Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus) di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal

(1)

45

KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) PADA IKAN CENCEN

(

Mystacoleucus marginatus

) DI SUNGAI BATANG GADIS

KABUPATENMANDAILING NATAL

LATIFA SARI DALIMUNTHE

100302013

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBEDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN


(2)

46

KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) IKAN PADACENCEN

(

Mystacoleucus marginatus

)DI SUNGAI BATANG GADIS

KABUPATENMANDAILING NATAL

SKRIPSI

LATIFA SARI DALIMUNTHE

100302013

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBEDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN


(3)

47

KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) PADA IKAN CENCEN

(

Mystacoleucus marginatus

) DI SUNGAI BATANG GADIS

KABUPATEN MANDAILING NATAL

SKRIPSI

LATIFA SARI DALIMUNTHE

100302013

Skripsi sebagai satudiantarabeberapasyarat untukmemperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBEDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN


(4)

48

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : KandunganLogamBeratMerkuri (Hg)

padaIkanCencen(Mystacoleucus marginatus)di Sungai BatangGadisKabupatenMandailingNatal

NamaMahasiswa :Latifa Sari Dalimunthe

NIM :100302013

Program Studi :ManajemenSumberdayaPerairan

DisetujuiOleh: KomisiPembimbing

Mohammad Basyuni, S.Hut. M.Si. Ph.DAniSuryanti, S.Pi. M.Si KetuaAnggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si


(5)

49

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Latifa Sari Dalimunthe

Nim : 100302013

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus) di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, September 2014

Latifa Sari Dalimunthe NIM. 100302013


(6)

ABSTRAK

LATIFA SARI DALIMUNTHE. Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus) di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI dan ANI SURYANTI.

Merkuri (Hg) merupakan salah satu bahan pencemar berbahaya karena bersifat toksik jika terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup dan sulit terdegradasi dalam lingkungan. Merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan perairan sungai berasal dari limbah galundung ke wilayah perairan tanpa pengelolahan atau penanganan limbah terlebih dahulu. Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal dari bulan Mei sampai September 2014 menggunakan metode purposive sampling pada 3 stasiun. Stasiun 1 Desa Simpang Banyak Julu Kecamatan Huta Pungkut, Stasiun 2 Desa Pasar Akad Kecamatan Hutabargot dan Stasiun 3 Desa Kumpulan Setia Kecamatan Hutabargot. Pengambilan contoh air dan ikan dilakukan dengan rentang waktu 2 minggu. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kandungan logam berat Merkuri (Hg) pada air sungai dan daging ikan setiap stasiun pengamatan. Kandungan merkuri (Hg) lebih tinggi terdapat pada daging ikan kemudian terendah terdapat pada air. Kandungan logam berat Merkuri (Hg) tertinggi pada daging ikan rata-rata (0,00128-0,01097 ppm) dan pada air sungai sekitar (0,00015-0,00043 ppm). Kandungan Merkuri (Hg) yang terdapat pada air sungai dan daging ikan masih dibawah ambang baku mutu. Rata-rata kemampuan ikan mengakumulasi merkuri dalam tubuhnya.menurut Van Esch (1977) BCF < 100 menunjukkan daya akumulasi ikan terhadap air rendah yaitu stasiun 1 (25,51), stasiun 2 (12,88) dan stasiun 3 (14,53). Hal ini menunjukkan bahwa ikan cencen yang berada di Sungai Batang Gadis terakumulasi Merkuri (Hg). Hasil pengamatan histologi insang pada semua stasiun menunjukkan adanya edema, fusi lamella, nekrosis dan mineralisasi.

Kata kunci : Sungai Batang Gadis, Merkuri (Hg), Akumulasi, Histologi


(7)

ABSTRACT

LatifaSARIDalimunthe. HeavyMetalContent ofMercury(Hg) inCencenfish

(Mystacoleucus marginatus) inBatang Gadis

River KabupatenMandailingNatal. Supervised

byMOHAMMADBASYUNIandANISURYANTI.

Mercury(Hg) is ahazardouspollutantbecause itis toxicif it accumulatesin

the tissuesof organismanddifficultdegradedin theenvironment. Mercury(Hg) canpollute theriverwater environment that comes

from Galudung waste to waters

area withoutmanagementorhandlingbeforehand. This study was implemented inBatang Gadis River Kabupaten MandailingNatal from May toSeptember 2014 with using purposive sampling methodat3 stations. Station1 in Desa Simpang Banyak Julu Kecamatan Huta Pungkut, Station 2 in Desa Pasar Akad Kecamatan Hutabargot and Station 3 Desa Kumpulan Setia Kecamatan Hutabargot. Conducted of Waterandfishsamplingwith a span of2weeks. The results showedof difference inthe content ofheavymetalmercury(Hg) in theriver waterandfishmeat in eachstation. The content ofmercury(Hg) higherinfish meat then the lowest is in thewater. The content ofheavy metalsmercury(Hg) infish meat highestaverage (0.00128 to 0.01097 ppm) andin thesurroundingwaters(0.00015 to 0.00043 ppm). Content ofMercury(Hg) in theriver waterandfishmeatstill below of thequality standard. Averagefish's abilityto accumulatemercuryin their bodies. according toVanEsch(1977) BCF<100 indicates accumulationpower of fishto waterlow instation1(25.51), station2(12.88) and Station3(14.53). This suggeststhatCencen fish inBatang Gadis River accumulatedmercury(Hg). The observation ofthe gillhistologyinallstationsshowededema, fusion oflamellae, necrosisandmineralization.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Latifa Sari Dalimunthe, dilahirkan di Padangsidempuan pada tanggal 26 November 1992 dari ayahanda Darwin Efendi Dalimunthe S.sos dan ibunda Ros Nisa. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 1 Padangsidempuan tahun 2004, SMP Negeri 1 Padangsidempuan tahun 2007 dan SMA Negeri 5 Padangsidempuan tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Penelusuran Minat dan Prestasi (PMP) Undangan.

Selain mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten Dinamika Populasi Ikan (2013 – 2014). Pada bulan Juli 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee. Kemudian bulan Mei 2014, penulis melaksanakan penelitian skripsi di Sungan Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal dengan judul “Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus) di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal”.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudulKandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Genggehek (Mystacoleucus marginatus) di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: Bapak Mohammad Basyuni, S.Hut. M.Si. Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dan Ibu Ani Suryanti, S.Pi. M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi dorongan,arahan dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Dr. Ir. Yunasfi, M.Si dan Pindi Patana, S.Hut, M.Sc dan seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Ungkapan terimakasih yang tak ternilai juga penulis ucapkan kepada ayah dan bunda tercinta: Darwin Effendi Dalimunthe, S.sos dan Ros Nisa yang telah memberikan doa, harapan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini, juga kepada adek tercinta Tiya Yulinda Dalimunthe terima kasih buat dukungan doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. Bagi penulis tanpa dukungan dari keluarga tidak akan mungkin dapat menyelesaikan


(10)

serta memberikan perhatian yang khusus bagi penulis disaat penulis mengalami kegagalan.

Penulis juga menguncapkan terima kasih banyak kepada keluarga uwak nuar, keluarga udak katemen, abang landong, keluarga uwak perguruan juanda panyabungan, nisa hidayati lubis yang telah memberikan bantuan, perhatian dan arahan saat melakukan penelitian lapangan sehingga berjalan dengan lancar. Serta ucapan terima kasih kepada team lapangan: Rizky Amalia Putri, Pahrurrozi dan Adzri Qory Nullah terimakasih atas bantuan yang telah diberikan selama dilapangan, serta terima kasih kepada Riris Roma Ito dan Anita Rahman yang telah membantu penulis dalam pengambilan pengiriman sampel lapangan dan pengolahan data, Rina D sibagariang dan Denni Y Hutasoit, serta seluruh stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebut namanya satu persatu, yang telah memberikan banyak bantuan, kebersamaan dan dukungan kepada penulis selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, September 2014


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Permasalahan ... 2

Kerangka Penelitian ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Sungai Batang Gadis ... 5

Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus) ... 6

Pencemaran... 8

Logam Berat ... 9

Merkuri (Hg) ... 11

Dampak Logam Berat terhadap Ikan ... 12

Faktor Fisika dan Kimia Perairan ... 15

Suhu ... 15

Kekeruhan ... 16

pH ... 17

DO (Dissolved Oxygen) ... 17

Kecerahan ... 18

Arus ... 19

Kedalaman ... 19

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 20

Alat dan Bahan ... 21

Prosedur Penelitian ... 21

Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel ... 21

Pengambilan Sampel Air ... 23

Pengambilan Sampel Ikan ... 23

Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 24

Preparasi Sampel Air ... 24


(12)

Metode Pengukuran... 26

Analisis Data ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 28

Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 28

Kandungan Merkuri (Hg) dalam Air dan Daging Ikan ... 28

Faktor Biokonsentrasi ... 29

Kondisi Histologi Insang Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus) . 29

Pembahasan ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran... 39 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Parameter kualitas air dan metode analisis ... 24

2. Kriteria baku mutu kandungan logam berat dalam air dan ikan ... 27

3. Parameter fisika dan kimia perairan selama penelitian ... 28

4. Kandungan merkuri dalam air dan daging ikan ... 29

5. Ikan cencen serta tingkat akumulasinya ... 29

6. Klasifikasi kategori tingkat akumulasi ... 29


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 4

2. Ikan cencen (Mystacoleucus marginatus) ... 7

3. Histologi insang normal ... 14

4. Peta lokasi penelitian di sungai batang gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara ... 20

5. Stasiun 1 ... 22

6. Stasiun 2 ... 22

7. Stasiun 3 ... 23

8. Potongan histologi insang ikan cencen di stasiun 1 ... 31

9. Potongan histologi insang ikan cencen di stasiun 2 ... 31


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranHalaman

1. Alat dan bahan ... 44

2. Lokasi pengambilan sampel ... 46

3. Kegiatan pengambilan sampel di lapangan ... 47

4. Preperasi sampel air ... 49

5. Preperasi sampel daging ikan ... 50

6. Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan... 51


(16)

ABSTRAK

LATIFA SARI DALIMUNTHE. Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus) di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI dan ANI SURYANTI.

Merkuri (Hg) merupakan salah satu bahan pencemar berbahaya karena bersifat toksik jika terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup dan sulit terdegradasi dalam lingkungan. Merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan perairan sungai berasal dari limbah galundung ke wilayah perairan tanpa pengelolahan atau penanganan limbah terlebih dahulu. Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal dari bulan Mei sampai September 2014 menggunakan metode purposive sampling pada 3 stasiun. Stasiun 1 Desa Simpang Banyak Julu Kecamatan Huta Pungkut, Stasiun 2 Desa Pasar Akad Kecamatan Hutabargot dan Stasiun 3 Desa Kumpulan Setia Kecamatan Hutabargot. Pengambilan contoh air dan ikan dilakukan dengan rentang waktu 2 minggu. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kandungan logam berat Merkuri (Hg) pada air sungai dan daging ikan setiap stasiun pengamatan. Kandungan merkuri (Hg) lebih tinggi terdapat pada daging ikan kemudian terendah terdapat pada air. Kandungan logam berat Merkuri (Hg) tertinggi pada daging ikan rata-rata (0,00128-0,01097 ppm) dan pada air sungai sekitar (0,00015-0,00043 ppm). Kandungan Merkuri (Hg) yang terdapat pada air sungai dan daging ikan masih dibawah ambang baku mutu. Rata-rata kemampuan ikan mengakumulasi merkuri dalam tubuhnya.menurut Van Esch (1977) BCF < 100 menunjukkan daya akumulasi ikan terhadap air rendah yaitu stasiun 1 (25,51), stasiun 2 (12,88) dan stasiun 3 (14,53). Hal ini menunjukkan bahwa ikan cencen yang berada di Sungai Batang Gadis terakumulasi Merkuri (Hg). Hasil pengamatan histologi insang pada semua stasiun menunjukkan adanya edema, fusi lamella, nekrosis dan mineralisasi.

Kata kunci : Sungai Batang Gadis, Merkuri (Hg), Akumulasi, Histologi


(17)

ABSTRACT

LatifaSARIDalimunthe. HeavyMetalContent ofMercury(Hg) inCencenfish

(Mystacoleucus marginatus) inBatang Gadis

River KabupatenMandailingNatal. Supervised

byMOHAMMADBASYUNIandANISURYANTI.

Mercury(Hg) is ahazardouspollutantbecause itis toxicif it accumulatesin

the tissuesof organismanddifficultdegradedin theenvironment. Mercury(Hg) canpollute theriverwater environment that comes

from Galudung waste to waters

area withoutmanagementorhandlingbeforehand. This study was implemented inBatang Gadis River Kabupaten MandailingNatal from May toSeptember 2014 with using purposive sampling methodat3 stations. Station1 in Desa Simpang Banyak Julu Kecamatan Huta Pungkut, Station 2 in Desa Pasar Akad Kecamatan Hutabargot and Station 3 Desa Kumpulan Setia Kecamatan Hutabargot. Conducted of Waterandfishsamplingwith a span of2weeks. The results showedof difference inthe content ofheavymetalmercury(Hg) in theriver waterandfishmeat in eachstation. The content ofmercury(Hg) higherinfish meat then the lowest is in thewater. The content ofheavy metalsmercury(Hg) infish meat highestaverage (0.00128 to 0.01097 ppm) andin thesurroundingwaters(0.00015 to 0.00043 ppm). Content ofMercury(Hg) in theriver waterandfishmeatstill below of thequality standard. Averagefish's abilityto accumulatemercuryin their bodies. according toVanEsch(1977) BCF<100 indicates accumulationpower of fishto waterlow instation1(25.51), station2(12.88) and Station3(14.53). This suggeststhatCencen fish inBatang Gadis River accumulatedmercury(Hg). The observation ofthe gillhistologyinallstationsshowededema, fusion oflamellae, necrosisandmineralization.


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air memegang peran penting di dalam kehidupan manusia dan juga makhluk hidup lainnya.Air sungai banyak dimanfaatkan manusia untuk keperluaan salah satu kebutuhan untuk minum, memasak, mencuci, mandi, mengairi sawah, ladang, pembangkit listrik, irigasi dan industri. Sungai juga bermanfaat bagi biota air yaitu sebagaihabitat mahluk hidup ikan, benthos, udang dan biota lainnya.

Sungai Batang Gadis berperan penting sebagai sumberdaya air baik secara ekologi, hidrologi dan ekonomi.Sungai Batang Gadis berfungsi sebagai habitat berbagai organisme air, sebagai sumber air minum bagi masyarakat sekitar, sebagai tempat penangkapan ikan, kegiatan transportasi, menunjang aktivitas pertambangan emas (Yulistiyanto, 2013).

Aktivitas di Sungai Batang Gadis yang banyak dilakukan adalah pertambangan emas yang berada di sekitar sungai. Dalam kegiatan pertambangan emas memerlukan proses amalgamasi yaitu proses percampuran antara emas dan merkuri. Menurut Widodo (2011) proses amalgamasi yaitu proses pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri dalam tabung yang disebut sebagai gelundung. Galundung tersebut dapat diputar dengan tenaga penggerak air sungai melalui kincir atau tenaga listrik. Selanjutnya dilakukan pencucian dan pendulangan untuk memisahkan amalgam (perpaduan logam emas dengan Hg) dari ampas (tailing).


(19)

2

Limbah yang dihasilkan pada pertambangan emas biasanya mengandung bahan kimia beracun (toksik). Pada proses pertambangan, merkuri digunakan untuk mengikat emas. Ginting (1995) menyatakan bahwa selain unsur-unsur logam berat berbahaya, unsur utama yang harus diperhatikan dan sangat berbahaya yang terdapat pada limbah pertambangan emas adalah merkuri.

Masuknya logam berat merkuri (Hg) pada Sungai Batang Gadis yang dapat terakumulasi pada jaringan ikan cencen (Mystacoleucus marginatus). Ikan menyerap merkur i melalui makanannya dan langsung dari air dengan melewati insang. Merkuri juga dapat berikatan dengan protein diseluruh jaringan ikan, jika dikonsumsi manusia dalam waktu yang lama dapat bersifat sebagai racun yang akumulatif jika tidak dapat diurai oleh organ tubuh sehingga akan membahayakan bagi kesehatan (Diliyana, 2008). Oleh karena itu, diperlukan penelitian tentang Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Cencen (M. marginatus)di Sungai Batang GadisKabupaten Mandailing Natal.

Perumusan Masalah

Aktivitas pertambangan emas yang berlangsung disekitar Sungai Batang Gadis diduga menimbulkan pencemaran air sungai. PencemaranMerkuri baik secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada kondisi perairan dan biota yang hidup di dalamnnya. Sumber pencemar dan berbahaya adalah pencemaran logam berat seperti merkuri

Kandungan logam berat merkuri yang ada di lingkungan perairan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya beban masukan yang mengandung logam berat tersebut ke dalam perairan. Pengaruhnya terhadap biota seperti ikan pada


(20)

3

sungai akan mengendap dan terakumulasi dalam organ ikan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat kandungan merkuri (Hg) pada sampel air dan ikan cencen (M. marginatus)di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal.

2. Apakah ada pengaruh merkuri (Hg) terhadap histologi insang ikan cencen (M. marginatus)di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal.

Kerangka Pemikiran

Aktivitas manusia berupapertambangan emas, rumah tangga (mandi, cuci), bahan baku air minum, rekreasi (pemandian), pertanian, perikanan, penambangan pasir dan transportasi bahkan untuk perindustrian dalam skala kecil maupun besar yang menghasilkan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (perairan). Pertambangan emas dapat menimbulkan efek negatif, yakni menurunnya fungsi air dan rendahnya kualitas air akibat limbah dari penambangan emas yang mengandung logam berat merkuri.Merkuri masuk ke dalam tubuh ikan lewat air tercemar yang disaring insang. Semakin banyak merkuri yang terakumulasi dalam tubuh ikan tergantung berapa lama ikan hidup di perairan.Adapun kerangka pemikiran tertera pada Gambar 1.


(21)

4

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) pada air dan ikan cencen (M. marginatus) di Sungai Batang Gadis Mandailing Natal.

2. Untuk mengetahui pengaruh merkuri (Hg) terhadap histologi insang ikan cencen (M. marginatus)di Sungai Batang Gadis Mandailing Natal.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kandungan merkuri (Hg) di sungai dan ikan cencen (M. marginatus) di Perairan Batang Gadis Mandailing Natal.

2. Memberikan informasi bahayanya logam berat dalam kehidupan organisme perairan.

Terakumulasi pada ikan

Aktivitas manusia

Aktivitas Rumah Tangga

Aktivitas Pertanian dan

perkebunan Aktivitas

Pertambangan (Galundung)

Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg)


(22)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Sungai Batang Gadis

Kabupaten Mandailing Natal berada di bagian paling selatan wilayah Provinsi Sumatera Utara pada lokasi geografis 0°10' – 1°50' LU dan 98°50' – 100°10' BT, dengan ketinggian 0-1,915 m di atas permukaan laut dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat. Batas-batas wilayah kabupaten Mandailing Natal adalah:

Batas bagian Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan Batas bagian Timur : Kabupaten Padang Lawas Batas bagian Selatan : Provinsi Sumatera Barat Batas bagian Barat : Samudera Indonesia

Kabupaten Mandailing Natal dialiri oleh sungai besar dan kecil. Beberapa sungai yang terdapat di daerah ini di antaranya adalah Sungai Batang Gadis, Batahan, Kun-kun, Parlampungan, Hulu Pungkut, Aek Rantau Puran, Aek Mata dan lain-lain. Luas daerah aliran sungai terbesar yakni Sungai Batang Gadis, yang terletak di ibukota Kecamatan Panyabungan. Aliran sungai sepanjang 180 km dan lebarnya 65 m, dengan volume normal sekitar 25.781,11 m3

Sungai yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal beraliran pendek, terjal, dan sempit, sehingga sulit untuk digunakan sebagai sarana transportasi.Sebagian sungai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik dan

. Sungai-sungai yang berada di daerah ini biasa digunakan untuk sarana irigasi, perhubungan, Mandi, Cuci dan Kakus (MCK).


(23)

6

untuk irigasi.Alur sungai senantiasa bergerak secara horisontal dan jalur sungai berpindah-pindah (bergerak) secara terus-menerus.

Sungai Batang Gadis merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Gadis sangat dipengaruhi oleh morfologis, topografi dan bentuk wilayah disamping bentuk atau corak DAS itu sendiri, di wilayah Mandailing Natal terdapat 6 (enam) DAS, yaitu:

1. DAS Batang Gadis 2. DAS Batang Batahan 3. DAS Batang Natal 4. DAS Batang Tabuyung 5. DAS Batang Bintuas 6. DAS Batang Toru

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terbesar adalah DAS Batang Gadis dengan luas 369.963 Ha atau sekitar 55,88% dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Keenam DAS bermuara ke Pantai Barat (Samudera Indonesia) (Nasution , 2013).

Ikan cencen (Mystacoleucus marginatus)

Ikan cencen ditemukan hidup di sungai dan anak-anak sungai. Distribusi ikan ini yakni dari sungai besar ke anak-anak sungai, dan dataran banjir khususnya musim hujan. Ikan cencen merupakan salah satu ikan asli Indonesia. Ikan ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti kapyah (Lampung), wader (Jawa Tengah dan Timur), keprek (Jatim) dan ikan genggehek (Jawa Barat) (Tresna, 2012).


(24)

7

Gambar 2. Ikan cencen (Mystacoleucus marginatus)

Klasifikasi ikan cencen menurut Kottelatdkk., (1993) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Mystacoleucus

Spesies : Mystacoleucus marginatus

Ikan cencen (M. marginatus)termasuk dalam famili cyprinidae memiliki ciri-ciri yaitu bentuk tubuh pipih dan panjang dengan punggung meninggi, kepala kecil moncong meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung dan sungut sangat kecil atau rudimenter. Dibawah garis rusuk terdapat sisik 5½ buah dan 3 – 3½ buah diantara garis rusuk dan permulaan sirip perut. Garis rusuk sempurna berjumlah antara 29 – 31 buah.Badan berwarna keperakan agakgelap dibagian punggung.Pada moncong terdapat tonjolan-tonjolan yang sangat kecil. Sirip punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu atau kekuningan, dan sirip ekor


(25)

8

bercagak dalam dengan lobus membulat, sirip dada berwarna kuning dan sirip dubur berwarna orange terang (Kottelat dkk., 1993).

Sisik dengan struktur beberapa jari-jari sejajar atau melengkung ke ujung, sedikit atau tidak ada proyeksi jari-jari ke samping. Tonjolan sangat kecil, memanjang dari tulang mata sampai ke moncong dan dari dahi ke antara mata.Sirip dubur mempunyai 6½ jari-jari bercabang, 3-3½ sisik antara gurat sisik dan awal sirip perut (Kottelat dkk., 1993).

Pencemaran

Pencemaran merupakan suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar. Bahan pencemar tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari pencemar itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya suatu pencemaran (Palar, 2008).

Pencemaran air merupakan persoalan khas yang terjadi di sungai-sungai dan badan-badan air di Indonesia. Sumber pencemaran air terutama disebabkan aktivitas manusia dan dipicu pertumbuhan penduduk. Selain itu pencemaran air pada sungai dan badan air lain disebabkan oleh sektor domestik, berupa limbah cair dari rumah tangga dan industri (Sunaryo dkk., 2004).

Bahan pencemar sering disebut polutan yaitu bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam ini sendiri yang memiliki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukkan dari ekosistem.Sumber pencemar dapat dibedakan menjadi sumber domestik (rumah tangga)yaitu dari


(26)

9

perkampungan, pasar, jalan terminal dan rumah sakit.Sumber non domestik dapat berupa dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan dan transportasi (Sinaga, 2006).

Salah satu kegiatan yang menyebabkan pencemaran adalah usaha pertambangan. Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi dimana merkuri (Hg) digunakan sebagai media untuk mengikat emas. Mengingat sifat merkuri yang berbahaya (Bambang, 2005).

Penyebaran bahan pencemar dalam perairan dengan proses pengendapan akan mempengaruhi siklus hidup dari hewan perairan terutama ikan. Dengan terjadinya proses pengendapan bahan pencemar di dasar perairan akan memberikan dampak terakumulasinya bahan pencemar dalam tubuh organisme melalui rantai makanan. Kualitas air seperti pH, suhu dan sedimen yang terdapat dalam air sangat menentukan keberlangsungan hidup organisme di suatu perairan (Minear dan lawrence, 1984).

Logam Berat

Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 g, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 g adalah logam ringan. Logam berat berdasarkan kebutuhannya dibedakan menjadi logam essensial yaitu logam yang bermanfaat sepertikobalt dalam tubuh makhluk hidup.Sedangkan logam berat non esensial merupakan logam yang keberadaannya didalam tubuh organisme belum diketahui untuk apa manfaatnya seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb) dan Kromium (Cr) (Mulyanto dan Umi, 1992).


(27)

10

Menurut Nurrohmi (2011) adapun logam berat dalam perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadapkesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat, yaitu:

a. Sulit di degradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).

b. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut. c. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi

dari konsentrasi logam dalam air.

Sifat atau tingkah laku logam dalam lingkungan perairan sangat bergantung dari karakteristik logam yang bersangkutan. Sifat suatu logam akan mempengaruhi keberadaan logam tersebut dalam jaringan biologidan toksisitasnya terhadap biota tersebut dalam air sangat berbeda-beda tergantung pada jenis air dan sifat kimia-fisika pada logam berat itu sendiri (Juwita, 2012).

Keberadaan logam berat di lingkungan dapat berasal dari dua sumber. Pertama berasal dari alam dengan kadar di biosfer yang relatif kecil. Keberadaan logam berat secara alami tidak membahayakan lingkungan. Kedua, dari antropogenik dimana keberadaan logam berat tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia, misalnya limbah industri pelapisan logam, pertambangan, cat, pembuangan zat kendaraan bermotor, serta barang-barang bekas seperti baterai, kaleng dan lain sebagainya (Fitriyah, 2007).


(28)

11

Logam berat menjadi berbahaya disebabkan oleh sistem bioakumulasi.Bioakumulasi berarti peningkatan konsentrasi unsur kimia tersebut dalam tubuh makhluk hidup sesuai piramida makanan.Ikan dapat mengadsorbsi metil-merkuri melalui makanannya dan langsung dari air dengan melewati insang, merkuri juga dapat berikatan dengan protein diseluruh jaringan ikan (Diliyana, 2008).

Merkuri (Hg)

Merkuri mempunyai nama Hydragyrum yang bararti perak cair. Di alam dalam jumlah besar lebih banyak ditemukan dalam mineral.Diantaranya yang dihasilkan dari bijih Sinabar (HgS). Palar (1994) mengemukakan bijih Sinabar mengandung unsur merkuri antara 0,1%-4%. Merkuri diproduksi dengan membakar merkuri sulfida (HgS) di udara (Fardiaz, 1992), dengan reaksi :

HgS + O2 Hg + SO

Logam merkuri dilambangkan dengan Merkuri. Merkuri merupakan salah satu unsur logam transisi dengan golongan IIB dan memiliki nomer atom 80, memiliki bobot atom 200,59 adalah satu-satunya logam yang berbentuk cair. Merkuri merupakan elemen alami oleh karena itu sering mencemari lingkungan.Kebanyakan merkuri yang ditemukan dialam terdapat dalam gabungan dengan elemen lainnya dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah.Merkuri dan komponen-komponen merkuri banyak digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan (Diliyana, 2008).

2

Sifa-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan ilmiah dan industri.Menurut Lestarisa (2010) beberapa


(29)

12

1. Berwujud cair pada suhu kamar (25 °

2. Masih berwujud cair pada suhu 396 °C. Pada suhu 396 °C ini telah terjadi pemuaian secara menyeluruh.

C) dengan titik beku paling rendah -39 °C.

3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang lain.

4. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.

5. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut juga dengan amalgam.

6. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) maupun dalam bentuk persenyawaan. Dampak Logam Berat Terhadap Ikan

Logam berat menjadi berbahaya disebabkan oleh sistem bioakumulasi. Bioakumulasi berarti peningkatan konsentrasi unsur kimia tersebut dalam tubuh makhluk hidup sesuai piramida makanan. Ikan dapat mengadsorbsi metil-merkuri melalui makanannya dan langsung dari air dengan melewati insang, merkuri juga dapat berikatan dengan protein diseluruh jaringan ikan (Diliyana, 2008).

Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu logam berat tidak dapat dihancurkan oleh organisme hidup di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa komplek. Menurut Rai dkk. (1981) biota air yang hidup dalam perairan tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam berat tersebut dalam


(30)

13

jaringantubuhnya. Makin tinggi kandungan logam dalam perairan akan semakin tinggi pula kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan.

Logam berat yang terkandung di dalam air dapat memasuki sel jaringan tubuh ikan melalui kulit, insang dan saluran percernaan. Sel darah berperan penting dalam pengangkutan dan penyebaran logam berat ke seluruh sel organ tubuh. Menurut Akin dan Unlu (2007)logam berat yang terakumulasi di dalam tubuh ikan dapat mengalami peningkatan konsentrasi substansi atau senyawa dalam jaringan makhluk hidup, dengan semakin tingginya tingkatan trofik dalam jaring makanan melalui rantai makanan.

Menurut Hutagalung (1984) Biota perairan termasuk ikan yang mengkonsumsi logam berat akan mengalami bioakumulasi di dalam tubuhnya. Ikan yang tertangkap di daerah tercemar dengan logam berat seperti Merkuri terkadang memiliki tumor pada bagian badannya dan juga luka-luka erosi yang disebabkan oleh bahan kimia toksik.Jika ikan ini dikonsumsi oleh manusia, maka akumulasi logam yang cukup tinggi dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit dan kematian.

Insang adalah organ yang berhubungan dengan pernapasan utama dari ikan.Epithelium insang dari ikan adalah lokasi penukaran gas yang utama, keseimbangan asam basa, dan regulasi ion.Fungsi organ pernapasan ini adalah hal yang paling penting bagi kehidupan ikan, dan untuk seluruh keberadaan ikan. Oleh karena itu, jika ikan berada pada lingkungan yang tercemar, akan membahayakan fungsi utama organ pernapasan ikan tersebut.Toksisitas logam-logam berat yang melukai insang dan struktur luar lainnya, dapat menimbulkan


(31)

14

kematian terhadap ikan yang disebabkan terhambatnya fungsi pernapasan yaitu sirkulasi dan eksresi dari insang (Widodo, 1980).

Insang terdiri dari sepasang filament insang. Setiap filament terdiri dari serat melintang yang tertutup ephitelium yang tipis disebut lamella. Lamella merupakan penyusun filamen. Sebuah rangkaian lamella pada satu sisi dari septum interbranciale disebut hemibranchium. Dua hemibranchium dan septum interbranchia membentuk insang lengkap disebut holobranchia (Setyawan, 2013). Struktur insang pada ikan normal dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Histologi Normal Insang Ikan.

Pada filamen insang terdapat sejumlah besar lamella. Tepi-tepi bebas lamella sangat tipis ditutupi epithelium berisi jaringan kapiler yang disokong oleh sel pilaster. Sel pilaster berfungsi membatasi sel epithelium dengan kapiler darah. Lamella sekunder kaya akan eritrosit. Lamella sekunder insang berupa lipatan lembaran melintang, tipis, dinding luarnya terdiri dari selapis sel epithelium pipih dan di bawahnya terdapat lapisan sub epithelium yang sangat tipis dan terdiri dari


(32)

15

merupakan anyaman kapiler darah dari arteri brachialis efferent sel-sel pilaster dari eritrosit (Setyawan, 2013).

Kerusakan insang dari tingkat ringan hingga berat dirumuskan berdasarkan metode Tandjung (1982) sebagai berikut:

1. Edema pada lamella menandakan telah terjadi kontaminasi tetapi belum ada pencemaran. Edema adalah pembengkakan sel atau penimbunan cairan secara berlebihan di dalam jaringan tubuh.

2. Hiperplasia pada pangkal lamella. Hiperplasia adalah pembentukan jaringan secara berlebihan karena bertambahnya jumlah sel. Hal ini merupakan indikator adanya pencemaran.

3. Fusi dua lamella (pencemaran tingkat awal).

4. Hiperplasia hampir pada seluruh lamella sekunder, telah terjadi pencemaran. 5. Rusaknya atau hilangnya struktur filamen insang (pencemaran berat).

Faktor Fisika dan Kimia Perairan Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan


(33)

16

konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen dalam air (Effendi, 2003).

Kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas biologis dan fisiologis di dalam ekosistem sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air, apabila suhu air naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun. Bersamaan dengan peningkatan suhu juga akan mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolisme akuatik, sehingga kebutuhan akan oksigen juga meningkat (Sinaga, 2009).

Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikutjumlah oksigen terlarut di dalam air akan menurun, kecepatan reaksi kimiameningkat, kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu, dan jika batassuhu yang mematikan terlampaui ikan dan hewan air lainnya mungkin akanmati (Fardiaz, 1992).

Kekeruhan

Kekeruhan adalah jumlah dari partikel-partikel tersuspensi seperti garam, tanah liat, bahan organik, plankton, dan organisme-organisme mikroskopik dalam air dimana biasanya dipengaruhi pada keadaan yang tak tentu oleh aliran.Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan dan cahaya. Pada daerah pemukiman kekeruhan disebabkan oleh buangan penduduk dan industri baik yang terus diolah maupun yang belum mengalami pengolahan (Sinaga, 2006).

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik baik


(34)

17

tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir, bahan organik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya (Sari dan Irawan, 2013).

pH

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik dan selera makan akan berkurang. Dan hal ini sebaliknya akan terjadi pada suasana yang basa (Ghufran dkk., 2010).

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang kesungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme air (Wardhana, 1995).

Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting didalam ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas. Dibandingkan dengan kadar oksigen diudara yang mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volume, air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volume


(35)

18

Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan faktor biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik.Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga (Salmin, 2005).

Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan dapat dikategorikan sebagai perairan yang baik memiliki kadar oksigen terlarut (DO) > 5 ppm (Salmin, 2005).

Kecerahan

Cahaya merupakan sumber energi yang sangat penting dalam proses fotosintesis, semakin banyak cahaya yang diterima, maka reaksi semakin aktif. Hal tersebut akan menyebabkan adanya perbedaan aktifitas fitoplankton di permukaan air, kolom air, dan di dasar perairan antara pagi, siang dan sore hari.


(36)

19

Penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat terlarut di dalam air, membatasi zona fotosintesis dimana habitat akuatiknya dibatasi kedalaman (Salam, 2010). Kecerahan perairan dapat diukur dengan alat keping secchi. Selanjutnya dikatakan bahwa kecerahan keping secchi <3 cm adalah tipe perairan yang subur (eutrofik), sedang antara 3 – 6 cm merupakan kesuburan sedang (mesotrofik) dan >6 cm digolongkan pada tipe perairan kurang subur (oligotrofik) (Iskandar, 2003). Arus

Kecepatan arus setiap aliran air sungai berbeda-beda. Hal ini dikarenakan kondisi fisik dan lokasi sungai yang berbeda. kecepatan arus akan bepengaruh terhadap distribusi ikan. Ikan adalah hewan yang aktif bergerak untuk mencari makan. Arus sebagai faktor pembatas mempunyai peranan sangat penting dalam perairan, baik pada ekosistem lotic (mengalir) maupun ekosistem lentic (menggenang) karena arus berpengaruh terhadap distribusi organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air (Barus, 2004).

Kedalaman

Kedalaman sungai juga berpengaruh besar terhadap populasi ikan. Semakin dalam sungai maka semakin banyak pula ikan yang menempati. Menurut Munir (2010), kedalaman suatu perairan dapat berpengaruh terhadap jumlah organisme yang ada. Naiknya tinggi permukaan air dan kecepatan arus sungai dapat menyebabkan substrat-substrat yang ada di sungai mudah terkoyak dan terbawa arus, sehingga tingkat kecerahan menjadi berkurang atau sungai menjadi lebih keruh.


(37)

20

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2014 dengan interval waktu pengambilan sampel 2 minggu. Analisis sampel air dilakukan di Badan Penelitian dan Teknologi Perindustrian Provinsi Sumatera Utara, dan analisis sampel histologi ikan dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing NatalSumatera Utara


(38)

21

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, pH meter, DO meter, turbidity meter, oven, thermometer,coolbox, kertas label, timbangan analitik, botol sampel, kaca penutup, kaca objek, pancing, jala, pisau, gunting, ember, gayung, alat tulis, mikroskop, corong, erlenmeyer, labu ukur 50 mL dan 100 mL, batang pengaduk, beaker glass, bunsen, desikator, tanur, hot plate, lemari asam, AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) dan camera digital.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air dan organ ikan (insang), aquades, aluminium foil, HNO3

Prosedur Penelitian

, formalin 10%, Hematoksilin dan Eosin (H&E), xylol, paraffin, alkohol 100%, 90%, 80%,70%, dan 50%. Foto alat dan bahan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi sampling untuk pengambilan sampel air dan ikan adalah Purposive Samplingyaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu pada 3 (tiga) stasiun pengamatan, jarak stasiun 1 – 2 berkisar 15 km dan 2 – 3 berkisar 3 km yang tertera pada Gambar 3. Berikut adalah dasar pertimbangan penentuan lokasi penelitian pada 3 stasiun: Stasiun I = Desa Simpang Banyak Julu Kecamatan Huta Pungkut Kabupaten

Mandailing Natal (N 000 37.421’ E 990 46.034’)sebagai daerah yang terdapat kegiatan aktivitas pertambangan emas (galundung), pertanian dan rumah tangga.


(39)

22

Gambar 5. Stasiun 1

Stasiun II = Desa Pasar Akad Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal (N 00o52.221’ E 99o31.287’) terdapat kegiatan aktivitas pertambangan emas (galundung), rumah tangga dan perkebunan.

Gambar 6. Stasiun 2

Stasiun III = Desa Kumpulan Setia Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal (N 00o53.818’ E 99o31.284’) terdapat aktivitas penambangan emas (galundung), rumah tangga dan pertanian.


(40)

23

Gambar 7. Stasiun 3 Pengambilan Sampel Air

Sampel air diambil secara langsung dan dimasukkan ke dalam botol sampel sebanyak 100 ml. Sampel air untuk analisis logam diberi larutan HNO3

Pengambilan Sampel Ikan

sebagai pengawet sampai pH ≤ 2 kemudian botol sampel dimasukkan ke dalam coolboxdan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan logam berat merkuri (Lampiran 3).

Pengambilan sampel ikan menggunakan pancing dan jala yang mempunyai ukuran 1/2 dan 1 inchi (Lampiran 4), setelah ikan tertangkap ikan diukur panjang dan beratnya, selanjutnya ikan di bedah untuk diambil insang dan dagingnya. Insang ikan dimasukkan kedalam botol sampel dan diawetkan menggunakan formalin 10 % dan daging ikan diambil untuk diukur kandungan logam berat merkuri yang akan dianalisis di laboratorium.


(41)

24

Pengukuran parameter fisika-kimia perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (ex situ). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap suhu, pH, arus, kecerahan, kedalaman, lebar sungai dan DO (Lampiran 5), sedangkan parameter kekeruhan dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter kualiatas air dan metode analisis

Parameter Satuan Metode Analisis/Alat Lokasi Fisika

1. Kekeruhan NTU Turbidity meter Ex situ

2. Suhu ˚C Themometer In situ

3. Kecerahan cm Keping secchi In situ

4. Kedalaman m Bambu ukur In situ

5. Lebar sungai M Tali ukur In situ

6. Arus m/s Bola duga In situ

Kimia

1.pH - pH Meter In situ

2.DO mg/l Metode Winkler In situ

Logam Berat

1. Hg ppm AAS Laboratorium

Penanganan Sampel Preparasi Sampel Air

Preparasi sampel air dilakukan di Badan Penelitian dan Teknologi Perindustrian Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan AAS. Sebanyak 100 ml sampel air dimasukkan ke dalam labu ukur, ditambahkan HNO3

Kemudian dipanaskan di atas hotplate sampai volume air ±15 ml, sampel didinginkan dan disaring dengan kertas saring whatman 0,45 µm. Filtrat diencerkan dengan aquabides dalam labu ukur 100 ml dan dianalisis dengan

sebanyak 5 ml (Lampiran 6).


(42)

25

Preparasi Sampel Ikan

Preparasi sampel daging ikan dilakukan di Badan Penelitian dan Teknologi Perindustrian Provinsi Sumatera Utara. Preparasi sampel dimulai dengan membersihkan isi perut beserta insangnya dikeluarkan, lalu daging ikan diambil dan ditimbang sebanyak 5 – 10 g. Sampel daging ikan dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 3 jam. Daging ikan kering yang diperoleh digerus dan ditumbuk hingga halus. Bubuk daging ikan diabukan dalam tanur selama 8 jam pada suhu 550°C. Sampel yang telah menjadi abu dipindahkan secara kuantitatif kedalam gelas piala 250 ditambahkan HNO3

Pembuatan Preparat Insang

sebanyak 30 ml. Hasil destruksi ini disaring dan filtratnya ditampung dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan aquabides (Lampiran 7). Filtrat ini kemudian diukur dengan AAS.

Pembuatan preparat insang dilakukan secara histologi melalui prosedur pengambilan organ (insang), fiksasi, dehidrasi dengan alkohol bertingkat, penjernihan (clearing) dengan xylol, infiltrasi dengan xylol dan parafin, pengikatan sampel (embending) dengan parafin, pemotongan atau pengirisan sampel (section), penempelan objek, deparafisasi, pewarnaan dengan hematoksilin dan eosin (Muntiha, 2001).

Fiksasi dalam pembuatan preparat insang umumnya dilakukan menggunakan formalin 10 %. Fiksasi dengan faormalin 10 % ini dapat dipakai untuk fiksasi karena tidak terlalu cepat mengeraskan jaringan. Dalam penelitian ini digunakan larutan formalin untuk fiksasi dengan pertimbangan larutan ini tidak


(43)

26

dehidrasi dengan batas waktu tiga hari setelah pemberian formalin pada organ insang.

Pewarna yang umumnya digunakan pada preparat histologi untuk mewarnai struktur sel adalan Hematoksilin dan Eosin (H & E), penelitian ini menggunakan pewarna H & E dengan pertimbangan pewarnaan dapat memperjelas jaringan yang akan diamati (Diliyana, 2008).

Metode pengukuran

Penentuan Konsentrasi Logam Berat

Penentuan konsentrasi logam berat dengan cara langsung untuk contoh air dan daging ikan dengan cara kering (pengabuan). Pengukuran logam berat yang dilakukan menggunakan AAS selanjutnya dihitung menggunakan rumus:

Kandungan Logam = �C × V

W �mg/kg

Keterangan :

W = Berat sampel (g)

C = Konsentrasi pembacaan alat (ppb) V = Volume labu takar terakhir (ml) Biokonsentrasi

Faktor biokonsentrasi dalam daging digunakan untuk mengetahui perbandingan kadar merkuri dalam daging dengan kadar merkur i dalam air. Faktor ini disebut juga indeks untuk mengevaluasi toksisitas logam berat yang terakumulasi dalam tubuh organisme air (Yumiarti dkk., 1996). Menurut Arnot danGobas (2006) biokonsentrasi (BFK) dapat dihitung sebagai rasio konsentrasi kimia dalam organisme dan kimia konsentrasi dalam air pada kondisi yang


(44)

27

BFK = Cb Cwd

Keterangan : Cb

C

= Konsentrasi logam berat merkur i dalam organisme (ppm) wd

Hasil perhitungan faktor biokonsentrasi atau indeks faktor konsentrasi (IFK) dilanjutkan dengan mengklasifikasikan kedalam kategori tingkat akumulasi berdasarkan Van Esch (1977)yaitu:

= Konsentrasi logam berat merkuri dalam air (ppm)

Akumulasi rendah : IFK <100 Akumulasi sedang : 100<IFK ≤1000 Akumulasi tinggi : IFK >1000 Analisis Data

Analisa Deskriptif

Untuk melihat kondisi pencemaran logam berat pada air dan daging ikan perairan Sungai Batang Gadis maka hasil analisis logam berat dibandingkan dengan baku mutu air sungai berdasarkan PP. No. 82 tahun 2001. Sedangkan untuk melihat kondisi pencemaran logam berat di tubuh ikan, digunakan baku mutu berasal dari DirektoratJenderal Pengawasan obat dan Makanan (POM) No. 03725/SK/VII/89 dapat dilihat pada Tabel 2. Tingkat kerusakan insang akibat logam merkuri ditentukan dengan metode Pantung dkk., (2008).

Tabel 2. Kriteria baku mutu kandungan logam berat dalam air dan ikan

Logam Berat Baku mutu

Merkuri (Hg) 1. Air

2. Ikan

PP. No. 82 tahun 2001 (0,001 mg/l) Direktorat Jenderal Pengawasan obat dan Makanan (POM) No. 03725/SK/VII/89 (0,5 mg/l)


(45)

28

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Parameter fisika dan kimia air yang diukur pada saat pengamatan di Sungai Batang Gadis meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, lebar sungai, kekeruhan, kecepatan arus dan DO. Rata-rata hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Sungai Batang Gadis dapat dilihat pada Tabel 3.Hasil penelitian parameter fisika dan kimia perairan memiliki nilai bervariasi dan hasil pengukuran parameter fisika kimia secara lengkap terdapat pada Lampiran 7. Tabel 3. Rata-rata hasil Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia

Parameter Satuan Baku mutu kelas- Stasiun

I II III IV I II III

Suhu oC Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 5 21 25,6 24,33

Kecerahan cm - - - - 40 45 50

Kekeruhan NTU - - - - 2,47 4,53 1,51

Kecepatan Arus m/detik - - - - 1,9 0,23 0,54

Kedalaman m - - - - 0,2-1 0,5-2,5 0,4-1,2

Lebar sungai m - - - - 45 60 55

pH - 6 – 9 6 – 9 6 – 9 5 – 9 6,87 6 6,83

DO mg/l ≥6 ≥4 ≥3 ≥0 5,44 3,94 3,97

*Berdasarkan PP No.82 tahun 2001

KandunganMerkuri dalam Air dan Daging Ikan

Hasil pengukuran kandungan logam berat merkuri dalam air dan daging ikan cencen dapat dilihat pada Tabel 4. Kandungan logam merkuri baik pada daging ikan dan air secara keseluruhan di Sungai Batang Gadis stasiun 1 sampai stasiun 3 yaitu 0,00043 – 0,00015 mg/l untuk air dan 0,01097 – 0,00218 mg/l untuk daging ikannya.


(46)

29

Tabel 4. Kandungan Merkuri dalam Air dan Daging Ikan Cencen Stasiun Kandungan Merkuri Baku Mutu

1 0,00043 PP. No. 82 tahun 2001(0,001 mg/l)

Air 2 0,00025

3 0,00015

1 0,01097 Direktorat Jenderal Pengawasan obat dan Makanan (POM) No. 03725/SK/VII/89 (0,5 mg/l)

Ikan 2 0,00322

3 0,00218

Faktor Biokonsetrasi

Faktor biokonsentrasi (BFK) dapat mengukur kemampuan suatu biota atau organisme air dalam mengakumulasi bahan pencemar yang berada di sekitar lingkungan biota.Faktor biokonsentrasi (BFK) tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 25,51 dan terendah pada stasiun 2 yaitu 12,88.

Faktor biokonsentrasi (FBK) dilanjutkan dengan mengklasifikasikan kedalam kategori tingkat akumulasi berdasarkan Van Esch (1977)terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ikan Cencen serta Tingkat Akumulasinya

Stasiun Faktor biokonsentrasi (FBK) Tingkat Akumulasi

1 25,51 AkumulasiRendah

2 12,88 AkumulasiRendah

3 14,53 AkumulasiRendah

Kondisi Histologi Insang Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus)

Perubahan jaringan insang dapat dijadikan sebagai indikator tingkat pencemaran di lingkungan mulai terjadinya pencemaran ringan sampai tingkat berat.Data gambaran kerusakan insang ikan diperoleh dari pengamatan langsung terhadap jaringan insang ikan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40x10, dapat dilihat pada Tabel 6.


(47)

30

Tabel 6. Tingkat kerusakan jaringan insang Stasiun Kerusakan yang

terjadi

Tingkat kerusakan

Keterangan

1 Edema ++ - Adanya pembengkakan

sel akibat penimbunan cairan

- Eritrosit terlihat pecah Hiperplasia ++ - Penambahan jumlah sel

pada lamela primer - Penyempitan pembuluh

darah

Fusi lamella ++ - Lamela sekunder saling menempel

Mineralisasi + - Terdapat bintik hitam

2 Edema + - Adanya pembengkakan

sel akibat penimbunan cairan

- Eritrosit terlihat pecah 3 Mineralisasi + - Terdapat bintik hitam Keterangan :

(-) = Tidak ada kerusakan sama sekali (normal) (+) = Terjadi kerusakan kurang dari 30% (ringan) (++) = Terjadi kerusakan 30%−70% (sedang) (+++) = Terjadi kerusakan lebih dari 70% (berat) (Pantung dkk.,,2008).

Hasil pengamatan histologi terhadap organ insang pada ikan cencen terlihat adanya kelainan atau perubahan pada organ tersebut. Perubahantersebut antara lain adalah adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada organ insang ikan cencen di Sungai Batang Gadis yakni mengalami edema, fusi lamella, mineralisasi dan nekrosis seperti yang tertera pada Gambar 8 (Stasiun 1), Gambar 9 (stasiun 2) dan Gambar 10 (stasiun 3).


(48)

31

Gambar 8. Potongan histologi insang ikan cencen di stasiun 1 perbesaran 10x40.Pewarnaan: Hematoxilin-Eosin. A. Edema B. Hiperplasia C.Fusi Lamella sekunder. D. Mineralisasi.

Gambar 9. Potongan histologi insang ikan cencen di stasiun 2 perbesaran 10x40.Pewarnaan: Hematoxilin-Eosin. A. Edema lamella sekunder. B.Kondisi lamella sekunder yang normal. C. Lamella primer bengkok. D. Akumulasi logam merkuri.

A B

C

D C

D

B A


(49)

32

Gambar 10.Potongan histologi insang ikan cencen di stasiun 3 perbesaran 10x40. Pewarnaan: Hematoxilin-Eosin.A.Lamella sekunder normal, B. Lamella primer normal. C. Akumulasi logam merkuri D. Mineralisasi.

Pembahasan

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Hasil rata-rata pengukuran pada setiap stasiun menunjukkan hasil yang berbeda, suhu tertinggi terdapat di stasiun 2 yaitu 25,16 ˚C, suhu terendah pada hasil pengukuran terdapat pada stasiun 1 yaitu 21 ˚C, sedangkan suhu yang terdapat pada stasiun 3 yaitu 24,33 ˚C, masih dalam kategori normal untuk kehidupan ikan cencen yaitu 25,16 ○C dan 24,33○C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kottelat dkk., (1993) bahwa ikan cencen memiliki sifat biologis yang membutuhkan banyak oksigen dan hidup di perairan dengan suhu tropis 22– 28 ○C. Pada stasiun 1 memiliki suhu 21 ○C berada pada bagian hulu perairan sehingga ikan cencen sulit untuk ditemukan pada stasiun penelitian.

A

B C


(50)

33

Hasil pengukuran pH air tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 6,87 dan pH air terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 6, sedangkan pH yang terdapat pada stasiun 3 yaitu 6,83. Sungai Batang Gadis memiliki pH yang memungkinkan untuk ikan dapat hidup meskipun terdapat kegiatan aktivitas galundung di sekitar perairan. BerdasarkanKEP/Nomor:202/MENLH/2004mengenai baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga menunjukkan kisaran pH antara 6 – 9. Kisaran pH air dari hasil pengukuran di Sungai Batang Gadis masih dapat ditolerir oleh biota perairan terutama ikan cencen.

Hasil pengukuran DO menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 5,44 mg/l ini terjadi karena di stasiun tersebut terdapat gerakan arus yang deras yaitu 1,90 m/detik. Menurut Silalahi (2010) DO dapat dipengaruhi oleh gerakan air yang dapat meningkatkan difusi oksigen dari udara kedalam air. Kandungan DO terendah terdapat pada stasiun 2 dan 3 yaitu 3,94 mg/l dan 3,97 mg/l.Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 batas oksigen terlarut minimal yang diijinkan agar dapat memenuhi kriteria mutu air kelas IIdan III adalah 5 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut Sungai Batang Gadis tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

Hasil pengukuran kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun 2 berkisar 4,53 NTU, sedangkan kekeruhan terendah terdapat pada stasiun 3 berkisar 1,51 NTU.Faktor yang mempengaruhi tingginya kekeruhan distasiun 2 dapat disebabkan tingginya curah hujan pada waktu pengambilan sampel.Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya erosi. Menurut Dewi (2012) erosi


(51)

34

tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hasil pengukuran kecerahan di Sungai Batang Gadis berkisar antara 40– 50 cm. Nilai kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu 50 cm dan kecerahan terendah terdapat pada stasiun 1 dan 2 yaitu 40 dan 45 cm. Sungai Batang Gadis termasuk pada tingkat kecerahan yang masih baik untuk kehidupan biota ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan dan Edward (2003) nilai kecerahan rata-rata yang relatif masih normal, dan masih sesuai untuk kepentingan perikanan yakni >3 m.

Hasil pengukuran kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 1,90 m/detik, hal tersebut disebabkan oleh kondisi sungai yang dangkal dimana kedalaman dan lebar sungai pada stasiun 1 yaitu 0,2 – 1 dan 40 m. Kecepatan arus terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 0,23 m/detik , kedalaman dan lebar sungai 0,5 – 2,5 dan 60 m. Harimurthy (2001) menyatakan bahwa kecepatan arus dipengaruhi oleh kedalaman dan lebar sungai, arus akan semakin cepat bila perairan makin sempit dan dangkal.

Kecepatan arus juga dapat mempengaruhi tekstur sedimen dimana pada arus yang kencang lebih didominasi oleh partikel yang kasar seperti pasir, sedangkan untuk arus yang lambat didominasi oleh partikel lumpur yang lebih halus.Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnawan dkk., (2012) bahwa kecepatan arus mempengaruhi distribusi sebaran sedimen, dimana butiran sedimen yang lebih besar ditemukan pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang lebih tinggi. Selain itu, kecepatan arus juga dapat mempengaruhi organisme yang hidup


(52)

35

didalamnya, biota yang hidup pada arus yang kuat akan berbeda dengan biota yang hidup pada arus yang lambat.

Kandungan Merkuri (Hg) dalam Air dan Ikan

Hasil pengukuran logam merkuri pada air yang tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,00043 mg/l dan yang terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 0,00015 mg/l. Kandungan logam merkuri pada stasiun 2 yaitu 0,00025. Jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas 2 dan 3 yaitu untuk kegiatan pembudidayaan ikan air tawar (PP No. 82 Tahun 2001) yang bernilai 0,001 mg/l, menunjukkan bahwa kandungan merkuri di Sungai Batang Gadis masih berada dibawah ambang batas baku mutu tersebut atau masih tergolong baik untuk kehidupan ikan cencen.

Tingginya konsentrasi logam merkuri pada stasiun 1 diduga adanya 4 titik lokasi kegiatan galundung yang terdapat di tepi sungai yang menggunakan mesin dan ada 2 titik kegiatan galundung yang menggunakan arus sungai untuk memutar galundung sehingga limbah yang dihasilkan dalam pemutaran galundung langsung masuk ke sungai. Stasiun 1 merupakan daerah lubuk larangan.Lubuk larangan ini hanya membatasi aktivitas penangkapan ikan-ikan, tetapi pada daerah tersebut tidak ada larangan untuk melakukan kegiatan pertambangan emas, pasir dan kegiatan rumah tangga.

Hasil pengukuran logam merkuri pada daging ikan yang tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,01097 mg/l dan yang terendah terdapat pada stasiun 3 0,00218 mg/l. Pada stasiun 2 kandungan logam merkuri yaitu 0,00322 mg/l. Jika dibandingkan dengan baku mutu Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan


(53)

36

Makanan (POM) No. 03725/SK/VII/89 sebesar 0,5 mg/l masih berada dibawah ambang batas baku mutu tersebut atau masih tergolong baik untuk dikonsumsi.

Kandungan logam merkuri di dalam daging ikan selama penelitian, nilainya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan yang terdapat pada kolom perairan. Hal ini diduga karena adanya proses akumulasi logam berat. Hal ini sesuaI dengan Rai dkk., (1981) biota air yang hidup dalam perairan tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya. Makin tinggi kandungan logam dalam perairan akan semakin tinggi pula kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan.

Faktor Biokonsentrasi

Hasil perhitungan faktor biokonsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 25,51 dan yang terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 12,88, sedangkan stasiun 3 faktor biokonsentrasinya yaitu 14,53. Penentuan faktor biokonsentrasi (BFK) merkuri dalam tubuh ikan terhadap air dilakukan untuk mengetahui kemampuan ikan mengakumulasimerkuri dalam tubuhnya. Menurut Van Esch (1977) BCF < 100 menunjukkan daya akumulasi ikan terhadap air rendah. Menurut Syaputra dkk., (2011) rendahnya konsentrasi logam pada air, bukan berarti logam tersebut tidak berdampak negatif terhadap perairan lebih disebabkan kemampuan perairan tersebut cukup tinggi untuk mengencerkan bahan pencemaran. Sehingga logam berat yang terakumulasi pada ikan masih aman untuk dikonsumsi.

Kandungan merkuri di dalam air memberikan pengaruh terhadap akumulasi pada organ tubuh ikan cencen. Menurut pernyataan Sumah dan Aunurohim (2013) logam berat di air menimbulkan terjadinya proses akumulasi di


(54)

37

tubuh organisme seperti terjadinya akumulasi pada daging ikan. Akumulasi biologis dapat terjadi melalui absorbsi langsung terhadap logam berat yang ada di dalam air.

Kondisi Histologi Insang Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus)

Hasil pengamatan histologi jaringan insang pada Gambar 8, 9 dan 10 tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua insang ikan cencen yang diambil dari perairan Sungai Batang Gadis padasetiap stasiun memperlihatkan terjadinya gejala kerusakan.Pada stasiun 1 terjadi kerusakan dengan adanya edema, fusi lamella dengan 30 – 70 % luasan pandang dan mineralisasi, stasiun 2 terjadi kerusakan berupa edema, sedangkan pada stasiun 3 terjadi kerusakan berupa mineralisasi. Hal ini disebabkan insang merupakanorgan pertama tempat penyaringan air yang masuk ke dalam tubuh biota ikan dan jika suatu perairan mengandung logam berat akan memberikandampak pada jaringan organ insang tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatDarmono (2001) bahwa insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logamberat. Dengan terakumulasinya bahan pencemar (logam berat) pada insang ikan akan memberikan gangguan pada fungsi normal.

Pengaruh merkuri pada stasiun 1 mengakibatkan kerusakan berupa edema, hiperplasia, fusi lamella dan mineralisasi. Pada konsentrasi ini ditemukan kerusakan struktur mikroanatomi insang yang lebih banyak dari stasiun 2 dan 3. Menurut Robert (2001) edema pada lamella dapat diakibatkan karena terpaparnya limbah bahan-bahan kimia diantaranya logam berat. Pada gambar juga terlihat lamella primer membesar dan menghimpit lamella sekunder, apabila hal ini terjadi


(55)

38

Hiperplasia dan edema yang berlebih pada stasiun 1 menyebabkan fusi lamela. Fusi lamela adalah penempelan 2 bagian lamela sekunder. Selain itu fusi lamela juga diakibatkan oleh adanya lendir yang berlebih pada insang sehingga akan menutup lamela sekunder. Menurut Sukarni dkk., (2012) lendir yang berlebih ini merupakan salah satu respon kelenjar mukus untuk melindungi insang dari merkuri, namun apabila lendir yang dihasilkan berlebihan tentu akan bersifat negatif sehingga pengambilan oksigen dari air akan terhambat.

Mineralisasi yang terdapat pada insang ikan insang secara histologi pada stasiun 1 dan 3 terlihatdari adanya bintik hitam, merupakan indikasi adanya suatu bahan pencemar yangmasuk ke dalam insang ikan melalui media air. Bahan pencemar yang masukdalam insang ikan diduga berasal dari kandungan logam berat.Berdasarkan pernyataan Hidayah dkk., (2012) logam berat larut dalam air (bentuk ion) sehingga semakin mudah masuk ke dalam tubuh hewan termasuk biota ikan, baik melalui insang, bahkan makanan ataupun difusi.


(56)

39

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Kandungan Logam Berat Merkuri pada Ikan Cencen di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsentrasi logam berat merkuri pada kolom air dan daging ikan masih dibawah ambang batas baku mutu air yang telah ditetapkan oleh PP No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dan Direktorat Jenderal Pengawasan obat dan Makanan (POM) No. 03725/SK/VII/89.

2. Pengaruh merkuriterhadap histologi insang ikan cencen (M. marginatus) berupa edema, hiperplasia, fusi lamella dan mineralisasi. Kerusakannya masih dikategorikan sedang dikarenakan kemampuan ikan mengakumulasi merkuri dalam tubuhnya yang rendah.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan logam berat merkuridi Sungai Batang Gadis, serta perlu adanya penelitian lanjutan pengamatan histologi selain insang dan monitoring kualitas air yang dilakukan minimal setahun sekali.


(57)

40

DAFTAR PUSTAKA

Akin H. K. dan Unlu E. 2007. Heavy Metal Concentrations in Water, Sediment, Fish and Some Benthic Organism From Tigris River Turkey. J Environ Monit Assess.131 : 323–337.

Arnot, J. A. and Gobas F. 2006.A Review of Bioconcentration Factor (BCF) and Bioaccumulation Factor (BAF) Assessments for Organic Chemicals in Aquatic Organism. NRC Research Press. 14(4): 257–297.

Bambang, T. S. 2005. Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Sangon Kabupaten Kulon Progo D.I. Yogyakarta.Jurnal Subdit Konservasi.Yogyakarta.

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi. USU Press. Medan.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. UI Press. Jakarta.

Dewi, G. A. S., Trigunasih, N. M., dan Kusmawati, T. 2012. Prediksi Erosi dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Saba. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 1 (1).

Diliyana, Y. F. 2008. Studi Kandungan Merkuri (Hg) pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Sekitar Perairan Rejoso Kabupaten Pasuruan. [Skripsi] Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi.Universitas Islam Negeri. Malang.

Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.PenerbitKanisius.Yogyakarta.

Fitriyah, K. H. 2007. Studi Pencemaran Logam Berat Kadmium (Cd), Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb) pada Air Laut, Sedimen dan Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Perairan Pantai Lekok Pasuruan. [Skripsi] Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri. Malang.

Fardiaz, S. 1992.Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Ghufran, M., Kordi, H., dan Andi, A. S. 2010.Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Hidayah, A. M., Purwanto dan Soeprobowati, T. R. 2012. Kandungan Logam Beratpada Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.)di Karamba Aanau Rawapening. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Semarang.


(58)

41

Iskandar. 2003. Struktur Komunitas Plankton di Perairan Bekas Bahan Pasir (Studi Kasus di Rawa Bebek, Karawang). Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran.Bandung.

Juwita, P. 2012. Studi Pembuatan Perangkat DGT (Diffusive Gradient in Thin Film) dengan Chelex-100 dan Poli (Asam) Akrilat Binding Gel untuk Pengukuran Logam Labil Timbal (II) dan Terkompleks. [Skripsi] Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.Universitas Indonesia.Depok.

Kottelat, M., A. J., Whitten, S. N., Kartika S., dan Wirjoatmodjo, S. 1993. Fresh Water Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Published by Periplus Edition (HK) Ltd. Information Collaboration With The Environmental Management Development In Indonesia (EMDI) Project. 53–53.

Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 03725/B/ SK/ VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004 tentang Baku

Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan atau Tembaga Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Lestarisa, T. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri (Hg) pada Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah. [Tesis] Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.

Minear, R. A. dan Lawrence, H. K. 1984.Water Analysis Volume III Organic Species. Academic Press, ITC. London. America.

Mulyanto dan Umi Z. 1992.Studi Tentang Konsentrasi Raksa (Hg) dan Hubungannya dengan Kondisi Insang Kerang Bulu di Perairan Pantai Kenjeran Surabaya. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Nasution, L. M. 2013. Potensi dan Prospek Pembiayaan Syariah bagi Petani Sawit

di Kabupaten Madina. [Skripsi] Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nurrohmi, O. 2011.Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai Adsorben Ion Logam Cd2+. [Skripsi] Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.Universitas Indonesia.Depok.

Palar, H. 2008.Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.


(59)

42

Pantung, N., Kerstin, G. H., Herbert F. H. dan Voravit C. 2008. Histopathological Alterations of Hybrid Walking Catfish (Clarias macrocephalus X Clarias gariepinus) in Acute and Subacute Cadmium Exposure. Joernal Environment Asia1 :22–27.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Pengelolaan Kualitas Air.

Purnawan, S., Setiawan, I. dan Marwantim. 2012. Studi Sebaran Sedimen Berdasarkan Ukuran Butir di Perairan Kuala Gigieng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Depik. 1(1): 31–36.

Rai, L.L., J. Gaur dan H.D. Kumar. 1981. Phycology and Heavy Metal Pollution. inbiologicalreview of thephycology society. Cambridge University Press London.

Salam, A. 2010. Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Fitoplankton. [Skripsi] Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Salmin, 2005.Oksigen Terlarut (DO) dan KebutuhanOksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indiator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana. 30 (3):21–26.

Sari, L. I. dan Irawan, A. 2013.Karakteristik Distribusi Horizontal Parameter Fisika-Kimia Perairan Permukaan di Pesisir Bagian Timur Balikpapan. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. 18 (2):21–27.

Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. [Tesis] Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sinaga, M. 2006. Evaluasi Kualitas Air dan Beban Pencemaran Sungai Ciujung. [Skripsi] Departemen Konsevasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sinaga, T. 2009.Keanekaragaman Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir. [Tesis] Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sukarni, Maftuch dan Nursyam H. 2012. Kajian Penggunaan Ciprofloxacin terhadaphistologi Insang dan Hati Ikan Botia (Botia macracanthus, Bleeker)yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila.Jurnal Expo Life Sci. 2 (1) 6 – 12.


(60)

43

Sumah, Y. dan Aunurohim. 2013. Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Hubungannya dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus).Jurnal Sains Dan Seni Pomits. 2 (2) : 2337–3520.

Sunaryo, T. M., Walujo, T., danHarnanto, A. 2004.Pengelolaan Sumberdaya Air. Malang.

Tandjung, S.D. 1982. The Role of Indonesian Traditions, Values, and Believes in Natural Resource Conservation and Environmental Management. Paper presented in the International Seminar on Human Ecology, Tourism, and Sustainable Development. Denpasar.

Tarigan, M. S. dan Edward, 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi(Total Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Jurnal Makara Sains. 7 (3) : 109–119.

Tresna, L. K., Dhahiyat, Y. dan Herawati, T. 2012. Kebiasaan Makanan dan Luas Relung Ikan di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (3) : 163–173.

Van Esch, G.J. 1977. Aquatic Pollutant and Their Potential Ecological Effects. InHutzingen, O., I.H. Van Lelyuccid and B.C.J. Zoetemen, ed. Aquatic Pollution : Transformation and Biological Effects, Procceding of the 2nd Int. Symp. on Aquatic Pollutans. Amsterdam. Pergamon Press, New York. 1–12.

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset.Yogyakarta.

Widodo dan Aminuddin. 2011. Upaya Peningkatan Perolehan Emas dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung. Buletin Geologi Tata Lingkungan. 21 (2) : 83–96.

Widodo, J. 1980. Toksisitas Biota Laut Disebabkan oleh Pencemaran Merkuri. Semarang.

Yulistiyanto, B. 2013.Pelestarian dan Pemanfaatan Sungai Secara Terpadu dan Berkelanjutan bagi Kemaslahatan Manusia. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Yumiarti, Mellawati J. dan Suwirma. 1996. Akumulasi, Ditribusi, dan Toksisitas Cd terhadap Ikan Lele (Clarias batrachus) dalam Air. Aplikasi Isotop dan Radiasi11:109.


(61)

44


(62)

45

Lampiran 1. Alat dan Bahan

Ember dan gayung Peralatan titrasi

Jala Timbangan analitik


(63)

46

Lampiran 1. Lanjutan

Thermometer GPS


(64)

47

Lampiran 2. Pengambilan Sampel Air

Pengambilan air untuk sampel kekeruhan dan logam berat Merkuri (Hg) secara komposit

Sampel air diambil 100 ml ditambahan HNO3 sampai pH 2

Sampel air dimasukkan ke dalam botol 100 ml untuk dianalisis kandungan logam Hg


(65)

48

Lampiran 3. Pengambilan Sampel Ikan

Pengambilan sampel ikan a). pancing dan b). jala

Ikan yang tertangkap pada sampling a). Stasiun 3 dan b). Stasiun 1

Kegiatan penangkapan ikan pada sungai batang gadis a). dan b). Stasiun 3

a). b).

a).

b). a).


(66)

49

Lampiran 4. Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Pengukuran suhu menggunakan thermometer

Pengukuran pH menggunakan DO meter


(67)

50

Lampiran 5. Preperasi Sampel Air

Sampel air sebanyak 100 ml Sampel air dimasukkan ke dalam Sampel air ditimbang dimasukkan kedalamlabu ukur timbangan digital beratnya

Sampel air dipanaskan diatas hotplate Filtrat sampel air diencerkan Sampai volume air ± 15ml dengan aquabides


(68)

51

Lampiran 6. Preperasi Sampel Daging Ikan

Membersihkan isi perut ikan Pemindahan sampel ikan ke kaca porselin

Penimbangan sampel Sampel ikan dikeringkan Sampel ikan dimasukkan ke ikan 5-10 g dalam oven dalam tanur 550 ˚C

Sampel ikan dimasukkan kedalam desikator selanjutnya dipindahkan ke gelas pialan 250 ml


(69)

(1)

Lampiran 2. Pengambilan Sampel Air

Pengambilan air untuk sampel kekeruhan dan logam berat Merkuri (Hg) secara

komposit

Sampel air diambil 100 ml ditambahan HNO

3

sampai pH 2

Sampel air dimasukkan ke dalam botol 100 ml

untuk dianalisis kandungan logam Hg


(2)

Lampiran 3. Pengambilan Sampel Ikan

Pengambilan sampel ikan a). pancing dan b). jala

Ikan yang tertangkap pada sampling a). Stasiun 3 dan b). Stasiun 1

Kegiatan penangkapan ikan pada sungai batang gadis a). dan b). Stasiun 3

a).

b).

a).

b).

a).


(3)

Lampiran 4. Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Pengukuran suhu menggunakan thermometer

Pengukuran pH menggunakan DO meter


(4)

Lampiran 5. Preperasi Sampel Air

Sampel air sebanyak 100 ml Sampel air dimasukkan ke dalam Sampel air ditimbang dimasukkan kedalamlabu ukur timbangan digital beratnya

Sampel air dipanaskan diatas hotplate Filtrat sampel air diencerkan Sampai volume air ± 15ml dengan aquabides


(5)

Lampiran 6. Preperasi Sampel Daging Ikan

Membersihkan isi perut ikan Pemindahan sampel ikan ke kaca porselin

Penimbangan sampel Sampel ikan dikeringkan Sampel ikan dimasukkan ke ikan 5-10 g dalam oven dalam tanur 550 ˚C

Sampel ikan dimasukkan kedalam desikator selanjutnya dipindahkan ke gelas pialan 250 ml


(6)