Latar Belakang Masalah Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Uang Elektronik (E-Money) dalam Transaksi Elektronik T1 312012063 BAB I

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat, dan berkembang dalam tatanan kehidupan baru sehingga mendorong terjadinya perubahan sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum. 1 Salah satu dampak dari pengaruh globalisasi adalah bertambahnya alat pembayaran, yang sebelumnya hanya ada pembayaran tunai dalam bentuk uang Giral dan uang kartal, kini berkembang menjadi pembayaran dilakukan dengan sistem elektronik. Salah satu alat pembayaran dengan sistem elektronik atau non tunai adalah dengan menggunakan uang elektronik e-money. Transaksi Elektronik menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah sebuah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, danatau media elektronik lainnya. 2 Maka dapat dikatakan bahwa salah satu dari kegiatan elektronik adalah pembayaran yang dilakukan melalui sistem elektronik atau yang dikenal dengan sistem pembayaran elektronik. Dalam menggunakan transaksi elektronik, masyarakat membutuhkan transaksi yang cepat, aman, nyaman dan memberikan kepastian, baik kepastian bertransaksi, maupun kepastian hukum, khususnya dengan menggunakan transaksi elektronik. 1 Siswanto Sunarso, 2009, Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik, Rineka Cipta, Jakarta, hlm.,1. 2 .Lihat Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Jenis alat pembayaran eletronik ada berbagai macam bentuk seperti kartu kredit, kartu debet, dan yang belum lama ini masuk dan berkembang di Indonesia adalah uang elektronik atau e-money yang biasanya dalam bentuk kartu penyimpanan dana. Dalam Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia No. 1112PBI2009 tentang Uang Elektronik menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Uang Elektronik Elektronic Money adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagi berikut : a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit; b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip; c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang eletronik tersebut, dan d. Nilai uang eletronik yang dikelola oleh penerbit bekan merupakan simpanan sebagai mana dimaksud dalam undang – undang yang mengatur mengenai perbankan. Dalam penggunaan sistem elektronik ada dua hal mendasar yang perlu di perhatikan, pertama teknologi merupakan hasil temuan manusia yang tentunya akan mempunyai kelemahan-kelemahan dalam sistem teknisnya, kedua teknologi selain memiliki kelemahan dalam sistem teknisnya, juga mempunyai ketidakpastian dalam segi jaminan kepastian hukum. 3 2 Dari sisi sistem pembayaran non tunai, Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga pengawas di sektor Jasa keuangan berkepentingan untuk memastikan bahwa sistem pembayaran non tunai yang digunakan oleh masyarakat dapat berjalan dan terlaksanan secara aman, nyaman, dan memberikan kepastian, baik dari transaksi itu sendiri, maupun 3 Editorial Jurnal Hukum Bisnis. E-commerce Meningkatkan Efisiensi. Vol.18 Maret 2002.Hlm 4 kepastian hukum. Oleh karena itu, perkembangan penggunaan alat pembayaran non tunai mendapat perhatian serius dari Otoritas Jasa Keuangan, mengingat perkembangan pembayaran non tunai di harapkan dapat mengurangi beban penggunaan uang tunai dan semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Karena belum adanya sosialisasi secara efisien dan menyeluruh terhadap masyarakat tentang penggunaan uang non tunai atau uang elektronik, sehingga belum banyak masyarakat yang menggunakan uang non tunai, atau bertransaksi dengan menggunakan uang elektronik. Salah satu hambatan perkembangan uang non tunai atau uang elektronik adalah kepercayaan masyarakat terhadap uang tunai, yang sudah terbukti keamaan, kenyamanan, dan memberikan kepastian dalam bertransaksi. Dalam perkembangannya, sistem pembayaran dengan uang elektronik sangat di pengaruhi oleh perkembangan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat. Saat ini perkembangan pembayaran non tunai berjalan sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi pembayaran yang pada akhir-akhir ini telah membawa dampak bagi pihak- pihak yang terlibat dalam sistem pembayaran tersebut. Perubahan polah hidup masyarakat dan peningkatan pola hidup masyarakat menuntut tersedianya sarana telekomunikasi dan transportasi yang cepat sehingga hambatan jarak dan waktu dapat di kurangi. Perkembangan telekomunikasi dan transportasi ini juga memberikan dampak yang besar bagi transaksi keuangan, terutama terkait dengan cara antar pihak melakukan pembayaran, dengan menggunakan transaksi elektronik. Alat pembayaran non tunai ini khususnya jenis-jenis pembayaran menggunakan kartu atau alat pembayaran elektronik pada awalnya di kenal dalam bentuk kartu kredit credict card yang kemudian dari kertu kredit, berkembang pula alat-alat pembayaran menggunakan kartu lainnya yaitu kartu Debet Debit card dan kartu penyimpanan dana stored value card. Kehadiran dan kemunculan kartu-kartu ini telah memberikan pilihan bagi para pengguna untuk memilih cara pembayaran sesuai dengan keperluan masing- masing. Lembaga selain Bank adalah badan usah bukan Bank yang berbadan hukum dan didirikan berdasarkan hukum Indonesia. 4 Adanya peluang bagi lembaga non bank untuk menjadi penerbit terhadap uang elektronik, hal ini akan memberikan kesempatan bagi masyarakat luas, meskipun bukan nasabah bank, tetapi dapat menggunakan fasilitas ini. Dari hal di atas, tentu akan memberikan kemudahan terhadap mesyarakat dalam menggunakan alat pembayaran non tunai. Berdasarkan Undang-undang nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, salah satu wewenang bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga sistem pembayaran adalah menetapkan penggunaan alat pembayaran. Penetapan penggunaan alat pembayaran ini dimaksud agar alat pembayaran yang digunakan dalam masyarakat memenuhi persyaratan keamanan dan kenyamanan bagi penggunannya. 3 Perkembangan Teknologi di bidang Informasi dan Komunikasi memberi dampak terhadap munculnya inovasi inovasi baru dalam pembayaran Elektronik Electronic Payment. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pembayaran Elektronik adalah pembayaran yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan komunikasi. Pembayaran Elektronik sendiri telah berkembang dan dipakai oleh sebagaian besar masyarakat 4 Pasal 1 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11 11 PBI2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Indonesia seperti Phone Banking, Internet Banking, Kartu Kredit dan Kartu DebitATM. Meskipun teknologi yang digunakan berbeda beda, seluruh pembayaran elektronik tersebut selalau terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya. Dalam hal ini setiap instruksi pembayaran yang dilakukan nasabah, baik melalui Phone Banking, Internet Banking, Kartu Kredit maupun Kartu DebitATM, akan selalu dibebankan langsung ke dalam rekening nasabah tersebut. Saat ini di beberapa Negara telah dikembangkan produk pembayaran elektronik yang dikenal sebagai Electronic Money e-money atau uang elektronik yang karakteristiknya berbeda dengan pembayaran elektronik yang telah disebutkan sebelumnya, karena setiap pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan e-money tidak selalu memerlukan proses otorisasi dan tidak terkait secara langsung dengan rekening nasabah di bank ketika melakukan transaksi, saldo rekening tidak terpotong, karena e- money merupakan produk “stored value” dimana sejumlah nilai telah terekam dalam alat pembayaran yang digunakan. Dari website resmi milik Bank Indonesia Uang elektronik e-money adalah uang yang digunakan dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan computer seperti Internet dan sistem penyimpanan harga digital. Selain itu Uang elektronik e-money secara singkat didefenisikan oleh Bank Sentral Eropa adalah sebuah toko elektronik dengan nilai moneter pada perangkat teknis yang mungkin banyak digunakan untuk melakukan pembayaran kepada usaha selain penerbit tanpa harus melibatkan rekening bank pada transaksi, tetapai bertindak sebagai instrument pembawa prabayar. 5 4 Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 108PBI2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu adalah Alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan danatau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran. Pengertian lain kartu kredit merupakan alat pembayaran pengganti uang tunai yang dapat digunakan oleh konsumen untuk ditukar dengan barang dan jasa yang diinginkannya ditempat tempat yang dapat menerima pembayaran dengan menggunakan kartu kredit. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu APMK terdiri dari kartu kredit, kartu debit, danatau kartu ATM, dimana berbeda dengan Uang Elektronik, Perbedaan mendasarnya adalah sebagai berikut : pertama Uang elektronik bersifat prabayar prepaid sedangkan APMK bersifat akses: 5 Prabayarprepaid merupakan Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money atau sering disebut stored velue dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada dalam penguasaan konsumen, kedua pada saat transaksi perpindahan dana dalam bentuk electronic value dari kartu e-money milik konsumen kepada terminal merchant dapat 4 5 Bank Sentral Eropa, 2000 dalam Jurnal Reynolds Stephen F. Austin State University dilakukan secara off-line, dalam hal verifikasi cukup dilakukan pada level merchant point of sale tanpa harus on-line ke komputer issuer, berbeda dengan APMK dimana pada saat transaksi, instrument kartu digunakan untuk melakukan akses secara on-line ke komputer issuer untuk mendapatkan otorisasi melakukan pembayaran atas beban rekening nasabah, baik berupa rekening simpanan kartu debet maupun rekening pinjaman kartu kredit. Setelah di otorisasi oleh issuer, rekening nasabah kemudian akan langsung di debet. Dengan demikian pembayaran menggunakan kartu kredit dan kartu debet mensyaratkan adanya kemunikasi on-line ke komputer issuer. Awalnya penggunaan e-money bertujuan untuk memberikan kepraktisan, hanya dengan beberapa proses yang mudah transaksi berhasil dilakukan, selain itu, kita tidak perlu membawa uang tunai jika ingin membeli sesuatu. Namun pada dasarnya e-money tidak bertujuan untuk menggantikan fungsi uang tunai secara total. Pemegang e-money sebaiknya memilih kartu e-money sesuai kebutuhannya, hal ini dikarenakan banyaknya jenis kartu e-money yang beredar, yang menawarkan berbagai fasilitas tidak sama. selain itu tidak semua pedagang menerima pembayaran dengan menggunakan e-money, sehingga dapat dikatakan bahwa e-money belum dapat menjawab semua kebutuhan. Berbeda dengan kartu kredit dan kartu debit, kartu e-money tidak memerlukan konfirmasi data atau otorisasi Personal Identification Number PIN ketika akan digunakan sebagai alat pembayaran dan tidak terkait langsung dengan rekening nasabah di bank. Hal ini karena e-money merupakan produk stored value dimana sejumlah nilai monetary value telah terekam dalam alat 6 pembayaran yang digunakan. 6 hal tersebut memungkinkan kartu 6 Yasser Arafat, E-money dalam Kacamata Plus-Minus, 2011. http:resaay.wordpress.com20111128e-money- dalam-kacamata-plus-minus , Di akses pada tanggal 5 Agustus 2015 pukul 01:59 WIB dapat dipindahtangankan dan bisa dipakai siapapun selama saldo masih muncukupi. Hal ini dapat membahayakan karena jika kartu e-money hilang, maka saldo yang tersisa dapat digunakan oleh orang lain, tanpa persetujuan kita. Pada kenyataannya, e-money dengan nilai yang dapat di top up atau diisi ulang ini tidak termasuk dalam inventori bank sebagai salah satu lembaga yang mengeluarkan produk ini. 7 Artinya jika pencurian atau penggunaan kartu e-money yang bukan pemegang kartu tidak dapat dilacak keberadaannya dan kartu tersebut tidak dapat diblokir. 7 Meskipun relative masih dalam tahap perkembangan awal, e-momey mempunyai potensi dalam menggeser peran uang tunai untuk pembayaran pembayaran yang bersifat retail, sebab transaksi retail tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah baik bagi konsumen maupun pelaku usaha. Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 8 7 Anastasia Lilin Y, E-money Mengontrol Pengeluaran Dengan Uang Elektronik, 2012, Kontan.co.id http:personalfinance.co.idnewsmengontrol-pengeluarandengan- uang-elektronik-selesai , diakses pada tanggal 5 Agustus 2015 pukul 02:08 WIB 8 Pasal 1 ayat 3 undang undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen Pengembangan e-money di berbagai Negara telah melahirkan berbagai implikasi pengembangan e-money terhadap kebijakan Otoritas Jasa Keuangan khususnya yang berkaitan dengan fungsi pengawasan sistem pembayaran dan efektifitas kebijakan moneter. Perlindungan terhadap pengguna e-money harus diberikan didasari oleh semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggeragak bagi produktifitas dan efisiensi atas barang atau jasa yang dihasilkan dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mencapai sasaran usaha tersebut, akhirnya baik langsung maupun tidak langsung konsumen yang umumnya akan merasakan dampaknya. Mengingat hal itu semua tentu sudah menjadi keperluan yang mendesak akan adanya suatu perlindungan terhadap Pemegang e-money sebagai konsumen, untuk dicarikan solusinya, mengingat demikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen, lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang. 9 8 Maka dari itu seorang pengguna alat pembayaran menggunakan kartu uang elektronik e-money sudah selayaknya dilindungi secara hukum dalam regulasi terhadap teknologi informasi yang memadai. Selain itu juga diperlukan kemampuan dari aparat penegak hukum, kesadaran hukum masyarakat dan prasaraana-prasarana yang mendukung penegakan hukum di bidang teknologi informasi. 9 10 9 Sri Rejeki Hartono, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Madar Maju, Bandung, Hal 33. 9 10 Johanes Ibrahim, 2004, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Rafika Aditama, Bandung, Hal 1.

B. Rumusan Masalah