Prakosa Sandi Yuda R.0009078

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

HAULING

DI PT TELEN ORBIT PRIMA

SITE

BUHUT

KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH

Prakosa Sandi Yuda

R.0009078

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

(3)

(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

GAMABARAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO HAULING

DI PT TELEN ORBIT PRIMA SITE BUHUT KAPUAS

KALIMANTAN TENGAH

Prakosa Sandi Yuda*), Sumardiyono*), dan Hardjanto*)

Tujuan : Hauling merupakan kegiatan pengangkutan atau lalu lintas batubara yang

memiliki potensi bahaya yang tinggi. Sehingga penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui prosedur Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah

Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif

dengan menggambarkan penerapan Manajemen Risiko Hauling. Data diperoleh dengan observasi, wawancara dan buku-buku referensi.

Hasil : Alur proses kegiatan hauling meliputi perjalanan dump truck dari parkir

menuju stockpile CPP (Coal Processing Plant), dump truck masuk dan keluar area loading point (clean) CPP, dump truck masuk dan keluar area loading point (after wash) CPP, dump truck antri di CPP menunggu loading, proses loading batubara ke unit dump truck, perjalanan dump truck dari stockpile CPP menuju Port Paring Lahung, dump truck memasuki jembatan timbang, dump truck memasuki stockpile port Paring Lahung, dump truckdumping di stockpileport Paring Lahung, dan parkir unit dump truck pada saat pergantian shift. Prosedur Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah meliputi penentuan konteks, identifikasi bahaya, penilaian risiko (analisa dan evaluasi risiko), pengendalian risiko, komunikasi dan konsultasi, pemantauan dan tinjauan ulang

Simpulan : Prosedur Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima

Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah meliputi penentuan konteks, identifikasi bahaya, penilaian risiko (analisa dan evaluasi risiko), pengendalian risiko, komunikasi dan konsultasi, pemantauan dan tinjauan ulang. Penerapan Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas belum sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) karena belum melibatkan semua pihak dalam hal ini belum melibatkan pekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut baik dalam identifikasi bahaya maupun penilaian risiko dan belum dikomunikasikan sepenuhnya kepada semua pihak yang terkait.

Kata Kunci : Penerapan Manajemen Risiko Hauling

*) Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,


(5)

iv

ABSTRACT

DESCRIPTION OF IMPLEMENTATION ABOUT RISK MANAGEMENT

HAULING IN TELEN ORBIT PRIMA Co BUHUT SITE, DISTRIC KAPUAS,

CENTRAL KALIMANTAN

Prakosa Sandi Yuda*), Sumardiyono*), dan Hardjanto*)

Objective : Hauling is procces for transport coal and have high risk. This report for

know about procedure Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Distric Kapuas, Central Kalimantan.

Method : The examination use descriptif method with describe implementation

about Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Data get from observation, interview and book literture.

Results : The hauling road began from dump truck from parking area to stockpile

CPP (Coal Processing Plant), dump truck enter and out loading point area (clean), dump truck entrance and out loading point area (after wash), dump truck wait loading in CPP, loading coal process to dump truck, traveller dump truck from stockpile CPP to Paring Lahung Port, dump truck enter weightbridge, dump truck enter stockpile Pring Lahung Port, dump truck dumping in stockpile Paring Lahung Port, dump truck parking when change shift. Procedure Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Distric Kapuas, Central Kalimantan is specific contecs, hazard identification, risk assesment (analysis and evaluation risk), control of risk, comunication and consultation, monitoring and review.

Conclusion : Procedure Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut

Site, Distric Kapuas, Central Kalimantan is specific contecs, hazard identification, risk assesment (analysis and evaluation risk), control of risk, comunication and consultation, monitoring and review. Implementation Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Kapuas, Central Java not match with Procedure of aspect and impact Occupational Safety and Health Enviroment (002-SHD-201) because not participation all employes, for specification not participation with employes in hauling road for hazard identification or risk assesment and not to full comunicate to all employes.

Key Word : Penerapan Manajemen Risiko Hauling

*) Occupational Health And Safety Diploma Program, Medical Faculty, Sebelas Maret University.


(6)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu tercurahkan kepada hamba-Nya sehingga penulis bisa menyusun laporan khusus Gambaran Penerapan

Manajemen Risiko Hauling Di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas,

Kalimantan Tengah

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pendidikan yang penulis tempuh di Program Studi D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Zaenal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sekaligus Pembimbing I dalam penyusunan laporan ini.

3. Bapak Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan ini.

4. Ibu Yeremia R.A, S.Sos, M.Kes selaku Penguji dalam penyusunan laporan ini, terima kasih telah memberikan saran atas kekurangan dalam laporan ini. 5. Ibu Hartati selaku Human Capitalist, Comdev dan GA Manager PT. Telen

Orbit Prima.

6. Bapak Yayan Rudianto selaku Kepala Teknik Tambang PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di PT. Telen Orbit Prima ini.

7. Bapak Agus Eddy Suryadi selaku Pembimbing Lapangan dan Head Departement Safety And Health PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini. 8. Bapak A. Purnomo Budiarto selaku Pembimbing Lapangan dan Head

Departement Hauling And Port PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini. 9. Bapak Ahmad Nurhakim, selaku Safety and Health Supervisor PT. Telen

Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini, terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.

10.Bapak Irman Fardiansyah, selaku Safety and Health Supervisor PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini, terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.

11.Mas Ananto, mas Reza, mas Septian, mas Dinar, Gege, Segah, mas Udin, mas Rubi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya selama di site.

12.Seluruh keluarga besar PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas


(7)

commit to user

vi

bantuan, bimbingan dan sambutan hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.

13.Bunda, Kakak-kakakku dan segenap keluarga besarku terimakasih atas untaian doa, dukungan dan curahan kasih sayangnya yang tiada hentinya mengalir untuk penulis.

14.Devi Roselia terima kasih atas perhatian dan dukungannya. Tahun depan pasti akan segera menyusul.

15.Teman-teman kontrakan Aminudin Arsyad, Lukman Hanafi, Yusuf Andriana Agil, Yusuf Hartaka yang selalu memberikan tawa, terima kasih atas doanya. 16.Segenap keluarga besar angkatan 2009, bangga menjadi bagian dari kalian. 17.Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan hingga laporan ini

bisa terselesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta, Juni 2012 Penulis,


(8)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Lokasi Penelitian ... 32

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 32

D. Sumber Data ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Pelaksanaan ... 34

G. Analisis Data... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 82

A. Simpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Kemungkinan ... 25 Tabel 2. Nilai Keparahan ... 19 Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Area Parkir CPP menuju

Stockpile CPP ... 44 Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan Keluar

Loading Poin CPP (after wash) ... 45 Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan Keluar

Loading Poin CPP (clean) ... 45 Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Antrian DT di CPP

Menunggu Loading ... 46 Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pengisian Batubara ke Unit

... 47 Tabel 8. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut

ke Port Paring Lahung ... 48 Tabel 9. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Jembatan

Timbang ... 50 Tabel 10. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Port

Paring Lahung ... 51 Tabel 11. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Dumping Port Paring


(10)

commit to user

ix

Tabel 12. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Parkir Pada Saat

Pergantian Shift ... 53

Tabel 13. Pengendalian Risiko Area Parkir CPP Menuju Stockpile CPP ... 55

Tabel 14. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan Keluar Loading Point CPP (after wash) ... 56

Tabel 15. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan Keluar Loading Point CPP (clean) ... 57

Tabel 16. Pengendalian Risiko Antrian DT di CPP Menunggu Loading ... 58

Tabel 17. Pengendalian Risiko Pengisian Batubara ke Unit ... 59

Tabel 18. Pengendalian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung ... 61

Tabel 19. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Jembatan Timbang ... 66

Tabel 20. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Port Paring Lahung ... 67

Tabel 21. Pengendalian Risiko Unit Dumping Port Paring Lahung ... 69

Tabel 22. Pengendalian Risiko Unit Parkir Pada Saat Pergantian Shift ... 70


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

G

ambar 1. Teori Domino ... 16 G

ambar 2. Teori Gunung Es ... 22 G

ambar 3. Matrik Risiko ... 27 G


(12)

commit to user

x

i

DAFTAR LAMPIRAN

L

ampiran 1. Surat Keterangan Selesai Magang L

ampiran 2. Presensi Magang L

ampiran 3. Jadwal Kegiatan Orientasi Departemen L

ampiran 4. Kebijakan Enviroment, Health, Safety & Community Development L

ampiran 5. Form Daftar Hadir Meeting Presentasi Mahasiswa UNS L

ampiran 6. Surat Permohonan Observasi Mahasiswa Magang L

ampiran 7. EHS & CSR Committe Structure L

ampiran 8. Emergency Response Team Organization Structure L

ampiran 9. Hazard Identification & Risk Assesment (HIRA) Hauling L

ampiran 10. Form Inspeksi Hauling Road


(13)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan yang semakin maju menuntut kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi. Proses industri yang maju ditandai dengan mekanisme dan modernisasi semua sektor industri. Oleh karena itu penggunaan mesin-mesin dan instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Dalam melakukan proses pekerjaan selalu melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta melalui tahap-tahap proses memiliki resiko bahaya dengan tingkat resiko yang berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktivitas kerja di tempat kerja. Sumber-sumber bahaya tersebut dapat berdampak pada tenaga kerja maupun lingkungan perusahaan, sehingga diperlukan perlindungan terhadap pekerja dimana merupakan aset perusahaan yang sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar tingkat keselamatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal termasuk juga terhadap lingkungan.

Permasalahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja hampir melanda semua sektor industri sehingga perlu adanya tindakan pencegahan untuk masalah tersebut. Oleh sebab itu setiap perusahaan perlu menerapkan suatu


(14)

manajemen untuk mengelola keselamatan kerja karyawannya sesuai dengan isi kebijakan perusahaan. Salah satu dampak akibat timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja ialah kerugian bagi perusahaan. Baik itu kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kondisi ini diakibatkan karena masih kurangnya kesadaran dan pemahaman kalangan usaha di Indonesia akan pentingnya aspek K3 sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya saing antar industri. Di industri pertambangan yang memiliki poetensi bahaya yang besar haruslah memiliki suatu sistem dalam mengelola sumber bahaya agar sumber bahaya tersebut bisa di kendalikan. Sebagai salah satu perusahaan pertambangan PT Telen Orbit Prima harus bisa mengelola dan mengendalikan potensi bahaya yang terdapat di area kerja agar mencegah timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu upaya untuk mengendalikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah mengidentifikasi faktor-faktor atau sumber-sumber bahaya di tempat kerja serta melakukan penilaian risiko serta dilakukan upaya pengendalian yang memadai. Dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja terdapat cara untuk mengidentifikasi atau menganalisa dan mengevaluasi faktor-faktor bahaya ditempat kerja. Salah satu caranya adalah melaksanakan manajemen resiko, yaitu analisa keselamatan kerja atau lebih dikenal dengan istilah Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko.

Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik (Ramli, 2009).


(15)

Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Jika tidak dikendalikan risiko K3 dapat mengancam kelangsungan usaha. Sehingga manajemen risiko merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang merugikan.

Manajemen risiko di area Hauling PT Telen Orbit Prima akan mempermudah dalam menginformasikan risiko dan bahaya yang ada dalam pekerjaan di Hauling, serta dapat digunakan untuk mengkaji atau mempelajari ulang apabila terjadi kecelakaan. Dengan adanya manajemen risiko Hauling, tenaga kerja dapat bekerja secara aman dan efisien, mengetahui bahaya yang ada dalam pekerjaan dan tindakan pengendaliannya, serta dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang

masalah tersebut penu Penerapan Manajemen

Risiko Hauling di PT. Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah?

2. Bagaimana prosedur manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah?


(16)

3. Bagaimana penerapan manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kondisi bahaya dan penilaian risiko serta pengendalian bahaya pada kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah

2. Mengetahui prosedur manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah

3. Mengetahui penerapan manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Bagi Peneliti

a. Dapat mengetahui kondisi bahaya dan penilaian risiko pada kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah

b. Dapat mengetahui penerapan manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah

2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Menambah wawasan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja dalam upaya meningkatkan kualitas


(17)

mahasiswa, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia kerja.

b. Menambah kepustakaan tenatang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, khususnya mengenai penerapan Manajemen Risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah.

3. Bagi Perusahaan

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan secara teoritis yang berarti bagi perusahaan dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, khususnya mengenai Manajemen Risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah.


(18)

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1 yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana :

a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;

b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan bahan atau barang yang: dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;


(19)

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.

d. Dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;

e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;

g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;

h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;

i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;

j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;


(20)

k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;

l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang;

m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;

n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah; o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,

televisi, atau telepon;

p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;

q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;

r. Diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik. 2. Sumber Bahaya

Bahaya (Hazard) adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan berupa cidera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).


(21)

Secara umum bahaya digolongkan menurut jenisnya sebagai berikut: a. Bahaya fisik yang meliputi kebisingan, intensitas penerangan,

temperatur ekstrim baik panas maupun dingin, getaran yang berlebihan, radiasi dan sebagainya

b. Bahaya kimia yang meliputi debu, asap, dan bahan kimia lainnya. Bahan-bahan tersebut meliputi bahan yang bersifat racun, merusak, mudah terbakar, penyebab kanker dan oksidator.

c. Bahaya biologi yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, dan jamur yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja seperti alergi, infeksi dan berbagai penyakit lainnya.

d. Bahaya mekanis meliputi terpukul, terbentur, terjepit, tersandung, kejatuhan peralatan atau benda yang berada di lingkungan kerja. e. Bahaya ergonomik yaitu bahaya yang disebabkan oleh

ketidaksesuaian interaksi antara manusia, peralatan dan lingkungan yang berkaitan dengan tata letak yang salah, desain pekerjaan yang tidak sempurna, dan manual handling yang tidak sesuai.

f. Bahaya psikologis yaitu bahaya yang dapat berhubungan atau menyebabkan timbulnya kodisi psikologis pekerja yang berpengaruh terhadap pekerjaan, seperti bekerja dibawah tekanan, hubungan atasan yang tidak harmonis, dan waktu kerja yang berlebihan.


(22)

Setiap sektor industri memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda yang tentunya dapat menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor penyebab yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya diantaranya berasal dari: a. Manusia/Pekerja

Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap timbulnya suatu kecelakaan kerja. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan itu mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan ). Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap kerja yang tidak nyaman dan tidak aman.

b. Peralatan

Peralatan kerja mempunyai peranan penting dalam memicu timbulnya bahaya karena peralatan yang tidak cocok, perangkat peralatan yang rusak, pearalatan yang tidak lengkap dan tidak adanya sertifikasi dari peralatan. Oleh karena itu penggunaan peralatan harus terlebih dahulu di periksa apakah sesuai prosedur atau tidak. Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila


(23)

tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti :

1) Kebakaran 2) Sengatan listrik 3) Ledakan 4) Cidera

Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja.

c. Material/Bahan

Tiap-tiap bahan/material mempunyai risiko bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahan yaitu:

1) Mudah terbakar 2) Mudah meledak 3) Menimbulkan alergi

4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringn tubuh 5) Menyebabkan kanker

6) Bersifat racun 7) Radioaktif

Selain resiko bahaya yang berbeda-beda, intensitas atau tingkat bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi dan ada pula yang rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat menimbulkan kematian dalam kadar


(24)

rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang berbahaya. Disamping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat (akut) tetapi ada juga yang pengaruhnya baru diketahui setelah bertahun-tahun (kronis). Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan akan tergantung pada :

1) Bentuk atau energi yang dikandung 2) Kuantitas paparan bahan tersebut 3) Lama sesorang terpapar

d. Proses / Cara Kerja

Bahaya dari proses kerja dapat membahayakan kejiwaan orang itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain:

1) Cara angakat angkut apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung.

2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.

3) Pemakaian alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah.

e. Lingkungan Kerja

Bahaya dari lingkungan kerja, dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja maupun


(25)

gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan tingkat produktivitas.

Bahaya-bahaya tersebut adalah :

1) Bahaya yang bersifat fisik seperti bising, getaran, pencahayaan yang kurang, suhu yang terlalu panas ataupun terlalu dingin, radiasi.

2) Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama produksi

3) Bahaya biologik diseabakan oleh virus, bakteri, dan gangguan serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja.

4) Bahaya yang bersifat psikologis seperti gangguan jiwa yang dapat terjadi karena lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti keharusan mencapai target produksi yang terlalu tinggi di luar kemampuan, hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi.

5) Bahaya yang bersifat ergonomi semisal karena beban kerja yang berat, ketidaksesuaian mesin dan pekerja.

3. Kecelakaan Kerja

a. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di


(26)

dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Oleh karena itu kecelakaan mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan

tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan

2) Tidak diinginkan atau diharapkan karena setiap peristiwa kecelakaan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental 3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang

sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja (Tarwaka, 2008). Adapun kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hal ini dapat berarti bahwa kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melakukan pekerjaan. Selain itu kecelakaan pada tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja juga digolongkan dalam kecelakaan kerja (Suma'mur, 1996). b. Kalsifikasi Kecelakaan

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut International Labour Organization (ILO) dalam Tarwaka, 2008 adalah sebagai berikut : 1) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

2) Klasifikasi menurut agen penyebabnya 3) Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya

4) Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan


(27)

Kerja Pertambangan Umum pasal 39 yang menyebutkan bahwa kecelakaan tambang harus memenuhi 5 (lima) unsur sebagai berikut : 1) Benar benar terjadi;

2) Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala Teknik Tambang;

3) Akibat kegiatan usaha pertambangan;

4) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap saat orang yang diberi izin dan

5) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek.

c. Pencegahan Kecelakaan

Pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa yang salah (Tarwaka, 2008). Pencegahan kecelakaan merupakan upaya untuk menghambat terjadinya suatu kecelakaan dengan mencari sumber kecelakaan. Cara penelusuran penyebab kecelakaan sesuai dengan urutan Domino yang digunakan pada cara berpikir modern dalam perinsip pencegahan kecelakaan. Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, teapi ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut. Terjadinya kecelakaan merupakan hasil dari tindakan dan kondisi yang tidak arnan dan kedua hal tersebut selanjutnya akan tergantung pada seluruh macam faktor. Gabungan dari berbagai


(28)

faktor inilah dalam kaitan urut-urutan tertentu akan menyebabkan kecelakaan. Hal ini seperti rangkaian kartu domino, kartu-kartu tersebut diumpamakan sebagai faktor penyebab kecelakaan. Bila salah satu kartu jatuh akan menjatuhkan kartu lain secara beruntun, ini dapat dicegah dengan memindahkan salah satu kartu. Pemindahan kartu dapat diartikan sebagai proses menghilangkan salah satu dari faktor penyebab kecelakaan yang menjadi prinsip pencegahan kecelakaan.

Gambar 1. Teori Domino ( Frank Bird JR, 1967)

Berdasarkan gambaran tersebut prinsip pencegahan kecelakaan yang diperoleh menurut Teori Domino antara lain, yaitu :

1) Kurangnya Kontrol

Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu : Planning, Organizing, dan Controling. Seorang manajer pofesional mengetahui dan melaksanakan program keselamatan

1 2 3 4 5

Tidak memadai: -standar program

-pemenuhan standar Kurangnya kontrol

Faktor pribadi Faktor pekerjaan Penyebab dasar

Tindakan tidak aman Kondisi tidak aman Penyebab langsung

Kontak dengan energi atau bahan Kejadian

Manusia Harta Benda proses Kerugian


(29)

dan pengendalian kerugian, dimana terdapat standar, perencanaan dan pengorganisasian untuk mencapai standar, pengukuran kinerja sendiri dan orang lain, evaluasi hasil dan kebutuhan serta mengadakan koreksi untuk perbaikan kinerja dan apabila fungsi ini tidak dilaksanakan, perusahaan tidak akan mendapatkan bahwa keselamatan kerja dapat mempertinggi profit. Adapun yang menjadi penyebab kurangnya kontrol adalah: a) Program tidak ada atau kurang memadai,

b)Standar program tidak ada atau kurang memadai, c) Pemenuhan standar kurang memadai.

2) Penyebab Dasar

Adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi penyebab langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari dua unsur :

a) Faktor personal/pribadi yaitu kurang pengetahuan, keterampilan, kurang pengarahan, problem fisik dan mental b)Faktor pekerjaan yaitu kepemimpinan dan pengawasan yang

tidak memadai, standar kerja yang tidak cukup, alat dan peralatan kurang memadai, pemeliharaan yang tidak memakai standar pembelian yang kurang.


(30)

3) Penyebab Langsung

Adalah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan.

Penyebab langsung terdiri dari dua unsur yaitu :

a) Unsafe action (tindakan tidak aman) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab antara lain :

(1) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and skill)

(2) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate Capability)

(3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (bodilly defect)

(4) Kelelahan dan kejenuhan

(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman

(6) Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang baru dan belum dipahami

(7) Belum menguasai/belum trampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru

(8) Penurunan konsentrasi dari pekerja saat melakukan pekerjaan


(31)

(10)Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja (11)Kurang adanya kepuasan kerja

(12)Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.

b).Unsafe condition (kodisi tidak aman) yaitu kondisi tidak aman yang berasal dari :

(1) Mesin, peralatan serta pesawat yang sudah tua ataupun rusak

(2) Bahan kimia berbahaya

(3) Lingkungan serta tempat kerja yang terlalu panas, bising, berdebu serta penerangan yang kurang

(4) Tenaga kerja yang kurang berpengalaman atau terampil (5) Hubungan antar pekerja yang kurang harmonis

(6) Kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi

4) Insiden

Insiden yang mengakibatkan cedera fisik atau kerusakan harta benda, tipe kecelakaan kerja antara lain : terbentur, terjatuh, terjepit, terperangkap, terpeleset, panas, dingin, radiasi, kebisingan, kontak dengan bahan berbahaya dan beban kerja yang berlebih.

5) Kerugian


(32)

a) Kerusakan

b)Kekacauan organisasi c) Keluhan dan kesedihan d)Kelainan dan cacat e) Kematian

Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas kerja perusahaan (Tarwaka, 2008).

Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokan menjadi :

a) Kerugian/biaya Langsung (direct cost)

Suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadinya peristiwa sampai tahap rehabilitasi, seperti :

(1) Penderitaan tenaga kerja yang mendapatkan kecelakaan dan juga keluarganya

(2) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan (3) Biaya pengobatan dan perawatan

(4) Biaya angkut dan biaya rumah sakit

(5) Biaya kompenasi pembayaran asuransi kecelakaan (6) Upah selama tidak mampu bekerja


(33)

b).Kerugian/biaya Tidak Langsung (indirect cost)

Kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini diantaranya mencakup:

(1) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan

(2) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan pertolongan pada korban, mengantar ke rumah sakit

(3) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus

(4) Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya

(5) Biaya penyelidikan kecelakaan

(6) Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita kecelakaan

(7) Biaya merekrut dan melatih tenaga kerja baru

Pada umunya kita terfokus pada kerugian langsung, padahal pada kenyataannya kerugian atau biaya-biaya yang tidak langsung dan terselubung jauh lebih besar da mempunyai


(34)

dampak yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari

dimana puncak gunung es yang nampak hanya sebagian kecil dibandingkan dengan bagian gunung es yang terpendam di dalamnya dan belum kelihatan pada saat kejadian. Dengan demikian jelas bahwa disamping kerugian langsung akibat kejadian kecelakaan, kerugian yang tidak langsung harus mendapatkan perhatian yang serius karena sangat mempengaruhi kelangsungan proses produksi perusahaan secara keseluruhan (Tarwaka, 2008), seperti tersaji pada gambar di bawah ini.

A

B

Gambar 2. Teori Gunung Es (Sumber: Bird and German, 1990) Keterangan

A : Biaya Langsung B : Biaya Tidak Langsung


(35)

Sebagai contoh suatu perusahaan mengalami kecelakaan kerja, misalkan tabrakan antar unit di area kerja. Menurut teori gunung es dampak dari kecelakaan tersebut ialah timbulnya biaya langsung seperti biaya pertolongan pertama pada korban, biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit. Sedangkan untuk biaya tidak langsungnya terdiri atas hilangnya waktu kerja, terhentinya proses produksi sementara akibat timbulnya kecelakaan, kerugian akibat kerusakan unit, biaya investigasi kecelakaan, biaya mencari dan merekrut tenaga kerja baru. 4. Manajemen Risiko

a. Pengertian

Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan tersrtuktur dalam suatu kesisteman yang baik (Ramli, 2009). Manajemen risiko merupakan suatu proses atau perencanaan identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko diikuti dengan koordinasi dan aplikasi ekonomis sumber daya yang ada untuk mengurangi, memonitor, dan mengendalikan probabilitas dan atau dampak dari tingkat keparahan atau untuk memaksimalkan realisasi peluang. Risiko bisa terjadi dikarenakan adanya peluang terjadinya insiden yang akan berpengaruh terhadap tujuan dan risiko terukur dari kemungkinan terjadi dan konsekwensi yang ditimbulkan (AS/NZS 4360,1995) dalam Ramli, 2009.


(36)

b. Tahap Manajemen Risiko 1) Penentuan konteks

Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks yang diperlukan karena manjemen risiko sangat luas dan bermacam-macam aplikasinya salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3 sendiri juga diperlukan penentuan konteks yang akan dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygine dan industri.

2) Identifikasi Bahaya

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi bahaya yang terdapat dalam suatu kegiatan atau proses. Ada 3 pertanyaan yang dapat dipakai sebagai pendahuluan

a) Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera? b) Target apa saja yang terkena/terpengaruh bahaya? c) Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul?

Alat bantu yang yang dapat digunakan untuk mengidntifikasi bahaya di tempat kerja diantaranya observasi, inspeksi, pemantauan (monitoring), audit, kuisioner, data statistik, wawancara dengan pekerja, HAZOP (Hazard Operability Study).


(37)

commit to user

3) Penilaian Risiko

a) Analisa Risiko

Analisa risiko dilakukan dengan mempertimbangkan 2 aspek penting yaitu kemungkinan (probability), keparahan (severity). Keduanya berbanding lurus dengan nilai resiko itu sendiri, artinya semakin tinggi nilai kemungkinan dan keparahan maka nilai resikopun semakin tinggi.

(1) Kemungkinan (probability)

PT Telen Orbit Prima menetapkan 5 skala kualitatif untuk mewakili nilai kemungkinan terjadinya kecelakaan sesuai tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Nilai Kemungkinan

Nilai Description Description Frekuensi Probabilitas

terjadi

1

Jarang Kejadian hanya terjadi dalam kondisi luar biasa

Terjadi dalam kasus khusus

< 10%

2 Kemungkinan kecil

Kejadian dapat terjadi suatu kali

Terjadi setiap 10 tahun

10 - 20%

3 Sedang Kejadian

terjadi dalam beberapa kasus

Terjadi setiap 3 tahun

20 - 55%

4

Kemungkinan terjadi

Hampir selalu terjadi

Terjadi setiap tahun


(38)

5

Hampir pasti terjadi

Selalu terjadi

Terjadi setiap saat

90 - 100% Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011

(2) Keparahan (severity)

Severity menunjukan tingkat keparahan yang harus diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia, alat dan lingkungan. Nilai severity yang ditetapkan PT Telen Orbit Prima dalam operasi bisnisnya dapat dilihat dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai keparahan

No Deskripsi Nilai uang Kesehatan & Keselamatan

1 Tidak penting

< Rp. 100 ribu

Tidak ada luka / Tidak ada gangguan kesehatan 2 Ringan Rp 100

ribu Rp 1 juta

Luka ringan / Gangguan kesehatan ringan

3 Sedang Rp. 1 juta

Rp. 10 juta

Luka LTI s/d Permanen / Dampak kesehatan jangka pendek / Occupational Illness 4 Berat Rp. 10 juta

Rp. 100 juta

Fatalitas tunggal atau luka menyebabkan cacat / dampak kesehatan jangka panjang / Occupational Illness 5 Bencana > Rp. 100

juta

Multiple fatality


(39)

QUALITATIVE RISK ANAL YSIS LEVEL OF RISK

5

A lm o st C ertain M 5 H 10 H 15 E 20 E 25

4

L ik e ly L

4

M 8 H 12 H 16 E 20

3

M o d er ate L

3

M 6 M 9 H 12 H 15

2

U n lik ely L

2

L 4 M 6 M 8 H 10

1

R ar e L

1

L 2 L 3 L 4 M 5

1 In s ig n if ica nt

2 M in o r

3 M o d er ate

4 M a jo r

5 C ata stro p h ic

IM PA C T R A TIN G b) Evaluasi Risiko

Setelah dilakukan penilaian risiko dengan bantuan tabel-tabel diatas, kemudian dilakukan evaluasi risiko untuk menentukan risiko yang dapat diterima dan risiko yang tidak dapat diterima atau aspek penting dengan mempertimbangkan tindakan pengendalian sebelumnya. Jika risiko dapt diterima maka aktivitas dapat diteruskan. Jika risiko termasuk aspek penting, perlu dilakukan langkah pengendalian untuk menekan tingkat risiko.

. Penggolongan nilai risiko di PT Telen Orbit Prima adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Matrik Risiko Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011 4) Pengendalian Risiko

Dapat dipastikah bahwa semua tenaga kerja tidak menginginkan kecelakaan atau mengalami kerusakan pada harta benda.


(40)

Kebanyakan tenaga kerja dengan sadar melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya, meskipun mereka tidak menginginkan terjadinya kecelakaan. Berkaitan dengan risiko K3 pengendalian Risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki sebagai berikut (Ramli, 2009) :

a). Eliminasi

Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya misalnya lubang jalan ditutup, ceceran minyak dibersihkan. Cara itu sangat efektif karena sumber bahaya di eliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.

b). Substitusi

Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya, misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman.

c) Enginering Control (Pengendalian Teknis)

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada dilingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.


(41)

d) Pengendalian Administrasi

Pengendalian dengan cara administrasi dapat dilakukan misalnya dengan rotasi kerja, waktu istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman dan nyaman.

e) Alat Pelindung Diri (APD)

Pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya helm, sarung tangan, sepatu pelindung, dan alat pelindung lainnya

Dalam melakukan pengendalian risiko, maka dapat ditentukan jenis pengendalian dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian risiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian.

5) Komunikasi dan Konsultasi

Memberikan informasi kepada pekerja mengenai risiko yang ada di tempat kerja, meminta saran kepada pekerja yang terlibat langsung di area kerja tentang idntifikasi bahaya. Setelah itu memastikan pekerja memahami dan menerima strategi pengendalian yang ditetapkan.

6) Pemantauan dan Tinjauan Ulang

Setelah rencana tindakan pengendalian risiko dilakukan maka selanjutnya perlu dipantau ulang apakah tindakan tersebut sudah


(42)

efektif atau belum. Bentuk pemantauannya antara lain inspeksi, pemantauan lingkungan, dan audit. Selain itu fungsi pengawas operasional juga termasuk salah satu cara pemantauan dan tinjauan ulang apakah penerapan manjemen risiko benar-benar telah dilaksanakan sepenuhnya ataukah belum.


(43)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Tempat kerja

(Hauling)

Sumber Bahaya

Lingkungan Manusia Metode/

Cara kerja

Material/ Bahan Mesin /

Peralatan

Faktor & Potensi Bahaya

Manajemen Risiko 1. Identifikasi Bahaya 2. Penilaian Resiko (analisa

dan evaluasi risiko) 3. Pengendalian Risiko 4. Komunikasi dan

Konsultasi

5. Pemantauan dan Tinjauan Ulang

Zero accident Menekan kerugian

accident

Kerugian Tidak Terlaksana Terlaksana


(44)

commit to user

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif dengan memberikan gambaran penerapan manajemen risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima. Penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal yang menjadi obyek penelitian sejelas-jelasnya dan lebih menekankan pada fakta.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Telen Orbit Prima tepatnya di jalur hauling dari desa Buhut Kabupaten Kapuas ke Paring Lahung Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi objek penelitian adalah kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah

D. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai berikut:


(45)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari melakukan observasi ke tempat kerja/lapangan dan wawancara tenaga kerja.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain sebagai sumber data dan Perpustakaan Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai proses Hauling serta tindak lanjut yang dilakukan dalam rangka memperbaiki manajemen risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima.

2. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari standar parameter pelaksanaan manajemen risiko Hauling yang berlaku di PT Telen Orbit Prima, referensi-referensi dan buku-buku yang berhubungan dengan manajemen risiko.

3. Wawancara

Yaitu dengan melakukan wawancara dengan penanggung jawab area Hauling di departemen Hauling and Port PT Telen Orbit Prima dan safety untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan program pelaksanaan manajemen risiko hauling.


(46)

4. Kuisioner

Yaitu dengan membuat kuisioner yang ditujukan kepada tenaga kerja untuk mengetahui peranan tenaga kerja dalam penerapan manajemen risiko hauling.

F. Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan sebelum magang adalah mengajukan proposal permohonan magang di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Head Office PT Telen Orbit Prima Jakarta, disamping itu persiapan yang dilakukan adalah mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan manajemen risiko.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 16 Maret 2012 sampai dengan tanggal 15 Mei 2012, adapun kegiatan yang dilakukan selama penelitian adalah sebagai berikut :

a. Diberdayakan membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada

b. Melakukan diskusi dengan departemen Hauling and Port dan Safety Health Departemen tentang manajemen risiko K3 Hauling di PT Telen Orbit Prima

c. Melakukan review IBPR Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima d. Melakukan observasi dan wawancara kepada para operator untuk


(47)

pekerjaan yang berpotensi terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

e. Melakukan pengumpulan data sekunder dari Safety Health Departemen dan Hauling and port Departemen berkaitan dengan program pelaksanaan manajemen risiko Hauling

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari perusahaan dikumpulkan, dianalisa, dibahas dan disusun sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan laporan.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian akan dibahas dan dianalisa mengenai prosedur dan penerapan manjemen risiko terhadap setiap proses yang dilakukan pada kegiatan Hauling dan cara kerja yang diterapkan sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT Telen Orbit Prima berdasarkan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 (002-SHD-201) yang didalamnya mengacu ISO 14001 elemen 4.3.1, OHSAS 18001 elemen 4.3.1 Perencanaan untuk Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko, SMK3 (Permenaker No.Per-05/MEN/1996) elemen 3.3 Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko, Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.


(48)

commit to user

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hauling

PT Telen Orbit Prima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batubara, dimana di dalam aktivitas produksinya terdapat banyak faktor dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan juga timbulnya penyakit akibat kerja, PT Telen Orbit Prima melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko atau Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA).

Hauling merupakan kegiatan pemindahan/pengangkutan batubara dari stockpile area CPP menuju port atau dermaga yang terletak di Paring Lahung, dan pengangkutannya menggunakan Dump Truck. Alur proses pada kegiatan Hauling meliputi :

a. Perjalanan dump truck dari parkir menuju stockpile CPP (Coal Processing Plant)

b. Dump truck masuk dan keluar area loading point (clean) CPP c. Dump truck masuk dan keluar area loading point (after wash) CPP d. Dump truck antri di CPP menunggu loading

e. Proses loading batubara ke unit dump truck


(49)

g. Dump truck memasuki jembatan timbang

h. Dump truck memasuki stockpileport Paring Lahung i. Dump truckdumping di stockpileport Paring Lahung j. Parkir unit dump truck pada saat pergantian shift 2. Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima adalah sebagai berikut:

a. Penentuan Konteks

Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan konteks yang diperlukan, dalam hal ini yang diambil adalah manajemen risiko untuk aktivitas Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima. Aktivitas ini merupakan aktivitas rutin yang dilakukan setiap hari yang dibagi menjadi 2 shift kerja. Kegiatan hauling yang dilakukan adalah kegiatan hauling batu bara dari CPP (coal processing Plant) Buhut menuju port Paring Lahung yang selanjutnya akan dikirim ke Teluk Timbau menggunakan kapal tongkang dari port Paring Lahung. b. Identifikasi Bahaya

Proses identifikasi bahaya dilakukan dengan cara observasi langsung dan bersama narasumber (orang yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi terutama kegiatan hauling). Proses identifikasi bahaya dilakukan dengan cara membagi seluruh kegiatan operasi atau pekerjaan menjadi beberapa aktivitas. Identifikasi bahaya dapat dilihat secara terpisah pada kegiatan kerja, mencakup bahaya terhadap


(50)

manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Beberapa tipe bahaya yang di temukan untuk memudahkan identifikasi bahaya di area Hauling PT Telen Orbit Prima antara lain:

1) Bahaya biologi yang meliputi bakteri, jamur, serangga, tumbuhan dan binatang

2) Bahaya fisik yang meliputi bising, getaran, pencahayaan, radiasi 3) Bahaya kimia yang meliputi debu, asap, gas, kabut

4) Bahaya ergonomi yang meliputi stres kerja, kelelahan, dan beban kerja

5) Bahaya mekanis yang meliputi permesinan dan peralatan kerja 6) Bahaya lingkungan sekitar yang meliputi kemiringan jalan, jalan

bergelombang, cuaca yang kurang mendukung, berlumpur

7) Bahaya psikososial yang meliputi tekanan dari atasan dan hubungan interpersonal antar pekerja.

8) Bahaya tingkah laku yang meliputi ketidakpatuhan terhadap aturan yang ada, kurang ahli dalam bidangnya, status pekerja baru yang belum mampu adaptasi.

Efek potensi bahaya mencakup dampak terhadap manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Asumsi yang digunakan ialah asumsi terparah yang mungkin terjadi sebagai akibat keceakaan, namun tetap dalam batasan yang logis dan realistis. Potensi bahaya yang mungkin atau bisa terjadi pada kegiatan hauling antara lain:


(51)

1) Perjalanan dump truck dari parkir menuju stockpile CPP (Coal Processing Plant)

a) Jalan licin yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan dan tergelincir

b) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau senggolan

2) Dump truck memasuki area loading point(after wash) CPP

a) Kondisi jalan yang lembek yang bisa menimbulkan amblas pada unit dump truck

b) Jalan licin yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan dan tergelincir

c) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau senggolan antar unit

d) Jalur sempit yang dapat menimbulkan senggolan dan tabrakan 3) Dump truck memasuki area loading point(clean) CPP

a) Kondisi jalan yang lembek yang bisa menimbulkan amblas pada unit dump truck

b) Jalan licin dapat menyebabkan tabrakan, senggolan dan tergelincir

c) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau senggolan antar unit


(52)

4) Dump truck antri di CPP menunggu loading

a) Tempat atau front loading yang agak sempit yang berpotensi menimbulkan tabrakan atau senggolan

b) Misscomunication yang dapat menimbulkan tabrakan atau senggolan

c) Kondisi jalan yang lembek bisa menyebabkan unit amblas 5) Proses loading batubara ke unit dump truck

a) Debu yang bisa mengganggu pandangan dan mengganggu kesehatan

b) Kurang penerangan di area loading yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan, dan menabrak tumpukan batubara

c) Operator mengalami kelelahan namun tetap melakukan pekerjaannya yang dapat menyebabkan senggolan vessel dengan bucket unit WA

d) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau senggolan

e) Proses pengisian yang berlebihan yang dapat menyebabkan material jatuh

f) Kebocoran hidrolik pada unit loader yang dapat menyebabkan benturan dan pencemaran

g) Kebocoran tangki BBM yang dapat menyebabkan kebakaran dan pencemaran


(53)

6) Perjalanan dump truck dari stockpile CPP menuju Port Paring Lahung

a) Debu yang mengganggu penglihatan, gangguan kesehatan dan menimbulkan keluhan dari masyarakat sekitar

b) Operator yang mengalami kelelahan namun tetap memaksakan untuk bekerja yang dapat menimbulkan tabarakan, terguling dan menabarak tanggul

c) Emisi gas buang yang bisa menimbulkan pencemaran gas buang d) Misscomunication yang dapat menimbulkan tabrakan

e) Simpangan jalur yang berpotensi menimbulkan tabrakan atau senggolan

f) Hujan dapat menyebabkan longsor dan jalan licin g) Penyiraman water truck yang menyebabkan jalan licin h) Pohon kering yang bisa tumbang ke jalur hauling

i) Unit dump truck yang berjalan beriringan yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan

j) Jalur lembek yang bisa menyebabkan amblas

k) Menelepon ketika mengendarai unit yang dapat menyebabkan tabrakan, terguling, dan tergelincir

l) Merokok yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan m)Overspeed yang dapat menyebabkan tabrakan

n) Jalan bergelombang yang dapat menyebabkan unit terguling o) Jalur sempit yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan


(54)

p) Tikungan tajam dan curam yang dapat menyebabkan tabrakan dan terguling

q) Penerangan yang kurang pada malam hari yang dapat menyebabkan terguling dan terperosok

r) Rambu yang tidak terlihat yang dapat menyebabkan unit menabrak tanggul (bundwall)

s) Blind spot (pandangan terbatas) yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan

t) Parkir di tempat yang tidak ditentukan yang dapat menyebabkan tertabarak oleh unit lain

7) Dump truck memasuki jembatan timbang

a) Misscomunication yang dapat menyebabkan senggolan dan tabrakan

b) Debu yang dapat mengganggu kesehatan

c) Penerangan yang kurang yang dapat menyebabkan tabrakan antar unit ketika masuk dan keluar jembatan timbang

d) Jalan bergelombang yang dapat menyebabkan ban unit dump truck meletus

e) Jalan lembek yang bisa menyebabkan amblas

f) Operator menuruni unit ketika menyerahkan docket di jembatan timbang yang dapat menyebabkan terjatuh dan terpeleset

g) Kebisingan di ruang genset yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran


(55)

8) Dump truck memasuki stockpile port Paring Lahung

a) Debu dan asap yang mengganggu kesehatan dan gangguan jarak pandang

b) Material lembek yang bisa menyebabkan amblas

c) Operator mengalami kelelahan namun tetap melakukan pekerjaannya yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan, terguling, dan menabarak tumpukan batubara

d) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan

e) Tumpukan tinggi yang dapat menyebabkan longsor

f) Penerangan area stockpile yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan

9) Dump truck dumping di stockpile port Paring Lahung

a) Vessel lupa diturunkan yang dapat menyebabkan unit terguling dan rebah

b) Vessel tidak bisa turun yang dapat menyebabkan unit terguling dan rebah

c) Tailgate tidak bisa membuka yang dapat menyebabkan unit terguling dan rebah

10) Parkir unit dump truck pada saat pergantian shift

a) Hujan yang bisa menimbulkan longsor di area parkir dump truck di km 32


(56)

b) Area parkir kurang aman karena dekat dengan tanjakan yang dapat menyebabkan tabrakan

c) Operator menuruni dan menaiki unit yang dapat menyebabkan operator terjatuh ataupun terpeleset.

c. Penilaian risiko

Berikut hasil penilaian dan evaluasi risiko dari bahaya yang telah teridentifikasi:

1) Area parkir CPP menuju stockpile CPP

Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Area Parkir CPP menuju Stockpile CPP

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 1.1 Jalan

licin

1.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir

3 3 9 Ya

1.2

Misscomuni cation

1.2.1 Tabrakan, senggolan

5 3 15 Tidak

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan)


(57)

2) Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)

Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 2.1 Jalan

licin

2.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir

3 3 9 Ya

2.1.2 menabrak pos checker

3 2 6 Ya

2.2 Jalan lembek

2.2.1 Senggolan, tergelincir, amblas

3 3 9 Ya

2.3

Misscomuni cation

2.3.1 Tabrakan, senggolan

5 2 10 Tidak

2.4 Jalur sempit

2.4.1 Tabrakan, senggolan

4 2 8 Ya

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan)

3) Masuk dan keluar loading point CPP (clean)

Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan keluar loading point CPP (after clean)

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 3.1 Jalan

licin

3.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir


(58)

2.1.2 menabrak pos checker

3 2 6 Ya

3.2 Jalan lembek

3.2.1 Senggolan, tergelincir, amblas

3 3 9 Ya

3.3

Misscomuni cation

3.3.1 Tabrakan, senggolan

5 2 10 Tidak

3.4 Jalan sempit

3.4.1 Tabrakan, senggolan

4 2 8 Ya

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 4) Antrian DT di CPP menunggu loading

Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Antrian DT di CPP Menunggu Loading

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 4.1 Tempat

agak sempit

4.1.1 Tabrakan, senggolan, terperosok

4 2 8 Ya

4.2

Misscomuni cation

4.2.1 Tabrakan, senggolan

5 2 10 Tidak

4.3 Jalan lembek

4.3.1 Amblas 3 3 9 Ya

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan)


(59)

5) Pengisian batubara ke unit DT

Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pengisian Batubara ke Unit DT

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 5.1 Debu 5.1.1 Pandangan

terbatas

2 4 8 Ya

5.1.2 Gangguan

kesehatan

3 3 9 Ya

5.2

Penerangan

5.2.1 Tabrakan, senggolan, menabrak tumpukan batubara

3 2 6 Ya

5.3 Kelelahan

5.3.1 Senggolan vessel dengan bucket WA

4 4 16 Tidak

5.4 Mis komunikasi

5.4.1 Tabrakan, senggolan, benturan

5 2 10 Tidak

5.5 Overload

5.5.1 Material jatuh 1 4 4 Ya 5.6 Kebocoran hidrolik unit WA 5.6.1 Benturan, pencemaran

4 2 8 Ya

5.7

Kebocoran tangki BBM

5.7.1 Kebakaran, pencemaran

5 2 10 Tidak

5.8 Manuver (DT maju dan DT mundur) 5.8.1 senggolan, tabrakan, benturan

3 3 9 Ya

5.9 Manuver unit WA

5.9.1 senggolan, tabrakan, benturan

3 3 9 Ya


(60)

commit to user

Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan)

6) Perjalanan dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung

Tabel 8. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 6.1 Debu 6.1.1 Tabrakan

akibat penglihatan terhalang debu, menabrak tanggul

4 2 8 Ya

6.1.2 Gangguan kesehatan

3 3 9 Ya

6.1.3

Complain/keluhan masyarakat sekitar

3 3 9 Ya

6.2 Kelelahan

6.2.1 Tabrakan, terguling, menabrak tanggul

4 4 16 Tidak

6.3 Emisi gas buang

6.3.1 Pencemaran udara

3 3 9 Ya

6.4

Misscomuni cation

6.4.1 Tabrakan 5 2 10 Tidak

6.5

Simpangan jalur

6.5.1 Tabrakan, senggolan

4 3 12 Tidak

6.6 Unit beriringan

6.6.1 Tabrakan, senggolan

4 3 12 Tidak

6.7 Hujan

6.7.1 Longsor 3 3 9

Ya 6.7.2 Jalan licin 3 4 12 Tidak


(61)

commit to user

Bahaya Kondisi yang tidak

diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 6.8

Penyiraman water truck

6.8.1 Jalan licin 3 3 9 Ya

6.9 Pohon tumbang

6.9.1 Unit

menabarak pohon yang tumbang

4 2 8 Ya

6.10 Jalur lembek

6.10.1 Amblas 2 4 8 Ya

6.11 Menelepon (melakukan aktifitas lain) 6.11.1 Tabrakan, terguling, tergelincir

4 4 16 Tidak

6.12 Merokok (melakukan aktifitas lain) 6.12.1 Gangguan kesehatan

3 3 9 Ya

6.13 Overspeed

6.13.1 Tabrakan 4 4 16 Tidak

6.14 Jalur sempit seperti di jembatan 6.14.1 Tabrakan, senggolan

4 2 8 Ya

6.15 Jalan bergelomba ng

6.15.1 Terguling 4 2 8 Ya

6.16 Tikungan tajam

6.16.1 Tabrakan, terguling

4 3 12 Tidak

6.17 Penerangan malam hari

6.17.1 Terperosok, terguling


(62)

6.18 rambu yang tidak terlihat

6.18.1 menabrak tanggul (bundwall)

3 3 9 Ya

6.19 blind spot

(pandangan terbatas)

6.19.1 tabrakan dan senggolan

3 3 9 Ya

6.20 parkir di tempat yang tidak ditentukan

6.20.1 tertabrak unit lain

4 2 8 Ya

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 7) DT masuk jembatan Timbang

Tabel 9. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Jembatan Timbang

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 7.1

Misscomuni cation

7.1.1 Senggolan, tabrakan

5 2 10 Tidak

7.2 Debu

7.2.1 Gangguan kesehatan

3 3 9 Ya

7.2.2 Tabrakan akibat penglihat an terhalang debu

4 2 8 Ya


(63)

7.3

Penerangan malam hari

7.3.1 Tabrakan antar unit DT ketika masuk dan keluar jembatan timbang, terperosok

4 2 8 Ya

7.4 Jalan bergelomba ng

7.4.1 Ban unit DT meletus

3 2 6 Ya

7.4.2 Unit rebah, 3 2 6 Ya 7.5 Jalan

lembek

7.5.1 Amblas 3 3 9 Ya

7.6 Operator menyerah kan docket

7.6.1 Terjatuh, terpeleset, terjepit pintu

2 3 6 Ya

7.7

kebisingan genset

7.7.1 Gangguan pendengaran

2 4 8 Ya

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 8) Unit DT masuk Port Paring Lahung

Tabel 10. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Port Paring Lahung

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 8.1 Debu

/Asap

8.1.1 Tabrakan akibat gangguan penglihatan yang terbatas

3 2 6 Ya

8.1.2 Gangguan kesehatan


(64)

commit to user

8.2 Material

lembek

8.2.1 amblas 3 3 9 Ya

8.3

Kelelahan

8.3.1 Tabrakan, senggolan, terguling, menabrak tumpukan batubara

4 4 16 Tidak

8.4

Misscomuni cation

8.4.1 Tabrakan, senggolan

5 3 15 Tidak

8.5

Tumpukan tinggi

8.5.1 Longsor 3 2 6 Ya

8.6

penerangan yang kurang (malam hari)

8.6.1 senggolan dan tabrakan

4 2 8 Ya

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 9) Dumping di Port Paring Lahung

Tabel 11. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Dumping Port Paring Lahung

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 9.1 Vessel

lupa diturunkan

9.1.1 Rebah 2 1 2 Ya

9.2 Vessel tidak bisa turun

9.2.1 Rebah 2 3 6 Ya


(65)

9.3 Tailgate tidak bisa membuka

9.3.1 Rebah, terguling

4 3 12 Tidak

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 10) Parkir unit DT pada saat pergantian shift

Tabel 12. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Parkir Pada Saat Pergantian Shift

Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan

Resiko saat ini C P Risk Diterima

/Tidak 10.1 Hujan

(area parkir PT SAM km 32)

10.1.1 Longsor 4 2 8 Ya

10.2 Area parkir tepat dekat dengan tanjakan

10.2.1 Tabrakan 4 2 8 Ya

10.3 Menaiki dan menuruni unit

10.3.1 Terpeleset , terjatuh

2 3 6 Ya

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan)


(66)

d. Pengendalian Risiko

Setelah Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA) atau Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko dibuat, selanjutnya dibuat register tindakan perbaikan dari data HIRA yang sudah direview sebagai rencana pengendalian untuk risiko yang tidak dapat diterima atau aspek penting, sedangkan untuk risiko yang diterima tidak dibuat register namun hanya dilakukan monitoring. Rencana tindakan pengendalian yang direncanakan harus dapat dipastikan akan mengurangi nilai risiko menjadi risiko yang bisa diterima, karena rencana tindakan pengendalain tersebut akan dijadikan dasar sebagai aktivitas baru yang dilakukan untuk mengurangi risiko di area hauling. Tindakan pengendalian yang akan digunakan menggunakan prinsip hirarki pengendalian risiko yang meliputi Eliminasi, Substitusi, Pengendalian Teknik, Pengendalian Administratif dan Alat Pelindung Diri (APD) yang dilakukan secara berurutan sesuai dengan urutan pengendalian risiko. Berikut merupakan pengendalian risiko hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima :


(67)

1) Area parkir CPP menuju stockpile CPP

Tabel 13. Pengendalian Risiko Area Parkir CPP menuju Stockpile CPP

Bahaya Kondisi

yang tidak diinginkan

Kontrol yang sudah ada saat

ini

Usulan Pengendalian 1.1 Jalan licin 1.1.1

Tabrakan, senggolan, tergelincir

1.1.1.1 Operator DT

mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan, adanya pembatasan kecepatan yaitu 20 km/jam, operator menerima info dari GL jalan hauling apakah jalur tersebut layak/aman apakah tidak

pengurangan penyiraman water truck pada pagi hari

1.1.1.2 operator menerima info dari GL jalan hauling apakah jalur tersebut layak/aman apakah tidak. 1.2

Misscomunication

1.2.1 Tabrakan, senggolan

1.2.1.1 Penggunaan chanelhauling ketika berada di area parkir

penambahan rambu peringatan penggunaan chanel Sumber : Data Sekunder


(68)

2) Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)

Tabel 14. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)

Bahaya Kondisi

yang tidak diinginkan

Kontrol yang sudah ada saat

ini

Usulan Pengendalian

2.1 Jalan licin 2.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir 2.1.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan maintenance jalan lebih diperhatikan 2.1.2 menabrak pos checker 2.1.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan, koordinasi dan komunikasi dengan checker

melakukan maintenance jalan ketika pergantian shift

2.2 Jalan lembek 2.2.1 Senggolan, tergelincir, amblas 2.2.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan melakukan maintenance jalan ketika pergantian shift

2.3 Misscomunication 2.3.1 Tabrakan, senggolan 2.3.1.1 Penggunaan chanel CPP 1

pemasangan rambu tambahan peringatan penggunaan chanel CPP 1 2.4 Jalur sempit 2.4.1

Tabrakan, senggolan

2.4.1.1

Penggunaan dua jalur terpisah yaitu antara unit masuk dan unit keluar

checker ikut mengarahkan ketika ada unit masuk dan keluar Sumber : Data Sekunder


(69)

commit to user

3) Masuk dan keluar loading point CPP (clean)

Tabel 15. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan keluar loading point CPP (after clean)

Bahaya Kondisi

yang tidak diinginkan

Kontrol yang sudah ada saat

ini

Usulan Pengendalian 3.1 Jalan licin

3.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir 3.1.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan maintenance jalan lebih diperhatikan 3.1.2 menabrak pos checker 3.1.2.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan, koordinasi dan komunikasi dengan checker

melakukan maintenance jalan ketika pergantian shift

3.2 Jalan lembek 3.2.1 Senggolan, tergelincir, amblas 3.2.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan 3.3 Misscomunication 3.3.1 Tabrakan, senggolan 3.3.1.1 Penggunaan chanel CPP 1

pemasangan rambu tambahan peringatan penggunaan chanel CPP 1 3.4 Jalan sempit 3.4.1

Tabrakan, senggolan

3.4.1.1 Saling komunikasi ketika keluar masuk loading point (clean)

pembuatan dua jalur terpisah antara unit masuk dan unit keluar

misalnya dengan


(1)

commit to user

Ketidak sesuaian Hirarki pengendalian Pengendalian Yang Sudah Ada Usulan Pengendalian E S E

C

A P Tikungan

tajam

V Pemasangan

rambu pengurangan kecepatan dan membunyi kan klakson unit pemberian cermin cembung di tikungan tajam agar pengendara bisa melihat kendaraan yang berasal dari arah sebaliknya Kelelahan operator ketika memasuki stockpile Paring Lahung

V Dumpingman

mengingatkan melalui radio dan terus ber komunikasi dengan unit DT yang masuk ke stockpile Paring Lahung mengurangi makanan yang berlemak tinggi yang dapat

mempercepat timbulnya kelelahan

Tailgate unit

DT tidak bisa membuka

V Dumpingman

mengkomunik asikan ke operator untuk berhenti dumping sampai ada bantuan datang

inspeksi unit secara berkala, training

behaviour dan

pembuatan ceklist kondisi unit pada saat pergantian shift

Sumber : Data Sekunder Keterangan :

E : Elimination

S : Subtitution

EC : Enginering Control

A : Administration


(2)

5. Konsultasi dan Komunikasi

Komunikasi hasil manajemen risiko belum sepenuhnya dilakukan dengan baik. Komunikasi hasil manajemen risiko hanya dilakukan pada saat induksi dan hanya sekilas saja. Berdasarkan prosedur manajemen risiko hasil penilaian dan pengendalian risiko harus dikomunikasikan pada semua pihak terkait baik internal maupun eksternal organisasi. Data tersebut harus diperbaharui sesuai dengan perkembangan pengendaliannya. Komunikasi yang ada dapat berupa edaran, spanduk, poster, petunjuk praktis, buku pedoman atau panduan kerja. Komunikasi harus mudah dipakai dan dipahami oleh semua pihak sehingga perlu dirancang sesuai sasaran yang diinginkan. Untuk pekerja dengan tingkatan pendidikan yang rendah aspek manajemen risiko harus dikomunikasikan dengan bahasa yang praktis, sederhana dan mudah dimengerti. Untuk tingkat yang lebih tinggi dan khusus komunikasi manajemen risiko dapat dilakukan dalam bahasa dan ruang lingkup yang lebih rinci. Dengan demikian mereka dapat memahami apa risiko yang ada dalam kegiatan, tingkat risiko dan dampak yang ditimbulkannya serta strategi untuk mengendalikannya. Berarti pelaksanaan komunikasi dan konsultasi belum sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah.


(3)

commit to user

6. Pemantauan dan Tinjauan Ulang

PT Telen Orbit Prima selalu melakukan pemantauan dan tinjauan ulang terhadap manajemen risiko yang sudah ada. Pembaharuan dokumen HIRA akan dilakukan jika terjadi perubahan internal dan atau eksternal perusahaan minimal satu tahun. Hasil analisa bahaya yang dilaporkan melalui hazard report, inspeksi, patroli dan media lainnya digunakan sebagai bahan untuk melakukan tinjauan ulang terhadap hasil HIRA yang telah disusun. Dengan demikian tindakan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan maka peneliti dapat mengambil kesimpulan mengenai penerapan manajemen risiko hauling

di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut: 1. Proses Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada kegiatan hauling di

PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah meliputi penyusunan HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment) dimana dalam penilaian risiko yang digunakan di PT Telen Orbit Prima adalah perkalian antara keparahan (consequence) dan kekerapan (probability) sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201).

2. Prosedur manajemen risiko yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah meliputi penentuan konteks (persiapan), identifikasi bahaya, penilaian risiko (analisa risiko dan evaluasi risiko), pengendalian bahaya, konsultasi dan komunikasi, pemantauan dan tinjauan ulang. Hal ini sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 ayat 1 (a) mencegah dan mengurangi kecelakaan dan Permenaker No.Per-05/MEN/1996 elemen 3.3 Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko


(5)

commit to user

3. Penerapan manajemen risiko hauling di PT Telen Orbit Prima belum sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) yaitu: a. Dalam proses manajemen risiko belum melibatkan semua pihak dalam

hal ini belum melibatkan pekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut baik dalam identifikasi bahaya maupun penilaian risiko

b. Hasil manajemen risiko belum sepenuhnya dikomunikasikan ke semua pihak

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah di sampaikan, maka peneliti dapat menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Dalam proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta pengendaliannya melibatkan semua pihak terkait, terutama pekerja yang terlibat langsung dalam kegiatan hauling.

2. Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko dikomunikasikan kepada semua pihak baik berupa edaran, petunjuk praktis, dan media komunikasi lainnya seperti pemberian papan informasi bahaya dan jumlah kecelakaan di jalur hauling per 10 KM agar tenaga kerja yang menggunakan jalur tersebut mengetahui informasi kondisi hauling dan selalu waspada.


(6)

3. Sebaiknya dilakukan pemberian informasi dan komunikasi K3 di sepanjang jalur hauling dengan cara pembuatan baliho, spanduk dan poster K3 dispanjang jalur hauling sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5/MEN/1996 lampiran 3.2.1 Komunikasi K3.

4. Sebaiknya dilakukan sosialisasi matrik risiko yang ada di PT Telen Orbit Prima kepada seluruh tenaga kerja misalnya dengan memasukannya ke dalam materi safety talk setiap minggu.

5. Dilakukan monitoring Behaviour Based Safety (BBS) kepada tenaga kerja dengan cara pemberian motivasi kepada tenaga kerja misalnya dengan memberikan reward kepada tenaga kerja yang peduli terhadap K3 di jalur hauling.

6. Memberikan pengertian yang jelas mengenai identifikasi bahaya dan penilaian risiko dengan cara melakukan pelatihan kepada para tenaga kerja yang terlibat dalam proses hauling sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 28 (pendidikan dan pelatihan).