ANALISIS AKUNTABILITAS LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) OLEH PEMERINTAH DESA (Studi pada Desa Bogorejo Kecamatan Gedongtatan Kabupaten Pesawaran)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS AKUNTABILITAS LAPORAN

PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA DESA (APBDESA) OLEH PEMERINTAH

DESA

(Studi pada Desa Bogorejo Kecamatan Gedongtatan Kabupaten Pesawaran)

Oleh

Anita Sari Setiawan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui APBDESA yang dibahas dan disetujui oleh pemerintah desa dan BPD pada awal tahun anggaran sebagai rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa Bogorejo untuk selanjutnya setelah satu tahun anggaran tersebut berakhir maka harus dilaksanakan pertanggungjawaban keterangan seluruh proses pelaksanaan Peraturan-peraturan Desa termasuk APBDESA. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data terdiri dari data primer yaitu berupa wawancara mendalam dan data sekunder berupa buku-buku, makalah-makalah Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 dan Peraturan-peraturan Desa yang terkait.


(2)

Hasil penelitian diperoleh bahwa pada dasarnya kendala pokok dalam penyusunan Anggaran Desa Bogorejo maupun dalam pengelolaannya yaitu kemampuan aparat pemerintahan desa yang masih kurang dan masih sangat terbatas. Selain di atas, faktor kemampuan Pemerintah Desa dalam menggali potensi yang dimiliki perlu ditingkatkan. Hal ini dalam kaitannya untuk mencapai tujuan pembangunan Desa Bogorejo secara efisien dan efektif yang memerlukan dukungan-dukungan potensi yang dimiliki oleh Desa Bogorejo. Agar penggunaannya dapat berjalan secara terarah dan terencana serta sumber penghasilan Desa Bogorejo benar-benar bisa merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam mencapai tujuan pembangunan desa.


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF ACCOUNTABILITY ACCOUNTABILITY

CONSOLIDATED BUDGET REVENUES AND

EXPENDITURES VILLAGE (APBDESA) VILLAGE BY THE

GOVERNMENT

(Studies in the Village District Bogorejo Gedongtatan Pesawaran District)

By

Anita Sari Setiawan

The purpose of this study to determine APBDESA discussed and approved by the village government and the BPD at the beginning of the fiscal year as the annual financial plan for the next Bogorejo Village Government after one year ending the budget should be implemented throughout the implementation process of accountability information regulations including APBDESA Village.

This type of research used in this study was a descriptive qualitative approach. The data sources consisted of primary data that is in the form of in-depth interviews and secondary data from books, the papers of the Regional Government Law No. 32 year 2004, Government Regulation No. 72 year 2005 and the Regulations relating Village.

Results showed that basically the main constraint in the preparation of the Village Budget Bogorejo and its management is the ability of village government officials


(4)

are still lacking and is still very limited. Besides above, the capability of village government in exploring the potentials need to be improved.

This is in relation to village development goals in an efficient and effective Bogorejo who need support-support potential of the Village Bogorejo. So that its use can be carried out and planned and directed the Village Bogorejo source of income could actually is one of the factors that determine the development goals in the village.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi Daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, pada hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip, demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip Otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sedangkan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sebagai konsekuensi dari perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Desa yang diganti dengan Undang-Undang Nomor 22


(6)

2

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, desa dituntut untuk mandiri dalam mengatur dan mengurus masyarakatnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Adapun yang dimaksud kemandirian Desa dalam era Otonomi Daerah ini yaitu desa yang mampu menumbuhkan prakarsa dan kreativitas masyarakat serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia. Pembangunan desa dalam era Otonomi Daerah saat ini merupakan suatu jawaban yang mengarahkan pembangunan desa untuk mengadakan penyesuaian akibat perubahan yang cepat yang ditandai dengan perkembangan tekhnologi yang cepat dan mempengaruhi kehidupan manusia.

Desa dalam era Otonomi Daerah yang tidak lepas dari pengaruh globalisasi atau dunia luar, atau dapat diartikan bahwa keberadaan desa saat ini adalah adanya pola saling ketergantungan yang sangat luas yang telah menjadi suatu kenyataan bagi desa dimanapun desa itu berada. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 200 ayat I menyatakan bahwa dalam Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dibentuk Pemerintahan Desa yang terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Sebagaimana diketahui pengertian desa adalah desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di


(7)

3

Kabupaten/Kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat (UU No.32 Tahun 2004).

Berdasarkan kewenangan tersebut pemerintah desa berhak memberdayakan desanya untuk mensukseskan otonomi daerah melalui menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram dan berkeadilan. Desa sebagimana diketahui adalah wilayah terkecil dari pemerintahan, di mana dalam mengemban jalannya roda pemerintahan, desa dikepalai oleh seorang Kepala Desa yang pada umumnya diangkat dan dipilih berdasarkan pemilihan Kepala Desa untuk menentukan seorang Kepala Desa yang akan membawa perkembangan desa pada suatu perkembangan yang di dukung oleh masyarakat dan kelembagaan desa.

Berdasarkan hasil pemilihan desa yang melahirkan kepemimpinan desa, maka selanjutnya Kepala Desa dengan segala tugas-tugasnya dibantu oleh seorang Skretaris Desa dan beberapa Kepala Urusan yang akan membantu Kepala Desa dalam menjalankan roda pemerintahan. Dalam menjalankan roda pemerintahannya, desa sudah tentu mempunyai program kerja desa baik dalam bentuk fisik maupun nonfisik yang semuanya di gali dan dikaji berdasarkan potensi desa, baik yang berhubungan dengan daya dukung maupun yang berhubungan dengan tingkat kelemahan yang ada serta kemungkinan kesempatan pengembangan desa.


(8)

4

Untuk membangun tata Pemerintahan Desa yang lebih demokratis dan menciptakan jalannya roda pembangunan desa yang baik dalam bentuk fisik maupun non fisik. Selain mengharapkan dukungan dari masyarakat, juga sangat memerlukan dukungan dari suatu kelembagaan desa. Mengenai hal ini adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berperan membangun mekanisme

cheks and balances serta sebagai ruang partisipasi masyarakat yang lebih luas

dalam kebijakan tentang desa.

Menurut Ari Dwipayana (2003:80), secara normatif Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dikonsepkan sebagai lembaga perwakilan masyarakat desa yang memiliki fungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Idealnya kehadiran Badan Permusyawaratan Desa akan membawa perubahan dalam dinamika sosial dan politik desa yang selama ini bergerak secara sentralistis tanpa ada mekanisme check and balances

serta adanya pemandulan partisipasi masyarakat.

Setiap tahun desa melaksanakan penyusunan APBDESA yang selanjutnya disebut dengan siklus APBDESA. Di mulai dari perencanaan, pembahasan, pengesahan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBDESA. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDESA) merupakan rencana operasional tahunan dari program umum pemerintah yang perlu ditetapkan dalam bentuk peraturan desa. Dimana di dalam APBDESA terdapat sumber-sumber pendapatan asli desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan BPD sebelum ditetapkan dengan Peraturan Desa (Perdes). Pendapatan asli desa terdiri dari hasil usaha desa, hasil


(9)

5

kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 37 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDESA adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawartan desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa.

Asas Pengelolaan Keuangan Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 37 tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa Bab III adalah sebagai berikut:

1. Keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertip dan disiplin anggaran;

2. Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, dikelola dalam masa 1 ( satu ) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 desember.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 5 tahun 2006 tentang tugas dan fungsi Kepala Desa, disebutkan bahwa Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelengggaraan pemerintahan desa kepada Bupati melalui Camat, memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Permusyawaratan Desa serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.


(10)

6

Menurut HAW. Widjaja (2005:155), pelaporan merupakan satu fase penting dalam siklus manajemen. Selain dapat dijadikan alat evaluasi dari hasil kinerja seseorang atau pemimpin lembaga atau organisasi terhadap pihak-pihak yang memberi mandat, juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi diri guna perbaikan dalam kinerja pada periode berikutnya. Dalam manajemen penerintahan desa, pelaporan juga mempunyai fungsi seperti dalam manajemen secara umum yaitu sebagai media akuntabilitas atau pertanggungjawaban selama mengemban tugas atau mandat untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Dengan pelaporan akan mendorong seseorang atau pemimpin lembaga atau organisasi untuk melaksanakan mandat dengan sebaik-baiknya, memadai, tertib dan teratur.

Terkait dengan pertanggungjawaban, pemerintah desa dalam hal ini Pemerintah Desa Bogorejo harus benar-benar bisa memahami setiap tugas dan kewajibannya sehingga pelaksanaan dari hal tersebut semua merupakan representasi dari aspirasi masyarakat. Disini pemerintah desa dan perangkatnya serta badan legislatif desa yaitu badan permusyawaratan desa diharapkan mampu berkoordinasi dengan baik antara satu sama lainnya dan melaksanakan tugas dan kewajibannya secara baik dan benar pula, khususnya mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan APBDESA.

Desa Bogorejo yang merupakan salah satu desa yang yang maju dalam tugas pelayanan keadministrasian desa di Kabupaten Pesawaran serta perangkat desanya yg diisi oleh orang-orang yg secara pendidikan baik. Namun demikian Aparatur pemerintah desanya tetap dituntut bekerja secara profesional dalam artian mampu


(11)

7

melayani masyarakat dengan baik serta menampung dan melaksanakan aspirasi masyarakat.

Begitu pula dengan pelaksanaan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDESA), dari Pemerintah Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa. Kepala Desa Bogorejo beserta perangkatnya dan BPD sebagai lembaga legislatif desa harus mampu mengimplementasikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDESA yang dilaksanakan setiap akhir tahun anggaran.

APBDESA yang dibahas dan disetujui oleh pemerintah desa dan BPD pada awal tahun anggaran sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah desa untuk selanjutnya setelah satu tahun anggaran tersebut berakhir maka harus dilaksanakan pertanggungjawaban keterangan seluruh proses pelaksanaan peraturan-peraturan desa termasuk APBDESA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDESA ) Bogorejo oleh Pemerintah Desa.

C. Tujuaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDESA ) Bogorejo Kecamatan Gedongtatan Kabupaten Pesawaran oleh Pemerintah Desa.


(12)

8

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan wacana pemikiran bagi studi ilmu pemerintahan khususnya Implementasi dan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDESA Pemerintah Desa.

2. Secara Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran dan masukan-masukan bagi Pemerintah Desa Bogorejo, khususnya Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDESA.


(13)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemerintah Desa Bogorejo dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta kemasyarakatan di desa Bogorejo agar dalam pelaksanaannya belum berjalan sebagaimana diharapkan, dalam hal merencanakan pembangunan sumber-sumber pendapatan Desa Bogorejo yang diarahkan belum sepenuhnya untuk membiayai kegiatan rutin pemerintah dan pembangunan desa yang erat kaitannya dengan penyusunan Rencana Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa (APPKD).

Kewajiban Kepala Desa untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Keuangan Desa (APPKD) setiap tahunnya sebagian program kerja desa APPKD pada dasarnya yang diwujudkan adalah merupakan program kerja pemerintah desa yang diwujudkan dalam bentuk angka ini belum terlaksana karna hanya sebagai formalitas saja.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kendala pokok dalam penyusunan APBDESA Bogorejo maupun dalam pengelolaannya belum akuntabel, ini disebabkan karna kemampuan aparat pemerintahan desa yang masih kurang dan masih sangat terbatas. Selain di atas, faktor kemampuan pemerintah desa Bogorejo dalam menggali potensi yang dimiliki. Hal ini dalam kaitannya untuk mencapai


(14)

72

72 tujuan pembangunan desa Bogorejo secara efisien dan efektif yang memerlukan dukungan-dukungan potensi yang dimiliki oleh desa Bogorejo sendiri. Agar penggunaannya dapat berjalan secara terarah dan terencana serta sumber penghasilan desa benar-benar bias merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam mencapai tujuan pembangunan desa Bogorejo.

B. Saran

Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Bogorejo sebaiknya didekati secara bertahap.

1. Pertanggungjawaban terkait Laporan Pertanggungjawaban APBDESA sebaiknya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2. Pertanggungjawaban pelaksanaan urusan dalam rangka penyusunan APBDESA, sebaiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan informasi laporan pelaksanaan tugas pembantuan perlu di sampaikan pula kepada BPD.

3. Hubungan kerja antara kepala desa dengan BPD sebaiknya bersifat koordinasi dan koorperatif sebagai mitra kerja yang baik.

4. Pengawasan BPD terkait jalannya pemerintahan Desa Bogorejo lebih sebagai pengawasan dan pembinaan.


(1)

kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 37 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDESA adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawartan desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa.

Asas Pengelolaan Keuangan Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 37 tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa Bab III adalah sebagai berikut:

1. Keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertip dan disiplin anggaran;

2. Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, dikelola dalam masa 1 ( satu ) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 desember.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 5 tahun 2006 tentang tugas dan fungsi Kepala Desa, disebutkan bahwa Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelengggaraan pemerintahan desa kepada Bupati melalui Camat, memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Permusyawaratan Desa serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.


(2)

6

Menurut HAW. Widjaja (2005:155), pelaporan merupakan satu fase penting dalam siklus manajemen. Selain dapat dijadikan alat evaluasi dari hasil kinerja seseorang atau pemimpin lembaga atau organisasi terhadap pihak-pihak yang memberi mandat, juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi diri guna perbaikan dalam kinerja pada periode berikutnya. Dalam manajemen penerintahan desa, pelaporan juga mempunyai fungsi seperti dalam manajemen secara umum yaitu sebagai media akuntabilitas atau pertanggungjawaban selama mengemban tugas atau mandat untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Dengan pelaporan akan mendorong seseorang atau pemimpin lembaga atau organisasi untuk melaksanakan mandat dengan sebaik-baiknya, memadai, tertib dan teratur.

Terkait dengan pertanggungjawaban, pemerintah desa dalam hal ini Pemerintah Desa Bogorejo harus benar-benar bisa memahami setiap tugas dan kewajibannya sehingga pelaksanaan dari hal tersebut semua merupakan representasi dari aspirasi masyarakat. Disini pemerintah desa dan perangkatnya serta badan legislatif desa yaitu badan permusyawaratan desa diharapkan mampu berkoordinasi dengan baik antara satu sama lainnya dan melaksanakan tugas dan kewajibannya secara baik dan benar pula, khususnya mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan APBDESA.

Desa Bogorejo yang merupakan salah satu desa yang yang maju dalam tugas pelayanan keadministrasian desa di Kabupaten Pesawaran serta perangkat desanya yg diisi oleh orang-orang yg secara pendidikan baik. Namun demikian Aparatur pemerintah desanya tetap dituntut bekerja secara profesional dalam artian mampu


(3)

melayani masyarakat dengan baik serta menampung dan melaksanakan aspirasi masyarakat.

Begitu pula dengan pelaksanaan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDESA), dari Pemerintah Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa. Kepala Desa Bogorejo beserta perangkatnya dan BPD sebagai lembaga legislatif desa harus mampu mengimplementasikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDESA yang dilaksanakan setiap akhir tahun anggaran.

APBDESA yang dibahas dan disetujui oleh pemerintah desa dan BPD pada awal tahun anggaran sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah desa untuk selanjutnya setelah satu tahun anggaran tersebut berakhir maka harus dilaksanakan pertanggungjawaban keterangan seluruh proses pelaksanaan peraturan-peraturan desa termasuk APBDESA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDESA ) Bogorejo oleh Pemerintah Desa.

C. Tujuaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDESA ) Bogorejo Kecamatan Gedongtatan Kabupaten Pesawaran oleh Pemerintah Desa.


(4)

8

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan wacana pemikiran bagi studi ilmu pemerintahan khususnya Implementasi dan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDESA Pemerintah Desa.

2. Secara Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran dan masukan-masukan bagi Pemerintah Desa Bogorejo, khususnya Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDESA.


(5)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemerintah Desa Bogorejo dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta kemasyarakatan di desa Bogorejo agar dalam pelaksanaannya belum berjalan sebagaimana diharapkan, dalam hal merencanakan pembangunan sumber-sumber pendapatan Desa Bogorejo yang diarahkan belum sepenuhnya untuk membiayai kegiatan rutin pemerintah dan pembangunan desa yang erat kaitannya dengan penyusunan Rencana Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa (APPKD).

Kewajiban Kepala Desa untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Keuangan Desa (APPKD) setiap tahunnya sebagian program kerja desa APPKD pada dasarnya yang diwujudkan adalah merupakan program kerja pemerintah desa yang diwujudkan dalam bentuk angka ini belum terlaksana karna hanya sebagai formalitas saja.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kendala pokok dalam penyusunan APBDESA Bogorejo maupun dalam pengelolaannya belum akuntabel, ini disebabkan karna kemampuan aparat pemerintahan desa yang masih kurang dan masih sangat terbatas. Selain di atas, faktor kemampuan pemerintah desa Bogorejo dalam menggali potensi yang dimiliki. Hal ini dalam kaitannya untuk mencapai


(6)

72

72 tujuan pembangunan desa Bogorejo secara efisien dan efektif yang memerlukan dukungan-dukungan potensi yang dimiliki oleh desa Bogorejo sendiri. Agar penggunaannya dapat berjalan secara terarah dan terencana serta sumber penghasilan desa benar-benar bias merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam mencapai tujuan pembangunan desa Bogorejo.

B. Saran

Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Bogorejo sebaiknya didekati secara bertahap.

1. Pertanggungjawaban terkait Laporan Pertanggungjawaban APBDESA sebaiknya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2. Pertanggungjawaban pelaksanaan urusan dalam rangka penyusunan APBDESA, sebaiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan informasi laporan pelaksanaan tugas pembantuan perlu di sampaikan pula kepada BPD.

3. Hubungan kerja antara kepala desa dengan BPD sebaiknya bersifat koordinasi dan koorperatif sebagai mitra kerja yang baik.

4. Pengawasan BPD terkait jalannya pemerintahan Desa Bogorejo lebih sebagai pengawasan dan pembinaan.