204 Kelas XII SMAMTs
Semester 1
5.1, Tugas Mandiri 5.2 dan Tugas Mandiri 5.3. x Pensekoran Tugas Mandiri 5.1
Soal nomor 1 masing-masing kolom skornya 2 sehingga skor maksimal adalah 6. Soal nomor 2, 3 dan 4 skornya masing-masing 2. Total skor tertinggi adalah
12.
Skor Perolehan Nilai = -------------------- x 4
12 3HQ\HNRUDQ7XJDV0DQGLUL6RDOQRPRU±PDVLQJPDVLQJVNRUQ\D
sehingga skor maksimal adalah 10, Skor Perolehan
Nilai = -------------------- x 4 10
3HQ\HNRUDQ7XJDV 0DQGLUL 6RDO QRPRU ± PDVLQJPDVLQJ VNRUQ\D sehingga skor maksimal adalah 8.
Skor Perolehan Nilai = -------------------- x 4
8 3. Penilaian Keterampilan
Penilaian ketEerampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik SDGDVDDWPHQ\DMLNDQKDVLOLGHQWL¿NDVLWHQWDQJSRODKXEXQJDQ,QWHUQDVLRQDO\DQJ
dibangun Indonesia. Format penilaian dapat menggunakan contoh sebagaimana terdapat pada Lampiran Buku Guru ini.
1. Pertemuan Kedua 2 x 45 menit
a. Materi Pembelajaran Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia
1. Makna Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan hubungan internasional. Biasanya negara-negara yang menjalin hubungan atau
kerja sama internasional selalu menyatakan ikatan hubungan tersebut dalam
PPKN 205
suatu perjanjian internasional. Di dalam perjanjian internasional, diatur hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban antara negara-negara yang mengadakan
perjanjian dalam rangka hubungan internasional.
Perjanjian internasional mempunyai pengertian yang beragam. Berikut ini beberapa pandangan yang dikemukan oleh para ahli mengenai makna perjanjian
internasional.
a. Mochtar Kusumaatmadja, menyatakan bahwa perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antarbangsa yang bertujuan untuk menciptakan
akibat-akibat hukum tertentu. b. Oppenheimer-Lauterpacht, mengungkapkan bahwa perjanjian internasional
adalah suatu persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara pihak-pihak yang mengadakannya.
c. G. Schwarzenberger, memaknai perjanjian internasional sebagai suatu perjanjian antara subjek-subjek hukum hukum internasional yang menimbulkan
kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum internasional. Perjanjian internasional dapat berbentuk bilateral maupun multilateral. Subjek-subjek
hukum dalam hal ini selain lembaga-lembaga internasional, juga negara- negara.
d. Konvensi Wina tahun 1969, merumuskan perjanjian internasional sebagai suatu perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih yang bertujuan untuk
mengadakan akibat-akibat hukum tertentu. e. Academy of Sciences of USSR, menyimpulkan bahwa suatu perjanjian
internasional adalah suatu persetujuan yang dinyatakan secara formal antara dua atau lebih negara-negara mengenai pemantapan, perubahan atau
pembatasan hak-hak dan kewajiban mereka secara timbal balik.
Dengan demikian, dari pandangan-pandangan di atas, dapat dirumuskan bahwa secara umum perjanjian internasional dapat diartikan sebagai perjanjian
antarnegara atau antara negara dengan organisasi internasional yang menimbulkan akibat hukum tertentu berupa hak dan kewajiban di antara pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian tersebut.
Perjanjian internasional menjadi sumber hukum terpenting bagi hukum internasional positif, karena lebih menjamin kepastian hukum. Di dalam proses
perumusan suatu perjanjian internasional, yang paling penting adalah adanya kesadaran masing-masing pihak yang membuat perjanjian untuk mematuhinya
secara etis normatif.
Menurut Pasal 38 Ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional, perjanjian internasional merupakan sumber utama dari sumber-sumber hukum internasional
lainnya. Hal tersebut dapat dibuktikan terutama dalam kegiatan-kegiatan internasional dewasa ini yang sering berpedoman pada perjanjian antara para
subjek hukum internasional yang mempunyai kepentingan yang sama. Misalnya, Deklarasi Bangkok 1968 yang melahirkan Organisasi ASEAN dengan tujuan
206 Kelas XII SMAMTs
Semester 1
kerja sama di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Kedudukan perjanjian internasional dianggap sangat penting, karena alasan
berikut. a.
Perjanjian internasional lebih menjamin kepastian hukum sebab perjanjian internasional diadakan secara tertulis.
b. Perjanjian internasional mengatur masalah-masalah kepentingan bersama di
antara para subjek hukum internasional. Dari dua alasan tersebut, suatu perjanjian internasional yang dibuat secara
sepihak karena ada unsur paksaan dianggap tidak sah dan batal demi hukum. Oleh karena itu, dalam membuat suatu perjanjian internasional harus diperhatikan asas-
asas berikut. a.
Pacta Sunt Servada, yaitu asas yang menyatakan bahwa setiap perjanjian yang telah dibuat harus ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakannya.
b. Egality Rights
yaitu asas yang menyatakan bahwa pihak yang saling
mengadakan hubungan atau perjanjian internasional mempunyai kedudukan yang sama.
c. Reciprositas, yaitu asas yang menyatakan bahwa tindakan suatu negara
terhadap negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan yang bersifat negatif maupun positif.
d. RQD¿GHVyaitu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang dilakukan harus
didasari oleh itikad baik dari kedua belah pihak agar dalam perjanjian tersebut tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
e. Courtesy, yaitu asas saling menghormati dan saling menjaga kehormatan
negara. f.
Rebus sig Stantibus, yaitu asas yang dapat digunakan terhadap perubahan yang mendasar dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian itu.
2. Istilah-istilah Perjanjian Internasional