KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

(1)

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN

KADMIUM (Cd) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA

SUNGAI WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

TRISTIAN MARTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRACT

STUDY OF HEAVY METAL CONTENT OF LEAD (Pb) AND CADMIUM (Cd) ON FISH IN WATERS OF ESTUARY OF THE RIVER WAY KUALA

BANDAR LAMPUNG By

TRISTIAN MARTIKA

Studied of distribution of heavy metals Pb and Cd in the sediment at the mouth of the river Way Kuala Bandar Lampung has been done. Determination of concentrations of metals Pb and Cd using by atomic absorption spectophotometer (AAS) are four parameters validation method that is the limit of detection, precision, accuracy and linierity.

The concentration of heavy metals Pb on Scatophagus argus is 0.013±9.82x10-10 ppm on meat, 0.006±2.26x10-06 ppm on the gills and 0.029±2.86x10-10 ppm on entrails they still came under the threshold of a defined raw Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89 of 2.0 ppm. The concentration of heavy metals Cd in

Scatophagus argus is 0.0010±1.80x10-10 ppm on meat, 0.0014±4.25x10-09 ppm on the gills and 0.0075±9.19x10-10 ppm on entrails. They still came under the

threshold of a defined raw Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89 that is equal to 0.2 ppm.

A relatively standard deviation ( RSD ) to metal Pb on meat is 7.39x10-4% , on the gills is 3.566x10-3% and on the entrails is 9.809x10-5% and a relatively standard

deviation ( RSD ) metal Cd over flesh is 0.168 % , on the gills is 2.96x10-5% and on the entrails is 1.21x10-4% . The value of the accuracy wich is determined% recovery of Pb on meat , gills and the entrails successively are 80.03 % , 68.05 % and 65.82 %. The recory of metal Cd on meat, gills and entrails of Scatophagus argus are 78.68 % , 67.50 % and 66.83 % .


(3)

ABSTRAK

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI WAY KUALA

BANDAR LAMPUNG Oleh

TRISTIAN MARTIKA

Telah dilakukan kajian sebaran logam berat Pb dan Cd pada sedimen di muara sungai Way Kuala Bandar Lampung. Konsentrasi logam Pb dan Cd ditentukan dengan menggunakan spektofotometer serapan atom (SSA) dengan menggunakan empat parameter validasi metode yaitu limit deteksi, presisi (ketelitian), kecermatan (akurasi) dan linieritas.

Konsentrasi logam berat Pb pada ikan kipper (Scatophagus argus) adalah 0,0132±9,826x10-07 ppm pada daging, 0,0063±2,265x10-06 ppm pada insang dan 0,0292±2,864x10-07 ppm pada isi perut ketiganya masih berada dibawah ambang

baku yang ditetapkan Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 2,0 ppm. Konsentrasi logam berat Cd pada ikan kipper (Scatophagus argus) adalah 0,00107±1,805x10-08 ppm pada daging, 0,00148±4,255x10-09 ppm pada insang dan

0,00757±9,199x10-08 ppm pada isi perut. Ketiganya masih berada dibawah ambang baku yang ditetapkan Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 0,2 ppm.

Simpangan baku relatif (RSD) untuk logam Pb pada daging adalah 0,00739%, pada insang 0,03566% dan pada isi perut 0,0009809 % dan simpangan baku relatif (RSD) logam Cd pada daging adalah 0,168 %, pada insang 0,000296% dan pada isi perut 0,00121%. Nilai akurasi ditentukan dengan nilai perolehan kembali, perolehan kembali untuk logam logam Pb pada daging, insang dan isi perut berturut-turut adalah 80,03%, 68.05% dan 65,82%.Untuk logam Cd didapatkan perolehan kembali sebesar 78,68 %, 67,50% dan 66.83%.


(4)

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN

KADMIUM (Cd) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA

SUNGAI WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

Oleh Tristian Martika

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi : KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Tristian Martika Nomor Pokok Mahasiswa : 0717011069

Jurusan : Kimia S1

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Diky Hidayat, M.Sc. Ni Luh Gede Ratna Juliasih, M.Si. NIP 197406092005011002 NIP 197707132009122002

2. Ketua Jurusan Kimia

Andi Setiawan, Ph.D. NIP 195809221988111101


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Diky Hidayat, M.Sc. …………....

Sekretaris : Ni Luh Gede Ratna Juliasih, M.Si. ………....

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Nurul Utami, M.Sc. …………....

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D. NIP 196905301995121001


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Palputih Simpang, Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 03 Mei 1989, sebagai anak keempat dari lima bersaudara, putri dari Ujang Wasdia dan Lilis.

Jenjang pendidikan diawali dari Taman Kanak-Kanak (TK IKI)PTPN VII Bergen diselesaikan pada tahun 1995. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Purwodadi Simpang, Tanjung Bintang diselesaikan pada tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Tanjung Bintang diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007. Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Pada tahun 2010 Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT Garudafood Putra Putri Jaya Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar I Kehutanan, Kimia Dasar 1 Teknik Pertanian. Penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) FMIPA Unila sebagai anggota Biro Usaha Mandiri (BUM) kepengurusan 2008/2009, Sekretaris Bidang Sosial Masyarakat (Sosmas) kepengurusan 2009/2010.


(8)

Motto

“Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah”

(Lao Tze)

Orang yang luar biasa tidak pernah memperhatikan

hasil, tetapi mereka hanya memikirkan dan

mengerjakan prosesnya

(Asep Hilman)

Orang yang gagal selalu mencari jalan untuk

menghindari kesulitan, sementara orang yang

sukses selalu menerjang kesulitan untuk menggapai


(9)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

Kedua orang tuaku yang selalu menjadi motivator utamaku, terima kasih atas doa, nasihat dan kasih sayang tulus yang kau berikan sehingga mampu menguatkan aku di saat-saat

sulit

.

Kakak dan adikku tersayang

Lisdiana Wardani, Ratna Lisnasari, Ari Agus Salim dan Andi Rahmadi.

Bapak Diky Hidayat, M.Sc, ibu Dra.Nurul Utami, M.Sc. dan ibu Ni Luh Gede Ratna Juliasih, M.Si terima kasih untuk

bimbingannya selama ini.

Segenap Keluarga besarku yang selalu menyemangati dan mendoakan keberhasilanku.

Sahabat ku “dumblee” dan teman-teman kimia 2007 yang selalu berbagi kebahagiaan.

Seseorang yang kelak akan mendampingiku, dan Almamater tercinta


(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah Puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul "Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Ikan Di Perairan Muara Sungai Way Kuala Bandar Lampung" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui berkat rahmat dan ridha Allah SWT serta bantuan dan dorongan semangat dari orang-orang yang hadir dikehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

2. Bapak Andi Setiawan, Ph.D., selaku ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila dan pembimbing akademik, untuk semua bantuan, kritik dan saran.


(11)

3. Bapak Diky Hidayat, M.Sc., selaku pembimbing utama yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, bantuan, dukungan, semangat, kritik dan saran kepada penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Ni Luh Gede Ratna Juliasih, M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dra. Nurul Utami, M.Sc., selaku pembahas yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

6. Bapak Prof. Dr. Irwan Ginting Suka, M.Eng. Alm, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan, nasehat dan motivasi serta ilmu yang yang bermanfaat kepada penulis.

7. Ibu Dian Septiani Pratama, M.Si. yang telah memberikan bambingan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 8. Bapak Dr. Ir. Yandri AS, M.S., ibu Aspita Laila, M.Si., bapak Dr. Eng.

Suripto Dwi Yuwono, M.T., Ibu Dian Herasari, M.Si., selaku kordinator seminar Praktik Kerja Lapangan, Usul Penelitian, Hasil Penelitian dan Komprehensif.

9. Seluruh dosen Kimia FMIPA Unila yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama kuliah.

10. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Bapakku tersayang Ujang Wasdia dan ibuku tercinta Lilis yang menjadi inspirasi dan semangatku. Terima kasih untuk kasih sayang yang sangat luar biasa, dan telah


(12)

mengajarkanku untuk menjadi orang yang kuat, dan selalu senantiasa sabar dan mendoakan keberhasilanku, serta senyum yang menjadi penyemangatku. Segala hal terbaik dan semua yang telah diberikan kepadaku takkan bisa terganti oleh apapun.

11. Kakak dan adikku tersayang, Teh Dian, Mas Heri, Teh Ina, Mas Sutik, Aa Adoy, Mbak ewik dan Andi, serta ketiga keponakanku Echa, Aletha dan Aurin, terima kasih atas motivasi, keceriaan canda dan tawa keberadaan kalian sangat berarti dalam hidupku.

12. Keluarga besarku untuk semua bantuan,motivasi, dukungan dan doa untuk keberhasilanku.

13. Sahabat-sahabat terbaikku yang tersayang : “Dumbless”, Andi Yuli Firtiani, S.Si. (yuccy), Eka Sulis Sundari, S.Si., Hade Sastra Wiyana, S.Si. (uni), Clara Citra Resmie,S.Si. (lala), Eka Eprianti, S.Si (mami), Nurtika Kurniati, S.Si. (loned), Halimah, S.Si (umi), Mega Dewi F.S., S.Si (ega), Dwi Puji Astuti, S.Si. (puji) dan Gia Yustika Kristi Asmoro, S.Si (cikibip), terima kasih atas persahahabatan terhebat, motivasi luar biasa, kebahagiaan, kesedihan, kasih sayang, rasa kebersamaan, dan canda tawa yang telah kalian berikan, aku sangat bersyukur dan bangga mengenal kalian, kalian adalah keberhasilanku. “saranghaeyo”.

14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 : Dewi Asmarani, S.Si., Rivera Siallagan, S.Si., Yuni Rah, Putri Amalia, S.Si.,Feby Dwi, Ika Purnamasari, S.Si., Sartika Putri F., Lisa Eka Wahyuni, S.Si., Ratna Maulina Dewi, S.Si. , Winda Rahmawati, Refi Indrarosa, Yanti Lianita, Dewi Puspa N. Cantik, Astri Rahayu, Sari Handayani, S.Si., Kartika Sari, Riri Napitupulu, Heryanto,


(13)

Dwi Fitrian Saputro, Afriyorawan, Gunadi, M. Ishom, S.Si. Hady N, S.Si., Wikan Agung, S.Si. Sunardi S, S.Si., Sudarmono, Mitra S., Septian T., Aprian Agung B., terima kasih untuk kebersamaan dan keceriaan selama menjalankan perkuliahan, tetap semangat, perjuangan kita masih panjang, sukses selalu untuk kita.

15. Mbak Uyun 06 (Terima kasih pH meternya) mbak Lince 06 (Terima kasih buffer nya), mbak Inda, S.Si, Mbak Putri 06, bunda Iin, dan Teman-teman Kimia 2005, 2006, 2008, 2009, dan 2010 FMIPA Unila terima kasih atas segala dukungannya.

16. Sabahat terbaikku di HIMAKI Bangun Surya Mahardika, A.Md. untuk kerjasama, kebersamaan, canda tawa, dan pengalaman organisasi yang luar biasa

17. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 26 Januari 2012 Penulis


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Way Kuala merupakan anak sungai Way Garuntang yang berhulu di Gunung Betung yaitu sebuah gunung di sebelah barat Bandar Lampung dan bermuara di Teluk Lampung. Sungai Way Kuala merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang paling banyak dikelilingi oleh industri yang berjumlah 22 industri dan akan bertambah seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk kota Bandar Lampung. Beberapa industri di sekitar sungai Way Kuala adalah industri

konstruksi (PT Darma Putra Konstruksi, PT Jaya Persada Konstruksi, PT Husada Baja), industri kimia (PT Golden Sari, PT Garuntang), industri pergudangan dan peti kemas (PT Inti Sentosa Alam Bahtera) (Wiryawan dkk., 2002). Selain menghasilkan produk tertentu, suatu industri juga menghasilkan produk buangan yang biasa disebut dengan limbah.

Limbah merupakan bahan pencemar yang dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup, karena limbah mengandung senyawa kimia yang sangat beracun bagi organisme hidup dan manusia. Senyawa kimia yang sangat beracun ini biasanya mengandung bahan aktif dari logam-logam berat (Palar, 1994).


(15)

2

Sama halnya dengan sungai lain, sungai Way Kuala juga tidak jarang dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah hasil industri, selain dari limbah industri aktivitas warga yang berada di sekitar sungai berpotensi menghasilkan limbah. Hal ini dapat dilihat secara visual bahwa sungai Way Kuala telah mengalami penyempitan, pendangkalan, berwarna hitam serta terdapat sampah rumah tangga dan industri. Selain itu kadar COD dan BOD air sungai Way Kuala sudah melebihi ambang batas mutu air kelas III yaitu sebesar 199,9 dan 71,96 mg/L (Yudha, 2007).

Sungai Way Kuala yang tercemar oleh limbah kemudian akan mengalir ke muara sungai (estuaria), sehingga muara sungai pun akan tercemar. Muara sungai memiliki peranan yang sangat penting bagi biota yang ada di muara, seperti penyediaan habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada muara sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan, sebagai tempat untuk bereproduksi dan tempat pertumbuhan terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Akibat adanya pencemaran pada muara sungai oleh limbah maka akan menimbulkan sifat toksik pada biota yang ada pada muara sungai dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yudha (2007) diketahui kandungan logam berat Pb dan Cd pada air sungai Way Kuala masing-masing 0,006 dan 0,002 ppm

yaitu masih di bawah ambang batas untuk mutu air kelas III. Untuk kandungan logam berat Pb dan Cd pada sedimen telah dilakukan penelitian oleh Novita (2010) dan diketahui konsentrasi logam berat Pb pada sampel sedimen di hulu dan badan muara sungai Way Kuala Bandar Lampung masing-masing adalah


(16)

3

153,94±5,31 ppm dan 152,21±2,74 ppm masih berada di bawah baku mutu sedimen (47,82-161,06 ppm) ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey

USEPA (2004). Konsentrasi logam berat Pb pada sampel sedimen di hilir muara sungai Way Kuala Bandar Lampung 188,38±0,65 ppm berada di atas baku mutu sedimen (47,82-161,06 ppm). Konsentrasi logam berat Cd pada sampel sedimen di muara sungai Way Kuala Bandar Lampung yaitu pada rentang 20,73±0,18 sampai 23,00±0,81 ppm berada di atas baku mutu sedimen (0,65-2,49 ppm) yang telah ditetapkan oleh National Sediment Quality Survey USEPA (2004).

Untuk mengetahui tingkat pencemaran yang sesungguhnya dari logam berat Pb dan Cd pada muara sungai Way Kuala maka perlu dilakukan kajian kandungan logam berat Pb dan Cd pada biota air seperti ikan di muara sungai Way Kuala Bandar Lampung sehingga dapat diketahui tingkat pencemaran yang

sesungguhnya. Logam berat Pb dan Cd dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), karena alat ini dapat digunakan untuk menentukan unsur di dalam suatu bahan dengan kepekaan, ketelitian serta selektivitas yang tinggi (Gunandjar, 1985).

B.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar logam berat Pb dan Cd pada ikan yang hidup di perairan muara sungai Way Kuala Bandar Lampung agar dapat diketahui tingkat pencemaran yang sesungguhnya.


(17)

4

C. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang tingkat

pencemaran logam berat Pb dan Cd di perairan muara sungai Way Kuala Bandar Lampung sehingga dapat dijadikan masukan bagi pemerintah daerah, pihak industri dan masyarakat dalam mengelola kegiatan industri yang berwawasan lingkungan.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Muara Sungai Way Kuala

Way Kuala merupakan anak sungai Way Garuntang yang berhulu di Gunung Betung yaitu sebuah gunung di sebelah barat Bandar Lampung dan bermuara di Teluk Lampung. Sungai ini mempunyai panjang 2,3 km dan daerah aliran 330 ha serta debit yang kecil. Karena itu, pada musim kemarau badan sungai cenderung kering, sementara saat musim hujan air mengalir dengan debit kecil (Udo, 2009).

Muara sungai (estuaria) adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Knox, 1986). Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas dengan kondisi lingkungan yang bervariasi antara lain :

1. Tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut yang

berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan sifat-sifat fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.

2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut.


(19)

6

3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan

komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.

4. Tingkat kadar garam di daerah muara sungai tergantung pada pasang surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain serta topografi daerah muara tersebut.

Secara umum muara sungai mempunyai peran ekologis penting antara lain: sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada muara, sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan atau tempat

pertumbuhan (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. (Perkins, 1974).

B. Pencemaran

Kegiatan manusia merupakan suatu sumber utama pemasukan logam ke dalam lingkungan perairan. Masukan utama dirangkum sebagai berikut (Connel and Miller, 1995):

1. Kegiatan Pertambangan

Eksploitasi timbunan bijih membongkar permukaan batuan baru dan sejumlah besar sisa-sisa batu atau tanah untuk mempercepat kondisi pelapukan.


(20)

7

2. Cairan Limbah Rumah Tangga dan Aliran Air Perkotaan

Jumlah logam runutan yang cukup besar disumbangkan ke dalam cairan limbah rumah tangga oleh sampah-sampah metabolik, korosi pipa-pipa air (Cu, Pb, Zn dan Cd) dan produk-produk konsumer (misalnya, formula deterjen yang mengandung Fe, Mn, Cr, Ni, Co, B dan As). Perlakuan air limbah dengan proses lumpur yang diaktifkan pada umumnya

menghilangkan kurang dari 50% cairan buangan logam-logam yang menghasilkan cairan limbah dengan kandungan logam yang nyata. Pembuangan sampah lumpur dapat juga menyumbangkan pengkayaan logam (Cu, Pb, Zn, Cd dan Ag) ke dalam air penerima (Connel and Miller, 1995).

3. Limbah Industri dan Buangan

Beberapa logam runutan dibuang ke dalam lingkungan perairan melalui cairan limbah industri demikian juga dengan penimbunan dan pencucian lumpur industri. Kepekatan logam dalam air limbah industri sering sekali dalam ranah milligram per liter. Pada umumnya, terdapat penggunaan untuk tujuan ganda logam-logam dalam sebagian besar industri, walaupun terdapat beberapa contoh pencemaran logam khusus yang berhubungan dengan industri tertentu.

4. Aliran Pertanian

Sifat yang berbeda-beda mengenai kegiatan dan praktik pertanian di seluruh dunia mempersulit pengujian sumber-sumber logam ini secara keseluruhan. Namun demikian, sangat banyak endapan yang mengandung logam hilang dari daerah pertanian sebagai akibat dari erosi tanah (Connel


(21)

8

and Miller, 1995). Tanah-tanah pertanian dapat menjadi kaya akan logam runutan dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan, pupuk fosfat, herbisida dan fungisida tertentu, serta melalui pemakaian cairan limbah atau lumpur sebagai sumber makanan tanaman. Sebaliknya, logam runutan di dalam tanah distabilkan melalui oksidasi, pembentukan garam yang tidak larut, dan reaksi penyerapan, tergantung pada ciri tanah.

Pencemaran logam berat terhadap lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Suatu proses produksi dalam industri yang memerlukan suhu tinggi, seperti pertambangan batu bara, pemurnian minyak, pembangkit listrik dengan energi minyak dan

pengecoran logam, banyak mengeluarkan limbah pencemaran, terutama pada logam-logam yang relatif mudah menguap dan larut dalam air (bentuk ion), seperti arsen (As), kadmium (Cd), timah hitam (Pb) dan merkuri (Hg) (Darmono, 1995).

Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang bermacam-macam dan ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara, tanah atau daratan dan air atau lautan (Darmono, 1995)

1. Pencemaran Udara

Udara yang bersih adalah udara yang tidak mengandung uap atau gas dari bahan-bahan kimia yang tidak beracun. Disamping itu, udara yang bersih adalah udara yang terhisap segar dan nyaman bagi mahluk hidup, cukup kandungan oksigennya, tidak berwarna dan berbau. Kandungan logam di udara dan yang terbawa oleh air hujan sangat tergantung pada asalnya.


(22)

9

Kandungan logam yang tinggi dalam udara ditemukan di daerah polusi, yaitu daerah Atlantik Utara dan Amerika Utara. Kandungan logam-logam dalam batas medium ditemukan di daerah Pasifik Utara dan Bagian Utara lautan India. Yang paling rendah ditemukan di daerah Pasifik Selatan dan Atlantik Selatan (Darmono, 1995).

2. Pencemaran Tanah

Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungannya dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang beterbangan di udara akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah. Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah sangat rendah di dalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah tersebut sudah tercemar (Darmono, 1995).

3. Pencemaran Air

Pada air tawar yang mengalir di sungai, logam berat yang terkandung di dalamnya biasanya berasal dari buangan air limbah. Pada air danau yang besar biasanya logam berat yang di peroleh dari polusi udara. Pada air tawar biasanya mengandung material anorganik dan organik yang lebih banyak dari pada air laut. Material tersebut mempunyai kemampuan untuk mengabsorpsi logam, sehingga pencemaran logam pada air tawar lebih mudah terjadi. Hal ini bukan hanya karena terdapat di daratan, tetapi karena pengaruhnya terhadap manusia yang mempergunakannya setiap hari (Darmono, 1995).


(23)

10

C. Logam Berat

1. Sumber pencemaran logam Pb dan Cd

Menurut Raskin etal. (1994), logam berat dideskripsikan sebagai logam yang mempunyai ciri khas (konduktivitas, kerapatan, stabilitas sebagai kation, dan spesifikasi ligan) tersendiri dan nomor atom di atas 20. Palar (1994) melengkapi, bahwa selain massa jenis dan nomor atom, logam berat dan senyawanya juga mempunyai karakteristik respon biokimia yang spesifik pada organisme.

Pencemaran logam berat di perairan dapat berasal dari kegiatan alam maupun industri. Secara alamiah pencemaran logam berat dapat diakibatkan adanya pelapukan batuan pada cekungan perairan atau adanya kegiatan gunung berapi (Connel and Miller, 1995). Proses industri yang menghasilkan limbah berupa logam berat seperti Pb dan Cd merupakan sumber utama pencemaran di perairan. Timbal banyak digunakan dalam pembuatan baterai, aki, bahan peledak, pestisida, cat anti karat dan pelapisan logam yang diproduksi secara rutin dalam skala besar. Logam Cd biasanya merupakan produksi sampingan dari peristiwa peleburan dan refining bijih-bijih seng (Zn). Cd banyak digunakan sebagai stabilizer dalam pembuatan polivinil klorida, zat warna dalam industri baterai, pembuatan sel waston dalam dunia fotografi. Selain itu Cd juga banyak digunakan dalam industri-industri ringan, seperti pada proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan air minum dan industri tekstil meskipun dalam konsentrasi rendah (Pallar, 1994).

Selain limbah industri, pencemaran logam Pb dan Cd juga berasal dari limbah rumah tangga seperti sampah-sampah metabolik, korosi pipa-pipa air yang


(24)

11

mengandung Pb dan Cd (Connel and Miller, 1995). Kandungan logam Cd dapat dijumpai di daerah-daerah penimbunan sampah dan aliran air hujan. Menurut

National Research Council dalam Yuliasari (2003), sampah dari kota mengandung Cd yang cukup besar sehingga penggunaan sampah yang

mengandung Cd tinggi untuk pemupukan tanaman, baik tanaman untuk manusia atau hewan memperlihatkan peningkatan kandungan Cd secara substansial ke dalam makanan hewan dan manusia.

Selain dari aktivitas manusia, organisme yang hidup di perairan juga dapat meningkatkan konsentrasi logam Pb dan Cd melalui biomagnifikasi.

Biomagnifikasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh organisme perairan untuk meningkatkan konsentrasi bahan pencemar baik dalam bentuk logam berat atau persenyawaan kimia beracun lainnya, yang melebihi keseimbangan penyerapan dalam tubuh organisme tersebut (Gobas et al., 1999).

2. Toksisisitas Logam Pb dan Cd

Pada umumnya logam berat yang terakumulasi pada air dan sedimen tidak terlalu berbahaya bagi makhluk hidup di perairan, tetapi oleh adanya pengaruh kondisi akuatik yang bersifat dinamis seperti perubahan pH akan menyebabkan logam-logam yang terendapkan dalam sedimen terionisasi ke perairan. Hal inilah yang merupakan bahan pencemar dan akan memberikan sifat toksik terhadap organisme yang hidup bila ada dalam jumlah berlebih dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut. Sifat toksik logam berat dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu; toksik tinggi yang terdiri dari unsur-unsur Hg,


(25)

12

Cd, Pb, Cu dan Zn; toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni dan Co; toksik rendah terdiri dari unsur Mn dan Fe (Connel and Miller, 1995; Siaka, 1998).

Akumulasi logam berat Pb pada tubuh manusia yang terus menerus dapat mengakibatkan anemia, kemandulan, penyakit ginjal, kerusakan syaraf dan kematian (Pallar, 1994). Timbal biasanya berpengaruh pada pembuluh darah yang mengalir ke otak. Percobaan pada hewan yang diberi dosis tinggi Pb,

memberikan respon kapiler darah dalam otak terlihat membesar atau mengecil dan juga terjadi nekrosis dan thrombosis. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa keracunan kronis Pb tidak menunjukkan gejala keracunan tetapi pengaruhnya sangat mengkhawatirkan, yaitu berupa penurunan daya intelektualitasnya (Darmono, 1995).

Logam Cd merupakan logam penyebab toksisitas kronis yang biasanya terakumulasi di dalam tubuh terutama dalam ginjal. Logam ini tidak

menunjukkan gejala pada penderita selama bertahun-tahun. Keracunan Cd dalam jangka waktu lama bersifat toksik terhadap beberapa macam organ, yaitu paru-paru, tulang, hati dan ginjal. Keracunan Cd dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kerusakan jaringan testikular, kerusakan ginjal dan kerusakan sel darah merah. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein (metalotionin), sehingga menghambat aktivitas kerja enzim dalam tubuh. Peristiwa yang dipublikasikan secara luas akibat pencemaran logam Cd di Jepang yaitu itai-itai disease di sepanjang sungai Jinzo di pulau Honsyu (Darmono, 1995).


(26)

13

3. Karakteristik logam Pb dan Cd

3.1 Sifat Fisik dan Kimia Timbal (Pb)

Timbal (Pb) merupakan salah satu logam yang termasuk dalam unsur golongan utama, yaitu termasuk golongan IV A. Timbal yang murni adalah logam yang berwarna abu-abu, mudah ditempa dan berat (BA = 207,2). Ada tiga buah isotop dari timbal yaitu unsur radioaktif Uranium (BA = 206), Tromium (BA = 208) dan Actinium (BA = 207) (Pallar, 2004). Beberapa sifat dari timbal dapat dilihat pada Tabel 1.

Tebel 1. Sifat Fisik Logam Pb

Nomor atom 82

Densitas (g/cm3) 11,34

Titik lebur (0C) 327,46

Titik didih (0C) 1,749

Kalor fusi (kJ/mol) 4,77

Kalor penguapan (kJ/mol) 179,5

Kapasitas panas pada 250C (J/mol.K) 26,650 Konduktivitas termal pada 300 K (W/m K) 35,5 Ekspansi termal pada 250C (µm/m K) 28,9 Kekerasan (skala Brinell = Mpa) 38,3

Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrat encer, tidak dapat larut dalam air, namun dapat melarut secara perlahan dalam air dengan penambahan asam lemah Pb merupakan salah satu unsur yang tahan terhadap korosi, relatif tidak dapat ditembus oleh cahaya radiasi serta tidak mudah menyala (Svehla, 1985).


(27)

14

3.2 Sifat Fisik dan Kimia Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah salah satu logam berat dengan penyebaran yang luas di alam; logam ini bernomor atom 48; berat atom 112,40 dengan titik lebur 321oC dan titik didih 765oC. keberadaan Cd di alam bersenyawa dengan belerang (S)

sebagai Greennocckite (CdS) yang ditemui bersamaan dengan senyawa Spalerite

(ZnS). Kadmium merupakan logam lunak (Ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara bebas dan gas amoniak. Cd akan mengendap di perairan karena senyawa sulfitnya sukar larut (Pallar, 2004). Beberapa sifat fisik dari Cd dapat dilihat pada Tabel 2. Kadmium adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Kadmium melebur pada 321°C dan melarut dalam asam encer (Svehla, 1985).

Tabel 2. Sifat Fisik Logam Cd

Nomor atom 48

Titik lebur (0C) 321,07

Kalor peleburan (kJ/mol) 6,21

Kalor penguapan (kJ/mol) 99,87

Kapasitas panas pada 250C (J/mol.K) 26,020 Konduktivitas termal pada 300 K (W/m K) 96,6 Ekspansi termal pada 250C (µm/m K) 30,8 Kekerasan (skala Brinell = Mpa) 203

D. Absorpsi Logam Oleh Organisme Air

Menurut Bryan (1984), beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan racun logam berat terhadap ikan dan organisme air lainnya, yaitu:

a. Bentuk ikatan kimia dari logam dan jenis racun lainnya b. Pengaruh interaksi antara logam dan jenis racun lainnya


(28)

15

c. Pengaruh lingkungan seperti temperatur, kadar garam, pengaruh pH atau kadar oksigen dalam air

d. Kondisi hewan, fase siklus hidup (telur, larva, dewasa), besarnya organisme, jenis kelamin dan kecukupan kebutuhan nutrisi

e. Kemampuan hewan untuk menghindar dari kondisi buruk (polusi), misalnya lari untuk pindah tempat

f. Kemampuan hewan untuk beradaptasi terhadap racun, misalnya detoksikasi

Absorpsi ion-ion logam dari air laut oleh organisme air, seperti ikan dan udang adalah melalui insang. Simkiss (1984) melaporkan bahwa logam-logam ringan, seperti Na, K, Ca, dan Mg merupakan logam dalam kelompok kelas A yang keterlibatan ion logamnya dalam mahkluk hidup menyangkut proses fisiologis. Logam berat yang dimasukkan dalam kelas B, merupakan logam-logam yang terlibat proses enzimatik misalnya, Cu, Zn, Cd, Hg dan Pb. Aktivitas dari logam kelas A masuk ke dalam tubuh hewan biasanya dengan cara difusi membrane sel (membrane fenomena), sedangkan kelas B, terikat dengan protein (ligand

binding).

Absorpsi logam, selain masuk melalui insang dapat juga masuk melalui kulit (kutikula) dan lapisan mukosa. Logam menempel melalui permukaan sel , cairan tubuh dan jaringan internal. Hubungan antara jumlah absorpsi logam dan

kandungan logam dalam air biasanya proposional, dimana kenaikan kandungan logam dalam jaringan sesuai dengan kenaikan kandungan logam dalam air (Darmono, 1995).


(29)

16

Logam baik essensial maupun nonessensial yang diserap ke dalam tubuh hewan air akan didistribusikan ke dalam jaringan dan ditimbun dalam jaringan tertentu. Dalam keadaan normal, jumlah logam seng (Zn) yang diperlukan untuk proses enzimatik biasanya sangat sedikit. Dalam keadaan lingkungan yang tercemar keperluan logam yang essensial ini (Fe, Cu, Zn, Co, Mn, Mo, Se dan Ni) akan menjadi berlebih walaupun semua logam berat tersebut bersifat menghambat sistem enzim (enzim inhibitor). Hal yang mengherankan adalah kandungan logam yang tinggi ditemukan pada jaringan beberapa spesies hewan air yang mempunyai regulasi sangat buruk terhadap logam (Fujiki, 1973).

1. Ikan

Ikan yang termasuk kelas teleostei adalah hewan air yang selalu bergerak. Kemampuan gerak yang cepat inilah yang menyebabkan ikan tidak banyak terpengaruh pada kondisi pencemaran logam seperti mahluk lainnya (kepiting, udang dan kerang). Ikan-ikan yang hidup di laut lepas jarang dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat, tetapi pada lokasi tertentu yang daerah hidupnya terbatas seperti di sungai, danau (ikan air tawar), dan di teluk (air laut), ikan-ikan itu akan menderita pada kondisi tercemar. Ikan yang hidup di laut lepas mempunyai kebiasaan bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain untuk

menghindarkan diri dari pengaruh pencemaran ini (Darmono, 1995).

Bahan pencemar (racun) masuk ke tubuh organisme atau ikan melalui proses absorpsi. Absorpsi merupakan proses perpindahan racun dari tempat pemijahan atau tempat absorpsinya ke dalam sirkulasi darah. Absorpsi, distribusi dan ekskresi bahan pencemar tidak dapat terjadi tanpa transport melintasi membran.


(30)

17

Proses transport dapat berlangsung dengan dua cara: transport pasif (yaitu melalui proses difusi) dan transport aktif (yaitu dengan sistem transport khusus, dalam hal ini terikat pada molekul pengemban). Bahan pencemar dapat masuk ke dalam tubuh ikan melalui tiga cara yaitu melalui rantai makanan, insang, dan difusi permukaan kulit (Hutagalung, 1994).

Ikan digunakan untuk menilai apakah perairan habitatnya bersih atau tercemar hal ini dikarenakan:

1. Ikan hidup dalam jangka waktu beberapa tahun (keperluan biomonitoring), 2. Ikan mempunyai daya respon yang berbeda terhadap jumlah dan jenis

pencemaran.

3. Ikan mudah didapat dan mudah pula untuk diteliti.

4. Ikan mampu mengakumulasikan logam pencemar (terutama pada hati) (Connell and Miller, 1995).

Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorium, di mana terjadi perubahan aktivitas pernapasan yang besarnya perubahan diukur atas dasar irama membuka dan menutupnya rongga “Buccal” dan ofer kulum (Mark, 1981).

Insang merupakan jalan masuknya logam berat yang penting, sehingga dengan masuknya logam berat ke dalam insang dapat menyebabkan keracunan, karena bereaksinya kation tersebut dengan fraksi tertentu dari lendir insang. Kondisi ini menyebabkan proses metabolisme dari insang terganggu. Lendir yang berfungsi sebagai pelindung diproduksi lebih banyak sehingga terjadi penumpukan lendir.


(31)

18

Hal ini akan memperlambat ekskresi pada insang dan akhirnya menyebabkan kematian (Sudarmadi, 1993).

Pada penelitian ini ikan yang digunakan adalah ikan baronang atau yang lebih dikenal dengan ikan kiper oleh masyarakat di sekitar muara sungai Way Kuala, ikan ini mempunyai nama latin Scatophagus argus. Secara morfologi ikan kiper mempunyai panjang tubuh rata-rata antara 9-16 cm dengan volume lambung antara 1,6-3,5 ml, ikan ini berbentuk pipih dan sedikit lonjong dapat dilihat (Gambar 5) dan memeliki totol-totol hitam pada tubuhnya.

Gambar 1. Ikan Kiper (Scatophagus argus). (Kuncoro, 2009)

Sistem klasifikasi ikan kipper Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Keluarga : Scatophagidae Genus : Scatophagus


(32)

19

Ikan kiper dapat hidup dengan baik di daerah tropis pada suhu antara 20-28°C, ikan ini juga dapat hidup pada perairan berkadar garam tinggi seperti muara sungai dan diantara mangrove. Pada saat muda ikan kiper hidup di muara sungai, dan ketika dewasa ikan ini akan bermigrasi ke laut terbuka dan pada saat bertelur ikan ini akan berada diterumbu karang. Ikan kiper ini memakan alga biru, serasah, phytoplankton, zooplankton, mikroalga, cacing, crustacean, serangga dan

tumbuhan air (Kuncoro, 2009).

2. Krustasea

Hewan air yang termasuk dalam kelas krustasea baik yang hidup di air tawar maupun air laut selalu mencari makan di dasar air. Sifatnya yang detrivorus (pemakan sisa-sisa) inilah yang menyebabkan hewan ini cukup baik untuk indikator polusi logam berat. Kandungan logam dalam sedimen juga sangat berpengaruh terhadap bioakumulasi logam ini, karena krustasea selalu bergerak di dasar laut. Akumulasi juga sangat tergantung pada jenis logam dan spesies hewan. Pada lobster Homarus americanus, logam Cd terutama diakumulasi dalam kelenjar usus dan insang, tetapi pada Callinectes sapidus, Cd diakumulasi dalam insang. Pada udang penaeus merguiensius laju akumulasi Cd dan Ni dalam daging, insang dan hepatopankreas terus naik sesuai konsentrasi Cd dan Ni dalam air. Proses mekanisme absorpsi, ekskresi, detoksikasi dan akumulasi menunjukan bahwa hewan tingkat tinggi mempunyai kemampuan meregulasi logam dalam tubuhnya walaupun ada perubahan konsentrasi logam dalam air sekitarnya (Darmono, 1995).


(33)

20

3. Kerang

Jenis kerang baik jenis kecil yang disebut oister maupun jenis besar yang disebut klam merupakan indikator yang baik dalam memonitor suatu pencemar

lingkungan oleh logam. Hal tersebut disebabkan oleh sifatnya yang menetap dalam suatu habitat tertentu. Jenis kerang juga dapat dipakai memonitor

konsentrasi logam terhadap kualitas air, faktor musim, temperatur, kadar garam, diet dan reproduksi. Kerang kecil (Oister Saccostraea) mengabsorpsi Hg lebih besar daripada Cd, dan Cd lebih besar daripada Pb pada temperatur 20°C. Insang dari hewan tersebut mengakumulasi paling besar dibandingkan dengan jaringan lainnya (Denton et al., 1981).

E. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) 1. Prinsip Dasar

Metode analisis dengan spektrofotometri serapan atom (Ellwel and Gidley, 1996) didasarkan pada penyerapan energi cahaya oleh atom-atom netral suatu unsur yang berada dalam keadaan gas. Penyerapan cahaya oleh atom bersifat

karakteristik karena tiap atom hanya menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu yang energinya sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron-elektron dari atom yang bersangkutan ke tingkat yang lebih tinggi, sedangkan energi transisi untuk masing-masing unsur adalah khas.

Spektrum atom yang karakteristik untuk setiap unsur biasanya terdiri dari sejumlah garis-garis tertentu, diantaranya terdapat garis-garis. Panjang


(34)

21

hal ini disebabkan karena kebanyakan atom-atom netral dihasilkan oleh alat atomisasi berada dalam keadaan dasar.

Gambar 2. Skema Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (Syahputra, 2004; Azis, 2007)

2. Analisis Kuantitatif

Pada dasarnya hubungan antara absorpsi atom dengan konsentrasi di dalam metode SSA dapat dinyatakan dengan hukum Lambert-Beer, yaitu secara matematika, persamaannya adalah sebagai berikut:

I = Ioe−

log (II ) = a. b. co A = a. b. c

Keterangan:

Io : Interaksi Cahaya yang datang (mula-mula)

I : Interaksi cahaya yang ditransmisikan

a : Absorpsotivitas, yang besarnya sama untuk sistem atau larutan yang sama (g/L)

b : Panjang jalan cahaya atau tebalnya medium penyerap yang besarnya tetap untuk alat yang sama (cm)


(35)

22

c : Konsentrasi atom yang mengabsorpsi A : absorbansi = log Io/I

Dari persamaan di atas, nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi untuk panjang jalan penyerapan pada panjang gelombang tertentu. Ada dua cara untuk mengetahui konsentrasi cuplikan yang telah diketahui nilai absorbansinya, yaitu (1) cara deret waktu dengan membandingkan nilai absorbansi terhadap kurva kalibrasi dari standar-standar yang diketahui, (2) cara penambahan standar dengan membandingkan konsentrasi dengan perpotongan grafik terhadap sumbu dengan konsentrasi dari data absorbansi.

3. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometer Serapan atom memiliki komponen-komponen sebagai berikut (Slavin, 1987):

a. Sumber Sinar

Sumber radiasi Spektofotometer Serapan Atom (SSA) adalah Hollow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya untuk menentukan konsentrasi tembaga dari suatu cuplikan, maka digunakan Hollow Cathode khusus untuk tembaga.

Hollow CathodeLamp akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.

Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar


(36)

23

dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu. Sumber radiasi lain yang sering dipakai adalah ”Electrodless Dischcarge Lamp” lampu ini mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan Hollow Cathode Lamp (lampu katoda cekung), tetapi mempunyai output

radiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se.

b. Sumber atomisasi

Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang

dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (Chamber spray). Jenis nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit dapat ditentukan dengan menggunakan metode emisi, absorbsi dan juga fluorosensi.

 Nyala udara asetilen.

Biasanya menjadi pilihan untuk analisis mengunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Temperatur nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar


(37)

24

 Nitrous oksida-asetilen.

Biasanya digunakan untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V, dan W.

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow

Cathode Lamp.

d. Detektor

Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.

e. Sistem pengolah

Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.

f. Sistem pembacaan

Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.


(38)

25

4. Gangguan-gangguan pada Spektofotometer Serapan Atom (SSA) Beberapa gangguan yang sering terjadi pada SSA adalah sebagai berikut (Ismono, 1984):

a. Gangguan yang berasal dari matriks cuplikan

Gangguan ini mengakibatkan mengendapnya unsur-unsur yang dianalisis sehingga jumlah atom yang mencapai nyala lebih sedikit dari pada konsentrasi unsur yang bersangkutan dalam cuplikan. Jumlah atom yang mencapai nyala dipengaruhi oleh berbagai sifat fisik larutan, antara lain adalah; tegangan permukaan, berat jenis, tekanan uap pelarut. Untuk mengatasi gangguan ini maka perlu diusahakan agar sifat fisik larutan cuplikan sama dengan larutan standar.

b. Gangguan kimia

Gangguan ion disebabkan karena terhambatnya pembentukan atom-atom netral dari unsur yang dianalisa pada tingkat energi dasar, hal ini terjadi karena:

1) Pembentukan senyawa-senyawa yang yang bersifat refraktori seperti Ca-fosfat, fosfat, sillikat dan oksida dari logam alkali tanah dan Mg. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

 Menggunakan nyala yang lebih tinggi suhunya, karena senyawa-senyawa refraktori dapat terurai pada suhu yang tinggi.

 Penambahan unsur penyangga kepada cuplikan yang akan dianalisis. Unsur penyangga ini misalnya Sr atau La yang akan mengikat gugus yang mengganggu (aluminat, fosfat, silikat dan sebagainya).


(39)

26

Sehingga unsur-unsur yang dianalisa dapat teratomisasi dengan sempurna meskipun di dalam nyala yang suhunya lebih rendah.  Mengekstraksi unsur yang akan dianalisis, terutama cuplikan yang

sangat kompleks.

2) Ionisasi atom-atom pada tingkat dasar

Ionisasi yang terjadi di dalam nyala ini akan menggangu pengukuran absorbans atom-atom netral unsur yang akan dianalisis, karena ion suatu unsur mempunyai suatu spektrum serapan atom netral. Untuk

mengurangi gangguan ini, suhu nyala yang digunakan harus serendah mungkin dimana atomisasi masih dapat berlangsung secara sempurna. Penambahan unsur lain yang mempunyai potensial lebih rendah daripada unsur yang dianalisis.

c. Gangguan oleh serapan bukan atom

Gangguan ini berarti bahwa penyerapan cahaya dari lampu katoda berongga dan berukuran oleh atom-atom netral melainkan oleh molekul-molekul, hal ini terutama akan terjadi apabila konsentrasi cuplikan tinggi dan juga bila suhu nyala kurang tinggi. Cara mengatasi gangguan ini yaitu dengan menggunakan nyala api yang suhunya lebih tinggi dan mempercepat konsentrasi molekuler dari larutan cuplikan.

F. Validasi Metode

Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa


(40)

27

parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Parameter validasi metode antara lain:

1. Limit Deteksi

Batas deteksi atau limit deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Batas deteksi dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

Q = � x Sb SI

Keterangan :

Q : LOD (limit deteksi)

K : 3 (ketapan limit deteksi)

Sb : simpangan baku respon analitik dari blanko SI : arah garis linier (kepekaan arah) dari kurva antar

respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a + bx) (Harmita, 2004).

2. Presisi (ketelitian)

Presisi merupakan ukuran derajat keterulangan dari metode analisis yang memberikan hasil yang sama pada beberapa perulangan, dinyatakan dengan simpangan baku relatif (RSD) dan simpangan baku (SD). Metode dengan presisi yang baik ditunjukkan dengan simpangan baku relatif (RSD) < 5 % (Christian, 1994). Simpangan baku (SD) dan simpangan baku relatif (RSD) dapat ditentukan dengan persamaan berikut:


(41)

28

Keterangan :

SD : Standar Deviasi (simpangan baku) M : Konsentrasi hasil analisis

n : Jumlah pengulangan analisis

M̅ ∶ konsentrasi rata-rata hasil analisis (Harmita, 2004). 3. Kecermatan (Akurasi)

Akurasi adalah suatu kedekatan kesesuaian antara hasil suatu pengukuran dan nilai benar dari kuantitas yang diukur atau suatu pengukuran posisi yaitu seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai benar yang

diperkirakan. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (Recovery) analit yang ditambahkan. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan persamaan berikut (AOAC, 1993):

Persen perolehan kembali = CFC− C AA x %

Keterangan :

CF : konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran

CA : konsentrasi sampel sebenarnya


(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung, preparasi sampel dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium Kimia

Organik jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, dan analisa sampel dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia dan laboratorium Biomassa Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer Serapan Atom, alat pancing, neraca analitik, botol sampel, kertas saring, pH-meter, termometer, mortar dan peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorim.

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel ikan (insang, daging, isi perut), HNO3 pekat, HNO3 1 N, dan akuades.


(43)

30

C. Prosedur Penelitian

1. Metode Pengambilan Sampel a. Sampel Air

Sampel air diambil di bagian muara sungai pada 9 titik, sampel air diambil dengan menggunakanbotol, kemudian ditetesi beberapa tetes HNO3 pekat setelah itu

disimpan sampai proses selanjutnya. Sampel air yang telah diambil kemudian dilakukan pengukuran di laboratorium, pengukuran yang dilakukan adalah uji kualitas air dengan parameter analisa kadar logam berat Pb dan Cd, temperatur, DO, COD, BOD dan pH.

b. Sampel Ikan

Sampel ikan diambil pada daerah sepanjang muara sungai Way Kuala Bandar Lampung menggunakan alat pancing. Sampel ikan yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam wadah sampai proses selanjutnya.

Gambar 3. Lokasi Pengambilan Sampel (Novita, 2010)


(44)

31

2. Preparasi Sampel a. Sampel Air

Sampel air disaring dengan menggunakan kertas saring kemudian dimasukkan dalam wadah botol plastik yang sudah disiapkan, filtrat hasil penyaringan dianalisa dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

b. Sampel Ikan

Sampel ikan mula-mula dipisahkan antara bagian insang, daging dan isi perut, kemudian dicuci dan dibilas dengan menggunakan akuades. Sampel ikan (insang, daging dan isi perut) kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 40-80ºC sampai didapat berat yang konstan. Setelah didapatkan sampel yang kering kemudian digerus, dan diayak hingga 100 mesh setelah itu ditimbang dengan teliti 5 g sampel daging, 2 g sampel insang dan 2 g sampel isi perut.  Sampel Daging

5 g sampel daging dimasukan kedalam Erlenmeyer dan didestruksi dengan menggunakan HNO3 pekat sebanyak 20 ml, kemudian didiamkan beberapa saat ±

30 menit kemudian disaring , setelah itu ditambahkan 10 ml aquades. Endapan hasil penyaringan dicuci dengan aquades lima kali pengulangan setiap

pengulangan 10 ml hingga pH berkisar 2-3. kemudian filtrat hasil penyaringan dianalisis dengan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom.

 Sampel Insang dan Isi Perut

2 g sampel (insang dan isi perut) dimasukan kedalam Erlenmeyer dan didestruksi dengan menggunakan HNO3 pekat sebanyak 15 ml, kemudian didiamkan


(45)

32

beberapa saat ± 30 menit kemudian disaring , setelah itu ditambahkan 10 ml aquades. Endapan hasil penyaringan dicuci dengan aquades tiga kali pengulangan setiap pengulangan 10 ml hingga pH berkisar 2-3. Filtrat hasil penyaringan dianalisis dengan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom (SSA).

3. Penentuan Konsentrasi Pb dan Cd pada Ikan dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

Penentuan konsentrasi logam Pb dan Cd pada sampel dilakukan dengan teknik kurva kalibrasi. Masing-masing konsentrasi standar, serapannya diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada kondisi optimum yang didapat dari manual alat. Dari grafik kurva standar terdapat korelasi antara Konsentrasi (x) dengan Absorbansi (y). Dengan menggunakan persamaan regresi linier maka konsentrasi dari sampel dapat diketahui:

y = a+bx Keterangan :

y : Absorbansi Sampel b : Slope

x : Konsentrasi sampel a : Intersep

Setelah konsentrasi pengukuran diketahui, maka konsentrasi sebenarnya dari Pb dan Cd dalam sampel kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut

(Siaka, 2008):


(46)

33

Keterangan :

M : Konsentrasi logam dalam sampel (mg/Kg)

Creg : konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi (mg/L) V : Volume larutan sampel (mL)

B : Bobot sampel (g) F : Faktor Pengenceran

4. Validasi Metode

Pada penelitian kajian kandungan logam berat Pb dan Cd Pada Ikan di Muara Sungai Way Kuala Bandar Lampung menggunakan tiga validasi metode yaitu limit deteksi, presisi(ketelitian) dan akurasi (ketepatan).

a. Limit Deteksi

Pada penelitian ini batas deteksi ditentukan dengan mengukur respon blanko sebanyak 5 kali dan dihitung simpangan baku respon blanko. Limit deteksi adalah jumlah terkecil analit pada sampel yang dapat dideteksi dengan

memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko (Harmita, 2004).

Q = � x Sb SI

Keterangan :

Q : LOD (limit deteksi)

K : 3 (ketetapan limit deteksi)

Sb : simpangan baku respon analitik dari blanko SI : arah garis linier (kepekaan arah) dari kurva antar

respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a + bx)


(47)

34

b. Presisi (ketelitian)

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel yang diambil (Harmita, 2004). Penentuan presisi dilakukan dengan mengukur konsentrasi sampel dengan 4 kali

pengulangan. Dari nilai absorbansi tersebut kemudian ditentukan nilai konsentrasi (persamaan regresi larutan standar), lalu nilai simpangan baku (SD) dan

simpangan baku relatif (RSD) dapat ditentukan. Metode dengan presisi yang baik ditunjukkan dengan perolehan simpangan baku relatif (RSD) <5 %

(Christian, 1994).

SD = √∑ M − M̅ n −

Keterangan :

SD : Standar Deviasi (simpangan baku) M : Konsentrasi hasil analisa

n : Jumlah pengulangan analisisa

M̅ ∶ konsentrasi rata-rata hasil analisis (Harmita, 2004). c. Akurasi (Ketepatan)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya (harmita, 2004). Ketepatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Pada penelitian ini, persen perolehan kembali ditentukan dengan cara menambahkan larutan


(48)

35

standar pada larutan sampel untuk ditentukan absorbansinya kemudian dibandingkan dengan blanko (tanpa penambahan larutan standar).

Persen perolehan kembali = CFC− C AA x %

Keterangan :

CF : konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran

CA : konsentrasi sampel sebenarnya


(49)

57

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Konsentrasi logam berat Pb pada air muara sungai Way Kuala Bandar Lampung berada pada rentang 0,3801±0,0015 ppm pada bagian hulu muara, 0,38618±0,0013 ppm pada badan muara dan 0,3925±0,00354 ppm pada bagian hilir muara dimana ketiganya sudah berada diatas ambang baku air golongan C yaitu 0,03 ppm (Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990). Konsentrasi logam berat Cd pada air muara sungai Way Kuala Bandar Lampung berada pada rentang 0,0974±0,0012 ppm pada bagian hulu muara, 0,0978±0,0004 ppm pada badan muara dan 0,1003±0,0004 ppm pada bagian hilir muara dimana ketiganya sudah berada diatas ambang baku air golongan C yaitu 0,01 ppm (Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990).

2. Konsentrasi logam berat Pb pada ikan kipper adalah 0,0132±9,826x10-07ppm

pada daging, 0,0063±2,265x10-06ppm pada insang dan 0,0292±2,864x10-07 ppm pada isi perut ketiganya masih berada dibawah ambang baku yang ditetapkan Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 2,0 ppm. Konsentrasi logam berat Cd pada ikan kipper adalah 0,00107±1,805x10-08


(50)

58

ppm pada daging, 0,00148±4,255x10-09ppm pada insang dan

0,00757±9,199x10-08ppm pada isi perut ketiganya masih berada dibawah ambang baku yang ditetapkan Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 0,2 ppm.

3. Meskipun konsentrasi logam Pb dan Cd pada ikan masih berada dibawah ambang batas diperlukan kehati-hatian dalam mengkonsumsinya, karena daya akumulasi logam berat Pb dan Cd dalam tubuh mahluk hidup dapat

membahayakan kesehatan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menyarankan, kepada pihak-pihak terkait untuk dapat mengadakan Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL), supaya limbah yang akan dialirkan ke sungai sudah cukup aman bagi lingkungan perairan, dikarenakan berdasarkan hasil penelitian menunjukan konsentrasi logam berat Pb dan Cd pada air muara sungai Way Kuala sudah berada diatas baku mutu. Bagi masyarakat di sekitar sungai Way Kuala perlu kehati-hatian dalam mengkonsumsi ikan dikarenakan ikan yang berada di muara sungai tersebut sudah tercemar logam berat Pb dan Cd.


(1)

beberapa saat ± 30 menit kemudian disaring , setelah itu ditambahkan 10 ml aquades. Endapan hasil penyaringan dicuci dengan aquades tiga kali pengulangan setiap pengulangan 10 ml hingga pH berkisar 2-3. Filtrat hasil penyaringan dianalisis dengan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom (SSA).

3. Penentuan Konsentrasi Pb dan Cd pada Ikan dengan Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA).

Penentuan konsentrasi logam Pb dan Cd pada sampel dilakukan dengan teknik kurva kalibrasi. Masing-masing konsentrasi standar, serapannya diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada kondisi optimum yang didapat dari manual alat. Dari grafik kurva standar terdapat korelasi antara Konsentrasi (x) dengan Absorbansi (y). Dengan menggunakan persamaan regresi linier maka konsentrasi dari sampel dapat diketahui:

y = a+bx Keterangan :

y : Absorbansi Sampel b : Slope

x : Konsentrasi sampel a : Intersep

Setelah konsentrasi pengukuran diketahui, maka konsentrasi sebenarnya dari Pb dan Cd dalam sampel kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut

(Siaka, 2008):


(2)

Keterangan :

M : Konsentrasi logam dalam sampel (mg/Kg)

Creg : konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi (mg/L) V : Volume larutan sampel (mL)

B : Bobot sampel (g) F : Faktor Pengenceran

4. Validasi Metode

Pada penelitian kajian kandungan logam berat Pb dan Cd Pada Ikan di Muara Sungai Way Kuala Bandar Lampung menggunakan tiga validasi metode yaitu limit deteksi, presisi(ketelitian) dan akurasi (ketepatan).

a. Limit Deteksi

Pada penelitian ini batas deteksi ditentukan dengan mengukur respon blanko sebanyak 5 kali dan dihitung simpangan baku respon blanko. Limit deteksi adalah jumlah terkecil analit pada sampel yang dapat dideteksi dengan

memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko (Harmita, 2004).

Q = � x Sb SI

Keterangan :

Q : LOD (limit deteksi) K : 3 (ketetapan limit deteksi)

Sb : simpangan baku respon analitik dari blanko SI : arah garis linier (kepekaan arah) dari kurva antar

respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a + bx)


(3)

b. Presisi (ketelitian)

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel yang diambil (Harmita, 2004). Penentuan presisi dilakukan dengan mengukur konsentrasi sampel dengan 4 kali

pengulangan. Dari nilai absorbansi tersebut kemudian ditentukan nilai konsentrasi (persamaan regresi larutan standar), lalu nilai simpangan baku (SD) dan

simpangan baku relatif (RSD) dapat ditentukan. Metode dengan presisi yang baik ditunjukkan dengan perolehan simpangan baku relatif (RSD) <5 %

(Christian, 1994).

SD = √∑ M − M̅ n −

Keterangan :

SD : Standar Deviasi (simpangan baku) M : Konsentrasi hasil analisa

n : Jumlah pengulangan analisisa

M̅ ∶ konsentrasi rata-rata hasil analisis (Harmita, 2004). c. Akurasi (Ketepatan)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya (harmita, 2004). Ketepatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Pada penelitian ini, persen perolehan kembali ditentukan dengan cara menambahkan larutan


(4)

standar pada larutan sampel untuk ditentukan absorbansinya kemudian dibandingkan dengan blanko (tanpa penambahan larutan standar).

Persen perolehan kembali = CFC− C AA x %

Keterangan :

CF : konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran

CA : konsentrasi sampel sebenarnya C*A : konsentrasi analit yang ditambahkan


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Konsentrasi logam berat Pb pada air muara sungai Way Kuala Bandar Lampung berada pada rentang 0,3801±0,0015 ppm pada bagian hulu muara, 0,38618±0,0013 ppm pada badan muara dan 0,3925±0,00354 ppm pada bagian hilir muara dimana ketiganya sudah berada diatas ambang baku air golongan C yaitu 0,03 ppm (Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990). Konsentrasi logam berat Cd pada air muara sungai Way Kuala Bandar Lampung berada pada rentang 0,0974±0,0012 ppm pada bagian hulu muara, 0,0978±0,0004 ppm pada badan muara dan 0,1003±0,0004 ppm pada bagian hilir muara dimana ketiganya sudah berada diatas ambang baku air golongan C yaitu 0,01 ppm (Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990).

2. Konsentrasi logam berat Pb pada ikan kipper adalah 0,0132±9,826x10-07 ppm pada daging, 0,0063±2,265x10-06 ppm pada insang dan 0,0292±2,864x10-07 ppm pada isi perut ketiganya masih berada dibawah ambang baku yang ditetapkan Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 2,0 ppm. Konsentrasi logam berat Cd pada ikan kipper adalah 0,00107±1,805x10-08


(6)

ppm pada daging, 0,00148±4,255x10-09 ppm pada insang dan

0,00757±9,199x10-08ppm pada isi perut ketiganya masih berada dibawah ambang baku yang ditetapkan Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 0,2 ppm.

3. Meskipun konsentrasi logam Pb dan Cd pada ikan masih berada dibawah ambang batas diperlukan kehati-hatian dalam mengkonsumsinya, karena daya akumulasi logam berat Pb dan Cd dalam tubuh mahluk hidup dapat

membahayakan kesehatan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menyarankan, kepada pihak-pihak terkait untuk dapat mengadakan Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL), supaya limbah yang akan dialirkan ke sungai sudah cukup aman bagi lingkungan perairan, dikarenakan berdasarkan hasil penelitian menunjukan konsentrasi logam berat Pb dan Cd pada air muara sungai Way Kuala sudah berada diatas baku mutu. Bagi masyarakat di sekitar sungai Way Kuala perlu kehati-hatian dalam mengkonsumsi ikan dikarenakan ikan yang berada di muara sungai tersebut sudah tercemar logam berat Pb dan Cd.