FROM THE RIVER Reminiscing Nature

BAB III FROM THE RIVER

Berada cukup dekat dengan lokasi Istana Maimun, sebagaimana yang telah diketahui, sungai yang terdapat pada daerah belakang istana akan menjadi titik fokus selain dari Istana Maimun itu sendiri. Melalui pertimbangan akan pemanfaatan sungai secara maksimal, terutama suasana ataupun pemandangan yang diperoleh, maka perancang hendak membuat sungai mudah terlihat bagi pengunjung yang datang ke lokasi Istana Maimun. Itulah yang menjadi fokus utama - yaitu bagaimana membentuk sebuah perancangan tapak yang mampu mendukung hal tersebut. Sesuai dengan kehendak atau keinginan perancang yang mengangkat tema organik sebagai pendekatan terhadap judul yang diangkat, sungai akan pula digunakan sebagai penghubung yang krusial dan jelas terlihat sehingga terbentuk satu kesatuan yang utuh terhadap perancangan secara keseluruhan. Tanpa melupakan Istana Maimun yang juga menjadi unsur alam atau bisa dikatakan sebagai patokan pula, setiap perancangan yang dilakukan akan pula memiliki orientasi terhadap istana tersebut bersamaan dengan orientasi terhadap sungai. Diawali dari bentukan atau lekukan yang tercipta oleh aliran sungai, perancang mulai bergerak dalam hal pengembangan konsep. Dari bentukan dasar tersebut beserta dengan pertimbangan agar ada kemudahan untuk melihat sungai secara langsung, perancang membuat sedikit kontur yang mengarah lebih dekat kepada sungai, kontur tersebut pula memiliki bentukan yang didasari oleh lekukan sungai yang sedikit dihaluskan dari yang ada pada awalnya. Pembuatan kontur ini dapat pula dijadikan sebagai area publik bagi 29 30 para pengunjung yang ingin menikmati Sungai Deli maupun Istana Maimun itu sendiri Gambar 3.1. Gambar 3.1 - Garis kontur serta dua fitur air adalah konsep perancangan tapak yang baru. Selanjutnya adalah konsep yang disadur dari pendekatan perancang, yaitu organik - bagaimana akan diadakan atau dibentuk sebuah kesatuan, paling tidak dengan memasukkan unsur alam ke dalam tapak Gambar 3.1. Perancang merujuk pada air yang berasal dari sungai, menggunakan unsur air tersebut kedalam tapak. Salah satu penggunaan unsur air yang akan diadakan adalah fitur air mancur tepat di depan istana. Dapat diketahui adalah bahwa pada awalnya terdapat fitur air mancur di depan istana - namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, fitur air mancur tersebut kemudian telah menjadi perkerasan yang dilapisi oleh keramik lantai yang sangat mengurangi nilai estetika kompleks istana secara keseluruhan. Oleh karena itu, air mancur di depan Istana Maimun hendak diadakan kembali oleh perancang berdasar pada pengadaan unsur air serta restorasi fungsi ataupun bentukan awal istana. Perancang juga melihat bahwa adanya rumah Meriam Puntung yang cukup bersejarah terasa tidak begitu cocok diletakkan tepat di sebelah kiri bila dilihat dari depan bangunan istana Gambar 3.2. Ketidakcocokan tersebut sangat terlihat pada gaya 31 arsitektur yang menggunakan arsitektur Batak yang sangat tidak nyambung meskipun dengan latar belakang apapun. Berhubung adanya perombakan penzonaan, tentunya daerah belakang bangunan yang saat ini merupakan permukiman akan pula dijadikan sebagai daerah atau zona publik sehingga ada kesinambungan terjadi dari depan dan juga belakang Istana Maimun. Gambar 3.2 - Bangunan Meriam Puntung. Dengan merujuk kembali pada kesinambungan dan unsur organik, serta penghargaan atau penghormatan terhadap Meriam Puntung, tepat pada belakang istana, secara simetris dengan bagian depan, perancang hendak membentuk sebuah fitur air yang cukup mirip, namun dengan sebuah pondok atau sering disebut sebagai gazebo yang akan menjadi tempat baru bagi Meriam Puntung. Kedua fitur air tersebut kemudian hendak ditambahkan aliran air yang mengarah pada sungai, namun tidak berhubungan langsung dengan sungai. Aliran ini akan dibuat bolak balik dari kedua fitur air yang ada di tapak menuju dua titik berbeda pada daerah bibir sungai. Kedua titik tersebut kemudian akan dijadikan balkon Gambar 3.1 ataupun struktur kantilever yang bisa dipakai pula sebagai ruang untuk melihat-lihat Sungai Deli 32 lebih langsung lagi. Untuk aliran buatan yang lebih memanjang, yang mengarah ke fitur air yang berada di depan istana, akan diadakan jalan setapak disamping aliran buatan tersebut sehingga pengunjung memiliki kesan yang menarik saat mereka hendak menuju wilayah belakang tapak. Pengadaan fitur air ini akan dihubungkan pada reservoir air yang memiliki sistem yang mana bila terjadi hujan mengingat curah huan di Medan cukup tinggi, air diharapkan mengalir ke aliran buatan pada tapak, dan aliran air yang masuk tersebut bisa terarahkan ke reservoir air yang kemudian digunakan untuk kepentingan utilitas bangunan yang ada. Pengalihan aliran tersebut tentunya bisa dilakukan hanya pada saat hujan yang mana ketika fitur air mancur dan aliran air tidak dibutuhkan. Gambar 3.3 - Konsep gubahan massa kedua bangunan. Memasuki konsep bentukan massa Gambar 3.3, perancang melakukan pendekatan yang sedikit mengambil unsur lekukan sungai sehingga massa bangunan yang terbentuk tampak lebih dinamis. Hal ini menimbulkan adanya dua bangunan dengan fungsi berbeda yang memiliki tipologi yang berbeda pula - yang menjadikan bangunan tersebut tidak 33 simetris sama sekali. Dasar dari pembuatan bangunan yang tidak simetris, selain merujuk pada pendekatan organik, juga mempertimbangkan agar kedua bangunan dengan fungsi berbeda juga mampu memberikan kesan yang berbeda serta unik, sehingga para pengunjung mampu lebih mudah mengingat ataupun menjadikan kunjungan mereka lebih berkesan memorable. Gambar 3.4 - Konsep transformasi gubahan massa bangunan hotel. Untuk bangunan hotel Gambar 3.4, dapat terlihat dari gambar diatas bahwa bentuk lengkungan yang condong ke sungai akan diangkat setinggi satu lantai sehingga ruang tersebut memiliki visibilitas terhadap sungai yang lebih baik serta menjadikan bagian tersebut sebagai titik fokus dari bangunan tersebut, yang mana berorientasi dengan sangat baik terhadap tema utama yang diberikan, yaitu riverfront. Demi memaksimalkan fungsionalitas bangunan dan juga memberi orientasi terhadap Istana Maimun, ada beberapa bagian bagunan yang dijadikan menjadi bidang-bidang yang rata. Untuk lantai tipikal yang merupakan bagian bangunan yang menjulang keatas, bentukan lengkungan sungai kembali diguakan serta dimaksimalkan fungsinya. Beranjak dari bangunan hotel, bangunan apartemen juga memanfaatkan garis lengkungan yang merujuk pada garis sungai yang terdapat pada tapak Gambar 3.5. Dari garis 34 tersebut, diperoleh massa bangunan untuk bagian podium yang kemudian dipoles sedemikian rupa untuk mengikuti fungsi banguan, sebagaimana yang disebutkan oleh Freed 2007 bahwa seperti halnya organisme yang ada di alam, memiliki bentuk yang berdasarkan fungsi yang terdapat di dalam organisme tersebut. Gambar 3.5 - Konsep transformasi gubahan massa bangunan apartemen. Oleh karena bangunan apartemen memiliki kebutuhan ruang yang cukup luas, maka dibentuklah dua bangunan tipikal yang terdapat diatas bangunan podium. Dua bangunan tersebut kemudian memiliki orientasi terhadap sungai yang terlihat pada pemanfaatan jumlah lantai yang menimbulkan perbedaan ketinggian kedua bangunan tersebut. Bentukan kedua bangunan tersebut mengikuti sedikit bentuk dari gubahan massa podium sehingga terlihat ada kesinambungan antara podium dengan lantai tipikal di atasnya. Pembentukan ruang luar istana dapat terlihat tidak beraturan ataupun tidak memiliki sistem matematis yang jelas untuk menekankan bahwa adanya alam yang ikut andil ataupun disebutkan melingkupi tapak tersebut. Hal ini juga akan memberi kesan yang tidak membosankan sebagaimana yang sering ditemui pada pembentukan ruang luar yang memanfaatkan garis-garis lurus yang sangat matematis. Dari kesan yang tidak membosankan tersebut kemudian menciptakan kembali kemudahan untuk pengunjung 35 mengingat kunjungan mereka ke kompleks Istana Maimun yang sangat diharapkan mampu terjadi - sesuai dengan tema yang diangkat perancang yaitu untuk mampu mengingat reminisce. Gambar 3.6 - Konsep ruang luar kompleks Istana Maimun Perencanaan secara konseptual kedua fungsi yang akan dijadikan sebagai dua bangunan yang berbeda, selain mengarah kepada bagaimana bentuk sungai, akan pula melihat atau mengingat Istana Maimun sebagai bagian dari pertimbangan yang paling penting di dalam perancangan. Salah satu dasar yang diambil dari Istana Maimun adalah bagaimana pembentukan sirkulasi dibuat, yaitu pembentukan dua titik akses untuk keluar masuk kompleks istana. Perombakan yang dilakukan adalah hanya pada tujuan akses masuk. Dapat terlihat dari gambar konsep secara garis besar rekayasa tapak Gambar 3.6, adalah dibuatnya kedua titik akses menjadi jalur akses masuk kepada kedua bangunan yang ada. Untuk akses hotel, mobil diarahkan untuk menuju ke bangunan hotel dan lantai basement dari bangunan tersebut, atau bisa langsung melakukan belokan untuk menuju lokasi parkir untuk pengunjung Istana Maimun ataupun untuk sekedar menurunkan penumpang yang menuju hotel atau istana dan kemudian mengarah ke akses keluar dari tapak. 36 Pembuatan akses di bagian atau sisi bangunan hotel dijadikan menjadi dua jalur keluar masuk yang terpisah untuk memberikan kemudahan dan keleluasaan bagi bus pariwisata yang dianggap sebagai kendaraan yang cukup sering memasuki tapak terkhususnya pada bagian tersebut. Pembuatan akses yang satu arah sehingga menyebabkan perbedaan lokasi akses masuk maupun keluar juga mampu mengurangi kemacetan dalam tapak bila terjadi pembludakan kendaraan secara tiba-tiba. Untuk sisi tapak yang menampung bangunan apartemen, pembuatan jalur akses masuk dan keluar terdapat pada satu titik, namun dibedakan arahnya. Sisi tersebut terkhusus hanya di buat sebagai wilayah akses dan parkir bagi pengguna dan pengunjung apartemen, oleh karena itu jalur mampu dibuat menjadi cukup sederhana dan pendek karena ekspektasi banyaknya kendaraan yang masuk tidak begitu banyak di bandingkan dengan yang ada pada hotel. Konsep awal adalah kendaraan dapat langsung menuju basement arah akses lurus atau belok untuk menuju area menurunkan penumpang atau area parkir terbuka. Pengendara mobil yang hendak keluar dari basement bisa langsung mengarah lurus dan keluar atau melakukan satu belokan ke kanan dari arah daerah tempat parkir terbuka di depan bangunan apartemen. Bagi pejalan kaki, akses yang digunakan untuk menuju ke dua bangunan yang ada diposisikan sesuai dan bersamaan dengan jalur akses dua bangunan tersebut. Namun, untuk jalur pejalan kaki bangunan apartemen, jalur tersebut sama sekali terpisah dengan Istana Maimun pada bagian depan, sehingga bila pemilik apartemen hendak menuju bangunan istana, akses melalui sisi samping Istana Maimun yang dilewati oleh fitur air dapat dimanfaatkan oleh para pemilik sebagai akses. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah pejalan kaki yang tidak begitu memiliki kepentingan masuk ke dalam wilayah 37 apartemen masuk dengan sesuka hati, dengan kata lain memberikan pemilik apartemen lebih banyak privasi bagi mereka untuk melakukan aktivitas di dalam bangunan apartemen. Akses pejalan kaki memasuki kompleks Istana Maimun secara bebas dapat dilakukan pada sisi jalur masuk untuk bangunan hotel. Hal ini juga dikarenakan bangunan hotel memiliki tingkat privasi yang lebih rendah dibandingkan dengan apartemen, serta lokasi parkir publik yang terletak pada sisi tersebut. Pejalan kaki dapat berjalan masuk menuju piazza yang terletak pada sisi kanan Istana Maimun bila dilihat dari depan Gambar 3.6, dan dapat menuju halaman depan Istana Maimun atau langsung menuju halaman belakang Istana. Dari halaman depan istana, pengunjung juga bisa menggunakan jalur yang dikhususkan dan terletak pada sisi sungai buatan water feature untuk menikmati lebih pencapaian menuju atau dari sungai yang terdapat di belakang Istana Maimun. Pengunjung juga bisa menuju hotel menggunakan akses masuk yang sama dengan pengunjung lainnya. Dari hotel, pengunjung yang hendak mengarah pada taman yang terdapat di bagian belakang dapat menggunakan akses yang terdapat pada sisi bangunan yang menghadap arah barat daya bagian belakang bangunan Gambar 3.7. Gambar 3.7 - Arsir merah menunjukkan akses dari dalam hotel ke taman. 38 Kedua bangunan dengan akses serta jalur kendaraan dan manusia dapat dilihat sebagai pembangian zona yang cukup jelas untuk memperlihatkan tingkat privasi dan fungsi dari tapak kompleks Istana Maimun. Jelas terlihat bahwa kompleks Istana Maimun bagian tengah sama sekali dimanfaatkan hanya untuk pejalan kaki, sehingga bangunan Istana Maimun tersebut dapat memperoleh satu titik tengah yang bebas kendaraan bermotor. Untuk pembagian privasi, halaman Istana Maimun depan maupun belakang akan dijadikan tempat publik, dan wilayah belakang akan lebih publik lagi karena menghubungkan antara Istana Maimun, bangunan apartemen, serta hotel dan menjadi wilayah buffer untuk ketiga fungsi tersebut. Pembuatan halaman istana depan maupun belakang sebagai daerah publik adalah agar pengunjung memiliki sebuah kesinambungan, yakni kesinambungan dalam hal kualitas ruang serta pengalaman yang diperoleh. Zona yang lebih privat adalah pada Istana Maimun sendiri. Bila pengunjung hendak memasuki istana, pengunjung diharapkan untuk melakukan pembayaran untuk memiliki izin memasuki bangunan. Bangunan tersebut akan dijadikan sebagai galeri pada bagian bawah serta atas bangunan. Orientasi kepada bangunan Istana dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun perancang menggunakan cara yang memanfaatkan konsep fasad atau kulit bangunan sebagai pembentuk orientasi terhadap bangunan istana. Kedua bangunan akan memiliki kulit bangunan berupa kaca pada sisi yang mengarah ke istana sehingga para pengunjung kedua bangunan yang sedang berada di dalam akan memiliki pengalaman visual terhadap Istana Maimun yang kuat. Terkhusus untuk bangunan hotel, orientasi terhadap Istana Maimun diperkuat dengan adanya void dari lantai pertama sampai pada lantai kedua, sehingga fasad berupa kaca yang terbuka mengarah ke istana semakin besar dan semakin jelas pengalaman visual yang akan diperoleh pengunjung Gambar 3.8. Selain itu, 39 peletakan zona publik dalam bangunan hotel juga diletakkan pada sisi bangunan yang lebih condong ke Istana Maimun untuk kepentingan visual tersebut juga. Gambar 3.8 - Interior hotel dengan void setinggi 2 lantai. Pada bagian apartemen, akan ada rooftop garden yang merupakan zona publik bagi pemilik apartemen yang memiliki bukaan atau arah visual kepada Istana, sehingga rooftop garden juga mampu memicu banyak aktivitas yang menonjolkan kualitas ruang dengan pengalaman visual yang baik pula. Rooftop garden yang terdapat pada bangunan apartemen juga memiliki pemandangan ke arah sungai sehingga konsep riverview juga diperoleh dengan baik Gambar 3.9. Gambar 3.9 - Rooftop garden dari podium apartemen. Kedua konsep bukaan atau pembentukan kulit bangunan yang memiliki orientasi kepada Istana Maimun selain berfungsi sebagai penguat pengalaman visual, juga memberi sebuah 40 sense of place yang sangat kuat dan menekankan bahwa pengunjung benar-benar sedang berada pada sebuah lokasi yang sangat khusus. Hal ini juga akhirnya kembali memperkuat tema yang diangkat oleh perancang untuk mengingat kembali dengan visual yang diperoleh pengunjung. Selain keterbukaan bangunan terhadap Istana Maimun, perancang juga membuat banyak bukaan yang mengarah pada alam yang terdapat di dalam tapak untuk mempertegas tema alam yang juga diangkat perancang.

BAB IV IT GROWS