Mekanisme antibiotik menghambat sintesis protein

13 ini akan memperpanjang untaian glikan dari molekul peptidoglikan yang sudah ada dengan menambahkan pentapeptida disakarida Park and Uehara, 2008.

D. Mekanisme antibiotik menghambat sintesis protein

Penerjemahan mRNA terjadi dalam tiga fase berurutan yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi yang melibatkan organel ribosom dan sitoplasma Garrett, 2000. Organel ribosom terdiri atas dua subunit ribonukleo protein yaitu 50S dan 30S Nissen et al., 2000. Ribosom ini dapat menjadi target antibiotik dalam menghambat sintesis protein. Antibiotik yang menghambat sintesis protein dibagi menjadi dua sub kelas yaitu 50S inhibitor dan 30S inhibitor. Kelas antibiotik yang termasuk sebagai 50S ribosom inhibitor yaitu makrolida misalnya, eritromisin, linkosamida misalnya, klindamisin, streptogramin misalnya, dalfopristin-quinupristin, amphenikol misalnya, kloramfenikol dan oksazolidinon misalnya, linezolid Katz and Ashley, 2005. Antibiotik 50S inhibitor ini bekerja dengan menghalangi inisiasi translasi protein atau translokasi tRNA peptidil, dan hal tersebut dapat menghambat reaksi peptidiltransferase untuk memanjangkan rantai peptida yang baru. Peristiwa ini melibatkan pemblokiran akses tRNA peptidil ke ribosom untuk melakukan proses selanjutnya, kemudian pemblokiran reaksi elongasi peptidiltransferase terjadi dan akhirnya akan memicu disosiasi peptidil tRNA Vannuffel and Cocito, 1996. Antibiotik yang termasuk 30S ribosom inhibitor adalah tetrasiklin dan aminosiklitol. Tertrasiklin bekerja dengan menghalangi akses tRNA aminoasil ke ribosom sehingga tidak dapat melanjutkan proses selanjutnya Chopra and Roberts, 2001. Sedangkan kelas aminosiklitol terdiri atas spektinomisin dan aminoglikosida misalnya, streptomisin, kanamisin dan gentamisin. Antibiotik ini dapat mengikat komponen 16S rRNA dari subunit 30S. Khususnya, spektinomisin bekerja dengan menghambat faktor pengkatalis elongasi translokasi sehingga stabilitas peptidil tRNA untuk berikatan dengan ribosom menjadi terganggu, namun tidak menyebabkan kesalahan dalam menterjemahkan protein Karimi and Ehrenberg, 1994. Sebaliknya, apabila interaksi 16S rRNA terjadi dengan aminoglikosida, maka hal ini dapat menginduksi terjadinya perubahan konformasi 14 dari kompleks yang terbentuk antara kodon mRNA dan aminoasil tRNA di ribosom, sehingga kesalahan penerjemahan protein dapat terjadi Pape et al., 2000. Aminoglikosida akan menyebabkan kesalahan penerjemahan protein karena terjadi penggabungan asam amino yang tidak cocok ke dalam elongasi untaian peptida. Penerjemahan protein yang salah ini akan digabungkan ke dalam membran sitoplasma sehingga sifat permeabilitas sel menjadi lebih meningkat dan hal ini akan mempermudah akses antibiotik masuk kedalam sel. Semakin mudah antibioik masuk ke dalam sel maka penghambatan ribosom semakin meningkat dan sel bakteri akan mati Fourmy et al., 1996. Aminoglikosida turunan alami merupakan satu-satunya kelas antibiotik yang memiliki sifat bakterisida yang luas. Sedangkan makrolid, streptogramin, spektinomisin, tetrasiklin, kloramfenikol dan makrolida adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik, akan tetapi dapat bersifat bakterisida pada suatu bakteri Fourmy et al., 1996. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Goldstein et al. 1990, bahwa kloramfenikol dan makrolida azitromisin telah menunjukan aktivitas bakterisida terhadap Haemophilus influenzae.

1.3.2. Mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik