KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DAN MANGAN (Mn) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

(1)

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DAN MANGAN (Mn) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI

WAY KUALA BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

Oleh

Clara Citra Resmie

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

Judul : KAJIAN KANDUNGAN LOGAM

BERAT KROMIUM (Cr) DAN MANGAN (Mn) PADA IKAN DI PERAIRAN

MUARA SUNGAI WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Clara Citra Resmie Nomor Pokok Mahasiswa : 0717011026

Jurusan : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Diky Hidayat, M.Sc. Dian Septiani Pratama, M.Si.

NIP : 197406092005011002 NIP :

198009082009122003

2. Ketua Jurusan

Andi Setiawan, Ph.D. NIP : 195809221988111001


(3)

ABSTRAK

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DAN MANGAN (Mn) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI

WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Clara Citra Resmie

Telah dilakukan analisis logam berat Mn dan Cr pada sampel ikan Kiper

(Scatophagus argus) di muara sungai Way Kuala Bandar Lampung. Konsentrasi logam Mn dan Cr ditentukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

Hasil analisis menunjukkan konsentrasi logam Mn pada ikan Kiper di daging, insang dan isi perut masing-masing adalah 0,0082±1,045x10-07ppm,

0,0101±5,595x10-06ppm dan 0,0195±6,555x10-07 ppm. Konsentrasi logam berat Cr pada ikan Kiper di daging, insang dan isi perut masing-masing adalah

0,0057±8,944x10-08ppm, 0,0202±1,007x10-05ppm dan 0,0389±1,303x10-06ppm. Kandungan logam berat Mn pada air di bagian hulu, tengah dan hilir muara sungai Way Kuala masing-masing sebesar 0,3499 ppm, 0,3513 ppm dan 0,3513 ppm. Kandungan logam berat Cr pada air di bagian hulu, tengah dan hilir muara sungai Way Kuala masing-masing sebesar 0,0426 ppm, 0,0327 ppm dan 0,0356 ppm.


(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Propinsi Lampung terletak di bagian ujung selatan Pulau Sumatera. Secara geografis, Propinsi Lampung terletak pada posisi 3o45’ LS-6o45’ LS dan 103o

40’ BT-105o50’ BT. Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 04 tahun 2001 Kota Bandar Lampung terdiri dari 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan dengan luas wilayah 197,22 km2 dan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebanyak 809.860 jiwa terdiri dari laki-laki 411.220 jiwa dan perempuan 348.640 jiwa (Badan Pusat Stastik, 2009).

Secara hidrologi Kota Bandar Lampung mempunyai dua sungai besar (main drain) yaitu Way Kuripan dan Way Kuala dan 23 sungai-sungai kecil, semua sungai yang ada merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara ke Teluk Lampung. Sungai yang mengalir di wilayah Kota Bandar Lampung antara lain: (1) Sungai Way Kuripan, Way Kupang, Way Kunyit dan Way Bakung sebagai zona drainase Tanjungkarang; (2) Sungai Way Kemiling, Way Pemanggilan, Way Langkapura, Way Kedaton, Way Balau, Way Halim, Way Durian Payung; Way Simpur; Way Awi, Way Penengahan dan Way Kedamaian sebagai zona drainase Telukbetung;


(5)

(3) Sungai Way Lunik Kanan dan Way Lunik Kiri, Way Pidada, Way Galih Panjang dan Srengsem sebagai bagian dari zona drainase Panjang; (4) Sungai Way Kandis 1, Way Kandis 2, Way Kandis 3 merupakan bagian dari zona drainase Kandis (Wiryawan dkk, 2002).

Lampung mempunyai 5 sungai besar dan sekitar 25 buah sungai kecil, yang membentuk 8 Daerah Aliran Sungai (DAS), salah satunya adalah daerah aliran sungai (DAS) Way Kuala. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh

Wiryawan dkk (2002), daerah aliran sungai (DAS) Way Kuala merupakan daerah yang paling banyak dikelilingi oleh sektor industri, setidaknya terdapat 22 macam industri. Beberapa jenis industri di sekitar sungai Way Kuala adalah industri konstruksi (PT Darma Putra Konstruksi, PT Jaya Persada Konstruksi, PT Husada Baja), industri kimia (PT Golden Sari, PT Garuntang), industri pergudangan dan peti kemas (PT Inti Sentosa Alam Bahtera). Selain dikelilingi oleh wilayah industri, DAS Way Kuala merupakan daerah pemukiman padat penduduk yang menghasilkan limbah rumah tangga dan domestik.

Muara adalah salah satu tempat yang sangat potensial sebagai gudang bahan pencemar (Syahminan, 1996). Muara sungai Way Kuala digunakan sebagai tempat terakhir penumpukan limbah yang berasal dari pengolahan limbah industri-industri dan limbah domesik yang dialirkan ke sungai, sebelum

dilepaskan ke pantai. Muara sungai merupakan tempat bertemunya air laut dan air sungai yang memiliki peran ekologis terhadap kehidupan biota air. Daerah muara sungai yang cenderung lebih rendah menyebabkan lebih banyak sedimen yang mengendap di muara sungai. Sedimentasi logam berat di muara sungai


(6)

berpengaruh pada organisme yang mencari makan di dasar perairan, bereproduksi dan tumbuh besar bagi biota akuatik seperti ikan, udang, dan kerang yang

memiliki peluang besar terpapar dengan logam berat yang terdapat dalam muara sungai (Perkins, 1974). Kehadiran logam berat Cr dan Mn pada muara sungai akan memberikan sifat toksik terhadap biota akuatik dan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.

Adanya berbagai macam limbah industri yang berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan sekitar daerah aliran sungai (DAS) Way Kuala terutama oleh pencemaran limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) yang dialirkan ke sungai. Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung logam berat, seperti timbal, kromium, kadmium, merkuri, mangan dan kobalt (Wiryawan dkk, 1999). Untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat pada muara sungai Way Kuala, maka digunakan spesies yang mewakili lingkungan yang ada diperairan sebagai

bioindikator tersebut yaitu ikan.

Ikan sebagai salah satu bioindikator tingkat pencemaran yang terjadi di dalam perairan. Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan, dapat digunakan sebagai

indikator terjadinya suatu pencemaran dalam lingkungan. Ikan telah digunakan untuk menilai apakah perairan habitatnya bersih/tercemar, hal ini dikarenakan ikan hidup dalam jangka waktu beberapa tahun, ikan mempunyai daya respon yang berbeda terhadap jumlah dan jenis pencemaran, mudah didapatkan dan mudah pula diteliti dan mampu mengakumulasi logam berat (Connell dan Miller, 1995). Di muara sungai Way Kuala hanya terdapat ikan karena merupakan


(7)

bioindikator paling kuat terhadap pencemaran dibandingkan udang dan kerang sehingga udang dan kerang sudah tidak ada dalam muara sungai Way Kuala.

Berdasarkan hasil pengamatan (Yudha, 2007), aliran pembuangan limbah terutama berasal dari kegiatan industri di kawasan Panjang dan limbah rumah tangga (domestik) sekitar, tetapi yang paling banyak sumber limbahnya yaitu limbah domestik. Jumlah logam runutan yang cukup besar disumbangkan ke dalam cairan rumah tangga oleh sampah-sampah metabolik, korosi pipa air dan produk-produk konsumer (misalnya detergen). Pembuangan sampah lumpur juga dapat memperbanyak kandungan logam berat di badan perairan (Connell dan Miller, 2006).

Sumber pencemar logam berat Cr yaitu bahan kimia yang mengandung kromium dan bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya pembakaran ke udara, tanah, dan air. Partikel kromium ada di udara dalam waktu kurang dari 10 hari kemudian akan menempel pada partikel tanah dan air dengan sedikit larut. Logam Cr banyak digunakan sebagai pelapis baja atau logam, baterai dan pelapis pada peralatan rumah tangga dan mobil. Selain limbah industri, pencemaran logam berat juga berasal dari limbah rumah tangga seperti sampah metabolik, korosi pipa air yang mengandung kromium (Cr) (Connell dan Miller, 1995). Sedangkan logam berat Mn, sumber pencemarnya yaitu kebanyakan dari limbah domestik seperti baterai, sampah dan lain-lain. Logam berat mangan banyak digunakan dalam industri besi dan baja digunakan untuk mencegah korosi pada pembuatan baja. Kehadiran mangan (Mn) dalam perairan dengan konsentrasi yang relatif tinggi, dapat meracuni kehidupan organisme perairan, sedangkan dalam


(8)

konsentrasi yang relatif rendah, akan diserap oleh organisme perairan tingkat rendah, seperti plankton yang kemudian terakumulasi di dalam plankton (Forstner and Wittman, 1978). Apabila logam berat Mn tersebut terakumulasi dalam tubuh manusia, dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius seperti gangguan syaraf otak pada anak-anak, perlakuan kasar, dan gejala kelainan otak serta tingkah laku yang tidak normal, sedangkan apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung kromium dalam jumlah besar, menyebabkan gangguan perut, ginjal, kerusakan hati dan bahkan kematian (Palar, 1994).

Hasil penelitian pada insang ikan yang sudah dilakukan yaitu mengenai kandungan logam berat dalam ikan dari sungai Ravi, Pakistan adalah hati ikan menunjukkan kecenderungan tertinggi (4,26 ± 1,57 dan 6,23 ± 1,14 µgg-1 untuk mengakumulasi kadmium dan kromium, sedangkan akumulasi logam yang paling rendah (1,10 ± 0,53 dan 1,46 ± 0,52 µgg-1) (Rauf dkk, 2007).

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Novita (2010), konsentrasi logam berat Pb pada sampel sedimen di hulu dan badan muara sungai Way Kuala Bandar Lampung masing-masing adalah 153,94 ± 5,31 ppm dan 152,21 ± 2,74 ppm, konsentrasi logam berat Pb pada sampel sedimen di hilir muara sungai Way Kuala Bandar Lampung 188,38 ± 0,65 ppm.

Namun sampai saat ini belum ada laporan penelitian tentang kandungan logam berat pada ikan di wilayah sungai Way Kuala. Sedangkan penelitian kandungan logam berat pada ikan yang dilakukan oleh Yuli (2008) di sungai Way Kuripan


(9)

telah dilakukan, ternyata terdapat beberapa spesies ikan yaitu ikan Nila, yang terpapar logam berat Fe dan Pb yaitu sebesar 5 ppm dan 2 ppm.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian kajian kandungan logam berat Cr, dan Mn pada ikan di perairan muara sungai Way Kuala Bandar Lampung menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Pemilihan metode Spektrofotometri Serapan Atom karena mempunyai sensitifitas tinggi, mudah, murah, sederhana, cepat, dan cuplikan yang dibutuhkan sedikit (Khopkar, 1990).

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar logam berat Kromium (Cr) dan Mangan (Mn) pada ikan dan air di muara sungai Way Kuala Bandar Lampung, menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang tingkat pencemaran logam berat Kromium (Cr) dan Mangan (Mn) pada ikan di muara sungai Way Kuala Bandar Lampung dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pencegahan pencemaran logam berat tersebut dan mengambil langkah-langkah yang tepat apabila telah terjadi pencemaran logam berat pada biota laut yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan masyarakat setempat.


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran

Pencemaranadalah masuk atau dimasukkannyamahluk hidup,zat,energidan atau komponen lain ke dalamairatau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atauudaraoleh kegiatanmanusiadan proses alam,

sehingga kualitas air dan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada awal digunakannya logam sebagai alat, belum diketahui pengaruh pencemaran pada lingkungan. Proses oksidasi pada logam yang menyebabkan perkaratan

sebetulnya merupakan tanda-tanda adanya pencemaran. Tahun demi tahun ilmu kimia berkembang cepat dan mulai ditemukannya garam logam (HgNO3,

PbNO3,HgCl, CdCl2, dll) yang digunakan oleh industri, maka tanda-tanda


(11)

1. Sumber Pencemaran

Suatu proses produksi dalam industri yang memerlukan suhu tinggi, seperti pertambangan batu bara, pemurnian minyak, pembangkit tenaga listrik, dengan energi minyak, dan pengecoran logam, banyak mengeluarkan limbah pencemaran, terutama pada logam-logam yang relatif mudah menguap dan larut dalam air (dalam bentuk ion), seperti logam Cr dan Mn. Ada beberapa sumber pencemar yang mempengaruhi kualitas sungai terhadap mineral/logam yaitu:

1. Erosi dari batuan karang.

2. Presipitasi dan evaporasi dari dan ke udara.

3. Larutan air yang membawa mineral dari daratan ke air permukaan (Darmono, 2001).

a. Logam Cr

Krom (Cr) sebagai salah satu logam berat berpotensi sebagai pencemar akibat kegiatan pewarnaan kain pada industri tekstil, cat, penyamakan kulit, pelapisan logam, baterai atau industri krom (Ackerley, et al, 2004).

Menurut Darmono (1995) penggunaan logam kromium dalam industri antara lain 1). Logam kromium (Cr) digunakan sebagai pelapis baja atau logam. Kromium

merupakan bahan paduan baja yang menyebabkan baja bersifat kuat dan keras.

2). Kromium (Cr) digunakan dalam industri penyamakan kulit. Senyawa

Cr(OH)SO4 bereaksi dengan kolagen menjadikan kulit bersifat liat, lentur dan


(12)

3). Logam kromium (Cr) dimanfaatkan sebagai bahan pelapis (platting) pada bermacam-macam peralatan, mulai dari peralatan rumah tangga sampai peralatan mobil. Bahan paduan steinless steel (campuran Cr dengan Ni) digunakan pada industri pembuatan alat dapur.

4). Senyawa CrO3 yang berwarna coklat gelap, bersifat konduktor listrik yang

tinggi dan bersifat magnetik, digunakan pada pita rekaman. 5). Senyawa Na2CrO7 sebagai oksidan dalam industri kimia.

6). Persenyawaan kromium (senyawa-senyawa kromat dan dikromat) dimanfaatkan dalam industri tekstil untuk pencelupan dan zat warna.

Adapun sifat fisik dan kimia Kromium (Cr) disajikan dalam Tabel 1: Tabel 1. Sifat Fisik Logam Kromium (Cr)

Nomor atom 24

Densitas (g/cm3) 13,11

Titik lebur (0C) 1765

Titik didih (0C) 1810

Kalor fusi (kJ/mol) 4,90

Kalor penguapan (kJ/mol) 190,5

Kapasitas panas pada 250C (J/mol.K) 21,650

Logam kromium (Cr) pertama kali ditemukan oleh Vauquelin (1797). Umumnya logam di alam ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain dan sangat jarang ditemukan dalam bentuk unsur tunggal. Logam kromium (Cr) di alam ditemukan dalam bentuk chromite (FeO·Cr2O3). Kromium adalah logam

yang berwarna putih, tak begitu liat, dan tak dapat ditempa. Jika tidak terkena udara, akan terbentuk ion-ion kromium.

Cr (S) + 2 HCl (aq) Cr2+ (aq) + 2Cl- (aq) + H2 (g)


(13)

pemanasan cairan. Logam kromium mudah larut dalam HCl, H2SO4, dan asam

perklorat. Logam kromium (Cr) mempunyai tingkat oksidasi yang berbeda-beda, ion kromium yang telah membentuk senyawa, mempunyai sifat yang berbeda sesuai dengan tingkat oksidasinya (Palar, 2004).

b. Logam Mn

Mangan adalah logam berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam murni tak bereaksi dengan air tetapi bereaksi dengan uap air, larut dalam asam, dengan HNO3 yang

sangat encer melepaskan H2. Logam dan ion mangan bersifat paramagnetik. Hal

ini dapat dilihat dari obital d yang terisi penuh pada konfigurasi elektron (Svehla, 1985).

Menurut Effendi, penggunaan logam Mn (mangan) dalam industri antara lain: 1). Mangan digunakan dalam industri besi dan baja. Mangan digunakan sebagai

campuran pembuatan ferromangan ( 70 %-80 % Mn), besimangan ( 13 % Mn) dan manganin yaitu campuran antara tembaga, mangan dan nikel. Mangan digunakan untuk mencegah korosi pada pembuatan baja. Campuran logam (Alloy) memiliki kekuatan magnetis yang banyak digunakan pada mesin jet dan turbin gas mesin/motor, sebagai bahan baja tahan-karat dan baja magnet.

2). Mangan digunakan sebagai bahan pembuat isolator.

3). Mangan digunakan untuk pembuatan baterai. Senyawa mangan dioksida (MnO2) digunakan sebagai sel kering baterai.


(14)

4). Mangan digunakan untuk pewarnaan kaca dan dalam konsentrasi tinggi untuk pewarnaan batu permata.

5). Senyawa oksida mangan digunakan untuk pembuatan oksigen, klorin, dan pengeringan cat hitam. Senyawa permanganat adalah oksidator yang kuat dan digunakan dalam analisis kuantitatif pengobatan.

Berikut ini sifat fisik dan kimia Mangan (Mn) disajikan dalam Tabel 2: Tabel 2. Sifat Fisik Logam Mangan (Mn)

Nomor atom 25

Densitas (g/cm3) 7.21

Titik lebur (K) 1519

Titik didih (K) 2334

Kalor fusi (kJ/mol) 12.91

Kalor penguapan (kJ/mol) 221

Kapasitas panas pada 250C (J/mol.K) 26.32

Energi ionisasi (kJ/mol) 1.55

2. Dampak Pencemaran

Kehadiran ion logam-logam berat seperti kromium (Cr) dan mangan (Mn) dalam perairan dengan konsentrasi yang relatif tinggi, dapat meracuni kehidupan organisme perairan, sedangkan dalam konsentrasi yang relatif rendah, akan diserap oleh organisme perairan tingkat rendah, seperti plankton yang kemudian terakumulasi di dalam plankton (Forstner and Wittman, 1983). Apabila logam berat tersebut terakumulasi dalam tubuh manusia, dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius seperti gangguan syaraf otak pada anak-anak, gangguan ginjal yang akut, dan dapat menyebabkan kematian (Palar, 1994).

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, dimana keberadaannya dalam jumlah


(15)

tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan (Johnston, 1976).

Logam berat dapat menimbulkan efek-efek khusus dalam mahluk hidup. Menurut Palar (1994), secara umum bisa dikatakan bahwa semua logam berat dapat

menjadi bahan pencemar yang akan meracuni tubuh mahluk hidup. Sebagai contoh logam air raksa, kromium, timbal, dan kadmium. Umumnya logam berat pada kadar rendah sudah bersifat toksik pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Logam berat ini akan terakumulasi di dalam tubuh disalurkan sepanjang perjalanan rantai makanan (Palar, 2004).

Dalam kondisi normal, beberapa jenis logam ringan maupun logam berat berbeda dalam jumlah sedikit di dalam air. Menurut Darmono (1995) beberapa logam ringan tersebut bersifat esensial, misalnya kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang berguna untuk pembentukan kutikula atau sisik pada ikan atau udang. Logam berat seperti tembaga (Cu), zink (Zn), dan mangan (Mn) sangat berguna


(16)

dalam pembentukan hemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada hewan air tersebut.

Menurut Nybakken (1992), logam berat merupakan salah satu bahan kimia beracun yang dapat memasuki ekosistem bahari. Bahan-bahan kimia ini

seringkali memasuki rantai makanan di laut dan berpengaruh pada organisme laut. Keadaan tersebut menyebabkan sulit sekali untuk memperkecil pengaruh bahan kimia tersebut, terutama apabila pengaruhnya terulang kembali pada tahun-tahun berikutnya. Unsur-unsur logam berat biasanya erat kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup, biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah industri merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat yang potensial bagi perairan. Pembuangan limbah industri secara terus menerus tidak hanya mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam berat dalam sedimen dan biota perairan.

a. Dampak logam Cr

Akumulasi kromium dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan kerusakan dalam sistem organ tubuh. Efek toksisitas kromium (Cr) dapat merusak serta mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Mengkonsumsi makanan berbahan

kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian (Palar, 1994).


(17)

Menurut beberapa lembaga, batas konsentrasi kromium yang tidak membahayakan bagi kesehatan manusia adalah :

1). EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan batas aman konsentrasi kromium dalam air minum adalah 1 mg/L untuk konsumsi air minum selama 10 hari.

2). OSHA (The Occupational Health and Safety Administration) menetapkan batas aman bagi pekerja yang terpapar dengan kromium secara langsung adalah 0,005 mg/m3 untuk kromium (VI), 0,5 mg/m3 untuk kromium (III) dan

1 mg/m3 untuk kromium (0) selama 8 jam kerja sehari dan 40 jam kerja selama 1 minggu.

3). FDA menetapkan batas aman konsentrasi maksimal kromium yang digunakan dalam botol air minum adalah 1 mg/L (Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR), 2008).

Melalui rantai makanan krom dapat terdeposit dalam bagian tubuh mahluk hidup yang pada suatu ukuran tertentu dapat menyebabkan racun. Umumnya krom di alam berada pada valensi 3 (Cr 3+) dan valensi 6 (Cr 6+). Cr 6+ bersifat toksik

dibandingkan dengan Cr 3+. Toksisitas Cr 6+ diakibatkan karena sifatnya yang berdaya larut dan mobilitas tinggi di lingkungan (Palar, 1994).

b. Dampak Logam Mn

Mangan adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+).


(18)

kadar tinggi, Mn4+ pada senyawamangan dioksida mengalami reduksi menjadi

Mn2+ yang bersifat larut. Mangan merupakan nutrien renik yang esensial bagi tumbuhan dan hewan. Logam ini berperan dalam pertumbuhan dan proses metabolisme, serta merupakan salah satu komponen penting pada sistem enzim. Defisiensi mangan dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, serta sistem saraf dan proses reproduksi terganggu (Effendi, 2003).

Toksisitas mangan sudah dapat terlihat pada konsentrasi rendah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000, diketahui bahwa konsentrasi mangan yang dianjurkan dalam air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah kurang dari 0,5 mg/L. Terhirupnya logam mangan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Efek toksisitas logam mangan (Mn) antara lain gangguan kejiwaan, perlakuan kasar, kerusakan saraf, gejala kelainan otak serta tingkah laku yang tidak normal (Palar, 1994).

Menurut beberapa lembaga, batas konsentrasi mangan yang tidak membahayakan bagi kesehatan manusia adalah :

1). EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan batas aman konsentrasi mangan dalam air minum adalah 0,5 mg/L.

2). OSHA (The Occupational Health and Safety Administration) menetapkan batas aman bagi pekerja yang terpapar dengan mangan secara langsung adalah 0,05 mg/m3 selama 8 jam kerja sehari dan 40 jam kerja selama 1 minggu (Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR), 2008).


(19)

3. Sebaran Pencemaran

Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang bermacam-macam dan ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara, tanah/daratan dan air/lautan. Pencemaran udara biasanya terjadi pada proses-proses industri yang menggunakan suhu tinggi. Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungannya dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang beterbangan di udara akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah (Darmono, 1995).

a. Pencemaran Air

Pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Nomor: KEP-02/MENKLH/1988 tentang Baku Mutu

Lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air dan berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi berkurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya.

Logam berat di perairan paling banyak berasal dari limbah industri seperti industri pengolahan logam dan pestisida (Hutagalung, 1991). Masuknya logam kromium ke dalam perairan bisa melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Secara alamiah, kromium bisa masuk ke perairan karena disebabkan oleh


(20)

beberapa macam faktor fisika, seperti : erosi yang terjadi pada batuan mineral, adanya debu-debu dan partikel-partikel kromium di udara yang dibawa turun oleh air hujan. Secara non alamiah biasanya merupakan dampak atau efek dari

aktifitas yang dilakukan manusia seperti limbah atau buangan industri serta buangan rumah tangga (Nanik, 1998).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi sebaran logam berat di perairan Tiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Oleh karena itu suhu merupakan salah satu faktor fisika perairan yang sangat penting bagi kehidupan organisme atau biota perairan. menjelaskan bahwa suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses

kehidupan dan penyebaran organisme. Kaidah umum menyebutkan bahwa reaksi kimia dan biologi air (proses fisiologis) akan meningkat 2 kali lipat pada kenaikan temperatur 100◦C, selain itu suhu juga berpengaruh terhadap penyebaran dan komposisi organisme. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme perairan adalah antara 18-300◦C. Berdasarkan hal tersebut, maka suhu perairan dilokasi penelitian sangat mendukung kehidupan organisme yang hidup di dalamnya.

Parameter pH sangat penting untuk kualitas air karena mengontrol tipe

dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Selain itu, ikan dan makhluk hidup lainnya pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya

nilai pH, kita dapat mengetahui apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Ada 2 fungsi dari pH yaitu sebagai faktor pembatas, setiap organisme mempunyai toleransi yang berbeda terhadap pH


(21)

maksimal, minimal serta optimal dan sebagai indeks keadaan lingkungan. Nilai pH air yang normal sekitar netral yaitu antara 6-8, sedangkan pH air yang tercemar beragam tergantung dari jenis buangannya. Batas organisme terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu air, oksigen terlarut, adanya berbagi anion dan kation serta jenis organisme. Dengan demikian pH perairan di lokasi penelitian masih dapat mendukung kehidupan yang ada di dalamnya (Nybakken, 1992).

Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air. DO berasal dari hasil fotosintesa dan difusi dari udara diperlukan untuk

pernafasan mahluk hidup dan pembusukan bahan-bahan organik yang terdapat dalam perairan (Riani, 2004). Kekurangan oksigen atau karbondioksida yang berlebih di perairan ditunjukkan dengan gejala-gejala yang sama yaitu respirasi yang tidak beraturan dan ikan banyak berenang di permukaan air. Konsentrasi minimum yang masih dapat diterima oleh sebagian besar spesies ikan untuk dapat hidup dengan baik adalah 5 ppm dan tidak boleh kurang dari 4 ppm. Sedangkan untuk telur dan larva oksigen terlarut yang dibutuhkan minimum 6 ppm

(Widiyono, 1999). Oksigen diperlukan ikan untuk metabolismenya sehingga menghasilkan berbagai aktifitas misalnya untuk pergerakan, pertumbuhan, reproduksi. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan selanjutnya ikan akan mati (hipoksia dan anoksia).

Biological Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri.


(22)

Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut.

Chemical Oxygen Demand (COD) menunjukkan jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara biologis (non-biodegradable). Sedangkan BOD hanya menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikrobia aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Oleh karena itu nilai COD pada

umumnya lebih tinggi daripada nilai BOD. Nilai COD dapat digunakan sebagai ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut (DO) di dalam air (Sasongko, 1990).


(23)

B. Muara Sungai Way Kuala

Gambar 1. Letak Muara Sungai Way Kuala (Google Maps).

Way Kuala merupakan anak sungai Way Garuntang yang berhulu di Gunung Betung yaitu sebuah gunung di sebelah barat Bandar Lampung dan bermuara di Teluk Lampung. Sungai ini mempunyai panjang 2,3 Km, serta debit yang kecil. Karena itu, pada musim kemarau batang sungai cenderung kering, sementara saat musim hujan air mengalir dengan debit kecil (Udo, 2009).

Sungai sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir karena fungsinya sebagai transportasi, sumber air bagi masyarakat, perikanan, pemeliharaan hidrologi rawa dan lahan basah. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Wiryawan dkk (2002), daerah aliran sungai (DAS) Way Kuala merupakan daerah yang paling banyak dikelilingi oleh sektor industri, setidaknya terdapat 22 macam industri. Beberapa jenis industri di sekitar sungai Way Kuala adalah industri konstruksi (PT Darma Putra Konstruksi, PT Jaya Persada Konstruksi, PT Husada Baja), industri kimia (PT Golden Sari, PT Garuntang), industri pergudangan dan


(24)

peti kemas (PT Inti Sentosa Alam Bahtera). Selain dikelilingi oleh wilayah industri, DAS Way Kuala merupakan daerah pemukiman padat penduduk yang menghasilkan limbah rumah tangga dan domestik.

Daerah hulu sungai berada di wilayah bagian barat, wilayah Kota Bandar Lampung dan daerah hilir sungai berada di wilayah bagian selatan Kota Bandar Lampung yaitu pada dataran pantai yang berada di wilayah Kecamatan Panjang, Telukbetung Selatan dan Telukbetung Barat. Berdasarkan hasil Studi Penentuan Kelas Sungai yang dilakukan oleh Bapedalda Kota Bandar Lampung tahun 2005 terhadap beberapa sungai yang ada di Kota Bandar Lampung diketahui bahwa kualitas perairan sungai yang ada masuk dalam kategori kelas II, III dan IV. Sedangkan untuk kelas I tidak ada yang memenuhi syarat. Sungai Way Kuala masuk kedalam kategori kelas II.

Faktor penyebab rendahnya kualitas perairan sungai disebabkan oleh :

1). Daya tampung sungai, karakteristik sungai di Kota Bandar Lampung yang merupakan sungai kecil dengan debit yang kecil, menyebabkan daya tampung beban pencemarannya juga rendah. Sungai-sungai tersebut sangat rentan terhadap pencemaran air. Sedikit saja polutan masuk ke dalam sungai kemungkinan sudah dapat mengakibatkan pencemaran;

2). Kondisi hulu sungai, eksploitasi daerah hulu sungai oleh kegiatan pertambangan, pembangunan perumahan, budidaya tanaman semusim

menyebabkan tingkat erosi meningkat dan akhirnya mempertinggi kandungan TSS di sungai;


(25)

3). Limbah cair domestik, belum adanya sistem pembuangan air limbah yang terpisah dari saluran air hujan dan belum adanya IPAL domestik terpadu menyebabkan air limbah domestik/rumah tangga yang jumlahnya besar (70-80% penggunaan air bersih) bercampur dengan air sungai yang debitnya kecil sehingga menyebabkan pencemaran;

4). Limbah cair usaha/kegiatan lain, belum efektifnya pengolahan limbah dari usaha/kegiatan seperti industri, hotel, rumah sakit, restoran juga memberikan konstribusi terhadap pencemaran sungai;

5). Sampah, rendahnya kesadaran masyarakat yang masih menganggap sungai sebagai tempat pembuangan sampah disamping menimbulkan menurunnya estetika juga menyebabkan peningkatan beban pencemaran pada sungai (Temenggung, 2008).

Pembuangan limbah industri secara terus menerus tidak hanya mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam berat dalam sedimen dan biota perairan (Darmono, 1995).

C. Ikan

Ikan dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran. Untuk menaksir efek toksiologis dari beberapa polutan kimia dalam lingkungan dapat diuji dengan menggunakan spesies yang mewakili lingkungan yang ada di perairan tersebut. Spesies yang diuji harus dipilih atas dasar kesamaan biokemis dan fisiologis dari spesies dimana hasil percobaan digunakan (Price, 1879).


(26)

Ikan yang termasuk Kelas teleostei adalah hewan air yang selalu bergerak. Kemampuan gerak yang cepat inilah yang menyebabkan ikan tidak banyak terpengaruh pada kondisi pencemaran logam seperti makhluk lainnya (alga, udang, dan kerang). Ikan-ikan yang hidup di laut lepas jarang dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat, tetapi pada lokasi tertentu yang daerah hidupnya terbatas seperti di sungai, danau (ikan air tawar), dan di teluk (air laut), ikan-ikan itu akan menderita pada kondisi tercemar. Ikan yang hidup di laut lepas mempunyai kebiasaan bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain untuk

menghindarkan diri dari pengaruh pencemaran ini. Banyak penelitian mengenai toksisitas logam pada ikan yang hidup di air tawar dan di air laut (Darmono, 1995).

Karakteristik ideal sebagai indikator biologis ekosistem perairan adalah sebagai berikut:

1. Biota tersebut harus cukup mengakumulasi logam berat tanpa menyebabkan kematian

2. Habitat biota berasal dari daerah yang teliti

3. Kelimpahan setiap waktu pada lokasi yang akan diteliti

4. Mempunyai masa hidup lebih dari setahun (cukup lama) untuk melihat pengaruh variasi perubahan musim

5. Mempunyai ukuran tubuh yang memungkinkan untuk dianalisa terutama pada jaringan (Sastrawijaya, 1991).

Dalam ekosistem alami perairan, hampir dapat dipastikan bahwa kematian sejenis ikan tidak selalu karena faktor tunggal. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :


(27)

1. Fenomena sinergis, yaitu kombinasi dari dua zat atau lebih yang bersifat memperkuat daya racun.

2. Fenomena antagonis, yaitu kombinasi antara dua zat atau lebih yang saling menetralisir, sehingga zat-zat yang tadinya beracun berhasil dikurangi dinetralisir daya racunya sehingga tidak membahayakan.

3. Jenis ikan dan sifat polutan, yang tertarik dengan daya tahan ikan serta adaptasinya terhadap lingkungan, serta sifat polutan itu sendiri (Sudarmadi, 1993).

Pemeriksaan fisiologis ikan untuk melihat paparan logam berat: 1. Pemeriksaan Insang

Pada penelitian akan dilakukan pemeriksaan insang pada ikan. Pemeriksaan insang dilakukan karena insang merupakan organ tubuh paling lembut diantara struktur tubuh teleostei dan alasan utama bagi berlangsungnya proses pernapasan (Lagler, 1977). Insang selain sebagai alat pernafasan ikan, juga digunakan sebagai pengatur tekanan antara air dan dalam tubuh ikan. Oleh sebab itu insang merupakan organ yang penting pada ikan. Sebagian besar kematian ikan yang disebabkan oleh bahan pencemar terjadi karena kerusakan pada bagian insang dan organ-organ yang berhubungan dengan insang. Karena letaknya di luar dan berhubungan langsung dengan air sebagai media hidupnya, maka organ inilah yang pertama kali mendapat pengaruh apabila lingkungan air tercemar oleh bahan pencemar baik yang terlarut maupun yang tersuspensi (Sandi, 1994).

Insang merupakan organ yang langsung berhubungan dengan air, sehingga apabila air mengandung polutan akan mengakibatkan kerusakan pada organ ini


(28)

dan organ-organ yang berhubungan dengan insang. Hal inilah yang menyebabkan ikan mati di perairan. Pada umumnya ikan teleostei mempunyai lima pasang lengkung insang, yaitu empat pasang lamella primer dan satu pasang lamella sekunder. Lamella primer bentuknya tipis, berupa dua garis melengkung ke belakang dan saling berhubungan. Lamella sekunder berbentuk setengah

lingkaran mengelilingi semua bagian dari lamella primer (Takashima dan Hibiyu, 1995).

2. Pemeriksaan Kandungan Logam Berat di Organ Tubuh

Selain insang yang merupakan organ yang paling penting peka terhadap

perubahan perairan seperti yang telah diuraikan oleh beberapa ahli tentang insang di atas, daging merupakan tempat deposit makanan ditimbun oleh ikan termasuk logam berat. Timbunan logam berat yang terjadi dikarenakan ikan mengkonsumsi makanan yang terdapat di dalam air yang merupakan limbah dari proses

pengolahan hasil industri. Konsumsi makanan dari hasil limbah cair dan terjadi kontak terus menerus tersebut menyebabkan terjadinya efek akumulasi bahan pencemar terhadap organ tubuh dan daging ikan. Jika air limbah yang ada mengandung logam berat, maka akan terjadi akumulasi logam berat pada organ tubuh ikan (Klein, 1983).

D. Proses Masuknya Logam Berat dalam Tubuh

Menurut Darmono (1995) logam berat dapat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan logam diabsorpsi darah, berikatan


(29)

dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal).

Unsur-unsur logam berat tersebut biasanya erat kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup, biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah industri merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat yang potensial bagi perairan. Pembuangan limbah industri secara terus menerus tidak hanya

mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam berat dalam sedimen dan biota perairan, seperti yang terlihat pada Gambar 2.

zat pencemar

diencerkan dan masuk ke dibawa

disebarkan oleh ekosistem air oleh

adukan turbulensi arus laut dipekatkan oleh arus Laut biota air

proses biologis proses fisis dan kimiawi

diserap diserap diserap absorpsi pengendapan pertukaran

ikan Plankton rumput laut ion

zooplankton avertebrata/ bentos

Ikan dan mamalia

Gambar 2. Skema proses alami yang terjadi jika polutan masuk ke lingkungan laut (EPA, 1973).


(30)

Bahan Pencemar (racun) masuk ke tubuh organisme atau ikan melalui proses absorpsi. Absorpsi merupakan proses perpindahan racun dari tempat pemejanan atau tempat absorpsinya ke dalam sirkulasi darah. Absorpsi, distribusi dan ekskresi bahan pencemar tidak dapat terjadi tanpa transpor melintasi

membran. Proses transportasi dapat berlangsung dengan 2 cara: transpor pasif (yaitu melalui proses difusi) dan transpor aktif (yaitu dengan sistem transpor khusus, dalam hal ini zat lazimnya terikat pada molekul pengemban). Bahan pencemar dapat masuk ke dalam tubuh ikan melalui tiga cara yaitu melalui rantai makanan, insang dan difusi permukaan kulit (Hutagalung, 1984).

Menurut Bryan (1976), beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan racun logam berat terhadap ikan dan organisme air lainnya, yaitu

1). Bentuk ikatan kimia dari logam yang terlarut dalam air. 2). Pengaruh interaksi antara logam dan jenis racun lainnya.

3). Pengaruh lingkungan seperti temperatur, kadar garam, pengaruh pH atau kadar oksigen dalam air.

4). Kondisi hewan, fase siklus hidup (telur, larva, dewasa), besarnya organisme, jenis kelamin, dan kecukupan kebutuhan nutrisi.

5). Kemampuan hewan untuk menghindar dari kondisi buruk (polusi), misalnya lari atau pindah tempat.

6). Kemampuan hewan untuk beradaptasi terhadap racun, misalnya detoksifikasi. Untuk ikan, insang merupakan jalan masuk yang penting. Permukaan insang lebih dari 90% seluruh luas badan. Sehingga dengan masuknya logam berat ke dalam insang dapat menyebabkan keracunan, karena bereaksinya kation logam


(31)

tersebut dengan fraksi tertentu dari lendir insang. Kondisi ini menyebabkan proses metabolisme dari insang menjadi terganggu. Lendir yang berfungsi sebagai pelindung doproduksi lebih banyak sehingga terjadi penumpukan lendir. Hal ini akan memperlambat ekspersi pada insang dan pada akhirnya menyebabkan kematian (Sudarmadi, 1993).

E. Klasifikasi Ikan Kiper

Hewan uji yang digunakan sebagai bioindikator pencemaran perairan sungai adalah ikan Kiper (Scatophagus argus). Ikan Kiper ini dipilih sebagai bioindikator karena hampir disepanjang aliran muara sungai Way Kuala ini didapatkan spesies ini. Adapun klasifikasi ikan Kiper sebagai berikut: Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Keluarga : Scatophagidae Genus : Scatophagus Spesies : Scatophagus argus

Ikan Kiper (Scatophagus argus) merupakan ikan yang hidup di muara sungai. Pakan alami ikan ini adalah alga biru, serasah, phytoplankton, zooplankton dan cacing (Kuncoro, 2009). Adapun gambar ikan Kiper berikut ini:


(32)

Gambar 3. Sampel Ikan Kiper (Scatophagus argus)

F. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) 1. Teori Spektrofotometri Serapan Atom

Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah (Khopkar, 1990). Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur. Cara kerja Spektroskopi serapan atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hallow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 1995). Jika radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu atom, maka akan terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Setiap panjang


(33)

lebih tinggi. Besarnya energi dari tiap panjang gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

E = h

Dimana E = Energi (Joule)

h = Tetapan Planck (6,63 . − J.s) C = Kecepatan Cahaya (3. 108 m/s), dan

� = Panjang Gelombang (nm)

Larutan sampel disemprotkan ke suatu nyala dalam bentuk aerosol dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat oleh unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala (Azis, 2007).

Absorpsi ini mengikuti hokum Lambert-Beer, absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap dalam nyala kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel (Azis, 2007).


(34)

2. Analisis Kuantitatif

Pada dasarnya hubungan antara absorpsi atom dengan konsentrasi di dalam metode SSA dapat dinyatakan dengan hukum Lambert-Beer, yaitu secara matematik persamaannya adalah sebagai berikut:

I = Ioe−

log (II ) = a. b. co A = a. b. c

Keterangan:

Io : Interaksi cahaya yang datang (mula-mula)

I : Interaksi cahaya yang ditransmisikan

a : Absorpsotivitas, yang besarnya sama untuk sistem atau larutan yang sama (g/L)

b : Panjang jalan cahaya atau tebalnya medium penyerap yang besarnya tetap untuk alat yang sama (cm)

c : Konsentrasi atom yang mengabsorpsi A : absorbansi = log Io/I

Dari persamaan di atas, nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi untuk panjang jalan penyerapan dan panjang gelombang tertentu. Ada dua cara untuk mengetahui konsentrasi cuplikan yang telah diketahui nilai absorbansinya, yaitu cara deret waktu dengan membandingkan nilai absorbansi terhadap kurva kalibrasi dari standar-standar yang diketahui, cara penambahan standar dengan membandingkan konsentrasi dengan perpotongan grafik terhadap sumbu dengan konsentrasi dari data absorbansi.


(35)

3. Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometer Serapan Atom memiliki komponen-komponen sebagai berikut 1). Sumber Sinar

Sumber radiasi Spektofotometer Serapan Atom (SSA) adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA harus menggunakan Hallow Cathode Lamp. Hallow Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.

2). Sumber Atomisasi

Cara yang paling umum digunakan untuk mengatomisasi adalah dengan energi panas. Panas pada temperatur yang tinggi dapat memutuskan ikatan antar atom sehingga terbentuk atom bebas. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk atomisasi yaitu: dengan nyala dari pembakaran gas dan tanpa nyala dengan cara mereduksi panas dari pijarnya batang grafit oleh energi listrik.

3). Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp.

4). Detektor

Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka. Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah


(36)

kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan dan sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.

Gambar 4. Skema Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom (Syahputra, 2004; Khopkar, 1990).

4. Validasi Metode

Validasi metode adalah merupakan suatu proses pembuktian melalui pengujian analisis di laboratorium untuk memberikan data-data tentang kehandalan suatu metode dari suatu prosedur yang digunakan (Green, 1996).

a. Limit Deteksi

Batas deteksi atau limit deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Batas deteksi dapat ditentukan dengan persamaan berikut:


(37)

Keterangan : Q : LOD (limit deteksi) K : konstanta

SD : simpangan baku respon analitik dari blanko SI : arah garis linier (kepekaan arah) dari kurva antar

respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a + bx)

b. Presisi (ketelitian)

Presisi merupakan ukuran derajat keterulangan dari metode analisis yang

memberikan hasil yang sama pada beberapa perulangan, dinyatakan sebagi Relatif Standar Deviasi (RSD) dan simpangan baku (SD). Metode dengan presisi yang baik ditunjukan dengan perolehan Relatif Standar Deviasi (RSD) < 5 %.

Simpangan baku (SD) dan Relatif Standar Deviasi (RSD) dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

SD = √ ∑ x − x̅n −

Keterangan : SD : Standar Deviasi (simpangan baku) x : Konsentrasi hasil analisis

n : Jumlah pengulangan analisis

x̅ ∶ konsentrasi rata − rata hasil analisis RSD = �

�̅ � %

Keterangan : RSD : Relatif Standar Deviasi M ̅̅̅ : konsentrasi logam sebenarnya SD : Standar Deviasi (Ibrahim, 2001).


(38)

c. Akurasi (Kecermatan)

Akurasi adalah suatu kedekatan kesesuaian antara hasil suatu pengukuran dan nilai benar dari kuantitas yang diukur atau suatu pengukuran posisi yaitu seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai benar yang diperkirakan. Kecermatan

dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan persamaan berikut (AOAC, 1993):

% perolehan kembali = CFC− C A A x %

Keterangan : CF : konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran

CA : konsentrasi sampel sebenarnya


(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung,

Pengambilan sampel di sungai Way Kuala Bandar Lampung dan analisa sampel akan dilakukan di Laboratorium Biomassa Universitas Lampung dan Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat-alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium, Spektrofotometer Serapan Atom, botol sampel, hotplate, pisau, termometer, saringan mesh 100, pH-meter, jala, blender atau mortar, dan oven. Bahan-bahan yang digunakan adalah ikan, air muara sungai Way Kuala, HNO3 pekat,

HNO3 1 N, akuades, alumunium foil, tissue, CrCl3.6H2O, MnCl2.4H2O, HCl dan


(40)

C. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan Larutan a. Larutan HNO3 1 N.

Sebanyak 31,25 mL HNO3 pekat dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL, kemudian

ditambahkan akuades sampai tanda batas dan dihomogenkan. b. Larutan induk Cr 1000 ppm.

Sebanyak 0,5124 gram CrCl3.6 H2O dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

kemudian ditambahkan akuades hingga tanda batas dan dihomogenkan. c. Larutan induk Mn 1000 ppm

Sebanyak 0,3602 gram MnCl2.4H2O dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

kemudian ditambahkan akuades sampai tanda batas dan dihomogenkan.

2. Metode Pengambilan Sampel a. Persiapan Pengambilan Sampel

Sebelum melakukan pengambilan sampel, semua wadah dicuci dengan sabun dan dibilas merata dengan air sampai busanya habis, kemudian direndam dengan HNO3

1 N selama 24 jam untuk menghilangkan kontaminasi logam yang menempel dalam wadah sampel. Proses pengeringan dan penyimpanan dilakukan dalam keadaan tertutup sampai digunakan (Sulistiani, 2009).


(41)

b. Pengambilan Sampel

Gambar 5. Lokasi Pengambilan Sampel

Proses pengambilan sampel ikan dan air di muara sungai Way Kuala dilakukan pada bulan Juli 2011. Pengambilan sampel dilakukan dalam beberapa tahap yaitu survei di lokasi muara sungai Way Kuala, kemudian tahap selanjutnya sampling pengambilan sampel ikan dengan menggunakan alat penangkap ikan yaitu jala ikan, tetapi tidak bisa digunakan karena terdapat limbah berupa sampah-sampah akibatnya apabila tetap digunakan jala ikan akan rusak sehingga menggunakan alat penangkap ikan yang bisa yaitu pancing ikan. Sampel ikan diambil secara acak (random) di muara sungai Way Kuala. Sampel ikan yang akan diteliti diupayakan ikan-ikan yang


(42)

bersifat menetap dan merupakan jenis predator yang berada pada posisi top karnivora dalam sistem rantai makanan sehingga indikasi keberadaan logam berat melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui aliran rantai makanan dapat terdeteksi. Ikan tersebut juga haruslah jenis ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat.

Pengambilan sampel air dilakukan secara Stratified Sampling, dimana proses pengambilan sampel ini berdasarkan pada titik-titik yang telah ditentukan secara terstruktur di muara sungai Way Kuala Bandar Lampung. Sampel air diambil pada 9 titik yaitu pada bagian hulu, tengah dan hilir, masing-masing di tiap bagian dilakukan pengambilan sampel air sebanyak 3 titik. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel air yaitu botol air. Selain dilakukan pengujian sampel ikan dan air pada saat sampling, dilakukan pengujian terhadap kualitas air yaitu suhu, pH, DO, BOD dan COD, alat yang digunakan untuk pengukuran kualitas air yaitu termometer, pH meter, DO meter Martini 480, Varian Carry Win UV50 dan Varian Carry Win UV51. Metode pengujian pada kualitas air menggunakan metode SNI 06-2503-1991 dan APHA 5220-C.

3. Preparasi Sampel

a. Preparasi Sampel Untuk Penentuan Kadar Logam Cr

Sampel ikan Kiper (Scatophagus argus) diambil insang, isi perut dan dagingnya, dibersihkan dan dicuci dengan akuades. Kemudian dikeringkan dalam oven


(43)

40-80 oC sampai berat konstan. Sampel ikan Kiper yang sudah di oven, dihaluskan

dan disaring menggunakan saringan 100 mesh. Masing-masing sampel ikan Kiper ditimbang, untuk sampel daging ikan Kiper ditimbang sebanyak 5 gram, sedangkan sampel insang dan isi perut ikan Kiper ditimbang sebanyak 2 gram.

Mula-mula sampel daging ikan Kiper dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan HCl dan HNO3 dengan perbandingan 3:1(aqua regia) sebanyak

15 ml. Kemudian didiamkan selama 3 jam, setelah didiamkan selama 3 jam

ditambahkan 10 ml akuades kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Sisa sampel pada kertas saring dicuci dengan 10 ml akuades sebanyak tiga kali pengulangan sampai pH berkisar 2-3. Filtrat yang dihasilkan kemudian diukur dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) untuk menentukan kadar logam Cr. Prosedur diatas dilakukan sebanyak empat kali pengulangan dengan sampel yang sama.

Sampel insang dan isi perut ikan Kiper, masing-masing dimasukan dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 10 ml Aqua regia. Didiamkan selama 3 jam, setelah

didiamkan selama 3 jam ditambahkan 10 ml akuades kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Sisa sampel pada kertas saring dicuci dengan 10 ml akuades sebanyak dua kali pengulangan sampai pH berkisar 2-3. Filtrat yang dihasilkan kemudian diukur dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) untuk menentukan kadar logam Cr. Prosedur diatas dilakukan sebanyak empat kali pengulangan dengan sampel yang sama.


(44)

b. Preparasi Sampel Untuk Penentuan Kadar Logam Mn

Sampel ikan Kiper (Scatophagus argus) diambil insang, isi perut dan dagingnya, dibersihkan dan dicuci dengan akuades. Kemudian dikeringkan dalam oven 40-80 oC sampai berat konstan. Sampel ikan kiper yang sudah di oven, dihaluskan dan

disaring menggunakan saringan 100 mesh. Masing-masing sampel ikan kiper ditimbang, untuk sampel daging ikan Kiper ditimbang sebanyak 5 gram, sedangkan sampel insang dan isi perut ikan Kiper ditimbang sebanyak 2 gram.

Sampel daging ikan yang sudah ditimbang, dimasukan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 20 ml asam nitrat pekat. Selanjutnya didiamkan selama 3 jam. Setelah didiamkan selama 3 jam ditambahkan 10 ml akuades kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Sisa sampel pada kertas saring dicuci dengan 10 ml akuades sebanyak empat kali pengulangan sampai pH berkisar 2-3. Filtrat yang dihasilkan kemudian diukur dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) untuk menentukan kadar logam Mn. Prosedur diatas dilakukan sebanyak empat kali pengulangan dengan sampel yang sama.

Sampel insang dan isi perut ikan yang sudah ditimbang, masing-masing dimasukan dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 15 ml asam nitrat pekat. Didiamkan selama 3 jam, setelah didiamkan selama 3 jam ditambahkan 10 ml akuades kemudian

disaring dengan menggunakan kertas saring. Sisa sampel pada kertas saring dicuci dengan 10 ml akuades sebanyak tiga kali pengulangan sampai pH berkisar 2-3 Filtrat yang dihasilkan kemudian diukur dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)


(45)

untuk menentukan kadar logam Mn. Prosedur diatas dilakukan sebanyak empat kali pengulangan dengan sampel yang sama.

c. Penentuan Konsentrasi Cr dan Mn pada Sampel ikan dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Penentuan konsentrasi logam Cr dan Mn pada sampel ikan dilakukan dengan teknik kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dibuat dari larutan standar, dengan konsentrasi standar Cr dan Mn yaitu 0; 0,5; 1; 2 dan 4 ppm. Masing-masing konsentrasi standar, serapannya diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada kondisi optimum yang didapat dari manual alat. Dari grafik kurva standar terdapat korelasi antara konsentrasi (x) dengan absorbansi (y). Dengan menggunakan persamaan regresi linier maka konsentrasi dari sampel dapat diketahui:

y = a+bx Keterangan :

y : Absorbansi Sampel b : Slope

x : Konsentrasi sampel a : Intersep

Setelah konsentrasi pengukuran diketahui, maka konsentrasi sebenarnya dari Cr dan Mn dalam sampel kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut (Siaka, 2008) :

M = ��� .�.� Keterangan :


(46)

C reg : konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi (mg/L) V : Volume larutan sampel (mL)

B : Bobot sampel (g) F : Faktor Pengenceran d. Preparasi Sampel Air

Analisis air muara sungai Way Kuala, untuk analisis air diambil sampel air muara sungai Way Kuala pada 9 titik. Sampel air diambil sesuai dengan prosedur standar untuk pengambilan sampel air dan limbah yang dianjurkan oleh APHA-AWWA-WPCF (Greenberg, 1980). Pengambilan sampel air dilakukan/diambil pada hulu, tengah dan hilir aliran sungai, setelah itu disaring sehingga bersih dari partikel dan kotoran yang terlarut, kemudian diberikan HNO3 sehingga suasana menjadi asam

sampai pH berkisar 2-3. Untuk pengambilan sampel air ini dilakukan 3 kali ulangan untuk masing-masing titik; hulu, tengah dan hilir.

Sedangkan untuk pengambilan sampel air untuk uji kualitas air yang lain seperti suhu, pH, Disolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) dilakukan menurut metode pengambilan cuplikan contoh uji kualitas air SNI 06–2421–1991.

e. Validasi Metode

Penelitian mengenai “Kajian Kandungan Logam Berat Cr dan Mn pada ikan di Muara Sungai Way Kuala Bandar Lampung “ menggunakan 3 validasi metode yaitu limit deteksi, presisi dan akurasi.


(47)

1.1. Limit Deteksi

Pada penelitian ini batas deteksi ditentukan dengan mengukur respon blanko sebanyak 5 kali dan dihitung simpangan baku respon blanko.

1.2. Presisi (ketelitian)

Penentuan presisi dilakukan dengan mengukur konsentrasi sampel dengan 4 kali pengulangan. Dari nilai absorbansi tersebut kemudian ditentukan nilai konsentrasi (menggunakan kurva kalibrasi), lalu nilai simpangan baku (SD) dan relatif standar deviasi (RSD). Metode dengan presisi yang baik ditunjukan dengan perolehan relatif standar deviasi (RSD) <5 %.

1.3. Akurasi (Kecermatan)

Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Pada penelitian ini, persen perolehan kembali ditentukan dengan cara menambahkan larutan standar pada larutan sampel untuk ditentukan absorbansinya kemudian dibandingkan dengan blanko (tanpa penambahan larutan standar).


(48)

…niscaya Allah akan meninggikan orang

-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS. Al Mujaadilah : 11)

Orang yang gagal selalu mencari jalan untuk

menghindari kesulitan, sementara orang yang

sukses selalu menerjang kesulitan untuk menggapai

kesuksesan.

Hormati setiap impian yang kamu miliki, karena

dari sanalah akan terbentuk semangat untuk


(49)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

Ayahanda Sakrani Said A.Md dan Ibunda Yulian Perina S.Pd tercinta dan tersayang,

Kakak-adikku tersayang

Revi Cahya Maya Sarie A.md, Creastea Yolanda Sarie, Okta Frenda Ranis dan Franesya Diaziza yusas

Segenap Keluarga besarku yang selalu mendoakan keberhasilanku,

Sahabat dan teman-temanku yang selalu berbagi kebahagiaan,

Seseorang yang kelak akan mendampingiku,


(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan pada bab-bab terdahulu maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kandungan logam berat Mn pada daging, insang dan isi perut adalah 0,0082±1,045x10-07ppm, 0,0101±5,595x10-06ppm dan 0,0195±6,555x10-07 ppm, tetapi umumnya masih di bawah ambang batas yang diizinkan oleh USEPA (United States Environmental Protection Agency) yaitu sebesar 0,1 ppm.

2. Kandungan logam berat Cr pada daging, insang dan isi perut ikan Kiper adalah 0,0057±8,944x10-08ppm, 0,0202±1,007x10-05ppm dan

0,0389±1,303x10-06ppm. Secara keseluruhan kandungan logam berat Cr dalam ikan Kiper masih di bawah ambang batas baku mutu yang ditetapkan oleh O-FISH (2002) sebesar 0,05 ppm.

3. Kandungan logam berat Mn pada air di hulu, tengah dan hilir muara sungai Way Kuala adalah 0,3499 ppm, 0,3513 ppm dan 0,3539 ppm. Kandungan logam berat logam Mn dalam air muara Sungai Way Kuala umumnya sudah melebihi baku mutu kualitas air berdasarkan peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 sebesar 0,1 ppm.


(51)

4. Kandungan logam berat Cr pada air di bagian hulu, tengah dan hilir muara sungai Way Kuala adalah 0,0426 ppm, 0,0327 ppm dan 0,0356 ppm, tetapi kandungan logam berat Cr pada air muara sungai Way Kuala masih dibawah ambang baku kulitas air yaitu sebesar 0,05 ppm berdasarkan peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, salah satu hal yang harus diperhatikan secara khusus adalah industri. Dalam hal ini pada industri yang akan membuang limbahnya ke sungai Way Kuala, limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam badan air atau dengan kata lain semua industri yang membuang limbah nya ke sungai harus mempunyai IPAL (instalasi

pengolahan air limbah) dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat pencemaran logam berat di sungai Way Kuala Bandar Lampung.


(52)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah Puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul "Kajian Kandungan Logam Berat Kromium (Cr) Dan Mangan (Mn) Pada Ikan di Perairan Muara Sungai Way Kuala Bandar Lampung" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui berkat rahmat dan ridha Allah SWT serta bantuan dan dorongan semangat dari orang-orang yang hadir dikehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

2. Bapak Andi Setiawan, Ph.D., selaku ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila. 3. Diky Hidayat, M.Sc., selaku pembimbing utama yang telah banyak


(53)

4. Dian Septiani Pratama, M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kritik, saran, arahan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

5. Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T., selaku pembahas pertama yang telah memberikan kritikan, saran dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

6. Syaiful Bahri, M.Si., selaku pembahas kedua yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

7. Prof. Dr. John Hendri, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, bantuan, nasehat dan informasi yang bermanfaat kepada penulis.

8. Kedua orang tuaku sangat aku cintai dan sayangi. Papaku tersayang Sakrani Said A.Md yang menjadi inspirasi dan semangat dalam menjalankan hidupku. Papaku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan kasih sayang yang sangat luar biasa, mengajarkanku untuk menjadi orang yang kuat dan berguna bagi orang lain, panutan dan tauladan yang terhebat bagiku. Ibunda Yulian Perina, S.Pd tersayang dan tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, senantiasa sabar dan mendoakan keberhasilanku, nasehat dan senyum yang menyemangatkanku. Terima kasih dengan sangat tulus dan ikhlas kuucapkan atas segala hal terbaik dan semua yang telah diberikan kepadaku yang takkan bisa aku ganti dengan apapun.


(54)

kebahagiaan, motivasi, keceriaan dan canda tawa yang tercipta selama ini, walau jarak memisahkan kita.

10. Yoga Cahya Dewa, Doni adhitama dan Ayu Nastiti yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa untuk keberhasilanku.

11. Sahabat-sahabat terbaikku yang tersayang : “Dumbless”, Hade Sastrawiyana, S.Si., Andi Yuli Firtiani, S.Si., Tristian Martika., Gia Yustika K.A., S.Si., Eka Sulis Sundari, S.Si., Eka Eprianti, S.Si., Nurtika Kurniati., Halimah, S.Si., Mega Dewi F.S., S.Si., Dwi Puji Astuti dan terima kasih atas persahahabatan terhebat, segala dukungan, kebahagiaan, kesedihan, kasih sayang, rasa kebersamaan, keceriaan dan canda tawa yang selalu hadir disetiap hari-hariku, aku sangat bersyukur dan bangga mengenal kalian, semoga Allah selalu memberikan rahmat-Nya untuk keberhasilan kita. Sukses ya dumbless. 12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007: Sartika Fauziana., Dewi

Asmarani, S.Si., Lisa Eka Wahyuni., Rivera Siallagan S.Si., Yuni Rahmania, Putri Amalia, S.Si, Refi Indrarosa., Yanti Lianita., Feby Dwi Indri., Ika Purnamasari S.Si., Ratna Maulina Dewi., Winda Rahmawati., Dewi Puspa N. Cantik., Astri Rahayu., Sari Handayani S.Si., Kartika Sari., Riri Napitupulu., Wikan Agung., Hady N., M. Ishom, Heryanto., Dwi Fitrian Saputro., Afriyorawan., Gunadi., Sunardi S. S.Si., Sudarmono., Mitra S., Septian T., Yulis., Maryadi S.G., Aprian Agung B., terima kasih untuk kebersamaan dan keceriaan selama menjalankan perkuliahan, tetap semangat dan jangan menyerah, perjuangan kita masih panjang, sukses selalu untuk kita.


(55)

terimakasih banyak telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 24 Januari 2012 Penulis


(56)

ABSTRACT

STUDY OF HEAVY METAL CONCENTRATION OF CHROMIUM (Cr) AND MANGANESE (Mn) IN NATURAL WATERS FISH IN THE

ESTUARY OF WAY KUALA RIVER BANDAR LAMPUNG

By

Clara Citra Resmie

Heavy metal concentrations of Mn and Cr were determine in natural waters fish kiper (Scatophagus argus) which lived in the estuary of Way Kuala river in Bandar Lampung. Determination of heavy metals was done by of Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).

The result indicated concentrations of Mn in flesh, gills and viscera, are respectively 0.0082 ± 1.045 x10-07ppm, 0.0101 ± 5.595 x10-06ppm and

0.0195 ± 6.555 x10-07 ppm. Dry weight Cr concentrations in the flesh, gills and viscera, are respectively 0.0057 ± 8.944 x10-08ppm, 0.0202 ± 1.007 x10-05ppm

and 0.0389 ± 1.303 x10-06 ppm. Mn concentrations in the water at the upstream, midstream and downstream estuary Way Kuala is 0.3499 ppm, 0.3513 ppm and 0.3513 ppm. Cr concentrations in the water at the upstream, midstream and downstream estuary Way Kuala is 0.0426 ppm, 0.0327 ppm and 0.0356 ppm. Keywords: Fish, Mn, Cr, Kuala Sungai Way


(57)

WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Clara Citra Resmie Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(58)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Diky Hidayat, M.Sc. …………....

Penguji

Bukan Pembimbing : Dian Septiani Pratama, M.Si. …………....

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. …………....

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D. NIP 196905301995121001


(59)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Lampung pada tanggal 3 Februari 1989, sebagai anak kedua dari lima bersaudara, putri dari Sakrani Said, A.Md dan Yulian Perina, S.Pd.

Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Pardawaras kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus diselesaikan pada tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Semaka diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) di Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007. Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Unila melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Pada tahun 2010 Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. Garuda Food Putra Putri Jaya Lampung. Penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) FMIPA Unila sebagai anggota Kader Muda Himaki (KAMI) kepengurusan 2007/2008, anggota Biro Usaha Mandiri (BUM) kepengurusan 2008/2009, Sekretaris Bidang BUM kepengurusan 2009/2010.


(1)

9. Kakak adikku tersayang, Revi Cahya Maya Sarie A.Md, Creastea Yolanda Sarie, Okta Frenda Ranis dan Franesya Diaziza Yusas , terima kasih atas kebahagiaan, motivasi, keceriaan dan canda tawa yang tercipta selama ini, walau jarak memisahkan kita.

10. Yoga Cahya Dewa, Doni adhitama dan Ayu Nastiti yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa untuk keberhasilanku.

11. Sahabat-sahabat terbaikku yang tersayang : “Dumbless”, Hade Sastrawiyana, S.Si., Andi Yuli Firtiani, S.Si., Tristian Martika., Gia Yustika K.A., S.Si., Eka Sulis Sundari, S.Si., Eka Eprianti, S.Si., Nurtika Kurniati., Halimah, S.Si., Mega Dewi F.S., S.Si., Dwi Puji Astuti dan terima kasih atas persahahabatan terhebat, segala dukungan, kebahagiaan, kesedihan, kasih sayang, rasa kebersamaan, keceriaan dan canda tawa yang selalu hadir disetiap hari-hariku, aku sangat bersyukur dan bangga mengenal kalian, semoga Allah selalu memberikan rahmat-Nya untuk keberhasilan kita. Sukses ya dumbless. 12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007: Sartika Fauziana., Dewi

Asmarani, S.Si., Lisa Eka Wahyuni., Rivera Siallagan S.Si., Yuni Rahmania, Putri Amalia, S.Si, Refi Indrarosa., Yanti Lianita., Feby Dwi Indri., Ika Purnamasari S.Si., Ratna Maulina Dewi., Winda Rahmawati., Dewi Puspa N. Cantik., Astri Rahayu., Sari Handayani S.Si., Kartika Sari., Riri Napitupulu., Wikan Agung., Hady N., M. Ishom, Heryanto., Dwi Fitrian Saputro., Afriyorawan., Gunadi., Sunardi S. S.Si., Sudarmono., Mitra S., Septian T., Yulis., Maryadi S.G., Aprian Agung B., terima kasih untuk kebersamaan dan keceriaan selama menjalankan perkuliahan, tetap semangat dan jangan menyerah, perjuangan kita masih panjang, sukses selalu untuk kita.


(2)

13. Teman seperjuangan di Laboratorium Analitik : Tristian Martika., Yohanes Wikan., Dwi Puji Astuti., Nurtika Kurniati., Hadi Novadianto., mbak Helma., terimakasih banyak telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 24 Januari 2012 Penulis


(3)

ABSTRACT

STUDY OF HEAVY METAL CONCENTRATION OF CHROMIUM (Cr) AND MANGANESE (Mn) IN NATURAL WATERS FISH IN THE

ESTUARY OF WAY KUALA RIVER BANDAR LAMPUNG

By

Clara Citra Resmie

Heavy metal concentrations of Mn and Cr were determine in natural waters fish kiper (Scatophagus argus) which lived in the estuary of Way Kuala river in Bandar Lampung. Determination of heavy metals was done by of Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).

The result indicated concentrations of Mn in flesh, gills and viscera, are respectively 0.0082 ± 1.045 x10-07 ppm, 0.0101 ± 5.595 x10-06 ppm and

0.0195 ± 6.555 x10-07 ppm. Dry weight Cr concentrations in the flesh, gills and viscera, are respectively 0.0057 ± 8.944 x10-08 ppm, 0.0202 ± 1.007 x10-05 ppm

and 0.0389 ± 1.303 x10-06 ppm. Mn concentrations in the water at the upstream, midstream and downstream estuary Way Kuala is 0.3499 ppm, 0.3513 ppm and 0.3513 ppm. Cr concentrations in the water at the upstream, midstream and downstream estuary Way Kuala is 0.0426 ppm, 0.0327 ppm and 0.0356 ppm.


(4)

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DAN

MANGAN (Mn) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI

WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Clara Citra Resmie Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Diky Hidayat, M.Sc. …………....

Penguji

Bukan Pembimbing : Dian Septiani Pratama, M.Si. …………....

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. …………....

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D. NIP 196905301995121001


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Lampung pada tanggal 3 Februari 1989, sebagai anak kedua dari lima bersaudara, putri dari Sakrani Said, A.Md dan Yulian Perina, S.Pd.

Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Pardawaras kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus diselesaikan pada tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Semaka diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) di Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007. Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Unila melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Pada tahun 2010 Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. Garuda Food Putra Putri Jaya Lampung. Penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) FMIPA Unila sebagai anggota Kader Muda Himaki (KAMI) kepengurusan 2007/2008, anggota Biro Usaha Mandiri (BUM) kepengurusan 2008/2009, Sekretaris Bidang BUM kepengurusan 2009/2010.