Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

commit to user 76 untuk menurunkan tingkat risiko ke kriteria yang dapat diterima acceptable risk.

B. Pembahasan

Penerapan HIRARC dalam aktivitas drilling dan blasting selama ini yang baru dilakukan adalah manajemen risiko aktivitas blasting, untuk aktivitas drilling belum dilakukan. Oleh sebab itu penulis dalam kegiatan Magang ini melakukan analisis dan menyusun HIRARC untuk aktivitas drilling bersama dengan Departemen Produksi sesuai dengan Prosedur Indentifikasi Bahaya dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 002-SHD-201 yang sesuai dengan SMK3 Elemen 3.3 “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko”, OSHAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 “Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Controls dan ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1 “Enviromental Aspects”. Serta tindakan pengendalian dilakukan berdasarkan skala prioritas dari semua potensi bahaya yang ada. 1. Manajemen Aktivitas Drilling Adapun hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada aktivitas drilling di PT. Telen Orbit Prima site Buhut adalah sebagai berikut : a. Bahaya dari panjang dan manuver mesin drilling. Potensi bahaya tertabrakmenabrak unit lain saat travelling, dengan penilaian risiko consequence: 3 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 6 Medium. commit to user 77 Pengendalian administratif dengan cara : 1 Operator yang mengoperasikan harus benar-benar melalui dan lulus serta bersertifikasi Operational Training Development OTD. 2 Operator selalu melakukan komunikasi 2 arah ketika memasuki jalur tambang dengan unit lain yang berada di sekitar mesin drilling. Ketika akan melakukan manuver seperti belok memperhatikan jarak aman bermanuver karena panjang mesin drilling mencapai lebih dari 9 m lebih dengan area manuver 15 m. Langkah pengendalian yang diambil diatas telah sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam Kepmentamben Nomor : 555.K26M.PE1995 yaitu pasal 142 tentang Persyaratan dan Kewajiban Pengemudi. Dimana salah satu syarat untuk menjadi seorang operator di PT. Telen Orbit Prima adalah harus lulus serta bersertifikasi OTD Operational Training Development dan hal tersebut telah sesuai Kepmentamben yaitu “ditunjuk oleh Kepala Teknik Tambang untuk mengemudikan kendaraan tertentu dan telah mendapatkan pelatihan dan dinyatakan mampu mengemudi oleh Kepala Teknik Tambang ”. b. Bahaya di front drilling Potensi mesin drilling amblas, dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 3 sehingga nilai risikonya : 6 Medium. commit to user 78 Pengendalian yang dilakukan secara rekayasa teknik : 1 Perataan lokasi dengan mengunakan mesin dozer. 2 Memastikan front drilling mampu menahan beban dari mesin drilling. Untuk mengendalikan bahaya amblas di front drilling tindakan yang dilakukan PT. Telen Orbit Prima telah sesuai dengan Undang – undang No 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf a, tentang syarat – syarat keselamatan kerja yaitu mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja. Jadi tindakan yang pilih dengan perataan lokasi terlebih dahulu dengan unit dozer merupakan tindakan mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja. c. Bahaya debu batuan, serpihan dan pecahan batu. 1 Potensi terjadinya ganguan pernapasan dengan penilaian risiko : consequence : 3 dan probability : 3 sehingga nilai risikonya : 9 Medium. Pengendalian yang dilakukan secara : a Rekayasa Teknik Pengendalian secara rekayasa teknik dengan cara injeksi air pada rod serta pemberian cover pelindung dust collector pada ujung bawah tower agar debu batuan, serpihan dan pecahan batu tidak bertebangan dengan bebas tetapi dapat direduksi dengan cover tersebut. commit to user 79 b Alat Pelindung Diri Pengendalian secara APD dengan cara memakai masker dan safety glass bagi orang yang berda di sekitar area drilling. Seperti pengawas lapanganGroup Leader. 2 Potensi jarak pandang terbatas dengan penilaian risiko consequence : 3 dan probability : 3 sehingga nilai risikonya : 9 Medium. Pengendalian yang dilakukan secara Rekayasa Teknik yaitu pada cabin operator kacanya tertutup dan diberi wipper agar debu yang menghalangi pandangan dapat dibersihkan. Berkaitan dengan bahaya dari debu yang dapat menghalangi pandangan cabin operator, tindakan pengendalian dengan memasang wipper pada kaca telah sesuai dengan peraturan Kepmentamben No : 555.K26M.PE1995 pasal 140 ayat 13 yaitu “kabin kendaraan harus dirancang atau dilengkapi alat yang dapat melindungi pengemudi dari kebisingan, debu atau asap knalpot yang berlebihan ”. Dan juga untuk APD yang digunakan sesuai dengan Kepmentamben No 555.K26M.PE1995 pasal 81 tentang Pencegahan yang berhubungan dengan masalah pengendalian debu, pasal 83 tentang Alat Pelindung Diri. commit to user 80 d. Bahaya kebisingan Potensi gangguan pendengaran serta komunikasi terganggu dengan penilaian risiko consequence : 2 dan : probability 3 sehingga nilai risikonya : 6 Medium. Pengendalian yang dilakukan secara : 1 Rekayasa Teknik Rekayasa teknik yang dilakukan pada kabin operator telah dirancang oleh produsen mesin drilling dapat meredam kebisingan hingga 80 dB, untuk mengatasi gangguan komunikasi dapat dilakukan dengan cara memakai alat bantu berupa headset yang dipasang pada radio komunikasi. Sehingga gangguan komunikasi karena kebisingan yang ditimbulkan mesin drilling dapat direduksi. 2 Alat Pelindung Diri Pengendalian secara APD untuk mengurangi gangguan pendengaran dengan cara pemakaian earplug atau earmuff bagi pengawas yang berada di sekitar. Intensitas kebisingan pada mesin drilling belum diketahui karena belum dilakukan pengukuran, akan tetapi untuk mesin drilling Sandvik, pada cabin telah dirancang untuk mampu meredam bising sampai 80 dB. Pengendalian yang dipilih diatas baik secara rekayasa teknik maupun APD dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya yang timbul akibat kebisingan yang dihasilkan mesin drilling. Tindakan tersebut telah sesuai dengan Permenakertrans commit to user 81 No. Per.01MEN1980 pasal 66 ayat 1 “tenaga kerja yang mengebor tanah harus selalu dilindungi dari bahaya kejatuhan benda, bahaya debu, uap, gas, kebisingan dan getaran”. e. Bahaya sudut kemiringan lokasi 1 Potensi mesin drilling rebah dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 3 sehingga nilai risikonya : 6 Medium Pengendalian yang dilakukan secara : a Rekayasa Teknik Pengendaliannya dengan cara sebelum melakukan drilling lokasi drilling dilakukan perataan dengan unit dozer terlebih dahulu. Pada ruang operator dipasang alat untuk mengetahui posisi kemiringan mesin drilling untuk mengetahui besar sudut kemiringan yang saat ini dia berada. b Administratif Operator pada saat drilling, traveling atau parkir selalu memperhatikan lokasinya terutama sudut kemiringan lokasi. Tidak memaksakan unit untuk tetap melaju di lokasi dengan kemiringan lebih dari 30 . 2 Potensi mesin drilling rebah menimpa mesin drilling atau orang yang berada disekitarnya, dengan penilaian risiko consequence : 4 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 8 Medium. commit to user 82 Pengendalian yang dilakukan secara Rekayasa Teknik adalah lokasi drilling dalam posisi miring, tetapi di bawah 30 maka jarak aman antar mesin drilling harus diperhatikan minimal 2x panjang mesin drilling saat mengangkat tower. 3 Potensi operator mengalami cidera dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 3 sehingga nilai risikonya : 6 Medium. Pengendalian yang dilakukan secara Alat Pelindung Diri adalah untuk melindungi operator dari kemungkinan rebahnya mesin drilling , maka operator harus selalu mengenakan sabuk pengaman. Pengendalian yang berhubungan dengan kemiringan jalan sesuai dengan peraturan Kepmentamben No 555.K26M.PE1995 pasal 141 tentang Jalan Darat ayat 2 yang berbunyi “Radius minimum dan kemiringan jalan maksimum, harus sesuai dengan kemampuan kendaraan yang dipakai ”. Jadi untuk pengendalian bahaya agar mesin drilling tidak rebah karena kemiringan lokasi maka operator harus memperkirakan radius minimum dan kemiringan lokasi maksimum, harus sesuai dengan kemampuan mesin drilling. Kemudian berhubungan dengan APD berupa pemakaian seat belt telah sesuai dengan Kepmentamben No 555.K26M.PE1995 pasal 140 tentang Konstruksi dan Peralatan Kendaraan ayat 15 “Kendaraan yang dioperasikan pada daerah berpotensi bahaya terguling dan kejatuhan commit to user 83 benda maka harus :” huruf b “dilengkapi dengan sabuk pengaman harus baik untu k pengemudi maupun penumpang”. f. Antar mesin drilling di area drilling Potensi tabrakan antar mesin drilling di area drilling dengan penilaian risiko consequence : 3 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 6 Medium. Pengendalian yang dilakukan administratif dengan cara : 1 Sebelum melakukan drilling, antara operator harus melakukan koordinasi, pembagian lokasi serta pola arah drilling terlebih dahulu. 2 Untuk menghindari terjadinya kecelakaan antar mesin drilling di lokasi drilling, maka antar operator mesin drilling harus saling melakukan komunikasi dengan operator mesin drilling yang lain ketika akan berpindah lokasi. Dengan dilakukan penilaian risiko dan upaya pengendaliannya, maka diharapkan potensi tabrakan antar mesin drilling dapat dikurangi. Maka hal ini sesuai dengan Undang –undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf a “mencegah dan mengurangi kecelakaan”. g. Bahaya saat pindah lokasi titik drilling Potensi rod bengkok atau patah dengan penilaian risiko consequence : 3 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 6 Medium. Pengendalian yang dilakukan administratif dengan cara : commit to user 84 1 Memasang alat automatic engine stop pada mesin drilling, jadi ketika rod drilling belum dinaikan dan mesin drilling jalan pindah lokasi, secara otomatis mesin akan stop. 2 Memasang alarm otomatis dengan prinsip kerja sama dengan automatic engine stop hanya bedanya disini berupa alarm yang berbunyi. Dengan dilakukan penilaian risiko dan upaya pengendaliannya, maka diharapkan potensi rod bengkok atau patah dapat dikurangi. Maka hal ini sesuai dengan Undang –undang No 1 tahun 1970 tentang Keselama tan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf a “mencegah dan mengurangi kecelakaan”. h. Bahaya kebocoran hidrolik tower 1 Potensi tower drilling patah karena turun secara cepat dan tiba – tiba, dengan penilaian risiko consequence : 4 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 8 Medium. Pengendalian yang dilakukan administratif dengan cara : a Operator melakukan P2H Pelaksanaan Pemeriksaan Harian secara rutin setiap awal shift termasuk bagian hidrolik. b Segera melakukan penggantian spare part yang sudah tidak berfungsi dengan semestinya dan memperhatikan jangka waktu pemakaiannya. commit to user 85 c Melakukan maintenance secara berkala dan terjadwal dengan pasti. d Operator melakukan pekerjaan drilling dengan mengacu prosedur kerjaSOP yang ada. 2 Potensi pencemaran lingkungan karena kebocoran oli dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 4 Low. Pengendalian yang dilakukan administratif dengan cara segera menghentikan pekerjaan apabila mengetahui ada kebocoran atau rembesan oli pada hidrolik. Pengendalian yang dipilih yang berkaitan dengan pemeriksaan berkala telah sesuai dengan Kepmentamben No 555.K26M.PE1995 pasal 213 tentang Pemeriksaan ayat 1 “Semua permesinan dan peralatan harus diperiksa secara berkala sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Kepala Teknik Tambang ”. Selain itu juga pada pengendalian melakukan P2H secara rutin setiap awal shift telah sesuai dengan pasal 232 tentang Pencegahan Umum ayat 4 disebutkan Sebelum memulai pekerjaan pada setiap permulaan gilir kerja, pekerja tambang harus memeriksa dan memastikan bahwa peralatan dalam keadaan aman untuk digunakan. Kondisi tidak aman dan tindakan penanggulangan yang dilakukan harus dicatat di dalam buku pemboran. ” commit to user 86 i. Bahaya unit atau sarana lain masuk ke lokasi drilling Potensi menabrak mesin drilling yang sedang beroperasi dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya: 4 Low. Pengendalian yang dilakukan secara Administratif : 1 Pemasangan rambu peringatan di area drilling berupa tulisan “Dilarang Masuk Drill Area”. 2 Pembuatan bundwall di sekeliling area drilling, 3 Pemasangan safety line di sekeliling area drilling. Pengendalian yang dilakukan dengan memasang rambu-rambu telah sesuai dengan Kepmentamben No 555.K26M.PE1995 pasal 146 tentang Peraturan Angkutan. Didalam pasal 146, disebutkan tentang tata cara pemasangan rambu – rambu di lokasi tambang. 2. Manajemen Aktivitas Blasting Hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada aktivitas drilling di PT. Telen Orbit Prima site Buhut sebagai berikut : a. Bahaya kecelakaan jalan tambang Potensi tabrakan dengan unit lain dengan penilaian risiko consequence : 4 dan probability : 3 sehingga nilai risikonya : 12 High Pengendalian yang dilakukan dengan : 1 Rekayasa Teknik Pengendalian mengenai masalah jalan tambang rawan terjadi kecelakaan dan dalam hal ini juga harus bekerja sama dengan commit to user 87 Departemen GMP terutama mine plan, karena mine plan disini sebagai perancangpendesain jalan yang ada di tambang. Untuk dari sisi keselamatan ada beberapa kriteria seperti lebar jalan 3,5x unit terbesar yang melalui jalan tersebut, apabila luas lokasi tidak mencukupi maka dibuat satu jalur satu arah dengan lebar tidak 2x lebar unit terbesar yang melalui jalan tersebut, disisi jalan dilengkapi bundwall setinggi ¾ ban unit terbesar yang melalui jalan tersebut, pembuatan saluran drainase atau paritan, perhitungan kemiringan jalan serta pemasangan rambu. 2 Administratif Perlu diadakan training bagi para driver seperti Difensive Driving secara rutin. Driver harus mengikuti tes tertulis terlebih dahulu dan praktek, serta mempunyai KIMPER Kartu Ijin Mengemudi Perusahaan, untuk unit A2B dengan keterangan lulus OTD yang sesuai dengan area dan unit yang dioperasikan, melakukan P2H di awal shift serta melakukan penggunaan radio komunikasi seperlunya saja dan apabila akan melakukan overtaking harus melakukan komunikasi 2 arah, jangan mendahului sebelum mendapatkan ijin dari unit yang akan didahului. Dan untuk semua unit yang berada di area PT. Telen Orbit Prima harus lulus uji Comisioning, mempunyai sistem penggerak 4 WD dobel gardan, dilengkapi lampu commit to user 88 rotary, radio serta bendera sesuai dengan Prosedur “Pengoperasian Kendaraan Unit” 013-SHD-212. 3 Alat Pelindung Diri Sebagai pengendalian secara APD yaitu dengan cara pemakaian seat belt sabuk pengaman serta di beberapa unit dilengkapi dengan air bag. Pengendalian bahaya yang dipilih secara rekayasa teknik yang berkaitan dengan jalan tambang telah sesuai dengan Kepmentamben Nomor 555.K26M.PE1995 pasal 141 tentang Jalan Darat, pasal 144 tentang Cara Kerja yang Aman dan pasal 146 tentang Kriteria Angkutan, beberapa kriteria yang tercantum dalam peraturan tersebut secara keseluruhan telah terpenuhi namun beberapa masih perlu upaya peningkatan. Dan pengendalian di atas juga mengacu pada Prosedur “Pengoprasian KendaraanUnit” 013-SHD-212 serta Prosedur “Jalan dan Rambu Lalu Lintas Tambang” 028-SHD-226. Kemudian berkaitan dengan pemilihan pengendalian secara Administratif telah sesuai dengan pasal 142 tentang Persyaratan dan Kewajiban Pengemudi, salah satunya yang telah dilakukan di PT. Telen Orbit Prima adalah syarat untuk dapat mengemudikan saranaunit selain SIM adalah harus mempunyai KIMPER dan melalui Operational Training Development . Hal ini telah memenuhi dan sesuai dengan pasal 142 ayat 1 huruf c “telah mendapatkan pelatihan dan dinyatakan mampu mengemudi oleh Kepala Teknik Tambang”. Yang commit to user 89 terakhir adalah pengendalian secara Alat Pelindung Diri tentang kewajiban penggunaan sabuk pengaman sesuai pasal 140 tentang Kunstruksi dan Peralatan Kendaraan ayat 15 huruf b “Dilengkapi dengan sabuk pengaman harus baik untuk pengemudi maupun penumpang”. b. Bahaya fly rock Potensi fly rock menimpa pekerjaalat dengan penilaian risiko consequence : 3 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 6 Medium. Pengendalian yang dilakukan dengan cara : 1 Rekayasa Teknik Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pembersihan area dari material bebas seperti boulder di area blasting pada saat sebelum dilakukan drilling dengan menggunakan unit dozer. Stemming yang tepat seperti material yang digunakan untuk stemming dan penutupan yang rapat, sehingga energi dari bahan peledak dapat terkurung cukup rapat menghasilkan rekahan yang baik bukan menjadi fly rock. Penentuan arah dan urutan ledakan yang tepat sesuai dengan kondisi dan pola peledakan. 2 Administratif Pengendalian ini dilakukan dengan cara melakukan peledakan pada jam 11.00 – 13.00 yaitu pada saat rest time. Dengan commit to user 90 melakukan peledakkan pada saat istirahat mempunyai beberapa keuntungan, antara lain mempermudah evakuasi dan tidak mengganggu jam produksi lost time. Sesuai prosedur peledakan juga bisa dilakukan pada jam 15.00 - 17.00, dengan konsekuensi harus dilakukan evakuasi dan terjadi lost time. Evakuasi yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur PT. Telen Orbit Prima, evakuasi jarak aman yaitu 300 m untuk unit dan 500 m untuk manusia serta menempatkan road blocker untuk memastikan area peledakan tidak ada unit atau orang yang masuk dalam radius yang ditentukan, pemasangan bendera untuk batas aman evakuasi, merah untuk area blasting, kuning untuk unit, hijau untuk pekerja. Selain itu juga memberi peringatan waktu peledakan dengan membunyikan sirine sesuai dengan prosedur. Pengendalian yang dilakukan baik secara rekayasa teknis dan administratif untuk mengurangi bahaya dari flying rock diatas sesuai dengan Undang –undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 tentang Syarat – Syarat Keselamatan, ayat 1 huruf a : “mencegah dan mengurangi kecelakaan” dan huruf c “mencegah dan mengurangi bahaya peledakan”. commit to user 91 c. Bahaya Misfire Potensi meledak saat blaster melakukan pengecekan hasil peledakan, dengan penilaian risiko consequence : 4 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 8 Medium. Pengendalian yang dilakukan secara administratif yaitu sesuai dengan Instruksi Penanganan Gagal Ledak 055 – PRO – 301 : 1 Kontrol dan pastikan telah terjadi Misfire pada pelaksanaan peledakan. 2 Instruksikan kepada semua blocker untuk tetap mengaktifkan blocker sampai penanganan misfire selesai, dan menghubungiberkoordinasi dengan pengawas PT. Telen Orbit Prima. 3 Memeriksa rangkaian line dan lubang yang misfire untuk memastikan awal rangkaian yang gagal ledak dan dilakukan 5 menit setelah peledakan pertama : a Apabila masih bagus lakukan Re-Blasting dan apabila Surface Delay TLD misproduct rusak maka dilakukan pelepasan keep dan memotong tube, kemudian tempelkan pada elektric detonator baru pada rangkaian ulang dan ditanam di dalam tanah. b Apabila terjadi pada inhole delay dan line sudah tidak bagus maka stemming-nya dikeluarkan dengan StickCompressor. 4 Apabila stemming berhasil dikeluarkan lakukan top primming. commit to user 92 5 Apabila stemming tidak berhasil dikeluarkan maka lokalisir lubang tersebut dan lakukan pengecekan jenis bahan peledak. 6 Jika ANFO maka lubang tembak disiram dengan air terus- menerus sampai bahan peledak menjadi mandul. 7 Lakukan rangkai peledakan baru dan lakukan peledakan sesuai Prosedur “Pelaksanaan Peledakan” 055-PRO-202 8 Pastikan lubang tembak misfire ikut meledak dan aman. 9 Buatlah berita acara telah terjadi gagal ledak misfire dan penanganannya ke Kepala Teknik Tambang atau yang mewakili. 10 Apabila tingkat terjadinya misfire dalam kurun waktu tertentu tinggi, maka PT. Telen Orbit Prima harus melakukan investigasi terhadap kontraktor yang menangani peledakan, dalam hal ini adalah PAMA. Instruksi penanganan gagal ledak misfire yang dilakukan PT. Telen Orbit Prima diatas telah sesuai dengan apa yang termuat dalam Kepmentamben No 555.K26M.PE1995 pasal 79 yaitu tentang Peledakan Mangkir ayat 1 dan 2. Walaupun telah ada instruksi penanganan gagal ledak tetapi hal tersebut perlu dilakukan tindakan pengendalian lanjutan untuk menurunkan tingkat risiko yang ada, yaitu dengan cara melakukan investigasi atau evaluasi terhadap pihak kontraktor PT. PAMA sebagai pelaksana peledakan OB. Dengan investigasi dan evaluasi tersebut diharapkan dapat commit to user 93 meningkatkan aspek dan kualitas keselamatan, sehingga kejadian gagal ledak yang berpotensi menimbulkan bahaya dapat diminimalisir. d. Premature blast 1 Potensi premature blast mengenai blast crew, dengan penilaian risiko consequence : 4 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 8 Medium. Pengendalian yang dilakukan secara Administratif yaitu dengan cara pembekalan tentang blasting di awal masuk kerja dan mengisi SPDK Surat Pelanggaran Disiplin Karyawan, memberikan penjelasan cara perlakuan yang benar dan aman saat merangkai, meletakan rangkaian booster primming pada saat P5M atau safety talk. Serta pemberian papan pengumuman “Dilarang Masuk Area Peledakan”, bagi para crew blast dilarang membawa korek api, handphone, membawa dan menggunakan radio, dilarang merokok atau membuat nyala api pada jarak kurang 10 meter dari bahan peledak, serta pengaturan waktu peledakan hanya dapat dilakukan saat cuaca cerah, tidak diijinkan melakukan peledakan saat hujan atau berpotensi banyak petir. 2 Potensi premature blast mengenai unit yang berada di area peledakan dengan penilaian risiko consequence : 4 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 8 Medium. commit to user 94 Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi potensi terjadinya premature blast yang disebabkan dari unit MMU Mobile Mixing Unit yaitu dengan cara menempatkan 1 atau 2 orang yang bertugas sebagai pengawas dan pemberi aba – aba atau arahan kepada driver saat berada di area blasting, memberi instruksi kepada driver kemana arah yang aman untuk menghindari unit MMU menginjak lubang yang terlah terisi bahan peledak serta mencegah agar kabel in hole delay tidak tersangkut di ban unit MMU. Pemilihan pengendalian dari potensi bahaya premature blast diatas telah sesuai dengan Undang –undang No 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf c “mencegah dan mengurangi bahaya peledakan”. Jadi pengendalian secara rekayasa teknik dan administrasi untuk mengurangi potensi terjadinya premature blast dapat tercapai. e. Bahaya kontaminasi bahan kimia Potensi menggangu kesehatan pekerja crew blast dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 3 sehingga nilai risikonya : 6 Medium 1 Rekayasa Teknik Rekayasa teknik yang dilakukan untuk mengurangi timbulnya kontaminasi dengan bahan kimia, maka pada saat charging ketika memasukan ANFO ke lubang ledak menggunakan hose selang. commit to user 95 2 Administrasi Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu saat pembongkaran dan pencampuran ANFO serta pada saat charging bahan peledak para crew blast sebisa mungkin memperhatikan arah mata angin. Diusahakan tidak melawan arah mata angin dan usahakan searah dengan arah mata angin, hal ini bertujuan agar potensi untuk terkontaminasi dengan bahan kimia karena hempasan angin dapat diminimalisir. Hal ini dapat disampaikan saat P5M Pembicaraan 5 Menit atau safety talk. 3 Alat Pelindung Diri APD Yaitu dengan cara pada saat melakukan aktivitas pembongkaran dan pencampuran ANFO serta pada saat charging bahan peledak, crew blast selalu mengunakan APD berupa masker, sarung tangan, helm, safety glass, pakaian kerja lengan panjang dan celana panjang serta menggunakan safety shoes. Pengendalian yang dipilih baik secara rekayasa teknik dan administratif telah sesuai dengan Undang –undang no 1 tahun 1970 Bab III tentang Syarat - Syarat Keselamtan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf g “mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran”, huruf h “mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan”. Dan untuk pengendalian commit to user 96 sacara APD telah memenuhi Kepmentamben No 555.K26M.PE1995 pasal 89 tentang Alat Pelindung Diri ayat 1, 2 dan ayat 3. f. Bahaya paparan panas Potensi terjadinya kelelahan kerja serta gangguan kesehatan dehidrasi dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 4 sehingga nilai risikonya : 8 Medium Pengendalian yang dilakukan dengan : 1 Administratif Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi paparan panas yaitu dengan cara penyediaan air minum bagi para crew blast di lokasi blasting. 2 Alat Pelindung Diri Untuk mengurangi paparan panas yang berlebihan maka para crew blast dilengkapi dengan helm, pakaian kerja lengan panjang dan celana panjang bereflektor, safety shoes, sarung tangan serta pemakaian wide sun. Usaha pengendalian yang dipilih saat ini baik secara Administrasi dan Alat Pelindung Diri yang telah dilakukan dapat mengurangi paparan panas serta risiko yang timbul akibat paparan panas dapat direduksi seperti dehidrasi, heatstress atau heat crams. Hal tersebut telah sesuai dengan Undang –undang no 1 tahun 1970 Bab III tentang Syarat - Syarat Keselamtan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf g “mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, commit to user 97 debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran”, huruf h “mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan”. Akan tetapi dalam hal monitoring dan pengukuran mengenai berapa besar paparan panasiklim kerja belum dilakukan, jadi dalam hal ini belum memenuhi Permenakertrans No PER.13MENX2011 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Bab II NAB Faktor Fisika pasal 4. g. Bahaya lubang ledak Potensi kaki crew blast terperosok masuk lubang ledak dengan penilaian risiko consequence : 3 dan probability : 3 sehingga nilai risikonya : 9 Medium. Pengendalian yang dilakukan administrasi dengan cara pemberian tanda berupa pita disetiap lubang. Pemberian pita ini dilakukan pada saat sounding, dengan perbedaan warna yaitu pita hijau untuk lubang yang kering dan orange untuk lubang basah. Serta pada pita tersebut diberi tulisan status ketinggian air serta kedalaman lubang. Penandaan lubang dengan pita ini selain untuk memberi tanda status lubang juga dapat mencegah terperosoknya para crew blast saat melakukan charging, primming atau stemming. Dengan dilakukannya pengendalian diatas berarti risiko terjadinya kecelakaan crew blast terperosok lubang ledak dapat dikurangi, hal ini commit to user 98 juga sesuai dengan Undang –undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf a “mencegah dan mengurangi kecelakaan”. h. Bahaya tumpahan bahan kimia Potensi terjadinya pencemaran lingkungan dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 6 sehingga nilai risikonya : 6 Medium. Pengendalian yang dilakukan dengan : 1 Rekayasa Teknik Pengendaliannya pada saat memindahkan Ammonium Nitrate dari dalam gudang handak menggunakan forklift sedangkan untuk mengangkat Ammonium Nitrate untuk proses mixing menggunakan alat bantu berupa unit crane truck, ini bertujuan untuk mengurangi potensi terjadinya tumpahan saat memindah dan mengangkat Ammonium Nitrate. Pada saat mixing ANFO dengan unit MMU, saat unit crane truck memasukkan Ammonium Nitrate ke unit MMU, dibagian atas untuk memasukkan Ammonium Nitrate harus dilengkapi semacam corong seperti yang ada pada water tank. Sehingga kemungkinan terjadinya tumpahan Ammonium Nitrate yang dapat mencemari lingkungan dapat diminimalisir. commit to user 99 2 Administratif Tindakan pengandalian yang dilakukan secara administratif adalah apabila terjadi tumpahan dengan cara melakukan penanganan sesuai Material Safety Data Sheet MSDS merupakan salah satu bentuk pengendalian resiko berkaitan dengan bahan kimia B3 yaitu prosedur safety penanganan, tumpahan, kebocoran dan limbah Precaution for Safety Handling and Use Upaya pengendalian diatas belum sepenuhnya terpenuhi seperti pemasangan corong diatas unit MMU Mobile Mixing Unit untuk pengisian Amonium Nitrate, akan tetapi selama ini PT. Telen Orbit Prima telah mengupayakan untuk meminimalisir timbulnya pencemaran tanah tersebut seperti pengangkatan AN di dalam gudang handak menggunakan forklift dan untuk proses mixing, menggunakan crane truck. Jadi usaha – usaha yang dilakukan untuk mengurangi pencemaran tanah sesuai dengan Permen No 150 tahun 2000 tentang Pengendalian Pencemaran Tanah untuk Produksi Biomassa, Bab V Tata Laksana Pengendalian Bagian Pertama Pencegahan Kerusakan Tanah, pasal 11 “Setiap penanggung jawab usaha danatau kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan tanah produksi biomassa wajib melakukan upaya pencegahan kerusakan tanah ”. commit to user 100 i. Bahaya pengangkutan aksesoris 1 Potensi terjadi premature blast dengan penilaian risiko consequence : 4 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 8 Medium. Pengendalian yang dilakukan dengan Administratif yaitu dengan cara: a Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang mengeluarkan petunjuk teknis untuk mengatur pengangkutan, pemindahan atau pengiriman semua jenis bahan peledak dan detonator di dalam atau disekitar wilayah kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan Kepmentamben 555.K26M.PE1995 Bagian Kelima – Pengangkutan pasal 72 tentang Ketentuan Pengangkutan ayat 4. b Memastikan urutan pengambilan dimulai dari pengambilan pertama Ammonium Nitrat, kedua Dinamit, ketiga Detonator . Mencegah terjadinya kerusakan bahan peledak akibat salah dalam penyimpanan dan urut-urutan pengambilan atau First In first Out FIFO. c Memastikan kendaraan khusus Mobil Box pengangkut Explosive dan Accessories disiapkan didepan pintu gudang, kendaraan khusus tersebut harus memiliki pintu dapat ditutup rapat dan dikunci, dan kendaraan tersebut harus bebas dari benda-benda yang dapat menimbulkan commit to user 101 nyala api atau ledakan serta didalam box harus dilapisi alas kayu. d Explosives dan Accessories ditempatkan pada masing- masing tempatnya dan tidak dibenarkan dicampur, Ammonium Nitrate pada truck ANFO truck tersendiri, dinamit dan detonator pada masing-masing box kotak tersendiri dan pengawasan dilakukan sampai kendaraan ditutup dan dikunci. e Dilarang mengangkut bahan peledak ke atau dari gudang bahan peledak atau disekitar tambang kecuali dalam peti aslinya yang keperluan itu. Apabila dalam pemindahan bahan peledak dari peti aslinya ke dalam wadah tertutup terdapat sisa maka sisa tersebut harus segera dikembalikan ke gudang bahan peledak. 2 Potensi kecelakaan unit dengan penilaian risiko consequence : 4 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 8 Medium. Pengendalian yang dilakukan secara Administratif dengan cara melakukan pengawalan pada rombonganunit yang membawa accesories atau bahan peledak serta melakukan pengumuman lewat radio, untuk unit lain yang berada di jalur yang akan dilewati harap berhati – hati karena sedang dilakukan pengawalan pengangkutan accesories atau bahan peledak commit to user 102 Wujud pengendalian diatas telah terpenuhi, di PT. Telen Orbit Prima telah membuat Prosedur Pengambilan, Pengeluaran, Pengangkutan dan Pengembalian Explosive Accessories Bahan Peledak Nomor Dokumen 056-PRO-203 dan referensi penyusunannya pun juga telah sesuai dengan Kepmentamben 555.K26M.PE1995 Bagian Kelima – Pengangkutan pasal 72 tentang Ketentuan Pengangkutan. j. Bahaya saat pengecekan hasil peledakan Potensi blaster terperosok lubang bekas peledakan atau fragmentasi dengan penilaian risiko consequence : 3 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 6 Medium. Pengendalian yang dilakukan dengan : 1 Memastikan batuan yang dipijak aman dari longsoran. 2 Saat menuruni jalan posisikan badan saat berjalan pada posisi miring jangan searah dengan kemiringan. 3 Alat Pelindung Diri Pengendalian secara APD dengan cara memakai safety shoes untuk melindungi kaki dari runtuhan batuan. Dengan dilakukan penilaian risiko dan upaya pengendaliannya, maka diharapkan bahaya terperosok bekas lubang ledak atau fragmentasi dari peledakan dapat dikurangi. Serta dengan pemakaian safety shoes untuk bahaya kejatuhan atau terkena runtuhan dari batuan dapat dihindarkan. Maka hal ini sesuai dengan Undang-undang No 1 commit to user 103 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf a “mencegah dan mengurangi kecelakaan”. k. Bahaya getaran 1 Potensi mengganggu masyarakat sekitar dengan penilaian risiko consequence : 1 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 2 Low Pengendalian yang dilakukan : a Rekayasa Teknik Pengendalian yang dilakukan dengan cara mengusahakan pembentukan free face, untuk lubang yang terdapat genangan air maka air tersebut disedot menggunakan unit legra . b Administratif Pengendalian yang dilakukan PT. Telen Orbit Prima yaitu menginventarisasi pemukiman masyarakat yang berada dalam radius 500 sampai dengan 1000 m. 2 Potensi merusak bangunan sekitar dengan risiko consequence : 1 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 2 Low. Pengendalian yang dilakukan secara Administratif adalah dengan selalu melakukan monitoring lingkungan dengan menggunakan Blastmate untuk memantau berapa besar getaran dan suara yang sampai di pemukiman penduduk desa terdekat, commit to user 104 dalam hal ini PT. Telen Orbit Prima melakukan monitoring di Desa Buhut. Aspek yang tepat dari pengendalian ini adalah PT. Telen Orbit Prima telah melakukan monitoring atau pengukuran ground vibration menggunakan Blastmate pada lokasi pemukiman terdekat yaitu Desa Buhut secara rutin setiap dilakukan peledakan. Dan hasil monitoring selama ini yang telah dilakukan mengenai ground vibration menunjukan hasil masih di bawah NAB Getaran yang dipersyaratkan dalam peraturan Kepmen LH No 49 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran. Daftar monitoring ground vibration terlampir pada lampiran 1. Serta pengendalian secara Rekayasa Teknik dengan mengusahakan pembentukan free face sesuai dengan Undang –undang No 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf g “mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran”. l. Bahaya gas beracun Potensi meracuni pekerja blaster disekitar area peledakan dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 4 Low. Pengendalian yang dilakukan : 1 Rekayasa Teknik Pengendalian untuk mencegah terjadinya gas beracun dengan cara perbandingan pencampuran yang tepat antara Ammonium commit to user 105 Nitrat AN dengan Fuel Oil FO sebesar 94,5 banding 5,5 sehingga dengan perbandingan yang tepat dapat mencegah atau mengurangi timbulnya fume. Dan untuk mengantisipasi dari adanya injeksi masuknya air maka sebelum pengisian lubang ledak, dilakukan penyedotan air dengan unit legra. 2 Administratif Dengan cara melakukan pengaturan waktu pengecekan hasil setelah peledakan. Sesuai prosedur yang ada, untuk memeriksa hasil peledakan untuk mernastikan semua bahan peledak telah habis terpakai saat peledakan setelah 5 – 15 menit pasca peledakan. Dengan tujuan agar konsentrasi gas hasil peledakan dapat terurai dan berkurang. 3 Alat Pelindung Diri Pengendalian dengan cara pemakaian masker bagi blaster saat memeriksa hasil setelah peledakan. Pengendalian bahaya gas beracun secara rekayasa teknik dan administrasi yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang –undang No 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf c “mencegah dan mengurangi bahaya peledakan” serta huruf g “mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran”. commit to user 106 m. Bahaya Air Blast Potensi menyebabkan cidera para crew blast, blaster atau orang yang berada di lokasi peledakan dengan penilaian risiko consequence : 1 dan probability : 4 sehingga nilai risikonya : 4 Low. Pengendalian yang dilakukan secara Administratif dengan cara evakuasi yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur PT. Telen Orbit Prima, evakuasi jarak aman yaitu 300 m untuk unit dan 500 m untuk manusia serta menempatkan para road blocker untuk memastikan area peledakan tidak ada unit atau orang yang masuk. Pengendalian yang dipilih dengan Administrasi dengan evakuasi jarak aman, pada prinsipnya sesuai dengan Undang –undang No 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf c “mencegah dan mengurangi bahaya peledakan”. n. Bahaya Noise 1 Potensi mengganggu pendengaran dengan penilaian risiko consequence : 1 dan probability : 4 sehingga nilai risikonya : 4 Low . Pengendalian yang dipilih secara Rekayasa Teknik dengan cara pengaturan penutupan bahan peledak stemming yang rapat, waktu tunda yang tidak terlalu pendek, pengaturan waktu peledakan pada kondisi yang cerah sehingga efek hempasan bisa terhempas ke arah vertikal sehingga tidak memantul ke bawah. Karena apabila saat peledakan cuaca mendung dan berawan commit to user 107 maka tekanan udara bagian atas permukaan lebih tinggi dari pada tekanan udara di permukaan, jadi apabila cuaca mendung noise tersebut lebih besar. 2 Potensi merusak bangunan sekitar dengan penilaian risiko consequence : 2 dan probability : 2 sehingga nilai risikonya : 4 Low Pengendalian Administratif melakukan monitoring tingkat noise yang sampai ke pemukiman terdekat desa Buhut dengan Blastmate . Sehingga efek dari noise dapat termonitoring secara rutin. Pada prinsipnya pengendalian yang dipilih telah efektif dilakukan setiap kali akan dilakukan peledakan OB di lokasi tambang untuk mengurangi timbulnya potensi noise. Pengendalian yang dipilih pada prinsipnya sesuai dengan Undang –undang No 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf c “mencegah dan mengurangi bahaya peledakan”. Selain itu monitoring yang dilakukan secara rutin menunjukan hasil dibawah NAB. Jadi pemantauan tersebut telah memenuhi persyaratan Permenakertrans Nomor Per.13MenX2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, BAB II NAB Faktor Fisika pasal 5 ayat 1 “NAB kebisingan ditetapkan sebesa r 85 decibel A dBA” dan ayat 2 “Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I nomor 2 Peraturan Menteri ini”. commit to user 108 o. Bahaya sambaran arus listrik liar atau sambaran petir Potensi terjadi premature blast dengan penilaian risiko consequence : 4 probability : 1 dan sehingga nilai risikonya : 4 Low Pengendalian yang dilakukan dengan : 1 Substitusi Pengendalian yang dilakukan dengan cara mengganti detonator listrik yang rawan dengan arus liar dengan detonator non listrik nonel yang lebih aman terhadap arus liar. 2 Administratif Pengendalian secara administratif dapat dilakukan dengan cara melakukan penyimpanan detonator listrik di dalam peti kayu dan di kunci, hanya dibuka saat akan dilakukan peledakan. Serta pemberian papan pengumuman “Dilarang Masuk Area Peledakan”, bagi para crew blast dilarang membawa korek api, handphone, membawa dan menggunakan radio komunikasi, dilarang merokok atau membuat nyala api pada jarak kurang 10 meter dari bahan peledak, serta pengaturan waktu peledakan hanya dapat dilakukan saat cuaca cerah, tidak diijinkan melakukan peledakan saat hujan atau berpotensi banyak petir. Pengendalian yang telah diterapkan di PT. Telen Orbit Prima dengan mengganti detonator listrik menjadi detonator non listrik merupakan pengendalian secara substitusi yang baik. Karena risiko terjadinya premature blast disebabkan adanya sambaran arus liar commit to user 109 dapat dinimalisir. Hal ini telah sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang –undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf c “mencegah dan mengurangi bahaya peledaka n”. Untuk pembuatan HIRARC dalam format tabel baik untuk aktivitas drilling maupun blasting terlampir pada lapiran 2 HIRARC Aktivitas Dirlling dan Blasting. 3. Pemenuhan SMK3 Elemen 3.3 “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko”, OSHAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 yaitu “Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Controls, dan ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1 “Enviromental Aspects”. Penerapan manajemen risiko yang dilaksanakan di PT. Telen Orbit Prima berdasarkan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja Nomor Dokumen 002-SHD-201 dengan mengacu pada beberapa standar yaitu : ISO 14001 elemen 4.3.1. Aspek Lingkungan, OHSAS 18001 elemen 4.3.1. Perencanaan Untuk Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko, serta SMK3 Permenakertrans No.Per-05Men1996 elemen 1.2. Tinjauan Awal K3. Dalam SMK3 Elemen 3.3 “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko”, OSHAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 yaitu “Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Controls dan ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1 “Enviromental Aspects”, sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang commit to user 110 merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan hasil penilaian tersebut sehingga dapat teridentifikasi dan penentuan tindakan yang akan dilakukan terhadap setiap risiko. Dari beberapa bahaya yang mempunyai tingkat risiko atau bahaya tertentu yang bila tidak dilaksanakan pengendalian akan menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, untuk itu perusahaan mempunyai konsekuensi untuk mengambil langkah pengendalian pada proses tersebut dalam skala prioritas yang lebih besar. PT. Telen Orbit Prima telah melakukan pengendalian secara substitusi seperti mengganti detonator elektrik menjadi detonator non elektrik nonel, rekayasa teknik seperti mencegah fly rock dengan cara melakukan stemming secara rapat, administrasi seperti pemberian training dan yang terakhir pemberian APD. Perusahaan merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan- kegiatan drilling dan blasting yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, prosedur, instruksi kerja, penerapan ijin kerja apabila melaksanakan pekerjaan yang berpotensi bahaya besar dan penggunaan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada untuk mengatur dan mengendalikan risiko yang ada pada aktivitas drilling dan blasting yang ada di PT. Telen Orbit Prima. Hal tersebut sudah disesuaikan dengan SMK3 Elemen 3.3 “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko”, OSHAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 yaitu “Hazard Identification, Risk Assessment, and commit to user 111 Determining Controls dan ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1 “Enviromental Aspects”. Setelah pengendalian yang dilakukan selanjutnya langkah implementasi untuk melaksanakan kontrol dari bahaya tersebut. PT. Telen Orbit Prima dalam menerapkan langkah pengendalian dengan melaksanakan kontrol yang telah ditetapkan. Penerapan langkah-langkah pengendalian tersebut harus dilakukan agar bahaya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja tidak terjadi di PT. Telen Orbit Prima site Buhut khususnya pada aktivitas drilling dan blasting. Penerapan pengendalian tersebut ditetapkan pelaksanaannya oleh Kepala Departemen Produksi dan sosialisasi serta implementasi prosedur instruksi standard untuk mengontrol aspek penting, melaksanakan program yang telah disusun sesuai objective targetnya Prosedur Indentifikasi Bahaya dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam penerapan pengendalian tersebut harus juga melibatkan karyawan dengan menerapkan, memantau dan pengukuran dari penerapan pengendalian bahaya dengan cara memberi saran kepada supervisor maupun ke departemen SHD sebagai pemantau pelaksanaan yang telah ditetapkan tersebut. Setelah dilakukan penerapan pengendalian tersebut, tindakan tinjauan kembali atau mereview implementasi prosedur instruksi standard yang telah dibuat dan review pelaksanaan program berdasarkan Activity Plan. Memeriksa hasil program dan hasil operasional control yang telah commit to user 112 dilaksanakan dan melihat pemenuhannya terhadap Peraturan LK3 dan persyaratan lainnya. Kemudian mendokumentasikan laporan hasil program yang telah selesai dan disimpan. PT. Telen Orbit Prima jangka waktu untuk melakukan revisi dan review ulang Identifikasi Aspek LK3 setelah 1 satu tahun atau bila ada perubahan kondisi internal dan atau eksternal perusahaan, dan untuk saat ini belum dilakukan revisi karena PT. Telen Orbit Prima merupakan perusahaan baru dan untuk pembuatan HIRARC di buat baru mulai bulan Agustus tahun 2011. Untuk semua dokumen HIRARC disimpan oleh safety officer atau safety supervisor yang telah diketahui oleh Departemen SHD di PT. Telen Orbit Prima, yang semuanya telah tertuang dalam Prosedur Indentifikasi Bahaya dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 002-SHD-201 yang mengacu serta disesuaikan dengan SMK3 Elemen 3.3 “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko”, OSHAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 yaitu “Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Controls dan ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1 “Enviromental Aspects”. commit to user 113

BAB V SIMPULAN DAN SARAN