mencapai hasil kerja.  Namun hasil pekerjaan itu sendiri menunjukkan kinerja Wibowo, 2007.
Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja performance.  Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau
indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Pekerjaan adalah aktivitas menyelesaikan sesuatu atau membuat sesuatu yang
hanya memerlukan tenaga dan ketrampilan tertentu.  Sedangkan profesi adalah pekerjaanyang untuk menyelesaikannya memerlukan pengusaan dan penerapan
teori ilmu pengetahuan yang dipelajari dari lembaga pendidikan tinggi seperti yang dilakukan oleh profesional.  Istilah kinerja juga dapat digunakan untuk
menunjukkan keluaran perusahaanorganisasi, alat, fungsi-fungsi manajemen, atau keluaran seorang pegawai,Wirawan didalam Sapar, 2011.
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Hariandja 2005, menyatakan gaji diartikan sebagai bentuk imbalan dalam bentuk moneter yang diterima  oleh  pegawai  sebagai  bentuk  kompensasi
tradisional  yang  tidak dihubungkan  dengan  kinerja  melainkan dihubungkan dengan  jabatan  dan kepangkatan  seseorang. Insentif  yaitu  pembayaran
langsung  di  luar  gaji yang  dikaitkan  langsung  dengan  kinerja  yang  disebut sistem  kompensasi berdasarkan kinerja pay for perfomance plan.
Menurut  Werther dan  Davis, 1989,  insentif  sebagai  bentuk kompensasi  non  tradisional  memberi  pengaruh  positif  terhadap  kinerja,
produktivitas  dan  kualitas,  memperbaiki  komitmen  dan  rasa  memiliki,
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan  kerjasama  tim  serta a  sense  of  common  life atau common destiny.
Stephen dkk didalam Siagian,  2004,  menyatakan  bahwa  uanggaji tidak  dapat memotivasi terkecuali pegawai menyadari keterkaitannya dengan
performa. Meier  didalam Siagian, 2004,  bahwa  pendistribusian  gaji didasarkan  pada  produksi,  lamanya kerja,  lamanya  dinas  dan  besarnya
kebutuhan  hidup.  Agar  karyawan  dapat melaksanakan  pekerjaannya  dengan baik,  dalam  pemberian  kompensasi  harus memenuhi  persyaratan  sebagai
berikut:  a  dapat  memenuhi  kebutuhan  fisik minimum,  b  dapat  mengikat karyawan  agar  tidak  keluar  dari  perusahaan,  c dapat  menimbulkan
semangat  dan  kegairahan  kerja,  d  selalu  ditinjau  kembali, e mencapai sasaran yangdiinginkan, f mengangkat harkat kemanusiaan dan g berpijak pada
peraturan yang berlaku. Padmowihardjo 2004, menyatakan tingkat pendidikan formal penyuluh
akan menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan,  sikap  dan  keterampilan penyuluh  dalam  melaksanakan  tugas, sehingga  yang  berpendidikan  lebih
tinggi  mampu  berpikir  lebih  abstrak  dan memiliki  wawasan  yang  lebih  luas. Pendidikan  yang  lebih  tinggi  akan berpengaruh  pada  tingkat adaptasi,
mempunyai  pilihan-pilihan  yang  lebih  luas dalam  kehidupannya,  termasuk dalam  melaksanakan  penyuluhan.
Pendapat Slamet, 1992,  bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,  ada  kecenderungan  semakin  tinggi  pula  pengetahuan,  sikap  dan
keterampilan,  efisien  bekerja  dan  semakin  banyak  tahu  cara-cara  dan  teknik bekerja  yang  lebih  baik  dan  lebih  menguntungkan.  Dengan  demikian  diduga
Universitas Sumatera Utara
tingkat  pendidikan  formal  penyuluh  pertanian  memiliki  pengaruh  pada tingkat kompetensi mereka.
Pendidikan  menyebabkan  seseorang  memiliki  harapan  yang  tinggi terhadap  tanggungjawab  dalam  pekerjaannya,  karena  itu  mereka  yang
memiliki pendidikan  yang  lebih  tinggi  cenderung  terancam  oleh  perasaan tidak  puas  kerja dibanding  mereka  yang  memiliki  pendidikan  lebih  rendah
Schultz  Schultz,  1994. Kuncel dkk dalam siagian, 2004,  melaporkan  bahwa  pendapat  yang
menyatakan kecerdasan intelligence selama  pendidikan  secara  keseluruhan berbeda  dengan sukses  dalam  pekerjaan  tidak  terbukti  dalam  penelitiannya,
bahkan  hasil penelitian menunjukkan konsistensi dengan hasil sebagian besar penelitian bahwa kinerja  merupakan  fungsi  dari  penerapan  motivasi  dan
pengetahuan  kerja  dan pengetahuan prosedur kerja keterampilan. Salkind  1985, menyatakan umur  seseorang  berkaitan  erat  dengan
tingkat  perkembangannya. Secara kronologi, umur  memberi petunjuk tentang tingkat  perkembangan individu. Menurut  Padmowihardjo, 2004, umur  bukan
merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Seseorang yang berumur 15-25 tahun akan belajar lebih cepat  dan
berhasil  mempertahankan  retensi  belajar  jika  diberi  bimbingan belajar  dengan baik.  Kemampuan  belajar  berkembang  hingga  usia  45 tahun  dan  terus
menurun  setelah  mencapai  usia  55  tahun. Terdapat  dua faktor  yang menentukan  kemampuan  seseorang  berhubungan  dengan umur.  Faktor
pertama  ialah  mekanisme  belajar  dan kematangan  otak, organ-organ  seksual
Universitas Sumatera Utara
dan  otot  organ-organ  tertentu.  Faktor  kedua  adalah akumulasi  pengalaman dan  bentuk-bentuk  proses  belajar  yang  lain.
Von Senden dkk dalam Wibowo 2007, mengamati gejala  yang menyatakan  bahwa  terdapat periode  kritis  dalam  tahap perkembangan manusia.
Tahap  seperti  itu  hadir  dalam  perkembangan sensor utama, seperti konsepsi tentang ukuran, bentuk, dan jarak dan juga dalam  pengembangan  perilaku
sosial. Menurut Robbins 1996,  Usia  seseorang  sangat  erat hubungannya
dengan  kinerja,  alasan  yang  memperkuat  ungkapan  ini adalah  produktivitas seseorang  akan  merosot  dengan bertambahnya  usia seseorang. Kecepatan,
kecekatan, kekuatan dan koordinasi merosot dengan perjalanan  waktu.  Pekerjaan yang  membosankan  dan  kurangnya rangsangan  intelektual  juga  akan
mengurangi  produktivitas.  Robbins,1996. Menurut  Baron  dan  Greenberg  1990,  usia  dan  masa  kerja  seseorang
berpengaruh  terhadap kompetensi.  Pegawai  yang  lebih  tua  dan  memiliki masa kerja  yang  lebih  lama  menunjukkan  kepuasan  kerja  yang  tinggi
dibanding pegawai  yang lebih muda serta kurang berpengalaman.  Menurut Luthans  2006, tingkat  kepuasan  kerja  pegawai  yang  lebih  muda  cenderung
lebih  rendah dibandingkan  dengan  pegawai  yang  lebih  tua  karena  pegawai yang  lebih  muda seringkali  mempunyai  harapan  yang  tinggi  ketika
memasuki  dunia  kerja, sementara tidak dapat terpenuhi karena pekerjaan kurang menantang atau kurang bermakna.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Schultz
dalam Sapar 2011,  yang membuktikan  bahwa  kepuasan  kerja  akan meningkat  sejalan  dengan bertambahnya usia.
Universitas Sumatera Utara
Menurut  Padmowihardjo  2004,  umur  seseorang  diduga  kuat memengaruhi  kemampuannya,  baik  kemampuan  fisik  ataupun  kemampuan
berpikir  inteligensia.  Umur  seseorang  erat  kaitannya  dengan  kemampuan belajarnya.  Kemampuan  belajar  seseorang  mencapai  puncaknya  pada  umur
25 tahun,  dan  selanjutnya  cenderung  menurun. Menurut Purba 2002, umur  seseorang  dibagi  dalam kelompok  anak-
anak  0-14  tahun,  usia  kerja  16-64  dan  kelompok  lanjut  usia bila berumur 65 tahun atau lebih. Usia kerja dibagi juga dalam tiga kategori, yaitu golongan
usia muda atau pradewasa 20-39 tahun, usia dewasa 40-54 tahun dan yang berumur 55-65 termasuk golongan tua atau purna,  Semakin  tua  umur  seseorang
akan  semakin  berkurang  atau  menurun kemampuannya,  karena  itu  umur  erat kaitannya  dengan kompetensi seseorang. Penyuluh pertanian yang termasuk pada
kelompok usia kerja dengan umur antara 20-65  tahun  diduga  mempunyai kompetensi yang  berbeda  dengan kompetensi yang termasuk usia muda dan atau
usia dewasa. Mulyasa  2002, menyatakan pendidikan nonformal merupakan kegiatan
yang tertata, sistematis, di luar sistem formal dan ditujukan untuk orang dewasa., mengemukakan  bahwa  pendidikan  berperan  dalam mewujudkan  masyarakat
yang  berkualitas,  menampilkan  individu  yang  memili keunggulan  yang tangguh,  kreatif,  mandiri  dan  profesional  dalam  bidangnya masing-masing.
Salah  satu bentuk  pendidikan  nonformal  yang  dilakukan  oleh  penyuluh adalah pelatihan.
Menurut  Siagian  2002, salah satu cara  untuk mengubah potensi seseorang  menjadi  kemampuan  nyata  ialah  melalui  pendidikan  dan  pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
Sasaran  yang  ingin  dicapai  dalam  suatu  pelatihan  adalah  mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tertentu yang pada umumnya berupa keterampilan
baru yang belum dimiliki peserta, sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku. Pelatihan bagi penyuluh pertanian dipersiapkan melalui program pelatihan
bersyarat  dan  program  pelatihan  tidak  bersyarat. Pelatihan  bersyarat sifatnya berjenjang  selaras  dengan  jabatangolongan
kepangkatan,  misalnya  pelatihan dasar I, pelatihan dasar II, sedangkan pelatihan tidak bersyarat tidak mensyaratkan golongan  kepangkatan dan  tidak
mensyaratkan  program  pelatihan  yang  telah diikuti,  tujuan  dari  program  tidak bersyarat  ini  adalah  untuk  meningkatkan kemampuan  penyuluh  pertanian  di
bidang  inovasi  atau teknologi  pertanian, misalnya pelatihan teknologi, komoditi atau budidaya. YST,2001
Menurut Sapar 2011, Pelatihan yang pernah diikuti dapat dilihat dari jumlah dan jenis pelatihan yang  diikutinya  selama  kurun  waktu  tertentu.
Pelatihan  akan  meningkatkan kompetensinya  melalui  peningkatan pengetahuan,  keterampilan  dan  sikapnya dalam  bidang  tertentu guna
menunjang  pelaksanaan  tugasnya. Pelatihan  yang pernah  diikuti  oleh penyuluh  pertanian  memiliki  pengaruh  pada  kompetensi mereka
Jayaratne  dan  Gamon   didalam Sapar 2011,  mengemukanan, fokus utama  pelatihan  adalah  peningkatan  dan  pengembangan kompetensi,
menekankan  pentingnya program  pelatihan  atau  konseling  untuk  mengatasi “stress”  akibat restrukturisasi  dan  realokasi  penyuluh. Jayaratne  dan  Gamon
menemukan    adanya  kecenderungan  “stress”  dalam  menghadapi pekerjaan yang  baru.  Restrukturisasi  dalam  organisasi  penyuluhan mengakibatkan  empat
Universitas Sumatera Utara
perubahan  utama  yaitu  perubahan  materi penyuluhan,  wilayah  kerja, kelompok  inti  dan  sasaran  klien. Perubahan kelompok  inti  dan  klien,
berpengaruh  negatif  terhadap  kinerja.  Kedua perubahan  ini  erat  kaitannya dengan  perubahan  lingkungan  sosial  dan interaksi  sosial.  Disimpulkan  bahwa
kinerja  penyuluh  mengalami kelelahan  segera  setelah  penunjukan  kembali dalam  pekerjaan  yang  baru dan berpengaruh negatif terhadap kinerja.
2.3. Pengukuran Kinerja