasi lain yang tumbuh liar, seperti rumput, paku-pakuan dan keladi. Jenis rerumputan dapat berfungsi sebagai pelindung permukaan tanah dari daya dispersi dan daya


(54)

21

penghancuran oleh butir-butir hujan, memperlambat aliran permukaan, memperkaya bahan-bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah. Sedangkan perakarannya dapat meningkatkan kadar bahan organik di dalam tanah dan merupakan medium yang sangat baik bagi mikroorganisme. Namun vegetasi lain yang tumbuh, selain kacang-kacangan dapat juga menjadi pesaing tanaman utama karena persaingannya terhadap unsur hara (Gonggo, dkk, 2005).

Rumput sebagai penutup tanah berperan dalam menahan daya tumbuk butir-butir hujan secara langsung kepada permukaan tanah sehingga penghancuran agregat tanah dapat dicegah, selain itu dapat menghambat daya laju aliran air sehingga dapat mengurangi pengikisan dan penghanyutan partikel-partikel tanah. Menurut hasil penelitian, jenis rumput tertentu sangat baik dikembangkan dalam usaha mengawetkan tanah-tanah kritis, karena selain pertumbuhan dan perkembangannya cepat, juga menunjang pembentukan agregat tanah, dan mengikat partikel-partikel tanah dengan kuat. Sistem perakaran rerumputan berhubungan dengan ruang poros dan struktur tanah, karena sistem perakaran dari rumput memegang dan mengikat partikel-partikel tanah, dan membantu memperbaiki struktur tanah (Pasaribu, 2013).

Kandungan Nitrogen (N) dalam Tanah

Sumber utama nitrogen di dalam tanah berasal dari berbagai sumber, seperti: Sumber utama adalah dari: nitrogen bebas di atmosfer, hasil dekomposisi bahan organik, loncatan listrik di udara (petir) dan pupuk buatan dan pupuk organik. Sumber kedua nitrogen di dalam tanah adalah dari hasil dekomposisi bahan organik. Bahan organik mengandung protein (N Organik), selanjutnya dalam dekomposisi bahan organik protein akan dilapuki oleh jasad-jasad renik


(55)

menjadi asam-asam amino, kemudian menjadi amoniak (NH4) dan nitrat (NO3) yang larut dalam tanah. Sumber ketiga nitrogen di dalam tanah berasal dari peristiwa loncatan listrik di atmosfer yang akhirnya turun ke bumi melalui air hujan. Proses demikian senantiasa berlangsung, dan di perkirakan jumlahnya antara 5 kg - 10 kg N/ha/tahun (Damanik, dkk, 2010).

Nitrogen di dalam tanah berada dalam dua bentuk yaitu bentuk N-organik dan N-anorganik. Bentuk organik merupakan yang terbesar yakni berada dalam ikatan-ikatan senyawa organik misalnya bahan-bahan organik yang berasal dari hasil pelapukan tumbuhan dan hewan. Bentuk anorganik terdapat sebagai bentuk amonium, nitrat, N2O, NO dan gas N2 yang hanya dapat digunakan setelah di tambat oleh bakteri rhizobium. Pengikat N dari udara bebas akan sedikit jumlahnya apabila tanaman Legum tumbuh pada tanah-tanah yang banyak mengandung nitrogen (Damanik, dkk, 2010).

Nitrifikasi yaitu proses perubahan amonium menjadi nitrat (NO3-) yang dilakukan oleh bakteri yang sifatnya oksidasi enzimatis. Kecepatan nitrifikasi dipengaruhi oleh faktor-faktor: ketergantungan pada tanahnya, suhu, kelembaban, pupuk, C/N rasio dan kapur aktif (Sutedjo, 2002).

Analisis N total metode Kjeldhal merupakan prosedur analisis yang tertua diantara semua metode analisis. Analisis N total tanah didasari oleh prinsip mengubah N-organik menjadi N-amonium oleh asam sulfat yang dipanaskan sekitar 380° C dan menggunakan Cu-sulfat+Selenium+Na-sulfat sebagai katalisator. Proses ini disebut digestasi dan hasilnya disebut digest; secara keseluruhan disebut Kjedhal Digestasi. Asam digest yang mengandung amonium dibasakan dengan NaOH sehingga ion amonium dikonversi menjadi amoniak.


(56)

23

Lalu didestilasi menjadi amonium hidroksida. NH4OH ditentukan jumlahnya dengan mentitrasi dengan HCl.

Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah nitrogen total pada tanah adalah:

N(%) = mLHCl x NHCl x 14 x 100

Berat Tanah x 1000

= mL HCl x 0,014 ………(6) (Mukhlis, 2014)

Kandungan Fosfor (P) dalam Tanah

Sumber fosfor di dalam tanah terdiri dari bentuk organik dan anorganik. Fosfor organik tanah contohnya antara lain: asam nukleat, fitin dan turunannya, fosfolipid, fosfoprotein, inositol fosfat dan fosfat metabolik. Sumber utama fosfor anorganik berasal dari kerak bumi, dan hasil dari pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfor seperti minerat apatit, kandungannya mencapai 0,12 % P (Damanik, dkk, 2010).

Persediaan fosfor (P) di dalam tanah bersumber dari: pupuk buatan, pupuk alam, dan senyawa alam lainnya baik senyawa organik maupun anorganik dari unsur-unsur P dan K yang sudah ada dalam tanah (Sutedjo, 2002).

Fosfat dalam bentuk anorganik merupakan senyawa satu hingga tiga atom hidrogen dari asam fosfat digantikan oleh kation logam sedangkan dalam bentuk fosfor organik, satu mungkin lebih atom hidrogen dari asam fosfat hilang karena ikatan ester. Sisa dari atom higrogen, sebagian atau seluruhnya digantikan oleh kation logam. Kedua bentuk fosfor ini merupakan sumber fosfor yang penting sebagai zat hara tanaman (Damanik, dkk, 2010).


(57)

Faktor pengendali ketersediaan fosfor meliputi faktor tanah dan faktor tanaman. Pada tubuh tanah yang telah berkembang, ketersediaan P ini dikendalikan oleh faktor-faktor: a) komposisi pelikan tanah, b) pH tanah, c) kandungan liat, d) kandungan bahan organik, e) kelengasan tanah, f) temperatur tanah, g) tata udara tanah (Mas’ud, 1993).

Ada banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengekstrak dan menganalisis fosfor (P) total di dalam tanah. Hanya dua metode yang sampai sekarang umum digunakan yaitu metode Peleburan Natrium Karbonat dan metode Dekstruksi Asam. Metode Peleburan Natrium Karbonat dianggap sebagai metode yang dapat diandalkan namun membutuhkan peralatan yang sangat mahal, seperti cawan platina. Sementara metode Dekstruksi Asam kurang dapat menduga kadar

P total tanah karena tidak dapat mengekstrak P dari mineral apatit (Mukhlis, 2007).

Prinsip penetapan P tersedia tanah metode Bray II yaitu P-tersedia tanah diekstrak oleh NH4F dan HCl, P yang bebas direaksikan dengan molibdat asam akan menjadi berwarna biru dengan adanya asam askorbat. Perkembangan warna biru diukur sebagai kadar P secara spektrometri. Penetapan fosfor tersedia tanah dilakukan dengan menggunakan metode Bray II dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

P (ppm) = Plarutan x 20

2 x faktor pengencer (bila ada) ...(7) Konsentrasi P larutan ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai absorben dari ampel ke kurva standar (Mukhlis, 2014).


(58)

25

Kandungan Kalium (K) dalam Tanah

Unsur kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman. Sumber utama hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Sebagai unsur kalium tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu terdapat sebagai persenyawaan di dalam berbagai batuan, mineral dan larutan garam. Kalium yang terdapat pada mineral dan batuan ini melalui proses pelapukan akan membebaskan kalium ke dalam larutan tanah, dan sebagian besar bentuk ini akan hilang karena tercuci yang pada akhirnya akan terakumulasi di laut (Damanik, dkk, 2010).

Kalium (K) di dalam tanah terdapat dalam bentuk: relatif tidak tersedia, segera tersedia dan lambat tersedia. Hubungan ketiga bentuk tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: feldspar dan mika 90 % sampai 98 % dari K total yang relatif tahan pelapukan, akan tetapi lama kelamaan akan tersedia pula dalam tanah walaupun secara lambat; K segera tersedia hanyalah meliputi 1 % sampai 2 % dari K total dalam tanah pada perbanyakan tanah mineral yang umum; bentuk K lambat tersedia (Sutedjo, 2002).

Kalium dapat bertambah ke dalam tanah melalui berbagai sumber: sisa tanaman, hewan, dan pupuk kandang; pupuk perdagangan dan pelapukan mineral kalium. Pertambahan kalium dari sisa tanaman dan hewan, merupakan sumber yang penting dalam menjaga keseimbangan kadar kalium di dalam tanah. Pertambahan dari mineral yang mengandung kalium tergantung kepada beberapa faktor seperti jumlah mineral dan tingkat pelapukan. Pemberian pupuk K dapat meningkatkan produktivitas tanah sehingga hasil komoditas tanaman juga meningkat (Damanik, 2010).


(59)

Flame photometer adalah alat yang dapat mengukur intensitas radiasi emisi atom yang tereksitasi. Jika suatu analit diaspirasikan ke dalam nyala api maka atom-atomnya, terutama dari golongan I A, akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi (elektron kulit terluar dari atom yang akan terlontarkan). Keadaan tereksitasi ini tidak stabil dan atom akan kembali ke tingkat energi semula atau energi dasar (elektron kulit terluar kembali ke posisi semula); pada saat inilah akan dipancarkan energi emisi. Intensitas radiasi emisi ini sebanding dengan jumlah etom yang tereksitasi. Dalam hal ini konsentrasi unsur sebanding dengan intensitas radiasi emisi.

Rumus yang digunakan untuk menetapkan kalium tukar tanah (Ktukar) adalah: Ktukar ( me

100g ) = Klrt x 20

390 x Faktor Pengencer... (8) Dimana kadar K larutan (Klrt) ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai absorben sampel ke kurva standar dan faktor pengencer (Mukhlis, 2014).

Tercucinya Kadar N, P, K dalam Tanah

Unsur hara N, P dan K termasuk unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan mutlak harus ada. Peranan utama unsur N bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, N berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berfungsi dalam proses fotosintesis. Unsur P bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Unsur K berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohidrat, berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur dan berperan


(60)

27

sebagai sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Wibawa, dkk, 2012).

Dekomposisi bahan organik N-organik akan mengalami mineralisasi sedangkan N mineral mengalami imobolisasi. Sebagian N terangkut panen, sebagian kembali sebagai residu tanaman, hilang ke atmosfir dan kembali lagi, hilang melalui pencucian. Selain itu, penambahan bahan organik yang jarang dilakukan menyebabkan kadar N tanah rendah. Tanah yang mengandung N rendah, harus selalu ditambahkan pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman untuk meningkatkan unsur hara dalam tanah. Selain kadarnya rendah, N dalam tanah mempunyai sifat yang dinamis dan mudah hilang menguap dan tercuci selama proses drainase. Kehilangan unsur P pada saat terangkut panen, merupakan jumlah hara tanaman yang hilang karena diserap tanaman dan dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan. Semakin tinggi produksi maka unsur hara yang diserap tanaman semakin banyak pula sehingga akan mengurangi kandungan unsur hara yang ada dalam tanah. Unsur K dapat juga hilang terangkut panen dan sifatnya yang mudah bergerak sehingga mudah hilang melalui proses pencucian. Kehilangan K pada tanah pertanian intensif cukup besar melalui bentuk pencucian dan erosi (Wibawa, dkk, 2012).

Berat Akar dan Volume Akar

Akar adalah bagian dari tanaman yang mempunyai fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman. Akar berfungsi menyerap air dan unsur hara yang berada didalam tanah. Parameter akar yang dapat diamati secara langsung adalah berat akar, jumlah akar, panjang akar. Sedangkan luas permukaan


(61)

akar dan volume akar biasanya diperoleh dengan cara penafsiran (Sitompul dan Guritno, 1995).

Tanaman monokotil, yang meliputi rumput-rumputan, umumnya memiliki sistem akar serabut yang terdiri dari suatu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar di bawah permukaan tanah. Sistem akar serabut menyebabkan tumbuhan mendapatkan banyak air dan mineral tanah dan menambatkan tumbuhan secara kuat ke dalam tanah. Karena sistem akarnya terkonsentrasi beberapa sentimeter di bagian atas tanah, rumput-rumputan akan menahan lapisan atas tanah tetap berada di tempatnya dan membuat penutup tanah yang sangat bagus untuk mencegah erosi. Akar pada banyak tumbuhan juga memiliki bintil yang disebut nodul atau bintil akar, yang mengandung bakteri simbiotik yang mengubah nitrogen atmosfer (N2) menjadi senyawa yang bernitrogen yang dapat digunakan oleh tumbuhan itu untuk membentuk protein dan molekul-molekul organik lainnya (Campbell, et al., 1999).


(62)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, yang mempunyai peranan penting dalam berbagai segi kehidupan makhluk hidup, khususnya tumbuhan yang sangat berkaitan dengan unsur-unsur di dalam tanah dimana karakteristik unsur-unsur dalam tanah sangat berpengaruh terhadap karakteristik unsur-unsur dalam tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kandungan unsur-unsur esensial dan non esensial yang kurang atau berlebihan dalam jaringan tanaman akan mencerminkan kandungan unsur-unsur dalam tanah. Parameter penggunaan tanah untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan yang berpengaruh yaitu: faktor fisika dan kimia tanah, meliputi: tekstur, kedalaman efektif, permeabilitas, tebal gambut (untuk tanah gambut), batuan permukaan, drainase, lereng, pH, salinitas, kedalaman lapisan, kandungan unsur-unsur dalam tanah dan persentase sodium yang dapat dipertukarkan dengan unsur lain (Suharyono dan Menry, 2005).

Tanah mempunyai sejumlah besar jenis dan tiap jenis tanah memiliki sifat yang berbeda, baik kimia maupun fisikanya. Jenis tanah mempengaruhi berbagai aspek penting bagi pertumbuhan tanaman, seperti seberapa besar kandungan unsur-unsur hara, mudah tidaknya unsur-unsur hara tersebut diserap oleh akar tanaman, besarnya kemampuan menahan air, dan lain-lain. Karena sifat-sifat ini relatif konstan, terbuka peluang bagi petani untuk memanipulasi pengolahan tanah dalam persiapan penanaman agar dapat meningkatkan produksi komoditas tanaman (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan ibu Riswanti Sigalingging, STP, M. Si, Ph. D selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2016


(2)

iv

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... .i

ABSTRACT ...i

RIWAYAT HIDUP ... ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kebun PTP Nusantara II Pagar Merbau ... 5

Tanaman Kelapa Sawit ... 6

Tanah ... 7

Tanah Ultisol ... 8

Tekstur Tanah ... 9

Bahan Organik Tanah ...12

Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density) ...14

Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density) ...14

Porositas Tanah ...15

Permeabilitas Tanah ...16

pH Tanah ...17

Kadar Air Kapasitas Lapang ...17

Vegetasi Penutup Tanah...19

Kandungan Nitrogen (N) Dalam Tanah ...21

Kandungan Fosfor (P) Dalam Tanah ...23

Kandungan Kalium (K) Dalam Tanah ...24

Tercucinya Kadar N, P, K Dalam Tanah ...26

Berat Akar dan Volume Akar ...27

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian...28

Alat dan Bahan Penelitian ...28

Alat Penelitian ...28

Bahan Penelitian ...29

Metode Penelitian ...29

Prosedur Penelitian ...29

Parameter ...31

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Tanah... ...33

Tekstur Tanah ...34

Bahan Organik Tanah, Berat Akar dan Volume Akar ...36


(3)

v

Kadar Air Kapasitas Lapang ...42

Permebialitas ...43

pH Tanah ...44

Kandungan N Total, P Tersedia, dan K Tukar Tanah ...45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... ...48

Saran...49 DAFTAR PUSTAKA


(4)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel. Hal.

1. Bahan organik...14

2. Porositas tanah ...16

3. Permeabilitas ...16

4. pH Tanah ...17

5. Tekstur Tanah ...34

6. Bahan Organik Tanah, Berat Akar dan Volume Akar ...36

7. Kerapatan Massa, Kerapatan Partikel, dan Porositas Tanah ...38

8. Kadar Air Kapasitas Lapang ...42

9. Permebialitas ...43

10. pH Tanah ...45

11. Kandungan Nitrogen (N) Total, Posfat (P) Tersedia, dan Kalium (K) Tukar Tanah ...46


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Flowchart penelitian ...54

6. Hasil analisa sifat fisika tanah...55

7. Hasil analisa sifat kimia tanah ...63

8. Perhitungan kadar air kapasitas lapang ...64


(6)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar. Hal. 1. Diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA ...11 2. Hubungan tegangan matrik tanah dengan kadar air ...19


Dokumen yang terkait

Kajian Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Lahan Kelapa Sawit Dengan Beberapa Jenis Vegetasi Yang Tumbuh Di Kebun PTP. Nusantara III Tanah Raja

12 57 76

Kajian Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Lahan Kelapa Sawit Dengan Beberapa Jenis Vegetasi Yang Tumbuh Di Kebun PTP. Nusantara III Tanah Raja

0 7 76

Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau

0 0 10

Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau

0 0 1

Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau

0 0 4

Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau

0 0 24

Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau

0 0 4

Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau

0 0 13

Cover Kajian Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Lahan Kelapa Sawit Dengan Beberapa Jenis Vegetasi Yang Tumbuh Di Kebun PTP. Nusantara III Tanah Raja

0 0 10

Chapter II Kajian Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Lahan Kelapa Sawit Dengan Beberapa Jenis Vegetasi Yang Tumbuh Di Kebun PTP. Nusantara III Tanah Raja

0 0 23