HUKUM PEMDA Perbandingan Empat Konstit
Menurut Oppenheim cita negara atau staatsidee adalah hakikat yang paling
dalam dari sebuah negara, sebagai kekuatan yang membentuk negara. Elemen
kunci dari teori ini adalah bahwa kepentingan umum akan selalu didahulukan dari
kepentingan pribadi. Pengertian staatsidee dari pendekatan positivis terhadap
hukum konstitusional adalah negara hukum berpuncak pada staatsidee yaitu
grundnorm atau norma dasar.
Menurut Supomo dalam pidatonya di Sidang BPUPKI ada tiga teori
tentang cita negara yaitu:
Teori individualistik. Teori ini diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke,
Rousseau, Herbert Spencer dan Laski. Menurut teori ini, negara adalah
masyarakat hukum yang disusun atas kontrak antara seluruh individu dalam
masyarakat demi menjamin hak-hak individu di dalam masyarakat.
Teori pertentangan kelas atau teori golongan sebagaimana diajarkan oleh Karl
Marx, Engels dan Lenin. Dalam teori ini, negara merupakan alat dari suatu
golongan yang kuat untuk menindas golongan yang lemah.
Teori atau konsep negara integralistik yang didasarkan pada ide Spinoza,
Adam Muller dan Hegel. Menurut Soepomo, integralistik berarti negara tidak
untuk menjamin kepentingan individu. Bukan pula untuk kepentingan
golongan tertentu, tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhya sebagai
satu kesatuan yang integral.
Sedangkan Aschaper merinci cita negara sebagai delapan bentuk yaitu; a.)
Negara kekuasaan; b.) Negara berdasarkan hukum; c.) Negara kerakyatan;
d.)Negara kelas; e.) Negara liberal; f.)Negara totaliter aliran kanan; g.)
Negara totaliter aliran kiri; dan h.) Negara kemakmuran.1
Asas-asas pemerintahan adalah suatu kaidah yang bersifat normatif dalam
menjalankan hubungan pemerintahan, bersumber dari nilai etika, filsafat dan
agama yangkemudian terwujud dalam bentuk hokum positif. Asas pemerintahan
adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaran yang menjadi
tujuan berpikir dan prinsip yag menjadi pegangan dalam penyelenggaraan
1
Sahid. Makalah Cita Negara, Hukum Pancasila, Pembukaan dan Penjelasan UUD 1945.
Diakses dari http://ilmukata.blogspot.com/2013/01/makalah-cita-negara-hukum-pancasila.html
pada 24 Februari 2013.
pemerintahan Negara.
Sejak proklamasi kemerdekaan, pemerintah kita telah beberapa kali
membentuk undang-undang tentang pemerintahan daerah. Perubahan-perubahan
tersebut terjadi karena masing-masing undang-undang menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi waktu terjadinya mulai dari Undang-Undang No.1 Tahun 1945
tentang kedudukan Komite Nasional Daerah yang merupakan langkah pertama
menerapkan demokrasi di daerah, sampai UU No. 5 Tahun1974 tentang PokokPokok Pemerintahan di Daerah hingga terbentuknya Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi UU No.23 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang lahir di era pasca Orde Baru.
Adapun asas penyelenggaraan pemerintahan didaerah yang berlaku di
Indonesia adalah:
1.Asas Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Urusan-urusan pemerintahan yang
telah diserahkan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi
menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah sepenuhnya. Dalam halini
prakarsa sepenuhnya dilimpahkan kepada daerah, baik menyangkut penentuan
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, maupun aspek-aspek yang menyangkut
pembiayaannya.
2.Asas Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah
kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal
diwilayah tertentu. Oleh karena tidak seluruh urusan pemerintahan diserahkan
kepada daerah menurut asas desentralisasi, maka penyelenggaraan urusan-urusan
pemerintah lainnya di daerah didasarkan pada asas dekonsentrasi. Urusan-urusan
yang dilimpahkan oleh pemerintah tetap menjadi tanggung jawab pemerintah
pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun pembiayaannya. Pada
prinsipnya, urusan pemerintahan yang didekonsentrasiakn adalah sisa urusan yag
tidak diserahkan ke daerah, sehingga pengertian ini juga lazim disebut teori rasidu
atau sisa. Pelaksanaan asas dekonsentrasi menilik pada sifat dari masing-masing
kewenangan pemerintahan pusat, memang ada hal-hal yang tidak dapat
dilimpahkan sehingga diurus secara dekonsentrasi yaitu urusan pertahanan,
peradilan, moneter fiscal,kepolisian dan urusan luar negeri.
3.Asas Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemeritah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta
dari pemerinta kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Penugasan disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya
manusia. Lahirnya tugas pembantuan didasarkan pada adanya pertimbangan
spesifik terhadap suatu tugas yang akan lebik baik jika dilaksanakan oleh aparat
pemerintahan daerah. Tugas pembantuan dalam beberapa hal juga menjadi ujian
untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam pelaksanaan otonomi secara lebih
nyata dan bertanggung jawab
PERBANDINGAN EMPAT KONSTITUSI
1.
UUD 1945 (sebelum Amandemen)
Cita Negara :
Cita-cita bangsa Indonesia sangat sederhana. Bangsa Indonesia hanya
ingin mewujudkan suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Cita-cita bangsa Indonesia itu diformulasikan dengan baik dalam alinea
ke-2 Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945. Formulasi itu berbunyi :
”Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan Rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur“
Selain itu, Tujuan Nasional Bangsa Indonesia Dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 :
1. Membentuk suatu pemerintahan Negara Republike Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum / bersama
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia
yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial.
Bentuk Negara :
Bentuk negara Indonesia adalah unitaarian yang sumber kedaulatannya
dari negara pusat. Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah pusat yang
mengatur seluruh daerah pemerintah pusat memiliki wewenang dalam negaranya.
Hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945.
Asas-Asas Pemerintahan Daerah :
Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, pemberdayaan
dan peran serta masyarakat, dan daya saing daerah. Disisi lain, penyelenggaraan
otonomi daerah harus menjamin keserasian hubungan antara daerah-daerah lain
untuk membangun kerjasama demi meningkatkan kesejahteraan bersama dan
mencegah ketimpangan antar daerah. Pelaksanaan otonomi daerah mengandung
prinsip otonom yang seluas-luasnya, artinya, Darah diberi kewenangan untuk
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan.
2.
Konsititusi RIS
Cita negara:
“Kami bangsa Indonesia semenjak berpuluh-puluh tahun lamanya
bersatu-padu dalam perjuangan-kemerdekaan, dengan senantiasa berhati-teguh
berniat menduduki hak-hidup sebagai bangsa yang merdeka-berdaulat. Kini
dengan berkat dan rahmat Tuhan telah sampai kepada tingkatan sejarah yang
berbahagia dan luhur.
Maka demi ini, kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu
Piagam Negara yang berbentuk Republik Federasi, berdasarkan pengakuan keTuhanan Yang Maha Esa, peri-kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, dan
keadilan sosial.
Untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan negara-hukum Indonesia Merdeka yang
berdaulat sempurna.”
Dari Mukaddimah ini maka tujuan dan cita-cita negara Indonesia adalah:
1. Memiliki hak asasi untuk hidup sebagai bangsa yang berdaulat
2. Mewujudkan
kebahagiaan,
kesejahteraan,
perdamaian,
dan
kemerdekaan.
Bentuk Negara:
Pada masa konstitusi RIS, bentuk Negara adalah serikat atau federasi.
Negara federasi atau serikat merupakan bentuk Negara gabungan dari beberapa
Negara yang menjadi Negara-negara bagian dari Negara serikat itu. Ciri yang
menonjol dari bentuk Negara serikat adalah bahwa kadaulatan pemerintah pusat
diperoleh setelah Negara-negara bagian menyerahkan sebagian kedaulatannya.
Dalam hubungan kedalam, semua Negara bagian berhak untuk mengukur
dan mengurus pemerintahannya sendiri. Sedangkan dalam hubungan ke luar, yang
ditangani oleh pemerintah serikat mengcakup hubungan luar negeri,pertahanan,
moneter dan urusan pos.
Asas Pemerintahan Daerah:
Pada periode ini berlaku Undang-Undang Pokok No. 22 Tahun 1948
tentang Pemerintahan Daerah. UU ini adalah UU pertama kalinya yang mengatur
susunan dan kedudukan pemerintahan daerah di Indonesia. Secara umum
Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah otonom biasa dan
daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah istimewa. Daerah otonom
khusus
yang
diberi
nomenklatur
"Daerah
Istimewa"
adalah
daerah
kerajaan/kesultanan dengan kedudukan zelfbesturende landschappen/kooti/daerah
swapraja yang telah ada sebelum Indonesia merdeka dan masih dikuasai oleh
dinasti pemerintahannya. Masing-masing daerah berotonomi tersebut memiliki
tiga tingkatan dan nomenklatur yang berbeda-beda yaitu:
Tingkatan
Daerah Otonom
Nomenklatur
Daerah
Otonom Biasa
Otonom Khusus
Daerah
Tingkat I
Provinsi
Tingkat II
Kabupaten/Kota Besar
Tingkat III
3.
Nomenklatur Daerah
Istimewa
Setingkat Provinsi
Daerah
Setingkat Kabupaten
Desa, Negeri, Marga, atau
nama lain/Kota Kecil
Istimewa
Daerah
Istimewa
Setingkat Desa
UUDS 1950
Cita Negara :
Cita negara Indonesia dicantumkan dalam mukaddimah yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mencapai kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
2. Mewujudkan
kebahagiaan,
kesejahteraan,
perdamaian,
dan
kemerdekaan masyarakat dan negara hukum Indonesia merdeka yang berdaulat.
Hal ini tercantum jelas dalam pembukaan UUDS 1950 yang berbunyi;
“Bahwa sesungguhnja kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka pendjadjahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perdjoangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang berbahagia dengan
selamat sentausa mengantarkan Rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Dengan berkat dan rahmat Tuhan tertjapailah tingkatan sedjarah jang
berbahagia dan luhur, Maka demi ini kami menjusun kemerdekaan kami itu
dalam suatu piagam Negara jang berbentuk republik-kesatuan, berdasarkan keTuhanan Jang Maha Esa, peri-kemanusiaan, kebangsaan, kerakjatan dan
keadilan sosial, untuk mewudjudkan kebahagiaan, kesedjahteraan,. perdamaian
dan kemerdekaan dalam masjarakat dan Negara-hukum Indonesia Merdeka jang
berdaulat sempurna.”
Bentuk Negara :
Bentuk negara Indonesia pada saat menggunakan UUDS 1950 adalah
berbentuk kesatuan.
Sebagaimana tercantum pada Bab I Negara Republik Indonesia Bagian I
Bentuk Negara dan Kedaulatan Pasal 1 poin 1 “Republik Indonesia jang merdeka
dan berdaulat ialah suatu negara-hukum jangdemokratis dan berbentuk
kesatuan.”
Hal ini juga tercantum dalam pembukaan/mukaddimah UUDS 1950 yang
berbunyi “Maka demi ini kami menjusun kemerdekaan kami itu dalam suatu
piagam Negara jang berbentuk republik-kesatuan, berdasarkan ke-Tuhanan Jang
Maha Esa...”
Pemerintahan Daerah :
Pemerintahan daerah pada UUDS 1950 ini hampir sama dengan UUD
1945 sebelum amandemen yaitu membagi daerah Indonesia atas daerah besar dan
kecil. Indonesia berbentuk negara kestauan yang tidak sentralistik dimana pada
masa konstitusi ini juga telah mengenal adanya otonomi seluas-luasnya bahkan
'medebewind juga akan diberikan kepada daerah-daerah. untuk mengurus urusan
rumah tangganya sendiri.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam Bab IV Pemerintah Daerah dan
Daerah-Daerah Swapraja Pasal 131 Poin 1 “Pembagian daerah Indonesia atas
daerah besar dan daerah kecil yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri
(autonoom) dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undnagundang, dengan memandang dan mengingati dasar permusywaratan dan dasar
perwakilan dalam sistim pemerintahan negara.”
Poin 2 “ Kepala daerah-daerah diberikan autonomi seluas-luasnya untuk
mengurus rumah tangganya sendiri.”
Dasar demokrasi pemerintahan daerah adalah sebagaimana Pasal 18 UUD
Proklamasi. Kedudukan swapradja bukan lagi tugas negara bagian (sebagaimana
yang dianut Konstitusi RIS), melainkan tugas pemerintah. UUDS 1950 mengatur
kedudukan Swapradja tidak lagi berdasarkan kontrak, namun undang-undang.
Perselisihan-perselisihan hukum mengenai peraturan kedudukan Swapradja tidak
diaili oleh MA, akan tetapi pengadilan perdata atau alat perlengkapan lain.
4.
UUD NRI 1945 (setelah Amandemen)
Cita Negara:
Pembukaan UUD NRI 1945 mengandung staatside berdirinya NKRI,
tujuan nasional Indonesia ,serta dasar Negara Indonesia, yang terdapat dalam
Alinea ke 4 ; Yang berbunyi : “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab,
Persatuan
Indonesia,
Kerakyatan
yangdipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Dengan rumusan yang
panjang dan padat ini pada alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 ini punya makna bahwa:
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi sekaligus tujuan, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial,
2. Keharusan adanya Undang-Undang Dasar,
3. Adanya asas politik negara yaitu Republik yang berkedaulan rakyat, dan
Negara kesatuan Indonesia,
4. Adanya asas kerohanian negara, yaitu rumusan Pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dari
dasar tersebut maka pembukaan UUD NRI 1945 tidak dirubah,karena dapat
membuat perubahan yang signifikan diseluruh system kenegaraan Indonesia.
Bentuk Negara:
Pasal 1 ayat (1)
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) dapat dianalisis bahwa bentuk Negara
Indonesia adalah negara kesatuan. Berbeda dengan negara federal, negara
kesatuan bercirikan dengan kekuasaan pemerintah pusat yang menonjol. Ciri
lainnya dari negara kesatuan ialah bahwa “kedaulatan tidak terbagi” atau dengan
kata lain kekuasaan pemerintah pusat tidak dibatasi, karena konstitusi negara
kesatuan tidak mengakui adanya badan legislatif lain, selain dari badan legislatif
pusat. Selain itu,ada 2 ciri mutlak melekat pada suatu negara kesatuan, yaitu :
1. Dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau
kepala wilayah atau kepala wilayah, kepala instansi, vertikal tingkatatasannya
kepada pejabat-pejabat di daerah.
2. Desentralisasi, adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah
pusatsebagai tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangga daerah
bersangkutan.
Pasal 1 ayat (2)
Berdasarkan pasal 1 ayat (2) dapat dianalisis bahwa Indonesia adalah
Negara yang demokratis, karena kedaulatan negara ada di tangan rakyat. Menurut
J.J.Rousseau demokrasi adalah perwujudan nyata dari teori kedaulatan
rakyat.Demokrasi sebagai wujud kedaulatan negara di tangan rakyat, maka
Negara memberi kekuasaan tertinggi kepada rakyat atau juga disebut
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan
salah satu prinsip pengelolaan negara Republik Indonesia, disamping prinsip
lainnya, yaitu theokrasi(negara berdasarkan ketuhanan), nomokrasi (negara
berdasarkan hukum), danekokrasi (negara yang berkedaulatan lingkungan).
Pasal 1 ayat (3)
Berdasarkan pasal 1 ayat (3) dapat dianalisis bahwa Indonesia adalah
Negara hukum. Negara hukum adalah suatu negara yang menentukan cara
bagaimana hak-hak asasi dilindungi. Dengan demikian negara hukum adalah
suatu sistem yangwajar dalam negara demokrasi. Negara demokrasi merupakan
bentuk pemerintahanyang akan menyalurkan kepentingan-kepentingan rakyat
sebagai pernyataan darihak asasinya. Antara prinsip demokrasi dan nomokrasi
harus ada di dalam penyelenggaraan kenegaraan suatu negara, termasuk
Indonesia. Demokrasi tanpanomokrasi akan menghasilkan anarki, sedangkan
nomokrasi tanpa demokrasi akanmenghasilkan tirani.
Asas-Asas Pemerintah Daerah:
Pasal 18, 18A, dan 18B
Sebagai konsekuensi menjadi negara kesatuan, Indonesia menganut
konsep dekonsentrasi dan desentralisasi sebagaimana telah dijelaskan pada
pembahasan pasal 1 ayat (1). Dekonsentrasi menghasilkan pembagian wilayah
administrasi atas daerah-daerah berupa provinsi, kota, dan kabupaten (Pasal 18
ayat (1). Dari pembagian wilayah tersebut membawa konsekuensi, bahwa masingmasing wilayah mempunyai kepala pemerintahan (gubernur untuk provinsi,
walikota untuk kota,dan bupati untuk kabupaten) yang dipilih secara demokratis
(Pasal 18 ayat (4). Sedangkan asas desentralisasi nampak pada Pasal 18 ayat (2).
Dalam pasal 18 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 ditegaskan
bahwa “ pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan”. Pada ayat-ayat dalam pasal tersebut menegaskan bahwa pemerintah
daerah menjalankan otonomi yang seluas-luasnya dalam menjalankan urusan
pemerintahannya. Hal ini sejalan dengan asas utama desentralisasi sebagaimana
analisis dari pasal 1 ayat (1) di atas. Sedangkan pada pasal 18A dan 18B,
mengatur dan mengakui keragaman adat di tiap daerah beserta kelengkapan
kesatuan adatnya, termasuk hukum adat (sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan prinsip NKRI). Jadi, hukum adat sebagai sumber hukum materiil (diakui
keberlakuannya) meskipun secara hukum bukan sebagai sumber hukum negara
(hukum positif) diakui keberadaannya oleh UUD NRI 1945.
dalam dari sebuah negara, sebagai kekuatan yang membentuk negara. Elemen
kunci dari teori ini adalah bahwa kepentingan umum akan selalu didahulukan dari
kepentingan pribadi. Pengertian staatsidee dari pendekatan positivis terhadap
hukum konstitusional adalah negara hukum berpuncak pada staatsidee yaitu
grundnorm atau norma dasar.
Menurut Supomo dalam pidatonya di Sidang BPUPKI ada tiga teori
tentang cita negara yaitu:
Teori individualistik. Teori ini diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke,
Rousseau, Herbert Spencer dan Laski. Menurut teori ini, negara adalah
masyarakat hukum yang disusun atas kontrak antara seluruh individu dalam
masyarakat demi menjamin hak-hak individu di dalam masyarakat.
Teori pertentangan kelas atau teori golongan sebagaimana diajarkan oleh Karl
Marx, Engels dan Lenin. Dalam teori ini, negara merupakan alat dari suatu
golongan yang kuat untuk menindas golongan yang lemah.
Teori atau konsep negara integralistik yang didasarkan pada ide Spinoza,
Adam Muller dan Hegel. Menurut Soepomo, integralistik berarti negara tidak
untuk menjamin kepentingan individu. Bukan pula untuk kepentingan
golongan tertentu, tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhya sebagai
satu kesatuan yang integral.
Sedangkan Aschaper merinci cita negara sebagai delapan bentuk yaitu; a.)
Negara kekuasaan; b.) Negara berdasarkan hukum; c.) Negara kerakyatan;
d.)Negara kelas; e.) Negara liberal; f.)Negara totaliter aliran kanan; g.)
Negara totaliter aliran kiri; dan h.) Negara kemakmuran.1
Asas-asas pemerintahan adalah suatu kaidah yang bersifat normatif dalam
menjalankan hubungan pemerintahan, bersumber dari nilai etika, filsafat dan
agama yangkemudian terwujud dalam bentuk hokum positif. Asas pemerintahan
adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaran yang menjadi
tujuan berpikir dan prinsip yag menjadi pegangan dalam penyelenggaraan
1
Sahid. Makalah Cita Negara, Hukum Pancasila, Pembukaan dan Penjelasan UUD 1945.
Diakses dari http://ilmukata.blogspot.com/2013/01/makalah-cita-negara-hukum-pancasila.html
pada 24 Februari 2013.
pemerintahan Negara.
Sejak proklamasi kemerdekaan, pemerintah kita telah beberapa kali
membentuk undang-undang tentang pemerintahan daerah. Perubahan-perubahan
tersebut terjadi karena masing-masing undang-undang menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi waktu terjadinya mulai dari Undang-Undang No.1 Tahun 1945
tentang kedudukan Komite Nasional Daerah yang merupakan langkah pertama
menerapkan demokrasi di daerah, sampai UU No. 5 Tahun1974 tentang PokokPokok Pemerintahan di Daerah hingga terbentuknya Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi UU No.23 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang lahir di era pasca Orde Baru.
Adapun asas penyelenggaraan pemerintahan didaerah yang berlaku di
Indonesia adalah:
1.Asas Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Urusan-urusan pemerintahan yang
telah diserahkan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi
menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah sepenuhnya. Dalam halini
prakarsa sepenuhnya dilimpahkan kepada daerah, baik menyangkut penentuan
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, maupun aspek-aspek yang menyangkut
pembiayaannya.
2.Asas Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah
kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal
diwilayah tertentu. Oleh karena tidak seluruh urusan pemerintahan diserahkan
kepada daerah menurut asas desentralisasi, maka penyelenggaraan urusan-urusan
pemerintah lainnya di daerah didasarkan pada asas dekonsentrasi. Urusan-urusan
yang dilimpahkan oleh pemerintah tetap menjadi tanggung jawab pemerintah
pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun pembiayaannya. Pada
prinsipnya, urusan pemerintahan yang didekonsentrasiakn adalah sisa urusan yag
tidak diserahkan ke daerah, sehingga pengertian ini juga lazim disebut teori rasidu
atau sisa. Pelaksanaan asas dekonsentrasi menilik pada sifat dari masing-masing
kewenangan pemerintahan pusat, memang ada hal-hal yang tidak dapat
dilimpahkan sehingga diurus secara dekonsentrasi yaitu urusan pertahanan,
peradilan, moneter fiscal,kepolisian dan urusan luar negeri.
3.Asas Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemeritah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta
dari pemerinta kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Penugasan disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya
manusia. Lahirnya tugas pembantuan didasarkan pada adanya pertimbangan
spesifik terhadap suatu tugas yang akan lebik baik jika dilaksanakan oleh aparat
pemerintahan daerah. Tugas pembantuan dalam beberapa hal juga menjadi ujian
untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam pelaksanaan otonomi secara lebih
nyata dan bertanggung jawab
PERBANDINGAN EMPAT KONSTITUSI
1.
UUD 1945 (sebelum Amandemen)
Cita Negara :
Cita-cita bangsa Indonesia sangat sederhana. Bangsa Indonesia hanya
ingin mewujudkan suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Cita-cita bangsa Indonesia itu diformulasikan dengan baik dalam alinea
ke-2 Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945. Formulasi itu berbunyi :
”Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan Rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur“
Selain itu, Tujuan Nasional Bangsa Indonesia Dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 :
1. Membentuk suatu pemerintahan Negara Republike Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum / bersama
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia
yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial.
Bentuk Negara :
Bentuk negara Indonesia adalah unitaarian yang sumber kedaulatannya
dari negara pusat. Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah pusat yang
mengatur seluruh daerah pemerintah pusat memiliki wewenang dalam negaranya.
Hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945.
Asas-Asas Pemerintahan Daerah :
Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, pemberdayaan
dan peran serta masyarakat, dan daya saing daerah. Disisi lain, penyelenggaraan
otonomi daerah harus menjamin keserasian hubungan antara daerah-daerah lain
untuk membangun kerjasama demi meningkatkan kesejahteraan bersama dan
mencegah ketimpangan antar daerah. Pelaksanaan otonomi daerah mengandung
prinsip otonom yang seluas-luasnya, artinya, Darah diberi kewenangan untuk
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan.
2.
Konsititusi RIS
Cita negara:
“Kami bangsa Indonesia semenjak berpuluh-puluh tahun lamanya
bersatu-padu dalam perjuangan-kemerdekaan, dengan senantiasa berhati-teguh
berniat menduduki hak-hidup sebagai bangsa yang merdeka-berdaulat. Kini
dengan berkat dan rahmat Tuhan telah sampai kepada tingkatan sejarah yang
berbahagia dan luhur.
Maka demi ini, kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu
Piagam Negara yang berbentuk Republik Federasi, berdasarkan pengakuan keTuhanan Yang Maha Esa, peri-kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, dan
keadilan sosial.
Untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan negara-hukum Indonesia Merdeka yang
berdaulat sempurna.”
Dari Mukaddimah ini maka tujuan dan cita-cita negara Indonesia adalah:
1. Memiliki hak asasi untuk hidup sebagai bangsa yang berdaulat
2. Mewujudkan
kebahagiaan,
kesejahteraan,
perdamaian,
dan
kemerdekaan.
Bentuk Negara:
Pada masa konstitusi RIS, bentuk Negara adalah serikat atau federasi.
Negara federasi atau serikat merupakan bentuk Negara gabungan dari beberapa
Negara yang menjadi Negara-negara bagian dari Negara serikat itu. Ciri yang
menonjol dari bentuk Negara serikat adalah bahwa kadaulatan pemerintah pusat
diperoleh setelah Negara-negara bagian menyerahkan sebagian kedaulatannya.
Dalam hubungan kedalam, semua Negara bagian berhak untuk mengukur
dan mengurus pemerintahannya sendiri. Sedangkan dalam hubungan ke luar, yang
ditangani oleh pemerintah serikat mengcakup hubungan luar negeri,pertahanan,
moneter dan urusan pos.
Asas Pemerintahan Daerah:
Pada periode ini berlaku Undang-Undang Pokok No. 22 Tahun 1948
tentang Pemerintahan Daerah. UU ini adalah UU pertama kalinya yang mengatur
susunan dan kedudukan pemerintahan daerah di Indonesia. Secara umum
Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah otonom biasa dan
daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah istimewa. Daerah otonom
khusus
yang
diberi
nomenklatur
"Daerah
Istimewa"
adalah
daerah
kerajaan/kesultanan dengan kedudukan zelfbesturende landschappen/kooti/daerah
swapraja yang telah ada sebelum Indonesia merdeka dan masih dikuasai oleh
dinasti pemerintahannya. Masing-masing daerah berotonomi tersebut memiliki
tiga tingkatan dan nomenklatur yang berbeda-beda yaitu:
Tingkatan
Daerah Otonom
Nomenklatur
Daerah
Otonom Biasa
Otonom Khusus
Daerah
Tingkat I
Provinsi
Tingkat II
Kabupaten/Kota Besar
Tingkat III
3.
Nomenklatur Daerah
Istimewa
Setingkat Provinsi
Daerah
Setingkat Kabupaten
Desa, Negeri, Marga, atau
nama lain/Kota Kecil
Istimewa
Daerah
Istimewa
Setingkat Desa
UUDS 1950
Cita Negara :
Cita negara Indonesia dicantumkan dalam mukaddimah yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mencapai kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
2. Mewujudkan
kebahagiaan,
kesejahteraan,
perdamaian,
dan
kemerdekaan masyarakat dan negara hukum Indonesia merdeka yang berdaulat.
Hal ini tercantum jelas dalam pembukaan UUDS 1950 yang berbunyi;
“Bahwa sesungguhnja kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka pendjadjahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perdjoangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang berbahagia dengan
selamat sentausa mengantarkan Rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Dengan berkat dan rahmat Tuhan tertjapailah tingkatan sedjarah jang
berbahagia dan luhur, Maka demi ini kami menjusun kemerdekaan kami itu
dalam suatu piagam Negara jang berbentuk republik-kesatuan, berdasarkan keTuhanan Jang Maha Esa, peri-kemanusiaan, kebangsaan, kerakjatan dan
keadilan sosial, untuk mewudjudkan kebahagiaan, kesedjahteraan,. perdamaian
dan kemerdekaan dalam masjarakat dan Negara-hukum Indonesia Merdeka jang
berdaulat sempurna.”
Bentuk Negara :
Bentuk negara Indonesia pada saat menggunakan UUDS 1950 adalah
berbentuk kesatuan.
Sebagaimana tercantum pada Bab I Negara Republik Indonesia Bagian I
Bentuk Negara dan Kedaulatan Pasal 1 poin 1 “Republik Indonesia jang merdeka
dan berdaulat ialah suatu negara-hukum jangdemokratis dan berbentuk
kesatuan.”
Hal ini juga tercantum dalam pembukaan/mukaddimah UUDS 1950 yang
berbunyi “Maka demi ini kami menjusun kemerdekaan kami itu dalam suatu
piagam Negara jang berbentuk republik-kesatuan, berdasarkan ke-Tuhanan Jang
Maha Esa...”
Pemerintahan Daerah :
Pemerintahan daerah pada UUDS 1950 ini hampir sama dengan UUD
1945 sebelum amandemen yaitu membagi daerah Indonesia atas daerah besar dan
kecil. Indonesia berbentuk negara kestauan yang tidak sentralistik dimana pada
masa konstitusi ini juga telah mengenal adanya otonomi seluas-luasnya bahkan
'medebewind juga akan diberikan kepada daerah-daerah. untuk mengurus urusan
rumah tangganya sendiri.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam Bab IV Pemerintah Daerah dan
Daerah-Daerah Swapraja Pasal 131 Poin 1 “Pembagian daerah Indonesia atas
daerah besar dan daerah kecil yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri
(autonoom) dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undnagundang, dengan memandang dan mengingati dasar permusywaratan dan dasar
perwakilan dalam sistim pemerintahan negara.”
Poin 2 “ Kepala daerah-daerah diberikan autonomi seluas-luasnya untuk
mengurus rumah tangganya sendiri.”
Dasar demokrasi pemerintahan daerah adalah sebagaimana Pasal 18 UUD
Proklamasi. Kedudukan swapradja bukan lagi tugas negara bagian (sebagaimana
yang dianut Konstitusi RIS), melainkan tugas pemerintah. UUDS 1950 mengatur
kedudukan Swapradja tidak lagi berdasarkan kontrak, namun undang-undang.
Perselisihan-perselisihan hukum mengenai peraturan kedudukan Swapradja tidak
diaili oleh MA, akan tetapi pengadilan perdata atau alat perlengkapan lain.
4.
UUD NRI 1945 (setelah Amandemen)
Cita Negara:
Pembukaan UUD NRI 1945 mengandung staatside berdirinya NKRI,
tujuan nasional Indonesia ,serta dasar Negara Indonesia, yang terdapat dalam
Alinea ke 4 ; Yang berbunyi : “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab,
Persatuan
Indonesia,
Kerakyatan
yangdipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Dengan rumusan yang
panjang dan padat ini pada alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 ini punya makna bahwa:
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi sekaligus tujuan, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial,
2. Keharusan adanya Undang-Undang Dasar,
3. Adanya asas politik negara yaitu Republik yang berkedaulan rakyat, dan
Negara kesatuan Indonesia,
4. Adanya asas kerohanian negara, yaitu rumusan Pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dari
dasar tersebut maka pembukaan UUD NRI 1945 tidak dirubah,karena dapat
membuat perubahan yang signifikan diseluruh system kenegaraan Indonesia.
Bentuk Negara:
Pasal 1 ayat (1)
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) dapat dianalisis bahwa bentuk Negara
Indonesia adalah negara kesatuan. Berbeda dengan negara federal, negara
kesatuan bercirikan dengan kekuasaan pemerintah pusat yang menonjol. Ciri
lainnya dari negara kesatuan ialah bahwa “kedaulatan tidak terbagi” atau dengan
kata lain kekuasaan pemerintah pusat tidak dibatasi, karena konstitusi negara
kesatuan tidak mengakui adanya badan legislatif lain, selain dari badan legislatif
pusat. Selain itu,ada 2 ciri mutlak melekat pada suatu negara kesatuan, yaitu :
1. Dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau
kepala wilayah atau kepala wilayah, kepala instansi, vertikal tingkatatasannya
kepada pejabat-pejabat di daerah.
2. Desentralisasi, adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah
pusatsebagai tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangga daerah
bersangkutan.
Pasal 1 ayat (2)
Berdasarkan pasal 1 ayat (2) dapat dianalisis bahwa Indonesia adalah
Negara yang demokratis, karena kedaulatan negara ada di tangan rakyat. Menurut
J.J.Rousseau demokrasi adalah perwujudan nyata dari teori kedaulatan
rakyat.Demokrasi sebagai wujud kedaulatan negara di tangan rakyat, maka
Negara memberi kekuasaan tertinggi kepada rakyat atau juga disebut
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan
salah satu prinsip pengelolaan negara Republik Indonesia, disamping prinsip
lainnya, yaitu theokrasi(negara berdasarkan ketuhanan), nomokrasi (negara
berdasarkan hukum), danekokrasi (negara yang berkedaulatan lingkungan).
Pasal 1 ayat (3)
Berdasarkan pasal 1 ayat (3) dapat dianalisis bahwa Indonesia adalah
Negara hukum. Negara hukum adalah suatu negara yang menentukan cara
bagaimana hak-hak asasi dilindungi. Dengan demikian negara hukum adalah
suatu sistem yangwajar dalam negara demokrasi. Negara demokrasi merupakan
bentuk pemerintahanyang akan menyalurkan kepentingan-kepentingan rakyat
sebagai pernyataan darihak asasinya. Antara prinsip demokrasi dan nomokrasi
harus ada di dalam penyelenggaraan kenegaraan suatu negara, termasuk
Indonesia. Demokrasi tanpanomokrasi akan menghasilkan anarki, sedangkan
nomokrasi tanpa demokrasi akanmenghasilkan tirani.
Asas-Asas Pemerintah Daerah:
Pasal 18, 18A, dan 18B
Sebagai konsekuensi menjadi negara kesatuan, Indonesia menganut
konsep dekonsentrasi dan desentralisasi sebagaimana telah dijelaskan pada
pembahasan pasal 1 ayat (1). Dekonsentrasi menghasilkan pembagian wilayah
administrasi atas daerah-daerah berupa provinsi, kota, dan kabupaten (Pasal 18
ayat (1). Dari pembagian wilayah tersebut membawa konsekuensi, bahwa masingmasing wilayah mempunyai kepala pemerintahan (gubernur untuk provinsi,
walikota untuk kota,dan bupati untuk kabupaten) yang dipilih secara demokratis
(Pasal 18 ayat (4). Sedangkan asas desentralisasi nampak pada Pasal 18 ayat (2).
Dalam pasal 18 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 ditegaskan
bahwa “ pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan”. Pada ayat-ayat dalam pasal tersebut menegaskan bahwa pemerintah
daerah menjalankan otonomi yang seluas-luasnya dalam menjalankan urusan
pemerintahannya. Hal ini sejalan dengan asas utama desentralisasi sebagaimana
analisis dari pasal 1 ayat (1) di atas. Sedangkan pada pasal 18A dan 18B,
mengatur dan mengakui keragaman adat di tiap daerah beserta kelengkapan
kesatuan adatnya, termasuk hukum adat (sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan prinsip NKRI). Jadi, hukum adat sebagai sumber hukum materiil (diakui
keberlakuannya) meskipun secara hukum bukan sebagai sumber hukum negara
(hukum positif) diakui keberadaannya oleh UUD NRI 1945.