commit to user 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Aktivitas Drilling
Aktivitas drilling merupakan proses sebelum aktivitas blasting, jadi aktivitas drilling adalah aktivitas drilling pada suatu area yang sudah
ditentukan sesuai rencana peledakan yang nantinya digunakan untuk pengisian bahan peledak. Alur dari aktivitas drilling yang ada di PT. Telen
Orbit Prima antara lain : a.
Pemasangan Batas Pemasangan batas menggunakan beberapa patok dan safety line
yang menandakan di lokasi tersebut akan dilakukan drilling. Dan tidak sembarang orang dapat masuk tanpa seijin pengawas dan penjaga
lokasi. Pemasangan batas ini berfungsi sebagai acuan kepada kegiatan sebelum blasting yaitu sebagai penanda batas lokasi drilling dan
setelah blasting yaitu pemuatan material hasil blasting. b.
Prepare Lokasi Prepare
lokasi adalah tahapan awal yang dilakukan yaitu dengan proses persiapan lokasi yang akan di drilling yang meliputi :
1 Pemerataan Lokasi
Pemerataan lokasi ini bertujuan agar lokasi yang akan dilakukan drilling
menjadi lebih rata dari sebelumnya, pemerataan
commit to user 55
permukaan lahan agar tidak terjadi toe tonjolan pada permukaan pada jenjang yang dihasilkan dikarenakan ada beda tinggi.
Sehingga mesin drilling tidak mengalami kesulitan saat drilling karena permukaan lokasi telah rata.
2 Pembersihan
Pembersihan yang dimaksud adalah membersihkan permukaan lokasi dari soil atau boulder setelah diratakan permukaannya
menggunakan dozer, yang nantinya agar memudahkan untuk aktivitas drilling seperti memasang tanda yang akan di-drilling.
Pembersihan lahan dari material bebatuan dimaksudkan agar pada saat pelaksanaan peledakan, bebatuan tersebut tidak menjadi
material flyrock. 3
Pembuatan Bundwall Bundwall
dibuat dari soil atau boulder yang berasal dari proses pembersihan lokasi. Jadi soil atau boulder yang berada di tengah
didorong ke pinggir untuk dibuat bundwall. Fungsinya yaitu untuk mencegah aliran air masuk ke dalam lokasi drilling, yang
kedua untuk
mencegah unit
atau sarana
yang tidak
berkepentingan masuk ke lokasi drilling. 4
Pemasangan papan peringatan dan safety line Pemasangan papan peringatan “DILARANG MASUK DRILL
AREA” dan pemasangan safety line disini bertujuan untuk
commit to user 56
memberi tanda dan peringatan untuk mencegah unit lain masuk ke area drilling.
c. Mark up Pattern
Pada tahap ini adalah proses penentuan dan memasang tanda pita titik lubang yang akan di-drilling sesuai dengan blast design
yang telah direncanakan oleh blast engineering. Dalam hal ini yang diperhatikan antara lain :
1 Burden yaitu jarak antara lubang dengan free face dan atau jarak
lubang atara row dengan row. 2
Spacing adalah adalah jarak diantara lubang tembak satu dengan lubang tembak lainnya dalam satu baris dan diukur sejajar
terhadap dinding atau tegak lurus burden. 3
Row adalah baris lurus dari lubang tembak. 4
Kelurusan row adalah hasil lubang yang di-drilling dengan menggunakan mesin drilling diharapkan row bisa lurus sehingga
menghasilkan peledakan yang bagus. d.
Drilling Tujuan drilling adalah untuk memasukkan bahan peledak pada
posisi tempat yang sudah direncanakan. Aktivitas drilling di PT. Telen Orbit Prima menggunakan mesin drilling :
1 Sandvik DR079 dengan diameter 7 inchi
2 Sandvik DR092 berdiameter 6 inchi
commit to user 57
3 Sandvik DR093 berdiameter 6 inchi
Dengan geometri drilling yaitu : 1
Burden 6 meter 2
Spasi 7 meter 3
Kedalaman lubang rata-rata 8 meter 4
Subdrill rata-rata 0,5 meter 5
Diameter lubang 6 inchi - 7 inchi Pola drilling tambang terbuka umumnya dapat digolongkan atas
dua bagian besar yaitu : 1
Rectangular Pada pola rectangular, lubang ditata sedemikian rupa sehingga
setiap lubang berada tepat berada dibelakang lubang pada row sebelumnya.
2 Staggered
Pada pola staggered, setiap lubang ditempatkan diantara dua lubang pada row sebelumnya.Pola ini merupakan pola yang
sangat baik dalam hal distribusi bahan peledak dan pola ini sering digunakan pada PT. Telen Orbit Prima.
Gambar 6. Pola staggered Sumber. Pola Drilling Departemen Produksi.
commit to user 58
e. Pengecekan dan Perhitungan Hasil Drilling
Lubang yang telah di-drilling kemudian diperiksa oleh crew drill and blast
. Pemeriksaan hasil drilling meliputi jumlah lubang, jarak lubang dan kedalaman lubang. Adapun standar PT. Telen Orbit Prima
site Buhut adalah dengan ukuran :
1 Space S
: 7 m 2
Burden B : 6 m
3 Kedalaman D : 8 m
Untuk jumlah lubang yang telah dihitung, akan digunakan oleh Supervisor Blasting
sebagai acuan dalam order ke gudang handak mengenai berapa banyak bahan peledak yang akan digunakan.
Pengecekan lubang hasil drilling juga meliputi pengecekan kondisi lubang apakah berair atau tidak.
2. Deskripsi Aktivitas Blasting
Blasting merupakan kegiatan meledakkan lapisan tanah over burden
OB dengan bahan peledak dan rangkaian ledak tertentu. Hal ini dilakukan
karena proses ripping tidak mampu menghancurkan lapisan tanah over burden
yang terlalu keras. Tujuan dilakukan blasting adalah untuk menghancurkan lapisan OB agar lebih mudah lunak sehingga mudah untuk
dimuat dengan HD dan dipindahkan ke disposal. Operasi peledakan di PT. Telen Orbit Prima ditangani oleh
PT. Pamapersada Nusantara yang bertindak sebagai kontraktor, dimana kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah penyediaan bahan peledak
commit to user 59
berikut perlengkapan dan peralatannya, pengisian bahan peledak ke dalam lubang ledak, membuat rangkaian peledakan sampai tahap peledakan.
a. Pemasangan Rambu Peringatan Blasting
Pemasangan rambu peringatan ini dilakukan sebelum kegiatan blasting
dilakukan, hal ini bertujuan untuk memberitahukan dan mengamankan pelaksanaan blasting agar tidak terjadi korban jiwa
atau property damage. Di PT. Telen Orbit Prima langkah-langkah pemasangan rambu seperti dibawah ini sesuai dengan Prosedur
Pengisian Bahan Peledak 057-PRO-204 : 1
Pemasangan rambu : dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan, dilarang merokok, dilarang menggunakan alat
elektronik di area peledakan radio komunikasi dan handphone. 2
Pemasangan pita blokade safety line hingga proses loading selesai dikerjakan berjarak minimal 5 m dari lubang ledak terluar.
3 Memastikan tidak ada personil lain yang berada di area peledakan
kecuali yang mendapat ijin Kepala Teknik Tambang atau Wakil Kepala Teknik Tambang.
4 Tidak ada aktivitas lain selain pekerjaan loading kecuali
dilakukan pada jarak minimal 15 m dari safety line. 5
Pemasangan bendera dan papan informasi blasting di jalan masuk tambang, papan informasi berisi hari tanggal dan jam peledakan.
Papan ini dilengkapi tiang bendera, bendera merah menandakan
commit to user 60
ada kegiatan peledakan dan bendera hijau menandakan tidak ada peledakan atau sudah dilakukan peledakan.
6 Pemasangan bendera pemblokiran dipasang 2 radius, yaitu
bendera kuning radius 300 m jarak aman bagi unit, bendera hijau dan merah radius 500 m jarak aman bagi manusia.
b. Primming
Primming merupakan perangkaian in hole delay ke dalam Booster
dengan cara memasukkan nonel ke Boosster. Proses ini dilakukan untuk meledakkan bahan peledak yang berupa ANFO Ammonium
Nitrate Fuel Oil , jadi proses primming ini detonator hanya boleh
dimasuukan ke dinamitbooster pasa saat akan dimasukkan ke dalam lubang ledak. Untuk PT. Telen Orbit Prima menggunakan in hole
delay 500 ms dengan panjang 12 cm - 15 cm.
c. Charging Pengisian Bahan Peledak
Bahan peledak yang di gunakan pada PT. Telen Orbit Prima adalah ANFO Ammonium Nitrate Fuel Oil dengan perbandingan
ideal Ammonium Nitrate : Fuel Oil adalah 94,5 : 5,5. Proses pencampuran ANFO menggunakan unit MMU Mixing Mobile Unit.
Rangkaian primer yang telah terakit tadi kemudian dimasukkan ke dalam lubang ledak kemudian ANFO diisikan menggunakan hose
selang dari MMU. Pengisian ANFO dilakukan perlahan dan dekat dengan mulut lubang untuk menghindari bahan tumpah dan terhambur
oleh angin dan kedalaman pengisian bahan peledak sedalam 4 m. Jika
commit to user 61
lubang berair maka pengisian primer dan ANFO menggunakan plastik linerkondom. Ketika menggunakan kondom harus dipastikan primer
pada posisi paling bawah menyentuh dasar lubang. Untuk memasukkanya menggunakan stick, kemudian ujung plastik diikat
kuat. f.
Stemming Penutupan Lubang Stemming
adalah proses pekerjaan pemampatan lubang ledak yang telah diisi bahan peledak dan harus diperhatikan adalah :
1 Memastikan lubang ledak sudah diisi dengan ANFO.
2 Stemming dilakukan dengan memasukkan material keras yang
dipadatkan kedalam lubang ledak dengan menggunakan stick dan memastikan ujung in hole delay tidak masuk.
3 Jika ditemukan ujung in hole delay terputus atau jatuh ke dalam
lubang ledak saat stemming maka petugas stemming melaporkan kepada pengawas peledakan.
g. Tie Up
Tie up adalah proses pekerjaan perangkaian aksesoris sampai ke
blast machine. Kegiatan ini dimulai dari perangkaian lubang ledak
terakhir dari baris row terakhir menuju control row. Dengan posisi detonator block
menghadap keatas, agar memudahkan saat melakukan pengecekan akhir final check. Perangkaian surface delay yang
menghubungkan antar lubang ledak tidak terlalu kencang untuk menghindari putusnya rangkaian saat peledakan. Surface delay
commit to user 62
detonator yang sekarang digunakan di PT. Telen Orbit Prima memiliki waktu tunda 17 ms, 25 ms, 42 ms, 65 ms, 67 ms dan 109 ms.
h. Aktivitas Peledakan
Pelaksanaan peledakan PT. Telen Orbit Prima dilakukan pada pukul 11.00
– 13.00 WIB atau 15.00 - 17.00 WIB. Prosedur peledakan yang dilakukan di PT. Telen Orbit Prima
adalah sebagai berikut : 1
Evakuasi alat-alat dan manusia dengan jarak aman 300 meter untuk alat dan 500 meter untuk manusia.
2 Petugas blocker memberikan informasi kondisi aman di area
bloker -nya masing-masing kepada koordinator blasting.
3 Membunyikan sirine panjang 1 x selama 20 detik tanda 15 menit
lagi waktu pelaksanaan peledakan. 4
Pengamanan lokasi oleh blocker dengan memblokir jalan-jalan yang menuju lokasi peledakan sesuai dengan peta blocker.
5 Membunyikan 2 x sirine pendek tanda 10 menit menuju waktu
peledakan. 6
Memeriksa ulang pengamanan lokasi dari setiap blocker dan kesiapan juru ledak.
7 Sebelum melakukan peledakan di dahului peringatan terakhir
dengan membunyikan sirine pendek sebanyak 3 x, tanda 3 menit menuju waktu peledakan.
commit to user 63
8 Informasi rangkaian peledakan dan posisi blaster yang sudah siap
harus mendapat persetujuan dari pengawas tambang bagian peledakan PT. Telen Orbit Prima di lokasi peledakan secara
langsung. 9
Melakukan perhitungan mundur dimulai dari angka 10 kemudian diakhiri kata “TEMBAK” dengan radio komunikasi.
i. Pengecekan Lokasi Peledakan
Memeriksa hasil peledakan untuk memastikan semua bahan peledak telah habis terpakai saat peledakan setelah 5 menit pasca
peledakan, apabila ada misfire harus segera menginformasikan ke koordinator peledakan, apakah akan diledakkan ulang atau blocking
area terlebih dahulu. Tetapi apabila tidak ada misfire maka
PT. Telen Orbit Prima serta blocker dan membunyikan sirine panjang 1 x selama 20 detik untuk tanda bahwa peledakan sudah berakhir dan
pekerjaan bisa dimulai kembali serta untuk para road blocker dapat membuka kembali jalan.
3. Manajemen Risiko
Aktivitas drilling dan blasting merupakan serangkaian proses yang mempunyai tingkat bahaya yang tinggi oleh sebab itu perusahaan
untuk memenuhi SMK3 Elemen 3.3 “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Resiko”, OSHAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 “Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Controls
dan ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1
“Enviromental Aspects”, maka PT. Telen Obrbit
commit to user 64
Prima perlu melaksanakan HIRARC terhadap aktivitas drilling dan blasting
di site Buhut, Kalimantan Tengah. a.
Identifikasi Bahaya Hazard Identification Adapun bahaya - bahaya yang teridentifikasi pada aktivitas drilling
dan blasting di PT. Telen Orbit Prima sebagai berikut: 1
Aktivitas Drilling a
Bahaya dari panjang dan manuver mesin drilling Potensi kecelakaan pada mesin drilling terjadi saat mesin
drilling melakukan traveling akan menuju atau meninggalkan
lokasi drilling. Karena mengingat panjang keseluruhan mesin drilling
mencapai lebih dari 9 m dengan area manuver 15 m, sedangkan jalur tambang yang digunakan cukup padat dan
lebar jalan terbatas. Potensi untuk menabraktertabrak unit atau benda yang berada di sekitar mesin drilling sangat besar,
apalagi di saat malam hari. b
Bahaya di front drilling Kejadian yang sering terjadi di lokasi front drilling
adalah mesin drilling amblas di front drilling. Faktor penyebab terjadinya amblas salah satunya di sebabkan oleh
curah hujan yang cukup tinggi sehingga kondisi tambang khusunya di front drilling menjadi kondisi berair dan rawan
amblas bisa juga terjadi amblas saat traveling ke lokasi atau keluar lokasi drilling.
commit to user 65
c Bahaya debu batuan, serpihan dan pecahan batu
Debu batuan, serpihan dan pecahan batu yang berasal pada aktivitas drilling ini berasal dari kegitan drilling lubang
ledak. Mengingat lapisan batuan yang ada di site Buhut ini merupakan lapisan batuan yang keras dan kuat maka pada saat
dilakukan drilling dengan mesin drilling akan menghasilkan debu batuan, serpihan dan pecahan batu yang cukup banyak,
lain halnya apabila lapisan yang di-drilling merupakan lapisan tanah biasa maka debu yang dihasilkannya pun relatif sedikit.
d Bahaya kebisingan
Potensi bahaya lain yang berasal dari aktivitas drilling selain debu adalah bising. Kebisingan yang cukup tinggi
disebabkan perputaran mesin drilling yang tinggi serta material batu yang di-drilling merupakan batuan keras.
Kebisingan tersebut berbahaya karena dapat mengganggu pendengaran pekerja yang berada disekitar mesin drilling
serta dapat mengganggu komunikasi radio karena suara radio tertutupi oleh suara aktivitas drilling yang bising.
Untuk kebisingan dalam kabin operator belum ada data pengukuran kebisingan akan tetapi di dalam kabin operator
telah didesain dengan sistem peredam kebisingan yang telah dibuat oleh produsen mesin drilling.
commit to user 66
e Bahaya unit atau sarana lain masuk ke lokasi drilling
Lokasi drilling di PT. Telen Orbit Prima berada di dalam lokasi tambang dengan tingkat aktivitas lalu lintas tambang
cukup padat dan tak jarang lokasi drilling berada di tepi jalur hauling
tambang. Maka terdapat potensi untuk adanya sarana atau unit lain yang masuk ke lokasi drilling yang dapat
menabrak mesin drilling yang sedang melakukan drilling lubang ledak.
f Bahaya sudut kemiringan lokasi
Bahaya dari kemiringan lokasi adalah mesin drilling rebah, ini dapat terjadi pada saat posisi parkir, traveling dan
saat drilling dengan sudut kemiringan yang cukup besar atau melebihi sudut kemiringan yang diijinkan maksimal 30
. Selain itu bahaya rebah juga dapat dipicu oleh keadaan tanah
yang labil sehingga mesin drilling tidak lagi dalam posisi keseimbangan yang baik.
Hal ini dapat menyebabkan mesin drilling rebah, mesin drilling
yang rebah menimpa mesin drilling yang lain atau manusia yang berada disekitarnya.
g Bahaya kebocoran hidrolik tower
Bahaya kebocoran ini dapat terjadi akibat aktivitas seringnya naik turunya tower drilling. Sehingga berpotensi
menyebabkan terjadinya kebocoran hidrolik yang apabila
commit to user 67
terjadi, hal tersebut dapat menyebakan turunya tower drilling secara cepat dan dapat menyebabkan patahnya tower drilling
property damage selain itu tekanan oli dari kebocoran dapat
mencemari lingkungan di sekitarnya. h
Antar mesin drilling di area drilling Bahaya yang timbul antar mesin drilling yaitu
kemungkinan terjadinya tabrakan antar unit drilling sendiri pada saat melakukan drilling lubang ledak di area drilling.
Di PT. Telen Orbit Prima dalam melakukan drilling menggunakan 3 unit mesin drilling sehingga apabila lokasi
drilling sempit, potensi untuk saling bertabrakan dapat terjadi.
i Bahaya saat perpindahan lokasi titik drilling
Potensi bahaya yang terjadi saat mesin drilling melakukan pindah lokasi titik drilling yang satu ke titik drilling
selanjutnya adalah patahnya rod drilling karena saat melakukan pindah lokasi posisi rod belum dinaikkan.
2 Aktivitas Blasting
a Bahaya fly rock
Fly rock merupakan batuan yang terlempar ke udara
hentakan ledakan dengan radius tertentu. Untuk bahaya dari fly rock
ini mempunyai potensi yang tinggi yang dapat menimpa unitperalatan dan juga dapat menimpa manusia
yang berada di area peledakan.
commit to user 68
b Bahaya getaran
Bahaya yang dihasilkan dari peledakan yang lain adalah timbulnya getaran yang keras dan dengan radius yang cukup
jauh. Getaran yang dihasilkan dari peledakan disebut ground vibration
dengan kekuatan dan radius tertentu mampu merobohkan bangunan instalasi perusahaan maupun bangunan
masyarakat sekitar tambang. Getaran yang berlebihan dapat terjadi karena tidak adanya free face atau terdapat genangan
air. c
Bahaya gas beracun Gas beracun tersebut berasal dari aktivitas blasting, yaitu
kemungkinan berupa smoke atau fume. Fume umumnya berwarrna kuning dan berbahaya karena sifatnya beracun.
Sedangkan smoke merupakan gas tidak berbahaya karena hanya terdiri dari uap atau asap yang berwarna putih.
Timbulnya gas yang beracun ini dapat terjadi karena beberapa
faktor diantaranya
perbandingan komposisi
Ammonium Nitrate dengan Fuel Oil yang tidak sesuai atau
juga bisa terjadi karena injeksi adanya air yang masuk. 1
Gas tidak beracun : uap air H
2
O, Karbondioksida CO
2
, dan Nitrogen N
2
2 Gas yang beracun : Nitrogen monoksida NO, Nitrogen
Oksida NO
2
, dan Karbon Monoksida CO .
commit to user 69
d Misfire
Misfire adalah suatu aktivitas peledakan menunjukkan
ketidaksinambungan yang tidak dapat diperbaiki atau sebuah lubang ledak atau bagian dari sebuah lubang
ledak gagal meledak pada saat peledakan, hal ini tentu sangat membahayakan bagi orang yang berada di sekitar area
blasting misalnya para blaster karena memeriksa hasil
peledakan untuk memastikan semua bahan peledak telah habis terpakai saat peledakan setelah 5 menit pasca peledakan,
apabila ada misfire harus segera menginformasikan ke koordinator peledakan, apakah akan diledakan ulang atau
dilakukan bloking area terlebih dahulu karena tidak menutup kemungkinan ketiaka dilakukan pengecekan pada lubang
peledakan, lubang tersebut dapat meledak. e
Premature blast Premature blast
merupakan suatu kejadian dimana bahan peledak meledak sebelum diledakkan dan tanpa adanya
kontrol. Premature blast dapat terjadi ketika saat charging atau stemming yaitu ketika kabel in hole delay tersangkut
pada ban unit MMU Mobile Mixing Unit sehingga booster mendapat tarikan dan hentakan secara tiba-tiba serta kuat
sehinnga menyebabkan detonator meledak, selain itu juga
commit to user 70
dapat terjadi saat ada sambaran arus kuat berupa petir yang dapat menyebabkan premature blast.
f Bahaya Air Blast
Air blast merupakan efek yang dihasilkan dari blasting
yaitu berupa hempasan udara yang sangat cepat dan kuat yang dihasilkan oleh lemparan energi peledakan. Hempasan udara
ini dapat berbahaya bagi para crew blast, blaster atau orang yang berada di lokasi peledakan karena dapat menyebabkan
cidera. g
Bahaya Noise Noise
yaitu berupa suara ledakan kuat yang dihasilkan oleh lemparan energi peledakan. Hempasan suara ini dapat
menggangu masyarakat sekitar bahkan dapat merusak bangunan sekitar dan juga menggangu pendengaran.
h Bahaya kontaminasi bahan kimia
Bahaya ini bersumber dari penggunaan bahan peledak ANFO yang dapat terhirup, tertelan atau masuk lewat kulit.
Biasanya pada aktivitas pembongkaran dan pencampuran ANFO serta pada saat charging bahan peledak.
i Bahaya kecelakaan
Kecelakaan dapat terjadi pada sarana yang membawa aksesoris atau juga pada unit MMU Mobile Mixing Unit
baik pada saat menuju atau keluar tambang atau juga pada
commit to user 71
saat berada dilokasi peledakan. Kecelakaan ini dapat terjadi karena kondisi tidak aman seperti jalur tambang crowded atau
jalan yang amblas dan sempit dan tindakan tidak aman seperti mendahului unit lain atau memakai radio berlebihan.
j Bahaya paparan panas matahari
Bahaya paparan panas ini sebagian besar berasal dari panas terik matahari yang diterima para crew blast atau
blaster yang dapat menyebabkan kelelahan kerja atau
gangguan kesehatan seperti dehidrasiheat stress baik pada saat charging, primming, stemming, proses perangkaian,
peledakan sampai pengecekan setelah peledakan. k
Bahaya terperosok ke lubang ledak Bahaya ini sangat berpotensi bagi crew blast, yaitu kaki
dari crew blast terperosok atau masuk ke dalam lubang ledak. Kejadian ini kemungkinan terjadi pada saat pengecekan hasil
drilling , pada saat charging, primming atau stemming.
l Bahaya tumpahan bahan kimia
Bahaya ini bersumber pada proses pembongkaran Ammonium Nitrate, mixing
bahan peledak, pengisian lubang ledak,
pengangkutan ANFO
ke area
blasting dan
pengangkutan sisa ANFO yang sisa tidak terpakai.
commit to user 72
m Bahaya pengangkutan aksesoris
Potensi bahaya ini terjadi pada aktivitas pengangkutan aksesoris baik yang berupa booster, in hole delay, surface
delay dan electric detonator. Dalam hal ini aksesoris di atas
sangatlah rentan terhadap gesekan, tekanan atau tarikan yang dapat memicu timbulnya peledakan. Maka oleh sebab itu
dalam pengangkutan aksesoris sangat perlu memperhatikan cara penumpukan, cara peletakan dan cara pengeluarannya
serta tempat pengangkutannya. n
Bahaya sambaran arus liar atau sambaran petir Bahaya sambaran arus kuat liar seperti petir sangat
berpotensi menyebabkan peledakan yang tidak terkontrol atau meledak sendiri. Dan ini sangat berbahaya apabila ada orang
atau unit yang saat itu berada di lokasi peledakan. o
Bahaya saat pengecekan hasil peledakan Bahaya yang berpotensi terjadi saat para blaster
melakukan pengecekan lokasi peledakan setelah dilakukan peledakan adalah bahaya terperosoknya blaster pada lubang
atau fragmentasi dari hasil peledakan. b.
Penilaian Risiko Risk Assessment PT. Telen Orbit Prima melakukan penilaian risiko mengacu pada
prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja Nomor Dokumen 002-SHD-201 dan Instruksi
commit to user 73
Petunjuk Pengisian Penilaian Aspek LK3 Nomor Dokumen 002-SHD-301. PT. Telen Orbit Prima dalam melakukan penilaian
risiko menggunkan formula : Risiko Risk = Peluang Probability x Keparahan Consequence.
Keduanya berbanding lurus dengan nilai risiko itu sendiri, semakin besar nilai kemungkinan dan keparahan maka tingkat
risikonya pun juga akan semakin tinggi. 1
Peluang Probability Merupakan kemungkinan terjadinya suatu bahaya atau paparan.
Tabel 1. Nilai Probability Nilai
Deskripsi Penjelasan
Frekuensi Kemungkinan
terjadi 1
Jarang Hanya terjadi
dalam kondisi luar biasa
Dalam kasus
khusus 10
2 Kemungkinan
kecil Dapat terjadi
suatu kali Setiap 10
tahun 10-20
3 Sedang
Terjadi dalam beberapa
khasus Setiap 3
tahun 20-55
4 Kemungkinan
terjadi Hampir selalu
terjadi Setiap
tahun 55-90
5 Hampir pasti
terjadi Selalu terjadi
Setiap saat 90-100
Sumber : Prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja 002-SHD-201
2 Keparahan Consequence
Merupakan tingkat keparahan suatu bahaya atau paparan yang terjadi dalam suatu waktu tertentu.
commit to user 74
Tabel 2. Nilai Consequence
Nilai Diskripsi Nilai
untuk uang
Kesehatan Keselamatan
Lingkungan Lingkungan
Sosial Reputasi
1 Tidak
penting Rp 100
ribu Tidak ada luka
Polusi ringan Tingkat
rendah, gangguan
ringan Dilaporkan
di koran pinggiran
bukan di halaman
utama 2
Ringan Rp 100 ribu
– Rp 1 juta Luka ringan
Kerusakan lingkungan
kecil Gangguan
jangka pendek
Dilaporkan di koran
pinggiran
3 Sedang
Rp 1 juta - Rp 10 juata
Luka LTI sd Permanen
Polutan yang dilepaskan
cukup signifikan
Masalah sosial lebih
panjang, gangguan 1
minggu Dilaporkan
di koran lokal bukan
halaman utama
danatau penyelidikan
regional.
4 Berat
Rp 10 juta –
Rp 100 juta Luka
menyebakan cacat atau
fatalitas tunggal Memiliki
dampak penting
jangka panjang
Gangguan dan dampak
sosial sangat serius,
gangguan operasi 1
bulan Dilaporkan
di TV lokal danatau
penyelidikan departemen
5 Bencana
Rp 100 juta
Multyple fatality
Bencana, dampak
penting pada lingkungan
jangka panjang
Kerusakan tidak dapat
ditanggulangi, gangguan
operasi beberapa bulan
Dilaporkan di TV
nasional berita
utama danatau
penyelidikan pemerintah
Sumber : Prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja 002-SHD-201
3 Risiko Risk
Di PT. Telen Orbit Prima dalam melakukan penilaian risiko menggunakan formula :
commit to user 75
Risiko Risk = Peluang Probability x Keparahan Consequence. Dengan tingkat risiko
“Extrem” yang menjadi prioritas utama, “High”, “Medium” dan “Low”.
Tabel 3 : Penggolongan Nilai Risiko
P rob
a bi
lity Penilaian Risiko
5 5
Medium 10 High
15 High 20
Extrem 25
Extrem 4 4 Low
8 Medium
12 High 16 High
20 Extrem
3 3 Low 6
Medium 9
Medium 12 High
15 High 2 2 Low
4 Low 6
Medium 8
Medium 10 High
1 1 Low 2 Low
3 Low 4 Low
5 Medium
1 2
3 4
5 Consequence
Sumber : Prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja 002-SHD-201
c. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko yang dilakukan PT. Telen Orbit Prima adalah dilakukan dengan 2 tahapan :
1 Pengendalian awal Existing Control
Pengendalian awal dinilai melalui peninjauan ulang apakah suatu pengendalian dapat menurunkan tingkat bahaya dari
medium menjadi low. Jadi pengendalian tersebut berhasil dan
dapat diterima acceptable risk. 2
Pengendalian Tambahan additional controls Dilakukan apabila pengendalian awal terhadap suatu bahaya
tidak dapat diterima setelah dilakukan review non acceptable risk
. Maka sebab itu perlu dilakukan pengendalian tambahan
commit to user 76
untuk menurunkan tingkat risiko ke kriteria yang dapat diterima acceptable risk.
B. Pembahasan