POHON INDUSTRI JAMBU SALAK ANALISIS

7 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Salak Provinsi Bali

1.5 POHON INDUSTRI JAMBU SALAK

PUREE BIJI ARANG AKTIF BUBUKSERBUK MANISAN DODOL BUAH BUMBU SALAD BUAH MADU SALAK FRUIT LEATHER KRIPIK BUAH ASINAN ANGGURWINE SELAI BUAH DALAM KALENG DAGING BUAH SALAK PELEPAH KULIT KEMASAN TRADISIONAL OBAT ALTERNATIF 8 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Salak Provinsi Bali

1.6 IDENTIFIKASI MASALAH 1. KELEMBAGAAN

1. Industri pengolah buah salak masih minim dan tidak terkait dengan kelompok tani produsen salak. Selama ini buah salak lebih banyak dipasarkan sebagai buah segar untuk dikonsumsi langsung. Selain kebutuhan konsumen yang mengkonsumsi dalam keadaan segar, kebutuhan upacara yang sangat tinggi di Bali membuat produksi berorientasi pada pemenuhan segmen pasar ini. Beberapa jenis salak memang cocok untuk segmen pasar ini. Salak madu, salak gula pasir dan juga salak sibetan yang mempunyai karakteristik cocok untuk dikonsumsi segar lebih baik jika diutamakan untuk pemenuhan segmen pasar ini. Namun masih banyak jenis salak lain yang mempunyai karakter manis lebih rendah dan sepat, mempunyai potensi untuk diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan industri pengolahan buah salak. musim panen raya juga seringkali membuat harga salak sangat murah sehingga keadaan ini dapat dikurangi dengan penyerapan oleh industri pengolahan buah salak. Namun sayangnya masih sangat jarang IKM yang melakukan pengolahan buah salak. dari beberapa hasil studi dan juga kegiatan yang melibatkan kelompok petani pengolah buah salak, hanya diperoleh sedikit sekali IKM pengolah buah salak. 2. Belum terbentuknya internal control sistem pada industri pengolah buah salak. pasar produk olahan salak lebih diarahkan ke pemenuhan pesanan pasar oleh-oleh, sehingga mutu produk yang dipesanharus memenuhi standar yang telah disepakati. Namun secara kelembagaan, unit penjamin mutu ini belum terbentuk sehingga ada peluang terjadi penyimpangan mutu selama proses produksi. Kesalahan dalam penjaminan mutu ini akan berakibat langsung pada pasar, karena itu keberadaan unit penjamin mutu ini sangat diperlukan untuk pengembangan industri secara terus menerus. 9 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Salak Provinsi Bali 3. Akses permodalan masih rendah. Salah satu cirri IKM yang berkembang saat ini adalah kecilnya permodalan. Hal ini dapat dilihat dari kapasitas produksi lebih berorientasi pada kemampuan IKM daripada permintaan yang harus dipenuhi. Akses pasar perlu didukung oleh kemampuan produksi untuk memenuhi pesanan yang datang. Untuk menjawab kemungkinan pengembangan ke dapan, kemudahan akses permodalan sangat diperlukan oleh IKM untuk menjawab tantangan pasar yang terus berkembang. 4. Belum tersedianya unit pemasaran pada IKM pengolah buah salak. Penetrasi pasar oleh IKM dalam pemasaran produk olahan salak masih dirasa sangat rendah. Tidak mudah memperoleh produk olahan salak produksi IKM di provinsi Bali. Hal ini dikarenakan, dalam IKM tidak mempunyai unit khusus yang menangani pemasaran. Ekpansi pasar jarang dilakukan karena tidak ada upaya khusus yang dilakukan oleh IKM untuk menggarap pangsa pasar baru.

2. TEKNOLOGI

1. Produktivitas rendah. Produktivitas rendah sangat terkait dengan permodalan dan juga akses teknologi yang rendah oleh IKM maupun oleh petani. 2. Teknologi pengolahan sudah diadopsi oleh IKM namun belum berupa production line yang efesien dan utuh. Proses produksi produk olahan salak saat ini umumnya melalui tahapan produksi yang terpisah-pisah meskipun berada pada satu lokasi. Setiap tahapan tidak dirancang sedemikian rupa sehingga merupakan kesatuan proses yang utuh dari awal sampai akhir dan efesien.

3. SUMBER DAYA MANUSIA

1. Pengasaan inovasi masih rendah dalam pemanfaatan produk salak untuk olahan. Meskipun buah salak mempunyai potensi yang tinggi 10 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Salak Provinsi Bali untuk diolah, namun inovasi yang dikembangkan oleh masyarakat masih rendah. Varian produk olahan masih sedikit dan belum mudah ditemukan di pasaran. Hal ini disebabkan oleh orientasi pemasaran petani salak sangat terbatas dan juga jarangnya bersentuhan dengan produk inovatif lainnya. Hal ini perlu dibangkitkan dengan dorongan yang inovatif sehingga varian produk yang muncul dimasyarakat bisa lebih beragam dan memberi kemungkinan lebih banyak produsen salak untuk melakukan kreasi dan inovasi pengolahan buah salak.

3. JEJARING PEMASARAN

1. IKM masih belum mempunyai jaringan produksi dan pemasaran dengan IKM lain dalam satu kawasan. IKM pengolah buah salak dipasok oleh petani disekitarnya. Meskipun demikian, jalinan kemitraan antara petani pemasok bahan baku dan IKM belum didasarkan oleh suatu proyeksi target volume produksi sehingga rawan kekurangan pasokan oleh petani. Saat ini kekurangan bahan baku dapat dipenuhi dari petani salak di luar daerah yang penghasil salak juga, namun bersifat tidak terencana. Disamping hal ini, antar IKM juga belum mempunyai kerjasama yang baik. Kesuksesan satu IKM tidak bisa membantu IKM lain yang sejenis karena belum terjalin kemitraan yang baik. Kehilangan pasar atau kekurangan pasokan sering dialami oleh IKM. Namun permasalahan mereka jarang dikomunikasikan dengan IKM lain yang lebih mapan. Jalinan kerjasama yang sangat kurang ini rawan melemahkan keberadaan IKM sebagai salah satu pelaku dalam pengolahan buah salak.

5. BAHAN BAKU

1. Bahan baku yang mempunyai sertifikat organic masih sangat terbatas. Salak Bali sudah terkenal karena kekhasan rasa dan teksturnya. Meskipun tuntunan terhadap produk salak organic rendah, namun perluasan pasar dan juga keberlanjutan dan kelestarian salak dapat dikawal melalui sertifikasi organic produk salak. Persyaratan sertifikasi organic memberikan perubahan yang 11 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Salak Provinsi Bali positif bagi petani, sehingga kalau ini dapat dilaksanakan, maka produk buah salak baiksegar maupun olahannya akan memiliki daya saing yang lebih tinggi. 2. Pasokan buah salak masih bersaing dengan pemanfaatan segar. Tidak dapat dipungkiri bahwa petani lebih cenderung menempuh jalur pemasaran yang pendek untuk mendapatkan penghasilan. Namun nilai tambah produk terutama untuk produk yang mempubuah salak bermutu rendah, produksi melimpah, memerlukan jalur pemasaran lain. Pasokan ke IKM menjadi alternative yang baik bagi produsen salak, karena selain dekat juga menurunkan biaya distribusi yang harus ditanggung. 12 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Salak Provinsi Bali

1.7 ANALISIS

Dalam penyusunan roadmap ini digunakan metode analisis SWOT. Adapun uraian dari kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan disajikan sebagai berikut: Kekuatan Strenght 1. Tersedianya bahan baku buah salak yang cukup besar. 2. Salak Bali mempunyai segmen khusus di pasaran. 3. Mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi berbagai produk turunan 4. Kawasan sangat potensi untuk dijadikan sebagai kawasan ekonomi berbasis salak. Kelemahan Weakness 1. Salak mempunyai umur simpan pendek 2. Kemitraan antara produsen dan industri belum terjalin dengan baik sehingga rentan terjadi overproduksi yang tidak tersalurkan. 3. Masih rendahnya penguasaan dan penerapan teknologi dalam penanganan pascapanen maupun pengolahan hasil. 4. Perluasan areal tanam sulit dilakukan karena salak Bali citarasanya akan berubah jika di tanam dilokasi yang tidak sesuai. 5. Beum berkembangnya industri pengolahan buah salak. Peluang Opportunity 1. Semakin berkembangnya Agrowisata yang menawarkan paket tropical fruit sehingga memberikan edukasi kepada konsumen untuk mengenal komoditi buah-buahan lokal. 2. Berkembangnya pasar oleh-oleh di Bali yang terbuka dengan pasokan buah salak dan olahannya. 13 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Salak Provinsi Bali 3. Masyarakat masih sangat terbuka dengan produk olahan komoditi buah yang diusahakan oleh IKM, sehingga produk olahan IKM mempunyai segmen pasar tertentu dan khas. 4. Kunjungan wisatawan mancanegara konsisten besar setiap tahun. Tantangan Threat 1. Memasuki era pasar bebas tahun 2016 utamanya pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean MEA. 2. Adanya pesaing dari produk buah salak impor. 3. Edukasi terhadap konsumen nonlokal tidak dilakukan secara massive sehingga mengakibatkan tingkat serapan produk oleh konsumen non lkal rendah. 14 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Salak Provinsi Bali

BAB II. SASARAN DAN STRATEGI

2.1 Sasaran Jangka Menengah 2016-2020

1. Berkembangnya industri pengolahan buah salak dengan kualitas tinggi dan berdaya saing 2. Meningkatnya jumlah dan kapasitas IKM pengolahan buah salak. 3. Terbentuknya Internal control sistem pada industri pengolah buah salak 4. Terjaminnya kemudahan akses permodalan bagi petani salak 5. Menginisiasi pembentukan unit pemasaran di tingkat IKM 6. Terwujudnya production line industri pengolahan buah salak yang efesien dan utuh 7. Meningkatnya inovasi produk olahan buah salak hasil kreasi maupun adopsi oleh kelompok tani produsen salak 8. Terjalinnya kemitraan yang kuat antar IKM dengan petani pemasok salak, maupun antar IKM. 9. Meningkatnya kepemilikan sertifikat organik oleh petani salak 10. Terpenuhinya pasokan bahan baku

2.2 Sasaran Jangka Panjang 2016-2035

1. Terwujudnya industri turunan salak yang bernilai tambah tinggi dan berwawasan lingkungan 2. Tercapainya sertifikasi organic bagi semua subak abian produsen Salak di Provinsi Bali 3. Meningkatnya volume dan jenis produksi turunan salak yang masuk pasar modern.. 4. Meningkatnya kapasitas kelembagaan petani salak 5. Meningkatnya kontribusi subsector industri produk olahan salak bagi perekonomian Provinsi Bali.