commit to user 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Tempat kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam penyelengaraan kegiatan kerja. Menurut Undang
– Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat
kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber- sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Tempat kerja sangat mendukung adanya suatu pekerjaan, tempat kerja yang buruk dapat menurunkan derajad kesehatan dan juga daya kerja para
pekerja. Menurut UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengurus perusahaan mempunyai kewajiban untuk menyediakan tempat
kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan. Tempat - tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan ekonomi,
seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-
lain Suma’mur, 2009
commit to user 11
Sesuai Kepmentamben Nomor : 555.K26M.PE1995, tambang adalah suatu tempat kegiatan penambangan yang dilakukan untuk
mendapatkan bahan galian. Tambang permukaan adalah suatu sistem penambangan untuk mendapatkan bahan galian yang kegiatannya
dilakukan di atas permukaan tanah atau dari atas permukaan air. 2.
Aktivitas Kerja a.
Aktivitas rutin adalah aktivitas yang secara rutin dilakukan dalam suatu interval waktu tertentu atau aktivitas tersebut sudah secara rutin
merupakan rangkaian dari suatu kegiatan misalnya loading, hauling, dumping,
dan lain-lain. b.
Aktivitas non rutin tidak rutin adalah aktivitas yang dilakukan dalam waktu-waktu tertentu yang tidak dapat diprediksi interval waktunya
misalnya kegiatan konstruksi pembangunan workshop, mobilisasi demobilisasi unit dan lain-lain.
Di PT. Telen Orbit Prima, aktivitas drilling dan blasting merupakan aktivitas rutin. Karena aktivitas tersebut merupakan bagian dari
serangkaian aktivitas penambangan yang rutin dilakukan untuk menunjang proses pengambilan batubara coal geting. Adapun penjelasan aktivitas
drilling dan blasting sebagai berikut :
a. Aktivitas Drilling
Proses drilling merupakan proses sebelum proses blasting, jadi proses drilling
adalah aktivitas drilling pada suatu area yang sudah
commit to user 12
ditentukan sesuai rencana peledakan yang nantinya digunakan untuk pengisian bahan peledak.
b. Aktivitas Blasting
Blasting merupakan kegiatan meledakkan lapisan tanah over burden
OB dengan bahan peledak dan rangkaian ledak tertentu. Hal ini
dilakukan karena proses ripping tidak mampu menghancurkan lapisan tanah over burden yang terlalu keras. Tujuan dilakukan blasting
adalah untuk menghancurkan lapisan OB agar lebih mudah lunak sehingga mudah untuk dimuat dengan HD dan dipindahkan ke
disposal. 3.
Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control HIRARC Dalam kegiatan pembuatan HIRARC di perusahaan membentuk tim untuk
membuat dokumen HIRARC sesuai Prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja 002-SHD-201
a. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja Tarwaka, 2008.
Tindakan awal dari suatu sistem manajemen pengendalian risiko yang merupakan suatu cara untuk mencari dan mengenali terhadap
semua jenis kegiatan, alat, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera atau sakit yang bertujuan dalam upaya mengurangi
commit to user 13
dampak negatif risiko yang dapat mengakibatkan kerugian aset perusahaan, baik berupa manusia sebagai tenga kerja, material, mesin,
hasil produksi, maupun financial. Setiap proses produksi, peralatanmesin dan tempat kerja yang
digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus
akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan
atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi dan juga dari luar proses kerja. Seperti halnya pada aktivitas drilling dengan bahaya
diantaranya bahaya di front drilling, bahaya dimensi mesin drilling, bahaya debu dan lain
– lain. Sedangkan untuk aktivitas blasting antara lain bahaya fly rock, misfire, ground vibration dan sebagainya.
1 Sumber Bahaya
Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakan, atau
bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Tarwaka, 2008
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut
disebut potensial,
jika faktor-faktor
tersebut belum
mendata ngkan kecelakaan Suma’mur, 2009.
commit to user 14
Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menjadi bahaya terhadap manusia dan kesehatan, kerusakan properti,
kerusakan lingkungan kerja atau kombinasinya sesuai Manual LK3 PT. Telen Orbit Prima 018-SHD-101.
Sumber potensi bahaya merupakan faktor penyebab kerja yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya
berasal dari : a
Manusia Dari penyidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya
kecelakaan sangatlah penting. Selalu ditemui, dari hasil penelitian bahwa 80 - 85 kecelakaan disebabkan oleh
kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung,
semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin disebabkan oleh perancang
pabrik, kontraktor yang membangun, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan penelitian mesin
dan peralatan Suma’mur, 2009. b
Peralatan Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang
mengandung bahaya apabila tidak digunakan dengan semestinya, tidak ada latihan tentang penggunaan alat
tersebut, tidak dilengkapi dengan perlindungan dan
commit to user 15
pengamanan, serta tidak ada perawatan atau pemeriksaan. Perawatan dan pemeriksaan diadakan menurut kondisi agar
bagian-bagian mesin atau alat-alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin. Bahaya yang mungkin timbul
antara lain : 1
Kebakaran 2
Sengatan listrik mesin drilling 3
Ledakan premature blast 4
Luka atau cidera c
Bahan atau material Karakteristik bahan yang ditimbulkan dari suatu bahan
tergantung dari sifat bahan, antara lain : 1
Mudah terbakar fuel oil 2
Mudah meledak detonator 3
Menimbulkan energi 4
Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh. 5
Menyebabkan kanker 6
Menyebabkan kelainan pada janin 7
Bersifat racun fume 8
Radioaktif d
Lingkungan Faktor-faktor bahaya lingkungan menurut beberapa sumber,
antara lain :
commit to user 16
1 Faktor fisik
Meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, paparan panas, ground vibratoin, noise, air blast dan lain
– lain. 2
Faktor kimia Meliputi bahan peledak ANFO, gas beracun dari
peledakan fume, uap, kabut, asap smoke dan kontaminasi bahan kimia.
3 Faktor biologi
Sumber bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatanpenyakit akibat kerja atau penyakit umum.
Sumber bahaya biologis dapat berupa hewan maupun tumbuhan.
4 Faktor fisiologis
Gangguan ini bersifat fatal dapat diakibatkan karena overload
dan peralatan yang tidak sesuai atau tidak serasi dengan tenaga kerja.
5 Faktor mental-psikologis
Dapat terjadi karena adanya presure di tempat kerja, hubungan di antara pekerja atau dengan pengusaha,
pemeliharaan kerja dan sebagainya. e
Cara atau sikap kerja Cara kerja yang berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau
kecelakaan berupa tindakan tidak aman, misalnya :
commit to user 17
1 Cara mengangkat dan mengangkut yang salah.
2 Posisi tubuh yang tidak benar
3 Tidak menggunakan alat pelindung diri
4 Lingkungan kerja yang terlalu panas
5 Menggunakan alat atau mesin yang tidak sesuai dengan
peraturan. 6
Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-bahan.
Ancaman bahaya lainnya adalah hal-hal berbahaya lainnya yang dapat melukai atau mengakibatkan sakit. Bahaya ini
terkadang tidak tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam jangka waktu yang relatif pendek.
Contoh : kebisingan, penyakit menular atau gerakan yang berulang-ulang. Pekerja tidak dapat dilindungi apabila bahaya
yang ada belum diidentifikasi dan dievaluasi. 2
Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian meterial ataupun penderitaan dari yang paling
ringan sampai yang paling berat.
commit to user 18
Kecelakaan akibat
kerja adalah
kecelakan yang
berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi
disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan Suma’mur, 1993
Kecelakaan tambang adalah setiap kecelakaan yang menimpa pekerja tambang atau orang yang mendapat izin
masuk pada kegiatan usaha pertambangan Kepmentamben Nomor : 555.K26M.PE1995. Pada pasal 39, kecelakaan
tambang harus memenuhi 5 lima unsur sebagai berikut : a
benar-benar terjadi; b
mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala Teknik Tambang;
c akibat kegiatan usaha pertambangan;
d terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat
cidera atau setiap saat orang yang diberi izin dan e
terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek.
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan manusia yang tidak aman unsafe action dan keadaan
lingkungan yang tidak aman unsafe condition. Dari penyelidikan- penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam
timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-
commit to user 19
hasil penelitian, bahwa 80 - 85 kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat,
bahwa penyebab langsung maupun tak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia Suma’mur,
1993. Dalam aktivitas drilling dan blasting juga terdapat bahaya
kecelakaan tambang, baik saat mobilisasi mesin drilling, pengangkutan aksesoris atau kecelakaan yang disebabkan oleh
karena jalan licin, crowded, amblas atau jalan yang sempit. Teori terjadinya kecelakaan kerja dirumuskan oleh
Henrich dan kemudian disempurnakan oleh Frank E. Bird yang dikenal dengan Teori Domino. Dalam teori sederhana ini
dinyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya
suatu kecelakaan, dalam teori ini rangkaian peristiwa tersebut digambarkan sebagai rangkaian kartu donimo.
Gambar 1. Teori Domino Sumber : Frank E. Bird 1986
Kurangnya Pengendalian
Penyebab Dasar
Penyebab Langsung
Insiden Kerugian
Tidak memadainya:
- Program - Standar program
- Pemenuhan
Standar -
Faktor personal
- Faktor
pekerjaan -
Tindakan tidak
aman -
Kondisi tidak
aman Kontak
dengan energi
atau bahan
- Manusia
- Harta
benda -
Proses produksi
-
commit to user 20
Frank E. Bird dan Germain menggambarkan urutan-urutan kejadian yang saling berhubungan dan berakhir pada kerugian
yaitu cidera, kerusakan peralatan atau terhentinya proses. Untuk lebih detailnya diagram alur tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut ini : a
Kurangnya Sistem Pengendalian lack of Control Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju
terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen
yaitu : planing, organizing, leading, dan controling. Tanpa manajemen pengendalian yang kuat, penyebab
kecelakaan dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab kerugian. Kurangnya pengendalian dapat
disebabkan karena faktor : 1
Program yang tidak memadai 2
Standar program yang tidak memadai 3
Tidak ada pemenuhan terhadap standar Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen
yang tidak mampu mengorganisir, memimpin dan mengontrol pekerja dalam memenuhi standar yang telah
ditentukan.
commit to user 21
b Penyebab Dasar Basic Cause
Dari adanya kontrol yang tidak memadai akan menyebabkan timbulnya peluang pada penyebab dasar dari
kejadian yang menyebabkan kerugian. Penyebab dasar terdiri dari :
1 Faktor manusia
Kurangnya kemampuan fisik atau mental, kurangnya pengetahuan, keterampilan, stress atau tegang, atau
motivasi keliru. 2
Faktor pekerjaan Adanya standar kerja yang tidak cukup, rancang
bangun dan pemeliharaan yang tidak memadai, standar pembelian yang kurang atau lin-lain.
c Penyebab langsung Immediate Cause
Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman.
1 Tindakan tidak aman Unsafe Action
Tindakan tidak aman adalah pelenggaran terhadap cara kerja yang aman mempunyai risiko terjadinya
kecelakaan, antara lain : a
Menjalankan sesuatu tanpa izin. b
Gagal mengingat atau mengamankan.
commit to user 22
c Menjalankan sesuatu peralatan dengan kecepatan
yang tidak sesuai. d
Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja. e
Menggunakan peralatan dengan cara tidak benar. f
Tidak menggunkan alat pelindung diri. g
Cara memuat dan membongkar tidak benar. h
Cara mengangkat yang tidak benar. i
Posisi tidak betul. j
Menggunakan peralatan yang rusak. 2
Kondisi tidak aman Unsafe Condition Adalah kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang
berbahaya yang langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan sebagai berikut :
a Pengaman atau pelindung yang tidak cukup.
b Alat, peralatan atau bahan yang rusak.
c Penyumbatan.
d Sistem peringatan yang tidak memadai.
e Bahaya kebakaran dan peledakan.
f Kurang bersih.
g Kondisi yang berbahaya seperti ; debu, gas dan
uap. h
Kebisingan yang berlebih. i
Kurangnya ventilasi dan penerangan.
commit to user 23
j Kejadian incident
d Insiden
Insiden terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau bahan yang melampaui nilai ambang
batas dari bahan atau struktur. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, tenaga kinetis, kimia, listrik, dsb.
Insiden adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan hampir terjadinya suatu kerugian meskipun bahaya belum
benar-benar terjadi. Insiden dapat menyebabkan cidera fisik atau kerusakan benda digolongkan sesuai dengan tipe-tipe
kecelakaan yang terjadi, seperti : terjauh, terbentur, terpeleset, terperangkap, terkena listrik, panas, dingin,
kebisingan dan bahaya lainnya. e
Kerugian Lost Apabila keseluruhan urutan di atas terjadi maka akan
menyebabkan adanya kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas
kerja. Dengan kata lain, kecelakaan akan mengakibatkan cidera dan atau mati, kerugian harta benda bahkan
mempengaruhi moral pekerja termasuk keluarganya. 3
Kerugian Akibat Kecelakaan Kerugian dapat diakibatkan dari kecelakaan, secara rinci
dijabarkan sebagai Teori Gunung Es.
commit to user 24
Dalam teori tersebut dinyatakan terdapat dua biaya yang harus dikeluarkan, yaitu :
a Biaya Langsung
Biaya langsung meliputi kecelakaan : 1
Perawatan dokter 2
Biaya kompensasi b
Biaya tidak langsung Biaya tak langsung meliputi :
1 Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi :
a Kerusakan bangunan
b Kerusakan perkakas
c Kerusakan hasil produksi dan material
d Biaya untuk pemenuhan aturan
e Biaya peralatan untuk keadaan darurat
f Biaya peralatan untuk keadaan darurat
g Biaya sewa peralatan
h Waktu untuk penyelidikan
2 Biaya ganti rugi, meliputi :
a Gaji selama tidak bekerja
b Biaya penggantian atau penggantian
c Overtime
d Ekstra untuk supervisor
commit to user 25
e Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu
mulai bekerja f
Menurunnya bisnis Dari uraian di atas di ambil kesimpulan bahwa biaya tidak
langsung akibat kecelakaan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya langsung. Kedua biaya tersebut dapat digambarkan
sebagai “Biaya Gunung Es”. Biaya langsung yaitu digambarkan sebagai bongkahan es yang terlihat di atas permukaan laut,
sedangkan biaya tak langsung digambarkan sebagai bongkahan gunung es yang berada dibawah permukaan laut yang lebih
besar, seperti pada gamabar dibawah ini.
Gambar 2. Teori Gunung Es Sumber : Bird and German, 1986
Keterangan : A : Biaya Langsung
B : Biaya Tidak Langsung A
B
commit to user 26
4 Prinsip Pencegahan Kecelakaan
Dapat dipastikan bahwa semua orang atau tenaga kerja tidak menginginkan kecelakaan atau mengalami kerusakan pada
harta benda. Tapi berdasarkan hasil dari data kecelakaan ternyata banyak tenaga kerja yang dengan sadar melakukan hal-
hal yang menyerempet bahaya, meskipun mereka tidak menginginkan terjadinya kecelakaan.
Adapun langkah-langkah penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :
a Peraturan Perundang-undangan
Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi, penerapan ketentuan
dan syarat K3 sejak tahap rekayasa dan penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3.
b Standarisasi
Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan K3.
c Inspeksi
Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tenpat kerja masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.
commit to user 27
d Riset Teknis, Medis, Psikologis dan Statistik.
Risetpenelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi. e
Pendidikan dan Latihan Peningkatan
kesadaran, kualitas
pengetahuan dan
ketrampilan K3 bagi tenaga kerja. f
Persuasi Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan
melalui penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi. g
Asuransi Insentif
finansial untuk
meningkatkan pencegahan
kecelakaan dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang memenuhi syarat K3.
h Penerapan K3 di Tempat Kerja
Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja
Suma’mur, 1993. b.
Penilaian Risiko Risiko risk adalah menyatakan kemungkinan terjadinya
kecelakaankerugiaan pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu Tarwaka, 2008. Acceptable risk adalah risiko yang masuk ke
dalam kriteria low atau medium. Non acceptable adalah risiko yang
commit to user 28
tidak sesuai dengan peraturan perundangan atau kebijakan perusahaan atau masuk ke dalam kriteria very high atau high.
Tingkat risiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan probability
dan keparahan severityconsequence dari suatau kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cidera
dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja Tarwaka, 2008.
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.
1 Proses Penilaian Risiko Tarwaka, 2008
a Estimasi tingkat kekerapan
Estimasi terhadap tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja, harus
mempertimbangkan tentang berapa sering dan berapa lama seorang tenaga keja terpapar potensi bahaya. Dengan
demikian kita harus membuat keputusan tentang tingkat kekerapan kecelakaansakit akibat kerja yang terjadi untuk
setiap potensi bahaya yang diidentifikasi. b
Estimasi tingkat keparahan Setelah kita dapat mengasumsikan tingkat kekerapan
kecelakaan atau sakit yang terjadi, selanjutnya kita harus membuat
keputusan tentang
seberapa parah
kecelakaansakit akibat kerja yang mungkin terjadi.
commit to user 29
Penerapan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan juga memerlukan suatu pertimbangan tentang beberapa banyak
orang yang ikut terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja yang dapat terpapar potensi
bahaya. c
Penentuan tingkat risiko Setelah dilakukan estimasi atau penafsiran terhadap tingkat
kekerapan dan keparahan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang mungkin timbul, selanjutnya
dapat ditentukan tingkat risiko dari masing-masing hazard yang telah diidentifikasi dan dinilai.
d Penentuan skala prioritas risiko
Setelah penentuan tingkat risiko, selanjutnya harus dibuat skala risiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi
dalam upaya menyusun rencana pengendalian risiko yang tepat. Potensi bahaya dengan tingkat risiko
“Extrem” dan “High” yang menjadi prioritas utama, selanjutnya
“Medium” dan “Low”. Sedangkan tingkat risiko “None” untuk sementara dapat diabaikan dari rencana pengendalian
risiko, namun tidak menutup kemungkinan untuk tetap menjadi prioritas terakhir.
commit to user 30
2 Tujuan Penilaian Risiko
a Untuk menentukan pengaruh atau akibat pemaparan potensi
bahaya yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan tindakan perbaikan mencegah terjadinya incident akibat
bahaya tersebut. b
Untuk menyusun prioritas pengendalian semua jenis risiko, akibat yang bisa terjadi tingkat keparahan, frekuensi
kejadian dan cara pencegahan. Penilaian risiko yang dilakukan perusahaan dengan cara 2 kali
penilaian. Penilaian risiko yang pertama adalah dilakukan terhadap bahaya setelah dilakukan tindakan pengendalian yang sudah
terlaksana saat ini existing controls. Penilaian risiko yang ke dua adalah penilaian risiko yang dilakukan berdasarkan situasi nyata yang
terjadi setelah dilakukan tindakan pengendalian yang sudah dilakukan saat ini yaitu pengendalian tambahan additional controls.
PT. Telen Orbit Prima melakukan penilaian risiko mengacu pada prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan
Kesehatan Kerja 002-SHD-201 dan Instruksi Petunjuk Pengisian Penilaian Aspek LK3 002-SHD-301. PT. Telen Orbit Prima dalam
melakukan penilaian risiko menggunkan formula :
Risk = Probability x Consequence
commit to user 31
Tabel 1. Nilai Probability
Nilai Diskripsi
Penjelasan Frekuensi
Kemungkinan terjadi 1
Jarang Hanya terjadi
dalam kondisi luar biasa
Dalam kasus khusus
10
2 Kemungkinan
kecil Dapat terjadi
suatu kali Setiap 10
tahun 10-20
3 Sedang
Terjadi dalam beberapa khasus
Setiap 3 tahun 20-55
4 Kemungkinan
terjadi Hampir selalu
terjadi Setiap tahun
55-90
5 Hampir pasti
terjadi Selalu terjadi
Setiap saat 90-100
Sumber : Prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja 002-SHD-201
Tabel 2. Nilai Consequence Nilai Diskripsi
Nilai uang
Kesehatan keselamatan
Lingkungan Lingkungan
sosial Reputasi
1 Tidak
penting Rp100
Ribu Tidak ada
luka Polusi ringan
Tingkat rendah,
gangguan ringan
Dilaporkan di koran
pinggiran bukan di
halaman utama
2 Ringan
Rp 100 ribu
- Rp 1 juta
Luka ringan Kerusakan
lingkungan kecil
Gangguan jangka
pendek Dilaporkan
di koran pinggiran
3 Sedang
Rp 1 juta -
Rp 10 juta
Luka LTI sd
Permanen Polutan yang
dilepaskan cukup
signifikan Masalah
sosial lebih panjang,
gangguan 1 minggu
Dilaporkan di koran
lokal bukan halaman
utama danatau
penyelidikan regional.
bersambung ....
commit to user 32
sambungan .... 4
Berat Rp 10
juta –
Rp 100 juta
Luka menyebakan
cacat atau fatalitas
tunggal Memiliki
dampak penting
jangka panjang
Gangguan dan
dampak sosial
sangat serius,
gangguan operasi 1
bulan Dilaporkan
di TV lokal danatau
penyelidikan departemen
5 Bencana
Rp 100 juta
Multyple fatality
Bencana, dampak
penting pada lingkungan
jangka panjang
Kerusakan tidak dapat
ditanggu langi,
gangguan operasi
beberapa bulan
Dilaporkan di TV
nasional berita
utama danatau
penyelidikan pemerintah
Sumber : Prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja 002-SHD-201
Tabel 3 : Penggolongan Nilai Risiko
P rob
ab ili
ty Penilaian Risiko
5 5 Medium
10 High 15 High
20 Extrem 25 Extrem 4
4 Low 8 Medium
12 High 16 High
20 Extrem 3
3 Low 6 Medium
9 Medium 12 High
15 High 2
2 Low 4 Low
6 Medium 8 Medium
10 High 1
1 Low 2 Low
3 Low 4 Low
5 Medium 1
2 3
4 5
Consequence Sumber : Prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan
Kesehatan Kerja 002-SHD-201 c.
Pengendalian Risiko Pengendalian risiko adalah suatu upaya kontrol terhadap potensi
risiko bahaya yang ada sehingga bahaya itu dapat ditiadakan atau dikurangi sampai batas yang dapat diterima. Dalam Permenaker RI.
No.05MEN2009, diterangkan
bahwa perusahaan
harus merencanakan manajemen dan pengendalian kegiatan-kegiatan
commit to user 33
produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan
dan menerapkan kebijaksanaan standar bagi tempat kerja, perencanaan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit kibat kerja
telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko sampai batas-batas yang
dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan dan standar yang berlaku.
Di dalam memperkenalkan suatu sarana pengendalian risiko, harus mempertimbangkan apakah sarana pengendalian risiko tersebut
dapat diterapkan dan dapat memberikan manfaat kepada masing- masing tempat kerjanya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara
lain : 1
Tingkat keparahan potensi bahaya atau risikonya 2
Adanya pengetahuan tentang potensi bahaya atau risiko dan cara memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau risiko
3 Ketersediaan dan kesesuaian sarana untuk memindahkan
meniadakan potensi bahaya 4
Biaya untuk memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau risiko.
commit to user 34
Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian Hirarchy of Control. Hirarki pengendalian risiko
adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara
berurutan Tarwaka, 2008. Hirarki atau metode yang dilakukan untuk mengendalikan risiko antara lain :
1 Eliminasi Elimination
Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya. Eliminasi merupakan langkah ideal yang dapat
dilakukan dan harus menjadi pilihan utama dalam melakukan pengendalian risiko bahaya yang bersifat permanen. Eliminasi
adalah cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya
ditiadakan. 2
Substitusi Substitution Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-
bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau lebih aman, sehingga
pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima. Contohnya adalah penggunaan solar yang bersifat mudah
terbakar dan reaktif yang biasa dipakai untuk bahan pembersih perkakas bengkel digantikan dengan bahan deterjen atau sabun
Tarwaka, 2008
commit to user 35
3 Rekayasa Teknik Engineering Control
Rekayasa Teknik Engineering Control merupakan upaya menurunkan tingkat risiko dengan mengubah desain tempat
kerja, mesin, peralatan atau proses kerja menjadi lebih aman. Ciri khas dalam tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang
lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan,
perubahan prosedur dan mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.
4 Administrasi
Pengendalian administratif
dengan mengurangi
atau menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur
atau instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan
pergiliran atau perputaran kerja job rotation, sistem ijin kerja, atau hanya dengan menggunakan tanda bahaya. Pengendalian
administrasi tergantung pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilannya.
5 Alat Pelindung Diri APD
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat
mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat yang dikenakan sendiri,
commit to user 36
artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar sesuai dengan potensi bahaya dan jenis pekerjaan yang
ada. Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka dapat
ditentukan jenis pengendalian tersebut dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak
dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian risiko
kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian. Akan tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari
pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian risiko yang diinginkan.
4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3
Di dalam pasal 87 1 : UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa : setiap perusahaan wajib menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Selanjutnya ketentuan mengenai
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur dalam Permenaker RI. No. Per. 05MEN2009 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pada pasal 3 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa :
a. ayat 1 “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi
commit to user 37
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3
”. b.
Ayat 2 “Sistem Manajemen K3 sebagaimana di maksud dalam ayat 1 wajib dilaksanakan oleh pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga
kerja sebagai satu kesatuan ”.
Dengan demikian
kewajiban penerapan
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja didasarkan pada dua hal yaitu ukuran besarnya perusahaan dan tingkat potensi bahaya yang ditimbulkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bukanlah sukarela voluntary, tetapi
keharusan yang dimandatkan oleh Peraturan Perundangan mandatory. Selanjutnya untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 seperti yang
tertuang di dalam pasal 4 Pemenaker RI. No, Per. 05MEN2009 beserta pedoman penerapan pada Lampiran I, maka organisasi perusahaan
diwajibkan untuk melaksanakan 5 ketentuan pokok : a.
Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
b. Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan
Sistem Manajemen K3.
commit to user 38
c. Menerapkan kebijakan K3 sacara efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3.
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan
tindakan perbaikan dan pencegahan. e.
Meninjau ulang secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen
K3 secara
berkesinambungan dengan
tujuan meningkatkan kinerja K3.
Gambar 3. Bagan SMK3 Sumber : Permenaker RI. No. PER. 05MEN2009
5. SMK3
Elemen 3.3 “ Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
” Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan,
produk barang dan jasa harus dipertimbangkan untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya. Peningkatan Berkelanjutan
Peninjauan Ulang Peningkatan
oleh Manajemen Pengukuran
Evaluasi Pengukuran
Evaluasi Penerapan
SMK3 Perencanaan
SMK3 Komitmen
Kebijakan
commit to user 39
Secara umum, tujuan manajemen potensi bahaya K3 adalah untuk menghilangkan atau mengurangi risiko kecelakaan dan sakit yang
berhubungan dengan kerja. Manajemen keselamatan dan kesehatan di tempat kerja memerlukan suatu tahapan proses yang meliputi identifikasi
bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko dan evaluasi sarana pengendalian yang telah diimplementasikan Tarwaka, 2008.
Suatu sistem manajemen K3 berintikan manajemen risiko. Timbulnya aspek K3 karena ada risiko yang harus dikelola dan sebaliknya jika tidak
ada bahaya, artinya artinya tidak ada risiko, manajemen K3 tidak diperlukan. Pengelolaan risiko tersebut dilakukan melalui sistem
manajemen SMK3 yang meliputi berbagai elemen dasar misalnya: a.
Berkaitan dengan aspek manusia meliputi pelatihan, kompetensi, komunikasi, konsultasi dan promosi K3.
b. Aspek sarana atau peralatan melalui elemen rancang bangun, inspeksi
K3, standarisasi peralatan, kalibrasi dan lainnya. c.
Aspek proses mencangkup elemen keselamatan proses, keselamatan pemeliharaan, pengendalian operasi, penyelidikan kecelakaan, audit
K3 dan lainnya. d.
Aspek prosedur meliputi dokumentasi, pengelolaan data dan informasi, prosedur operasi, pengukuran dan tinjauan ulang
manajemen.
commit to user 40
Dari uraian di atas terlihat kaitan yang erat antara unsur manajemen risiko, elemen program K3 serta sistem pengelolaan K3 yang dirangkum
dalam SMK3 Soehatman, 2010. 6.
Definisi OHSAS Menurut OHSAS 18001 : 2007, OHSAS adalah merupakan seri
persyaratan penilaian keselamatan dan kesehatan kerja yang menyatakan persyaratan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, agar
organisasi maupun mengendalikan risiko-risiko K3 dan meningkatkan kinerjanya.
OHSAS 18001 : 2007 dikembangkan OHSAS Project Group, sebuah konsosium dari 43 organisasi dari 28 negara. Konsorsium ini termasuk
badan standar nasional badan sertfikasi, Occupational Health and Safety Institute
dan konsultan. Standar baru OHSAS 18001 : 2007 resmi diupdate pada bulan Juli 2007 yang telah menggantikan OHSAS 18001 : 1999.
Sejak pertama kali diterbitkan tahun 1999, OHSAS 18001 dengan sangat cepat menjadi standar sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang sering
digunakan untuk
semua jenis
organisasi tanpa
memeperhatikan besar kecilnya perusahaan itu. Tujuan OHSAS 18001 adalah untuk membantu organisasi dalam mengelola dan mengendalikan
keselamatan dan kesehatan kerja dan tingkat risiko serta meningkatkan performa dalam bidang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Serta mendukung dan mempromosikan praktek Keselamatan dan
commit to user 41
Kesehatan Kerja K3, agar seimbang dengan kebutuhan sosial dan ekonomi.
Secara spesifik persyaratan dalam OHSAS 18001 tidak menyatakan kriteria ataupun memberikan persyaratan secara lengkap dalam merancang
sistem manajemen. OHSAS 18001 sesuai untuk berbagai organisasi yang berkeinginan untuk.
a. Membuat sebuah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang berguna untuk mengurangi atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak terkait yang terkena
dampak aktivitas organisasi. b.
Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
c. Melakukan sertifikasi atau penilaian sendiri.
Gambar 4. Bagan elemen OHSAS 18001 : 2007 Sumber : OHSAS 18001 : 2007
Continual Improvement
Management Review
Checking and Corrective
Action
Implementation and Operation
Planning OHS policy
commit to user 42
OHSAS 18001 : 2007 diterapkan oleh organisasi karena memiliki beberapa manfaat. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan SMK3 untuk menurunkan risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja K3. b.
Menerapkan, memelihara
dan memperbaiki
sistem secara
berkesinambungan. c.
Memastikan pemenuhan atau pentaatan terhadap kebijakan yang sudah ditetapkan.
d. Menunjukkan pemenuhan terhadap sistem ini melalui sertifikasi atau
registrasi sistem pernyetaan sendiri atas pemenuhan sistem yang telah diterapkan.
7. Klausul 4.3.1
“Hazard identification, risk assessment, dan determining controls” OHSAS 18001 : 2007
Klausul 4.3.1 “Hazard identification, risk assessment, dan
determining controls” OHSAS 18001 : 2007 menerangkan bahwa dalam mengidentifikasi bahaya harus memperhatikan :
a. Aktivitas rutin dan tidak rutin.
b. Aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat kerja
termasuk kontraktor dan tamu. c.
Perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya. d.
Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada kesehatan dan keselamatan personel di dalam kendali organisasi
di lingkungan tempat kerja.
commit to user 43
e. Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktivitas
kerja yang terkait di dalam kendali organisasi. f.
Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yang disediakan baik oleh organisasi ataupun pihak lain.
g. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi,
aktivitas-aktivitas, atau material. h.
Modifikasi sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja, termasuk perubahan sementara dan dampaknya kepada operasional, proses-
proses dan aktivitas atau material. i.
Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan.
j. Rancangan
area-area kerja,
proses-proses, instalasi-instalasi,
mesinperalatan, prosedur operasional dan organisasi kerja, termasuk adaptasi kepada kemampuan manusia.
Organisasi dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus :
a. Ditetapkan dengan memperhatikan ruang lingkup, sifat dan waktu
untuk memastikan metodenya prosktif. b.
Menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi risiko-risiko, dan penerapan pengendalian sesuai dengan keperluan.
Untuk mengelola perubahan, organisasi haris mengidentifikasi bahaya keselamatan kesehatan kerja dan riiko-risiko terkait perubahan di dalam
organisasi, sistem manajemen atau aktivitas-aktivitasnya, sebelum
commit to user 44
menerapkan perubahan tersebut. Organisasi juga harus memastikan dari hasil penilaian sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan
pengendalian. Organisasi harus mendokumentasikan dan memelihara hasil
identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian selalu terbaru. Organisasi harus memastikan bahwa risiko-risiko keselamatan
kesehatan kerja dan penetapan pengendalian dipertimbangkan saat membuat, menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3 perusahaan.
8. ISO 14001 : 2004
Pengertian sistem menajemen lingkungan menurut ISO 14001 : 2004 adalah suatu sitem manajemen pengelolaan lingkungan yang telah diakui
secara internasional dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikat di bawah koordinasi Organisasi Standar Internasional ISO :
International Organization for Standardization Sistem Manajemen Lingkungan atau Environment Management
System EMS merupakan bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang
meliputi struktur organisasi, rencana kegiatan, tanggung jawab, latihan atau praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk pembangunan,
penerapan, evaluasi dan pemeliharaan kebijakan lingkungan. Pada prinsipnya, ISO 14001 berisi syarat atau aturan komprehensif
bagi suatu organisasi dalam mengembangkan sistem pengelolaan dampak lingkungan yang baik dan menyeimbangkan dengan kepentingan bisnis,
sehingga upaya perbaikan kinerja yang dilakukan akan diseuaikan dengan
commit to user 45
sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dalam penerapannya ISO 14001 bersifat sukarela vuluntary, tidak ada hukum yang mengikat yang
mengharuskan dalam penerapannya. ISO 14001 : 2004 dibangun atas dasar elemen-elemen yang
menetapkan : a.
Spesifikasi aspek dan dampak lingkungan b.
Prosedur dan instruksi kerja yang akurat c.
Proses yang konsisten d.
Kesesuaian dengan tujuan dan terget organisasi dalam meningkatkan kinerja lingkungan.
e. Minimalisasi limbah
f. Keterkaitan dengan peraturan dan perundangan
g. Konsistensi hasil, kejujuran penerapan dan deskripsi produk yang
cermat h.
Evaluasi kinerja i.
Kesehatan dan keselamatan pekerja j.
Komunikasi ke pihak-pihak terkait perlindungan lingkungan. Berbagai manfaat dapat diperoleh bila menerapkan ISO 14001, yang
sekaligus dapat dianggap sebagai keuntungan dari manajemen lingkungan. Manfaat yang paling penting adalah perlindungan lingkungan. Dengan
mengikuti persyaratan yang ada akan membantu pula dalam mematuhi peraturan perndang-undangan dan sistem manajemen yang efektif.
commit to user 46
Keuntungan dari penerapan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 : 2004 adalah :
a. Perlindungan lingkungan
b. Manajemen lingkungan yang lebih baik
c. Meningkatkan citra dan image perusahaan hubungan yang lebih baik
dengan masyarakat sekitar d.
Meningkatkan daya saing perusahaan e.
Kepercayaan dan kepuasan pelanggan. f.
Menekan risiko yang membahayakan lingkungan dan pekerja g.
Menekan biaya produksi 9.
ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1 “Enviromental Aspect”
Aspek lingkungan adalah unsur dari suatu kegiatan, produk atau jasa dari organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan. Dalam
pengertian ini aspek lingkungan yang penting adalah aspek lingkungan yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan bagi operasi di perusahaan di sekeliling perusahaan. Dalam ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1
“Enviromental Aspect” dijelaskan bahwa organisasi harus menetapkan, menerapkan dan
memelihara prosedur untuk : a.
Mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam lingkup sistem manajemen lingkungan, yang dapat dikendalikan dan
yang dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang
commit to user 47
direncanakan atau baru, kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang diubah.
b. Menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan. Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara
muktahirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek lingkungan penting diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan pemeliharaan
sistem manajemen lingkungannya.
commit to user 48
Tempat Kerja Daftar Aktivitas Kerja
Drilling
dan
Blasting
Sumber Bahaya
Tidak ada identifikasi Analisis
Penilaian Risiko
Probability
Pengendalian Risiko Tidak Aman
Gambar 5. Kerangka pemikiran Identifikasi Bahaya
HIRARC Kecelakaan Kerja
Consequence
Aman Pemenuhan :
SMK3 : Elemen 3.3 OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1
ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1
B. Kerangka Pemikiran