HUKUM PEMDA Perbandingan Pasal 18 UUD

(1)

ANALISIS PERBEDAAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PERIODE 1-2 (Pra-amandemen) DENGAN UNDANG-UNDANG NEGARA

REPUBLIK INDONESIA 1945 (Pasca-amandemen)

Dalam dua konstitusi yang pernah dan sedang dipakai oleh Negara Indonesia ini terdapat beberapa perbedaan dalam pengaturannya. Beberapa diantaranya adalah dalam hal asas pemerintahan daerah, struktur pemerintahan daerah, penghargaan terhadap asal-usul dan keistimewaan suatu daerah serta dikenalnya daerah otonom dan daerah administrasi. Hao ini dapat terlihat dari isi pasal 18 kedua konstitusi ataupun dengan menggunakan undnag-undang dibawahnya yang mengatur lebih lanjut tentang kedua konstitusi tersebut.

Undang-undang yang dipakai yaitu;

1. Undang-Undang Dasar 1945 Periode 1:

a. Undang-undang No. 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah

b. Undang-undang No. 22 Tahun 1948 Peraturan tentang Penetapan Aturan-Aturan Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri.

2. Undang-Undang Dasar 1945 Periode 2:

a. Undang-undang No. 18 Tahun 1965 tentang Pemerintah Daerah b. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintah Daerah

(Undang-undang ini kemudian menggantikan UU No.18 Tahun 1965) 3. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945:

a. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah b. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Undang-undang ini kemudian menggantikan UU No.18 Tahun 1965) Perbedaan-perbedaan ini dapat dilihat secara ringkas dalam tabel berikut;

tabel 1. Beberapa perbedaan dalam UUD 1945 sebelum amandemen dan UUD NRI 1945 setelah amandemen. Kategori UUD 1945 periode 1 dan 2

(Pra-amandemen)

UUD NRI 1945 (Pasca-amandemen) Asas Pemerintah Daerah UU 22/48 : Asas otonomi

dan tugas pembantuan. UU 5/74 : Asas otonomi (desentralisasi dan

Pemerintah pusat menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi.


(2)

dekonsentrasi) dan tugas

pembantuan Sedangkan Pemerintah daerah menggunakan asas otonomi dan tugas

pembantuan. Struktur Pemerintahan

Daerah

UU 22/48: Lembaga

pemerintahan daerah terdiri; DPRD dan Dewan

Pemerintah Daerah. Kepala Daerah bukanlah termasuk pemerintah daerah.

UU 5/74 : Lembaga

pemerintahan daerah terdiri; Kepala Daerah dan DPRD. Kemudian dibentuk

Sekretariat Daerah dan Dinas Daerah.

UU 32/04 : Lembaga pemerintahan daerah terdiri atas Pemerintah Daerah (Kepala Daerah dan Perangkat Daerah) dan DPRD.

Penghargaan Asal-usul dan Keistimewaan Daerah

UU 22/48 : Terdapat Daerah istimewa yaitu daerah dengan hak-hak dan asal-usul dari zaman sebelum RI terbentuk yang setingkat dengan propinsi, kabupaten atau desa.

UU 5/74: Daerah istimewa dapat berupa karena asal-usulnya (Surakarta,

Yogyakarta) maupun karena kekhususannya (Aceh). Daerah istimewa setingkat dengan daerah Dati II lainnya namun memiliki peraturan daerahnya sendiri yang tidak dapat diterapkan di daerah Dati II lainnya.

UU 32/04 : Negara

mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.

Daerah Otonomi atau

Wilayah Administrasi UU 22/48 : Semua daerah administrasi yang telah ada seperti karesidenan dan kawenadan tetap berlaku sampai dinyatakan sebaliknya.

UU 5/74 : Dalam undang-undang ini dikenal adanya Daerah Otonomi yang

Tidak dikenal adanya pembagian Daerah otonom dan wilayah administrasi


(3)

berdasarkan asas

desentralisasi dan Wilayah Administratif yang

berdasarkan asas dekonsentrasi. 1. ASAS PEMERINTAHAN DAERAH UUD 1945 periode 1 :

 UU No 22 Tahun 1948

Berdasarkan penjelasan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948, Pemerintahan daerah terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Pemerintahan daerah yang disandarkan pada hak otonomi dan, b. pemerintahan daerah yang disandarkan pada hak medebewind. UUD 1945 periode 2:

 UU No 5 Tahun 1974

Dalam undang-undang ini tercantum tentang otonomi daerah yaitu dalam pasal 7-11 dan tentang tugas pembantuan dalam pasal 12.

Menurut penjelasan tentang undang-undang ini maka yang dimaksud dengan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan adalah:

a. Desentralisasi. Urusan pemerintahan diberikan dari pusat ke daerah yang wewenang dan tanggung jawabnya menjadi urusan Daerah sepenuhnya. Prakarsanya menjadi sepenuhnya oleh Daerah, baik yang menyangkut penentuan kebijaksanaan,

perencanaan, pelaksanaan, maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaannya. b. Dekonsentrasi. Urusan-urusan yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada daerah

menurut asas dekonsentrasi ini tetap menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun pembiayaannya. Unsur pelaksananya Instansi-instansi vertikal daerah, tetapi kebijaksanaan terhadap pelaksanaan urusan dekonsentrasi tersebut sepenuhnya ditentukan oleh Pemerintah Pusat.

c. Tugas Pembantuan. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan bahwa masih ada urusan-urusan yang masih harus dilaksanakan oleh pusat di daerah maka Undang-undang ini memberikan kemungkinan untuk dilaksanakannya berbagai urusan pemerintahan di daerah menurut asas tugas pembantuan.


(4)

Prinsip yang dipakai dalam undang-undang ini bukanlah prinsip “Otonomi yang riil dan seluas-luasnya” sebagaimana yang dianut oleh undang-undang sebelumnya (UU No.18 Tahun 1965) melainkan menggunakan “Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab”. Namun dalam prakteknya penguasa pada saat berlakunya undang-undang ini justru

menerapkan sistem sentralistik yang menyebabkan otonomi tidak dapat dijalankan dengan seharusnya.

UUD NRI 1945:

 UU No 32 Tahun 2004

Dalam undang-undang ini dikenal adanya asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Dalam pasal 1 poin 7-8 tercantum pengertian dari ketiga asas ini.

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.”

Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.”

Lebih lanjut lagi dalam pasal 10 ayat (2) disebutkan bahwa pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintahan yang dilimpahkan dari pemerintah pusat dengan

menjalankan otonomi seluas-luasnya dengan berdasar asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam pasal yang sama ayat (5) juga disebutkan untuk menjalankan urusan

pemerintahan diluar urusan asli pemerintah pusat, maka Pemerintah Pusat akan melakukan beberapa hal berikut;

a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan; (Desentralisasi) b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil

Pemerintah; (Dekonsentrasi)

c. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan. (Tugas Pembantuan)


(5)

“Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Pemerintah menggunakan asas

desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekosentrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

Pasal 20 ayat (3):

“Dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah

menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan.”

2. STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH

UUD 1945 periode 1 :

 UU No 22 Tahun 1948

Pasal 2 ayat (1) “Pemerintah daerah terdiri dari pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah.”

Berdasarkan undang-undang ini Pemerintahan Daerah hanya terdiri dari DPRD dan Dewan Pemerintah Daerah. Hanya kedua badan inilah yang mendapat pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat dan dapat melaksanakan kekuasaan di daerah dengan cara membentuk kebijakan-kebijakan yang diperlukan.

Sedangkan kepala daerah tidak mendapatkan kekuasaan penuh atas suatu daerah melainkan hanya menjalankan kewajiban sesuai dengan yang ditentukan dalam uu ini yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pekerjaan pemda serta kekuasaan yang diberikan oleh pemerintah daerah yang dalam hal ini adalah DPRD dan Dewan pemerintah daerah.

Kemudian berdasarkan pasal 18 Kepala Daerah Propinsi diangkat oleh Presiden, Kepala Daerah Kabupaten (kota besar) diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Kepala Daerah Desa (kota kecil) diangkat oleh Kepala Daerah Propinsi. Pejabat yang akan diangkat menjadi kepala daerah ini berasal dari DPRD masing-masing wilayah.

UUD 1945 periode 2:  UU No 5 Tahun 1974

Pasal 13 (1) “Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Pasal 13 (2) “Dalam menyelenggarakan pemerintahan Daerah dibentuk Sekretariat Daerah dan Dinasdinas Daerah.”


(6)

Ada Pembagian tugas yang jelas dan dalam kedudukannya yang sama tinggi antara Kepala Daerah dengan DPRD, yaitu Kepala Daerah memimpin bidang eksekutif dan DPRD di bidang legislatif.

Menurut undang-undang ini pembuatan Peraturan Daerah dilakukan bersama-sama oleh Kepala Daerah dan DPRD. Peraturan Daerah yang telah dibuat bersama-sama dan telah mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tersebut ditetapkan dan

ditandatangani oleh Kepada Daerah dan ditandatangani serta oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam diri Kepala Daerah terdapat dua fungsi, yaitu fungsi sebagai Kepala Daerah otonom yang memimpin penyelenggaraan dan bertanggung jawab sepenuhnya tentang jalannya pemerintahan daerah dan fungsi sebagai Kepala Wilayah yang memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan umum yang menjadi tugas Pemerintah Pusat di daerah. Kepala daerah hanya bertanggung jawab pada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dan tidak bertanggung jawab pada DPRD.

UUD NRI 1945:

 UU No 32 Tahun 2004

Menurut undang-undang ini lembaga pemerintahan daerah terdiri atas: 1. Pemerintah Daerah

a. Kepala Daerah

Pasal 24 (1) “Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah.”

Pasal 14 (2) "Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut Gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.”

b. Perangkat Daerah :

Pasal 120 (1) “Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.”

Pasal 120 (2) “Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dankelurahan.”

2. DPRD

Pasal 3 (1) “Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) adalah:


(7)

a. pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi;

b. pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah

kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.”

Sedangkan menurut penjelasan undang-undang ini Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

3. PENGHARGAAN KEISTIMEWAAN DAERAH

UUD 1945 periode 1 :  UU No 1 Tahun 1945

Dari awal daerah-daerah dengan pemerintahan khusus seperti Surakarta dan Yogyakarta memang sudah memiliki kedudukan khusus dalam pemerintahan daerahnya sendiri. Seperti yang tercantum pada Pasal 1 Undang-undang ini. Dalam pasal ini tercantum bahwa Komite Nasional Daerah akan diadakan di daerah-daerah yang dianggap perlu, namun untuk Surakarta dan Yogyakarta cukup dengan Keresidenan.

 UU No 22 Tahun 1948

Dalam undang-undang ini dikenal adanya daerah istimewa yang mempunyai pemerintahannya sendiri. Hal ini tercantum pada pasal 1 ayat (2) dan pasal 18-22.

Pasal 1 (2) “Daerah-daerah yang mempunyai hak-hak, asal-usul dan dizaman

sebelum Republik Indonesia mempunyai pemerintahan sendiri yang bersifat Istimewa

dengan Undang-undang pembentukan termaksud dalam ayat (3) dapat ditetapkan sebagai Daerah Istimewa yang setingkat dengan Propinsi, Kabupaten atau Desa, yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri”

Pasal 18 (5) Kepala Daerah istimewa diangkat oleh Presiden dari keturunan keluarga yang berkuasa didaerah itu dizaman sebelum Republik Indonesia dan yang masih menguasai daerahnya, dengan syarat-syarat kecakapan, kejujuran dan kesetian dan dengan mengingat adat istiadat didaerah itu.”


(8)

Menurut penjelasan undang-undang ini, daerah-daerah istimewa ini diatur untuk menjalankan pasal 18 dari UUD 1945. Tentang dasar pemerintahan di daerah Istimewa sebenarnya tidak berbeda dengan pemerintahan di daerah biasa yaitu dimana kekuasaan pemerintahan ada ditangan rakyat (DPRD). Yang berbeda adalah tentang angkatan Kepala Daerahnya (Pasal 18 ayat (5)).

Tingkatan Daerah Istimewa sama dengan tingkatan daerah biasa. Apabila daerah tersebut termasuk dalam tingkatan propinsi, kabupaten atau desa. Jika masuk tingkatan Kabupaten, maka Daerah Istimewa itu masuk kedalam lingkungan Propinsi biasa.

UUD 1945 periode 2:  UU No 5 Tahun 1974

Pasal 91 aturan peralihan poin b: “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang sekarang adalah Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah menurut Undang-undang ini dengan sebutan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, yang tidak terikat pada ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya”

Artinya kepala daerah yang sekarang menjabat di DI Yogyakarta adalah Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai dengan pengertian yang sama dalam undang-undang ini. Hanya saja tidak terikat dengan ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan yang sama dengan daerah lain. DI Yogyakarta memiliki ketentuan sendiri yang khusus yang hanya mengikat di daerahnya sendiri dan tidak berlaku di daerah lain.

Dalam pasal 93 undang-undang ini disebutkan bahwa undang-undang ini sekaligus mencabut undang-undang nomor 18 tahun 1969. Namun sebutan “Daerah Istimewa Aceh” masih tetap berlaku, dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan di Propinsi Daerah Istimewa Aceh tersebut sama dengan penyelenggaraan pemerintahan di Daerah Tingkat I lainnya.

UUD NRI 1945:

 UU No 32 Tahun 2004

Penghargaan terhadap kekhususan suatu daerah telah dari awal tercantum dalam undang-undang ini yaitu dimulai dari konsiderannya yang menimbang untuk membentuk pemerintahan daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,


(9)

keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Hal ini juga dicantumkan secara jelas pada pasal 2 ayat (8): “Negara mengakui dan

menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat

istimewa yang diatur dengan undang-undang.”

Yang dimaksud satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus adalah daerah yang diberikan otonomi khusus seperti Papua, sedangkan daerah istimewa adalah Daerah Istimewa Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pasal 225 “Daerah-daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus selain diatur dengan Undang-Undang ini diberlakukan pula ketentuan khusus yang diatur dalam undang-undang lain”

Undang-undang lain yang dimaksud dalam pasal ini antara lain adalah:

a. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Daerah Khusus Ibu kota Jakarta

b. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, jo Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

c. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. DAERAH OTONOMI /ADMINISTRASI  UUD 1945 periode 1 :

UU No 22 Tahun 1948

Pasal 46 aturan peralihan ayat (2) “Daerah-daerah administrasi yang ada pada waktu berlakunya Undang-undang ini, terus hadlir sampai dihapuskan”


(10)

Menurut penjelasan undang-undang ini yang dimaksud dengan daerah administrasi dalam ayat 2 ini adalah seperti karesidenan, kawenadan dsb.

UUD 1945 periode 2:  UU No 5 Tahun 1974

Dalam undang-undang ini dikenal adanya Daerah Otonomi dan Wilayah Administratif.

a. Daerah Otonom atau yang dalam undang-undang ini dikenal dengan nama ‘Daerah’ adalah daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi yang kemudian dibagi menjadi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.

b. Wilayah Administrasi adalah Wilayah yang dibentuk berdasar asas

dekonsentrasi. Wilayah-wilayah ini disusun secara vertikal dan merupakan lingkungan kerja perangkat Pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di daerah.

Pasal 2 “Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi dalam Daerah-daerah Otonom dan Wilayah-wilayah

Administratif.”

Menurut penjelasan undang-undang ini, pasal ini ada untuk merealisasikan ketentuan tentang “daerah administrasi belaka” yang dimaksud dalam penjelasan pasal 18 Undang-undang Dasar 1945, maka Undang-Undang-undang ini mengatur secara jelas hal-hal yang berhubungan dengan Wilayah Administratif.


(11)

Daftar Pustaka

• Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen)

• Penjelasan atas Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen)

• Undang-undang No. 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah

• Undang-undang No. 22 Tahun 1948 Peraturan tentang Penetapan Aturan-Aturan Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri.

• Penjelasan atas Undang-undang No. 22 Tahun 1948 Peraturan tentang Penetapan Aturan-Aturan Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri. • Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 5 Tahun 1974 tentang

Pemerintah Daerah

• Penjelasan atas Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintah Daerah

• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (setelah amandemen) • Penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

(setelah amandemen)

• Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

• Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

• http://www.dikti.go.id/files/atur/UU32-2004PemdaPenjelasan.pdf diakses pada hari Selasa 11 Maret 2013 pukul 00.50

• http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_1945.htm diakses pada hari Selasa 11 Maret 2013 pukul 00.50


(1)

Ada Pembagian tugas yang jelas dan dalam kedudukannya yang sama tinggi antara Kepala Daerah dengan DPRD, yaitu Kepala Daerah memimpin bidang eksekutif dan DPRD di bidang legislatif.

Menurut undang-undang ini pembuatan Peraturan Daerah dilakukan bersama-sama oleh Kepala Daerah dan DPRD. Peraturan Daerah yang telah dibuat bersama-sama dan telah mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tersebut ditetapkan dan

ditandatangani oleh Kepada Daerah dan ditandatangani serta oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam diri Kepala Daerah terdapat dua fungsi, yaitu fungsi sebagai Kepala Daerah otonom yang memimpin penyelenggaraan dan bertanggung jawab sepenuhnya tentang jalannya pemerintahan daerah dan fungsi sebagai Kepala Wilayah yang memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan umum yang menjadi tugas Pemerintah Pusat di daerah. Kepala daerah hanya bertanggung jawab pada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dan tidak bertanggung jawab pada DPRD.

UUD NRI 1945:

 UU No 32 Tahun 2004

Menurut undang-undang ini lembaga pemerintahan daerah terdiri atas: 1. Pemerintah Daerah

a. Kepala Daerah

Pasal 24 (1) “Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah.”

Pasal 14 (2) "Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut Gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.”

b. Perangkat Daerah :

Pasal 120 (1) “Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.”

Pasal 120 (2) “Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dankelurahan.” 2. DPRD

Pasal 3 (1) “Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) adalah:


(2)

a. pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi;

b. pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.”

Sedangkan menurut penjelasan undang-undang ini Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

3. PENGHARGAAN KEISTIMEWAAN DAERAH

UUD 1945 periode 1 :  UU No 1 Tahun 1945

Dari awal daerah-daerah dengan pemerintahan khusus seperti Surakarta dan Yogyakarta memang sudah memiliki kedudukan khusus dalam pemerintahan daerahnya sendiri. Seperti yang tercantum pada Pasal 1 Undang-undang ini. Dalam pasal ini tercantum bahwa Komite Nasional Daerah akan diadakan di daerah-daerah yang dianggap perlu, namun untuk Surakarta dan Yogyakarta cukup dengan Keresidenan.

 UU No 22 Tahun 1948

Dalam undang-undang ini dikenal adanya daerah istimewa yang mempunyai pemerintahannya sendiri. Hal ini tercantum pada pasal 1 ayat (2) dan pasal 18-22.

Pasal 1 (2) “Daerah-daerah yang mempunyai hak-hak, asal-usul dan dizaman sebelum Republik Indonesia mempunyai pemerintahan sendiri yang bersifat Istimewa dengan Undang-undang pembentukan termaksud dalam ayat (3) dapat ditetapkan sebagai Daerah Istimewa yang setingkat dengan Propinsi, Kabupaten atau Desa, yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri”

Pasal 18 (5) “Kepala Daerah istimewa diangkat oleh Presiden dari keturunan keluarga yang berkuasa didaerah itu dizaman sebelum Republik Indonesia dan yang masih menguasai daerahnya, dengan syarat-syarat kecakapan, kejujuran dan kesetian dan dengan mengingat adat istiadat didaerah itu.”


(3)

Menurut penjelasan undang-undang ini, daerah-daerah istimewa ini diatur untuk menjalankan pasal 18 dari UUD 1945. Tentang dasar pemerintahan di daerah Istimewa sebenarnya tidak berbeda dengan pemerintahan di daerah biasa yaitu dimana kekuasaan pemerintahan ada ditangan rakyat (DPRD). Yang berbeda adalah tentang angkatan Kepala Daerahnya (Pasal 18 ayat (5)).

Tingkatan Daerah Istimewa sama dengan tingkatan daerah biasa. Apabila daerah tersebut termasuk dalam tingkatan propinsi, kabupaten atau desa. Jika masuk tingkatan Kabupaten, maka Daerah Istimewa itu masuk kedalam lingkungan Propinsi biasa.

UUD 1945 periode 2:  UU No 5 Tahun 1974

Pasal 91 aturan peralihan poin b: “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang sekarang adalah Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah menurut Undang-undang ini dengan sebutan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, yang tidak terikat pada ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya”

Artinya kepala daerah yang sekarang menjabat di DI Yogyakarta adalah Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai dengan pengertian yang sama dalam undang-undang ini. Hanya saja tidak terikat dengan ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan yang sama dengan daerah lain. DI Yogyakarta memiliki ketentuan sendiri yang khusus yang hanya mengikat di daerahnya sendiri dan tidak berlaku di daerah lain.

Dalam pasal 93 undang-undang ini disebutkan bahwa undang-undang ini sekaligus mencabut undang-undang nomor 18 tahun 1969. Namun sebutan “Daerah Istimewa Aceh” masih tetap berlaku, dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan di Propinsi Daerah Istimewa Aceh tersebut sama dengan penyelenggaraan pemerintahan di Daerah Tingkat I lainnya.

UUD NRI 1945:

 UU No 32 Tahun 2004

Penghargaan terhadap kekhususan suatu daerah telah dari awal tercantum dalam undang-undang ini yaitu dimulai dari konsiderannya yang menimbang untuk membentuk pemerintahan daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,


(4)

keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Hal ini juga dicantumkan secara jelas pada pasal 2 ayat (8): “Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.”

Yang dimaksud satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus adalah daerah yang diberikan otonomi khusus seperti Papua, sedangkan daerah istimewa adalah Daerah Istimewa Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pasal 225 “Daerah-daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus selain diatur dengan Undang-Undang ini diberlakukan pula ketentuan khusus yang diatur dalam undang-undang lain”

Undang-undang lain yang dimaksud dalam pasal ini antara lain adalah:

a. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Daerah Khusus Ibu kota Jakarta

b. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, jo Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

c. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. DAERAH OTONOMI /ADMINISTRASI

 UUD 1945 periode 1 : UU No 22 Tahun 1948

Pasal 46 aturan peralihan ayat (2) “Daerah-daerah administrasi yang ada pada waktu berlakunya Undang-undang ini, terus hadlir sampai dihapuskan”


(5)

Menurut penjelasan undang-undang ini yang dimaksud dengan daerah administrasi dalam ayat 2 ini adalah seperti karesidenan, kawenadan dsb.

UUD 1945 periode 2:  UU No 5 Tahun 1974

Dalam undang-undang ini dikenal adanya Daerah Otonomi dan Wilayah Administratif.

a. Daerah Otonom atau yang dalam undang-undang ini dikenal dengan nama ‘Daerah’ adalah daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi yang kemudian dibagi menjadi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.

b. Wilayah Administrasi adalah Wilayah yang dibentuk berdasar asas

dekonsentrasi. Wilayah-wilayah ini disusun secara vertikal dan merupakan lingkungan kerja perangkat Pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di daerah.

Pasal 2 “Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam Daerah-daerah Otonom dan Wilayah-wilayah Administratif.”

Menurut penjelasan undang-undang ini, pasal ini ada untuk merealisasikan ketentuan tentang “daerah administrasi belaka” yang dimaksud dalam penjelasan pasal 18 Undang-undang Dasar 1945, maka Undang-Undang-undang ini mengatur secara jelas hal-hal yang berhubungan dengan Wilayah Administratif.


(6)

Daftar Pustaka

• Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen)

• Penjelasan atas Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen)

• Undang-undang No. 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah

• Undang-undang No. 22 Tahun 1948 Peraturan tentang Penetapan Aturan-Aturan Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri.

• Penjelasan atas Undang-undang No. 22 Tahun 1948 Peraturan tentang Penetapan Aturan-Aturan Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri. • Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 5 Tahun 1974 tentang

Pemerintah Daerah

• Penjelasan atas Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintah Daerah

• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (setelah amandemen) • Penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

(setelah amandemen)

• Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

• Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

• http://www.dikti.go.id/files/atur/UU32-2004PemdaPenjelasan.pdf diakses pada hari Selasa 11 Maret 2013 pukul 00.50

• http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_1945.htm diakses pada hari Selasa 11 Maret 2013 pukul 00.50