PERANAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Setri Hiyanti Siregar dan Marhaini: Strategi Pengembangan Industri…

PERANAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Edita D.B. Siburian*, Erlina**, Rujiman**
*Alumnus S2 PWD SPs USU **Dosen SPs USU

Abstract: The objective of the research was to describe the role of APBDesa (village budget) in rural development in Serdang Bedagai District.The research used qualitative method by conducting validity and reliability test in order to determine the quality of questionnaires. Some indications in the research were the planning for APBDesa, the fulfillment of basic needs, the strengthening of institutions, the improvement of infrastructure, and rural development. The research was conducted at Firdaus village, Sei Rampah Subdistrict, Serdang Bedagai District. The sample consisted of 96 respondent.The result of the research showed that APBDesa played an important role in rural development at Firdaus village, Sei Rampah Subdistrict, Serdang Bedagari District. The planning for APBDesa, the fulfillment of basic needs, the improvement of infrastructure, and rural development had been implemented effectively by the existence of APBDesa. However, the role of the non government organizations was not optimal since the lack of fund allocation for performing their activity.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran APBDesa (anggaran desa) dalam pembangunan pedesaan di Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas untuk menentukan kualitas kuesioner. Beberapa indikasi dalam penelitian ini adalah perencanaan untuk APBDesa, pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan institusi, peningkatan infrastruktur, dan pembangunan pedesaan. Penelitian ini dilakukan di Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, Serdang Bedagari District. Sampel terdiri dari 96 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa APBDesa memainkan peran penting dalam pembangunan pedesaan di Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, Serdang Bedagari District. Perencanaan untuk APBDesa, pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan infrastruktur, dan pembangunan pedesaan telah dilaksanakan secara efektif dengan adanya APBDesa. Namun, peran organisasi-organisasi non pemerintah tidak maksimal karena kurangnya alokasi dana untuk melakukan aktivitas mereka.

Kata kunci: Perencanaan APBDesa, infrastruktur, pembangunan desa

PENDAHULUAN

Desa sebagai kesatuan wilayah

otonom

dengan


pemberlakuan

desentralisasi tidak terlepas dari

perwujudan demokratisasi. Upaya

implementasi desentralisasi desa haruslah

dilakukan secara sistematis dan

penyelenggaraan pemerintahan desa perlu

difasilitasi dengan pendekatan partisipatif

sehingga berbagai gagasan dan ide dari

masyarakat dapat diakomodir dalam konsep

dan model desentralisasi desa. Dalam


sistem pemerintahan yang ada saat ini, desa

mempunyai peran yang strategis dalam

membantu pemerintah daerah dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sebagai langkah nyata pemerintah daerah dalam mendukung otonomi daerah diwilayahnya.
Pada setiap desa ditetapkan deliniasi desa, yaitu wilayah yang dijadikan pemukiman dan wilayah budidaya. Pembagian didasarkan atas jumlah penduduk, luas wilayah, fasilitas yang tersedia dan kemudahan untuk mencapai desa tersebut. Kebijakan yang diterapkan untuk desa dalam rangka meningkatkan

92

Edita D.B. Siburian, Erlina, Rujiman: Peranan Anggaran Pendapatan…

status desa dengan bantuan yang

seminimum mungkin dari pemerintah

daerah yang berarti sedapat mungkin

meningkatkan partisipasi masyarakat.

Disamping pemerintahan desa dengan


otonomi yang dimiliki mempunyai peranan

yang sangat strategis dan berpeluang dalam

pengembangan desa sesuai dengan potensi

yang dimiliki, namun sampai saat ini hanya

sebagian kecil desa yang ada di Sumatera

Utara yang mampu mengembangkan

potensinya dan jumlah dana yang diperoleh

karena pengembangan potensi desa sangat

kecil dan belum memberikan jumlah yang

signifikan.


Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah

didalamnya menetapkan kebijakan tentang

desa dimana penyelenggaraan

Pemerintahan Desa merupakan subsistem

dari sistem penyelenggaraan pemerintahan

baik pusat maupun daerah, maka

perwujudan

desentralisasi

diimplementasikan di desa dengan adanya


otonomi asli desa. Pemerintah desa

memberikan pelayanan, peningkatan

partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa.

Demikian juga halnya dalam

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Pemerintah Daerah merupakan keseluruhan

belanja daerah diprioritaskan untuk


melindungi dan meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat dalam rangka

memenuhi kewajiban daerah. Salah satu

aspek implementasi otonomi daerah adalah

pengelolaan keuangan daerah yang diatur

lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah dan secara teknis diatur

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah dimana

dalam pengelolaan keuangan daerah

termasuk didalamnya dana untuk

pemerintah desa.

Desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah,

berwenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat

setempatberdasarkan asal usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati


dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia.

Implementasi otonomi desa akan menjadi

kekuatan bagipemerintah desa untuk

mengurus,

mengatur

dan

menyelenggarakan rumahtangganya sendiri,


dimana

penyelenggaraan

urusan

pemerintahan desa yang menjadi

kewenangan desa.

Penyelenggaraan

tugas-tugas

pemerintahan desa dalam rangka

memberikan pelayanan kepada masyarakat,

pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan


pembangunan desa memerlukan dukungan

dana yang memadai agar tugas-tugas

pemerintahan desa dapat dilaksanakan

secara efektif. Tanpa memiliki dukungan

dana yang memadai, pemerintah desa tidak

akan mampu membayai program-program

pembangunan desa sesuai esensi masalah

dan prioritas kebutuhan masyarakat desa,

karena pengelolaan program-program

pembangunan desa tidak hanya


mengandalkan partisipasi masyarakat,

namun juga membutuhkan sumber daya

lainnya yang tidak tersedia di desa yang

harus dibiayai dari anggaran pemerintahan

desa.

Tingkat-tingkat

perencanaan

wilayah di Indonesia pada umumnya

mengikuti tingkat-tingkat pemerintahan

yang ada, yaitu tingkat pemerintahan yang

memiliki sumber pendapatan sendiri dan

penggunaannya dapat mereka atur sehingga

mereka harus membuat anggaran

pendapatan dan belanja. Tingkat

pemerintahan di Indonesia yang memiliki

anggaran adalah pemerintah pusat,

pemerintah

provinsi,

pemerintah

kabupaten/kota dan pemerintahan desa,

namun pemerintah desa mempunyai jumlah

anggaran yang sangat kecil.

Mengingat rendahnya tingkat

kemampuan keuangan desa dan

pemerintahan desa merupakan subsistem

penyelenggaraan pemerintahan secara

nasional, maka ditetapkan desa memperoleh

bantuan keuangan dari pemerintah pusat,

provinsi dan kabupaten/kota serta bagian

dari dana perimbangan antara pusat dan

daerah yang diterima oleh kabupaten/kota.

Kebijakan ini dimaksudkan untuk

mendukung kemampuan pemerintahan desa

dalam membiayai penyelenggaraan tugas-

tugas pemerintahan desa.

93

Jurnal Ekonom, Vol 17, No 2, April 2014

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa bahwa keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa barang/jasa yang dapat dijadikan barang milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban desa menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan merupakan rencana tahunan pemerintah desa yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan tugas pemerintahan desa baik untuk belanja operasional pemerintah desa maupun dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa, maka berdasarkan uraian di atas perlu untuk diteliti Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Kabupaten Serdang Bedagai, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan APBDesa terhadap pengembangan wilayah perdesaan di Kabupaten Serdang Bedagai?

METODE

Penelitian dilakukan di Desa Firdaus

Kecamatan Sei Rampah Kabupaten

Serdang Bedagai. Alasan pemilihan Desa

Firdaus sebagai lokasi penelitian karena

merupakan desaberprestasi dan menjadi

desa terbaik tingkat Serdang Bedagai tahun

2010 sertatelah menerapkan APBDesa serta

menyelenggarakan pemerintahan desa

sebagaimana diamanatkan Peraturan

Pemerintah tentang Desa dandesa

mempunyai beberapa sumber pendapatan

yang akan digunakan desa.Dalam

pengumpulan data penelitian ini, digunakan

cara studi kepustakaan, penelitian terhadap

dokumen-dokumen, observasi dan

melakukan wawancara dengan pemerintah

desa Firdaus, Badan Permusyawaratan

Desa, Lembaga Kemasyarakatan serta

masyarakat desa yang relevan yaitu

masyarakat yang mengetahui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa.

Populasi penelitian adalah

pemerintah desa dan masyarakat desa

Firdaus sebanyak 11.579 jiwa atau 2.735

Kepala Keluarga.Pengambilan sampel

dengan

menggunakan

Rumus

FrankLynksehingga jumlah sampel

94

sebanyak 96 orang.Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis komponensial yang merupakan tehnik analisis data kualitatif melalui analisis terhadap unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan kontras satu sama lain dalam domain yang telah ditentukan untuk dianalisis secara lebih terperinci.

HASIL Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai
Kabupaten Serdang Bedagai terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai dan resmi menjalankan roda Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai pada Januari 2004.Kabupaten Serdang Bedagai, terdiri atas17 Kecamatan, 237 Desa, 6 Kelurahan, 1.222 Dusun dan 37 Lingkungan.
Desa Firdaus merupakan salah desa di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.Luas wilayah Desa Firdaus sebesar578.065 m2yang dibagi dalam 15 dusun.Jumlah penduduk sebanyak 11.579 Jiwa dengan komposisi laki-laki 6.278 jiwa dan perempuan sebanyak 5.301 jiwa dengan Kepala Keluarga sebanyak 2.735.Mata Pencaharian penduduk adalah pertanian (perladangan dan peternakan), jasa perdagangan dan industri kecil.

Gambaran Umum Kebijakan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

Firdaus

APBDesa Firdaus tertuang dalam

Peraturan Desa tentang Anggaran

pendapatan dan Belanja Desa Firdaus

dimana APBDesa memperoleh pendapatan

dari Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah,

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

atau Alokasi Dana Desa (ADD) dan

Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten

yang penggunaannya antara lain untuk

operasional pemerintahan desa yaitu

kegiatan operasional pemerintah desa dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

sedangkan pemberdayaan masyarakat untuk

kegiatankelembagaan

masyarakat,

pengadaan infrastruktur perdesaan, sarana

kantor desa, kesehatan masyarakat,

pendidikan/peningkatan kapasitas aparatur

Edita D.B. Siburian, Erlina, Rujiman: Peranan Anggaran Pendapatan…

desa dan masyarakat, musyawarah

pembangunan desa, keagamaan, pemuda,

sosial, dan penyertaan modal

desa.Pengalokasian APBdesa yang

bersumber dari Alokasi Dana Desa, Bagi

Hasil Pajak dan dan Retribusi Daerah

digunakan 30% untuk operasional

pemerintah desa dan 70% untuk

pemberdayaan masyarakat. Sesuai pedoman

pengelolaan keuangan desa di Kabupaten

Serdang Bedagai bahwa Sekretaris Desa

merupakan Ketua Tim pelaksana tingkat

desa untuk bidang pemerintahan desa

sedangkan bidang pemberdayaan

masyarakat ketua tim pelaksana adalah

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

sesuai dengan fungsinya sebagai wadah

partisipasi dan mitra pemerintah desa dalam

pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat.

Variabel pada penelitian ini adalah

Perencanaan APBDesa, Pemenuhan

Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan,

Peningkatan

Infrastruktur

PerdesaandanPengembangan

Wilayah

Perdesaan. Hasil setiap kelompok

pertanyaan dapat disajikan deskriptif data

sebagai berikut :Indikator Perencanaan

APBDesa terdiri atas 4 (empat) butir

pertanyaan dimana jawaban maksimum

yang ingin dicapai adalah bernilai 20. Nilai

rata-rata jawaban mencapai 19.30 dengan deviasi standar dari rata-rata sebesar 1.06 sedangkan untuk indikator Kebutuhan Masyarakat ada 4 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 20. Nilai rata-rata jawaban mencapai 18.08 dengan deviasi standar dari rata-rata sebesar 2.19.Untuk indikator Penguatan Kelembagaan terdapat 5 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 25.Nilai rata-rata jawaban mencapai 17.11 dengan deviasi standar dari rata-rata sebesar 3.18.Dan untuk IndikatorPeningkatan Infrastrukturada 7 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 35.Nilai rata-rata jawaban mencapai 28.51 dengan deviasi standar dari rata-rata sebesar 3.09.Sedangkan untuk IndikatorPengembangan Wilayah perdesaan terdapat6 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 35.Nilai rata-rata jawaban mencapai 24.5 dengan deviasi standar dari rata-rata sebesar 3.99.
Analisis Hasil Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan hasil tanggapan 96
responden terhadap pelaksanaan APBDesa Firdaus dapat dideskripsikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1 : Hasil Tanggapan Responden

No.

Uraian

STS %

I. Perencanaan APBDesa

Masyarakat mengetahui APBDesa

1. setiap tahun yang dianggarkan oleh

Pemerintah Desa

Masyarakat berpartisipasi dalam

2. musyawarah desa untuk perencanaan

penyusunan APBdesa

3.

Penyusunan APBDesa telah dengan yang direncanakan

sesuai

Masyarakat mengetahui APBDesa

4. telah dibahas Kepala Desa bersama

BPD

II. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pelaksanaan APBdesa telah efektif

1. dengan pelayanan yang diberikan

Pemerintah Desa

Pelaksanaan kegiatan telah

2.

dilaksanakan dengan efisien dimana biaya operasional Pemerintah Desa

telah memadai

3.

Mutu pelayanan semakin meningkat dengan adanya peningkatan Sumber

TS %
1.0

N S SS Kesimpulan

%%%

(S+SS)%

9.4 90.6

100

10.4 89.6 16.7 83.3 33.3 66.7

100 100 100

2.1 11.4 86.5

97.9

4.2 17.7 77.1 2.1 57.3 40.6

94.8 97.9

95

Jurnal Ekonom, Vol 17, No 2, April 2014

Pendapatan Desa

Alokasi belanja yang digunakan

4. untuk operasional BPD telah

memadai

III. Penguatan Kelembagaan

1.

Alokasi belanja untuk Kemasyarakatan memadai

Lembaga

Alokasi belanja untuk Lembaga

2. Pemberdayaan Masyarakat telah

memadai

3.

Alokasi belanja telah memadai

untuk

biaya

PKK

4.

Alokasi belanja untuk Posyandu telah memadai

biaya

5.

Alokasi belanja telah memadai

untuk

biaya

PAUD

IV. Peningkatan Infrastruktur Perdesaan

Belanja untuk peningkatan

1. sarana/prasarana kantor desa telah

efektif

Belanja untuk peningkatan

2. sarana/prasarana Pertemuan/Balai

Desa telah efektif

3.

Belanja untuk peningkatan prasarana jalan telah efektif

4.

Belanja untuk peningkatan prasarana pemukiman telah efektif

5. Belanja untuk peningkatan

prasarana irigasi telah efektif

6.

Belanja untuk peningkatan prasarana air bersih telah efektif

7.

Belanja untuk pengembangan lembaga ekonomi masyarakat

V. Pengembangan Wilayah Perdesaan

APBDesa

memberikan

1. pengembangan kualitas hidup

masyarakat

APBDesa telah memberikan

2. peningkatan

kesejahteraan

masyarakat desa

APBDesa telah memberikan

3. peningkatan ekonomi masyarakat

desa

APBDesa telah memberikan

4. perbaikan terhadap lingkungan

pemukiman penduduk

APBDesa telah dimanfaatkan

5. untuk pengembangan wilayah

perdesaan

APBDesa telah memberikan

6. peningkatan Sumber Daya

Manusia di desa

Sumber : Data Primer Olahan

Perencanaan APBDesa

Sistem perencanaan pembangunan

desa adalah satu kesatuan tata cara

perencanaan pembangunan untuk

menghasilkan

rencana-rencana

8.3 52.1 39.6

91.7

5.2 64.6 21.9 8.3 4.2 80.2 11.4 4.2 1.0 61.5 13.5 24.0 1.0 64.4 10.4 24.0 4.2 55.2 32.3 8.3

29.7 15.7 37.5 34.4 40.6

7.3 39.6 53.1
1.0 7.3 37.5 54.2 11.5 39.5 49.0
6.3 32.3 26.0 35.4 8.3 26.0 54.2 11.5 2.1 33.3 61.5 3.1 1.0 10.4 77.1 11.5

92.7
91.3 88.5 61.4 65.7 64.6 88.6

4.2 10.4 52.1 33.3 3.1 12.5 54.2 30.2 5.2 13.5 49.0 32.3
32.3 40.6 27.1 26.0 40.6 33.4 3.1 10.4 51.1 35.4

85.4 84.4 81.3 67.7 74.0 86.5

pembangunan desa dalam jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur pemerintahan desa dan masyarakat desa yang tertuang dalam Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

96

Edita D.B. Siburian, Erlina, Rujiman: Peranan Anggaran Pendapatan…

Desa (RPJMdesa) untuk lima tahunan dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa)untuk rencana tahunan desa yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa bahwa perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten yang disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.Namun disisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa dokumen rencana yang dimiliki desa belum menjadi acuan dalam pelaksanaan program/kegiatan dan pembuatan rencana desa cendrung ad hoc (informal, hanya syarat administratif) dan rencana pada umumnya usulan prasarana fisik serta belum mencerminkan kebutuhan desa secara menyeluruh dan usulan masyarakat sangat kecil kemungkinan di respon menjadi keputusan APBD sehingga masyarakat dan pemerintah desa dihadapkan pada ketidakpastian penganggaran. Untuk itu rencana pembangunan desa harus memiliki kualitas sehingga menjamin kesinambungan program/kegiatan.
Dokumen perencanaan desa yang merupakan rencana program/kegiatan merupakan dasar dari penyusunan APBDesa yang dilaksanakan secara partisipatif dimana masyarakat mengetahui dan terlibat dalam penyusunannya. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden terkait proses perencanaan APBDesa bahwa masyarakat Desa Firdaus berpendapat bahwa perencanaan 100 %masyarakat mengetahui penyusunan rencana pembangunan melalui APBDesa telah melibatkan partisipasi masyarakat desa yang kemudian rencana tahunan desa tertuang dalam Peraturan Desa tentang APBdesa yang disetujui bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa dan APBdesa telah tersosialisasikan kepada masyarakat dan dilaksanakan dengan baik.
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 72 tahun 2005 tentang desa bahwa ada 3 lembaga di desa yakni Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkatnya),

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan. Masing-masing lembaga tersebut memiliki kedudukan, tugas dan fungsinya dalam konstruksi penyelenggaraan pemerintahan desa yaitu kedudukan lembaga desa mencerminkan peran yang akan diembannya dan tugas sertafungsinya yangmerupakan derivasi atau uraian lebih lanjut dari kewenangan desa sehingga semua kewenangan desa dapat diselenggarakan secara efektif oleh lembaga tersebut. Kejelasan pembagian tugas antar lembaga desa yang bersumber dari satu kesatuan sistematik kewenangan desa akan melahirkan bentuk-bentuk hubungan kerja antara lembaga-lembaga desa.Pemenuhan kebutuhan dasar atau operasional lembaga pemerintahan desa meliputi operasional Pemerintah Desa dan operasional BPD dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa yang diimplementasikan dalam tugas pokok dan fungsi pemerintahan desa yang mampu meningkatkan pelayanan pemerintahan desa kepada masyarakat desa dan dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil tanggapan masyarakat bahwa 91.0% s/d 97% kegiatan desa melalui pengalokasian dana APBDesa untuk operasional pemerintah desa dan BPDsudah cukup serta mutu pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Desa telah dilaksanakan dengan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar melalui APBdesa Firdaus, terhadap operasional pemerintah desa dan BPD sudah cukup memadai dan dapat digunakan dengan efektif dan efisien dalam pelayanan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan desa.

Penguatan Kelembagaan

Di desa Firdaus, kelembagaan

masyarakat yang dibentuk di desa antara

lain (a) LPM mempunyai tugas untuk

merencanakan,

melaksanakan,

mengendalikan,

memelihara

dan

melestarikan hasil-hasil pembangunan dan

sesuai pedoman umum pengelolaan

keuangan desa kabupaten Serdang Bedagai

merupakan tim pelaksana tingkat desa

untuk bidang pemberdayaan masyarakat.

(b) PKK mempunyai tugas untuk

membantu pemerintah desa dalam

97

Jurnal Ekonom, Vol 17, No 2, April 2014

pemberdayaan dan peningkatan

kesejahteraan keluarga, (c) Karang taruna

mempunyai tugas menanggulangi berbagai

masalah kesejahteraan sosial terutama yang

dihadapi generasi muda, baik yang bersifat

preventif,

rehabilitative

maupun

pengembangan potensi generasi muda di

lingkungannya, (d) pos pelayanan terpadu

(posyandu) sebagai lembaga kesehatan ibu

dan anak serta lanjut usia, (e) lembaga

pendidikan adalah Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) dan (f) Kader Pemberdayaan

Masyarakat yang mempunyai tugas

fasilitator dalam pemberdayaan masyarakat

melalui posyandu dan PAUD. Lembaga

Kemasyarakatan dalam melaksanakan

peran, tugas pokok dan fungsinya

memperoleh dana dari APBDesa.

Berdasarkan tanggapan masyarakat

terhadap penguatan kelembagaan desa yaitu

LPM, PKK, Karangtaruna, Posyandu dan

PAUD melalui alokasi belanja yang

digunakan masing-masing lembaga

kemasyarakatan yang ada di Desa bahwa

masyarakat didominasi jawabannetral atau

ragu-ragu. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dana yang dianggarkan

untuk lembaga kemasyarakat masih belum

cukup memadai/kurang sehingga peran,

tugas dan fungsinya belum dapat

dilaksanakan dengan optimal.

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

Penyediaan

sarana/prasarana

merupakan bagian terpenting dalam

pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan

pembangunan.Peningkatan infrastruktur

perdesaan merupakan sarana yang paling

dibutuhkan masyarakat dalam rangka

mempermudah akses, peningkatan

pendapatan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat desa.Infrastruktur perdesaan

yang didanai dari APBDesa adalah

infrastruktur skala desa misalnya jalan desa

dan prasarana yang berhubungan dengan

kegiatan ekonomi masyarakat desa,

lingkungan pemukiman masyarakat serta

prasarana

pelayanan

masyarakat

desa.Infrastruktur perdesaan dapat dibiayai

dari APBD Provinsi, Kabupaten dan

APBDesa. Dana APBDesa Firdaus masih

sangat terbatas dan banyaknya urusan yang

harus didanai APBdesa sehingga danauntuk

infrastruktur sangat kecil sementara di sisi

lain infrastruktur perdesaan sangat beragam

98

yang perlu mendapat perhatian. 61.4% s/d 92.7 % tanggapan responden terhadap belanja untuk Peningkatan sarana/prasarana kantor desa, balai desa, prasarana jalan, pemukiman, irigasi air bersih dan lembaga ekonomi. Dengan demikian disimpulkan bahwa pengalokasian APBDesa Firdaus untuk belanja sarana prasarana kantor desa, balai pertemuan, prasarana jalan dan lembaga ekonomiberarti sudah memadai dan efektif sedangkan belanja untuk prasarana pemukiman, irigasi, air bersih, masyarakat memberi tanggapan setuju yang berarti bahwa dana untukprasarana pemukiman, irigasi, air bersih untuk masa yang akan datang agar lebih diprioritaskan dibandingkan kantor desa, balai pertemuan dan jalan.

Pengembangan Wilayah Perdesaan

Pengembangan wilayah adalah

membangun

masyarakat

atau

pengembangan wilayah perdesaan adalah

membangun masyarakat sesuai potensi dan

prioritas yang terdapat di daerah

tersebut.Pengembangan wilayah perdesaan

dapat digambarkan dari kualitas hidup

masyarakat, kesejahteraan masyarakat,

peningkatan sosial ekonomi masyarakat,

perbaikan lingkungan pemukiman,

pemanfaatan wilayah perdesaan dan

peningkatan sumber daya masyarakat desa.

Tanggapan

responden

terhadapAPBDesa telah memberikan

peningkatan kualitas hidup masyarakat

desa, kesejahteraan masyarakat, ekonomi

masyarakat, perbaikan lingkungan

pemukiman, pengembangan wilayah dan

sumber daya manusia, mayoritas responden

menjawab 67.7% sampai dengan 86.5%.

Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan

bahwa masyarakat Desa Firdaus yakin

dengan adanya APBDesa dapat tercapai

pengembangan wilayah perdesaan untuk

peningkatankualitas hidup, kesejahteraan

masyarakat, pengembangan lingkungan

pemukiman, wilayah, peningkatan ekonomi

dan sumber daya manusia di desa. Namun

yang menjadi prioritas dalam

pengembangan wilayah ini adalah

perbaikan lingkungan pemukiman dan

kenyataan bahwa di desa Firdaus masih

terdapat rumah-rumah kumuh dan saluran

pembuangan yang belum memadai.

Edita D.B. Siburian, Erlina, Rujiman: Peranan Anggaran Pendapatan…

PEMBAHASAN

Peranan

APBDesa

terhadap

Pengembangan Wilayah

Hasil penelitian ini membuktikan

bahwa pelaksanaan Perencanaan APBDesa,

Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Penguatan

Kelembagaan, Peningkatan Infrastruktur

dan Pengembangan Wilayah Perdesaan

telah dilaksanakan secara efektif di Desa

Firdaus Kabupaten Serdang Bedagai.

Namun di desa Firdaus masih

membutuhkan optimalisasi peran dan

fungsi lembaga kemasyarakatan,

peningkatan infrastruktur perdesaan dan

peningkatan fungsi lembaga perekonomian

yang ada di desa melalui peningkatan

APBDesa.

APBDesayang bersumber dari

APBD Kabupaten yang dialokasikan

dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar desa untuk mendanai

kebutuhan desa dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan serta pelayanan

masyarakat. Alokasi APBDesa merupakan

perolehan bagian keuangan desa dari

Kabupaten yang penyalurannya melalui

Kas Desa.Atau secara ringkas APBDesa

Firdaus sebagai berikut :

Tabel 2 : Alokasi APBDesa Firdaus

Tahun 2009-2013

Peningkatan Tahun Jumlah (Rp)

2009 205,614,642.00

-

2010 243,841,500.00

18.59%

2011 225,997,698.99

-7.32%

2012 255,389,100.00

13.01%

2013 284,533,000.00

11.41%

Sumber : APBDesa Firdaus Kabupaten

Serdang Bedagai 2009-2013.

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan ABDesa tahun 2011 disebabkan karena adanya penurunan Alokasi Dana Desa dari APBD Kabupaten Serdang Bedagai sedangkan peningkatan APBDesa secara rata-rata setiap tahunnya peningkatan sebesar 7.14%. Apabila ditinjau dari perkembangan APBDesa dibandingkan dengan aspek pengembangan desa yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan peningkatan infrastruktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3 : Alokasi APBDesa Firdaus berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Dasar,

Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Infrastruktur Tahun 2009-2013

Pemenuhan

Penguatan

Peningkatan

Tahun

Jlh APBDes

% Peningkatan

Kebutuhan Dasar

Kelembagaan Desa

Infrastrutur Perdesaan

Jlh % Jlh % Jlh

%

2009 205,614,642.00

-

96,639,318 - 52,716,018 - 56,259,306

-

2010

243,841,500.00 18.59

147,668,348 0.53 47,596,115 -0.10 48,577,037

-0.14

2011 225,997,698.99 -7.32

141,499,356 -0.04 34,476,969 -0.28 50,021,374

0.03

2012 255,389,100.00 13.01 171,543,000 0.21 43,130,658 0.25 40,715,442 0.81

2013 284,533,000.00 11.41 193,076,010 0.13 40,715,422 0.25 37,600,000 -0.08

Sumber : APBDesa Firdaus Kabupaten Serdang Bedagai 2009-2013.

Berdasarkan tabel di atas dilihat bahwa, perkembangan APBDesa untuk pemenuhan kebutuhan dasar mengikuti perkembangan APBdesa sedangkan untuk penguatan kelembagaan dan peningkatan infrastruktur tidak mengikuti perkembangan APBDesa. Tahun 2010 perkembangan APBDesa untuk penguatan kelembagaan desa dan peningkatan infrastruktur perkembangannya bernilai negatif disebabkankarena penambahan pemenuhan kebutuhan dasar yang signifikan yaitu

penambahan Tunjangan Penghasilan Aparat Desa (TPAD) yang menyesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa bahwa TPAD minimal sama dengan UMK. Sedangkan Tahun 2011, adanya penurunan APBDesa karena penurunan Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mengakibatkan pemenuhan kebutuhan dasar dan penguatan kelembagaan desa perkembangannya

99

Jurnal Ekonom, Vol 17, No 2, April 2014

bernilai negatif namun peningkatan infrastruktur perkembangannya positif. Tahun 2012, pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagan desa dan peningkatan infrastruktur perkembangan mengikuti perkembangan APBDesa bernilai positif sedangkan tahun 2013, perkembangan APBDesa bernilai positif diikuti dengan pemenuhan kebutuhan dasar dan penguatan kelembagan desa bernilai positif namun untuk peningkatan infrastruktur perdesaan bernilai negatif, hal ini disebabkan oleh peningkatan untuk pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya kegiatan insidental desa yaitu pemilihan Kepala Desa, BPD dan LKMD.
Sedangkan APBDesa terhadap Pengembangan Wilayah di Desa Firdaus berupa adanya pembangunan lokasi wilayah tertentu dari yang sifatnya tidak ada menjadi ada. Adapun bentuk pengembangan Desa Firdaus meliputi :

Tabel 4 : Pengembangan Desa Firdaus

No Peruntukan

Jumlah

1 Jalan

3.500 meter

2 Sawah

3 Hektar

3 Ladang

140 Hektar

4 Bangunan Umum

2 Hektar

5 Pemukiman

160 Hektar

Perumahan

6 Industri Rumah Tangga 11 Hektar

7 Petokoan

dan 7 Hektar

Perdagangan

8 Perkantoran

13 Hektar

9 Pasar Desa

1 Hektar

10 Tanah Wakaf

4 Hektar

11 Tanah Sawah

3 Hektar

12 Tanah Perladangan

140 Hektar

Sumber : Data diolah. 2013.

Pengembangan wilayah sebagai pelaksanaan pembangunan nasional di wilayah Desa Firdaus yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah serta menghormati perundang-undangan yang berlaku. Untuk wilayah perdesaan terutama Desa Firdaus yang selalu identik dengan petani dan masih terdapatnya masyarakat miskin, maka dibutuhkan pembangunan di sektor pertanian.
Desa Firdaus, pola pengembangan wilayah dalam bentukpengembangan dan meningkatkan hubungan inter-dependensi dan interaksi antara sistem ekonomi

100

(economic system) manusia/masyarakat

(social system) dan lingkungan hidup serta

sumber daya alam (ecosystem). Ini

diterjemahkan dalam bentuk pembangunan

ekonomi, sosial, politik, budaya maupun

keamanan yang seharusnya berada dalam

konteks keseimbangan, keselarasan dan

kesesuaian. Adapun pemusatan kegiatan

pada suatu tempat atau daerah akan

mendorong terjadinya pemusatan aktivitas,

sarana dan fasilitas yang mendukung

kehidupan penduduk yang ada di tempat

tersebut. Lebih jauh pemusatan tersebut

akan menciptakan peningkatan produksi di

daerah tersebut.

Jadi selain dilihat dari sisi jumlah

penduduk di Desa Firdaus, sarana serta

fasilitas pelayanan, dapat mencerminkan

tingkat efisiensi dari pemusatan itu

umumnya dan produktivitas, faktor-faktor

produksi

khususnya.

Strategi

pengembangan wilayah di desa Firdaus

yang berkelanjutan dilakukan secara

bertahap antara lain : (a) Redistribusi asset

(tanah, modal, lainnya), (b) pengembangan

lembaga ekonomi di wilayah perdesaan, (c)

kebijaksanaan intensif lapangan kerja yang

membatasi migrasi dari desa ke kota, (d)

pengembangan desa berbasis pada

pemanfaatan sumber daya alam, (e)

pembangunan sumber daya manusia dan

modal sosial berbasis pedesaan, dan (i)

industrialisasi berbasis wilayah pedesaan.

Pemerintah melalui Departemen

Dalam Negerimengakomodir pembangunan

pedesaan dengan ditetapkannya Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun

2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

menimbulkan pendapatan, belanja dan

pengelolaan keuangan desa yang tertuang

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APBDes) yang digunakan untuk

membiayai pelaksanaan tugas pemerintahan

desa baik untuk belanja operasional

pemerintah desa maupun dalam rangka

pemberdayaan masyarakat desa. Selain itu

juga pada Pemerintah Daerah Kabupaten

Serdang Bedagai juga menetapkan

Peraturan Daerah (PERDA) Nomor10

Tahun 2009 tentang Alokasi Dana Desa dan

Bagian Desa dari Perolehan Pajak dan

Retribusi Daerah dimana inti dari peraturan

tersebut adalah mengatur Hasil Penerimaan

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah untuk

dibagikan kepada Pemerintahan Desa untuk

Edita D.B. Siburian, Erlina, Rujiman: Peranan Anggaran Pendapatan…

mendukung kegiatan pembangunan yang

merata ke desa sehingga pembangunan desa

terpadu dapat memberikan dampak dari

berbagi dimensi.

Sejak digulirkannya Alokasi Dana

Desa di Desa Firdaus pada tahun 2009,

yang tampak dari kegiatan pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu pada

pembangunan fisik, seperti rehab kantor

desa, sarana pembuangan air limbah, dan

jalan, kemudian pada tahun 2011

melanjutkan pembangunan fisik, di

antaranya jalan, tanah pemakaman, rehab

gedung pertemuan. Di tahun 2012

pembangunan fisik antara lain rehab kantor,

jembatan, jalan sedangkan tahun 2013 ini

sendiri Desa Firdaushanya penyertuan

jalan, selain pembangunan fisik setiap

tahunnya juga melaksanakan program non

fisik yaitu peningkatan peran dan fungsi

kelembagaan masyarakat (LPM, PKK,

Karangtaruna), kegiatan kesehatan melalui

posyandu,

peningkatan

ekonomi

masyarakat melalui pemberian bantuan

modal kepada kelompok ekonomi

masyarakat (CU, Koperasi, UED-SP dan

UP2-PKK), peningkatan kapasitas dalam

rangka peningkatan Sumber Daya Aparatur

Desa dan pembersihan lingkungan fasilitas

umum dan pembelian peralatan untuk

pembersihan lingkungan. Hal ini

diprogramkan atau dilaksanakan dalam

upaya memajukan dan memperbaiki dan

meningkatkan fungsi wilayah di Desa

Firdaus.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada penelitian ini

bahwa APBDesa mempunyai peranan

terhadap pengembangan wilayah perdesaan

di Desa Firdaus Kecamatan Sei Rampah

Kabupaten Serdang Bedagai, peningkatan

pelayanan lembaga pemerintahan desa,

peningkatan

kesejahteraan/kualitas

hidupmasyarakat, peningkatan sumber daya

masyarakat desa, peningkatan ekonomi

masyarakat, peningkatan infrastuktur

perdesaan dan peningkatan peran lembaga

kemasyarakatan desa dapat dicapai dengan

adanya APBDesa, namun peranan lembaga

kemasyarakatan yang belum optimal karena

pengalokasian dana yang kurang terhadap

lembaga kemasyarakatan desa.

SARAN

Adapun saran pada penelitian ini adalah :

1. Melihat kondisi Desa Firdaus yang

sangat potensial dalam pengembangan

industri kecil dan adanya kelompok

ekonomi masyarakat yang dibina

pemerintahan desa melalui penyertaan

modal, agar Pemerintah Desa

mengembangkan Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) yang pada akhirnya

menjadi sumber pendapatan asli desa

yang harus ditetapkan dalam Peraturan

Desa.

2. Agar mengalokasikan dana yang

cukup untuk lembaga kemasyarakatan

desa mengingat peran, tugas dan

fungsinya dalam pembangunan yang

partisipatif sangat besar dalam

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat, melaksanakan serta

melestarikan pembangunan di desa.

3. AgarKepala Desa dan Perangkatnya

mengembangkan kualitas dan

profesionalisme

dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa

melalui pemanfaatan teknologi

informasi dan studi banding dengan

desa yang lebih berprestasi dari Desa

Firdaus.

4. Agar Pemerintah Kabupaten lebih

sungguh-sungguh dalam pembinaan

dan pengawasanPemerintah Desa dan

masyarakat desa sehingga fungsi

Pemerintahan Desa sebagai penopang

pemerintahan secara nasional dapat

terealisasi.

DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo, 2006, Membangun
Desa Partisipatif, Graha Ilmu, Yogyakarta Badrudin Rudy, 2012, Ekonomika Otonomi Daerah, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Erlina, Metodelogi Penelitian, 2011, Universitas Sumatera Utara Press, Medan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2002,Desentralisasi dan Tata Pemerintahan Desa, Lembaga Penelitian Ekonomi dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Ekonomi Brawijaya, Malang. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2002, Alokasi Dana Desa dan

101

Jurnal Ekonom, Vol 17, No 2, April 2014

Formulasi, Lembaga Penelitian

Ekonomi dan Pengabdian

Masyarakat Fakultas Ekonomi

Brawijaya, Malang.

Jayadinata, 1992, Tata Guna Tanah Dalam

Perencanaan

Pedesaan,

Perkotaan dan Wilayah, ITB

Bandung .

Wasisitiono, Sadu dan Irwan Tahir, 2006,

Prospek

Pengembangan

Desa.Jatinangor, Fokus Media

HAW, Widjaja, 2002, Otonomi Dearah dan

Daerah Otonom, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Hariman Pamuji, 2011, Dampak Alokasi

Dana

Desa

terhadap

Pengembangan Ekonomi di

Kecamatan Kota Pinang Labuhan

Batu Selatan, Tesis PWD Pasca

Sarjana, USU, Medan. Tidak

dipublikasikan.

I Nyoman Sumaryadi, 2005, Perencanaan

Pembangunan dan Daerah

Otonom dan Pemberdayaan

Masyarakat, Citra Utama, Jakarta.

Miraza, B.H. 2005. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. ISEI,

Bandung.

Myrdal, G, 1976, Arti dan Keabsahan Ilmu

Ekonomi Institutional dalam Kurt

Deptfer (ed), Ilmu Ekonomi di

Masa Depan :Menuju Paradigma

Baru

( terjemahan

Goenawan Muhammad, 1983 ),

LP3ES, Jakarta.

Renyowijoyo Muindro, 2013, Akuntansi

Sektor Publik Organisasi Non

Laba, Mitra Wacana Media,

Jakarta.

Sandy, I, Made, 1992,Pembangunan

Wilayah, Mimeograft, Bogor.

Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010,

Regional

Pembangunan,

Perencanaan dan Ekonomi,

Universitas Sumatera Utara Press,

Medan.

Soemantri, Bambang T, 2011, Pedoman

Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa, Fokus Media, Bandung.

Soekartawi,

1994,

Perencanaan

Pembangunan, Penerbit Rajawali

Press, Jakarta.

Surjadi, 1995, Pembangunan Masyarakat

Desa, Mandar Maju, Bandung.

Tarigan Robinson, 2010, Perencanaan

Pembangunan Wilayah, PT Bumi

Aksara, Jakarta.

Todaro, Michael, P, 1998, Pembangunan

Ekonomi di Dunia Ketiga,

Erlangga, Jakarta

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah dan Pemerintah

Daerah.

Wira Gusni Simanjuntak, 2010, Analisis

Alokasi Dana Desa APBD

Serdang Bedagai terhadap

Pengembangan Desa di

Kecamatan Sei Rampah,Tesis

PWD Pasca Sarjana, USU,

Medan, Tidak dipublikasikan.

Thomas, 2013,Pengelolaan Alokasi Dana

Desa Dalam Upaya Meningkatkan

Pembangunan di Desa Sebawang

Kecamatan Sesayap Kabupaten

Tana

Tidung,

eJournal

Pemerintahan Integratif, 2013,

(1): 51-64 ISSN 0000-0000,

ejournal.pin.or.id

102

Prihatin Lumbanraja: Bersama UKM Membangun Ekonomi Rakyat…

Pedoman Penulisan

Petunjuk Penulisan bagi Penulis
Jurnal EKONOM
ISSN 0853-2435

1. Artikel yang ditulis adalah merupakan hasil penelitian dan pemikiran analitisdi bidang ekonomi. Naskah diketik dengan huruf times new roman, font 12, satu spasi, kertas A4, maksimal 15 halaman, rangkap 3 eksemplar beserta disket dan file diketik dengan Microsoft Word.

2. Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Apabila artikel ditulis oleh lebih dari satu orang, maka penulis berikutnya diurutkan di bawah penulis utama. Alamat dan institusi penulis serta e-mail harus dicantumkam untuk mempermudah komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang bernar atau bahasa Inggeris dengan format essai. Judul bagian dicetak dengan huruf besar, bagian berikutnnya dengan huruf besar kecil dan bagian lain dengan huruf besar kecil miring.

4. Format penulisan untuk hasil penelitian adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode ; hasil ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan

5. Format penulisan untuk non penelitian (hasil pemikiran) adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian) ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan.

6. Daftar Rujukan memuat pustaka terbitan 10 tahun terakhir, bersumber dari buku-buku, jurnal dan laporan penelitian lain (skripsi, tesis dan disertasi). Setiap pengutipan rujukan dicantumkan nama dan tahun contoh (Samuelson, 2005: 202).

7. Daftar Rujukan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut : Buku :
Hill, H. 2000. Unity and diversity Regional Economic Development : In Indonesia Since 1970, University Press, Oxford.
Jurnal : Usmanto, 2002. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Dampaknya tehadap Lingkungan,
Jurnal Ekonom, Vol. 6 /No.3,Fakultas Ekonomi USU, Medan.
Koran (Surat Khabar) : Neraca. 29 Juli, 2006. Reformasi Ekonomi Dewasa Ini. Hal. 5.

Skripsi, Tesis, Disertasi dan laporan Penelitian : Rahmansyah, A. 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Medan.SPs Universitas Sumatera Utara. Internet : Hitchkock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals 1990-1995 : The Calm Before the Storm, (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni 1996).

103

Jurnal Ekonom, Vol 17, No 2, April 2014 8. Semua artikel ditelaah oleh secara anonym oleh penyunting ahli yang ditunjuk berdasarkan
kepakaran dan kompetensinya. Perbaikan dimungkinkan setelah artikel tersebut disunting dan pemberitahuan pemuatan tulisan atau ditolak akan diberitahukan kepada penulis. 9. Proses penyuntingan terhadap draft tulisan dilakukan oleh penyunting dan atau melibatkan penulis. 10. Segala sesuatu yang menyangkut dengan HAKI seperti perizinan pengutipan dan penggunaan software computer dalam pembuatan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel.
104