109 Seni Budaya
tubuh bagaikan seorang pesenam. Suara boleh biasa-biasa saja dan tubuhnya boleh berbentuk bagaimana saja, sesuai kebutuhan
tokoh yang diperankan. Ia bisa bersuara cempreng, bertubuh kurus tinggi, pendek gemuk, besar tegap atau sedang-sedang
saja dan berbagai bentuk suara dan tubuh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Tapi dari dirinya dibutuhkan kesiapan yang mutlak. Sebaiknya suara dan tubuhnya siap pakai dalam kondisi seperti
apapun juga. Kelenturan suara dan tubuh, keluwesan gerak, kemampuan untuk berpasif dengan seluruh tubuhnya, atau
kesanggupan untuk bersikap tak melawan dan berbagai sikap serta perbuatan lainnya harus mampu dilahirkannya. Dan ini
semua harus logis, jelas dan tegas. Untuk segalanya inilah, maka dari dirinya dituntut untuk senantiasa melatih suara
dan tubuhnya.
Salah satu usaha untuk itu ialah latihan olah suara dan latihan olah tubuh. Kemudian kita bertanya, dapatkah suara dan
tubuh diolah? Kalau seorang aktor-aktris mau melihat pada suara dan tubuhnya sebagaimana seorang seniman keramik melihat
tanah liat. Maka dapatlah ia mengolah suara dan tubuhnya. Sebagaimana si seniman keramik, menyiapkan adonan tanah liat
yang diaduk-aduknya dan diremas-remas sebelum membentuk benda yang ingin dibuatnya. Demikian pula sikap aktor-aktris
terhadap suaranya dan tubuhnya.
2. Olah Suara
Suara pemain teater menempuh jarak yang lebih jauh dibanding dengan suara pemain ilm dan sinetron. Karena
suara pemain teater tidak hanya dituntut terdengar oleh lawan main, tetapi juga harus terdengar oleh seluruh penonton.
Pertunjukan yang secara visual baik, kalau suara pemainnya tidak cukup terdengar, maka penonton tidak dapat menangkap jalan
ceritanya. Pertunjukan yang secara visual buruk, kalau ucapan pemainnya cukup terdengar oleh penonton, maka penonton
masih bisa menikmati jalan cerita dari pertunjukan tersebut. Ini menunjukkan bahwa, suara mempunyai peranan yang cukup
penting. Agar tujuannya tercapai, pemain teater harus melatih: 1. Kejelasan ucapan. Agar setiap sukukata yang ia ucapkan
cukup terdengar. 2. Tekanan ucapan. Agar isi pikiran dan isi perasaan dari
kalimat yang ia ucapkan bisa ditonjolkan. 3. Kerasnya ucapan. Agar kalimat yang ia ucapkan cukup
terdengar oleh seluruh penonton.
1. Melatih Kejelasan Ucapan
a. Latihan berbisik: Dua orang berhadapan, membaca naskah
Kelas XI SMAMASMKMAK 110
Semester 1
dalam jarak dua atau tiga meter, dengan cara berbisik. b. Latihan mengucapkan kata atau kalimat dengan variasi
tempo, cepat dan lambat: “sengseng tengtes sresep brebeeet … maka para tukang sulap mengeluarkan kertas warna-
warni dari mulut dowernya yang kebanyakan mengunyah popcorn, pizza, kentucky, humberger di rumah-rumah
makan eropa-amerika dan membuat jamur dari air-liurnya pada kertas panjang yang menjulur bagai lidah sungai
menuju jalan layang bebas hambatan kemudian melilit bangunan-mangunan mewah disekitar pondok indah cinere
bumi serpong damai pantai indah kapuk pluit pulomas sunter hijau kelapa gading permai dan tugu monas …”
2. Melatih Tekanan Ucapan
Tekanan ucapan ada tiga macam; 1. Tekanan Dinamik. 2. Tempo. 3. Tekanan Nada.
a. Tekanan Dinamik
Tekanan Dinamik ialah keras-pelannya ucapan. Gunanya untuk menggambar isi pikiran dan isi perasaan
dari kalimat. Contohnya; “Hari minggu saya ke toko buku” artinya, bukan hari senin atau hari selasa. “Hari minggu
saya ke toko buku” artinya, bukan adik saya atau kakak saya. “Hari minggu saya ke toko buku” artinya bukan
ke toko pakaian atau ke toko makanan.
b. Tekanan Tempo Tekanan Tempo ialah cepat-lambatnya ucapan.
Gunanya sama dengan tekanan dinamik. Untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat.
Contohnya: 1 “Ha-ri Ming-gu saya ke toko buku”
2 “Hari Minggu sa-ya ke toko buku” 3 “Hari Minggu saya ke to-ko bu-ku”
c. Tekanan Nada Merupakan lagu daripada ucapan, contohnya; “Wah,
kamu pandai sekali” atau “Gila, ternyata dia bisa menjawab pertanyaan yang sesulit itu”
3. Melatih Kerasnya Ucapan
Teknik ucapan pemain teater lebih rumit dibanding dengan tehnik ucapan bagi pemain ilm dan sinetron. Ucapan
pemain teater tidak hanya dituntut jelas dan menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan, tetapi juga harus keras, karena
ucapan pemain di atas panggung menempuh jarak yang lebih jauh. Untuk itu kerasnya ucapan harus dilatih. Adapun cara
melatihnya bisa dengan berbagai macam cara. Diantaranya;