67 varians yang homogen sedangkan data perasaan nyeri tekan mempunyai
varians yang tidak homogen. Pada data ROM, secara rinci berikut hasil uji homogenitas yang
diperoleh: Tabel.36 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ROM
No Variabel
Levene Statistic
P Ket
1 Pretest-posttest
Plantarfleksi 6,021
0,014 Tidak
Homogen 2
Pretest-posttest Dorsofleksi
1,880 0,170
Homogen 3
Pretest-posttest Inversi
2,007 0,159
Homogen 4
Pretest-posttest Eversi 1,007
0,389 Homogen
Berdasarkan Tabel 36 diperoleh bahwa nilai Sig dari masing-masing
variabel lebih besar dari 0,05 p 0,05. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa data ROM gerak dorsofleksi, inversi, dan eversi dalam
penelitian ini mempunyai varians yang homogen, sedangkan data ROM gerak plantarfleksi mempunyai varians yang tidak homogen.
D. Uji Berpasangan uji-t
Analisis data dilakukan dengan uji-t pada kelompok data. Hasil analisis dikatakan signifikan apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel dengan taraf
signifikansi 5 untuk kemerahan, intensitas suhu panas, lingkar ankle dan nyeri, sedangkan anilisis data ROM dikatakan signifikan apabila nilai t hitung
lebih kecil dari t tabel dengan taraf signifikansi 5. Pada kemerahan, suhu panas, lingkar ankle uji hipotesis dilakukan masing-masing dalam satu
kelompok, sedangkan untuk nyeri dan ROM uji hipotesis dilakukan pada masing-masing perlakuan dikarenakan data yang terlalu banyak.
68 1. Uji t Intensitas Kemerahan
Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam mengurangi intensitas kemerahan pada cedera ankle sprain
akut, diuji dengan mencari perbedaan kemerahan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil uji-t
ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel.37 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Intensitas Kemerahan
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 1,00
7,285 0,000
Signifikan Posttest
0,10 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar 7,285 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan pada intensitas kemerahan sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel 38 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata intensitas kemerahan sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase
adalah sebesar 1,00, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 0,10. Hasil ini
menunjukkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang signifikan dalam mengurangi kemerahan pada cedera
ankle sprain akut. 2. Uji t Intensitas Suhu Panas
Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam mengurangi intensitas suhu panas pada cedera ankle sprain
akut, diuji dengan mencari perbedaan instensitas suhu panas sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
69 Berdasarkan hasil uji normalitas data intensitas suhu panas tidak
berdistribusi normal maka uji analisis statistik menggunakan uji non parametrik dengan uji Wilcoxon. Hasil uji ditunjukkan pada tabel berikut,
Tabel.38 Rangkuman Hasil Wilcoxon Intensitas Suhu Panas
Nyeri Mean
p Ket
Pretest 1,20
0,000 Signifikan
Posttest 0,20
Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada
intensitas suhu panas sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel 39 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata intensitas suhu panas sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase
adalah sebesar 1,20, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 0,20. Hasil ini
menunjukkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang signifikan dalam mengurangi suhu panas pada cedera
ankle sprain akut. 3. Uji t Pembengkakan Lingkar Ankle
Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam mengurangi pembengkakan lingkar ankle pada cedera ankle
sprain akut, diuji dengan mencari perbedaan bengkak sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil
uji-t ditunjukkan pada tabel berikut.
70 Tabel.39 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Pembengkakan Lingkar Ankle
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 1,00
9,869 0,000
Signifikan Posttest
0,10 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar 9,869 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan pada pembengkakan pada lingar ankle sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel 40 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata bengkak sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah
sebesar 50,95, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 49,82. Hasil ini menunjukkan
bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang signifikan dalam mengurangi bengkak pada cedera ankle sprain akut.
4. Uji t Nyeri Tekan Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase
efektif dalam mengurangi perasaan nyeri tekan pada cedera ankle sprain akut, diuji dengan mencari perbedaan nyeri tekan sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil uji-t ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel.40 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Perasaan Nyeri Tekan
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 7,10
27,907 0,000
Signifikan Posttest
2,45 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar 27,907 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
71 yang signifikan pada perasaan nyeri tekan sebelum dan sesudah diberi
perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Berdasarkan tabel 41 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata perasaan
nyeri tekan sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 7,10, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi
terapi dingin dan masase adalah sebesar 2,45. Hasil ini menunjukkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang
signifikan dalam mengurangi perasaan nyeri tekan pada cedera ankle sprain akut.
5. Uji t Nyeri Berjalan Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase
efektif dalam mengurangi perasaan nyeri berjalan pada cedera ankle sprain akut, diuji dengan mencari perbedaan nyeri berjalan sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil uji-t ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel.41 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Perasaan Nyeri Berjalan
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 4,60
22,743 0,000
Signifikan Posttest
1,10 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar 22,743 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan pada perasaan nyeri berjalan sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel 42 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata perasaan nyeri berjalan sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan
masase adalah sebesar 4,60, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan
72 kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 1,10. Hasil ini
menunjukkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang signifikan dalam mengurangi perasaan nyeri berjalan
pada cedera ankle sprain akut. 6. Uji t Nyeri Jongkok
Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam mengurangi perasaan nyeri jongkok pada cedera ankle
sprain akut, diuji dengan mencari perbedaan nyeri jongkok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil
uji-t ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel.42 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Perasaan Nyeri Jongkok
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 4,90
21,354 0,000
Signifikan Posttest
1,30
Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar 21,354 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan pada perasaan nyeri jongkok sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel 43 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata perasaan nyeri jongkok sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan
masase adalah sebesar 4,90, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 1,30. Hasil ini
menunjukkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang signifikan dalam mengurangi perasaan nyeri jongkok
pada cedera ankle sprain akut.
73 7. Uji t Nyeri Jinjit
Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam mengurangi perasaan nyeri jinjit pada cedera ankle sprain
akut, diuji dengan mencari perbedaan nyeri jinjit sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil uji-t
ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel.43 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Perasaan Nyeri Jinjit
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 5,85
26,100 0,000
Signifikan Posttest
1,45 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar 26,100 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan pada perasaan nyeri jinjit sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel 44 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata perasaan nyeri jinjit sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase
adalah sebesar 5,85, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 1,45. Hasil ini menunjukkan
bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang signifikan dalam mengurangi perasaan nyeri jinjit pada cedera ankle
sprain akut. 8. Uji t Nyeri Berdiri Satu Kaki
Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam mengurangi perasaan nyeri berdiri satu kaki pada cedera
ankle sprain akut, diuji dengan mencari perbedaan nyeri berdiri satu kaki
74 sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan
masase. Hasil uji-t ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel.44 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Nyeri Berdiri Satu Kaki
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 5,15
23,858 0,000
Signifikan Posttest
1,10 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar 23,858 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan pada perasaan nyeri berdiri satu kaki sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel 45 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata perasaan nyeri berdiri satu kaki sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin
dan masase adalah sebesar 5,15, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 1,10. Hasil
ini menunjukkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang signifikan dalam mengurangi perasaan nyeri berdiri satu
kaki pada cedera ankle sprain akut. 9. Uji t Gerak Plantarfleksi
Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam meningkatkan ROM pada gerak plantarfleksi cedera ankle sprain
akut, diuji dengan mencari perbedaan gerak plantarfleksi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil
uji-t ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel.45 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Gerak Plantarfleksi
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 36,95
-13,585 0,000
Signifikan Posttest
44,05
75 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar -13,585 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan yaitu pada gerak plantarfleksi sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel 46 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata gerak plantarfleksi sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan
masase adalah sebesar 36,95, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 44,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang signifikan dalam meningkatkan ROM pada gerak
plantarfleksi cedera ankle sprain akut. 10. Uji t Gerak Dorsofleksi
Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam meningkatkan ROM pada gerak dorsofleksi cedera ankle sprain
akut, diuji dengan mencari perbedaan gerak dorsofleksi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil
uji-t ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel.46 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Gerak Dorsofleksi
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 12,10
-9,764 0,000
Signifikan Posttest
18,40 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar -9,764 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan yaitu pada gerak dorsofleksi sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
76 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata gerak
dorsofleksi sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 12,10, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan
kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 18,40. Hasil ini menunjukkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai
efektivitas yang signifikan dalam meningkatkan ROM pada gerak dorsofleksi cedera ankle sprain akut.
11. Uji t Gerak Inversi Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif
dalam meningkatkan ROM pada gerak inversi cedera ankle sprain akut, diuji dengan mencari perbedaan gerak inversi sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil uji-t ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel.47 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Gerak Inversi
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 14,60
-9,471 0,000
Signifikan Posttest
21,10 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar -7,937 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan yaitu pada gerak inversi sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata gerak inversi sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase
adalah sebesar 14,60, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 21,10. Hasil ini
menunjukkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai
77 efektivitas yang signifikan dalam meningkatkan ROM pada gerak inversi
cedera ankle sprain akut. 12. Uji t Gerak Eversi
Untuk mengetahui apakah kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam meningkatkan ROM pada gerak ieversi cedera ankle sprain akut,
diuji dengan mencari perbedaan gerak eversi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase. Hasil uji-t
ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel.48 Rangkuman Hasil uji-t terhadap Gerak Eversi
Nyeri Mean
t
hitung
p Ket
Pretest 7,40
-9,119 0,000
Signifikan Posttest
11,45 Hasil uji-t diperoleh nilai t
hitung
sebesar -9,119 dengan nilai p = 0,000 p0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan yaitu pada gerak eversi sebelum dan sesudah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata gerak eversi sebelum diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase
adalah sebesar 7,40, dan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase adalah sebesar 11,45. Hasil ini menunjukkan
bahwa kombinasi terapi dingin dan masase mempunyai efektivitas yang signifikan dalam meningkatkan ROM pada gerak eversi cedera ankle
sprain akut.
78
E. Pembahasan